• Tidak ada hasil yang ditemukan

Endang Kusumaningtyas, S.Pd., M.Pd. SMP Negeri 2 Kota Pasuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Endang Kusumaningtyas, S.Pd., M.Pd. SMP Negeri 2 Kota Pasuruan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KTI_Endang Kusumaningtyas

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK

UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MATERI ARITMETIKA SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP

Endang Kusumaningtyas, S.Pd., M.Pd.

SMP Negeri 2 Kota Pasuruan [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika materi Aritmetika Sosial pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pasuruan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIIF SMP Negeri 2 Pasuruan yang berjumlah 33 siswa, sedangkan objek penelitian adalah keseluruhan proses dan hasil pembelajaran matematika dengan penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika materi Aritmetika Sosial pada siswa kelas tersebut. Instrumen penelitian berupa tes tertulis, lembar observasi pembelajaran, angket dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan analisis data deskriptif kualitatif yang melalui tiga tahap, yaitu reduksi, analisis dan penyimpulan data. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan Aktivitas siswa telah mencapai 80,03% dan telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Tes tertulis sebagai alat ukur ketercapaian pemahaman materi telah memenuhi indikator ketercapaian yakni 88% siswa memperoleh nilai diatas KKM. Penelitian ini telah menunjukkan efektivitas pembelajaran matematika dengan menerapkan model Problem Base Learning dan pendekatan saintifik serta menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Pasuruan tahun pelajaran 2013-2014.

Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Pendekatan Saintifik, Efektivitas Pembelajaran

1. Pendahuluan

Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran menjadi kunci utama dalam implementasinya.

Jika pembelajarannya menarik, berkualitas, inovatif dan kreatif dapat mendorong siswa untuk menguasai bahan ajar sehingga proses belajar mengajar menjadi dua arah dan dialogis.

Pada kurikulum 2013 menganut pandangan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa merupakan subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Oleh

(2)

KTI_Endang Kusumaningtyas

karena itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan mampu menerapkan pengetahuan maka siswa perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan aktif mengkonstruksi konsep melalui tahapan mengamati dalam rangka mengidentifikasi atau menemukan masalah, mengajukan pertanyaan, merumuskan dugaan, mengumpulkan data, menganalisis, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan. Dalam melaksanakan proses tersebut siswa masih perlu bantuan guru sebagai fasilitator. Dan sejalan dengan tuntutan implementasi kurikulum 2013 maka siswa akan lebih banyak berperan dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sesuai dengan karakteristik pendekatan saintifik.

Model pembelajaran merupakan implementasi seluruh komponen pendekatan, strategi, metode yang diterapkan secara menyeluruh dan utuh dalam proses pembelajaran. Kurikulum 2013 menitikberatkan pada pola atau model yang mendukung terjadinya proses pembelajaran saintifik, salah satunya adalah model Problem Based learning. Problem Base learning merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk mengembangkan keterampilam dan kreativitas tingkat berpikit tinggi. Problem Based learning merupakan pembelajaran yang menantang siswa untuk

“belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang disajikan untuk memancing rasa ingin tahu siswa.

Pada pembelajaran matematika SMP kelas VII sudah diketahui bahwa materi Aritmetika Sosial adalah materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti: kegiatan jual beli dengan potongan harga atau diskon yang berkaitan dengan untung atau rugi, dan lain-lain.

Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam memahami berbagai variasi soal dalam aritmetika. Ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengetahui beberapa istilah baru dalam kegiatan jual-beli seperti: diskon, bruto, tara, netto dan bunga tunggal. Ketika kesulitan dalam pemahaman awal siswa terjadi maka perlu dilakukan kegiatan dalam proses pembelajaran yang bermakna, artinya bagaimana menggunakan model pembelajaran melalui permasalahan untuk menanamkan konsep materi didalam benak siswa dengan aktivitas yang dilakukan secara mandiri sehingga siswa dapat memahami materi tersebut.

Di SMP Negeri 2 Pasuruan, implementasi pembelajaran kurikulum 2013 sudah mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013-2014 untuk jenjang kelas VII. Dalam pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 masih dirasakan beberapa kendala oleh guru diantaranya adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang dapat mengembangkan ranah sikap agar siswa tahu mengapa, ranah pengetahuan agar siswa tahu apa dan ranah keterampilan agar siswa tahu bagaimana sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung efektif. Dari latar belakang yang sudah dikemukakan tersebut maka penulis

(3)

KTI_Endang Kusumaningtyas

membuat penelitian dengan mengambil tema dan judul “Penerapan Model Problem Based Learning dalam Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran matematika Materi Aritmetika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP”

2. Model Problem Based Learning

Menurut Dewwey (dalam Sudjana 2001:19) Problem Base Learning (Pembelajaran Berdasarkan Masalah) adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Berbeda dengan pembelajaran penemuan (inkuiri-discoveri) yang lebih menekankan pada masalah akademik. Dalam Problem Based Learning, pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses atau upaya untuk mendapatkan suatu penyelesaian tugas atau situasi yang benar-benar nyata sebagai masalah dengan menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui. Jadi, Problem Based Learning lebih memfokuskan pada masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa.

Menurut Wina Sanjaya (2006, 212), Problem Based Learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurutnya terdapat 3 ciri utama dalam model Problem Based Learning, yaitu: (a) model Problem Based Learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa. Artinya siswa tidak sekedar hanya mendengarkan, mencatat dan menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui model Problem Based Learning siswa diharapkan aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan., (b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, (c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Melihat ciri utama tersebut, model Problem Based Learning sejalan dengan pendekatan scientific yang disarankan dalam kurikulum 2013.

Dalam buku materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Matematika SMP/MTs (BPSDM P dan K dan PMP, 2013: 229) diuraikan dua definisi Problem Based Learning sebagai berikut:

1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

2. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.

Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

(4)

KTI_Endang Kusumaningtyas 2.1. Tahapan kegiatan Pembelajaran Problem Based Learning

Tabel 1. Tahapan kegiatan pembelajaran Problem based Learning

Langkah Kegiatan Guru

Orientasi masalah Menginformasikan tujuan pembelajaran

Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka

Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah

Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Membantu siswa menemukan konsep berdasar masalah

Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar siswa aktif

Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan Membantu menyelidiki

secara mandiri atau kelompok

Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan masalah

Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas

Mendorong dialog, diskusi dengan teman

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas- tugas belajar yang berkaitan dengan masalah

Membantu siswa merumuskan hipotesis

Membantu siswa dalam memberikan solusi Mengembangkan dan

menyajikan hasil kerja

Membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa

Membimbing siswa menyajikan hasil kerja Menganalisa dan

mengevaluasi hasil pemecahan

Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah

Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemcahan masalah

Mengevaluasi materi

Keuntungan menerapkan model Problem based Learning antara lain peserta didik: (1) memperoleh pengetahuan dasar yang berguna untuk memecahkan masalah; (2) belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya yang disebut student-centered; (3) mampu berpikir kritis dan mengembangkan inisiatif.

3. Pendekatan Saintifik

Dalam Modul Pelatihan Kurikulum 2013 (2013:192) dijelaskan bahwa proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibanding penalaran deduktif (deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah

(5)

KTI_Endang Kusumaningtyas

umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

3.1. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik sebagai berikut:

a. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

b. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.

c. Mengumpulkan informasi/Eksperimen (Mencoba)

Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain: melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, wawancara dengan narasumber

d. Mengasosiasi/ Mengolah informasi

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi / mengolah informasi antara lain: mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil kegiatan mengamati, pengolahan informasi yang dikumpilkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan

e. Mengomunikasikan

Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

(6)

KTI_Endang Kusumaningtyas

4.1 Efektivitas Pembelajaran

Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Jadi efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang. Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai.

Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu . Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

5. Metode

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Pasuruan, dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai dengan bulan April tahun 2014, menggunakan jenis perlakuan tindakan kelas ( classroom action research ) dengan menggunakan minimal 2 siklus.

Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII-F SMP Negeri 2 Pasuruan tahun Pelajaran 2013–2014 yang berjumlah 33 orang. Pemilihan subyek ini secara acak dengan pertimbangan pengklasifikasian kelas di SMP Negeri 2 berdasarkan urutan ranking saat penerimaan siswa baru.

Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih teknik dan alat pengumpul data yaitu:

1. Observasi/pengamatan

Pada teknik ini peneliti mencatat hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa baik secara individu maupun berkelompok dalam pendekatan saintifik sesuai dengan indikator-indikator yang telah dipilih dengan model problem based learning sebagai penilaian aspek sikap dengan indikator sikap yang dinilai antara lain:

1) Mengajukan pertanyaan, usul atau pendapat;

2) Membantu teman yang membutuhkan dan

3) Antusias dalam mengidentifikasi kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(7)

KTI_Endang Kusumaningtyas 2. Tes Tertulis

Tes tertulis disini digunakan untuk mengumpulkan data siswa berkenaan hasil pengusaan materi Aritmetika Sosial yang dikuasai siswa setelah siswa mengikuti suatu proses perlakuan yang dilakukan oleh peneliti yang meliputi tes individu, tes kelompok dan post tes sebagai hasil pengukuran di aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran matematika, sehingga didapatkan hasil yang akurat dan dapat menggambarkan secara jelas kemampuan siswa dalam menguasai materi.

3. Angket

Angket di sini merupakan penilaian diri oleh siswa yang dilakukan di akhir materi untuk memperoleh data terkait dengan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika.

Hasil penelitian tindakan kelas ini tercapai sesuai dengan harapan bila dalam penelitian ini : 1. Minimal 75% siswa aktif berinteraksi dalam diskusi kelompok pada aspek sikap.

2. Minimal 85% siswa mencapai KKM pada aspek pengetahuan dan keterampilan.

6. Hasil Penelitian

Hasil dari siklus I dan siklus II untuk aspek sikap aktivitas siswa berdasarkan observasi disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2. Perbandingan aspek sikap aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II

Siklus Nama

Aspek Yang dinilai

Skor/Nilai

Tuntas Mengajukan

pertanyaan, usul, pendapat

Membantu teman yang membutuhkan

Antusias mengidentifikasi penggunaan matematika

Siklus I

Jumlah 2524 2595 2555 7674 87%

Rata-rata 76.48 78.64 77.42 77.51

Siklus II

Jumlah 2629 2659 2635 7923 100%

Rata-rata 79.67 80.58 79.85 80.03

(8)

KTI_Endang Kusumaningtyas

76.48

78.64

77.42

79.64 80.58

79.85

Mengajukan pertanyaan, usul atau

pendapat

Membantu temannya yang membutuhkan

Antusias dalam mengidentifikasi kegunaan matematika

dalam kehidupan sehari-hari

Diagram sikap dan aktivitas siswa Siklus I Siklus II

Gambar 1. Diagram sikap dan aktivitas siswa di siklus I dan siklus II

Berdasarkan tabel hasil penelitian pada siklus I, aspek mengajukan pertanyaan, usul atau memberikan pendapat sebesar 76,48% sedangkan pada siklus II menjadi 79,67%, hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 3,18%. Pada aspek membantu teman lain yang membutuhkan dari siklus I sebesar 78,64% menjadi meningkat pada siklus II sebesar 80,58%

berarti mengalami kenaikan sebesar 1,94%, sedangkan pada aspek antusias dalam mengidentifikasi penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari dari siklus I sebesar 77,42% dan di siklus II sebesar 79,85 berarti mengalami kenaikan sebesar 2,42%. Secara umum terjadi peningkatan aktivitas siswa pada semua aspek yang artinya ada perubahan lebih baik dari proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning.

Prestasi hasil prestasi belajar dari siklus I dan siklus II untuk prestasi belajar siswa disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3. Data hasil prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II

Siklus Nama

Nilai Post tes

Kerja

Individu

Kerja

Kelompok

Post tes Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I

Jumlah 2306 2520 2410 23 10

Rata-rata 69.85 76.36 73.03 70% 30%

Siklus II

Jumlah 2581 2686 2627 29 4

Rata-rata 78.21 81.39 79.61 88% 12%

(9)

KTI_Endang Kusumaningtyas

60 65 70 75 80 85

Nilai kerja individu

Nilai kerja kelompok

Nilai post tes

Siklus I

Gambar 2. Hasil Prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II

Dari tabel/gambar di atas nilai kerja individu tes siswa untuk nilai individu pada siklus I juga mengalami kenaikan di siklus II yakni dengan rata-rata kenaikan sebesar 8,36%, nilai tugas kelompok mengalami kenaikan sebesar 5,03% dan nilai post tes dengan kenaikan 6,58.

Dengan demikian ada peningkatan prestasi belajar yang signifikan dari pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Dapat memahami hal-

hal yang dipelajari dalam

matematika

Memperbaiki pemahaman terhadap hal-hal

yang belum sepenuhnya dipahami dalam

matematika

Berusaha gigih dalam menyelesaikan

tugas matematika

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah Siklus I

(10)

KTI_Endang Kusumaningtyas

Gambar 3. Ilustrasi Penilaian Diri siswa siklus I

02 64 108 1214 1816 20

Dapat memahami hal-

hal yang dipelajari

dalam matematika

Memperbaiki pemahaman terhadap hal- hal yang belum

sepenuhnya dipahami

dalam matematika

Berusaha gigih dalam menyelesaikan

tugas matematika

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Siklus II

Gambar 4. Ilustrasi Penilaian Diri sisi siklus II

Dari Ilustrasi gambar tentang Penilaian Diri oleh siswa diketahui ada perbedaan dan peningkatan dari beberapa kategori pada siklus I dengan siklus II yakni pada siklus II siswa lebih banyak memilih kategori sering atau selalu untuk ketiga kategori yang harus dipilih.

Dengan demikian diperoleh bahwa kegiatan pembelajaran Problem Based Learning telah memberi kesempatan siswa untuk lebih banyak mempelajari konsep aritmetika sosial secara menyeluruh dan usaha yang gigih untuk dapat menyelesaikan persoalan masalah yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Hal ini berdampak pada hasil belajar matematika yang diraihnya.

7. Kesimpulan

Dari tabel antar siklus diatas tampak adanya hasil dari masing–masing indikator yang harus dikuasai siswa setelah diberi tindakan mengalami peningkatan yang luar biasa dari segi aktivitas individu maupun kelompok dan diperoleh hasil belajar yang baik dari soal individu maupun post tes. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa seperti pada proses pembelajaran saintifik melalui permasalahan sehari-hari terkait dengan aritmetika sosial, yakni mempelajari materi pembelajaran melalui pengamatan permasalahan sehari-hari tentang masalah pajak, diskon, bunga perbankan, dengan bertanya melalui diskusi untuk memecahkan masalah atau tugas serta melakukan assosiasi/menalar untuk menemukan jawaban dari permalasahan/soal hingga mengkomunikasikan melalui presentasi.

Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang setara, dan efektivitas pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik.

Artinya penelitian ini telah menunjukkan efektivitas pembelajaran matematika dengan menerapkan model Problem Based Learning dan pendekatan saintifik serta menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VIIF SMP Negeri 2 Pasuruan tahun pelajaran 2013-2014.

(11)

KTI_Endang Kusumaningtyas

8. Saran

1. Guru dalam mengajar perlu menjadikan siswa sebagai jiwa dengan potensi yang lebih, dan guru diharapkan sebagai fasilitator agar siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya untuk mencapai kompetensi yang optimal.

2. Guru matematika sebaiknya mengembangkan pembelajaran matematika secara bermakna dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang beragam yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam rangka implementasi kurikulum 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Amir, Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Group

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc Graw Hill Companies

Kemdikbud, (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: BPSDMK dan PMP

Nasution, S. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Pelangi. 2013. Aktualisasi Kurikulum 2013. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP

Ratumanan, Tanwey G. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press

2011. Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press

Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Press

Sudjana, D. 1982. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung

Wijaya, Adi. 2013. Model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning). Yogyakarta:

PPPPTK Matematika

Gambar

Tabel 1. Tahapan kegiatan pembelajaran Problem based Learning
Tabel 2.  Perbandingan aspek sikap aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II
Gambar 1.   Diagram sikap dan aktivitas siswa di siklus I dan siklus II
Gambar 2. Hasil Prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis, karakter, bentuk tipografi, ilustrasi, dan elemen-elemen desain, mencakup garis, bentuk, ruang,

Perioritas magang bagi guru produktif SMK di DU/DI merupakan sebuah inovasi pendidikan, karena yang selama ini dijalankan sesuai dengan struktur kurikulum SMK dan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini ialah penginderaan jarak jauh (remote sensing), dengan judul Pendugaan Simpanan

Hal ini berarti bahwa pemanfaatan berkelanjutan mengharuskan adanya pemanfaatan yang bijaksana dan pengelolaaannya yang berhati-hati (konservasi) terhadap sumberdaya dan

Biaya yang dikeluarkan untuk terapi stroke juga tidak sedikit.. Oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terapi dan biaya medik langsung rata-rata terapi stroke non hemoragik berdasarkan kelas perawatan dengan metode cost analysis

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham yang tergolong dalam LQ 45 pada periode Agustus 2015 sampai Januari 2016, dengan alasan karena penelitian event

Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara Bandung (SMAT-KN) merupakan sekolah lanjutan tingkat akhir sebelum melanjutkan keperguruan tinggi. Berbeda dengan Sekolah