• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MENGGIGIT DAN ISTIRAHAT VEKTOR

PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA

KOTA BOGOR

SUMAYANTI EKO LISTINAWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor adalah benar karya Saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

(4)

ABSTRAK

SUMAYANTI EKO LISTINAWATI. Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor. Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI dan SUSI SOVIANA.

Tahun 2010 wabah demam Chikungunya terjadi di kota Bogor dengan jumlah kasus mencapai 372 kasus. Penyakit ini ditransmisikan oleh nyamuk, akan tetapi belum ada informasi mengenai aktivitas menggigit dan istirahat dari vektor tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kepadatan dan mempelajari perilaku menggigit dan istirahat vektor penyakit Chikungunya di dalam dan di luar rumah. Penelitian dilaksanakan dengan metode landing collection dan resting collection di Kelurahan Pasir Kuda mulai pukul 06.00 hingga 18.00 pada bulan Desember 2010 hingga Maret 2011. Nyamuk yang telah dikoleksi diidentifikasi dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas menggigit Aedes aegypti tertinggi di dalam rumah pukul 11.00-12.00 (13,63 nyamuk/orang/jam) dan di luar rumah pukul 10.00-11.00 (0,25 nyamuk/jam/orang). Adapun aktivitas menggigit Aedes albopictus terjadi di dalam rumah pukul 15.00-16.00 (0,25 nyamuk/jam/orang) dan di luar rumah pukul 15.00-16.00 (2,38 nyamuk/jam/orang). Ae. aegypti tertangkap beristirahat di dalam rumah selama periode Desember hingga Maret, sedangkan di luar rumah pada bulan Desember hingga Januari. Ae. albopictus tertangkap beristirahat di luar rumah selama periode Desember hingga Maret, sedangkan di dalam rumah pada bulan Desember. Kata kunci: Ae. aegypti, Ae. albopictus, Chikungunya, Istirahat, Menggigit

ABSTRACT

SUMAYANTI EKO LISTINAWATI. Biting and Resting Behaviour on Vectors of Chikungunya in Pasir Kuda Subdistrict Bogor. Supervised by UPIK KESUMAWATI HADI and SUSI SOVIANA.

(5)

resting indoor, while in December to January it was found outdoor. In addition, Ae. albopictus was found resting outdoor in December to March. However, in December it was found resting indoor.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PERILAKU MENGGIGIT DAN ISTIRAHAT VEKTOR

PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA

KOTA BOGOR

SUMAYANTI EKO LISTINAWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor

Nama : Sumayanti Eko Listinawati

NIM : B04080019

Disetujui oleh

drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD Pembimbing I

Dr drh Susi Soviana, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan FKH IPB

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah Perilaku Menggigit dan Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada Ibu drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD dan Ibu Dr drh Susi Soviana, MSi selaku pembimbing, serta Bapak drh Abdulgani Amri Siregar, MS yang telah banyak memberi saran dan dukungan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh Warga dan Kader di Kelurahan Pasir Kuda, serta Staf Badan Klimatologi kelas 1 Darmaga, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Teman-teman, serta seluruh Keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 11

Latar belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Nyamuk Aedes Sebagai Vektor Chikungunya 2

Perilaku Menggigit Aedes 2

Perilaku Istirahat Aedes 3

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Rancangan Penelitian 4

Cara Pengumpulan Nyamuk dengan Landing Collection 4

Cara Pengumpulan Nyamuk dengan Resting Collection 4

Identifikasi Nyamuk 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Jenis Nyamuk yang Tertangkap 5

Perilaku Menggigit Vektor Chikungunya 7

Pengaruh Faktor Cuaca Terhadap Perilaku Menggigit 8

Perilaku Istirahat Vektor Chikungunya 9

Peranan Aedes Dalam Penularan Chikungunya 11

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan jumlah nyamuk yang tertangkap dengan metode landing collection dan resting collection di Kelurahan Pasir Kuda Kota

dari bulan Desember 2010 hingga Maret 2011 6 2 Jumlah keseluruhan nyamuk yang tertangkap dengan metode landing

collection di dalam dan di luar rumah selama periode Desember 2010

hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor 6 3 Jumlah keseluruhan nyamuk yang tertangkap dengan metode resting

collection di dalam dan di luar rumah periode Desember 2010 hingga

Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor 7 4 Nilai MHD (nyamuk/jam/orang) Aedes spp selama periode Desember 2010

hingga Maret 2011 di Kelurahan pasir Kuda Kota Bogor 8 5 Nilai MBR (nyamuk/orang/hari) Aedes spp dan indek curah hujan (ICH)

serta kelembaban di Kelurahan pasir Kuda Kota Bogor 9 6 Kepadatan Aedes spp yang tertangkap dengan metode resting collection

Di dalam dan di luar rumah selama periode Desember 2010 hingga Maret 2011 di Kelurahan pasir Kuda Kota Bogor 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data kasus Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor 15 2 Data pemanfatan tata guna lahan di kelurahan Pasir Kuda 15 3 Foto tempat perkembangbiakan Ae. aegypti dan Ae. albopictus 16 4 Nilai MHD Ae. aegypti di dalam dan di luar rumah selama periode

Desember 2010 hingga Maret 2011 17

5 Nilai MHD Ae. albopictus di dalam dan di luar rumah selama

(13)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Penyakit Chikungunya termasuk satu diantara re-emerging disease yang akhir-akhir ini kembali mewabah di beberapa wilayah perkotaan di Indonesia termasuk Kota Bogor. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor (2010) selama tiga tahun terakhir penyakit Chikungunya menyebar hampir ke seluruh kecamatan. Attack rate penyakit tersebut setiap tahun berturut-turut yaitu 1,35‰ (1328 orang) tahun 2008, 0,26‰ (260 orang) tahun 2009 dan bulan Januari sampai Oktober tahun 2010, 0,33‰ (331 orang).

Nyamuk dari genus Aedes merupakan vektor Chikungunya virus (CHIKV). Vektor Chikungunya di kawasan negara Asia Tenggara adalah Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Adapun di kawasan negara-negara Afrika adalah Ae. furcifer dan Ae. africanus (Abraham & Sridharan 2007). Strategi pengendalian nyamuk yang ideal harus didasarkan pada pemahaman yang baik tentang bioekologi nyamuk tersebut meliputi pola perkembangbiakan, aktivitas dan perilaku menggigit, serta aktivitas dan perilaku istirahat. Nyamuk Aedes berkembang biak pada air bersih dan tempat-tempat gelap yang lembab, baik di dalam maupun di luar rumah.

Kelurahan Pasir Kuda yaitu kelurahan di Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor yang merupakan wilayah endemis penyakit Chikungunya pada akhir tahun 2010 hingga awal tahun 2011. Terdapat 41 orang warga kelurahan Pasir Kuda yang menderita Chikungunya pada bulan September 2010 (Dinkes Kota Bogor 2010). Sebagian penduduk kelurahan ini menggunakan penampungan air yang sangat memungkinkan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Beberapa faktor fisik yang menyebabkan daerah Kelurahan Pasir Kuda berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit Chikungunya antara lain curah hujan yang cukup tinggi, padat permukiman, dan rata-rata sanitasi yang kurang memadai. Survei terhadap vektor penyakit Chikungunya belum pernah dilakukan di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor. Padahal informasi tersebut sangat penting sebagai dasar pengendalian vektor.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengukur kepadatan populasi nyamuk Aedes serta mempelajari perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor.

Manfaat Penelitian

(14)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Nyamuk Aedes Sebagai Vektor Chikungunya

Vektor dominan penyakit Chikungunya pada umumnya adalah nyamuk famili Culicidae, subfamili Culicinae, berasal dari genus Aedes (Diallo et al. 1999). Di daerah Asia yang menjadi vektor Chikungunya yaitu Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Eapen et al. 2010). Sementara itu di daerah Afrika yaitu Ae. furcifer dan Ae. taylori (Diallo et al. 1999). Berdasarkan penelitian Pialoux (2007), vektor Chikungunya di Reunion Island adalah Ae. albopictus dan di India adalah Ae. aegypti. Demikian juga pada saat terjadi wabah Chikungunya di India selatan, yang menjadi vektor adalah Ae. aegypti (Kaur et al. 2006). Hasil penelitian yang dilakukan di Italia dan Singapura, Ae. albopictus diidentifikasi sebagai vektor penyakit ini (Lee et al. 2009). Di Indonesia menurut Hadi & Koesharto (2006), vektor yang berperan dalam penularan Chikungunya adalah Ae. aegypti dan Ae. albopictus.

Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus hidup di lingkungan sekitar manusia. Ae. aegypti terutama hidup di dalam dan sekitar rumah di daerah perkotaan (urban). Tempat perkembangbiakan (breeding place) dari nyamuk ini di dalam atau sekitar rumah dalam radius 100 meter dari rumah (Abdalmagid & Alhusein 2008). Kebiasaan hidup stadium pradewasa Ae. aegypti adalah pada bejana buatan manusia yang berada di dalam maupun di luar rumah. Tempat perindukan yang disukai pada umumnya adalah air bersih, tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung dan tidak berhubungan langsung dengan tanah (Surtess 1997), tetapi pada tahap penelitian laboratorium nyamuk ini juga dapat meletakkan telurnya pada pada air tercemar yaitu air sabun (Sudarmaja & Mardihusodo 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi & Soekirno (2004) didapatkan larva nyamuk Ae. aegypti paling banyak ditemukan pada tempayan (66,7%), drum (32,6%), bak mandi sebesar 18,8% dan paling sedikit ember (5,4%). Ae. albopictus lebih menyukai tempat perkembangbiakan yang alami di luar rumah, di kebun dan di halaman rumah seperti kelopak daun keladi, daun pisang, tunggul bambu kaleng, kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah, bambu pagar, tempurung kelapa, ban bekas dan semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih (Hadi & Koesharto 2006; Lee et al. 2009).

Perilaku Menggigit Aedes

(15)

3 sebelumnya menunjukkan bahwa Ae. aegypti mempunyai inang selain manusia yaitu anjing, kucing, sapi, dan kuda. Perilaku Aedes menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang dengan jarak terbang sekitar 100 meter (Agoes 2009). Ae. aegypti dan Ae. albopictus efektif menggigit pada suhu 29,6˚-31,5˚C di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur (Novelani 2007).

Perilaku menggigit Aedes dipengaruhi oleh faktor cuaca antara lain curah hujan, kelembaban udara, dan suhu. Peningkatan Kelembaban udara dan curah hujan berbanding lurus dengan peningkatan kepadatan nyamuk. Suhu yang optimum bagi siklus hidup nyamuk antara 25-27˚C (Epstein et al. 1998). Kelembaban udara yang rendah akan memperpendek umur nyamuk, sebaliknya kelembaban tinggi akan memperpanjang umur nyamuk.

Perilaku IstirahatAedes

Perilaku beristirahat nyamuk atau hinggap dikenal dengan istilah resting. Perilaku ini dilakukan setelah kenyang menghisap darah. Nyamuk betina perlu beristirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya. Nyamuk Aedes mempunyai dua cara beristirahat, istirahat yang sebenarnya yaitu selama waktu menunggu proses pematangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu sebelum dan sesudah menghisap darah. Tempat yang lebih disukai Ae. aegypti untuk beristirahat adalah di dalam rumah, yaitu yang menggantung dan memiliki permukaan licin, seperti pakaian yang digantung, gorden atau alat-alat rumah tangga. Nyamuk ini lebih menyukai tempat gelap dan lembab. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan di Panama, menemukan bahwa nyamuk Ae. aegypti beristirahat di kamar tidur, ruang keluarga, dan kamar mandi (Perich et al. 2000). Nyamuk Ae. albopictus lebih memilih beristirahat di luar rumah, seperti rumput-rumputan dekat tempat perkembangbiakan yang tidak terpapar sinar matahari, dan tanaman hias di halaman rumah. Dalam mengetahui kepadatan populasi nyamuk, dikenal istilah Resting rate, yaitu angka yang menunjukkan jumlah Aedes yang tertangkap pada penangkapan nyamuk hinggap atau istirahat tiap rumah (DEPKES 2007).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(16)

4

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei lapangan selama periode empat bulan. Kegiatan survei dilakukan pada rumah penduduk yang bersedia di lokasi penelitian. Jumlah rumah yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n = N/1+N(d2)

N = Jumlah keseluruhan rumah di Kelurahan Pasir Kuda N = Jumlah sampel rumah

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 0,05 (Notoatmodjo 2002) Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh 124 rumah untuk diambil sampel nyamuk yang aktif menggigit dan beristirahat.

Cara Pengumpulan Nyamuk dengan Landing Collection

Penangkapan nyamuk dilakukan oleh dua orang kolektor di setiap rumah, satu orang melakukan penangkapan nyamuk di dalam rumah dan satu orang di luar rumah. Setiap kolektor selain sebagai penangkap juga berperan sebagai umpan. Kolektor duduk dalam suatu ruangan yang ditentukan (dalam rumah) atau di halaman rumah (luar rumah), dengan menggulung ujung celana sampai lutut, tidak beralas kaki, tidak makan dan minum, tidak merokok serta menunggu nyamuk yang datang untuk menggigit kemudian ditangkap dengan aspirator. Nyamuk yang tertangkap kemudian ditempatkan ke dalam wadah (paper cup) dan dibekukan dalam freezer kemudian diidentifikasi dengan kunci identifikasi DEPKES RI. Penangkapan tersebut dilakukan selama 25 menit pada tiap rumah mulai dari pukul 06.00 pagi hingga 18.00 sore dua kali seminggu pada bulan Desember hingga Maret.

Cara Pengumpulan Nyamuk dengan Resting Collection

(17)

5

Identifikasi Nyamuk

Nyamuk yang telah terkumpul diidentifikasi sesuai kunci identifikasi DEPKES (2008). Nyamuk dipisahkan berdasarkan genus, jam penangkapan, metode penangkapan, dan lokasi penangkapan (dalam rumah atau luar rumah).

Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan dikomparasikan dengan data dari penelitian lain yang terkait. Analisis data yang digunakan berupa pengukuran MHD (Man Hour Density), MBR (Man Biting Rate), Resting per rumah (Resting density) yang menunjukkan parameter indeks kepadatan populasi nyamuk (WHO 2002; DEPKES 2007). Nilai MBR kemudian dianalisis korelasi dengan faktor cuaca (indeks curah hujan dan kelembaban udara) di lokasi penelitian menggunakan software uji statistik Minitab 14®.

MHD = Jumlah nyamuk Aedes tertangkap umpan orang Jumlah penangkap x jam penangkapan

MBR = Jumlah nyamuk Aedes tertangkap umpan orang Jumlah hari x jumlah umpan orang

Resting per rumah =

Jumlah nyamuk Aedes tertangkap pada penangkapan nyamuk hinggap

Jumlah rumah yang dilakukan penangkapan Indeks

curah hujan =

Curah hujan x hari hujan

Jumlah hari pada bulan yang dihitung

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Nyamuk yang Tertangkap

(18)

6

Tabel 2 menunjukkan bahwa nyamuk tertangkap menggigit orang di dalam rumah adalah Ae. aegypti sebanyak 85,5%, Armigeres 6,5%, Culex 4,3%, dan Ae. albopictus 4,3%. Persentase nyamuk tertangkap menggigit orang di luar rumah yang paling tinggi adalah Ae.albopictus sebesar 75,8% dari keseluruhan nyamuk yang tertangkap menggigit di luar rumah. Selanjutnya adalah Armigeres sebanyak 15,8%, serta Ae. aegypti dan Culex memiliki besar persentase yang sama yaitu 4,2%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa penangkapan nyamuk beristirahat di dalam rumah yang paling banyak adalah Culex, sebanyak 58,3% dari jumlah keseluruhan nyamuk tertangkap di dalam rumah. Urutan selanjutnya adalah Ae. aegypti sebanyak 41,2%, Ae. albopictus 0,4%, dan Armigeres 0,2%. Nyamuk yang paling banyak ditangkap beristirahat di luar rumah adalah Ae. albopictus sebanyak 33,3% dari keseluruhan jumlah yang tertangkap beristirahat. Selanjutnya adalah Ae. aegypti 25%, kemudian Armigeres 22,2% dan Culex 19,4%. Berdasarkan Tabel 3, Ae. aegypti lebih banyak ditangkap sedang beristirahat di dalam rumah sedangkan Ae. albopictus di luar rumah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Novelani (2007) di Kelurahan Utan Kayu Jakarta Timur bahwa Ae. aegypti lebih suka beristirahat di dalam rumah (endofilik) sedangkan Ae. albopictus di luar rumah (eksofilik).

Tabel 1 Jenis dan jumlah nyamuk yang tertangkap dengan metode landing collection dan resting collection di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor dari bulan Desember 2010 hingga Maret 2011

Jenis Nyamuk Jumlah nyamuk yang tertangkap Total

(nyamuk) %

Tabel 2 Jumlah keseluruhan nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam dan di luar rumah selama periode Desember 2010 hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor

Jenis Nyamuk Dalam Rumah Luar Rumah

(19)

7 Tabel 3 Jumlah keseluruhan nyamuk tertangkap dengan metode resting collection

di dalam dan di luar rumah periode Desember 2010 hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor

Jenis Nyamuk Dalam Rumah Luar Rumah

Total

Ae. albopictus 5 0,4 33,3

Culex 814 58,3 7 19,4

Armigeres 3 0,2 8 22,2

Total 1397 100 36 100

Perilaku Menggigit Vektor Chikungunya

Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan aktif mengisap darah inang pada siang hari (diurnal) dan mempunyai waktu mengisap darah pada jam tertentu yaitu pagi hari jam 08.00-12.00 dan sore jam 15.00-17.00 (DEPKES 2008). Nilai MHD memperlihatkan aktivitas serta puncak menggigit nyamuk Aedes pada lokasi penelitian. Berdasarkan Tabel 4 serta lampiran 3 dan 4 terlihat bahwa MHD

Ae. aegypti di dalam rumah tinggi pada jam 11.00-12.00 (13,63

nyamuk/jam/orang). Nilai MHD Ae. aegypti di dalam rumah (Tabel 4) fluktuatif sepanjang hari di mulai dari jam 06.00-18.00. Ae. aegypti memiliki nilai MHD tertinggi pada jam 10.00-11.00 (0,25 nyamuk/jam/orang) di luar rumah. Tabel 4 juga tersaji nilai MHD di dalam dan di luar rumah untuk Ae. albopictus. Nyamuk ini lebih padat populasinya di luar rumah daripada di dalam rumah. Hal tersebut terlihat dari nilai MHD Ae. albopictus di luar rumah secara keseluruhan lebih tinggi daripada di dalam rumah dengan angka tertinggi pada jam 15.00-16.00 (2,38 nyamuk/jam/orang).

(20)

8

Tabel 4 Nilai MHD (nyamuk/jam/orang) Aedes spp selama periode Desember 2010 hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00

Jam penangkapan

Ae. aegypti Ae. albopictus

Dalam

Perbedaan puncak aktivitas menggigit vektor penyakit Chikungunya ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan penelitian serta perilaku dan aktivitas masyarakat di lingkungan penelitian. Masyarakat Kelurahan Pasir Kuda pada siang hari lebih banyak beristirahat (tidur) di dalam rumah sehingga Ae. aegypti yang beristirahat di dalam rumah dapat dengan mudah menggigit inang dengan puncak aktivitas menggigit pada pukul 11.00-12.00 (13,63 nyamuk/orang/jam). Sebaliknya, Ae. albopictus memiliki puncak menggigit pada pukul 15.00-16.00 (2,38 nyamuk/orang/jam) karena pada jam tersebut banyak masyarakat Kelurahan Pasir Kuda yang beraktivitas di luar rumah seperti membersihkan kandang ternak, menyapu halaman, membersihkan rumput, dan sekedar duduk bersantai di teras rumah. Hal tersebut sesuai dengan perilaku Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang bersifat antropofilik dan antropofagik. Ae. aegypti merupakan nyamuk yang sering ditemukan di daerah perkotaan dan pinggiran perkotan yang berpenduduk padat (Braks et al. 2003). Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Kelurahan Pasir Kuda ini karena wilayah ini merupakan pinggiran perkotaan dengan penduduk yang padat.

Pengaruh Faktor Cuaca Terhadap Kepadatan Aedes

(21)

9 memperpanjang umur nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk akan menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit. Peningkatan kelembaban udara dan curah hujan berbanding lurus dengan peningkatan kepadatan nyamuk (Epstein et al. 1998)

Curah hujan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kepadatan Ae.aegypti baik di dalam rumah (p=0,643) maupun di luar rumah (p=0,096) tetapi memiliki hubungan yang bermakna dengan kepadatan Ae. albopictus di dalam rumah (p=0,052). Kepadatan Ae. albopictus di dalam rumah 95,2% dipengaruhi oleh curah hujan. Ketika curah hujan tinggi, Ae. albopictus banyak mengisap darah atau mencari mangsa di dalam rumah dan sebaliknya ketika curah hujan mulai turun, nyamuk tersebut lebih banyak mencari mangsa di luar rumah (Tabel 5). Hal ini berkaitan dengan sifat Ae. albopictus yang antropofilik dan antropofagik, ketika hujan turun sepanjang hari masyarakat tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah sehingga aktivitas menggigit Ae. albopictus pun juga tidak jauh dari aktivitas masyarakat (di dalam rumah). Selain itu, curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk. Indeks curah hujan tidak secara langsung mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk, tetapi berpengaruh terhadap curah hujan ideal. Curah hujan ideal artinya air hujan tidak sampai menimbulkan banjir dan air menggenang di suatu wadah atau media yang dapat dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk yang aman dan relatif masih bersih (Wahyono et al. 2010). Curah hujan di Kelurahan Pasir Kuda selama bulan Desember 2010 hingga Maret 2011 cukup tinggi (117-179 mm) (BMKG 2010). Hal tersebut mempengaruhi curah hujan ideal sehingga Ae. albopictus lebih memilih mencari mangsa dan tempat meletakkan telur yang aman di dalam rumah.

Tabel 5 Nilai MBR (nyamuk/orang/hari) Aedes spp dan indeks curah hujan (ICH) serta kelembaban di Kelurahan Pasir Kuda selama periode Desember 2010 hingga Maret 2011

Perilaku Istirahat Vektor Penyakit Chikungunya

(22)

10

suka hinggap pada benda-benda yang berwarna gelap dan terlindung dari cahaya. Ae.albopictus banyak tertangkap beristirahat pada benda-benda di luar rumah.

Tabel 6 menunjukkan nilai resting per rumah Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap istirahat baik di dalam maupun di luar rumah. Resting dalam rumah tertinggi Ae. aegypti pada bulan Januari (1,62 nyamuk/rumah). Pada bulan Februari hingga Maret sama sekali tidak tertangkap Ae. aegypti yang beristirahat di luar rumah. Nilai resting per rumah Ae. albopictus di luar rumah tertinggi yaitu 0,05 nyamuk/rumah pada bulan Januari. Pada bulan Maret sama sekali tidak tertangkap Ae. albopictus yang beristirahat di luar rumah. Selama periode Desember 2010 hingga Maret 2011, Ae. albopictus hanya tertangkap beristirahat di dalam rumah pada bulan Desember (0,04 nyamuk/rumah). Pada bulan Januari hingga Maret sama sekali tidak tertangkap Ae. albopictus yang beristirahat di dalam rumah. Nilai resting per rumah yang cenderung kecil dimungkinkan karena waktu penangkapan nyamuk yang beristirahat atau hinggap hanya 5 menit serta didukung perilaku Aedes itu sendiri yang sangat aktif terbang.

Ae. albopictus selain cenderung beristirahat di luar rumah (eksofilik), tidak terlalu banyak ditangkap beristirahat di benda-benda seperti buku, tas, baju, dan sepatu di luar rumah. Nyamuk ini banyak ditangkap sedang hinggap pada daun-daun tanaman di teras, dinding luar rumah, pagar, dan tumpukan barang bekas yang ada di luar rumah. Wilayah penelitian merupakan pinggiran perkotaan yang kepadatan penduduknya tinggi sehingga nyamuk yang tertangkap beristirahat didominasi oleh Ae. aegypti. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil Novelani (2007) di Kelurahan Utan Kayu Jakarta Timur yang menyatakan bahwa Ae. aegypti banyak ditangkap beristirahat di baju yang digantung, dapur, ruang keluarga, tumpukan buku di sekolah, dan kamar mandi.

Tabel 6 Kepadatan Aedes spp yang tertangkap dengan metode Resting Collection di dalam dan di luar rumah selama periode Desember 2010 hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor

Bulan penangkapan

Ae. aegypti Ae. albopictus

Resting per rumah (nyamuk/rumah)

Dalam rumah Luar rumah Dalam rumah Luar rumah

Desember 0,99 0,008 0,04 0,04

(23)

11 aegypti pada penampungan air buatan manusia seperti bak mandi, tempayan dan peralatan rumah tangga yang berisi air (Lampiran 3).

PerananAedes Dalam Penularan Chikungunya

Penularan dan penyebaran penyakit terjadi karena adanya interaksi antara host atau inang, agen penyakit, dan lingkungan atau dikenal dengan segitiga epidemiologi. Dalam hal ini Aedes berperan sebagai vektor alphavirus penyebab penyakit Chikungunya. Penyebaran penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda berlangsung begitu cepat sehingga menimbulkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) pada akhir tahun 2010 hingga awal tahun 2011. Penularan penyakit Chikungunya di masyarakat Kota Bogor khususnya Kelurahan Pasir Kuda bukan hanya didukung oleh kepadatan vektor yang tinggi melainkan juga faktor lingkungan dan perilaku masyarakat Kelurahan Pasir Kuda.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai parameter kepadatan nyamuk kepadatan Ae. aegypti dan Ae. albopictus cukup tinggi sehingga mendukung penyebaran penyakit Chikungunya. Perilaku menggigit Aedes yang bersifat multiple bitter (Schwartz & Albert 2010)juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya penularan yang cepat diantara masyarakat dimana sifat tersebut adalah menggigit lebih dari satu inang dalam waktu yang singkat. Faktor lain yang juga mendukung cepatnya penularan adalah puncak aktivitas Aedes di siang hari dimana masyarakat sedang aktif sehingga belum hingga kenyang mengisap darah pada satu orang nyamuk tersebut sudah terbang karena pergerakan orang tersebut hingga mengisap darah lagi ke orang yang lain hingga kenyang.

Selain itu rumah penduduk yang sangat berdekatan juga mendukung penyebaran penyakit Chikungunya secara cepat. Ae. aegypti dan Ae. albopictus betina mempunyai daya terbang sejauh 50-100 meter bahkan pernah dilaporkan nyamuk ini mampu terbang dengan mudah dan cepat dalam mencari tempat perkembangbiakan sejauh 320 meter (Hadi & Koesharto 2006). Jarak rumah penduduk satu dengan yang lain sangat dekat sehingga nyamuk dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain untuk mengisap darah dan menularkan penyakit. Penyebaran penyakit Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda juga didukung oleh pengetahuan masyarakat Pasir Kuda yang tergolong baik namun tidak diikuti dengan sikap dan perilaku yang baik dalam menghadapi penyebaran penyakit tersebut (Riwu 2011).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(24)

12

puncak aktivitas menggigit pada pukul 11.00-12.00 (6,81 nyamuk/jam/orang) sedangkan Ae. albopictus memiliki puncak aktivitas menggigit pada pukul 15.00-16.00 (1,31 nyamuk/jam/orang). Ae. aegypti menghisap darah di dalam rumah (endofagik) sedangkan Ae. albopictus menghisap darah di luar rumah (eksofagik). Ae. aegypti cenderung beristirahat di dalam rumah (endofilik) sedangkan Ae. albopictus di luar rumah (eksofilik).

Saran

Penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit Chikungunya dan vektornya disarankan lebih ditingkatkan supaya terjadi sinkronisasi antara Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dari pemerintah dengan tanggapan serta pengetahuan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdalmagid & Alhusein. 2008. Entomological investigation of Aedes aegypti in Kassala and Elgadarief States, Sudan. Sudanese J Pub Hlth. 3(2):77-80. Abraham AS & Sridharan. 2007. Chikungunya virus infection-a resurgent scourge.

Indian J Med Res. 126:502-506.

Agoes R. 2009. Peran nyamuk dalam ilmu kedokteran. Didalam Natadisastra D & R Agoes, Editor. Parasitologi Kedokteran. Jakarta (ID): ECG.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (ID). 2010. Data Curah Hujan dan Kelembaban Udara Cibalagung.

Braks M, SA Juliano, Lounibos. 2007. Superior reproductive succes on human blood without sugar is not limited to highly anthropophilic mosquito species. Med Vet Entomol. 20(1):53-59.

Camara TN. 2010. Activity patterns of Ae.aegypti and Ae.albopictus (diptera: culicidae) under natural and artificial conditions. Oecol Aust. 14(3):737-744. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit

Chikungunya. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta (ID): Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2008. Kunci Identifikasi Nyamuk Aedes.

Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan.

[Dinkes Kota Bogor] Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2010. Data Penderita Demam Chikungunya Di Kota Bogor.

Diallo M, Thonnon J, Traoré-Lamizana M, Fontenille D. 1999. Vectors of chikungunya virus in Senegal: current data and transmission cycles. Am J Trop Med Hyg. 60 (2):281-286.

(25)

13 Epstein PR, Diaz HR, Elias S, Grabherr G, Graham NE, Martenz WJM, Thomson

EM, Suskind J. 1998. Biological and physical signs of climate change : focused on mosquito-borne diseases. Bul Amer Meterol Soc. 79:409.

Hadi UK & FX Koesharto. 2006. Nyamuk. Di dalam: SH Sigit, UK Hadi, dkk, editor. Hama Permukiman Indonesia. Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman (UKPHP) FKH IPB. Bogor (ID):23-51.

Hasyimi M & Soekirno M. 2004. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti pada tempat penampungan air rumah tangga pada masyarakat pengguna air olahan. J Eko Kes. 3(1):37-42.

Kaur P, Manicham P, Manoj V, Vidya R, Ramakhrisnan R, Hari K, Vanamail P, Akhiles C, Mohan D. 2006. Chikungunya outbreak, South India 2006. J Med Entomol. 43:189-191.

Lee CN, Tan LK, Tan CH, Tan SSY, Hapuarachchi HC, Pok KY, Lai YL, Pua SG, Bucht G, Lin RTP, Leo YS, Tan BH, Han HK, Ooi PL, James L, Khoo SP. 2009. Entomologic and virologic investigation of chikungunya Singapore. Emerg Infect Dis. 15 (8):1243-1249.

Merrit RW & KW Cummins. 1978. An Introduction to The Aquatic Insect of North America. Kendall (US): Hunt Publishing Company.

Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Novelani BA. 2007. Studi habitat dan perilaku menggigit nyamuk Aedes serta kaitannya dengan kasus demam berdarah di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Pialoux G, Bernard A, Stephane J, Michel S. 2007. Chikungunya, an epidemic

arbovirus. Lanc Infect Dis. 7(5):319-327.

Perich MJ, Davila G, Turner A, Garcia A, Nelson M. 2000. Behavior of resting Aedes aegypti (Culicidae: Diptera) and its relation to ultra-low volume adulticide efficacy in Panama City, Panama. J Med Entomol. 37 (4):541-546

Ponwalat A & LC Harrington. 2005. Blood feeding patterns of Ae.aegypti and Ae.albopictus in Thailand. J Med Entomol. 42:844-849.

Riwu YR. 2011. Bioekologi nyamuk Aedes spp dan deteksi keberadaan virus chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor Barat [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Schwartz O & Albert ML. 2010. Biology and pathogenesis of chikungunya virus. Nat Rev Microbiol. 8: 491-500.

Sembel DT. 2009. Entolmologi Kedokteran. Yogyakarta (ID): Andi Offset.

Siriyasatien P, Pengsakul T, Kittichai V, Phumee A, Kaewsaitiam S, Thavara U, Tawatsin A, Asavadachanukorn P, Mulla MS. 2010. Identification of blood meal of field caught Ae.aegypti (l.) by multiplex PCR. Southeast Asian J Trop Med Pub Hlth. 41(1):43-47

Sudarmaja IM & Mardihusodo SJ. 2009. Pemilihan tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti pada air limbah rumah tangga di laboratorium. J Vet. 10(4): 205-207.

(26)

14

Thavara U, Tawatsin A, Pengsakul T, Bhakdeenuan P, Chanama S, Anantapreecha S, Molito C, Chompoosri J, Thammapalo S, Sawanpanyalert P, Siriyasatien P. 2009. Outbreak of chikungunya fever in Thailand and virus detection in field population of vector mosquitoes, Ae.aegypti (L) and Ae.albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Southeast Asian J Trop Med Pub Hlth. 40(5):951-962.

Wahyono TYM, Haryanto B, Mulyono S, Adiwibowo A. 2010. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian DBD dan upaya pengendaliannya di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Buletin Jendela Epidemiologi. 2: 26-31.

(27)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data kasus Chikungunya di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor tahun 2010

Lampiran 2 Pemanfataan tata guna lahan di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor

Pemanfaatan lahan Luas (Ha)

(28)

16

Lampiran 3

Habitat larva nyamuk Aedes spp. di Kelurahan Pasir Kuda

a B

c d

e

f

g h

Keterangan:

 Tempat Penampungan Air: a) bakmandi/WC; b) tempayan

 Bukan Tempat Penampungan Air : c) ban bekas; d) vas bunga; e) kaleng bekas; f) genangan air di taman

(29)

17

Lampiran 3 Nilai MHD Ae.aegypti di dalam dan di luar selama periode Desember 2010 hingga Maret 2011

(30)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ponorogo, pada tanggal 14 Januari 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Hariyanto dan S. Sumiati. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1996-2002 di SDN Wonoketro I. Pada tahun 2003-2005 Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Jetis, kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Ponorogo dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)

Gambar

Tabel 3  Jumlah keseluruhan nyamuk tertangkap dengan metode resting collection di dalam dan di luar rumah periode Desember 2010 hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor
Tabel 4  Nilai MHD (nyamuk/jam/orang) Aedes spp selama periode Desember 2010 hingga Maret 2011 di Kelurahan Pasir Kuda Kota Bogor dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00
Tabel 6  Kepadatan Aedes spp yang tertangkap dengan metode Resting Collection

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 10 Rata-rata dan prosentase nyamuk Aedes yang tertangkap dengan metode umpan orang luar rumah, sekolah dan kantor (UOL) di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur dari

Tabel 10 Rata-rata dan prosentase nyamuk Aedes yang tertangkap dengan metode umpan orang luar rumah, sekolah dan kantor (UOL) di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur dari

10 Rata-rata dan prosentase nyamuk Aedes tertangkap dengan metode umpan orang luar rumah, sekolah dan kantor (UOL) di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur pada jam

Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir illegal di kelurahan Semampir diantaranya pengusaha tambang pasir, buruh tambang pasir, kuli angkut

Kepadatan Populasi, Status Maya Index dan Uji Kerentanan Larva Aedes aegypti di Kelurahan Ibuh Kota Payakumbuh tahun 2017.JKA.2017.. Profil Kesehatan Indonesia

Judul Tesis : Studi Habitat dan Perilaku Menggigit Nyamuk Aedes Serta Kaitannya Dengan Kasus Demam Berdarah Di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur.. Nama mahasiswa

Ada hubungan antara kepadatan lalat, personal hygiene dan sanitasi dasar dengan terjadinya diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan

Pada umumnya pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya yang memperoleh pinjaman dari LKM Bina Mandiri merupakan masyarakat yang berada dalam satu wilayah