• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN KAYU KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KETAHANAN KAYU KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) SKRIPSI"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN KAYU KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

(Coptotermes curvignathus Holmgren)

SKRIPSI

JOEL TAMBUNAN 141201100

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

KETAHANAN KAYU KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

(Coptotermes curvignathus Holmgren)

SKRIPSI

OLEH:

JOEL TAMBUNAN 141201100

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

KETAHANAN KAYU KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

(Coptotermes curvignathus Holmgren)

SKRIPSI

Oleh:

JOEL TAMBUNAN 141201100

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(4)

(5)

ABSTRACT

JOEL TAMBUNAN: Edurance of Frankincense Toba wood (Styrax sumatrana) Against termite attacks (Coptotermes Curvignathus Holmgren). Supervisied by APRI HERI ISWANTO

Indonesia is a very rich country with biodegradable of flora and fauna, including the rich in wood-destroying organisms. One of wood-damaging organisms that is ever known is termites. Demands of solid wood as a construction always increases to supply the community needs, but the availability of good quality of wood and a relatively large measure is growing scarce. To fill up those needs, it must look for quality wood substitues or use of wood that is grown by the community. One type of wood is a Frankincense (Styrax spp.). For usage as a construction material, Frankincense wood needs to be inspected by the nature of the termite (Coptotermes curvignathus Holmgren) attack. The purpose of this study is to analyze the endurance of Frankincense Toba wood for the termite attack using grave yard test method. The Frankincense Toba wood was made from two areas, there are from North Tapanuli and Pakpak Bharat. The results of this study indicated that the Frankincense wood from Pakpak Bharat and from North Tapanuli both of them was classified into durable IV-V class and included the bad category with the percentage of weight loss each between 22,03-31,7%

and 18,46-20,79% with the percentage of damage was 90,93-96,26% and 78,06- 86,31%.

Keywords: Frankincense Toba Wood, Termite, Wood Durability

(6)

ABSTRAK

JOEL TAMBUNAN : Ketahanan Kayu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) terhadap Serangan Rayap Tanah (Choptotermes curvignathus Holmgren).

Dibimbing oleh APRI HERI ISWANTO.

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan biodiversitas baik flora dan fauna, termasuk kaya akan organisme perusak kayu. Salah satu organisme perusak kayu yang sering dijumpai adalah rayap. Permintaan kayu solid sebagai konstruksi selalu meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun ketersediaan kayu bermutu baik dan ukuran yang relatif besar semakin langka.

Untuk memenuhi keperluan tersebut, harus dicari pengganti kayu yang bermutu atau dengan pemanfaatan kayu yang ditanam oleh masyarakat. Salah satu jenis kayu tersebut adalah kayu kemenyan (Styrax Spp.). Untuk pemanfaatan sebagai bahan konstruksi, kayu kemenyan perlu diteliti sifat ketahanan terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis ketahanan kayu Kemenyan Toba terhadap serangan rayap tanah dengan menggunakan metode uji kubur (Grave yard test). Kayu kemenyan yang diuji berasal dari dua daerah yaitu dari Tapanuli Utara dan Pakpak Bharat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kayu kemenyan baik yang berasal dari Pakpak Bharat maupun dari Tapanuli Utara digolongkan kedalam kelas awet IV-V dan masuk kedalam kategori buruk dengan persentase kehilangan berat masing-masing antara 22,03%-31,7% dan 18,46%- 20,79% dengan persentase kerusakan masing-masing sebesar 90,93%-96,26% dan 78,06%-86,31%.

Kata Kunci : Kayu Kemenyan Toba, Keawetan Kayu, Rayap Tanah

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumban Lintong pada tanggal 25 November 1997 dari ayah Paimin Tambunan dan ibu Tiasmin Silaen. Penulis merupakan anak Kelima dari lima bersaudara.

Pada tahun 2008 penulis lulus dari SD Negeri No 176376 Lumban Lintong, tahun 2011 lulus dari SMP Negeri 3 Lumban Lintong, tahun 2014 penulis lulus dari SMA Swasta Cahaya Medan dan pada tahun yang sama melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan sebagai Mahasiswa Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Departemen Teknologi Hasil Hutan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi dan komunitas, yaitu mengikuti organisasi PEMA (Pemerintahan Mahasiswa) Fakultas Kehutanan, HIMAS (Himpunan Mahasiswa Sylva), UKM KMK USU UP FP (Unit Kegiatan Mahasiswa, Kebaktian Mahasiswa Kristen, Unit Pelayanan, Fakultas Pertanian) dan komunitas GORGA (Gerakan Observasi Rimbawan Giat Alam).

Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) dikawasan Hutan Mangrove Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2016. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT ITCI Hutani Manunggal pada tanggal 05 Februari- 07 Maret 2018.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Ketahanan Kayu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) terhadap Serangan Rayap Tanah (Choptotermes curvignathus Holmgren)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan membimbing selama penulisan skripsi. Penulis banyak menerima bimbingan, motivasi, saran dan juga doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini.

Teristimewa untuk kedua orang tua yang sangat penulis sayangi yang tidak pernah henti memberikan doa, dukungan, juga nasihat yang tulus sampai sekarang ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman atas doa dan dukungannya dalam penyusunan tugas akhir ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan dari pembaca karena penulis sadar penelitian ini tidaklah sempurna. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 2018

Penulis

Joel Tambunan

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Kemenyan ... 3

Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) ... 4

Rayap ... 5

Rayap Tanah ... 6

Keawetan Kayu ... 7

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 9

Alat dan Bahan ... 9

Prosedur Penelitian ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Kehilangan Berat Contoh Uji ... 13

Persentase Kerusakan Contoh Uji ... 17

KESIMPULAN Kesimpulan ... 20

Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 23

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Luas dan Produksi tanaman kemenyan di Sumatera Utara ...4 2. Skala ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah ...11 3. Penilaian visual grave yard test ...12

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Penguburan contoh uji... 10 2. Denah Penguburan contoh uji ... 10 3. Rata-rata persentase kehilangan berat contoh uji Kemenyan Toba

(Styrax sumatrana) dari Pakpak Bharat dan Tapanuli Utara ... 13 4. Rataan persentase kahilangan berat total kayu kemenyan Pakpak Bharat

dan Tapanuli Utara ... 14 5. Populasi rayap yang menyerang contoh uji ... 15 6. Perbandingan jumlah rayap pada pangkal, tengah dan ujung ... 16 7. Rata-rata persentase kerusakan contoh uji Kemenyan Toba

(Styrax sumatrana) dari Pakpak Bharat dan Tapanuli Utara ... 17 8. Kerusakan yang terjadi pada kemenyan Pakpak Bharat ... 19 9. Kerusakan yang terjadi pada kemenyan Tapanuli Utara ... 19

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Persentase Kehilangan Berat ... 21 2. Persentase Kerusakan ... 22

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara megabiodiversitas. Sebagai negara dengan iklim tropis, Indonesia sangat kaya dengan biodiversitas baik flora dan fauna, termasuk kaya akan organisme perusak kayu. Organisme perusak kayu tersebut adalah cendawan (jamur), bakteri, serangga penggerek (rayap) dan cacing tanah yang dapat merusak baik satu jenis organisme maupun gabungan beberapa organisme tersebut.

Salah satu organisme perusak kayu yang sering dijumpai adalah rayap.

Pada dasarnya, rayap adalah salah satu organisme yang berfungsi sebagai dekomposer alami yaitu dengan memanfaatkan kayu mati sebagai sumber makanan dan jika memungkinkan mereka juga memanfaatkan kayu mati sebagai tempat tinggal untuk berkembangbiak (Awadzi et al. 2004). Kondisi iklim dan tanah di Indonesia sangat mendukung bagi kehidupan rayap. Nandika et al. (2003) menyatakan bahwa lebih dari 80% daratan Indonesia merupakan habitat yang baik bagi kehidupan rayap. Rayap memiliki dampak positif (dalam ekosistem) maupun dampak negatif (dalam hal merusak atau merugikan) (UNEP, 2000). Di lingkungan masyarakat, rayap dikenal sebagai serangga perusak. Rahmawaty (1995) dalam Panahatan et al. (2014) menyatakan bahwa kerugian ekonomi akibat serangan rayap di Indonesia mencapai hitungan triliun rupiah. Tidak hanya di Indonesia, diluar negeri seperti di Amerika Serikat kerugian akibat serangan rayap mencapai US$ 2-3 milyar (UNEP, 2000).

Kayu sering digunakan sebagai bahan untuk konstruksi sebelum proses finishing kayu selesai dan hanya mengandalkan pengalaman turun temurun

(14)

2

tentang keawetan kayu (Owayemi, 2014), sehingga permintaan kayu solid sebagai kontruksi selalu meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun ketersediaan kayu bermutu baik dan ukuran yang relatif besar semakin langka.

Untuk memenuhi keperluan tersebut, harus dicari pengganti kayu yang bermutu atau dengan pemanfaatan kayu yang ditanam oleh masyarakat. Salah satu jenis kayu tersebut adalah kayu kemenyan (Styrax spp.). Kayu kemenyan yang sedikit menghasilkan getah atau yang tidak menghasilkan getah dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan konstruksi (Sianturi, 2015).

Sebelum kayu kemenyan (Styrax spp.) dimanfaatkan sebagai bahan untuk konstruksi, pertama kali penting diketahui sifat fisis, mekanis dan keawetannya.

Sifat keawetan jenis kayu sangat menentukan pengambilan keputusan apakah kayu tersebut perlu diawetkan atau tidak sebelum digunakan untuk keperluan tertentu. Sianturi (2015) menyatakan bahwa, kayu kemenyan secara umum masuk dalam sifat pemesinan kelas I dengan mutu pemesinan yang sangat baik. Untuk pemanfaatan sebagai bahan konstruksi, kayu kemenyan perlu diteliti sifat ketahanan terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ketahanan kayu Kemenyan Toba terhadap serangan rayap tanah dengan menggunakan metode uji kubur (grave yard test).

Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang ketahanan kayu kemenyan terhadap serangan rayap tanah sebelum memanfaatkan kayu kemenyan sebagai bahan konstruksi.

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kemenyan (Styrax spp.)

Menurut Jayusman (2014), taksonomi dari pohon kemenyan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Dilleniidae Ordo : Ebenales Famili : Styracaceae

Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 20-40 m dan diameter batang mencapai 60-100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit.

Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dengan warna kulit merah anggur.

Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral. Daun berbentuk oval bulat, bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dengan ujung runcing. Sebelah atas daun berwarna hijau dan sebelah bawah berwarna kekuning-kuningan dengan pinggiran daun rata. Panjang daun mencapai 4-15 cm, lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5-13 cm, helai daun mempunyai nervatio atau tulang daun 7-13 pasang. Kemenyan berkelamin dua dengan tangkai bunga memiliki panjang 6-11 cm. Daun mahkota bunga 9-12 helai berukuran 2-3 mm, kelopak dan mahkota bunga masing-masing 5 buah. Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap tahun. Waktu berbunga pada bulan November sampai Januari. Buah kemenyan

(16)

4

berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5–3 cm. Biji berukuran 15-19 mm, dengan warna coklat keputihan. Biji Kemenyan terdapat di dalam buah dengan kulit buah berukuran 1,75-3,1 mm (Jayusman, 2014).

Pohon Kemenyan menyebar pada berbagai negara meliputi Malaysia, Thailand, Indonesia dan Laos. Indonesia memiliki daerah sebaran pohon kemenyan di Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian Barat dan Kalimantan Barat.

Sumatera memiliki sebaran terluas terutama daerah Tapanuli dan Dairi.

Diperkirakan hampir 67% dari luas kebun kemenyan yang ada di Indonesia terdapat di daerah Tapanuli Utara.

Tanaman kemenyan tersebar luas di Sumatera Utara yang dapat membuktikan bahwa tanaman kemenyan yang tidak menghasilkan getah lagi memiliki potensi yang besar untuk dapat dijadikan bahan kontruksi bangunan sebagaimana dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas dan Produksi tanaman kemenyan di Sumatera Utara

Tahun Luas Tanaman (ha) Produksi Getah (ton)

TBM TM TTM

2010 1.119,2 19.457,95 2.339,7 4.730,38

2011 1.277,6 20.101,85 1.637,97 4.978,48

2012 1.141,39 18.575,35 2.289,07 4.620,54

2013 1.175 19.377 2.310 4.769,5

2014 1.164 19.392 2.342 4.999

Keterangan: TBM = Tanaman Belum Menghasilkan; TM = Tanaman Menghasilkan;

TTM = Tanaman Tidak Menghasilkan

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara

Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)

Kemenyan Toba merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan di daerah Tapanuli dan Dairi. Jenis ini tumbuh dan menyebar pada ketinggian >600 mdpl di sentra produksi kemenyan di Tapanuli Utara. Penampilan daun jenis Toba terkesan lebih gelap dan mengkilat dibandingkan jenis Durame dan Bulu. Getah

(17)

5

yang dihasilkan memiliki aroma balsamat tajam, warna putih kuning kecoklatan dengan ukuran butiran getah panjang 3-7 cm dan lebar 1,5-2,5 cm.

Pada perdagangan lokal harga getah Kemenyan Toba dikenal paling tinggi dibandingkan jenis lainnya. Tipe perkecambahan benih Kemenyan Toba dan pertumbuhan tanaman di lapangan relatif lebih lambat dibandingkan jenis Durame dan Bulu. Usia matang sadap jenis ini umumnya lebih dari 5 tahun, tergantung perkembangan diameter batang tanaman (Jayusman, 2014).

Rayap

Rayap merupakan serangga yang hidup berkoloni dengan ukuran tubuh yang kecil serta memiliki pembagian kasta yang jelas yaitu terdiri dari kasta reproduktif, kasta prajurit dan kasta pekerja. Di lingkungan alami rayap merupakan salah satu jenis serangga yang berfungsi sebagai dekomposr atau pengurai bahan-bahan berkayu yang telah mati, akan tetapi pada lingkungan pemukiman masyarakat rayap lebih dikenal sebagai hama perusak bangunan berkayu (Fitriani et al. 2016). Rayap merupakan organisme yang dapat merugikan masyarakat yang memiliki bangunan dari bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat, plywood, blockwood, dan laminated board) (Iswanto, 2005).

Aktifitas rayap disuatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tanah, tipe vegetasi, faktor iklim dan ketersediaan air. Dalam ekosistemnya, rayap merupakan mata rantai yang menghubungkan siklus biogeochemical (dekomposer bahan organik) yang sangat penting seperti siklus karbon, oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor. Kondisi iklim dan tanah termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan di Indonesia sangat mendukung kehidupan rayap. Nandika et al. (2003)

(18)

6

menyatakan bahwa rayap merupakan organisme yang mempunyai sistem kasta dalam kehidupannya, yang terdiri dari 3 (tiga) kasta yaitu:

1. Kasta prajurit, kasta ini mempunyai ciri-ciri kepala yang besar dan penebalan yang nyata dengan peranan dalam koloni sebagi pelindung koloni terhadap gangguan dari luar. Kasta ini mempunyai mendible yang sangat besar yang digunakan sebagai senjata dalam mempertahankan koloni.

2. Kasta pekerja, kasta ini mempunyai warna tubuh yang pucat dengan sedikit kutikula dan menyerupai nimfa. Kasta pekerja sekitar 80-90 % dari populasi koloni. Peranan kasta ini adalah bekerja sebagai pencari makanan, memberi makan raja dan ratu rayap, membuat sarang dan memindahkan makanan saat sarang terancam serta melindungi raja dan ratu koloni.

3. Kasta reproduktif, merupakan individu-individu rayap seksual yang terdiri dari betina yang bertugas bertelus dan jantan yang bertugas untuk membuahi betina.

Ukuran betina rayap mencapai 5-9 cm bahkan atau lebih.

Berdasarkan tempat tinggal atau sarangnya, rayap digolongkan dalam 5 tipe, yaitu rayap pohon, rayap kayu lembab, rayap kayu kering, rayap subteran dan rayap tanah.

Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus)

Rayap tanah bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter atau penghalang lainnya dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Serangan rayap tanah umumnya dicirikan dengan adanya tanah dalam kayu yang diserang baik kayu basah maupun kayu kering (SNI, 2006).

(19)

7

Rayap tanah dapat memasuki gedung-gedung bertingkat melalui lobang- lobang kecil pada fondasi, celah-celah dinding yang terbuat dari semen atau beton, sambungan-sambungan ubin, tiang-tiang mengikuti pipa-pipa saluran air, kabel- kabel ataupun melalui akar-akar pohon yang keluar menerobos lantai-lantai gedung. Sekali rayap mampu mencapai sasarannya maka rayap akan memperluas serangannya sampai bagian yang tinggi dengan membuat sarang antara di dalam bangunan dengan memanfaatkan kelembaban yang ada di dalam bangunan tersebut.

Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) memiliki ciri-ciri sebagai berikut kepala berwarna kuning, antena, lambrum dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya, memiliki fontanel yang lebar. Antena terdiri dari 15 segmen; segmen kedua dan segmen keempat sama panjangnya.

Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujung batas antara sebelah dalam dari mandible kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,56-1,68 mm. lebar

kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm. Panjang badan 5,5-6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut

yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan (Nandika et al. 2003).

Keawetan Kayu

Keawetan kayu adalah daya tahan alami suatu jenis kayu terhadap serangan organisme perusak kayu. Keawetan kayu dibagi menjadi 5 (lima) kelas yaitu kelas awet I, II, III, IV dan V (SNI, 2006). Secara alami kayu mempunyai

(20)

8

keawetan tersendiri dan berbeda untuk tiap jenis kayu. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan kayu dari serangan organisme perusak yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana kayu tersebut digunakan sedangkan faktor dalam adalah pengaruh komponen kimia yang terdapat didalam kayu yang bersangkutan atau sering disebut dengan zat ekstraktif kayu (Hartati et al. 2007). Zat ekstraktif yang terkandung didalam suatu kayu memiliki peran yang penting terhadap ketahanan dari serangan rayap atau jamur (Syofuna et al. 2012).

Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet apabila mempunyai umur pakai yang lama. Kayu dapat dikatakan berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam–macam faktor perusak kayu.

Keawetan kayu menjadi faktor utama penentu penggunaan kayu dalam konstruksi.

Bagaimanapun kuatnya suatu jenis kayu, penggunaannya tidak akan berarti bila keawetannya rendah. Organisme perusak kayu yang menyerang bangunan berkayu biasanya adalah rayap baik rayap kayu kering maupun rayap tanah.

Muslich dan Rulliaty (2016) menyatakan bahwa ketahanan kayu terhadap serangan rayap kayu kering berbeda dengan ketahanan kayu terhadap rayap tanah.

Terdapat beberapa kayu yang tahan terhadap serangan rayap kayu kering namun tidak tahan terhadap serangan rayap tanah dan demikian sebaliknya.

(21)

9

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei - Agustus 2017. Pengujian contoh uji dilakukan di Hutan Tri Dharma dan analisis data dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan,Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chain saw, meteran, oven, timbangan analitik, alat tulis, parang, cangkul, plastik 10 kg dan kamera.

Bahan yang digunakan dalam uji kubur ini adalah kayu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana.) yang berasal dari dua daerah yaitu Tapanuli Utara dan dari

Pakpak Bharat.

Prosedur Penelitian a. Persiapan Bahan Baku

Kayu kemenyan yang berbentuk log dibagi menjadi tiga bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Bahan yang akan digunakan dibentuk menjadi balok berukuran 3 x 3 x 20 cm sebanyak 5 sampel pada setiap bagian.

b. Pengujian Keawetan Kayu

Pengujian dilakukan dilapangan dengan menggunakan metode uji kubur (grave yard test). Contoh uji dikering ovenkan pada suhu 103±2 0C hingga beratnya konstan untuk mendapatkan berat kering sebelum pengujian (BKO).

Contoh uji yang telah diketahui BKO kemudian ditanam didalam tanah hingga menyisakan 5 cm bagian yang diatas permukaan dengan jarak antara contoh uji yang satu dengan yang lainnya 60 cm sebagaimana disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

(22)

10

Gambar 2. Denah uji kubur (grave yard test) Keterangan:

PB = Pakpak Barat, TP = Tapanuli Utara, P = Pangkal, T = Tengah, U = Ujung

Permukaan tanah 5 cm

15 cm cm Gambar 1. Penguburan contoh uji

TPP2

TPU1

TPP3

PBP1

PBT1

TPT4

TPP1

TPP4

TPU2

PBP3

PBP4

PBT4

TPU3

TPT1

TPT3

PBP2

PBT2

PBU2

PBU3

TPT2

PBT3

PBU4

PBU1

TPU4

60 cm

60 cm

(23)

11

Lama waktu pengujian atau pengumpanan bahan uji adalah 100 hari. Setelah pengumpanan, contoh uji diambil dan dibersihkan dari tanah yang menempel.

Kemudian contoh uji dikeringovenkan pada suhu 103±2 0C hingga konstan, sehingga diperoleh berat kering setelah pengujian (BKO2). Parameter yang diamati yaitu kehilangan berat dan persen kerusakan. Persentase kehilangan berat contoh uji dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan:

K = Kehilangan berat (%)

BKO1 = Berat kayu kering tanur sebelum diumpankan (gr) BKO2 = Berat kayu kering tanur setelah diumpankan (gr).

Untuk menghitung persentase sisa (% Sisa) akibat kerusakan serangan rayap maupun jamur, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Vo = Volume sebelum dikubur.

V1 = Volume setelah dikubur.

Berdasarkan Sornnuwat et al. (1995) dalam Susilowati et al. (1998) skala ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah adalah sesuai dengan Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Skala ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah

Kelas Kehilangan berat (%) Tingkat ketahanan kayu

I 0 Sangat Tahan

II 1-3 Tahan

III 4-8 Sedang

IV 9-15 Tidak Tahan

V >15 Rentan

(24)

12

Tabel 3. Penilaian visual grave yard test

Kelas Penilaian Kualitatif Penilaian Kuantitatif

Tingkat Serangan Keterangan Nilai

A Tidak Diserang Kayu tidak diserang (0%) 0

B Sedikit Terserang Terdapat serangan rayap seperti bekas- bekas gigitan dengan kedalaman 12,5 %

1 - 10 C Serangan Ringan Terdapat saluran dengan kedalaman 25% 11 - 20 D Serangan Berat Terdapat saluran nyata sampai

kedalaman 37,5%

21 - 30 E Serangan Hancur Serangan mencapai kedalaman >50%

dari kayu utuh

31 - 40

(25)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehilangan Berat Contoh Uji

Salah satu indikator yang menunjukkan keawetan kayu terhadap serangan rayap maupun jamur pada penelitian ini adalah dengan menghitung kehilangan berat sampel setelah diumpankan selama 100 hari. Semakin tinggi persentase kehilangan berat menunjukkan bahwa semakin rendah ketahanan kayu terhadap serangan rayap dan jamur. Besarnya nilai kehilangan berat contoh uji sangat bervariasi baik contoh uji kemenyan dari Pakpak Bharat maupun Tapanuli Utara.

Rata-rata persentase kehilangan berat pada kayu kemenyan dari Pakpak Bharat dan Tapanuli Utara disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata persentase kehilangan berat contoh uji kayu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dari Pakpak Bharat dan Tapanuli Utara

Berdasarkan Gambar 3 diatas dapat kita lihat bahwa, rata-rata persentase kehilangan berat pada contoh uji dari Pakpak Bharat lebih tinggi dibandingkan dengan kemenyan dari Tapanuli Utara dengan nilai kehilangan berat mencapai 31,7%, sedangkan dari Tapanuli Utara nilai kehilangan berat tertinggi sebesar 20,79%. Perbedaan kehilangan berat tersebut diduga karena perbedaan kandungan zat ekstraktif pada kedua contoh uji. Kandungan zat ekstraktif kayu kemenyan

(26)

14

dari Pakpak Bharat lebih rendah dibandingkan dengan ekstraktif kemenyan dari Tapanuli Utara. Pada kemenyan dari Tapanuli Utara diperoleh rata-rata zat ekstraktif larut sebesar 10,95%. Sedangkan ekstraktif dari kemenyan Pakpak Bharat diperoleh rata-rata sebesar 2,24% (Siregar, 2018). Hal ini sesuai dengan pernyataan Syofuna et al. (2012) menyatakan bahwa zat ekstraktif yang terkandung didalam suatu kayu memiliki peran yang penting terhadap ketahanan dari serangan rayap atau jamur.

Jumlah populasi rayap yang menyerang kayu sangat mempengaruhi kerusakan dan kehilangan berat kayu yang diumpankan. Berdasarkan pengamatan dilapangan, ditemukan bahwa jumlah rayap yang menyerang kemenyan dari Pakpak Bharat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah rayap yang menyerang kemenyan Tapanuli Utara. Jumlah populasi ini sesuai dengan kehilangan berat yang terjadi pada kedua contoh uji. Apabila dilihat dari rataan kehilangan berat total contoh uji kemenyan Pakpak Bharat dan Tapanuli Utara seperti pada Gambar 4. Perbandingan populasi rayap yang menyerang kedua jenis contoh uji dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4. Rataan persentase kahilangan berat total kayu kemenyan Pakpak Bharat dan Tapanuli Utara

(27)

15

Gambar 5. Populasi rayap yang menyerang contoh uji, a) Pakpak Bharat, b) Tapanuli Utara

Kehilangan berat pada kemenyan yang berasal dari Pakpak Bharat terendah adalah bagian pangkal dengan nilai sebesar 22,03% dan tertinggi terdapat pada bagian ujung dengan nilai sebesar 31,7%. Selain kandungan zat ekstraktif, kekerasan kayu pada bagian pangkal lebih tinggi dibanding dengan bagian tengah maupun bagian ujung sehingga serangan rayap lebih rendah.

Tarigan (2016) menyatakan bahwa kekerasan kayu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) lebih tinggi terdapat pada bagian pangkal dan menurun pada bagian

tengah maupun ujung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subekti (2012) yang menyatakan bahwa kekerasan kayu sangat berpengaruh pada daya tahan kayu tersebut.

a

b

(28)

16

Dari Gambar 3 diatas dapat kita lihat bahwa kehilangan berat contoh uji kemenyan dari Tapanuli Utara berbanding terbalik dengan contoh uji kemenyan dari Pakpak Bharat, dengan kehilangan berat yang tertinggi terjadi pada bagian pangkal sebesar 20,79 % dan terendah terjadi pada bagian ujung sebesar 18,46%.

Setelah pengujian di lapangan yang dilakukan selama 3 bulan pengumpanan, ditemukan bahwa bagian pangkal lebih banyak diserang oleh rayap dibandingkan dengan bagian tengah maupun ujung. Hal ini diduga karena populasi rayap yang menyerang contoh uji bagian pangkal kemenyan Tapanuli Utara lebih banyak dibandingkan dengan rayap yang menyerang bagian tengah maupun ujungnya.

Perbandingan jumlah populasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Perbandingan jumlah rayap pada pangkal, tengah dan ujung kemenyan Tapanuli Utara

Berdasarkan Gambar 6 diatas dapat kita lihat bahwa rayap menyerang bagian pangkal lebih banyak dengan serangan secara menyeluruh mulai dari keliling hingga kedalam bagian kayu. Sedangkan serangan rayap yang terjadi pada bagian tengah maupun ujung hanya sedikit pada bagian keliling dan membentuk lobang kecil.

a b c

(29)

17

Siregar (2018) menyatakan bahwa kadar zat ekstraktif larut pada kemenyan Tapanuli Utara rata-rata mencapai 10,95%. Namun apabila dilihat dari selisih besarnya kehilangan berat yang terjadi pada kemenyan Tapanuli Utara pada bagian pangkal, tengah maupun ujungnya hanya 1%. Oleh karena itu, pada kemenyan Tapanuli Utara, ekstraktif tidak terlalu berpengaruh terhadap serangan rayap pada pangkal, tengah maupun ujungnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan kayu kemenyan Tapanuli Utara terhadap rayap tanah tidak terlalu berbeda pada bagian pangkal, tengah maupun ujung.

Persentase Kerusakan Contoh Uji

Kerusakan contoh uji dinilai secara visual dengan mengamati aktivitas serangan rayap pada contoh uji kayu. Rataan Persentase kerusakan kedua jenis contoh uji selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Rata-rata Persentase kerusakan contoh uji Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dari Pakpak Bharat dan Tapanuli Utara.

Berdasarkan Gambar 4 diatas dapat kita ketahui bahwa persentase kerusakan contoh uji Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dari daerah Pakpak Bharat lebih besar dibandingkan dengan Kemenyan Toba asal Tapanuli Utara.

Kerusakan Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dari daerah Pakpak Bharat

(30)

18

berkisar antara 90,93% - 96,26%, sedangkan dari Tapanuli Utara sebesar 78,06% - 86,31%.

Bentuk serangan rayap terhadap contoh uji berbeda-beda baik pada kayu dari Pakpak Bharat maupun dari Tapanuli Utara. Beberapa contoh uji yang diserang rayap hanya pada bagian pinggir secara menyeluruh dengan cara mengelilingi contoh uji. Namun pada beberapa contoh uji lainnya rayap menyerang secara bertahap mulai dari satu sisi kemudian membentuk serangan melobangi sampel dan lobang tersebut juga dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Berdasarkan persentase kehilangan berat dan kerusakan contoh uji pada Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dalam penelitian ini, kayu Kemenyan Toba dari Pakpak Bharat maupun Tapanuli Utara digolongkan dalam kelas awet V yaitu sangat hancur atau rentan. Pada penelitian keawetan kayu kemenyan yang berasal dari daerah Jawa, Muslich dan Sumarni (2005) menyatakan bahwa kayu kemenyan juga digolongkan kedalam kelas awet V. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan serta studi literatur yang ada, ekstraktif yang terdapat pada kayu kemenyan tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serangan rayap tanah, sehingga apabila digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, mebel maupun kerajinan tangan perlu dilakukan tindakan pengawetan terlebih dahulu. Kerusakan contoh uji pada kemenyan dari Pakpak Bharat maupun Tapanuli Utara dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

(31)

19

Gambar 8. Kerusakan contoh uji kayu kemenyan dari Pakpak Bharat, a) berat, b) sedang, c) ringan.

Gambar 9. Kerusakan contoh uji kayu kemenyan dari Tapanuli Utara, a) berat, b) sedang, c) ringan

a b c

a b c

(32)

20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengujian keawetan alami kayu Kemenyan Toba terhadap serangan rayap tanah berdasarkan uji kubur (grave yard test) baik berasal dari Pakpak Bharat maupun dari Tapanuli Utara digolongkan kedalam kelas awet V dan masuk kedalam kategori buruk dengan persentase kehilangan berat masing-masing berkisar antara 22,03-31,7 % dan 18,46-20,79 % dengan persentase kerusakan masing-masing sebesar 90,93-96,26 % dan 78,06-86,31 %.

Saran

Saran untuk penelitian ini adalah diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang ketahanan kayu kemenyan terhadap berbagai jenis rayap dan organisme perusk kayu lainnya. Dengan demikian masyarakat dapat mengetahui ketahanan kayu kemenyan apabila digunakan sebagai bahan konstruksi ringan.

(33)

21

DAFTAR PUSTAKA

Awadzi, T. W., M. A. Cobblah and H. B. Madsen. 2004. The Role of Termites in Soil Formation in the Tropical Semi-Deciduous Forest Zone, Ghana.

104 (2) : 27 - 34

BPS SUMUT. 2014. Luas Tanaman dan Produksi Kemenyan Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten 2014. Badan Pusat Statistika Sumatera Utara

Fitriani, N., H. Kasmaran dan J. Maulana. 2016. Ketahanan Kayu Meranti Merah Dan Kayu Kamper Terhadap Serangan Rayap Tanah. Universitas Padjajaran. Bandung.

Hartati, S., R. Meliansyah dan L. T. Puspasari. 2007. Pemanfaatan Limbah Kayu Kihiyang (Albizzia procerra Benth.) dan Meranti (Shorea leprosula Miq.) untuk Mengendalikan Sclerotium rolfsii sacc. Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Kedelai. Universitas Padjajaran.

Iswanto, A. H. 2005. Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu dan Metode Penaggulangannya. Repository USU. Medan

Jayusman. 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (Styrax spp.) Jenis Dengan Spektrum Pemanfaatan Luas yang Belum dioptimalkan. IPB Press.

Bogor.

Muslich, M. dan, S. Rulliaty. 2016. Ketahanan 45 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Rayap Kayu Kering dan Rayap Tanah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.

Vol 34 (1)

Muslich M. dan G. Sumarni. 2005. Keawetan 200 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Penggerek Di Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol 23(3):163-176 Nandika, D., Y. Rismayadi dan F. Diba. 2003. Rayap (Biologi dan

pengendaliannya). Muhammadiyah University Press. Surakarta

Owoyemi, J. M. dan O. S. Olaniran. 2014. Natural Resistance of Ten Selected Nigerian Wood Species to Subterranean Termites Attack. Jurnal of Biological Science and Aplication.1(2):35-39

Panahatan, F., Y. Afifuddin dan L. Hakim. 2014. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap pada Bangunan Sd Negeri di Bagian Barat Kota Pekanbaru. Repository USU. Medan

Sianturi, F. G. 2015 . Sifat Pemesinan Tiga Jenis Kayu Kemenyan (Styrax spp.).

USU Repository. Medan

Siregar, Y. S. 2018. Analisis Kimia Kayu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) Berdasarkan Tempat Tumbuh dan Posisi dalam Batang. USU Repository

(34)

22

SNI. 2006. Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu (SNI 7207:2006).

Subekti, N. 2012. Biodeteriorasi Kayu Pinus (Pinus merkusii) oleh Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen (Blattodea: Termitidae). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Syofuna, A., A. Y Banana dan G. Nakabonge 2012. Efficiency Of Natural Wood Extractives As Wood Preservatives Against Termite Attack. Article of Maderas. Ciencia y tecnologia. 14(2):155-163

UNEP. 2000. Finding Alternatives To Persistent Organic Pollutants (Pops) For Termite Management.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa pada Matematika dan Kecemasan Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika.. Bandung,

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara obat kumur yang mengandung Klorin dioksida dan tanpa kandungan Klorin dioksida terhadap pH

dengan sistem pemerintahan yang lebih demokrais ternyata belum berhasil menghasilkan hukum yang mengandung nilai keadilan dan diperuntukan bagi kesejahteraan masyarakat. Pada

Adapun batasan – batasan dalam penelitian ini adalah sebagian berikut : Mendata kriteria struktur tanah dan jenis tanaman, Komposisi kriteria berdasarkan unsur hara,

Program adalah sekumpulan instruksi atau perintah terperinci yang sudah dipersiapkan agar komputer dapat melakukan fungsinya dengan cara yang sudah

[r]

This research paper aims at describing the method used by the teacher in teaching reading descriptive text at the first year students of SMK N 1 Banyudono.. Boyolali , to know

This research aims to determine the effect of sand-lime column stabilization on soft clay soil from Troketon Pedan Klaten in terms of the consolidation coefficient (Cv),