• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pengaruh Obat Kumur Klorin Dioksida dan tanpa Klorin Dioksida terhadap PH Saliva Anak (Kajian pada Anak Usia 10-12 Tahun di Panti Asuhan Chairun Nissa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Pengaruh Obat Kumur Klorin Dioksida dan tanpa Klorin Dioksida terhadap PH Saliva Anak (Kajian pada Anak Usia 10-12 Tahun di Panti Asuhan Chairun Nissa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Pengaruh Obat Kumur Klorin dioksida dan Tanpa Klorin dioksida Terhadap pH Saliva Anak

(Kajian Pada Anak Usia 10-12 Tahun di Panti Asuhan Chairun Nissa) Davita Dwirissa 1), Liane Andajani T 2), Arlia E Budiyanti 3)

Jurusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Email : davitadwrs@yahoo.com

Abstrak

Derajat keasaman (pH) saliva merupakan salah satu komponen yang memberikan konstribusi terhadap pH mulut. Untuk menetralkan pH saliva dalam mulut digunakan obat kumur, salah satunya obat kumur yang mengandung Klorin dioksida dan obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida. Klorin dioksida (CIO2) merupakan oksidator kuat dan efektif untuk membunuh bakteri, virus, jamur pada lingkungan asam, sehingga mampu mencegah terjadinya penurunan pH saliva. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh obat kumur yang mengandung CIO2 dan obat kumur tanpa kandungan CIO2 terhadap pH saliva anak. Penelitian uji klinis ini, dilakukan dengan rancangan the randomized one group pretest-posttest control group design. Sampel penelitian ini adalah anak-anak panti asuhan Chairun Nissa, Jakarta Pusat, sebanyak 45 anak yang dibagi menjadi tiga kelompok secara acak. Derajat keasaman (pH) saliva diukur menggunakan pH meter (Metler Toledo) dengan skala 0,0-0,14. Data dianalisa dengan menggunakan uji statistik One Way ANOVA menghasilkan nilai p<0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara obat kumur yang mengandung Klorin dioksida dan tanpa kandungan Klorin dioksida terhadap pH saliva, yaitu obat kumur yang mengandung CIO2 memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan dengan obat kumur tanpa kandungan CIO2 dan kelompok kontrol. Kata kunci : pH saliva, obat kumur, Klorin dioksida

Pendahuluan

Karies gigi terutama pada anak merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak terjadi di Indonesia (Tria, 2013). Plak merupakan biofilm yang

dikolonisasikan oleh bakteri. Biofilm memiliki kandungan glikopreotein yang berasal dari cairan saliva. Glikoprotein bersifat lengket sehingga dapat mengadhesi bakteri untuk melekat pada permukaan gigi dan terus berkembang menyebabkan terbentuknya plak. Bakteri dalam mulut mampu memfermentasikan substrat untuk memproduksi asam menyebabkan pH plak dapat menurun. Penurunan pH plak yang terus menerus dapat menyebabkan demineralisasi email yang kemudian mengakibatkan terjadinya karies gigi (Kidd, 2005).

Derajat keasaman (pH) saliva yang normal berada pada kisaran 6,8-7,5, tetapi pada keadaan tertentu pH saliva dapat berubah menjadi lebih asam atau basa.3Sadono, Melanie. 2008 Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat akan dengan mudah difermentasi oleh bakteri seperti Streptococcus mutans. Proses fermentasi tersebut akan menghasilkan asam sehingga pH saliva menurun (Najoan,2014).

(2)

Untuk menetralkan ketidakseimbangan pH dalam mulut dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya akumulasi plak pada anak. Pencegahan akumulasi plak dapat dilakukan dengan cara menggunakan obat kumur tanpa kandungan alkohol yang aman untuk anak, salah satuya obat kumur yang memiliki kandungan Klorin dioksida (CIO2). CIO2 merupakan bahan yang aman dan efektif, serta dapat digunakan setiap hari (Soares, 2012).

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa obat kumur yang memiliki kandungan CIO2 dapat menurunkan kadar halitosis dalam mulut, tetapi penelitian mengenai obat kumur yang mengandung CIO2 terhadap peningkatan pH saliva masih jarang ditemukan. Ini melatarbelakangi peneliti untuk meneliti perbedaan pengaruh obat kumur yang

mengandung CIO2 dengan obat kumur tanpa kandungan CIO2 terhadap pH saliva pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan perubahan pH saliva anak sebelum dan sesudah menggunakan obat kumur yang mengandung Klorin dioksida dan obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida

Metode Penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik dan Riset Biomedik Pada Hewan/Manusia Fakultas Kedokterteran Gigi Universitas Trisakti dengan nomor

218/KE/FKG/11/2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental, dengan rancangan the randomized pre-test and post-test with control group design. Subjek dalam penelitian ini adalah anak Panti Asuhan Chairun Nissa berusia 10-12 tahun berjumlah 45 subjek yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan menggunakan sistem random sampling. Besar subyek penelitian ini sebanyak 15 subyek untuk satu kelompok, oleh karena penelitian ini membutuhkan 3 kelompok, sehingga total keseluruhan subjek adalah berjumlah 45 subjek. Subjek pada kelompok 1 diberikan perlakuan dengan berkumur menggunakan obat kumur CIO2, kelompok 2 berkumur menggunakan obat kumur tanpa CIO2, dan kelompok 3 berkumur menggunakan aquades.

Penelitian ini diawali dengan subjek penelitian diinstruksikan untuk tidak makan dan minum manis atau bersoda 1-2 jam sebelum penelitian. Subjek diberi penjelasan mengenai prosedur dan tujuan penelitian. Kemudian subjek diminta ketersediaannya untuk menjadi subjek dan menyetujui dengan menandatangani inform concent yang diwakili oleh wali dari subjek. Subjek diminta untuk mengumpulkan salivanya masing-masing ke dalam tabung yang telah disediakan. Kemudian pH saliva masing-masing-masing-masing subjek diukur dengan menggunakan pH meter (Metler Toledo) sebagai pre test. Kemudian 15 sampel pada kelompok pertama diminta untuk berkumur dengan

(3)

diminta untuk berkumur menggunakan obat kumur tanpa kandungan CIO2 , dan 15 sampel pada kelompok kontrol diminta untuk berkumur dengan aquades. Masing-masing kelompok diminta untuk berkumur selama 30 detik. Setelah berkumur, subjek diminta untuk menunggu selama 30 menit sebelum dilakukan pengukuran pH saliva. Setelah 30 menit, subjek diminta untuk mengumpulkan saliva pada tabung yang telah disediakan. Kemudian setelah pengumpulan saliva, pH saliva dari masing-masing subjek diukur kembali dengan menggunakan pH meter (Melter Toledo) sebagai post test. Analisis untuk melihat perbedaan perubahan pH saliva antara obat kumur CIO2 dan tanpa CIO2

digunakan uji statistik parametrik One Way ANOVA.

Hasil Penelitian

Penelitian perbedaan obat kumur yang mengandung Klorin dioksida dan obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida terhadap pH saliva anak ini dilakukan pada bulan November 2015. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Yayasan Panti

Asuhan Chairun Nissa, Jakarta Pusat. Jumlah sampel keseluruhan yang didapat dengan simple randomize sampling sebesar 45 orang anak dari 62 orang anak. Hasil rata-rata pH saliva sebelum dan sesudah menggunakan obat kumur yang mengandung CIO2 dan obat kumur tanpa kandungan CIO2, didapatkan data sebagai berikut (Tabel 1)

Tabel 1.Rata-rata pH Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan Setiap Kelompok

pH saliva Mean

Pre-test Post-test Selisih

Klorin dioksida 7,3973 7,77 0,434

Tanpa Klorin dioksida

7,4587 7,818 0,3287

Aquades 7,68 7,6887 0,233

Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh distribusi data dari kelompok yang menggunakan obat kumur dengan kandungan CIO2

menghasilkan nilai p=0,195 (p>0,05). Distribusi data pada kelompok yang menggunakan obat kumur tanpa kandungan CIO2 menghasilkan nilai p=0,132 (p>0,05). Hal ini

menunjukan bahwa masing-masing dari kelompok memiliki sebaran data yang normal. Hasil uji homogenitas varian, diperoleh nilai p=0,540 (p>0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan varian antara kelompok data yang dibandingkan. Oleh karena sebaran data bersifat normal dan homogen, dengan demikian data telah memenuhi syarat

(4)

untuk dilakukan uji One Way ANOVA. Hasil uji One Way ANOVA dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 2)

Tabel 2.Hasil Uji Statistik One Way ANOVA

n Rerata p F Selisih pH Saliva Klorin dioksida 15 0,434 0,000* 53,970 Tanpa Klorin dioksida 15 0,3287 Aquades 15 0,233 * data signifikan (p<0,05)

Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA menunjukan nilai p= 0,000 (p<0, 05), sehingga menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok. Oleh karena uji One Way ANOVA menunjukan adanya perbedaan yang bermakna, maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Post hoc untuk melihat kelompok yang berbeda.

Tabel 3.Hasil Uji Post hoc Pada Setiap Kelompok

Perbedaan rerata p

Klorin dioksida vs Tanpa Klorin dioksida 0,10533 0,014*

Klorin dioksida vs Aquades 0,41067 0,000*

Tanpa Klorin dioksida vs Aquades 0,30533 0,000* * data signifikan (p<0,05)

Dengan melihat hasil analisis dari uji Post hoc (Tabel 3) diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan antara masing-masing dari ketiga kelompok, yaitu obat kumur yang mengandung CIO2 menunjukan pH saliva lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan obat kumur tanpa kandungan CIO2 (p=0,014). Selanjutnya, obat kumur yang mengandung CIO2 menunjukan dan obat kumur tanpa kandungan CIO2 menunjukan pH saliva lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu

menggunakan akuades (p=0,000). Dari seluruh hasil yang telah diperoleh, menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara seluruh kelompok, yaitu kelompok yang menggunakan obat kumur dengan kandungan Klorin dioksida dan kelompok yang menggunakan obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida.

(5)

Pembahasan

Penelitian mengenai perbedaan obat kumur yang mengandung Klorin dioksida dan obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida terhadap pH saliva anak ini dilakukan terhadap anak-anak panti asuhan Chairun Nissa, Jakarta Pusat. Dari jumlah populasi, yaitu 62 anak diambil sebanyak 45 sampel dengan simple randomize sampling. Jumlah sampel keseluruhan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu sebanyak 45 sampel didapatkan sesuai dengan perhitungan sampel.

Berdasarkan hasil penelitian pH saliva, dapat dilihat selisih rata-rata pH saliva antara kelompok yang menggunakan obat kumur dengan kandungan CIO2 dan kelompok yang menggunakan obat kumur tanpa kandungan CIO2 (Tabel 1). Untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna, dilakukan uji statistik parametrik One Way ANOVA. Hasil uji One Way ANOVA menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar

kelompok (p=0,000) (Tabel 2). Oleh karena uji One Way ANOVA menunjukan adanya perbedaan yang bermakna, maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Post Hoc untuk melihat perbedaan antar masing-masing kelompok.

Berdasarkan hasil uji Post Hoc dapat dilihat adanya perbedaan yang bermakna antara ketiga kelompok, yaitu kelompok yang menggunakan obat kumur dengan

kandungan CIO2, kelompok yang menggunakan obat kumur tanpa kandungan CIO2, dan kelompok kontrol (Tabel 3). Dari perbedaan tersebut dapat dilihat bahwa kelompok yang menggunakan obat kumur dengan kandungan CIO2 menunjukan pH saliva lebih tinggi bermakna dibandingkan kelompok yang menggunakan obat kumur tanpa kandungan CIO2 (p=0,014).Selanjutnya, obat kumur yang mengandung CIO2 dan obat kumur tanpa kandungan CIO2 menunjukan pH saliva lebih tinggi bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p=0,000).

Dari hasil uji statistik tersebut, menunjukan bahwa obat kumur yang mengandung CIO2 memberikan perbedaan pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan pH saliva dibandingkan dengan obat kumur tanpa CIO2 dan kelompok kontrol.Kemampuan obat kumur yang mengandung CIO2 dalam meningkatkan pH saliva tersebut ditunjukan oleh kerja dari bahan yang terkandung di dalam obat kumur seperti Sodium klorida (Oxygene). Sodium klorida terurai menjadi gas Klorin dioksida yang merupakan oksidator kuat untuk membunuh bakteri dan jamur pada lingkungan asam.8 Pada konsentrasi rendah, CIO2 efektif menurunkan komponen volatile sulfur compounds (VSC) yang menyebabkan bau mulut (Soesilo, 2005).

Selain efektif untuk mengurangi bau mulut, obat kumur yang mengandung Klorin dioksida juga efektif untuk meningkatkan pH saliva dikarenakan Klorin dioksida

(6)

merupakan desinfektan yang kuat. Penelitian yang dilakukan Tanner menunjukan bahwa disinfektan yang mengandung ClO2 memiliki aktivitas biosidal yang tinggi. Selain sifat antibakteri dan antijamur, ClO2 juga menunjukkan aktivitas antivirus yang kuat sekitar sepuluh kali lebih tinggi dari sodium hipoklorit. ClO2 dapat menghapus biofilm dengan cepat karena sangat larut dalam air dan membunuh mikroba yang hidup dalam biofilm (Aminabadi, 2007).

Selain daripada kandungan Klorin dioksida, kandungan lain seperti xylitol dan zinc asetat yang terdapat pada obat kumur tersebut bertindak sebagai antiplak dan antibakteri. Xylitol mempunyai kelebihan dalam menjaga kesehatan mulut, yaitu dengan menurunkan bakteri, meningkatkan pH saliva dan meningkatkan sekresi saliva (Mani, 2012).

Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Purba tahun 2009. Penelitian tersebut menghasilkan nilai p<0,05 yang dapat disimpulkan xylitol dapat meningkatkan pH saliva (Al-Mashhadani, 2005).

Obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida juga dapat meningkatkan pH saliva, akan tetapi peningkatan pH saliva dari obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida tidak sebanyak obat kumur yang mengandung Klorin dioksida. Peningkatan pH saliva pada obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida tersebut dapat disebabkan kandungan kimia seperti sorbitol. Sorbitol tidak mempunyai gugus karbonil dalam rantainya, sehingga tidak menyebabkan pH saliva menjadi asam. Sorbitol kurang reaktif dan tidak menyebabkan pembentukan asam pada plak gigi. Sorbitol bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan tidak menurunkan pH saliva, sehingga pH saliva dapat bertahan atau stabil dalam pH tertentu (Trihono, 2013).

Selain itu, obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida memiliki kandungan sodium florida. Kandungan flour mempunyai kemampuan untuk remineralisasi karies dan menurunkan kemampuan bakteri untuk produksi asam. Hasil studi dari Swedia

melaporkan bahwa penggunaan fluorida pada obat kumur serta penggunaan rutin pada pasta gigi memiliki efek yang signifikan dalam menurunkan karies gigi.

Seluruh penelitian yang telah diperoleh, menunjukan bahwa penelitian perbedaan pengaruh obat kumur yang mengandung Klorin dioksida dan obat kumur tanpa

kandungan Klorin dioksida terhadap pH saliva ini telah menjawab masalah dan mendukung hipotesis yang ada, yaitu terdapat perbedaan perubahan pH saliva yang signifikan antara kelompok yang menggunakan obat kumur dengan kandungan Klorin dioksida dan kelompok yang menggunakan obat kumur tanpa kandungan Klorin dioksida. Adanya peningkatan pH saliva yang dipengaruhi oleh obat kumur yang mengandung klorin dioksida dan obat kumur tanpa kandungan klorin dioksida, dapat mencegah resiko terjadinya pembentukan plak dan karies gigi pada anak.

(7)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perubahan pH saliva antara antara obat kumur yang mengandung Chlorine dioxidedan obat kumur tanpa kandungan Chlorine dioxide, yaitu obat kumur yang mengandung Chlorine

dioxidelebih berpengaruh dalam meningkatkan pH saliva anak dibandingkan dengan obat kumur tanpa kandungan Chlorine dioxide.

Saran

Diharapkan dari penelitian ini, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

menggunakan jenis obat kumur lain yang memiliki kandungan yang berbeda, sehingga dapat dijadikan dasar bagi konsumen untuk lebih selektif dalam memilih obat kumur Daftar Pustaka

Aminabadi, NA Balaei,E, Pouralibaba F. 2007. The effect of 0,2% Sodium Flouride Mouthwash in Prevention of Dental Caries. NCBI

Animmireddy, D, Reddy BVT, Vallala P, Kotha SB, Ankirredy S, Mohammad N. 2014. Evaluation of pH, buffering capacity, viscocity and flow rate levels of saliva in caries-free, minimal caries and nursing caries children: an in vivo study. Contemp Clin Dent. 5: 324-328.

Al-Mashhadani AT, Al-Obaidi WA. 2005. The pH of Stimulated Saliva in Relation to the Oral Health Status among Children and Adults. J coll dentistry. 17 (1):89-91

Bencharit S. Stucture and Fuction of Salivary Proteins. OBIO 720. 2008 3July.

Dawes C. 2003. What is the critical pH and why does a tooth dissolve in acid?. J Can Dent Assoc; 69(11):722-4

Ekstrom J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. 2012. Saliva and the Control of its Secretion. Dalam: Olle Ekberg, editors. Dysphagia. Berlin: Springer Berlin Heidelberg. p.19-47.

Erdem V, Yildiz M, Erdem T. 2013. The Ecaluation of Saliva Flow Rate, pH, Buffer Capacity, Microbiological Content and Indice od Decayed, Missing, and Filled Teeth in Behcet’s Patients. Balkan Medical Journal. 30:211-4.

Fejerskov O, Kidd E. 2008. Dental Caries: The Disease and its Clinical management. 2nd ed. Blackwell Munksgaard Ltd; p. 4-35

Haq MW, Batool M, Ahsan SH, Qureshi NR. 2009. Alcohol use in mouthwash and possible oral health concerns. J Pak Medical Assoc; 59(3): 186-90.

Hurlbutt M, Novy B, Young D. 2010. Dental caries: a pH-mediated disease. CDHA Journal; 5(1)

Kidd E. 2005. Essentials of Dental Caries: The Disease and Its Management, 3rd ed. New York: Oxford University Press. p. 2-3

(8)

Lightenberg ATM, Veerman ECI. 2014. Saliva: Secretion and Function. In: A Lussi, Hyusmans, P Weber, editors. Monographs in Oral Science. 3rd ed. Amsterdam: Karger Medical and Science Publishers. p. 1-2

Lisal, Riscal. 2014. Efektivitas sediaan obat kumur mengandung cengkeh (Syzygium aromaticum) dalam menurunkan kadarvolatile sulfur compounds (VSC) komponen cysteine (H2S). Makassar: Universitas Hassanudin:

Llop MR, et al. 2011. Effect of xylitol chewing gum onsalivary flow rate, pH, buffering capacity and presence of streptococcus mutans in saliva. Eur J paediatr. 11(1). p. 9-14 Mani S, Mani A, Saini R. 2012. Chlorine Dioxide : A Potential Mouth Rinse for Oral Health. International Journal of Experimental Dental Science; 1(2):118

Mount GJ, Hume WR. 2005. Preservation And Restoration Of Tooth Structure.2nded. China: Knowledge Books And Softwere; p. 6-25

Najoan SB, Kepel BJ, Wicaksono DA. 2014. Perubahan pH Saliva Siswa Madaratul Istiqomah Manado Sesudah Menyikat Gigi dengan Pasta Gigi Mengandung Xylitol. Jurnal e-GiGi.;2(2): 1-6.

Noszticzius, Z, et al. 2013. Chlorine dioxide is a size selective antimicrobial agent. PLos ONE.; 8(11).

Patil S, Kulloli N, Kella M. 2011. Unmasking Oral Malodor : A Review. KLE’s VK Institute of Dental Sciences. p. 61-63.

Pereira EMR, et al. 2011. Clinical Evidence of the Efficacy of a Mouthwash Containing Propolis for the Control of Plaque and Gingivitis: A Phase II Study. Brazil : Department of Public Health, Faculty of Dentistry, Federal University of Minaz Gerais

De Almeida PV, Gregio AMT, Machado MAN, De Lima AAS, Azevedo LR. 2008. Saliva Compotition and Functions: A Comprehensive Review. The Jurnal of Contemporary Dental Practice.;9(3):2-8

Pedersen AML. 2007. Saliva. Institute of Odontology; University of Copenhagen

Rentaini, M. 2009.Perbandingan pH Saliva Sebelum dan Sesudah Menyikat Gigi dengan Pasta Gigi yang Mengandung Sorbitol dan Xylitol pada Mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008. Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Schipper RG. Sillenti E, Vingerhoeds MH. 2007. Saliva as research material: biochemical, physiochemical, and practical aspects. Arch Oral Biol. 52:11435

Sadono, Melanie. 2008. Ke dokter gigi? Siapa takut! Kesehatan gigi lengkap A to Z. IMP Publishing. p. 13-35

Soares LG, Guaitolini RL, De Carvalho Weyne S, Falabella MEV, Tinoco EMB, Da Silva DS. 2012. The effect of a mouthrinse containing chlorine dioxide in the clinical reduction of volatile sulfur compound. General Dentistry.

Soesilo D, Santoso RE, Diyantri I. 2005. Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan Kestabilan pH pada Proses Pencegahan Karies. Majalah Kedokteran Gigi (Dent J);38

(9)

Stanojevic D, Comic L, Stefanovic O, Solujic S. 2009. Antimicrobial effects of sodium benzoate, sodium nitrite and potassium sorbate and their synergistic action in vitro. Supplement to Bulgarian Journal; 15(4):308-312

Tria Sulendra K, Aju Fatmawati DW, Nugroho R. 2013. Hubungan pH dan viskositas saliva terhadap indeks DMF-T pada siswa-siswi sekolah dasar baletbaru I dan baletbaru II sukowono jember. UNEJ

Trihono. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta

Gambar

Tabel 1. Rata-rata pH Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan Setiap Kelompok
Tabel 2. Hasil Uji Statistik One Way ANOVA

Referensi

Dokumen terkait

Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015 tanggal 13 Februari 2015 nomor : 364. / POKJA / KONS / II

d. Dikarenakan masarakat pedesaan yang terdata pada umumnya laki-laki, maka pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat cenderung lebih dimanfaatkan oleh petani laki-laki. Padahal

1. Kesenjangan internal: a) para pengambil keputusan/ kebijakan belum memahami tentang isu gender dan belum dilakukan pendataan terpilah antara peserta laki- laki dan

Setelah melakukan Analisis Trend pada data jumlah anak usia 0-6 tahun dan juga data pada anak yang terlayani pendidikan pada rentang umur tersebut, maka dapat dilihat

Karena persamaan yang kedua dalam teorema di atas tidak ekivalen dengan persamaan yang pertama, maka penyelesaian dari persamaan yang kedua harus diisikan dalam

Banyaknya perkara yang terjadi di Indonesia saat ini yang menjadikan Pasal 27 ayat (3) UU 11/08 sebagai dasar pelaporannya pada Kepolisian. Karena Pasal ini tidak dapat memberikan

Abstrak: Hasil survei di posyandu terhadap ibu-ibu usia subur, bahwa bayinya memerlukan banyak Air Susu Ibu (ASI). Oleh karena itu perlu pemberdayaan wanita

Adapun, alangkah lebih baik apabila SOHO juga dapat mengakuisisi perusahaan distribusi farmasi di Australia yang mana dikarenakan dapat lebih mudah dikontrol oleh