• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan. Mobilitas penduduk dan pembangunan akan saling mendukung pembangunan, artinya tidak ada pembangunan tanpa mobilitas penduduk, dan begitu juga sebaliknya. Tidak terjadi mobilitas penduduk tanpa ada pembangunan. Pada pihak lain, bilamana mobilitas penduduk ke daerah tersebut besar maka intensitas pembangunannya tinggi, dan sebaliknya bilamana arus mobilitas menuju daerah tersebut kecil maka intensitas pembangunannya akan rendah. Tinggi rendahnya mobilitas penduduk di suatu daerah akan berpengaruh terhadap strategi pembangunan yang dipilih, sehingga pembangunan yang akan dilaksanakan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat yang telah mendukung proses pembangunan tersebut.

Pada dasarnya manusia melakukan mobilitas dengan suatu tujuan yaitu untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup sangat berkaitan erat dengan seberapa besar manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar, dan selanjutnya jika kebutuhan pangan sebagai kebutuhan dasar telah dapat terpenuhi maka mobilitas akan dilakukan dengan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersiernya. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa seseorang akan melakukan mobilitas dengan tujuan untuk memperoleh pekerjaan dan mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kesempatan kerja yang tersedia disuatu daerah merupakan salah satu faktor pendorong adanya mobilitas penduduk, sehingga daerah tujuan mobilitas penduduk umumnya

(2)

merupakan daerah dimana terdapat peluang kerja yang lebih besar atau lebih baik dengan tujuan untuk dapat meningkatkan pendapatan dari yang sudah diperoleh selama ini.

Pilihan untuk melakukan mobilitas tentu dilandasi oleh beberapa motif. Kebanyakan para ahli menjelaskan bahwa motif seseorang melakukan mobilitas adalah karena motif ekonomi. Diharapkan dengan melakukan mobilitas penduduk, seseorang akan dapat merubah nasib atau mengirim sumbangan ekonomi bagi keluarga yang ada di daerah asal. Dengan demikian apa yang diharapkan oleh seseorang sebelum melakukan mobilitas mendekati apa yang diharapkan atau yang diinginkan (Soerjadi et.al, 1992). Revenstein (1885), Lee (1966), Todaro (1979), Titus (1982) dan Mantra (2003) berpendapat bahwa motif seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif yang berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah atau perbedaan nilai kefaedahan (place utility) antara dua wilayah.

Hal tersebut juga didukung oleh United Nation Development Program dalam Laporan Human Development Report yang telah diterbitkan tanggal 5 Oktober 2009 yang mengambil

tema “Mengatasi Hambatan: Mobilitas Manusia dan Pembangunan”. UNDP menyimpulkan bahwa distribusi kemakmuran yang tidak merata merupakan faktor utama dari mobilitas manusia, baik di dalam negeri maupun melewati batas Negara (Setneg, 2009). Namun bukan motif ekonomi semata yang mendorong penduduk melakukan migrasi, sehingga motif – motif non ekonomi, yakni motif sosial juga dapat mendorong terjadinya mobilitas penduduk.

Tajjudin Noer Effendi, 1988 dalam Murjana Yasa, 1993 mengemukakan bahwa rumah tangga yang tergolong baik status ekonominya menjadikan mobilitas penduduk sebagai salah satu sarana untuk menaikkan status sosial melalui peningkatan pendidikan dan ketrampilan, sedangkan bagi rumah tangga yang tergolong rendah status ekonominya dapat memanfaatkan kesempatan – kesempatan di luar desa tanpa harus menetap.

Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia dewasa ini demikian kompleks. Hal ini telah menimbulkan masalah-masalah sosial, baik pada tingkat nasional maupun regional.

(3)

Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari pembangunan nasional, karena tenaga kerja merupakan subjek dan objek pembangunan. Dengan demikian, tenaga kerja sangat menentukan keberhasilan pembangunan dan pembangunan dianggap berhasil jika masyarakat (tenaga kerja dapat dengan hidup sejahtera). Perencanaan tenaga kerja daerah yang disusun perlu disesuaikan dengan tuntutan otonomi daerah, dengan mengembangkan konsep dan pendekatan baru sesuai dengan nuansa otonomi daerah yang ditandai oleh demokratisasi dan desentralisasi. Artinya kebijakan dan program yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat, sehingga mampu menyelesaikan masalah ketenagakerjaan di daerah (Disnakertranduk Provinsi Bali, 2007).

Berkembangnya industri kepariwisataan di Bali memberi peluang kerja tidak saja pada tenaga kerja asal Bali tetapi juga tenaga kerja asal luar non Bali. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang menjadi sasaran utama dari mobilitas penduduk, baik yang berasal dari kabupaten lain di Provinsi Bali. Tingginya minat para pekerja migran tersebut untuk bekerja ke kota ini selain karena Denpasar merupakan Pusat Ibu Kota Provinsi dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan, juga karena potensi Kota Denpasar sebagai kota yang dianggap mampu memberikan peluang ekonomi dan berusaha bagi masyarakat pendatang (pekerja migran) khususnya.

Penduduk Kota Denpasar merupakan penduduk dengan berbagai latar belakang budaya. Jumlah penduduk Kota Denpasar tahun 2014 mencapai 628.909 jiwa. Jika dirinci menurut jenis kelamin, penduduk laki–laki mencapai 319.037 jiwa (50,73 persen) dan perempuan 309.872 jiwa (49,27 persen). Pertumbuhan penduduk pada tiap tahun masih tetap tinggi. Data Statistik pada tahun 2014 menunjukkan pertumbuhan penduduk sebesar 3,34 persen. Berdasarkan data mutasi penduduk tiap kecamatan, tercatat pada tahun 2014 Kecamatan Denpasar Barat merupakan Kecamatan yang paling banyak penduduk pendatangnya sebanyak 9.675 jiwa, disusul berturut – turut Kecamatan Denpasar Selatan

(4)

(3.656 jiwa), Kecamatan Denpasar Timur (1.813 jiwa) dan Kecamatan Denpasar Utara (946 jiwa).

Kecenderungan penduduk memilih melakukan mobilitas nonpermanen salah satunya adalah tersedianya fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang memadai, sehingga meskipun tempat kerjanya di luar daerah asal, namun pekerja migran nonpermanen tetap memilih untuk menetap di daerah asalnya. Kondisi ini tentu saja dirasa sangat menguntungkan, antara lain dapat menghambat laju urbanisasi yang berlebihan (over urbanization) di daerah perkotaan pada khususnya, sehingga daerah perkotaan akan tidak

mampu dalam menyediakan fasilitas pelayanan pokok dan kesempatan kerja yang memadai.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Kota Denpasar, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000 – 2014

No Indikator Satuan Tahun

2000 2010 2014

1 Jumlah

Penduduk 532.907 583.600 628.909

Laki – Laki Jiwa 265.943 295.183 319.037

Perempuan Jiwa 256.964 288.417 309.872

2 Usia Penduduk

0-14 Tahun Jiwa 141.827 40.894 148.813

15-64 Tahun Jiwa 405.064 425.937 462.016

Diatas 65 Tahun Jiwa 16.061 16.769 18.08

3 Kepadatan Penduduk

Jiwa / Km2

4.405 4.567 4.922

4 Pertumbuhan Penduduk

persen 3.80 4.01 3.34

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2015

Murjana Yasa (1993) dalam penelitiannya di daerah wisata Denpasar Barat, mengungkapkan bahwa keberadaan kawan atau famili adalah sebagian faktor yang merangsang penduduk untuk melakukan mobilitas. Keberadaan migran lama atau keberadaan

(5)

famili di daerah tujuan merupakan fasilitator bagi terserapnya migran baru di daerah tujuan dan menyebabkan adanya pola migrasi berantai (chaint migration), dimana setiap kedatangan pekerja migran di daerah asalnya, dan apabila kembali ke tempat tujuan lama mengikutsertakan kerabatnya, sehingga tidak jarang dijumpai kelompok migran pada kawasan permukiman tertentu dari daerah asal yang sama. Adanya ketidak tertarikan tenaga kerja lokal asal Bali untuk mengerjakan pekerjaan kasar seperti menggali parit, membuat lubang fondasi dan sektor informal lainnya ditambah adanya upah yang relatif murah dari pekerja asal Bali membuat kesempatan kerja tersebut diambil alih oleh tenaga kerja luar Bali, seperti pekerja migran asal Jawa dan Nusa Tenggara Barat.

Tabel 1.2

Mutasi Penduduk Datang Menurut Jenis Kelamin Di Kota Denpasar Tahun Tahun 2012 – 2014

No Kecamatan J.Kelamin

Jumlah Penduduk Pendatang (Jiwa / Th)

2012 2013 2014

1 Denpasar Barat 6.679 6.967 9.675

Laki - Laki 4.017 3.158 4.533 Perempuan 2.662 3.809 5.142

2 Denpasar Timur 1800 1970 1813

Laki – laki 933 998 978

Perempuan 867 972 835

3 Denpasar Selatan 5.635 748 3.656

Laki – laki 3.150 397 1.819

Perempuan 2.485 351 1.937

4 * Denpasar Utara 1.023 1.034 946

Laki – laki 595 602 452

Perempuan 428 432 494

Total 15.134 10.719 16.090

Keterangan : * Pemekaran Wilayah Administratif Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2015

Peribahasa “ada gula ada semut” menjelaskan kondisi paling cocok dengan adanya proses mobilitas penduduk nonpermanen. Para migran nonpermanen (sirkuler) berperilaku

(6)

seperti semut, maksudnya bila semut menemukan makanan di suatu tempat, makanan itu tidak dimakan di tempat itu, tetapi dibawa bersama teman - temannya ke sarangnya (Mantra, 2003). Mobilitas yang terjadi di negara-negara sedang berkembang dipandang memiliki efek yang sama. Mobilitas penduduk yang terjadi telah memunculkan suatu fenomena untuk mempercepat pemerataan pembangunan di daerah asal. Fenomena tersebut berbentuk transfer pendapatan ke daerah asal, baik berupa uang atau pun barang, yang dalam teori migrasi dikenal dengan istilah remitan (remittance), dimana remitan tidak hanya berupa uang atau barang tetapi juga berupa adanya ide, gagasan maupun informasi yang berguna bagi pembangunan daerah asal.

Remitan pada dasarnya memiliki dua sisi yang berlawanan arah. Di satu sisi, besarnya remitan yang dikirimkan ke daerah asal dapat berdampak pada; (1) perbaikan kehidupan ekonomi rumah tangga di daerah asal peningkatan kesejahteraan keluarga migran di daerah asal dengan adanya peningkatkan pengeluaran rumah tangga sehingga pola konsumsi rumah tangga asal menjadi lebih baik sebagai akibat adanya peningkatan daya beli keluarga rumah tangga di daerah asal dan; (2) percepatan pembangunan daerah asal melalui pengembangan usaha – usaha yang bersifat produktif. Di sisi lain, dalam rangka memperbesar nilai remitan, para pekerja migran nonpermanen akan melakukan pola adaptasi baru dalam memproteksi dirinya selama berada di daerah tujuan. Para pekerja migran juga akan berupaya menghemat pengeluaran–pengeluaran selama di daerah tujuan, sehingga dengan adanya pola adaptasi dan penghematan biaya hidup sebagai wujud pengorbanan selama di daerah tujuan, keberadaan mereka tentunya akan berdampak terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan sekitarnya.

Mengkaitkan antara pekerja migran asal Jawa dan Nusa Tenggara yang bekerja di Kota Denpasar umumnya mereka telah mempunyai pola – pola adaptasi di daerah tujuan.

Pola – pola adaptasi yang dilakukan selama di daerah tujuan tentunya akan berkaitan erat

(7)

dengan model dan perilaku hidup yang akan mereka lakukan selam mereka berada di Kota Denpasar. Pekerja migran Jawa dan Nusa Tenggara Barat pastinya mempunyai keinginan yang sama untuk memperbesar nilai/jumlah remitan yang akan mereka kirimkan kepada keluarganya di daerah asal. Besaran remitan yang dikirimkan oleh setiap pekerja migran nonpermanen terhadap keluarganya di daerah asal tentu berbeda – beda dan berkaitan erat dengan karakteristik sosial dan ekonomi masing – masing individu pekerja migran, sehingga adanya perbedaan karakteristik sosial dan ekonomi masing–masing individu pekerja migran tersebut diyakini dapat mempengaruhi pemberian remitan terhadap keluarganya di daerah asal.

Identifikasi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pemberian remitan oleh pekerja migran nonpermanen terhadap keluarganya di daerah asal dipandang penting untuk dianalisa untuk mengetahui pengaruh dari variabel – variabel yang diteliti baik secara simultan maupun parsial. Upaya pemaksimalan nilai remitan telah menyebabkan pekerja migran melakukan berbagai macam pengorbanan dalam pemenuhan atas kebutuhan hidupnya di Kota Denpasar (Sudibia, 2012). Besar kecilnya pemberian remitan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi seperti pemberian remitan, pendapatan dan faktor–faktor sosial seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja. Syahruddin (1981) selain pendapatan ciri sosial demografi masyarakat (seperti umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga), faktor financial (perubahan pendapatan pemilikan kekayaan), serta keinginan membeli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut.

(8)

1) Bagaimanakah pengaruh umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Denpasar Barat?

2) Bagaimanakah pengaruh umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pengalaman kerja, dan pendapatan terhadap pengiriman remitan oleh pekerja migran nonpermanen ke daerah asal di Kecamatan Denpasar Barat?

3) Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap pengiriman remitan oleh pekerja migran nonpermanen ke daerah asal di Kecamatan Denpasar Barat?

4) Apakah pendapatan memediasi pengaruh umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap pengiriman remitan oleh pekerja migran nonpermanen ke daerah asal melalui pendapatan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Denpasar Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk menganalisis terhadap umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap pendapatan pekerja migran nonpermanen ke daerah asal di Kecamatan Denpasar Barat.

2) Untuk menganalisis terhadap umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pengalaman kerja, dan pendapatan berpengaruh terhadap pengiriman remitan oleh pekerja migran nonpermanen ke daerah asal di Kecamatan Denpasar Barat.

3) Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung terhadap umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap pengiriman remitan oleh pekerja

(9)

migran nonpermanen ke daerah asal melalui pendapatan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Denpasar Barat.

4) Untuk menganalisis pendapatan memediasi terhadap umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap pengiriman remitan oleh pekerja migran nonpermanen ke daerah asal di Kecamatan Denpasar Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan dunia ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kependudukan, dan juga merupakan sarana untuk membuktikan atau memperkuat teori –teori atau penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor – faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pemberian remitan oleh pekerja migran nonpermanen ke daerah asal.

2) Manfaat Praktis

Untuk memperoleh gambaran secara komprehensif tentang beberapa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pemberian remitan oleh pekerja migran nonpermanen di Kota Denpasar Barat ke daerah asal dan dapat mengetahui informasi yang riil tentang kondisi sosial-ekonomi pekerja migran nonpermanen asal Jawa dan Nusa Tenggara, sehingga dengan mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh dan mengetahui kondisi sosial ekonomi tersebut diharapkan Pemerintah Daerah maupun pihak yang terkait dapat mengambil kebijakan pembangunan, khususnya menyangkut adanya mobilitas pekerja migran nonpermanen, antara lain : (1) Pengentasan daerah kumuh di perkotaan; (2) Penertiban pekerja migran nonpermanen mengarah kepada terciptanya tertib administrasi kependudukan, juga menjaga kelestarian lingkungan dan ketahanan identitas sosio- kultural masyarakat lokal.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen supply chain adalah integrasi proses bisnis utama dari pengguna akhir melalui pemasok asli yang menyediakan produk, jasa, dan informasi yang

patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi suatu organ tubuh yang disebabkan

terbanyak dengan jumlah 3313 ekor, hal ini mungkin dipengaruhi oleh letak atau posisi dari regio leher yang mana sulit dijangkau oleh bagian tubuh sapi lain terutama

dinilai.. O : Observer yang telah dilatih melakukan penilaian terhadap kemampuan berkomuniksi lisan siswa pada setiap anggota kelompok. Pada pertemuan selanjutnya

Kemudian hasil identifikasi tersebut dituangkan atau divisualisasikan ke dalam kanvas BMC yang terdiri dari Customer Segments (segmen pelanggan), Value Propositions

1) Motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan. 2) Proses belajar mengajar sudah mengarah ke metode demonstrasi secara lebih

Gambaran tentang efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal terlihat dari analisis deskriptif dari 3 indikator yaitu:

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik gambut hidrofobik ditunjukkan dengan penurunan gugus-gugus pembawa sifat hidrofilik (  OH,  COOH) dan kenaikan jumlah