• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 PERENCANAAN AUDIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN 3.1 PERENCANAAN AUDIT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 PERENCANAAN AUDIT

Standar Pekerjaan Lapangan dalam Standar Auditing mengharuskan bahwa audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya

Tiga alasan utama auditor merencanakan audit dengan baik: (1) memperoleh bukti kompeten yang memadai, (2) membantu menjaga biaya audit dikeluarkan dalam jumlah wajar, (3) menghindari kesalahpahaman dengan klien

- Acceptable audit risk/AAR (risiko akseptibilitas audit): ukuran untuk menilai seberapa besar kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin saja disajikan dengan kesalahan penyajian yang material setelah proses audit dilaksanakan dan pendapat wajar tanpa pengecualian dinyatakan

- Inherent Risk/IR (risiko inheren/risiko bawaan): ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya kesalahan penyajian yang material atas account sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian intern

- Penilaian terhadap AAR dan IR merupakan bagian penting dari perencanaan karena penilaian tersebut mempengaruhi jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan danpenugasan staf yang lebih berpengalaman dan pelaksanaan audit.

Presentation Outline Perencanaan Audit

I. Menerima Klien dan Melakukan Perencaan Audit Awal II. Memahami Bisnis dan Industri Klien

III.Menilai Risiko Bisnis Klien

IV.Melakukan Prosedur Analitik Awal

I. Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal A. Client Acceptance and Continuance

B. Indentifikasi Alasan Klien Meminta Penugasan Audit C. Membuat Kesepahaman dengan Klien

D. Memilih Staf untuk Melaksanakan Penugasan

E. Mengevaluasi Kebutuhan terhadap Spesialis dari Luar

II. Memahami Bisnis dan Industri Klien

A. Alasan utama untuk Memahami Industri dan Lingkungan Eksternal B. Operasi dan Bisnis Proses

C. Manajemen dan Governance D. Tujuan dan Strategi Klien E. Pengukuran dan Kinerja

III. Menilai Risiko Bisnis Klien

Risiko bisnis klien adalah risiko dimana klien gagal dalam mencapai tujuan bisnisnya.

Risiko ini dapat timbul dari berbagai faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannnya. Contoh: kompetitor, teknologi baru, kondisi industri, dan regulatory environment Perhatian utama terletak pada kemungkinan salah saji

(2)

material dalam LK klien Contoh: sebuah perusahaan supplier peralatan IT memiliki persediaan peralatan komputer dalam jumlah besar karena memprediksi tingkat penjualan yang akan meningkat pesat. Tetapi penurunan kondisi ekonomi mengakibatkan penurunan penjualan yang signifikan.

Perusahaan IT biasanya memiliki siklus yang pendek, sehingga auditor harus memperhatikan nilai persediaan ini agar tidak disajikan secara tidak wajar dalam LK

IV. Melakukan Prosedur Analitik Awal A. Definisi Prosedur Analitik

B. Kemampuan Membayar Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt) C. Rasio Likuiditas (Liquidity Activity Ratios)

D. Kemampuan Membayar Hutang Jangka Panjang (Meet Long-term Debt Obligation)

E. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

Standar Pekerjaa Lapangan menharuskan Akuntan Publik untuk merencanakan audit sebaik mungkin. Tahap awal dari perencanaan audit (audit

planning) terdiri dari 4 hal , yaitu:

1. Accept client and perform initial audit planning (menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal)

2. Understand the Clent’s Business and Industry (memahami karakteristik bisnis dan industri klien)

3. Assess Client Business Risk (Menilai Risiko Bisnis Klien)

4. Perform Preliminary Analytical Procedures (Melakukan Prosedur Analitik Awal) 3.2 AUDIT PLAN (PERENCANAAN PEMERIKSAAN)

Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang sebaik-baiknya dalam setiap penugasan audit. Oleh sebab itu tahap perencanaan audit merupakan tahap yang mau tidak mau harus mendapat perhatian yang serius dari auditor. Hal ini tentu tidak dapat dipungkiri karena pekerjaan apapun tentu akan lebih baik bila terencana dengan baik. Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut :

“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”

1. Pengertian dan Tujuan Audit Plan Audit Plan adalah pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan disusun segera setelah MANAGEMENT LETTER (surat perikatan) disetujui klien.

Tujuan Audit Plan adalah untukmencapai keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya besar, baik secara individual mapun secara keseluruhan, yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan. Dalam merencanakan audit :

Risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, sesuai dengan

pertimbangan professional

Menetapkan pertimbangan awal mengenai tingkat matealitas Untuk audit plan, auditor dapat mempertimbangkan materialitas : Sebelum laporan keuangan yang akan diaudit selesai dususun Setelah laporan keuangan yang akan diaudit selesai diaudit, namun perlu dimodifikasi Untuk kedua keadaan tersebut didasarkan atas laporan keuangan intern klien yang disetahunkan atau laporan

(3)

keuangan tahunan satu / lebih periode sebelumnya, dengan syarat memperhatikan pengaruh perubahan besar dalam perusahaan klien dan perubahan lain yang relevan dalam perekonomian secara keseluruhan Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan antara lain : Pahami bisnis dan industri klien Kebijakan dan prosedur akuntansi klien Metode pengolahan informasi akuntansi yang digunakan klien, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan Penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan Pertimbangan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit Pos laporan keuangan yang memerlukan penyesuaian (adjustment) Kondisi yang mungkin memerlukn perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliuran dan ketidakberesanyang material atau adanya transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas sebagai contoh: laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi,laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak/perjanjian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan audit Menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri klien.

Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Hal-hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah jenis bisnis dan produk klien

 lokasi dan

 karekteristik operasi klien seperti metode produksi dan pemasaran . jenis

 dan karakteristik ondustri. Hal ini menentukan sensitivitas bisnis klien terhadap perubahan kondisi ekonomi. Kebijakan dan praktik industri sangat

berdampak kepada kelangsungan usaha klien.

Eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungan erat dengan klien misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company.

Regulasi pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien Karekteristik laporan yang harus diberikan kepada badan regulasi.

Melakukan prosedur analitis Prosedur analitis adalh pengevaluasian informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan-hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data non keuangan.

Prosedur analitis dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu tahap perencanan, tahap pengujian atau tahap pengerjaan lapangan, dan tahap penyimpulan hasil audit.

Dalan tahap perencanaan, prosedur analitis berguna untuk membantu auditor merencanakan sifat, penentuan waktu, dan luas prosedur audit. Dalam tahap pengerjaan lapangan, prosedur analitis merupakan prosedur audit yang optimal.prosedur analitis dilakukan sebagai salah satu pengujian substansif untuk menghimpun bahan bukti tentang asersi tettentu yang terkait dengan saldo rekening. Dalam tahap pengambilan kesimpulan hsil audit, prosedur analitis berguna sebagai alat untuk penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan keuangan auditan. Melakukan penilaian awal terhadap materialitas Materialitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam audit laporan keuangan karena materialitas mendasari penerapan standar auditing, khususnya

(4)

pengerjaan lapangan, dan stndar pelaporan.materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan yang salah pada informasi akuntansi yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Menilai risiko audit .

Audit harus mempertimbangkan risiko audit dalam melakukan perencanaan audit. Risiko audit adlah risiko tidak diketahuinya kesalahan yang dapat mengubah pendapat auditor atas suatu laporan keuangan yang diaudit:

Risiko audit terdiri dari atas tiga komponen, yaitu Risiko bawaan Risiko bawaan adalah kerentanan atau mudah tidaknya suatu akun mengalami salah saji material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prodedur struktur pengendalain intern yang tekait.

Contoh : asersi keberadaan atau keterjadian akun piutang dagang mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Keberadaan aktiva tetap lebih mudah dibuktikan daripada keberadaan piutang dagang.

 Risiko pengendalian Risiko pengendalian adalh risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi yang tidak dapat didetksi ataupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern satuan usaha. Semakin efektif struktur pengendalian intern maka senakin kecil risiko pengendalian .

Risiko deteksi Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji matrial yang terdapat dalam suatu asersi.

Risiko deteksi dapat ditekan atau diturunkan auditor dengan cara melakukan perencaaan yang memadai, dan supervisis atau pengawasan yang tepat, serta

penerapan standar pengendalian mutu.

Mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi yang signifikan Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk menurunkan risiko audit pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung pendapat auditor

mengenai kewajaran laporan keuangan.

Strategi audi, yaitu :

Primarily substantive approach Pada strategi ini auditor lebih mengutamakan pengujian substantive daripada pengujian pengendalian.

Lower assessed level of control risk approach Pada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian pengendalian dripada pengujian substantive. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak melakukan pengujiam substanti, auditor tetap melakukan pengujian substantive meskipun tidak seekstensufb pada primarily substantive approach Menghimpun pemahaman sruktur pengendalian intern klien Standar pengerjaan lapangan kedua menyatakan bahwa pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus memahami bisnis klien dengan sebik-baiknya, termasuk sifat, dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur permodalan, metode produksi, pemasaran, distribisi dan lain-lain. Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis kliem melalui pengalaman dengan klien dan industrinya, pengajuan pertanyaan kepada pengawai perusahaan klien, kertas kerja audit dari tahun sebelumnya

(5)

(yang berisi informasi mengenai sifat bisnis, struktur organisasi dan karekteristik opersi serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus), publikasi yang diperlukan industri lapoaran keuangan, buku teks, majalah dan perorangan yang memiliki pengetahuan industri klien Pengetahuan bisnis klien membantu auditor mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus, menila kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi, menilai kewajaran estimasi, serta penilaian atas persediaan, depresi, penyisihan piutang ragu-ragu dan lain-lain. Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah yang penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervise yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak factor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit. memahami tanggung jawabnya dan tujuan prosedur audit mengetahui hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, luas dan saat prosedur tersebut dilaksanakan (sifat bisnis klien, masalah akuntansi dan audit)

Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur audit yang mereka laksanakan.yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, luas dan saat prosedur yang harus dilaksanakan seperti sifat bisnis satuan usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalh-masalh akuntansi dan audit

2. Isi Audit Plan

Isi dari audit plan mencakup :

Hal-hal mengenai klien Bidang usaha klien, alamt, no. telepon, fax. Status hukum perusahaan (berdasarkan akte pendirian) Kebijakan akuntansi

- Buku yang digunakan : buku penjualan, buku pembelian, buku kas/bank, buku memorial

- Meode pembukuan : manual, computer, mesin pembukuan Neraca komparatif dan perbandingan penjualan, laba/rugi tahun lalu dan sekarang. Client contact : presiden direktur, controller, penasihat hukum Accounting, auditing dan tax problem

- Accounting problem : perubahan metode pencatatan dan manual kekomputer, revaluasifixed asset, perubahan metode atau tariff penyusutan

- Auditing problem : hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan, perubahan

accounting policy

- Tax problem : masalah restitusi, kekurangan penyetoran, adanya dua Hal-hal

yang mempengaruhi klien

- Majalah ekonomi/surat kabar (bissiness news, ekonomi keuangan Indonesia) Rencana kerja auditor:

a. Staffing

b. Waktu pemeriksaan c. Jenis jasa yang diberikan Hal-hal Tambahan

a. Bantuan yang dapat diberikan klien

(6)

b. Time schedule

Pada akhir Audit Plan, mencantumkan:

a. Dibuat oleh b. Review oleh:

c. Approved oleh: pembukuan dan perusahaan.

Tahap-tahap Perencanaan Auditing

Prosedur Perencanaan Audit

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut.

Isi Perencanaan Audit

1. Hal-hal mengenai klien, pengetahuan tentang bisnis klien membantu auditor dalam mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus; menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan,diolah, di-review dan dikumpulkan dalam organisasi; menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang; menilai kewajaran representasi manajemenen;

mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan pengungkapannya.

2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.

(7)

3. Rencana Kerja Auditor. Hal-hal pentingnya antara lain : Staffing, pemeriksaan, dan jasa-jasa audit yang diberikan. Hal-hal tambahannya : bantuan yang dapat diberikan klien seperti mengisi formulir konfirmasi utang piutang, dan membuat jadwal-jadwal, time schedule.

Elemen-elemen Perencanaan Audit

Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen- elemen perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah :

1. Pra Plan (Perencanaan Awal). Beberapa hal penting yang terdapat dalam

perencanaan awal ini

adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit,meneri ma atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan memperoleh surat penugasan.

2. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien. Auditor harus memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan surat penugasan atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat memahami latar belakang klien adalah dengan cara : meninjau lokasi pabrik dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan,mengidentifikasi pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar.

3. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan hukum industri klien mempunyai dampak besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk menafsirkan fakta yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akan meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan dalam laporan keuangan. Dalam hal ini dokumen-dokumen hukum yang penting untuk diperiksa oleh auditor adalah Akta Pendirian Perusahaan,anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan komisaris, para pemegang saham, komite audit dan para pejabat eksekutif termasuk didalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham serta dokumen mengenai kontrak penjualan maupun pembelian.

4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan. Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan kegiatan pemeriksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur analitis ini diantaranya : Memahami bidang usaha klien, penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, indikasi adanya

(8)

kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan dan mengurangi pengujian yang terinci.

5. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima. Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji material, apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia harus memberitahukan hal ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan tersebut maka auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian.

6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai resiko kendali.

7. Mengembangkan program audit dan rencana audit. Untuk melaporkan serta memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti- bukti. Guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus menyusun program yang direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga merupakan suatu alat pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan pemeriksaannya dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia (2001:311.3) menyatakan bahwa: “Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis. Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi”

(9)

3.3. AUDIT PROGRAM

1. Pengertian dan Tujuan Audit Program

Audit program merupakan kumpulan prosedur audit (dibuat tertulis ) yang rinci dan dijalankan untuk mencapai tujuan audit ( akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk compliance test dan substantive test.

Tujuan audit program :untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan oleh manajemen dari sisieksistensi atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi serta panyjian dan pengungkapan dapat dipercaya, wajar dan tidak menyesatkan terhadap pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut

2. Manfaat Audit Program

Manfaat audit program yaitu: Sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan asisten dan instruksi bagaimana harus menyelesaikan Sebagai dasar untuk koordinasi, pengawasan dan pengendalian pemeriksaan.

Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien Disusun setelah Audit Plan ( tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai ) Disusun secara stndarisasi untuk semua klien Disusun sesuai dengan kondisi dan situasi klien Audit Program yang baik mencamtumkan : Tujuan pemeriksaan (audit objective) Prosedur audit yang akan dijalankan Kesimpulan pemeriksaan Prosedur audit program : Prosedur audit program untuk compliance test Prosedur audit program untuk substantive test Prosedur audit program untuk keduanya

(10)

3.4 Prosedur Analitik

SA Seksi 329 PROSEDUR ANALITIK Sumber: PSA No. 22

PENDAHULUAN

01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik dan mengharuskan penggunaan prosedur analitik dalam tahap perencanaan dan tahap review menyeluruh semua audit.

02 Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan

yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data. Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya.

Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan

akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau

salah saji.

03 Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya

pengetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien.

Pemahaman

atas tujuan prosedur analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu, identifikasi hubungan dan jenis data yang digunakan, serta kesimpulan yang diambil

apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang diharapkan, membutuhkan

pertimbangan auditor.

04 Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya.

b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.

c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan yang disebutkan pada butir a

dan c

di atas untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar

auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sebagai tambahan, dalam beberapa

hal, prosedur analitik lebih efektif atau efisien daripada pengujian rinci untuk mencapai tujuan pengujian substantif. 05 Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-

(11)

jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan:

a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan perubahan yang diketahui.

b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi

dari data interim atau tahunan.

c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.

d. Informasi industri bidang usaha Mien, misalnya informasi laba bruto.

e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.

PROSEDUR ANALITIK DALAM PERENCANAAN AUDIT

06 Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk: a.

Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan, b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit.

Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, ratio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit. 07 Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya menggunakan data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih lanjut kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan auditor dapat berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien. Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku besar atau daftar saldo (trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain,prosedur analitik mungkin meliputi analisis lapotan keuangan triwulan yang ekstensif. Pada kedua keadaan tersebut, prosedur analitik yang dikombinasikan dengan pengetahuan auditor tentang bisnis, menjadi dasar dalam menentukan permintaan keterangan tambahan dan perencanaan yang efektif. 08 Walaupun prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit seringkali hanya menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala informasi nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan. Misalnya jumlah karyawan, luas ruang penjualan, jumlah barang yang diproduksi dan informasi serupa lainnya mungkin membantu dalam mencapai tujuan prosedur.

PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENGUJIAN SUBSTANTIF

(12)

09 Kepercayaan auditor terhadap pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan suatu asersi1 dapat berasal dari pengujian rinci, dari prosedur analitik, atau dari kombinasi keduanya. Keputusan mengenai prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan audit tertentu didasarkan pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang ada.

10 Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang diinginkannya dari pengujian substantif untuk suatu tujuan audit dan memutuskan, antara lain prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur mana, yang dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut. Untuk asersi tertentu, prosedur analitik cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan.

11 Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:

a. Sifat asersi.

b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.

c. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

d. Ketepatan harapan.

SIFAT ASERSI

12 Prosedur analitik mungkin merupakan pengujian efektif dan efisien atas asersi yang kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak dari pemeriksaan bukti rinci atau bila bukti yang rinci tidak langsung tersedia. Sebagai contoh, perbandingan dari kumpulan gaji yang dibayar dengan jumlah karyawan mungkin menunjukkan pembayaran yang tidak sah yang mungkin tidak tampak dari pengujian transaksi individual. Perbedaan dari hubungan yang diharapkan dapat juga menunjukkan kemungkinan penghilangan dari catatan akuntansi bilamana bukti transaksi individual dari pihak yang independen yang seharusnya dibukukan tidak langsung tersedia.

KELAYAKAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMPREDIKSIKAN SUATU HUBUNGAN

13 Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat hubungan menjadi masuk akal sebab data kadang-kadang seperti berkaitan padahal kenyataannya tidak demikian, sehingga dapat mengarahkan auditor ke pengambilan kesimpulan yang salah. Di samping itu, adanya satu hubungan yang tidak diharapkan dapat memberikan bukti yang penting jika diteliti secara memadai.

14 Karena tingkat keyakinan yang lebih tinggi diharapkan dari prosedur analitik dibutuhkan lebih banyak hubungan untuk mengembangkan harapan. Hubungan dalam satu lingkungan yang stabil biasanya lebih dapat diduga daripada hubungan dalam satu lingkungan yang dinamis atau tidak stabil. Hubungan yang melibatkan akun laba-rugi cenderung lebih dapat diduga dari pada hubungan yang melibatkan hanya akun neraca, karena akun laba-rugi mencerminkan

transaksi selama

satu periode waktu, sementara akun neraca mencerminkan saldo pada satu titik

(13)

waktu. Hubungan yang menyangkut transaksi yang tergantung pada keputusan manajemen kadang-kadang kurang dapat diduga. Sebagai contoh, manajemen mungkin memilih untuk mengeluarkan biaya pemeliharaan dari pada mengganti aktiva tetap atau mereka mungkin menunda suatu pengeluaran klien.

KETERSEDIAAN DAN KEANDALAN DATA

15 Data mungkin atau tidak mungkin langsung tersedia untuk mengembangkan taksiran bagi beberapa asersi. Sebagai contoh, untuk menguji asersi kelengkapan, penjualan yang ditaksir bagi jenis usaha tertentu mungkin dapat dikembangkan dari statistik produksi atau ukuran tempat penjualan. Bagi jenis usaha lain, data yang relevan untuk asersi kelengkapan penjualan mungkin tidak langsung tersedia dan mungkin akan lebih efektif clan efisien untuk menggunakan catatan pengiriman yang rinci dalam menguji asersi tersebut.

16 Auditor memperoleh keyakinan dari prosedur analitik berdasarkan atas konsistensi jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan dari data yang diperoleh dari sumber lainnya. Keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan harus sesuai dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik. Auditor harus menilai keandalan data dengan mempertimbangkan sumber data dan kondisi yang melingkupi pengumpulan data serta pengetahuan lain yang mungkin dimiliki auditor mengenai data itu.

Faktor berikut ini mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap keandalan data untuk mencapai tujuan audit:

a. Apakah diperoleh dari sumber yang independen di luar entitas atau dari

sumber di dalam entitas.

b. Apakah sumber dari dalam entitas independen dari mereka yang bertanggung jawab atas jumlah yang diaudit.

c. Apakah data dikembangkan dari sistem yang dapat diandalkan dengan pengendalian memadai.

d. Apakah data menjadi sasaran pengujian dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya.

e. Apakah harapan dikembangkan dengan memakai data dari berbagai sumber.

KETEPATAN HARAPAN

17 Harapan auditor harus cukup tepat untuk memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan sehingga perbedaan yang mungkin merupakan salah saji yang material, baik secara individu atau secara kelompok, dengan salah saji lainnya, akan teridentifikasi untuk diaudit oleh auditor (paragraf 20). Ketika harapan menjadi lebih tepat, toleransi perbedaan yang diharapkan menjadi lebih sempit, sehingga jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil prosedur analitik dengan angka sesungguhnya, perbedaan tersebut kemungkinan besar karena salah saji. Ketepatan harapan tergantung pada, antara lain, identifikasi dan pertimbangan auditor terhadap

faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi jumlah yang diaudit dan tingkat kerincian data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

18 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hubungan keuangan. Sebagai contoh, penjualan dipengaruhi oleh harga, volume dan campuran produk.

Sebaliknya, masing-masing hal itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan faktor

(14)

yang bertentangan dapat menutupi salah saji. Identifikasi yang lebih efektif terhadap faktor yang secara signifikan mempengaruhi hubungan umumnya dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya keyakinan yang diinginkan dari

prosedur analitik.

19 Harapan yang dikembangkan pada tingkat yang rinci biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam mendeteksi salah saji jumlah tertentu dari pada perbandingan secara luas. Jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif dari pada jumlah tahunan dan perbandingan berdasarkan lokasi atau jalur usaha biasanya akan lebih efektif dari pada membandingkan perusahaan secara keseluruhan. Tingkat kerincian yang cocok akan dipengaruhi oleh sifat klien, besarnya dan kerumitannya. Umumnya risiko salah saji yang material menjadi kabur akibat meningkatnya faktor yang bertentangan karena operasi klien menjadi lebih rumit dan lebih beragam. Penguraian masalah akan membantu mengurangi risiko ini.

PENYELIDIKAN DAN EVALUASI PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN

20 Dalam merencanakan prosedur analitik sebagai pengujian substantif, auditor harus mempertimbangkan jumlah perbedaan yang diharapkan yang dapat diterima tanpa penyelidikan lebih lanjut. Pertimbangan ini dipengaruhi terutama oleh materialitas dan harus konsisten dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur ini. Penentuan jumlah ini melibatkan pertimbangan kemungkinan bahwa kombinasi dari salah saji dalam saldo akun tertentu, atau golongan transaksi tertentu, atau saldo atau golongan transaksi lainnya, dapat terhimpun menjadi suatu jumlah yang tidak dapat diterima.

221 Auditor harus mengevaluasi perbedaan material yang tidak diharapkan.

Dengan

mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan dalam mengembangkan harapan dan permintaan keterangan dari manajemen dapat membantu

auditor dalam hal ini Namun, tanggapan manajemen biasanya harus didukung

dengan bukti

lain. Dalam keadaan tersebut, bila penjelasan tentang perbedaan tidak dapat diperoleh, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup mengenai asersi yang bersangkutan dengan melakukan prosedur audit lainnya untuk meyakinkan dirinya apakah perbedaan tersebut kemungkinan merupakan salah saji ³Dalam mendesain prosedur audit lainnya itu, auditor harus mempertimbangkan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan, yang mungkin menunjukkan risiko yang meningkat dari salah saji yang material. (Lihat SA Seksi 316 [PSA No. 70]

Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.

PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN DALAM REVIEW YANG MENYELURUH 22 Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh adalah

untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Berbagai macam prosedur

analitik mungkin bermanfaat untuk tujuan ini. Review menyeluruh umumnya meliputi

pembacaan laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan: a.

(15)

Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit, dan b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang sebelumnya tidak diidentifikasi.

Hasil review menyeluruh dapat menunjukkan bahwa bukti tambahan mungkin diperlukan.

Tanggal Berlaku Efektif 23 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001.

Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini

diizinkan. Masa transisi

ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa

transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

(16)

KESIMPULAN

Standar Pekerjaan Lapangan butir pertama:

“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”

3 Alasan utama auditor harus merencanakan penugasannya dengan tepat: Untuk memungkinkan auditor memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup untuk kondisi yang ada, Membantu menjaga biaya audit tetap wajar, Menghindari kesalahpahaman dengan kliennya.

2 (Dua) Istilah Risiko yang harus dipahami betul oleh seorang auditor: 1. Risiko Akseptabilitas Audit (Risiko Audit yang Dapat Diterima), yaitu suatu ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan (LK) mungkin saja salah saji material setelah audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian dikeluarkan.

2. Risiko Inheren (Risiko Bawaan), yaitu suatu ukuran penilaian auditor atas kemungkinan terdapat salah saji material dalam saldo akun, sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian intern. Penilaian terhadap kedua risiko ini penting dalam perencanaan audit, karena penilaian tersebut mempengaruhi jumlah bahan bukti yang harus dikumpulkan dan staf yang harus ditugaskan. Contoh; Jika risiko inheren untuk persediaan tinggi karena masalah valuasi yang rumit, semakin banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan dan lebih banyak staf berpengalaman untuk ditugaskan dalam area ini.

8 Bagian dalam Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit 1. Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal

5 Hal yang harus diputuskan auditor dalam bagian ini, yaitu: Menerima klien baru dan melanjutkan klien lama, Identifikasi alasan klien untuk diaudit, Memperoleh kesepakatan/kesepahaman dengan klien (Memperoleh Surat Penugasan), Memilih staf untuk penugasan, Mengidentifikasi kemungkinan kebutuhan akan tenaga spesialis dari luar.

3. Menetapkan Risiko Usaha Klien

Risiko usaha/bisnis terjadi jika perusahaan gagal mencapai tujuannya. Perhatian utama auditor risiko dari salah saji material yang disebabkan risiko usaha tersebut.

(17)

4. Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan

Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan…., meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.

Prosedur Analitis dilakukan dalam 3 tahapan Audit: A. Tahap Pendahuluan/Tahap Perencanaan dengan tujuan: Memahami bidang usaha dan industri klien, Menilai kelangsungan hidup perusahaan, Mengindikasikan kemungkinan salah saji, Mengurangi pengujian rinci ; B.Tahap Pengujian dengan tujuan: Mengindikasikan kemungkinan salah saji, Mengurangi pengujian rinci

Tahap Penyelesaian dengan tujuan: Mengindikasikan kemungkinan salah saji, Menilai kelangsungan hidup perusahaan :Ada 5 jenis Prosedur Analitis :Membandingkan data klien dengan data serupa pada tahun sebelumnya, Membandingkan data klien dengan data rata-rata industri, Membandingkan data klien dengan ekspektasi klien, Membandingkan data klien dengan ekspektasi auditor, Membandingkan data klien dengan hasil perhitungan data-data non keuangan

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno,.” Auditing Petunjuk Praktis pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik: Salemba Empat, Jakarta.

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, and Mark S. Beasley. “Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach”. Pearson Prentice Hall

http://www.google.co.id/search?q=perencanaan+audit&ie=utf-8&oe=u tf- 8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a

http://pucca-hotz.blogspot.com/2010/05/perencanaan-audit-hal-yang-harus.html

Referensi

Dokumen terkait

International Standards Organization, London (1998). Prioritizing Web Usability. Berkeley: New Riders. Rakayasa Perangkat Lunak Menggunakan UML dan JAVA.Andi Offset.

Amplitude (complexity) berarti bahw a luasny a ruang ling kup d an ko mp leksitas karya harus cukup untuk memungkinkan perkembangan peristiw a yang masuk akal ataupun

Membuktikan ada tidaknya gugus amina pada kitosan, dilakukan uji menggunakan larutan ninhidrin, uji ninhidrin kitosan hasil sintesis menunjukkan positif yang dapat

Akad murabahah dengan kuasa membeli juga diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 07/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimp unan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang M

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun adalah suatu keadaan atau perasaan yang tidak menyenangkan dan bersifat

Langkah pertama dalam menangani IUGR adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin IUGR

Untuk Tahap selanjutnya sesuai dengan Dokumen Pemiihan / Lelang, maka Panitia akan melakukan proses pembuktian kualifikasi terhadap daftar isian dokumen kualifikasi yang

Pokja 8 Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kendal Tahun Anggaran