• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN. 4.1 Data dan kondisi kerja pompa circulating water pump

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN. 4.1 Data dan kondisi kerja pompa circulating water pump"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB IV

PERHITUNGAN PERANCANGAN 4.1 Data dan kondisi kerja pompa circulating water pump

Sebelum melakukan perhitungan dalam perancangan pompa, terlebih dahulu harus digambarkan atau di definisikan kondisi kerja pompa yang akan dirancang dan kondisi fluida yang akan dipompa. Sehingga kemudian hasil perancangan pompa dapat digunakan secara optimal, ataupun dapat digunakan sebagai referensi dalam pemilihan dan perancangan untuk pompa dengan kondisi kerja yang berbeda. Untuk pompa circulating water pump, perancangan pompa akan dilakukan berdasarkan kondisi kerja seperti gambar 4.1.

Gambar 4.1 : circulating water pump

Di dalam perancangan pompa circulating water pump ini diperlukan data awal sebagai dasar perhitungan. Data data-data yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :

a. Operasi kerja pompa circulating water pump:

1. Kapasitas pompa : 7.17𝑚3/𝑠

2. Head : 18 𝑚

3. Rate speed : 425 Rpm

(2)

4. Power : 1800 kW 5. Efisiensi : 𝑛 = 86%

b. Penampang circulating water pump:

1. Rate speed : 425 Rpm 2. Speed current : 221.2 A 3. Frequency : 50 Hz

4. Weight : 24000 Kg

5. Protection class : IP 54 6. Efficiency : 93,2%

c. Fluida kerja:

1. Fluida : Air laut

2. Temperature fluida : 22~35 C 3. Densitas air laut :1025kg

𝑚3

4.2 Penentuan kondisi intek canal dan pengoperasian pompa

Di dalam perhitungan head pompa, harus di perhatikan tentang kondisi kanal yang menyimpan atau memproduksi air dan pengoperasian pompa circulating water pump. Di dalam perancangan pompa circulating water pump ini digunakan data berdasarkan perkiraan intek canal pada laju alir dari literatur yang telah ada.

4.3 Perhitungan head pompa

Setelah data dan kondisi operasi pompa sudah diketahui, maka selanjutnya dilakukan perhitungan besarnya pompa head pompa yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida dari intek kanal menuju condensor.

Besarnya head pompa berdasarkan control volume pada gambar 4.1 adalah:

𝐻𝑝 = (𝑝2− 𝑝1

𝑝. 𝑔 ) + (𝑣̅22− 𝑣̅12

2. 𝑔 ) + 𝑍 + ∑ ℎ𝑙𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Karena besarnya head loss belum diketahui, maka head loss total dari point 1 ke point 2 dihitung terlebih dahulu.

(3)

4.3.1 Head loss mayor

Head loss mayor dirumuskan:

hlmayor = 𝑓𝐿. 𝑣2 𝐷. 2𝑔

Head loss mayor diakibatkan oleh gesekan antara fluida dan permukaan pipa, dimana gesekan fluida dipengaruhi oleh kecepatan fluida didalam pipa.

Head loss mayor ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu head loss mayor pada sisi inlet canal sampai sisi isapan pompa (sisi suction) dan head loss mayor pada pipa sisi discharge.

a) Head loss mayor sisi suction.

Head loss mayor pada sisi suction terjadi ketika fluida mengalir melewati sisi inlet canal pada sisi suction (Dc) adalah:

𝑉1 = 𝑄

𝐴c = 4 𝑥 𝑄 𝜋 𝑥 𝐷c²

𝑉1 = 𝑄

𝐴c = 4 𝑥 𝑄

𝜋 𝑥 𝐷c²= 4 𝑥 7.17 𝑚3/𝑠 3,14 𝑥 (1,9 𝑚)2

𝑉1 = 2,53 𝑚/𝑠

Kemudian dihitung besarnya koefisien gesek (f) dengan persamaan.

𝑓 = 0,25

{𝐿𝑜𝑔 [( 𝜀

3,7𝐷) + ( 5,74 𝑅𝑒0,9)]}

2

Dimana 𝜀 = kekerasan dari pipa dan Re bilangan Reynolds

𝑅𝑒 =𝑝 𝑥𝑉1 𝑥 𝐷𝑐 𝜇𝑎𝑖𝑟

(4)

𝑅𝑒 =

1025kg

𝑚3𝑥 2,53𝑚/𝑠 𝑥 1,9 𝑚 0,801 𝑥 10−3 𝑘𝑔/𝑠. 𝑚

𝑅𝑒 = 6151279,65 Nilai koefisien gesek (𝑓) yaitu:

𝑓 = 0,25

{𝐿𝑜𝑔 [( 0,026 3,7 𝑥 1,9) + (

5,74

6151279,650,9)]}

2

𝑓 = 0,071162

Sehingga head loss mayor pada sisi suction adalah:

ℎ𝑙𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 𝑓 𝐿. 𝑣̅2 𝐷. 2. 𝑔

ℎ𝑙𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0,07116216,2 𝑚 𝑥 (2,53 𝑚/𝑠)2 1,9 𝑥 2 𝑥 9,81 𝑚/𝑠2 ℎ𝑙𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0,197948 𝑚

b) Head loss mayor sisi discharge

Pipa discharge menggunakan pipa dengan diameter (Dp) sebesar maka. Maka kecepatan fluida pada pipa discharge adalah:

𝑉2= 𝑄

𝐴2 = 4 𝑥 𝑄 𝜋 𝑥 𝐷𝑝2 𝑉2 = 4 𝑥 7,17 𝑚3/𝑠

3,14 𝑥 (0,9 𝑚)2 𝑉2 = 11,2764 Reynold aliran didalam pipa discharge:

𝑅𝑒 =𝜌 𝑥 𝑉1 𝑥 𝐷 𝜇𝑎𝑖𝑟

(5)

𝑅𝑒 =

1025kg

𝑚3𝑥2,53𝑚

𝑠 𝑥 0,9𝑚 0,801 𝑥 10−3 𝑘𝑔/𝑠. 𝑚 𝑅𝑒 = 2913764,04 Maka besar koefisien gesek yaitu

𝑓 = 0,25

{𝐿𝑜𝑔 [( 0,026 3,7 𝑥 0,9) + (

5,74

2913764,040,9)]}

2

𝑓 = 0,051729 Sehingga head loss mayor sisi discharge:

ℎ𝑙𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 𝑓 𝐿 𝑥 𝑣̅2 𝐷 𝑥 2𝑔

ℎ𝑙𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0,05172916,2 𝑚 𝑥 (11,2764 𝑚/𝑠)2 0,9 𝑥 2 𝑥 9,81 𝑚/𝑠2 ℎ𝑙𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 6,034601 𝑚

4.3.2 Head loss minor

Head loss minor dirumuskan:

ℎ𝑙𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾 𝑣̅2 2 𝑥 𝑔

Besarnya koefisien k tergantung dari fitting instalasi perpipaan. Pada instalasi circulating water pump pada umumnya, terdapat strainer pada sisi masukan pompa dan sebuah check valve pada sisi discharge. Nilai k untuk strainer adalah sebesar 5,6. Posisi starainer berada sisi isap pompa, yaitu sebelum fluida masuk ke impeller. Bila diasumsikan diameter strainer adalah sebesar, maka kecepatan fluida ketika melewati strainer adalah :

Maka head loss minor pada strainer sebesar:

(6)

𝑉𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟=𝑄

𝐴= 4.𝑄 𝜋.𝐷𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟2

𝑉𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟=4 𝑥 7,17 𝑚3/𝑠 3,14 𝑥 (1,9)2

𝑉𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 = 2,53 𝑚/𝑠 Maka head loss minor pada strainer sebesar:

ℎ𝑙𝑚 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 = 𝐾𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 2,532 2 𝑥 9,81 ℎ𝑙𝑚 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 = 5,6 2,532

2 𝑥 9,81 ℎ𝑙𝑚 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟= 1,82 𝑚

Sedangkan untuk sisi discharge pompa, terdapat check valve yang terpasang pada keluaran pompa. Check valve yang digunakan adalah jenis swing valve dengan nilai k sebesar 0,512. Maka head loss minor akibat valve ini adalah:

ℎ𝑙𝑚 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 𝐾𝑐ℎ𝑒𝑐𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒

𝑣̅2 2. 𝑔

ℎ𝑙𝑚 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 0,512 0,92 2 𝑥 9,81 ℎ𝑙𝑚 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 0,02 𝑚 ℎ𝑙𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 1,82 + 0,02

ℎ𝑙𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 1,84 𝑚

 Sehingga head loss total (∑ ℎ𝑙1−2) yang terjadi pada instalasi pompa diatas adalah:

∑ ℎ𝑙1−2 = (ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟) + ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟

(7)

∑ ℎ𝑙1−2= ( 0,197948 + 6,034601) + 1,84 𝑚

∑ ℎ𝑙1−2 = 8,072549 𝑚

 Setelah head loss total diketahui, maka head pompa dapat dihitung, yaitu:

𝐻𝑝 = (𝑝2− 𝑝1

𝑝. 𝑔 ) + (𝑣̅22− 𝑣̅12

2. 𝑔 ) + 𝑍2− 𝑍1 + ∑ ℎ𝑙𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑝 = (0,14 − 0,103

1025 𝑥 9,81) + (11,27642− 2,532

2 𝑥 9,81 ) + 1,3 − (−1) + 8,072549 𝐻𝑝 = 16,52731 𝑚

4.4 jumlah stage pompa circulating water pump

Jumlah stage dipengaruhi oleh kecepatan spesifik dinamik dan jenis impeller yang digunakan dalam perancangan pompa. Besarnya kecepatan spesifik pompa adalah:

𝑛𝑠𝑃 = √𝑌

75 𝑥 𝑛√𝑄 𝐻34

Dimana Y adalah berat spesifik dari air (𝑌 = 𝑝. 𝑔 = 1025 𝑘𝑔/𝑚3 𝑥 9,81 𝑚/

𝑠2) = 10055,25

𝑛𝑠𝑃 = √𝑆𝐺. 1025

75 𝑥 𝑛√𝑄 𝐻34 Head pompa yang digunakan adalah 18 meter.

𝑛𝑠𝑃 = √1,02 𝑥 3,697 𝑥 425 𝑟𝑝𝑚 . √7,17 𝑚3/𝑠 (18)3/4

𝑛𝑠𝑃 = 2,914342 𝑚

Didalam perancangan pompa circulating water pump ini, dipilih impeller jenis sentrifugal high speed impeller, dimana jenis impeller ini mempunyai range

(8)

putaran spesifik dinamik antara 150-250 kecepatan spesifik dinamik yang diambil untuk menentukan jumlah stage adalah 250. Maka jumlah stage pada pompa circulating water pump ini adalah:

𝑖 = (𝑛𝑠𝑖 𝑛𝑠𝑃)

3/4

= ( 150 2,914342)

3/4

= 1,51499 ≈ 1 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒

Ketika menggunakan jenis impeller ini dan setelah diketahui jumlah stage pada pompa, maka besarnya head yang diberikan impeller pada fluida untuk satu stage adalah :

𝐻1 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 = 𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ∶ 𝑖

𝐻1 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 = 16,52731 𝑚 ∶ 1 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 𝐻1 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 = 16,52731 𝑚

Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan head yang dihasilkan oleh satu impeller sebesar 16,52731 meter. Sedangkan head yang dihasilkan pompa secara keseluruhan dengan jumlah sebanyak 1 impeller adalah :

𝐻𝑃 = 16,52731𝑚 𝑥 1 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 𝐻𝑃 = 16,52731 𝑚

Head pompa yang didapatkan nilainya jika lebih besar bila dibandingkan dengan head pompa hasil perhitungan atau head yang digunakan unuk mengatasi beban instansi. Sehingga untuk perhitungan selanjutnya, head yang digunakan dalam perhitungan ini adalah besarnya head pompa sebesar 16,52731 meter

4.5 perencanaan dimensi impeller

Setelah head pompa dan jumlah stage sudah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk mendapatkan dimensi masing- masing komponen pada circulating water pump. Komponen pertama yang akan

(9)

dirancang adalah bentuk dan dimensi dari impeller pompa. Berikut ini adalah urutan untuk menentukan dimensi dari pompa.

a) Perhitungan poros pompa

Perhitungan poros pompa bergantung terhadap besarnya daya yang diberikan poros kepada impeller kepada fluida adalah:

𝑊𝐻𝑃 = 𝑝. 𝑔. 𝑄. 𝐻𝑝

𝑊𝐻𝑃 = 1025 𝑘𝑔/𝑚3. 9,81 𝑚/𝑠2. 7,17 𝑚3/𝑠. 16,52731 𝑚 𝑊𝐻𝑃 = 1191555 𝑤𝑎𝑡𝑡

= 1191,555 𝑘𝑤

Sedangkan besarnya daya yang dibutuhkan poros pompa untuk memutar impeller adalah:

Dengan efisiensi = 86

𝐵𝐻𝑃 = 𝑊𝐻𝑃

𝑛 𝑡𝑜𝑡 𝑝 𝐵𝐻𝑃 =1191,555

86 𝐵𝐻𝑃 = 13,85529 b) Perhitungan diameter poros

Proses perancangan ini harus diketahui terlebih dahulu material atau bahan pada poros, dimana bahan poros yang dipakai adalah austenitic stainless steel AU 79 TY 316.

d = [5,1

𝑡𝑎 𝐾𝑡. 𝐶𝑏. 𝑇]

1 3

Faktor koreksi untuk momen punter Kt yang dianjurkan ASME dipilih sebesar 2,0, dengan anggapan bahwa beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar. Faktor koreksi beban lentur Cb dipilih sebesar 1,0, dengan anggapan bahwa tidak akan terjadi pembebanan lentur.

(10)

Momen punter yang diterima oleh poros dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

𝑇 = 9,74 𝑥 105 𝑥 (𝑃𝑑 𝑛)

Untuk perhitungan daya rencana (Pd) digunakan persamaan 𝑃𝑑 = 𝐹𝑐 𝑥 𝑃

Dimana:

Faktor koreksi = 0,58

Daya motor = 1191,555 𝑘𝑊 Sehingga:

𝑃𝑑 = 1,1 𝑥 1191,555

= 1310,711 kW

Telah diketahui bahwa:

Daya motor rencana (Pd) = 1310,711 𝑘𝑊 Putaran motor = 425 Rpm

𝑇 = 9,74 𝑥 105 𝑥 (1310,711 425 )

= 3003841 𝑘𝑊

Diambil bahan poros stainless stell 316 dengan kekuatan Tarik bahan adalah 𝑆𝑏= 85,000 𝐾𝑔/𝑚𝑚2

Perhitungan tegangan geser poros yang diizinkan diperoleh dari persamaan:

(11)

𝑡𝑎 = 𝑆𝑏 𝑆𝑓1 𝑥 𝑆𝑓2

Untuk menghindari beban berlebih maka diperlukan suatu factor keamanan, yang dalam perancangan ini dipilih factor keamanan (Sf1) sebesar 6,0.

Selanjutnya perlu ditinjau apakan poros tersebut akan diberi alur pasak (dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi yang cukup besar).

Pengaruh kekasaran permukaan harus cukup diperhatikan, Untuk memasukkan pengaruh ini dalam perhitungan perlu diambil factor yang dinyatakan dengan Sf2 = 2

Sehingga :

𝑡𝑎 =85,000 𝐾𝑔/𝑚𝑚2 (6,0 𝑥 2,0)

= 7,083333 𝐾𝑔 𝑚𝑚2

Tegangan geser yang diijinkan untuk pemakaian umum yaitu sebesar kg/mm2 Maka :

d = [5,1

𝑡𝑎 𝐾𝑡. 𝐶𝑏. 𝑇]

1 3

d = [ 5,1

7,083333 𝐾𝑔 𝑚𝑚2

𝑥 2,0 𝑥 1,0 𝑥 3003841]

1 3

= 162,94 𝑚𝑚

Untuk menyambungkan poros dengan impeler digunakan pasak dengan kedalaman alur pasak ditambahkan diameter poros dari hasil perhitungan diatas. Dalam penentuan jenis pasak harus sesuai dengan ukuran pasak standar yang dapat dilihat pada

(12)

Diambil pasak dengan ukuran 5 x 5 Kedalaman alur pasak (𝑡1) = 3 Maka diameter poros jadi:

𝐷𝑠 = 𝐷𝑠 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛+ (𝑡1 𝑥 2)

= 162,94 + (3 𝑥 2)

= 168,94 𝑚𝑚

Diameter impeller harus disesuaikan dengan diameter poros standar yang dapat dilihat dalam table maka diameter poros yang diambil adalah sebesar 20 mm c) Diameter hubungan ditentukan apabila diameter poros sudah ditentukan. Untuk

diameter hubungan besarnya adalah 1,2 sampai dengan 1,4 kali lebih besar dari pada diameter poros impeller.

Adapun dalam perencanaan ini besar diameter hubungan diambil 1,4 lebih besar dari diameter poros, sehingga:

𝐷 = 1,4 𝑥 𝐷𝑠

= 1,4 𝑥 168,94 𝑚𝑚

= 236,5 𝑚𝑚

= 0,236 𝑚 d) Kecepatan meredian inlet impeller

𝐶𝑚1 = 𝑘𝑐𝑚1√2. 𝑔. 𝐻1

= 0,16√2 𝑥 9,81𝑚/𝑠2 𝑥 16,52731 𝑚

= 2,881 𝑚/𝑠 e) Kecepatan fluida masuk impeller

𝐶0 =𝑐𝑚1 𝜑1

(13)

= 2,881 1,25

= 2,3 𝑚/𝑠 f) Diameter mata impeller

Diameter impeller dapat dicari dengan menggunakan persamaan 3.5

𝐷0 = √4 𝑥 𝑄𝑡𝑧 𝜋 𝑥 𝑐0 + 𝐷𝐻2

𝑄𝑡𝑧 = 𝑄

𝑛𝑉 = 7,17𝑚3/𝑠 0,9

= 7,9666

𝐷0 = √4 𝑥 𝑄𝑡𝑧 𝜋 𝑥 𝑐0 + 𝐷2

= √4 𝑥 7,9666

3,14 𝑥 2,3 + (0,236 𝑚)2

= 2,11 𝑚

= 2110𝑚𝑚 g) Diameter central streamline sisi inlet impeller

𝐷𝐴1 = √𝐷02+ 𝐷𝐻2 2

𝐷𝐴1 = √(2,11 𝑚)2+ ( 0,236 𝑚)2 2

= 1,5 𝑚

= 1500 𝑚𝑚

(14)

h) Kecepatan keliling streamline

𝜇𝐴1 =𝜋. 𝐷𝐴1. 𝑛 60

=3,14 𝑥 1,5 𝑥 425 60

= 33,36 𝑚/𝑠 i) Sudut relatif streamline sisi inlet impeller

𝑡𝑎𝑛𝛽1 =𝑐𝑚1 𝜇𝐴1

= 2,881 𝑚/𝑠 33,36 𝑚/𝑠

= 0,09

= 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 5,15 =79,01°

Sudut relatif ini ditambahkan dengan sudut incidence atau sudut serang (𝛿1) sebesar 2-6 derajat. Dan sudut relatif sebenarnya akan ditambahkan dengan sudut sebesar 3 derajat, maka sudut relatif sisi inlet impeller adalah :

𝛽1 =79,01° + 3°

= 82,01°

j) Pengecekan koefisien inlet contruction (𝜑1)

Pengecekan ini dilakukan untuk mengoreksi nilai koefisien inlet contruction (𝜑1) yang pada awal perhitungan diasumsikan terlebidahulu. Apabila nilai koefisien inlet contruction (𝜑1) hasil pengecekan mempunyai nilai yang sama dengan nilai yang di asumsikan, maka dilakukan lagi menggunakan koefisien inlet contruction yang baru.

1

𝜑′1= 1 −𝑠1

𝑡1√1 +𝑐𝑜𝑡2 𝛽1 𝑠𝑖𝑛2 𝜆1

Tebal sudu 𝑠1 yang akan dirancang adalah 3 mm besarnya sudut 𝜆1 sebesar 78° jumlah sudu diasumsikan sebanyak 6 sudu dan jarak antar sudu 𝑡1 sisi inlet impeller adalah:

(15)

𝑡1 =𝜋. 𝐷𝐴1 𝑧

=3,14 𝑥 1,5 6 𝑡1 = 0,785 𝑚

= 785 𝑚𝑚 Maka:

1

𝜑′1 = 1 − 3 𝑚𝑚

785 𝑚𝑚√1 +𝑐𝑜𝑡2 82,01°

𝑠𝑖𝑛2 78°

1

𝜑1 = 6,68

Nilai koefisien inlet contruction (𝜑1) hasil pengecekan berbeda dengan nilai koefisien inlet contruction (𝜑1) yang di asumsikan, maka hasil perhitungan diatas tidak bisa di pakai.

k) Kecepatan meredian sisi outlate impeller cm2 = kcm2√2.g.H

1

cm2 = 0,12√2 𝑥 9,81 𝑚/𝑠2 𝑥 16,52731 𝑚 cm2 = 2,16 m/s

l) Head yang dihasilkan satu impeller 𝐻𝑡ℎ= 𝐻1

𝜂 = 16,52731

0,7118 = 23,22 m) Kecepatan keliling sisi outlate impeller

𝑢2 = 𝑐𝑚2

2 𝑡𝑎𝑛 𝛽2+ √( 𝑐𝑚2 2 tan 𝛽2)

2

+ 𝑔. 𝐻𝑡ℎ(1 + 𝐶𝑝)

Maka pada persamaan diatas, diambil nilai faktor koreksi pfleiderer (1 + 𝐶𝑝) sebesar 1,3 dan besar sudut relatif outlate impeller (𝛽2) sebesar 15°:

𝑢2 = 2,16

2 tan 15°+ √( 2,16 2 tan 15°)

2

+ 9,81 𝑥 23,22 𝑥 1,3

(16)

= 15,99𝑚/𝑠

n) Diameter outlate impeller

𝐷2 =60 𝑥 15,99 3,14 𝑥 425 𝐷2 =0,72 𝑚

o) Pengecekan jumlah sudu

Pada perhitungan sebelumnya, jumlah sudu diasumsikan sebanyak 6 buah sudu. Jumlah sudu dapat dihitung dengan rumus:

𝑧 = 7,5 𝑥 𝐷2+ 𝐷1

𝐷2− 𝐷1𝑠𝑖𝑛 (𝛽1+ 𝛽2 2 ) 𝑧 = 7,5 𝑥 0,72 + 2,11

0,72 − 2,11 𝑠𝑖𝑛 (82,01° + 15°:

2 )

𝑧 = 14,99

p) Kecepatan keliling streamline B1B2 sisi inlet impeller 𝑢𝐵1 =𝜋. 𝐷𝑜. 𝑛

60

𝑢𝐵1 =3,14 𝑥 2,11 𝑥 425 60

𝑢𝐵1 = 46,93 𝑚/𝑠

q) Sudut relative streamline B1B2 sisi inlet impeller 𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐵1 = 𝑢𝐴1

𝑢𝐵1𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐴1 𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐵1 = 33,36

46,93tan 82,01 °

𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐵1 = 0,24

= 𝐴𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 87,66

(17)

r) Kecepatan keliling streamline C1C2 sisi inlet impeller 𝑢𝑐1= 𝜋. 𝐷. 𝑛

60

𝑢𝑐1= 3,14 𝑥 0,236 𝑥 425 60

𝑢𝑐1 = 5,25 m/s s) Sudut relative streamline C1C2 sisi inlet impeller

𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐶1=𝑢𝐴1

𝑢𝐶1𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐴1 𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐶1= 33,36

5,25 𝑡𝑎𝑛 82,01°

𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐶1 = 2,17 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛𝛽1𝐶1=65,29°

t) Jarak antar sudu pada sisi outlate impeller 𝑡2 = 𝜋. 𝐷2

𝑧 𝑡2 =3,14 𝑥 72 cm

14 𝑡2 = 16,15𝑐𝑚

= 161,5 𝑚𝑚 𝑠𝑢2= 𝑆2

sin 𝛽2 = 2𝑚𝑚

sin 15°= 7,73 𝑚𝑚 u) Outlet construction koefisient

𝜑2 = 𝑡2 𝑡2− 𝑠𝑢2 𝜑2 = 161,5 𝑚𝑚

161,5𝑚𝑚 − 7,73 𝑚𝑚 𝜑2 = 1,05

(18)

v) Luas sisi outlet impeller

𝐴2 =𝜑2. 𝑄𝑡ℎ 𝐶𝑚2 𝐴2 =1,05 𝑥 7,9666

2,16 𝐴2 = 3,87 w) Tebal impeller sisi outlet

𝑏2 = 𝐴2 𝜋. 𝐷2 𝑏2 = 3,87

3,14 𝑥 0,72 𝑏2 = 1,71 𝑚

= 10,71 𝑐𝑚 x) Lebar roda 𝑏1

Dengan persamaan 𝑐1 = 𝑡1. 𝑐𝑜,

𝑏1 = 𝑉 𝐷1. 𝜋. 𝑐1 𝑏1 = 7,9666

2,11 𝑥 3,14 𝑥 2,3 𝑏1= 0,52 𝑚

= 52 𝑐𝑚

= 520 𝑚𝑚 4.6 Perhitungan berat circulating water pump

Perhitungan berat poros

Berat Benda = Volume Benda x Berat jenis Berat jenis Stanlistel = 798

Berat jenis baja = 7850

(19)

Volume = luas penampang x tinggi

𝑣 = 𝜋 𝑥 𝑟 𝑥 𝑟 𝑥 𝑡

𝑣 = 3,14 𝑥 0,085 𝑥 0,085 𝑥 16,5 𝑣 = 0,37

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 0,37𝑚3 𝑥 798 𝑘𝑔/𝑚3

= 295,26 𝑘𝑔 Diameter hubungan

𝑣 = 3,14 𝑥 0,118 𝑥 0,118 𝑥 0,5

= 0,022

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 0,022 𝑥 798

= 17,56 𝑘𝑔 Roda

𝑣 = 3,14 𝑥 0,26 𝑥 0,26 𝑥 0,3

= 0,064

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 0,064 𝑥 798

= 51,07 𝑘𝑔 Diameter discharge dan Inlet

𝑣 = 3,14 𝑥 0,95 𝑥 0,95 𝑥 0,45 𝑥 0,45 𝑥 13

= 7,46

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 7,46 𝑥 7850

= 58561 𝑘𝑔

Gambar

Gambar 4.1 : circulating water pump

Referensi

Dokumen terkait

Mereka yang menganggap bahwa larangan ngangkang style merupakan salah satu bentuk sistem atau aturan yang diskriminatif terhadap perempuan, karena mereka telah diperlakukan secara

Dalam masyarakat yang masih bersifat tidak ekual, setiap fakta perlu dilihat dengan perspektif kritis dan sudut pandang yang khas, untuk menilai sejauh mana person dapat dan

Berdasarkan hasil pekerjaan studio yang telah direvisi dengan grouncheck dengan survei lapangan diperoleh Peta Daerah Rawan Tanah Longsor Provinsi Sumatera Utara pada

Kebanyakan kolektor yang bertugas berstatus sebagai honor daerah jadi kolektor yang kinerjanya bagus kami usahakan memasukan filenya supaya bisa jadi pegawai negeri

Peranan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran (awarenes) calon pembeli terhadap jasa yang ditawarkan, untuk menambah pengetahuan konsumen

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatayati yang menilai kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi CAPD dengan

Dari berbagai pengertian retorika diatas, maka dapat dikatakan bahwa retorika dalam arti luas adalah seni atau ilmu yang mengajarkan kaidah-kaidah penyampaian tutur yang

Dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan yang disebabkan oleh tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan, pergeseran, gesekan