• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Signaling Theory (Teori Sinyal)

Bagi investor atau calon investor informasi yang mencerminkan kondisi suatu perusahaan sangat dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk memilih investasi yang tepat di pasar saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

Menurut (Lusiana Noor 2008) dalam (Hendra Agus Wibowo dan Diyah Pujiati 2011)

menyatakan salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang.

Pengumuman informasi berupa laporan keuangan dan laporan analisis kondisi keuangan dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor atau calon investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin dalam harga saham.

(2)

B. Asuransi

1. Pengertian Asuransi

Menurut Undang – Undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah :

Perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana pihak penanggung (perusahaan asuransi) mengikatkan diri kepada tertanggung (pembeli asuransi), dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan.

Menurut Darmawi (2006:2-3)

Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat lima aspek, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan matematika.

a. Aspek Ekonomi : metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan.

b. Aspek Hukum : kontrak pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung.

c. Aspek Bisnis : perusahaan yang usaha utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko di antara sejumlah besar nasabahnya.

d. Aspek Sosial : organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masin-masing anggota tersebut.

e. Aspek Matematika : merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko.

Dari definisi tentang asuransi diatas dapat di ketahui bahwa terdapat Unsur-unsur dalam Asuransi, unsur-unsur dalam asuransi terdiri dari :

(3)

a. Pihak tertanggung (insured) adalah pihak pembeli atau pemakai jasa asuransi yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur.

b. Pihak penanggung (insurer) pihak penjual atau penyedia jasa asuransi yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.

c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya).

d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu.

Dan seiring dengan perkembangannya, asuransi dirasakan banyak memberikan manfaat bagi perseorangan ataupun dunia usaha, berikut ini beberapa manfaat dari asuransi :

a. Melindungi risiko investasi.

b. Sebagai sumber dana investasi.

c. Melengkapi persyaratan kredit.

d. Mengurangi kekhawatiran.

e. Mengurangi biaya modal.

f. Menjamin kestabilan perusahaan.

g. Mendorong uasah pencegahan kerugian, dll.

Dalam aktivitas operasi perusahaannya, asuransi juga memiliki beberapa aspek pokok (prinsip) dalam pembuatan kontrak asuransi. Prinsip tersebut meliputi hal-hal berikut :

(4)

a. Utmost good faith

Itikad baik, yang berarti bahwa suatu kontrak atau persetujuan asuransi harus dilakukan dengan itikad baik.

b. Proximate cause

Sebab utama yang secara aktif dan efisien mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berurutan tanpa intervensi kekuatan lain.

c. Indemnity

Pengembalian posisi finansial pihak tertanggung setelah terjadinya kerugian ke posisi sebelum terjadinya kerugian.

d. Isurable interest

Hak mempertanggungkan risiko yang terkait dengan keuangan yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan.

e. Subrogation and contribution

Prinsip yang menghalangi kelebihan pembayaran ganti rugi kepada pihak tertanggung.

2. Karakteristik Perusahaan Asuransi

Secara umum karakterisitik perusahaan asuransi sebagai lembaga keuangan bukan bank dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Perusahaan asuransi melakukan kegiatan utama menerima risiko dari masyarakat, dan untuk ini masyarakat diharuskan membayar sejumlah uang yang disebut premi asuransi.

(5)

b. Premi yang diterima diinvestasikan dalam jenis-jenis investasi yang aman, likuid dan menguntungkan sehingga perusahaan asuransi mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya dan memberikan keuntungan yang maksimum.

c. Pada dasarnya perusahaan asuransi tidak dibenarkan menarik kredit atau meminjamkan dananya untuk membiayai kegiatannya.

d. Karena jumlah pemegang polis asuransi relatif besar, maka masyarakat tertanggung tersebut perlu dilindungi dari kemungkinan kerugian keuangan. Perlindungan ini dilakukan pemerintah melalui Departemen Keuangan (Kementerian Keuangan) dalam bentuk pembinaan dan pengawasan.

e. Pengawasan dan pembinaan antara lain dilakukan dengan :

1) Menetapkan ketentuan mengenai persyaratan permodalan, penempatan deposito atas nama Mentri Keuangan untuk kepentingan perusahaan asuransi, kewajiban mengirimkan laporan dan pengumuman neraca dan laporan laba rugi pada surat kabar agar diketahui masyarakat.

2) Menjaga agar kebijaksanaan investasi untuk perusahaan dialihkan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan.

3) Mewujudkan perusahaan asuransi membentuk cadangan teknis, yang terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim dalam usaha menjaga kemungkinan timbulnya kewajiban yang sifatnya tidak tertentu.

(6)

4) Mewajibkan perusahaan asuransi melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi keadaan tidak solven, misalnya mewajibkan pemegang saham menambah modal sampai pada tingkat yang dibutuhkan.

3. Kegiatan Utama Perusahaan Asuransi

Perusahaan asuransi memiliki kekhususan kegiatan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya, yaitu kegiatan underwriting, klaim dan reasuransi. Karena kekhususannya itu maka di dalam perusahaan asuransi umumnya terdapat empat kegiatan utama, yaitu :

a. Kegiatan umum yang merupakan pendukung kegiatan utama seperti sumber daya manusia, penyedia jasa dan sarana, kesekretariatan dan sebagainya.

b. Kegiatan teknik yang merupakan kegiatan khusus perusahaan seperti : 1) Underwriting, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan seleksi risiko

yang ditawarkan kepada perusahaan asuransi. Termasuk juga menempatkan tingkat premi dan ketentuan-ketentuan lain yang akan dikenakan kepada calon tertanggung. Di samping itu, di dalam kegiatan ini ditentukan jumlah nilai pertanggungan yang akan di tanggung sendiri (retain).

2) Klaim, adalah kegiatan yang menyangkut penyelidikan, penilaian dan penyelesaian tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh tertanggung.

Untuk menilai apakah kerugian yang terjadi memang dijamin dalam polis dan menilai besarnya kerugian yang sebenarnya, perusahaan

(7)

asuransi sering dibantu oleh perusahaan penilai kerugian asuransi (adjuster).

3) Reasuransi – Retrosesi, merupakan kegiatan mengalihkan sebagian risiko ke perusahaan asuransi lain atau ke perusahaan reasuransi (reasuradur), sedangkan retrosesi adalah proses pemindahan kembali sebagian risiko reasuradur ke perusahaan asuransi lain. Penempatan reasuransi dilakukan jika perusahaan asuransi menerima pertanggungan yang melebihi batas kemampuannya menanggung sendiri (own retention limit).

c. Kegiatan produksi dan pemasaran, seperti perusahaan lainnya, dalam usaha untuk memperoleh pendapatan usaha, perusahaan asuransi melakukan aktivitas pemasaran seperti pengembangan produk, promosi, penjualan melalui perantara, serta membina hubungan dan komunikasi dengan konsumen.

d. Kegiatan yang berkaitan dengan keuangan dan akuntansi. Kegiatan ini mencakup perencanaan atas kebutuhan dan sumber dana, serta pengalokasian dana (investasi dan pembelanjaan). Tugas lain yang terkait adalah membuat laporan keuangan dan menyiapkan laporan analisis kondisi keuangan untuk dipergunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan atau oleh pihak lain (misalnya pengawas) untuk tujuan tertentu.

(8)

4. Jenis Usaha Asuransi

Usaha perasuransian meliputi dua bidang utama yaitu : usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Usaha asuransi terdiri dari asuransi kerugian (non life insurance), asuransi jiwa (life insurance) dan reasuransi (reinsurance). Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari pialang asuransi, pialang reasuransi, penilai kerugian asuransi, konsultan dan agen asuransi.

Dalam UU No. 2/1992 tidak menyebutkan adanya perusahaan asuransi sosial. Perusahaan asuransi kerugian hanya boleh menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kerugian termasuk reasuransi. Yaitu penanggulangan risiko atas harta, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum, serta program asuransi sosial. Usaha asuransi jiwa, memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau matinya seseorang yang dipertanggungkan. Penelitian ini penulis hanya akan membahas tetang usaha asuransi yaitu asuransi kerugian.

C. Asuransi Kerugian

1. Pengertian Asuransi Kerugian

Usaha asuransi kerugian merupakan usaha yang memberikan manfaat jasa – jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul akibat terjadinya peristiwa yang tidak pasti.

Di Indonesia, usaha asuransi kerugian terbagi dalam usaha asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan serta usaha asuransi aneka. Jenis usaha

(9)

asuransi aneka ini meliputi asuransi kendaraan bermotor, asuransi pencurian, asuransi uang dalam pengangkutan dan penyimpanan serta asuransi kecurangan.

2. Jenis Usaha Asuransi Kerugian

a. Asuransi pengangkutan kapal (marine cargo)

Asuransi pengangkutan merupakan bentuk pertanggungan yang tertua dalam sejarah perkembangan industri asuransi kerugian, dimana pada mulanya hanyalah menjamin pengangkutan di air saja. Dengan berkembangnya teknologi, di bidang pengangkutan inipun meluas baik pengangkutan laut, udara maupun darat.

b. Asuransi rangka kapal (marine hull)

Meliputi jenis pertanggungan atas alat pengangkut beserta kepentingannya, yang dapat diklasifikasi sebagai berikut :

1) Hull and machinery 2) Freight

3) Disbursement 4) Third party liability c. Kebakaran ( fire)

Di Indonesia, yang dimaksud dengan kebakaran adalah kebakaran yang terjadi karena sendiri, tidak berhati-hati, kesalahan atau kejahatan pelayan sendiri, tetangga, musuh, perampokan, dan lain-lain apapun juga sebutannya atau karena sebab-sebab yang tidak diketahui, termasuk akibat kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan,

(10)

seperti kerusakan atau berkurangnya harta benda dan/atau kepentingan yang dipertanggungkan karena air atau alat-alat yang dipergunakan untuk menahan atau memadamkan kebakaran, demikian juga kerugian yang disebabkan oleh dimusnahkannya seluruh atau sebagian barang-barang yang dipertanggungkan atas perintah yang berwajib untuk menghindarkan menjalarnya kebakaran itu.

d. Kendaraan bermotor (motor vehicle)

Diakibatkan oleh tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir, niat jahat orang lain, pencurian, kebakaran, tanggung jawab menurut hukum kepada pihak ketiga misalnya, menabrak orang lain. Juga dapat diperluas dengan kecelakaan diri penumpang atau supir.

3. Karakteristik Usaha Asuransi Kerugian

Menurut PSAK No. 28 (2007) beberapa karakteristik usaha asuransi kerugian antara lain :

a. Usaha asuransi kerugian merupakan suatu sistem proteksi menghadapi kerugian keuangan dan sekaligus merupakan upaya penghimpun dana masyarakat.

b. Pertanggungjawaban keuangan kepada para tertanggung mempengaruhi penyajian laporan keuangan.

c. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), estimasi jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported claims). Dalam

(11)

menghitung tingkat premi, usaha asuransi kerugian menggunakan asumsi tingkat resiko dan beban.

d. Pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih dulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar klaim asuransi, berapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi, kapan terjadinya. Kontrak asuransi kerugian pada umumnya bersifat jangka pendek. Hal – hal tersebut akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan dan pengakuan beban.

e. Jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diestimasi dengan menggunakan metode tertentu.

f. Peraturan perundangan dibidang perasuransian mewajibkan perusahaan asuransi kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan misalnya tingkat solvabilitas.

Usaha asuransi kerugian banyak dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundangan yang dapat berbeda dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan yang disajikan berdasarkan pernyataan ini tidak dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundangan tersebut khususnya kebutuhan regulator dalam hal ini Kementerian Keuangan yang juga menjadi pemberi izin dan pengawas asuransi.

(12)

D. Rasio Early Warning System

1. Sekilas Tentang Early Warning System

Menurut Satria (1994) dalam Lusiana Prasetyo (2005).

Early Warning System (EWS) adalah tolak ukur perhitungan dari The National Association of Insurance Commissilners (NAIS) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Di samping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Negara- negara lain di luar Amerika Serikat yang menerapkan sistem ini melakukan sedikit modifikasi terhadap rasio-rasio yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan.

EWS ini dibuat pada awal dekade 1970-an dan mulai digunakan untuk menganalisis laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1977, dan berdasarkan analisis yang dihasilkannya, disempurnakan terus pada setiap tahunnya. Berdasarkan pengalaman NAIC, sebagai pelopor penerapan EWS, telah merasakan manfaat penggunaan sistem ini. Pemakaian system EWS terbukti efektif dalam mengidentifikasi kondisi perusahaan asuransi kerugian yang sehat dan tidak sehat.

Sistem ini menghasilkan rasio-rasio dari perusahaan asuransi kerugian yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan yang dikirimkan kepada dewan pengawas industri asuransi. Tujuan dari pembuatan rasio-rasio ini adalah untuk memudahkan lembaga pengawas asuransi melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yang berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan industri asuransi. Rasio-rasio tersebut dijadikan suatu sistem pengawasan yang dinamakan Early Warning System (EWS).

(13)

Rasio keuangan Early Warning System ini digunakan untuk menganalisis dan mengukur tingkat kesehatan dan kinerja keuangan perusahaaan asuransi kerugian dengan mendeteksi lebih awal pada laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian di masa yang akan datang untuk menentukan prioritas langkah-langkah perbaikan bagi perusahaan.

2. Bentuk dan Analisa Rasio-rasio Early Warning System

EWS yang diterapkan pada laporan keuangan perusahaan asuransi untuk mengukur kemampuan, kinerja dan kesehatan keuangan tersebut.

Menurut Ludovicus (2006 : 172,174) Rasio EWS yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Solvency Margin Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan perusahaan dalam menanggung risiko yang ditutup. Hasil rasio ini dapat menunjukkan seberapa besar kemampuan keuangan perusahaan untuk mendukung risiko yang mungkin timbul dari asuransi yang ditutup, dengan rumus :

Solvency Margin = Modal Sendiri Premi Neto

Modal sendiri dapat berupa modal saham, tambahan modal disetor, saldo laba dan akun ekuitas lainnya (Ludovicus, 2006:81). Premi neto adalah hasil bersih premi bruto dikurangi dengan premi reasuransi.

(14)

Interpretasi :

Rendahnya rasio ini mencerminkan adanya risiko yang tinggi sebagai akibat terlalu tingginya penerimaan premi. Untuk itu perlu analisa yang lebih mendalam dalam menentukan penyebab dari kelebihan premi yang tidak sebanding dengan kemampuan keuangan perusahaan.

b. Pengembalian Investasi

Rasio ini mengukur hasil investasi dari kegiatan investasi yang dilakukan serta mengukur hasil (return) dari investasi, dengan rumus :

Pengembalian Investasi = Pendapatan Bersih Investasi Rata-rata investasi

Interpretasi :

Rendahnya rasio ini dapat menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan kurang tepat. Dapat disebabkan oleh penempatan investasi yang salah dalam harta tetap, investasi spekulatif atau alasan lain seperti metode penilaian aktiva, stabilisasi dan likuiditas investasi. Sehingga perlu dilakukan pengkajian ulang.

c. Rasio Retensi Sendiri

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat retensi perusahaan yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar untuk membandingkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya dengan dana yang tersedia, dengan rumus : Retensi Sendiri = Premi Neto

Premi Bruto

(15)

Interpretasi :

Rasio ini sebaiknya digunakan secara bersamaan dengan Solvency Margin sehingga analisisnya akan menggambarkan keadaan yang lebih akurat.

Apabila rasio retensi sendiri rendah, sedangkan Solvency Marginnya tiggi, maka perusahaan beroperasi dengan jelek.

E. Harga Saham 1. Pengertian Saham

Menurut Andy (2007:1) “saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan.”

Menurut Sawidji (2004:39) “saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten”.

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Harga saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena harga saham yang paling dipentingkan oleh investor. Harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi juga menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya, sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkatkan lagi.

(16)

Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham : a. proyeksi laba per lembar saham

b. tingkat resiko dari proyeksi laba

c. proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas d. kebijakan pembagian deviden

e. kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya f. pajak dan keadaan bursa saham

g. kondisi keuangan perusahaan h. harapan dan perilaku investor

i. kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar j. kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham

F. Penelitian Terdahulu

Siswandaru Kurniawan (2006) meneliti pengaruh rasio-rasio Early Warning System dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham perusahaan asuransi perusahaan asuransi di bursa efek jakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa rasio beban klaim, rasio likuiditas, Agent’s balance to surplus, dan rasio pertumbuhan premi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Pada variabel tingkat suku bunga SBI menyatakan hasil yang sama yaitu memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham.

Lusiana Prasetyo (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio keuangan Early Warning System terhadap tingkat solvabilitas perusahaan

(17)

asuransi perusahaan asuransi kerugian di bursa efek jakarta. Hasil penelitian lusiana menyatakan bahwa rasio perubahan surplus dan rasio biaya manajemen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat solvabilitas tetapi rasio piutang premi terhadap surplus memliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat solvabilitas.

Siti Mulani (2011) meneliti pengaruh rasio profitabilitas Early Warning System terhadap perubahan harga saham PT. ASURANSI BINA DANA ARTA Tbk. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa rasio perubahan surplus, rasio beban klaim, rasio komisi dan rasio pengembalian investasi memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan rasio biaya manajemen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.

Pebriantho P Sipahutar (2010) meneliti tentang Pengaruh Early Warning System terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2010 dengan hasil yang menyatakan bahwa Hasil EWS memiliki nilai korelasi yang sedang terhadap harga saham. Namun nilai koefisien determinasi menunjukkan tingkat pengaruh yang kecil antara EWS terhadap perubahan harga saham.

Marolop A. Nainggolan (2004) meneliti analisa perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi PT. LIPPO GENERAL INSURANCE Tbk, PT. DAYIN MITRA Tbk dan PT. PANIN INSURANCE Tbk. hasil penelitian menyatakan bahwa Ketiga perusahaan sama-sama mengalami penurunan kondisi keuangan serta terdapat perbedaaan kinerja keuangan

(18)

dalam hal kebijakan keuangan perusahaan dan perbedaan karakteristik usaha perusahaan.

Agustinus Eko Yunianto (2004) melakukan penelitian tentang kinerja dan risiko keuangan perusahaan asuransi sebelum dan setelah krisis ekonomi.

hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kondisi likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan risiko perusahaan asuransi memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum krisis dan setelah krisis.

Tabel ringkasan hasil penelitian terdahulu terdapat pada halaman lampiran yaitu lampiran I.

G. Model Konseptual

Berdasarkan landasan teori, maka hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Konseptual Variabel X

Variabel Y Solvency Margin Ratio

(X1)

Rasio Pengembalian Investasi (X2)

Rasio Retensi Sendiri (X3)

Harga Saham (Y)

Gambar

Tabel  ringkasan  hasil  penelitian  terdahulu  terdapat  pada  halaman  lampiran yaitu lampiran I

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang ia menjadi dosen tetap di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta dengan mata kuliah pokok Pendidikan Agama Islam dan Sejarah

Dengan menggunakan data pada Tabel 1 akan ditentukan penaksir proporsi eksponensial untuk menaksir rata-rata produksi padi dengan menggunakan syarat penaksir

Penjaga kebun binatang mengatakan bahwa jika dia menambahkan 10 tahun dengan umur beruang dan kemudian dua kali lipatnya, beruang akan berumur 90 tahun.. Berapa

sebelumnya. Yaitu dari 1) Objek penelitian berfokus pada pembelajaran ilmu ekonomi. 2) Pembelajaran daring pada materi mata kuliah yang bersifat praktik hitung-hitungan bukan

Makna yang terkandung dalam pengertian pendidikan tersebut adalah bahwa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, pelaksanaan pendidikan harus dilaksanakan secara sadar

Arus kas sebelum perubahan dalam aset dan liabilitas yang diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi. 394,405 475,893 Net cash flows received from (used in) operating

project buffer di atas maka diketahui waktu penyangga untuk masing-masing pekerjaan, baik untuk pekerjaan pendahuluan, pembangunan gedung ruang komisi, pembangunan

Anda mengetahui tentang keberadaan Kereta Wisata yang ada di Kampoeng Kopi Banaran.. Apakah Anda sudah pernah menggunakan