• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik

Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer, 2002:2).

Kemudian menurut Parera (2004:44) semantik ialah satu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Sedang menurut ahli linguistik lainnya, semantics is the study of meaning communicated through language an semantics is the study of the meanings of words and sentences ( Saeed, 1997:3)

2.1.2 Kajian Semantik Tentang Makna

Teori yang telah dikembangkan oleh pakar filsafat dan linguistik sekitar konsep makna dalam studi semantik. Pada dasarnya para filsuf dan linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Lahirlah teori tentang makna yang berkisar pada hubungan antara ujaran, pikiran, dan realitas di dunia nyata. Secara umum dibedakan teori makna atas;

teori acuan atau korespondensi, teori kontekstual, teori mentalisme atau konseptual dan teori formalisme.( Parera, 2004:45)

(2)

2.1.2.1 Teori Referensial

Teori referensial (acuan) atau korespondensi adalah hubungan antara kata dan acuan yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase atau kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau acuan tidak mempunyai hubungan langsung.

Teori ini menekankan hubungan langsung antar kata dengan acuannya yang ada di alam nyata. Jika kita menerima bahwa makna sebuah ujaran adalah acuannya. Maka setidak-tidaknya kita terikat pula pada pernyataan berikut ini.

1. Jika sebuah ujaran mempunyai makna, maka ujaran itu mempunyai acuannya 2. Jika dua ujaran mempunyai acuan yang sama, maka ujaran itu mempunyai

makna yang sama pula

3. Apa saja yang benar dari acuannya sebuah ujaran adalah benar untuk maknanya.

Teori mendapatkan tantangan dan komentar, walaupun demikian teori acuan mendapat pembenaran dalam penggunaan bahasa sebagai sarana ilmu

2.1.2.2 Teori Mentalisme

Teori mentalisme pada awalnya studi bahasa secara sinkronis dan membedakan analisis bahasa atas la parole, la langue, dan la langage. Bahasa lahiriah (la parole) dihubungkan dengan “konsep” atau citra mental penuturnya (la langue). Sebagai kajiannya “kuda terbang” dimaknai dengan citra mental walaupun secara real tidak ada.

(3)

2.1.2.3 Teori Kontekstual

Teori kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan semantik bandingan antarbahasa. Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa suatu kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks.

Walaupun demikian, ada pakar semantik yang berpendapat bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi. Kedua kata itu baru mendapatkan makna sekunder sesuai dengan konteks situasi. Dalam kenyataannya, kata itu tidak akan terlepas dari konteks pemakaiannya.

2.1.2.4 Teori Pemakaian Dari Makna

Teori ini dikembangkan oleh filsuf Jeman Wittgenstein. Beliau berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Salah satu kelemahan teori pemakaian dari makna ialah penentuan tentang konsep “pemakaian” secara tepat

2.1.3 Pengertian Semantik Leksikal

Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vocabulary, kosakata, pembendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan kata yang bemakna (Chaer, 2002: 60). Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata.

Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan dengan sebagai makna yang

(4)

diartikan makna yang sesuai dengan acuannya, makna yang sesuai dengan hasil observasi panca indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Beberapa ahli menegaskan demikian, The noun ‘lexeme’ is of course related to

the words ‘lexical’ and ‘lexicon’, (we can think of ‘lexicon’ as having the same meaning as vocabulary or dictionary ( Lyons, 1995:47). Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Leksem adalah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebutkan satuan bahasa bermakna. Istilah leksem ini kurang lebih dapat dipadankan dengan istilah kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis dan yang lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil.

2.1.4 Pemerolehan, Pembelajaran, dan Perkembangan

Pemerolehan, pembelajaran dan perkembangan adalah tiga istilah yang bersinonim satu sama lain ( Smith, 1994:11). Pemerolehan selalu dikaitkan dengan pembelajaran informal, dan pembelajaran dengan pembelajaran formal.

Perkembangan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses pembelajaran, yaitu sesuatu yang terjadi di dalam diri pembelajar.

Istilah pemerolehan dan pembelajaran memfokuskan perhatian kita pada orang yang belajar bahasa di mana perkembangan berlangsung. Yang penting, harus selalu memisahkan pemerolehan/pembelajaran/perkembangan dengan pengajaran,

(5)

yang merupakan upaya (biasanya oleh orang lain) untuk membuat tugas pembelajar menjadi lebih mudah.

2.1.5 Elisitasi

Kalau seseorang pengajar ingin mengetahui seberapa dekat pengetahuan dan keterampilan seorang pembelajar dengan bahasa sasaran yang dipelajarinya, dia harus membuat suatu “tes”. Banyak tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan seseorang pembelajar (apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum). Untuk itu, peneliti cenderung tidak melakukan tes, tapi elisitasi, yaitu teknik memperoleh data dengan tanya jawab.

2.2 Kerangka Teoretik

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan di atas, peneliti menarik suatu kerangka berpikir untuk melakukan penelitian yaitu penelitian tentang semantik leksikal lebih mengarah kepada pemaknaan yang merujuk pada suatu acuannya, penyesuaian suatu makna kata dengan makna dalam kamus. Teori yang digunakan pada penelitian ini ialah teori referensial (acuan) atau korespondensi, yaitu adalah teori yang melihat hubungan antara kata dan acuan yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase atau kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau acuan tidak mempunyai hubungan langsung. Teori ini menekankan hubungan langsung antar kata dengan acuannya yang ada di alam nyata. Jika kita menerima

(6)

penelitian mengemukakan makna suatu kata dan peneliti tidak melihat atau mempertimbangkan kemampuan pembelajarannya tetapi bagaimana siswa menginterpretasikan makna dari tiap kata tersebut. Oleh karena itu peneliti menggunakan elisitasi untuk memperoleh data dengan tanya jawab tanpa menguji kemampuan pembelajaran dengan materi yang diajarkan. Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, namun peneliti sendiri telah melakukan studi awal pada sekolah tersebut untuk melihat fenomena yang terjadi pada siswa sekolah dasar dalam konsep pemaknaan kata.

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis : signé linguistique).

Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri dari : 1) Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa.

2) Komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama.

Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adaah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent / acuan / hal yang ditunjuk. Jadi, Ilmu Semantik adalah :

1. Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.

2. Ilmu tentang makna atau arti.

(7)

Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam studi ingustik daripada istilah untuk ilmu makna lainnya,seperti Semiotika, semiologi, semasiologi,sememik, dan semik. Ini dikarenakan istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang cukup luas,yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya.

Termasuk tanda lalulintas, morse, tanda matematika, dan juga tanda-tanda yang lain sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang imu linguistik yang memiliki hubungan dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan antropologi. Bahkan juga dengan filsafat dan psikologi. Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu dapat menandai identitas kelompok penuturnya. Contohnya: Penggunaan / pemilihan kata

‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan identitas kelompok penuturnya.Kata

‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankan kesopanan.

Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi dikarenakan analisis makna pada sebuah bahasa, menalui pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan dapat menjanjikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya penuturnya. Contohnya : penggunaan / pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’ dapat mencerminkan budaya penuturnya.Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’

bagi masyarakat Jogjakarta.Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi

(8)

memiliki hubungan yang erat dengan budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapat digunakan untuk menganalisi bahasa lain. Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa Inggris yang mewakili nasi, beras, gabah dan padi. Kata ‘rice’ akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks yang berbeda. Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi. Tentu saja penutur bahasa Inggris hanya mengenal ‘rice’

untuk menyebut nasi, beras, gabah, dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi, gabah, beras dan nasi, seperti bangsa Indonesia. Kesulitan lain dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak selalu penanda dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang artinya, setiap tanda lingustik tidak selalu hanya memiliki satu makna.

Adakalanya, satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya, dua tanda lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama.Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan contoh-contoh berikut :

Bisa ‘racun’

‘dapat’

Buku ‘lembar kertas berjilid’

kitab

(9)

Siswa–siswa yang menjadi objek penelitian mengemukakan makna suatu kata dan peneliti tidak melihat atau mempertimbangkan kemampuan pembelajarannya tetapi bagaimana siswa menginterpretasikan makna dari tiap kata tersebut. Oleh karena itu peneliti menggunakan elisitasi untuk memperoleh data dengan tanya jawab tanpa menguji kemampuan pembelajaran dengan materi yang diajarkan. Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, namun peneliti sendiri telah melakukan studi awal pada sekolah tersebut untuk melihat fenomena yang terjadi pada siswa sekolah dasar dalam konsep pemaknaan kata.

                           

Referensi

Dokumen terkait

Dendeng adalah salah satu bentuk olahan daging yang bersifat tradisional, yang sudah dikenal dan dikerjakan oleh masyarakat Indonesia sejak lama, rasa dan aromanya yang khas

Disini kami akan menyediakan tempat untuk menambah ilmu masyarakat sekitar dengan membangun Taman Bacaan Harian yang dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah penambahan tepung tulang bandeng terhadap sifat fisik (kemekaran linier, tekstur dan warna), sifat

Dari hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan secara visual, dapat disimpulkan bahwa larutan analit Pb 2+ , Hg 2+ , Cu 2+ tidak dapat dideteksi menggunakan

Hasil penelitian didapatkan bahwa koefisien korelasi pearson antara waktu perawatan neonatus di inkubator dengan umur kehamilan ibu saat melahirkan

Perhitungan nilai stock loan menggunakan hasil diskritisasi dari metode Crank-Nicolson kemudian memasukkan nilai parameter-parameter yang telah diberikan dengan memperhatikan

Perkembangan game dilihat dari segi perangkat yang menjalankannya juga sangat pesat, mulai dari sebuah game yang berjalan pada PC , hingga pada mobile yang memiliki