• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWINGBERFASILITAS MEDIA SEDERHANA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWINGBERFASILITAS MEDIA SEDERHANA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWINGBERFASILITAS MEDIA SEDERHANA

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

Ketut Depi Jayanti1, Luh Putu Putrini Mahadewi, S.Pd., M.S.1, Ni Wayan Rati, S.Pd., M.Pd.2

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: devijayanti18@gmail.com1, lpp-mahadewi@undiksha.ac.id1, niwayan.rati@undiksha.ac.id2

Abstrak

Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah siswa kurang antusias dalam menerima pembelajaran karena didominasi hanya kegiatan ceramah, diskusi dan penugasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana dan siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian yang digunakan post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPA. Dari hasil analisis uji-t dengan thitung lebih besar dari ttabel

yaitu 8,15 > 2,00 dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana adalah 24,28 (kategori sangat tinggi) dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional adalah 14 (kategori sedang). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana dan siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata-kata Kunci: Hasil belajar, media, snowball throwing

Abstract

Problems found in this study are students are less enthusiastic in accepting learning because it is dominated only lecture activities, discussions and assignments. This study aims to determine the significant difference of science learning outcomes among fifth graders who learn to follow the learning model of snowball throwing with simple media facilities and fifth graders learning to follow the conventional learning model of academic year 2016/2017 in elementary school cluster I kubutambahan subdistrict. This research is a quasi experiment research with research design used post-test only control group design. The population of this research is fifth graders of academic year 2016/2017 in elementary school cluster I kubutambahan subdistrict. The data collected is the result of science learning. From the results of t-test analysis with thitung greater than ttabel is 8.15> 2.00 and the average score of science learning outcomes of fifth graders who learn to follow the learning model of snowball throwing with simple media facilities was 24.28 (category of very high) and the average score of science learning outcomes of fifth graders who learn to follow the conventional learning model was 14 (category of being). So, it can be concluded that there is a significant difference of science learning outcomes between fifth graders who learn to follow the learning model of snowball throwing with simple media facilities and fifth graders learning to follow the conventional learning

(2)

2

model of academic year 2016/2017 in elementary school cluster I kubutambahan subdistrict. Thus, the learning by using the model of snowball throwing learning with simple media facilities has a positive effect on the learning outcomes of science students of academic year 2016/2017 in elementary school cluster I kubutambahan subdistrict.

Keywords: learning outcomes, media, snowball throwing

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan yang baik menghasilkan sumber daya yang berkualitas dan mampu bersaing. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan mempunyai potensi yang besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia. Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan mampu melahirkan siswa yang cakap dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, bersikap kritis, kreatif, inisiatif, dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan jaman.

Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan.

Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimulai dari pendidikan formal yang paling dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT) tidak lepas dari kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan.

Sekolah sebagai salah satu pelaksana proses pembelajaran diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Tugas profesi guru dituntut untuk menjadi seorang guru yang profesional yaitu guru yang melakukan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di sekolah dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga dapat menarik minat siswa serta dapat

memotivasi siswa untuk pencapaian hasil belajar yang optimal. Agar proses belajar berjalan dengan baik, maka perlu adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan agar pembelajaran tidak membosankan perlu adanya media pembelajaran. Akan tetapi, pada proses pembelajaran saat ini masih banyak sekolah-sekolah yang menggunakan proses pembelajaran konvensional tanpa menggunakan bantuan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berlangsung kurang efektif.

Hakikat IPA itu memberikan pengertian bahwa IPA tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan mengenai alam tetapi mencakup pengertian proses penyelidikan dan perolehan ilmu tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari suatu proses ataupun fenomena alam yang kompleks dan bersifat empirik. Menurut Samatowa (2010:9) “aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan yang baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka”. Ini tentu saja sangat ditunjang dengan perkembangan dan meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi, mengambil keputusan, dan mencari berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan dalam diri dan masyarakatnya. Bila pembelajaran IPA diarahkan dengan tujuan seperti ini, diharapkan bahwa pendidikan IPA sekolah dasar dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa. Dengan demikian, pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip- prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh

(3)

3 karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan- kegiatan tersebut, pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA.

Pembelajaran IPA yang terjadi di lapangan lebih mementingkan pada penghafalan konsep atau teori dan bukan pemahaman. Begitu pula proses pembelajaran yang diterapkan di SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dimana pembelajaran ini bersifat umum, yaitu dengan cara memberikan informasi tentang materi suatu mata pelajaran yang diikuti dengan tanya jawab dan pemberian tugas (Rasana, 2009).

Pembelajaran konvensional yang digunakan dalam hal ini adalah metode ceramah. Penyampaian materi yang langsung disampaikan oleh guru akan membuat pembelajaran menjadi kurang bermakna karena siswa tidak ikut serta terlibat di dalamnya. tersebut, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat berperan aktif dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memotivasi siswa agar belajar dengan semangat sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar.

Menurut Susanto (2013:5) “hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar”. Pendapat ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa juga berarti hasil guru.

Dengan dihasilkannya hasil belajar siswa yang baik maka hal itu menunjukkan keberhasilan seorang guru dalam mengajar dan begitu pula sebaliknya, jika

hasil belajar siswa kurang baik maka guru tersebut kurang berhasil dalam melaksanakan tugasnya. Hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru di SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan, ditemukan bahwa kendala yang sering muncul saat guru mengajar adalah kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Kebanyakan siswa ingin pulang ke rumah pada saat jam pelajaran dikarenakan jarak sekolah dengan rumah sangatlah dekat.

Kemudian saat proses pembelajaran berlangsung, siswa kadang ke belakang sekolah. Sedangkan berdasarkan hasil observasi di kelas V SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan ditemukan: 1) guru masih menggunakan model konvensional / ceramah dengan media papan tulis untuk menjelaskan materi kepada siswa. Penggunaan model yang konvensional ini menyebabkan siswa kurang antusias terhadap pembelajaran yang disampaikan. 2) Pada kegiatan pembelajaran, guru juga masih jarang menggunakan media pembelajaran. 3) Tugas yang diberikan cenderung individual, masih sangat jarang menggunakan kelompok. Sehingga siswa menjadi lebih mementingkan diri sendiri dan dapat membatasi siswa untuk sekedar melakukan bertukar informasi atau berbagi pendapat dengan temannya.

4) Kemudian rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana.

Shoimin (2014:174) menjelaskan model pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan. Dengan penerapan model ini, diskusi kelompok dan interaksi

(4)

4 antar siswa dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya saling sharing pengetahuan dan pengalaman dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul dalam diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan. Salah satu permasalahan serius yang sering terjadi dalam proses belajar adalah adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Guru sering mengalami kesulitan dalam menangani masalah ini. Tetapi, melalui penerapan model pembelajaran snowball throwing ini, siswa dapat menyampaikan pertanyaan dan permasalahannya dalam bentuk tertulis yang nantinya akan didiskusikan bersama. Dengan demikian, siswa dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Selain itu, dengan model pembelajaran snowball throwing guru dapat melatih kesiapan siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah.

Djamarah dan Zain (2002:140) menjelaskan “media sederhana adalah media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara

pembuatannya mudah, dan

penggunaannya”. Perpaduan antara model pembelajaran yang inovatif didukung dengan media pembelajaran yang kreatif dan dekat dengan diri siswa cenderung akan memudahkan siswa untuk memahami materi yang sedang dipelajari, mengingat IPA merupakan ilmu yang mempelajari suatu proses maupun fenomena alam yang kompleks sehingga guru mampu memberikan deskripsi yang jelas mengenai materi yang akan diajarkan kepada siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana dan siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE

Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu atau eksperimen quasi. Dalam penelitian ini, populasi penelitian terdistribusi dalam kelas-kelas yang utuh, sehingga penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksperimen semu.

Dalam penelitian ini, unit eksperimennya berupa kelas. Penempatan subjek ke dalam kelompok yang dibandingkan tidak dilakukan secara acak. Individu subjek sudah ada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum diadakannya penelitian. Penelitian ini menggunakan rancangan post-test only control group design.

Populasi pada penelitian ini adalah kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan, yaitu SD Negeri 1 Bukti, SD Negeri 2 Bukti, SD Negeri 3 Bukti, dan SD Negeri 8 Kubutambahan. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas V masing-masing SD yang terdapat di Gugus I Kecamatan Kubutambahan setara atau belum, maka maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan. Uji kesetaraan dilakukan dengan menganalisis hasil belajar IPA dengan menggunakan nilai ulangan semester ganjil. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan uji ANAVA satu jalur dan diperoleh ke-4 SD tersebut kemampuan siswa kelas V setara.

Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu dengan simple random sampling, tetapi yang dirandom adalah kelas yang ada di SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan. Langkah-langkah simple random sampling, yaitu membuat empat gulungan kertas yang diisi nama masing- masing kelas V dari seluruh sekolah yang ada di Gugus I Kecamatan Kubutambahan dan selanjutnya gulungan

(5)

5 tersebut dimasukkan ke dalam kotak, dari dalam kotak diambil dua gulungan kertas yang dipakai sebagai sampel, dari kedua kertas yang diambil, kemudian dipilih salah satu gulungannya untuk digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas control. Hasil dari pengundian tersebut yaitu SD Negeri 3 Bukti sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 1 Bukti sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran snowball throwing dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil penelitian adalah validitas internal. Validitas internal merupakan validitas yang berkaitan dengan sejauhmana hubungan sebuah sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat yang dikemukakan dalam penelitian ini. Dengan kata lain, sampai sejauh mana penelitian dapat menyimpulkan bahwa perubahan variabel terikat disebabkan oleh pengaruh variabel bebas.. Validitas internal dalam penelitian ini yaitu, karaketristik subjek, mortalitas, lokasi penelitian, instrumentasi, pengukuran, pengaruh sejarah, kematangan, sikap siswa, dan pengaruh implementasi.

Selain faktor internal, ada faktor lain yang bersifat eksternal yang memiliki pengaruh pada hasil penelitiannya yaitu validitas eksternal. Validitas eksternal merupakan validitas yang berkaitan dengan sejauhmana hasil penelitian dapat digeneralisir. Dengan kata lain sampai sejauh mana pengaplikasian mengenai hasil penelitian pada populasi atau pada subjek yang berbeda. Beberapa ancaman yang berkaitan dengan validitas eksternal ini meliputi: interaksi antara perlakuan dan orang, interaksi antara perlakuan dan latar, dan interaksi antara perlakuan dan waktu. Adapun cara untuk mengontrol validitas eksternal yaitu (1) kesahihan populasi dan (2) kesahihan ekologi.

Dalam penelitian ini, populasi dikontrol dengan cara memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi, yaitu melakukan randomisasi pada saat

menentukan kelompok yang dikenai pengambilan atau penelitian. Untuk kesahihan ekologi dikontrol dengan cara:

(1) tidak memberitahukan kepada siswa bahwa mereka sedang menjadi subjek penelitian, (2) penelitian mengikuti jadwal pembelajaran yang berlaku di sekolah, (3) pembelajaran dilakukan oleh guru, (4) pemantauan terhadap pelaksanaan pengambilan data oleh peneliti tidak dilakukan secara terang-terangan, melainkan secara samar melalui pengamatan, observasi dan diskusi dengan anak dan guru diluar jam pelajaran.

Data yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa melalui post-test setelah diberikannya treatmen pada mata pelajaran IPA khususnya dikelas V. Metode tes dilakukan dengan membagikan jumlah tes untuk mengukur hasil belajar IPA siswa dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing untuk kelompok belajar eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelompok control.

Fokus data yang dicari dalam penelitian ini ialah data hasil belajar IPA.

Instrumen yang digunakan dalam proses pengumpulan data ini ialah tes hasil belajar pada ranah kognitif. Menurut Arikunto (2009:32) “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu/kelompok”. Dalam hal ini, digunakan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari empat alternatif pilihan jawaban (multiple choice test). Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak atau tidaknya digunakan. Dalam penelitian ini, yang di uji coba instrumennya adalah hasil belajar IPA namun untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu instrumen maka instrumen tersebut perlu di uji coba dengan uji validitas isi, uji validitas butir soal, reabilitas tes, taraf kesukaran tes, dan uji daya beda.

(6)

6 Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah rata-rata (M), median (Md), modus (Mo), standar deviasi (SD) dan varians (s2). Uji prasyarat juga sangat penting untuk mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Karena n1≠ n2 dan hasil varians menyatakan homogen, maka dalam pengujian hipotesis dapat digunakan rumus t-test dengan polled varians, dengan derajat kebebasan (n1+n2)-2.

Kriteria pengujian, terima Ho jika thitung ≤ ttabel dan tolak Ho jika thitung ≥ ttabel dengan harga t pengganti ttabel dihitung selisih dari harga ttabel, dengan db = (n1-1) dan db (n2- 1), dibagi dua, kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar siswa, baik siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing dan siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional. Rekapitulasi perhitungan skor hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Skor Hasil Belajar Siswa

Data Statistik

Hasil Belajar Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Mean 24,28 14

Median 26 13,7

Modus 26,6 13,4

Bedasarkan Tabel 1 dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo) dari data hasil belajar siswa kelas eksperimen, yaitu: mean (M) = 24,28, median (Md) = 26, modus (Mo) = 26,6. Pada kelas eksperimen diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo > Md >

M), sehingga kurva yang terbentuk adalah adalah kurva juling negatif yang artinya skor cenderung tinggi. Grafik data hasil belajar eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Polygon Data Hasil Post-Test Kelas Eksperimen

Sedangkan deskripsi mean (M), median (Md), modus (Mo) dari data hasil belajar siswa kelas kontrol, yaitu: mean (M) = 14, median (Md) = 13,7, modus (Mo) = 13,4. Pada kelas kontrol diketahui bahwa modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo < Md <

M), sehingga kurva yang terbentuk adalah kurva juling positif yang artinya skor cenderung rendah. Grafik data hasil belajar eksperimen dapat dilihat pada Gambar 2.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

7 – 9 10 – 13 – 16 – 19 – 22 – 0

2 4 6 8 10 12 14

15 – 17

18 – 20

21 – 23

24 – 26

27 – 29

30 – 32 Md = 26

M = 24,28 M = 26,6

(7)

7 Gambar 2. Grafik Polygon Data Hasil Post-Test Kelas Kontrol

Secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing

berfasilitas media sederhana lebih tinggi dari siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional.

Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan homogenitas terhadap data hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan hasil pengujian prasyarat diperoleh bahwa data hasil belajar IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan varians kedua kelas homogen, sehingga untuk menguji hipotesis menggunakan uji- t dengan rumus polled varians.

Rangkuman hasil perhitungan uji-t kelas sampel disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Data Kelas N X s2 thitung ttabel

Hasil Belajar

Eksperimen 32 24,28 18,98

8,15 2,00

Kontrol 20 14 21,10

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh thitung sebesar 8,15 sedangkan ttabel (db = n1

+ n2 – 2 = 32 + 20 – 2 = 50) pada taraf signifikan 5% adalah 2,00. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana dan siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017.

Pembahasan

Dari hasil analisis sebagaimana tersaji pada hasil perhitungan, tentu saja terdapat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil belajar IPA secara signifikan antara siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran

snowball throwing berfasilitas media sederhana dan siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan adanya perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Pada penerapannya, model pembelajaran snowball throwing proses pembelajarannya ini berpusat pada siswa, siswa lebih banyak beraktifitas dalam kegiatan pembelajaran, sehingga di dalam proses pembelajaran siswa lebih mendominasi dan cenderung bersifat aktif. Hal ini sesuai dengan penjelasan Suprijono (dalam Hizbullah, 2011) pembelajaran snowball throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang hiterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid mendapat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-

(8)

8 masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Dengan demikian, model pembelajaran snowball throwing pada dasarnya adalah melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.. Penggunaan model snowball throwing dalam pembelajaran IPA

mempermudah siswa dalam

menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru dan dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPA yang berisi soal-soal yang dipelajarinya.

Siswa kelas V di SD Negeri 3 Bukti sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran snowball throwing lebih tertarik untuk belajar karena proses kegiatan pembelajaran siswa diajak belajar sambil bermain lempar bola salju, siswa dapat mengungkapkan permasalahan soal-soal pada selembar kertas, dan siswa lebih cepat tanggap dalam menyelesaikan permasalahan soal- soal yang dihadapinya. Siswa kelas V di SD Negeri 3 Bukti menerima pembelajaran dengan sangat antusias, dikarenakan dalam proses pembelajaran guru menyampaikan materi kepada siswa dengan menggunakan media sederhana.

Misalnya saat guru menyampaikan materi IPA tentang struktur bumi, guru menggunakan media berupa plastisin atau tanah liat yang dibentuk menyerupai bumi dan lapisan-lapisan bumi. Media ini sangat mudah didapatkan dan digunakan oleh siswa maupun guru. Temuan ini sesuai dengan penjelasan Djamarah dan Zain (2002:140) menjelaskan media sederhana adalah media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya.

Kemudian adanya diskusi kelompok, model pembelajaran snowball throwing adalah model pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok. Dalam proses pembelajaran, siswa berdikusi untuk membahas permasalahan soal-soal yang didapatkanya melalui permainan lempar bola salju. Melalui diskusi

kelompok siswa dapat menyampaikan pendapat untuk memecahkan permasalahan soal-soal dan saling bertukar informasi. Selain itu, melalui diskusi kelompok siswa dapat mengembangkan sikap saling menghargai dalam menyampaikan pendapat. Temuan ini sesuai dengan penjelasan Tan (dalam Amir, 2009) menyatakan bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan presentasi.

Ditinjau dari proses pembelajaran, aktifitas siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana lebih aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran terutama saat mengorganisasikan siswa untuk belajar dan menyelesaikan permasalahan soal- soal secara berkelompok. Siswa terlihat antusias dan serius saat bekerja secara kelompok dan mengikuti permainan lempar bola salju. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, tidak ada siswa yang terlihat bosan saat proses pembelajaran berlangsung. Temuan ini sesuai dengan penjelasan Shoimin (2014:174) menjelaskan model pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan.

Sedangkan siswa kelas V di SD Negeri 1 Bukti sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa cenderung bersifat pasif. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran ini masih berpusat pada guru, siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat hal- hal penting yang disampaikan oleh guru.

Dalam pembelajaran guru lebih mendominasi. Interaksi siswa dan guru bersifat satu arah. Guru lebih banyak menyampaikan materi kemudian siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-

(9)

9 hal yang penting yang diajarkan di papan tulis. Hal ini sesuai dengan penjelasan Rasana (2009:18) model pembelajaran konvensional merupakan sebuah model pembelajaran yang ditandai dengan penyajian pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas oleh guru, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dimengerti oleh siswa. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran konvensional ini menyebabkan siswa kurang antusias terhadap pembelajaran yang disampaikan. Dengan demikian, guru sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

Walaupun ketika siswa diberikan kesempatan bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa sudah paham akan keseluruhan materi yang telah disampaikan oleh guru. Siswa cenderung menghafal konsep sehingga menyebabkan hasil belajar yang dicapai kurang maksimal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya. Kusuma Wardani (2016) mengidentifikasi bahwa secara kuantitatif hasil belajar dengan model pembelajaran snowball throwing relatif lebih baik dari hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional di SD Negeri 1 Anturan dan SD Negeri 3 Kalibukbuk. Penelitian lain juga dilakukan oleh Mahrudin (2015) hasil penelitian diperoleh bahwa model pembelajaran snowball throwing pada siswa MI Nurul Ihsan Ujung Pesisi mengalami peningkatan yang sangat baik.

Sama halnya penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Bukti dan SD Negeri 3 Bukti mengalami perbedaan hasil belajar siswa. Dengan model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana dan siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat pada perhitungan pengujian hipotesis melalui uji-t, dinyatakan bahwa thitung > ttabel

(thitung = 8,15 > ttabel = 2,00, sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan rata- rata skor hasil belajar IPA, diketahui bahwa skor rata-rata siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana adalah 24,28 (dikategorikan sangat tinggi), sedangkan rata-rata skor siswa kelas V yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional adalah 14 (dikategorikan sedang). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017.

Saran yang dapat diajukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang inovasi dalam teori pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa saran yang diberikan kepada pihak terkait. Saran-saran

(10)

10 tersebut dipaparkan dalam penjelasan berikut. 1) Siswa di sekolah dasar diharapkan dapat mengikuti proses pembelajaran lebih baik dan aktif dengan model pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran snowball throwing, sehingga hasil belajar siswa meningkat. 2) Guru disarankan agar menggunakan model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana dalam melakukan pembelajaran di kelas agar siswa lebih berminat untuk belajar IPA. 3) Kepala sekolah agar selalu berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, salah satunya dengan cara mensosialisasikan penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif, sehingga minat belajar siswa meningkat.

4) Peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran snowball throwing berfasilitas media sederhana dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk meneliti dalam lingkup yang lebih luas, sehingga diperoleh sumbangan ilmu yang bermanfaat dan sesuai dengan perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.

2002. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Koyan, I Wayan. 2007. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif, Cetakan Pertama.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Rasana, Raka. 2009. Model-model Pembelajaran. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Cetakan Pertama. Jakarta: PT Indeks.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam

Kurikulum 2013, Cetakan Pertama.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Cetakan Pertama.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suartama, I Kadek. 2015. Media Pembelajaran. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian, Cetakan Keenam Belas. Bandung: Alfabeta.

(11)

11

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Skor Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan pada jaringan syaraf tiruan yang telah dilatih terhadap 20 data baru (data rekam medis 9 faktor risiko penderita penyakit jantung dan orang sehat yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran dengan menggunakan kartu indeks merupakan suatu strategi pembelajaran yang efektif

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada balita usia 6-24 bulan di Posyandu Mawar Kelurahan Semanggi Surakarta

Bisnis keluarga terutama pada perusahaan kecil akan memiliki kinerja yang lebih baik karena hubungan kekerabatan yang dimiliki oleh pengambil kebijakan atau para

Pemanfaatan sistem pakar yang dapat digunakan untuk mendiagnosis dan memberikan jawaban tentang salah satu penyebab stroke dari sembilan penyakit yang telah ditetapkan

Perlakuan mulsa batang jagung, mulsa jerami dan mulsa orok-orok lebih baik dibandingkan dengan mulsa kayu apu, mulsa eceng gondok, mulsa kara benguk dan

Dari hasil penelitian, perawatan luka menggunakan povidone iodine 10% menunjukkan bahwa pada indikator penyembuhan luka yaitu hilangnya eritema, hilangnya edema dan hilangnya

Mikrokontroler atau disebut juga pengendali mikro adalah suatu IC ( Integrated Circuit ) dengan kepadatan yang sangat tinggi, dimana semua bagian yang diperlukan