• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA

BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS,

TEMANGGUNG

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Margareta Widyaningrum NIM: 171124020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

ii S K R I P S I

PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA

BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG.

Oleh :

Margareta Widyaningrum NIM : 171124020

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

Patrisius Mutiara Andalas, SJ, S.S., S.T.D. 2 Juli 2021

(3)

iii S K R I P S I

PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA

BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG.

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Margareta Widyaningrum NIM : 171124020

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 22 Juli 2021.

dan dinyatakan memenuhi syarat.

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda Tangan Ketua : Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ ………

Sekretaris : FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd. ....………

Anggota : 1. Patrisius Mutiara Andalas, SJ, S.S., S.T.D. ………..

2. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si. .……….

3. Dr. Ignatius L. Madya Utama, SJ, M.M. ………

Yogyakarta 22 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

(4)

iv Kepada

Kedua orangtuaku, umat yang memiliki usaha mikro, dan timja PSE Paroki St. Petrus dan Paulus Temanggung.

(5)

v MOTO

“ Pelayanan tidak pernah ideologis,

sebab kita tidak melayani ide, kita melayani orang.”

(FT. 115)

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii ABSTRAK

Skripsi S-1 ini berjudul “PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG”. Penulis memilih judul ini berdasarkan keprihatinan terhadap diakonia Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) bagi umat yang memiliki usaha mikro tidak berjalan dengan baik selama pandemi Covid-19. Dari permasalahan yang terjadi, penulis merumuskan tiga pertanyaan penelitian berikut. Sejauh mana peran PSE dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi Covid-19? Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran PSE dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi? Apa usulan kegiatan dari ketua bidang pelayanan kemasyarakatan, Tim Kerja PSE, dan umat yang memiliki usaha mikro dalam meningkatkan peran PSE sebagai perwujudan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi? Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif studi kasus. Selama pandemi, umat yang memiliki usaha mikro mengalami permasalahan ekonomi dan beberapa telah mendapatkan perhatian dari pemerintah dan Gereja. Namun umat merasa PSE Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung tidak menanggapi kebutuhan usaha mereka karena diakonia PSE masih berupa diakonia karitatif. Penulis juga menemukan bahwa Tim Kerja PSE telah mengumpulkan data umat yang memiliki Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada awal pandemi namun hal tersebut belum ditindak lanjuti. Faktor-faktor yang mendukung PSE mewujudkan diakonia, yaitu ketersediaan dana dan masalah ekonomi yang dialami umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi, merupakan peluang bagi diakonia PSE. Faktor hambatannya yaitu kesulitan Tim Kerja PSE dalam menentukan umat menurut kriteria dari data yang diperoleh dan kurangnya personil. Umat menyarankan PSE menyediakan bantuan modal usaha, pelatihan dan pendampingan usaha mikro agar berkembang. Penulis mengusulkan pertemuan Ketua Lingkungan dan Timja PSE untuk memperkenalkan PSE dan membahas penanganan masalah ekonomi umat selama pandemi Covid-19 dengan pembentukan PSE Lingkungan.

Kata-kata kunci : PSE, Diakonia, Usaha Mikro, Masalah Ekonomi.

(9)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis is entitled “THE ROLE OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT AS THE EMBODIMENT OF DIAKONIA FOR MICRO BUSINESSES DURING THE COVID-19 PANDEMIC AT ST. PETER AND PAUL’S PARISH TEMANGGUNG.” The author chose this title based on her concerns about the Socio-Economic Development diakonia to people who have micro-enterprises that have not been running well during the Covid-19 pandemic.

From the problems that occured, the author formulated three following research question. To what extent has the role of The Socio-Economic Development Office been in carrying out Diakonia for people who have micro-businesses during the Covid-19 pandemic? What factors do support and hinder the Socio-Economic Development Office’s role in carrying out Diakonia for people who have micro-enterprises during the pandemic? What are the proposals for activities from the chairperson, the Socio-Economic Development Office team, and people who have micro-businesses in increasing socio-economic development as a form of Diakonia for people who have micro-businesses during the pandemic? The writing of this undergraduate thesis is based on a case study descriptive qualitatif research method. During the pandemic, people who have micro-businesses have experienced economic problems, and some have received attention from the goverment and the Church. However, the people felt that St. Peter and Paul Catholic Chruch’s Socio-Economic Development Office was not resoponding to their business needs because it was still doing charitable services. The author also found that the Socio-Economic Development Office had collected data of people who had Micro and Medium Businesses at the beginning of the pandemic. Still, it had not reached its completion. Factors that support the Socio-Economic Development Office in implementing Diakonia, namely the availability of funds and economic problem experienced by people who have micro-businesses during the pandemic, are the opportunity to living Diakonia. The inhibiting factors are the Socio-Economic Development office’s difficulty in determining the people according to the criteria from the data obtained and the lack of personnel. People suggested the Socio-Economic Development Office provide business capital assistance training, and mentoring for micro-businesses to develop. The author proposes meeting the Lingkungan Chairperson and the Socio-Economic Development Office team to introduce the Socio-Economic Development Office and discuss handling economic problems of people who have micro-businesses during the Covid-19 pandemic with formation the Lingkungan Socio-Economic Development Office.

Keywords : The Socio-Economic Development Office, Diakonia, Micro-Businesses, Economic Problems.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI

PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG.

Banyak pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis dengan sepenuh hati menghaturkan terima kasih kepada :

1. Patrisius Mutiara Andalas, SJ, S.S., S.T.D, selaku dosen pembimbing utama yang selalu memberikan motivasi, meluangkan waktu untuk mendampingi penulis, dan memberi masukan penulis dalam proses penyusunan skripsi.

2. Dr. B.A Rukiyanto, SJ, selaku ketua Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik yang telah memberikan izin bagi penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si, selaku dosen penguji II dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memotivasi dan membantu memilihkan dosen pembimbing bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Dr. Ignatius L. Madya Utama, SJ, M.M, selaku dosen penguji III, yang terus menerus mendampingi penulis sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

(11)

xi

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR TABEL ...xviii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Metode Penulisan ... 7

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II: KERANGKA TEORI DAN KAJIAN TERKAIT ... 10

(13)

xiii

A. Kerangka Teori ... 11

1. Hakikat Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) ... 11

2. Visi Dasar dan Spiritualitas Karya Pastoral PSE ... 11

3. Prinsip Keterlibatan Sosial PSE ... 12

a. Martabat Manusia. ... 13

b. Kesejahteraan Umum ... 13

c. Subsidiaritas ... 14

d. Solidaritas ... 14

4. Bidang-Bidang Pelayanan PSE ... 15

a. Pengumatan Spiritualitas PSE ... 15

b. Pengembangan Masyarakat ... 16

5. Diakonia (Pelayanan) ... 18

6. Ciri-Ciri Diakonia ... 19

a. Hakiki ... 19

b. Lokal ... 19

c. Sedunia ... 19

d. Pencegahan atau Preventif ... 19

e. Struktural dan Politis ... 20

f. Kemanusiaan ... 20

g. Kesalingan ... 20

h. Membebaskan ... 21

7. Bentuk-Bentuk Diakonia ... 21

a. Diakonia Karitatif (Victim Care) ... 22

b. Diakonia Pemberdayaan (Victim Cause) ... 22

8. Tujuan Diakonia ... 23

(14)

xiv

a. Keadilan ... 23

b. Perdamaian ... 24

c. Sukacita ... 24

9. PSE Sebagai Perwujudan Diakonia... 24

10. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 26

11. Karakteristik UMKM ... 27

12. Masalah Ekonomi Usaha Mikro Selama Pandemi Covid 19 ... 28

B. Kajian Terkait ... 29

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 32

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

1. Tempat Penelitian ... 33

2. Waktu Penelitian ... 33

D. Pengambilan Sample ... 34

E. Identifikasi Fokus Penelitian ... 35

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 36

1. Teknik Pengumpulan Data ... 36

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 37

G. Keabsahan Data ... 40

H. Analisis Data ... 41

1. Analisis Sebelum di Lapangan... 42

2. Analisis Selama di Lapangan ... 42

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 46

(15)

xv

1. Hasil Studi Dokumentasi ... 46

2. Hasil Observasi ... 53

3. Hasil Wawancara... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

BAB V: PENUTUP ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN Lampiran I : Surat Izin Penelitian ... (1)

Lampiran II : Usulan Kegiatan ... (2)

Lampiran III : Wawancara Umat yang Memiliki Usaha Mikro ... (6)

Lampiran IV : Wawancara Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan Timja PSE ... (31)

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Gereja

EG : Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang Evangelisasi di Dunia Modern, 24 November 2013.

FT : Fratelli Tutti, Ensiklik Bapa Suci Fransiskus tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial, 3 Oktober 2020.

GS : Gaudium Et Spes, Konstituti Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

KASG : Kompendium Ajaran Sosial Gereja, Ringkasan Ajaran Sosial Gereja, Maumere, 2009.

KGK : Katekismus Gereja Katolik, buku mengenai katekese Gereja Katolik, Paus Yohanes Paulus II tahun 1992.

KKG : Kompendium Katekismus Gereja Katolik, buku ringkasan Katekismus Gereja Katolik 1992, Jakarta, 2009.

PPKP : Pertobatan Pastoral Komunitas Paroki, Instruksi Pertobatan Pastoral Komunitas Paroki dalam Pelayanan Misi Evangelisasi Gereja, 29 Juni 2020.

B. Singkatan-Singkatan Lain AC : Air Conditioner

APP : Aksi Puasa Pembangunan BLT : Bantuan Langsung Tunai CU : Credit Union

(17)

xvii Covid-19 : Corona Virus Pandemic 2019 DANPAMIS : Dana Papa Miskin

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

PGPM : Pengurus Gereja dan Papa Miskin PSBB : Pembatasan Sosial Berskala Besar PSE : Pengembangan Sosial Ekonomi Timja : Tim Kerja

UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 33

Tabel 2 : Kisi-Kisi Wawancara ... 35

Tabel 3 : Instrumen Studi Dokumen ... 38

Tabel 4 : Instrumen Observasi... 38

Tabel 5 : Instrumen Wawancara Umat Pemilik Usaha Mikro ... 39

Tabel 6 : Instrumen Wawancara Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan Timja PSE Paroki ... 39

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corona Virus Pandemic (Covid-19) merupakan wabah yang berasal dari virus SARS-CoV-2 yang menjadi bencana besar internasional sepanjang tahun 2020 sampai 2021. Proses penularan virus yang cenderung sangat mudah dan cepat mengakibatkan setiap harinya selalu ada orang yang terpapar dan jumlahnya terus bertambah bahkan sampai meninggal dunia. Hal tersebut menimbulkan keresahan masyarakat di dunia sehingga memunculkan berbagai kebijakan negara-negara di dunia dan di Indonesia untuk menghentikan semua kegiatan yang melibatkan banyak orang dan memungkinkan kontak fisik. Tidak hanya menghentikan semua kegiatan tetapi juga menutup pusat perbelanjaan, sekolah, tempat wisata dan lain-lainnya.

Penutupan tempat dan pemberhentian berbagai macam kegiatan memberikan dampak pada segala aspek kehidupan terutama aspek ekonomi.

Dampak pandemi pada aspek ekonomi memberikan efek yang sangat besar bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Amri (2020:125) berdasarkan data dari Kementrian Koperasi, sebanyak 163.713 pelaku UMKM terdampak pandemi terutama paling banyak pada sektor makanan dan minuman.

Dampak pandemi pada UMKM tidak hanya di sektor makanan dan minuman tetapi juga pada sektor jasa, industri dan pertanian. Dampak yang UMKM alami yaitu penurunan penjualan, kekurangan modal dan terhambatnya industri. Hal tersebut juga berdampak pada perekonomian negara Indonesia yang

(20)

mengandalkan kontribusi UMKM dalam sumbangan investasi, penyediaan tenaga kerja, Produk Domestik Bruto (PDB), ekspor dan lain-lainnya.

Melihat masalah ekonomi UMKM selama masa pandemi covid-19, Gereja perlu menjadi saudara yang membangun sikap solidaritas berdasarkan kasih bagi mereka yang terdampak sehingga mereka mampu merasakan Kerajaan Allah yang hadir di tengah-tengah mereka. Wujud solidaritas dari Gereja merupakan salah satu dari empat pilar kehidupan Gereja yaitu pelayanan (diakonia). Solidaritas dalam diakonia memuat arti sikap tanpa pamrih, sikap yang menekankan hidup bersama tanpa mencari keuntungan diri sendiri.

Gereja sebagai pekerja diakonal memiliki tujuan membantu orang lain untuk memiliki posisi yang benar di hadapan sesama dan Tuhan Allah. Gereja memiliki kepedulian pada seluruh aspek hidup manusia baik rohani, jasmani, sosial dan ekonomi. Tujuan diakonia juga untuk membangun relasi dengan situasi dan kondisi yang ada dalam masyarakat sehingga diakonia benar-benar relevan dan kritis dengan permasalahan yang ada dalam masyarakat (Rini Susanti &

Madya Utama, 2017:1-2).

Wujud diakonia Gereja yang dapat membantu memecahkan dan menangani masalah ekonomi UMKM melalui tim Pengembangan Sosial dan Ekonomi (PSE) Keuskupan maupun Paroki merupakan bagian dari Bidang Pelayanan Kemasyarakatan Dewan Pastoral. PSE memiliki tugas membantu mengembangkan dan memberdayakan masyarakat yang mengalami masalah ekonomi agar dapat hidup secara mandiri dan memperoleh kesejahteraan dalam hidupnya. Melalui dana APP (Aksi Puasa Pembangunan) dan Dana Papa Miskin

(21)

(DANPAMIS), PSE berusaha untuk menunjang pembangunan dan kegiatan UMKM berdasar asas solidaritas dan subsidiaritas (Rini Susanti & Madya Utama, 2017: 5-6).

Berdasarkan hasil survei penulis ketika akan melaksanakan Pelayanan Karya Paroki di Temanggung pada bulan Desember 2020, banyak umat yang membutuhkan pengembangan dan bantuan dari paroki terutama untuk usaha mikro selama pandemi. Dari angket yang penulis sebarkan kepada umat untuk mencari harapan dan kebutuhan umat paroki Temanggung, banyak umat yang memberikan harapan kepada paroki untuk lebih memperhatikan umat yang memiliki usaha mikro.

Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung merupakan paroki yang umatnya terdiri dari masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, pegawai pabrik, buruh, pengusaha, pedagang dan lain-lainnya. Penerapan sosial distancing dan sistem lockdown selama pandemi, mengakibatkan salah satu mata pencaharian umat yaitu usaha mikro mengalami permasalahan ekonomi.

Kebanyakan usaha mikro umat yang sangat terdampak berada di sebagian wilayah Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung.

Dari hasil survei yang penulis lakukan ke beberapa Wilayah dan Lingkungan, banyak umat yang kehilangan pekerjaan sehingga menganggur kemudian membuka usaha di rumah namun hasilnya tidak seberapa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Umat yang memiliki usaha mikro juga mengalami masalah yaitu penjualan yang menurun. Hal ini mengakibatkan umat harus mengurangi tenaga kerja dan bahkan usahanya harus gulung tikar. Sekolah

(22)

maupun perusahaan yang tutup mengakibatkan umat yang berjualan di kantin sekolah maupun instansi lain menjadi berhenti berjualan. Peniadaan acara harian, mingguan maupun tahunan seperti Car Free Day, doa Lingkungan, Perayaan Ekaristi Mingguan maupun acara lainnya membuat pengusaha mikro baik itu pedangan makanan, minuman, dan produk tertentu juga harus berhenti berjualan.

Dari berbagai permasalahan ekonomi usaha mikro, pihak Paroki sampai saat ini masih belum bisa menangani permasalahan ekonomi umat karena anggota PSE tidak bekerja selama pandemi dan yang melakukan pekerjaan PSE adalah ketua bidang pelayanan kemasyarakatan yang mendapat bantuan dari dewan pengurus harian. Hal tersebut mengakibatkan pelayanan PSE hanya berupa pelayanan yang sifatnya spontan yaitu dengan membagikan sembako, Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan membagikan bibit lele dalam ember serta bibit sayur kangkung (Agung Setyanto, Komunikasi Personal, 9 Februari 2021) yang sebenarnya belum sepenuhnya menjawab dan sesuai dengan kebutuhan umat.

Munculnya masalah ekonomi yang terjadi pada usaha mikro umat selama pandemi namun tidak ada bentuk solidaritas dan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan umat dari Paroki, membuat penulis tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG.

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak permasalahan ekonomi bagi para pemiliki usaha mikro.

2. Banyak usaha mikro yang belum mendapatkan pelayanan PSE yang memperkembangan usaha mereka selama pandemi.

3. PSE yang tidak menjalankan tugas pelayanan dan hanya memberikan bantuan spontan atau tidak sesuai dengan kebutuhan umat selama pandemi Covid-19.

4. Belum ada penelitian secara khusus mengenai peran PSE sebagai perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19.

C. Pembatasan Masalah

Penulis dalam skrispi ini, membatasi masalah sebagai berikut.

1. Penelitian terbatas pada

Peran PSE Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung sebagai perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19.

2. Sasaran Penelitian

Terbatas pada umat yang memiliki usaha mikro di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung.

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana peran PSE sudah mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran PSE dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?

3. Apa harapan dan usulan kegiatan Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Timja PSE dan umat yang memiliki usaha mikro dalam meningkatkan peran PSE sebagai perwujudan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?

E. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, penulis akan melakukan penelitian dengan tujuan berikut.

1. Mendapatkan gambaran pelaksanaan diakonia oleh PSE bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi Covid -19.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat peran PSE dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi Covid-19.

3. Mengetahui harapan Ketua Bidang Pelayanan, Timja PSE dan umat yang memiliki usaha mikro untuk meningkatkan peran PSE guna mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi Covid-19.

(25)

F. Manfaat Penulisan

Ada tiga manfaat dari penulisan skripsi ini, yakni:

1. Manfaat bagi Umat

a. Usaha mikro milik umat yang selama ini tidak mendapat perhatian dari PSE akhirnya mampu mendapatkan perhatian dan pelayanan dari PSE.

b. Membantu umat semakin memahami pentingnya peran PSE dalam upaya perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19.

2. Manfaat bagi Paroki

a. Membantu Paroki untuk memberikan pelayanan terutama dalam bidang sosial dan ekonomi secara maksimal dan sesuai kebutuhan umat.

b. Membantu Timja PSE mengetahui upaya untuk meningkatkan kerja PSE agar benar-benar berperan penting dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi Covid-19.

3. Bagi Penulis

a. Membantu penulis dalam mempersiapkan diri menjadi calon katekis maupun petugas pastoral dalam menjalankan tugas pastoral.

b. Membantu penulis lebih mengenal umat dan juga tugas-tugas pastoral dalam Paroki.

G. Metode Penulisan

Proses penyusunan skripsi menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu penelitian yang bersifat induktif/kualitatif sehingga menghasilkan dan mengumpulkan data yang

(26)

merupakan suatu bentuk rangkaian kata-kata serta gambar, bukan berupa angka.

Metode ini penulis gunakan untuk mencari dan mendapatkan data secara faktual di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung. Untuk mendukung dan melengkapi temuan data, penulis juga melakukan studi dokumen, wawancara mendalam dan juga observasi.

H. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul “Peran Pengembangan Sosial Ekonomi sebagai Perwujudan Diakonia bagi Usaha Mikro selama Pandemi Covid-19 di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung”. Untuk mencapai tujuan penulisan, tulisan ini terdiri dari lima Bab yaitu sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan kerangka teori dan kajian terkait yang terdiri dari penerapan teori tentang PSE, diakonia dan usaha mikro sebagai bagian dari UMKM. Kajian terkait merupakan penelitian yang relevan dengan tema skripsi ini.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, pengambilan sample, teknik dan instrumen pengambilan data.

(27)

Bab IV merupakan hasil dan pembahasan penelitian peran PSE sebagai perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19 di Paroki St.

Petrus dan Paulus, Temanggung.

Bab V merupakan penutup yang terdiri dari simpulan keseluruhan isi skripsi dan saran untuk meningkatkan pelaksanaan peran PSE mewujudkan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi covid-19 di Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung.

(28)

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KAJIAN TERKAIT

Dalam Bab sebelumnya, penulis telah memaparkan latar belakang dari penulisan skripsi ini. Penulis telah memaparkan alasan memilih Peran Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) sebagai pewujudan diakonia bagi usaha mikro berdasarkan realitas yang terjadi di Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung selama pandemi Covid-19. Dalam Bab sebelumnya, penulis telah memaparkan identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan skipsi ini.

Dalam Bab II ini, penulis akan melihat teori dan kajian yang berkaitan dengan tema skripsi. Bab ini terdiri dari dua bagian. Dalam bagian pertama, penulis menguraikan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dari berbagai sumber pustaka meliputi hakikat PSE, visi dasar, dan spiritualitas karya pastoral PSE, prinsip keterlibatan sosial PSE, dan bidang-bidang pelayanan PSE. Penulis kemudian menguraikan penjelasan tentang diakonia yang menjadi dasar PSE dalam mewujudkan karya kerasulan sosial ekonomi, ciri-ciri, bentuk, tujuan diakonia dan PSE sebagai perwujudan diakonia. Penulis juga menguraikan pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang meliputi karakteristik UMKM dan permasalahan ekonomi usaha mikro selama pandemi.

Dalam bagian kedua, penulis menguraikan kajian terkait yaitu penelitian mengenai PSE yang telah dilakukan oleh para ahli terkait dengan skripsi ini.

(29)

A. Kerangka Teori

1. Hakikat Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)

Keterlibatan sosial Gereja dalam bidang sosial ekonomi di tengah dunia dan masyarakat diwujudkan dalam karya kerasulan sosial ekonomi Gereja. Karya kerasulan sosial ekonomi dalam hal ini berarti bahwa Gereja memberikan perhatian penuh terhadap sesama manusia terutama untuk menanggapi kebutuhan mendesak manusia dengan menghadirkan secara nyata kasih Allah dalam dunia.

Hal tersebut Gereja lakukan karena hidup semua manusia sangat bernilai di hadapan Allah dan karena manusia adalah citra Allah sendiri [Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI (Komisi PSE KWI), 1990:7].

Wujud dari kerasulan sosial ekonomi Gereja yaitu dengan pembentukan komisi yang bergerak dalam bidang sosial ekonomi yaitu Komisi PSE. Komisi tersebut bergerak baik dalam tingkat nasional, regional, keuskupan, paroki maupun lingkungan. Tujuan dari pembentukan komisi PSE yaitu untuk menanggapi kebutuhan maupun permasalahan sosial ekonomi masyarakat setempat. PSE dalam hal ini melakukan pelayanan-pelayanan langsung dan usaha-usaha menegakkan keadilan bagi masyarakat sesuai dengan prinsip moral dan iman Kristiani. Pelayanan komisi PSE mengarah pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat (Rini Susanti & Madya Utama, 2017: 5-6).

2. Visi Dasar dan Spiritualitas Karya Pastoral PSE

Gereja merupakan suatu persekutuan umat Allah yang dipanggil oleh Allah untuk mewujudkan penyelamatan bagi manusia terutama demi

(30)

kesejahteraan masyarakat di dunia. Hal tersebut merupakan visi dasar dari panggilan Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan Allah. Seperti Kristus yang mewujudkan penyelamatan di dunia, orang Kristiani juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab baik secara pribadi maupun bersama untuk mengabdikan dirinya demi terwujudnya keselamatan bagi seluruh manusia di dunia (Komisi PSE KWI, 1990:13). Visi dasar panggilan Gereja tersebut menjadi visi dasar PSE dan juga seluruh umat untuk dapat mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh manusia.

Spiritualitas karya pastoral PSE merupakan pemahaman dan penghayatan PSE terhadap evangelisasi dan pembangunan sosial yang secara mendasar melekat pada tegaknya nilai-nilai Kerajaan Allah. Seperti Kristus yang mempersiapkan diri untuk menjalankan pengabdian demi kebaikan manusia, PSE juga perlu mempersiapkan diri dengan pengembangan pribadi dan kemandirian agar mampu mengabdikan diri demi kebaikan bersama. Tujuan ataupun arah pengabdian PSE adalah demi terwujudnya solidaritas Kristiani dalam konteks keadilan dan perdamaian (Komisi PSE KWI: 1990: 14).

3. Prinsip Keterlibatan Sosial PSE

Pelaksanaan PSE sebagai bentuk keterlibatan Gereja untuk menerapkan hukum cinta kasih kepada Allah dan sesama di dunia dengan menghadirkan Kerajaan Allah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut.

(31)

a. Martabat Manusia

Manusia secitra dengan Allah sehingga setiap manusia memiliki kodrat dan asal mula yang sama. Karena manusia secitra dengan Allah, maka setiap manusia harus mengakui kesamaan dasariah semua orang. Manusia memiliki martabat yang sama sehingga tidak boleh ada diskriminasi yang terjadi pada manusia baik itu diskriminasi hak asasi dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Dengan adanya pengakuan dan juga penghormataan terhadap martabat manusia yang sama menjadikan kondisi hidup menjadi lebih manusiawi dan adil (GS 29).

b. Kesejahteraan Umum

Kesejahteraan umum merupakan seluruh kondisi hidup kemasyarakatan yang memungkinkan agar setiap pribadi maupun kelompok dapat memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri sehingga dapat mencapai suatu kehidupan yang sempurna. Tidak hanya memperhatikan kebutuhan pribadi tetapi juga memperhatikan kebutuhan orang lain. Manusia perlu menyediakan dalam hidupnya segala sesuatu untuk dapat hidup secara manusiawi dan juga mampu memilih hak hidup pribadinya.

Dalam mengelola dunia, manusia perlu memperkembangkan dan mendasarkannya pada kebenaran, membangun dunia dengan keadilan, menghidupkan dunia dengan cinta kasih, harus menemukan keseimbangannya yang semakin manusiawi dalam kebebasan. Tujuan dan impian setiap pribadi maupun seluruh masyarakat adalah mencapai kesejahteraan umum (GS 26).

(32)

c. Subsidiaritas

Prinsip subsidiaritas merupakan prinsip yang menyatakan bahwa komunitas yang lebih tinggi dan berkuasa tidak boleh mengambil alih tugas maupun hak, otoritas dan martabat komunitas maupun pihak yang lebih rendah.

Namun, jika komunitas yang lebih rendah itu memerlukan bantuan, maka komunitas yang lebih tinggi dan memiliki kuasa itu wajib untuk membantu dan mendukung (KKGK 403).

Komunitas yang lebih rendah menjalankan bantuan secara mandiri tanpa ketergantungan dengan komunitas yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan wujud penghormatan dan penghargaan terhadap martabat manusia.

Manusia memiliki hak dan kebebasan untuk menentukan arah hidupnya sendiri demi terwujudnya kesejahteraan pribadi maupun umum. Oleh sebab itu, komunitas yang lebih tinggi menerapkan prinsip bantuan yang dalam bahasa latin disebut subsidium. PSE menerapkan subsidium untuk mendukung, memajukan dan mengembangkan komunitas yang lebih rendah (KASG 183).

d. Solidaritas

Solidaritas yang juga memiliki sebutan lain yaitu persahabatan dan cinta kasih sosial sebagai wujud persaudaraan yang menjadi tuntutan dan kewajiban seorang Kristiani bagi sesama umat manusia (KGK 1939). Hal tersebut berarti bahwa kehidupan semua manusia lebih utama daripada kepemilikan harta benda. Solidaritas bukan hanya berbicara mengenai ketersediaan pangan bagi semua orang tetapi mengusahakan agar semua aspek kehidupan manusia mampu memperoleh kesejahteraan. Salah satu aspek yang diperlukan manusia adalah

(33)

pekerjaan yang bebas, kreatif, partisipatif dan saling mendukung sehingga manusia mampu meningkatkan martabat hidup mereka (EG 192). Wujud dari solidaritas berarti melawan penyebab-penyebab struktural akan kemiskinan, kesenjangan, langkanya lapangan kerja, tanah dan perumahan, serta penyangkalan hak-hak sosial (FT 116).

4. Bidang-Bidang Pelayanan PSE

PSE bergerak dalam berbagai macam bidang pelayanan berikut.

a. Pengumatan Spiritualitas PSE

Penumbuhan spritualitas PSE merupakan kegiatan PSE Keuskupan dan Paroki untuk menggalakkan kerja sama dengan semua unsur pimpinan umat setempat secara terkoordinasikan. Dengan koordinasi yang baik menjadi suatu langkah awal dalam upaya pengembangan keadilan dan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat (Komisi PSE KWI, 1990:22).

Pengumatan Spiritualitas PSE memiliki dua nama lain yaitu animasi dan konsientisasi. Dengan kedua hal tersebut, PSE mampu menumbuhkan kehidupan sosial yang menerangi serta menghormati inisiatif dan kegiatan-kegiatan bersama, lahirnya kesadaran dan sikap keterlibatan sosial dalam cinta kasih, tumbuh dan berkembangnya solidaritas antaramanusia, serta semakin bersemangatnya para penggerak dan aktivis sosial ekonomi kemasyarakatan sehingga dinamika dan kreativitas dalam karya pelayanan dan pemberdayaan masyarakat semakin signifikan dan relevan (Rini Susanti & Madya Utama, 2017:5).

(34)

b. Pengembangan Masyarakat

Gereja dalam mewujudkan keterlibatan pembangunan masyarakat berusaha untuk menciptakan kekuatan agar orang yang mengalami masalah perekonomian mampu terbebas dari masalah yang mereka alami. Gereja menyadari panggilan ini melalui PSE yang berusaha menemukan cara-cara efektif untuk melibatkan diri dalam membebaskan orang yang mengalami masalah ekonomi (Rini Susanti & Madya Utama, 2017: 6). Hal tersebut dapat dilakukan dengan upaya-upaya berikut ini.

1) Pengembangan pertanian lestari

Dalam upaya untuk mengembangkan pertanian lestari, PSE berusaha menggerakkan usaha tani yang produktif dan memberikan informasi yang luas mengenai kegiatan usaha tani sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. PSE melalukan usaha tersebut dengan cara mengadakan pelatihan usaha tani dengan sistem manajemen yang sesuai atau dalam artian mutu usahanya dapat bersaing di pasaran yang tersedia (Komisi PSE KWI, 1990: 25-27).

2) Pengembangan usaha kooperatif

PSE perlu mengupayakan usaha untuk memperkembangkan usaha kooperatif di kalangan umat dan masyarakat. PSE dapat mengusahakan suatu kerjasama dengan berbagai pihak dan instansi untuk mengadakan pelatihan ketrampilan maupun membantu membentuk dan mengelola usaha kooperatif.

Dengan upaya tersebut, PSE mampu berperan serta dalam meningkatkan kekuatan sosial ekonomi masyarakat. Tidak hanya usaha kooperatif, komisi PSE juga dapat

(35)

menggerakkan kelompok usaha di bidang pengkreditan untuk menyediakan modal usaha bagi masyarakat (Komisi PSE KWI, 1990:27-28).

3) Pengembangan wirausaha

Banyaknya pengangguran dan juga kesulitan mencari lapangan kerja mendorong PSE untuk menggerakkan dan mendidik masyarakat ke arah penciptaan lapangan kerja. PSE dapat melakukan hal tersebut dengan pelatihan wirausaha, mencari peluang usaha dalam masyarakat seperti usaha kredit kecil, mengembangkan tenaga pendamping yang terampil untuk membantu masyarakat yang ingin memperkembangkan usaha dan pengkreditan. PSE dapat menggerakkan kelompok masyarakat untuk bekerjasama memberikan bantuan modal skala kecil maupun bekerjasama dengan koperasi pengkreditan dan simpan pinjam seperti Credit Union (CU) untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pinjaman modal tanpa bunga yang tinggi (Komisi PSE KWI, 1990:28).

4) Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga (ERT)

Keluarga merupakan komunitas yang banyak merasakan keprihatinan sosial ekonomi seperti pendidikan anak, masalah keuangan rumah tangga, membayar pajak dan lainnya. PSE dalam hal ini berusaha untuk membantu dan memperkembangkan keluarga agar mampu memperluas pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan kehidupam sosial ekonomi. Beberapa usaha Komisi PSE yaitu membuat perencanaan ekonomi rumah tangga, pendidikan dan pelatihan pembangunan rumah tangga, tabungan pendidikan dan kesehatan, serta

(36)

memperkembangan usaha-usaha produktif rumah tangga (Komisi PSE KWI,1990:31-32).

5) Pengembangan Jaringan Kerja Sama

Arus globalisasi terutama relasi sosial ekonomi yang merambah ke seluruh dunia memunculkan berbagai macam kesenjangan dalam bidang sosial ekonomi dalam masyarakat dunia. Salah satu upaya menanggulangi persoalan ini adalah dengan mengembangkan kerjasama dengan banyak pihak yang berkepentingan (Rini Susanti & Madya Utama, 2017: 7).

5. Diakonia (Pelayanan)

Diakonia memiliki arti pelayanan yang berasal dari bahasa Yunani

“diakonein”, yaitu melayani. Dalam hal ini, Gereja melayani sesama yang kekurangan dalam hidupnya khususnya orang miskin, janda, yatim piatu, pendatang dan orang asing. Gereja mengorganisir pelayanan secara sistematis (Murphy, 2003:718). O’Meara (dalam Madya Utama, 2011:54) memaknai pelayanan (ministry) sebagai “the public activity of a baptized followers of Jesus Christ flowing from the Spirit’s charism and an individual personality on behalf of a Christian Community to witness to, serve and realize the Kingdom of God”.

Hal tersebut menggambarkan bahwa tujuan pelayanan (ministry) adalah memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah dan mengupayakan terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini.

(37)

6. Ciri-Ciri Diakonia

Diakonia memiliki 8 (delapan) ciri-ciri berikut.

a. Hakiki

Diakonia bersifat hakiki terutama bagi kehidupan dan kesejahteraan Gereja karena Allah telah memilih orang-orang Kristiani sebagai anggota Gereja untuk menjadi pelayan bagi sesama. Seperti Kristus telah menjadi pelayan bagi seluruh umat manusia maka manusia juga harus menjadi pelayan bagi sesamanya.

b. Lokal

Diakonia menjadi bentuk pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan konteks Gereja setempat, itu berarti diakonia mewujud di dalam Gereja-Gereja setempat agar bentuk pelayanan menjadi lebih nyata dan konkret. Diakonia hadir untuk melayani masyarakat setempat. Dalam hal ini diakonia memiliki hubungan pertukaran dalam masyarakat yang menyembuhkan dan memberi.

c. Sedunia

Gereja dalam menjalankan diakonia merasa menderita, tersisih dan mengalami diskriminasi karena pelaksanaan sistem yang membatasi pelayanan Gereja. Oleh sebab itu, gereja memerlukan dukungan diakonia bertaraf sedunia yaitu bentuk dukungan solidaritas Internasional dari Gereja-Gereja di seluruh dunia.

d. Pencegahan atau Preventif

Diakonia bukan hanya menyembuhkan dan memberi perhatian pada kebutuhan manusia tetapi juga harus memberikan perhatian pada akar permasalahan suatu kebutuhan manusia. Oleh karena itu, diakonia perlu

(38)

melakukan pencegahan dengan melakukan analisis yang serius mengenai cara kerja sistem-sistem yang berlaku. Dengan melakukan pencegahan atau tindakan preventif, diakonia akan membuat peka, mendidik, dan mengarahkan masyarakat untuk menyadari mengenai sistem maupun kekuatan yang menjauhkan manusia dari martabatnya. Dalam hal ini, diakonia mampu menciptakan tanda-tanda pengharapan untuk masa depan.

e. Struktural atau Politis

Diakonia tidak hanya sebagai usaha preventif, konprehensif, dan holistik saja pada kebutuhan manusia tetapi juga memberikan perhatian pada faktor-faktor struktural dan politis yang menjadi sumber maupun penyebab kesengsaraan, perbudakan, dan penderitaan manusia. Oleh karena itu, Gereja harus melangkah untuk melampaui garis-garis batas nasional untuk menunjukan solidaritas sehingga mampu mengatasi permasalahan yang ada.

f. Kemanusiaan

Perwujudan diakonia gereja haruslah tertuju pada semua orang tanpa membedakan suku, ras, budaya dan agama tertentu. Gereja juga mampu menjalin kerjasama dengan pemerintah. Dari kerjasama tersebut, orang Kristen mampu menyadari bahwa organisasi dan lembaga antar agama merupakan alat yang menjadikan diakonia dapat berjalan dengan efektif.

g. Saling

Diakonia merupakan bentuk pelayanan yang benar jika Gereja mengakui bahwa gambaran Allah ada pada diri orang lain dan tidak merasa dirinya adalah seorang pemberi atau memiliki bela rasa yang lebih kuat dari pada

(39)

orang lain. Seperti Yesus yang menekankan kesetaraan dengan manusia bukan dengan Allah, sehingga Ia menempatkan diri-Nya sebagai pelayanan yang mengambil bagian dalam penderitaan manusia bahkan dalam kematian. Dalam hal ini, orang Kristiani atau Gereja hendaknya juga memiliki pemikiran yang sama seperti Yesus dalam melakukan pelayanan yaitu bahwa mereka memiliki posisi yang sama dengan orang lain yang mereka layani.

h. Membebaskan

Gereja haruslah menempatkan masyarakat dalam kedudukan yang sederajat dan juga mengedepankan partisipasi dari masyarakat. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat menjadikan diakonia Gereja dapat terwujud pada mereka yang tertindas dalam masyarakat dengan tetap menghargai dan menghormati kebudayaan mereka.

Gereja, lembaga maupun badan sosial dan para pekerja diakonia harus berusaha memberikan ruang yang bebas bagi siapapun yang mereka layani sehingga siapapun yang mereka bantu dan layani mampu melibatkan diri secara aktif, menentukan nasibnya sendiri dan bekerjasama dalam usaha-usaha kreatif.

Dalam hal ini para pekerja diakonia haruslah menjadi subjek yang berbuat sesuatu bersama dengan masyarakat sehingga mampu memberikan teladan mengenai diakonia bagi masyarakat (Supit, 1988: 55-59).

(40)

7. Bentuk-Bentuk Diakonia

Fackre mengatakan ada dua bentuk diakonia, yaitu diakonia karitatif (victim care) dan diakonia pemberdayaan (victim cause). Berikut merupakan penjabaran kedua bentuk diakonia ini.

a. Diakonia Karitatif (Victim Care)

Diakonia karitatif merupakan pelayanan Gereja sebagai wujud kepedulian kepada umatnya terutama KLMTD. Gereja menunjukkan kepedulian dengan memberi bantuan kepada umat yang miskin, sangat membutuhkan dan dalam keadaan darurat terutama bagi umat atau masyarakat yang menjadi korban bencana alam. Bantuan yang dilakukan Gereja yaitu dengan memberikan sembako, Bantuan Langsung Tunai (BLT), pakaian layak pakai, dan lain-lainnya. Namun sifat pelayanan ini hanya sementara dan tidak berkelanjutan sehingga tidak memperkembangkan umat atau masyarakat untuk bangkit dari kemiskinan dan penderitaan mereka. Model ini merupakan model tertua dari bentuk pelayanan Gereja, bahkan sampai saat ini Gereja masih tetap menggunakan model ini.

b. Diakonia Pemberdayaan (Victim Cause)

Gereja tidak hanya melakukan pelayanan dengan memberi makan mereka yang kelaparan, menyembuhkan yang terluka, meringankan beban dan penderitaan orang yang miskin saja tetapi Gereja bersama dengan orang-orang yang dibantu juga mampu mencari akar permasalahan dan membantu untuk mengatasi permasalahan mereka yang miskin maupun menderita baik dalam segi ekonomi maupun sosial (Nugroho, 2015:12-13).

(41)

8. Tujuan Diakonia

Diakonia Gereja merupakan bentuk usaha dan perjuangan Gereja untuk memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah kepada setiap manusia di dunia. Menurut John Fuellenbach (dalam Madya Utama, 2011:54-55) Kerajaan Allah menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia (fisik, psikologis, intelektual, spiritual, sosio-kultural, dan politis) yang sudah mulai terjadi di dunia sekarang ini dan akan mengalami pemenuhan pada saat kedatangan Kristus pada akhir zaman.

Panggilan Gereja adalah untuk menjadi sarana keselamatan bagi seluruh manusia. Keselamatan merupakan keselamatan bagi manusia secara rohani dan jasmani. Menurut Bernard Kieser seluruh usaha, perjuangan dan juga sumbangan Gereja kepada mereka yang menderita dan miskin untuk mencapai kesejahteraan hidup merupakan bentuk konsekuensi dari tugas Gereja sejak zaman Leo XIII. Pada zaman itu sudah ada penegasan bahwa tujuan pendirian Gereja yaitu untuk menghantar seluruh manusia ke dalam keselamatan kekal.

Realitas dan seluruh aspek pengalaman hidup manusia yang terjadi di dunia saat ini dan merupakan Kerajaan Allah tersebut menyangkut tiga unsur yaitu unsur keadilan, perdamaian dan sukacita. Berikut ini merupakan paparan dari ketiga unsur tersebut yaitu.

a. Keadilan

Keadilan dalam hal ini berarti relasi yang memberikan kehidupan antara diri pribadi manusia dengan Allah, dengan sesama, dengan diri sendiri dan alam semesta.

(42)

b. Perdamaian

Pemahaman perdamaian tidak hanya sebagai suatu suasana yang tercipta tanpa adanya penindasan, penghisapan dari yang kuat kepada yang lemah, tidak ada kebencian, perpecahan dan permusuhan tetapi juga suasana di mana orang-orang berusaha dan juga memperjuangkan untuk menghancurkan alat-alat perang sehingga tidak ada lagi peperangan yang terjadi.

c. Sukacita

Semua manusia yang mendapatkan keadilan dan kedamaian pasti akan memperoleh sukacita dalam hidupnya. Sukacita tercipta bila ada suasana saling menghargai dan menghormati setiap manusia sesuai dengan keunikan dan kekhasan masing-masing. Tidak hanya menghargai dan menghormati saja tetapi saling mendukung dan memperkembangkan satu sama lain dengan pemberian kesempatan untuk memperkembangkan potensi agar dapat disumbangkan demi kesejahteraan bersama ( Nugroho, 2015: 11).

9. PSE Sebagai Perwujudan Diakonia

Diakonia PSE merupakan bentuk pelayanan kepada manusia dan juga kepada masyarakat. Selama ini, masih banyak Gereja yang melakukan pelayanan dengan bhakti sosial seperti memberikan bantuan sembako dan bantuan langsung tunai saja. Hal tersebut justru membentuk hubungan pelayanan Gereja sebagai pemberi dan penerima atau hubungan orang kaya yang memberi orang miskin.

Pelayanan PSE bukan hanya melakukan sesuatu untuk orang lain tetapi juga membantu dan memberdayakan orang lain agar bisa bangkit dari

(43)

kelemahan dan keterpurukannya. Gereja sebagai murid-murid Kristus berperan untuk menghadirkan kasih Allah dengan memajukan Kerajaan Allah dalam hidup manusia yaitu dengan berbuat sesuatu demi keutuhan hidup manusia secara bersama-sama (Komisi PSE KWI, 1990:9).

Krämer juga mengungkapkan bahwa kegiatan diakonia PSE tidak hanya menunjukkan kepedulian secara spontan tetapi dengan menunjukkan pendekatan yang relevan dengan tantangan dan permasalahan. PSE melakukan hal tersebut dengan analisis yang tepat tentang kondisi konkret dan tantangan spesifik yang sedang terjadi dalam kehidupan manusia. PSE melakukan analisis dengan dialog yang mengharuskan seseorang untuk berpendapat atau bercerita sesuai dengan keadaan dan kondisi hidup. Dalam hal tersebut, peran imam sangatlah penting dalam memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan pengetahuan agar umat mampu menafsirkan keadaan hidupnya dalam perspektif iman dan menjadi manusia yang aktif dan memperkembangkan hidupnya (Krämer, 2014:99).

Berdasarkan paparan penulis mengenai diakonia, untuk lebih memudahkan pembaca yang sebagian besar adalah kaum awam yang tidak belajar teologi sehingga diakonia masih asing dan tidak begitu akrab bagi mereka. Penulis kemudian menyederhanakan diakonia menjadi ‘pelayanan’

sehingga setelah penjelasan mengenai teori diakonia, penulis akan banyak menggunakan kata ‘pelayanan’ sebagai kata ganti diakonia.

(44)

10. Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang perannya sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. UMKM sangat penting karena di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, kelompok usaha ini menyerap paling banyak tenaga kerja sehingga menciptakan kesempatan kerja, menjadi sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan dan juga pembangunan ekonomi pedesaan (Tambunan, 2012:1).

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 Bab I Pasal 1 dan Bab IV pasal 6, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia memiliki penjabaran sebagai berikut. Usaha Mikro merupakan usaha milik perorangan dengan kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00.

Usaha Kecil merupakan usaha yang berdiri sendiri dan milik perorangan dengan kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 sampai paling banyak sejumlah Rp.500.000.000,00 dan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 sampai paling banyak Rp. 2.500.000.000,00. Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih sebesar Rp.500.000.000,00 sampai paling banyak Rp.10.000.000.000,00 dengan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 sampai paling banyak Rp.50.000.000.000,00.

(45)

11. Karakteristik UMKM

UMKM memiliki karakteristik yaitu pada aspek formalitas, usaha mikro dan kecil beroprasi pada sektor informal dan tidak terdaftar secara hukum sehingga jarang membayar pajak. Sedangkan usaha menengah beroprasi pada sektor formal, terdaftar dan membayar pajak. Pada aspek organisasi dan manajemen, usaha mikro dan kecil menjalankan usahanya secara pribadi dan tidak menerapkan pembagian kerja, sedangkan usaha menengah menjalankan usahanya dengan banyak manajer yang profesional dan menerapkan pembagian kerja.

Aspek sifat dan kesempatan kerja, usaha mikro dan beberapa usaha kecil menggunakan tenaga kerja yang mendapat gaji dan juga menggunakan anggota keluarga yang tidak mendapat gaji. Sedangkan usaha menengah menggunakan tenaga kerja yang mendapat gaji dan memiliki sistem perekrutan tenaga kerja.

Orientasi pasar usaha mikro adalah pasar lokal yang sasarannya adalah kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Usaha kecil dan menengah lebih memiliki orientasi pasar yang lebih tinggi dari usaha mikro yaitu pada pasar domestik dan ekspor sehingga sasarannya adalah masyarakat kelas menengah ke atas. Profil ekonomi dan sosial pemilik usaha mikro kebanyakan tidak berpendidikan tinggi dan motivasi usahanya adalah untuk bertahan hidup. Pemilik usaha kecil dan menengah banyak yang berpendidikan tinggi dan memiliki motivasi usaha untuk mendapatkan profit usaha.

Sumber bahan baku usaha mikro lebih banyak memakai bahan baku lokal dan menggunakan modal uang pribadi. Usaha kecil dan menengah banyak yang memakai bahan baku impor dan memiliki akses kredit formal. Hubungan

(46)

eksternal usaha mikro tidak memiliki hubungan bisnis dengan usaha besar dan banyak yang tidak memiliki akses pada program-program pemerintah, sedangkan usaha kecil dan menengah banyak yang memiliki hubungan bisnis dengan usaha besar dan memiliki akses pada program-program pemerintah (Tambunan, 2012:7).

12. Masalah Ekonomi Usaha Mikro Selama Pandemi Covid 19

Mewabahnya pandemi covid-19 memberi dampak yang cukup parah pada perekonomian usaha mikro yang merupakan bagian dari kegiatan manusia dalam menunjang ekonomi global. Pandemi covid-19 mempengaruhi ekonomi seluruh dunia termasuk Indonesia yang mengakibatkan usaha mikro yang bergerak dalam sektor makanan, minuman dan bisnis lain yang mengandalkan aktivitas dan mobilitas orang harus mengalami dampaknya (Tairas, 2020: 74).

Pandemi covid-19 berdampak dalam tiga saluran utama jalannya bisnis usaha mikro yaitu mengurangi kapasitas produksi, mengacaukan rantai pasokan terutama mengurangi produksi bahan mentah dan saluran pemasaran yang menurun sehingga mengurangi kinerja usaha. Pandemi menjadikan banyak negara membuat kebijakan untuk mengurangi aktivitas produksi global (Parth, 2020:2183) sehingga banyak usaha mikro yang berhenti dan bangkrut di tengah jalan, terpaksa mengurangi karyawan, menggunakan uang pribadi untuk menyokong modal usahanya dan melakukan pijaman modal dengan cara berhutang.

Banyak hal yang juga menghambat usaha mikro menjadi berkembang selama pandemi karena berbagai macam faktor. Pertama, penurunan penjualan akibat minimnya permintaan konsumen. Kedua, kesulitan dalam memperoleh

Gambar

Tabel 1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 2 : Kisi-Kisi Wawancara
Tabel 3 : Instrumen Studi Dokumen
Tabel 5 : Instrumen Wawancara Umat Pemilik Usaha Mikro
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dari data yang dilakukan oleh peneliti tentang kondisi sosial ekonomi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada

Peran penyuluhan sangat penting dalam usaha tani dengan mem- perhatikan kelestarian dari sumber daya alam (Djari, 2014). Pelaksanaan kegiatan penyulu- han dan

Penentuan koefisien distribusi atau partisi dari asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air dan minyak kelapa berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua

Sistem starter kapal untuk mesin penggerak kapal dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara manual.. Semua pogram PLC tersebut kami tulis atau buat menggunakan software

konsumen langsung telah menyebabkan penurunan yang signifikan dalam pembelian konsumen. Oleh karena itu, pelaku UMKM harus meningkatkan kualitas produk untuk

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi dan kesehatan lingkungan pada BP4 Medan disarankan kepada Kepala BP4 Medan untuk memperbaiki

Lebih dari sekali, para saksi mata menyampaikan kepada kami bahwa ketika ketersediaan kebutuhan dari orang-orang miskin ini semakin habis, Pater De Beer pergi, ke kamar tidurnya,