• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI Gambaran Pengobatan Dan Analisis Biaya Terapi Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI Gambaran Pengobatan Dan Analisis Biaya Terapi Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2011."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI

PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI

RAWAT INAP RS “X” TAHUN 2011

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

FERDIANA DYAH FATMAWATI

K. 100 080 201

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2012

(2)

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Berjudul:

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI

PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI

RAWAT INAP RS “X” TAHUN 2011

Oleh :

FERDIANA DYAH FATMAWATI K 100 080 201

Telah disetujui dan disahkan pada: Hari : Sabtu

Tanggal : 1 September 2012

Mengetahui, Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan,

Dr. Muhammad Da’i, M.Si., Apt

Penguji I Penguji II

Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt

Arifah Sri Wahyuni, M.Sc., Apt

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Tri Murti Andayani, SpFRS., PhD., Apt Nurcahyanti W, M.Biomed., Apt

Mahasiswa

(3)

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI RAWAT INAP

RS “X” TAHUN 2011

OVERVIEW TREATMENT AND COST ANALYSIS OF NON HEMORRHAGIC STROKE THERAPY ON HOSPITALIZED OF “X”

HOSPITAL IN 2011

Ferdiana Dyah Fatmawati*, Tri Murti Andayani**, dan Nurcahyanti Wahyuningtyas*

*Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta **Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Stroke merupakan penyakit yang dikenal sebagai penyebab kematian kedua di dunia dan ketiga di Amerika. Stroke non hemoragik adalah stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan pembuluh darah. Biaya pelayanan kesehatan khususnya biaya obat, telah meningkat tajam beberapa dekade terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terapi dan biaya medik langsung rata-rata terapi stroke non hemoragik berdasarkan kelas perawatan dengan metode cost analysis di instalasi rawat inap RS “X” tahun 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif melalui data rekam medik pasien, dan kuitansi di bagian rekam medik serta harga obat di Bagian Instalasi Farmasi. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 pasien. Pengolahan data meliputi demografi pasien, gambaran pengobatan dan analisis biaya rata-rata medik langsung.

Hasil penelitian menunjukkan obat yang banyak digunakan pada pasien stroke non hemoragik di RS “X” adalah citicolin (98%), flunarizin (61%), ranitidine (59%), piracetam (50%), dan captopril (47%). Biaya medik langsung rata-rata stroke non hemoragik (dalam Ribuan) paling tinggi yaitu pada kelas VIP Cendana sebesar Rp5.649,36 per pasien dan paling kecil pada kelas III sebesar Rp2.774,64 per pasien dengan biaya tertinggi pada biaya obat dan alkes masing-masing 41,29% dan 45,68%.

Kata kunci : Stroke non hemoragik, analisis biaya, gambaran pengobatan

ABSTRACK

Stroke represent the disease of known as death couse second in world and third in America. Non-hemorrhagic stroke is a stroke wich caused by the existence of embolism. The cost of health care especially drug costs, has increased sharply the last few decades. This analysis aimed to know description of the direct medical cost average and the non-hemorrhagic stroke therapy treatment class based with cost analysis method on hospitalized of “X” Hospital in 2011.

(4)

data includes patient demographics, overview treatment and direct medical cost average analysis.

As the result showed that the drugs were widely used of non-hemorrhagic stroke patients in “X” Hospital was as much as citicolin (98%), flunarizin (61%), ranitidine (59%), piracetam (50%), and captopril (47%). The greatest expense direct cost of non-hemorrhagic stroke (in thousands) was Rp5.649,36 per patient at class VIP Cendana and the cheapes was Rp2.774,64 per patient at class III with the highest cost component were drug and medical equipment cost 41,29% and 45,68%, consecutively.

 

Key words: non-hemorrhagic stroke, cost analysis, overview treatment

PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyakit yang dikenal sebagai penyebab kematian kedua

didunia dan ketiga di Amerika. Pada pertengahan abad 20, angka kejadian stroke

lebih dari 700.000 orang per tahun dan 150.000 orang meninggal karena penyakit

ini. Stroke non hemoragik (iskemik) merupakan klasifikasi stroke yang

mempunyai angka kejadian yang tinggi. Dibandingkan dengan stroke hemoragik,

stroke iskemik lebih sering terjadi yaitu 88% dan 12% untuk stroke hemoragik

(Fagan dan Hess, 2008).

Tingginya angka kejadian stroke menjadi pusat perhatian dalam dunia

kesehatan. Di Indonesia pada tahun 2007 rata-rata biaya terapi total (dalam

Ribuan) untuk stroke iskemik Rp4.340,00 dan hemoragik Rp5.300,00. Biaya obat

stroke iskemik rata-rata sebesar Rp1.728,45 dan hemoragik sebesar Rp2.121,59

(Damayanti, 2010). Di Amerika pada tahun 2003, diperkirakan biaya stroke akut

pediatrik adalah $42 juta. Biaya rata-rata untuk stroke iskemik adalah $15,00,

untuk perdarahan intraserebral $24,11 dan untuk perdarahan subarachnoid $31,65

(Perkins et al., 2009). Kemudian pada tahun 2007 biaya rata-rata per orang untuk

perawatan stroke diperkirakan sebesar $7,65 dan tahun 2008 mencapai $34,3

miliar untuk biaya langsung dan tidak langsung (Roger et al., 2011). 

Kasus stroke di RS “X” sangat banyak terjadi per tahunnya. Berdasarkan

data urutan penyakit terbesar pasien rawat inap pada tahun 2011, stroke

menduduki peringkat ketiga yaitu sebesar 722 pasien. Oleh karena itu perlu diteliti

lebih lanjut mengenai besarnya biaya pengobatan stroke pada pasien rawat jalan di

(5)

gambaran pengobatan stroke dapat menjadi pertimbangan bagi tenaga kesehatan

untuk berhati-hati dalam memberikan obat sehingga tercapai keberhasilan

penyembuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran terapi pasien

stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” tahun 2011 dan untuk

mengetahui biaya medik langsung rata-rata terapi stroke non hemoragik

berdasarkan kelas perawatan dengan metode cost analysis di instalasi rawat inap

RS “X” tahun 2011.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan

rancangan deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif melalui data

rekam medik pasien, dan kuitansi di bagian rekam medik serta kartu obat rawat

inap di Bagian Instalasi Farmasi pada pasien stroke non hemoragik di instalasi

rawat inap RS “X” tahun 2011.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu menentukan sampel berdasarkan kriteria inklusi dalam hal ini

kriterianya adalah pasien yang terdiagnosa stroke non hemoragik dan menjalani

rawat inap dengan data lengkap.

Kriteria Inklusi

1) Pasien rawat inap lebih dari 24 jam

2) Pasien dewasa baik laki-laki maupun perempuan usia lebih dari 18 tahun

3) Diagnosa utama stroke non hemorgik dengan data rekam medis dan kuitansi

yang lengkap

Kriteria Eksklusi

Pasien stroke yang keluar rumah sakit dengan status meninggal atau pulang

paksa.

Jumlah sampel minimum dapat dihitung dengan rumus:

n = (z/e)2 . p . (1-p)

n = jumlah sampel minimum

(6)

e = presentase kemungkinan melakukan kekeliruan dalam penarikan sampel,

yang ditetapkan sebesar 10% atau e= 0,1.

p = proporsi pasien stroke non hemoragik di RS “X” tahun 2011, karena tidak

diketahui maka diasumsikan p= 0,5.

Perhitungannya:

Diketahui : z = 1,96 e = 0,1 p = 0,5

maka : n = (z/e)2 . p . (1-p)

= (1,96/0,1)2 . 0,5 . (1-0,5) = 384,16 . 0,5 . 0,5

= 96,04

jadi minimum sampel yang diambil sebanyak 97 (Machfoedz, 2007)

Definisi Operasional Variabel

Agar terdapat keseragaman persepsi dalam penelitian ini, maka dibuat suatu

definisi operasional sebagai berikut :

a. Analisis biaya adalah perhitungan besar biaya medik langsung dari pasien

stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” tahun 2011.

b. Gambaran pengobatan adalah gambaran obat yang diberikan kepada pasien

stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” tahun 2011.

c.Biaya medis langsung (direct medical cost) adalah jumlah keseluruhan biaya

selama perawatan meliputi biaya obat dan alkes, biaya tenaga medis, biaya

penunjang diagnostik, biaya tindakan, biaya kamar dan biaya administrasi pada

pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X”.

d. Biaya obat adalah sejumlah biaya untuk obat stroke non hemoragik dan

penyakit penyerta tanpa infus.

e. Biaya penunjang diagnostik adalah biaya keseluruhan dari biaya

pemeriksaan patologi klinik, pemeriksaan hematologi sysmex, pemeriksaan

kimia darah “Beckman Coulter”, pemeriksaan elektrolit ilyte , CT Scan,

pemeriksaan radio diagnostik, pemeriksaan gula darah omnites, pemeriksaan

urin rutin, pemeriksaan diagnostik elektromedik, analisa gas darah, dan

(7)

f. Biaya tindakan adalah biaya untuk penggunaan oksigen, IGD, tindakan

medik dan terapi terencana, dan rehabilitasi medik.

g. Biaya obat dan alat kesehatan meliputi biaya alkes askes surflo, obat dan

alkes sehat farma, obat dan alkes kimia farma, alkes askes non surflo, obat

rumah sakit dan obat konsinyasi.

h. Biaya kamar adalah jumlah keseluruhan biaya kamar yang dikeluarkan pasien

selama rawat inap.

i. Biaya administrasi adalah biaya administrasi system info manajemen, dan

karcis dan registrasi pendaftaran.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar pengumpul data.

Bahan penelitian ini meliputi catatan rekam medis yang berisi data-data rekam

medis pasien, kuitansi keuangan di bagian rekam medis, dan kartu obat rawat inap

di Bagian Instalasi Farmasi pada pasien stroke rawat inap di RS “X”.

Analisis Data 

Setelah data diperoleh, selanjutnya diolah dan dilakukan analisis hasil sebagai

berikut :

a) Gambaran subyek penelitian

Karakteristik demografi pasien meliputi jenis kelamin dan umur, diagnosa, dan

lama rawat inap. Persentase masing-masing kelompok dihitung dengan cara : %

masing-masing kelompok =

b) Gambaran pengobatan meliputi kelas terapi, nama obat generik, jumlah

pasien yang menggunakan, dan presentase.

c) Perhitungan biaya medik langsung

Perhitungan rata-rata biaya yang akan dibahas menggunakan rumus :

Rata-rata biaya (Rp) =  

(8)

(1)Biaya medik langsung

Dihitung dengan menjumlahkan biaya obat dan alkes, biaya tenaga medis,

biaya penunjang diagnostik, biaya tindakan, biaya kamar dan biaya

administrasi.

(2)Biaya obat dan alat kesehatan

Dihitung dengan menjumlahkan biaya obat dan biaya alat kesehatan tanpa

infus. Meliputi biaya alkes askes surflo, obat dan alkes sehat farma, obat dan

alkes kimia farma, alkes askes non surflo, obat rumah sakit dan obat

konsinyasi selama pasien menjalani rawat inap. Biaya obat dihitung

berdasarkan harga satuan obat stroke dikalikan dengan jumlah pemakaian per

hari yang diberikan selama rawat inap.

(3)Biaya tenaga medis

Dihitung dengan menjumlahkan biaya jasa keperawatan, visite dokter, jasa

farmasi, konsultasi/jasa visite rawat bersama dan konsultasi psikolog/psikiater

selama rawat inap.

(4)Biaya penunjang diagnostik

Dihitung dengan menjumlahkan biaya pemeriksaan patologi klinik,

pemeriksaan hematologi sysmex, pemeriksaan kimia darah “Beckman

Coulter”, pemeriksaan elektrolit ilyte, CT Scan, pemeriksaan radio

diagnostik, pemeriksaan gula darah omnites, pemeriksaan urin rutin,

pemeriksaan diagnostik elektromedik, analisa gas darah, dan pemeriksaan

laboratorium Prodia.

(5)Biaya tindakan

Dihitung dengan menjumlahkan biaya penggunaan oksigen, IGD, tindakan

medik dan terapi terencana, dan rehabilitasi medik.

(6)Biaya kamar

Dihitung berdasarkan tiap jenis kelas perawatan selama pasien dirawat inap

berdasar tarif kelas yang ada di RS “X”..

(7)Biaya administrasi

Dihitung dengan menjumlahkan biaya administrasi system info manajemen,

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Subyek Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan pasien laki-laki sebanyak 52 pasien dan

perempuan sebanyak 48 pasien dengan rentang umur antara 18-87 tahun. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Andersen et al (2010) yang

menyatakan bahwa prevalensi stroke laki-laki lebih besar dari pada wanita.

Laki-laki beresiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan wanita, tetapi wanita yang

terkena stroke lebih berpotensi meninggal (Fagan dan Hess, 2008). Menurut

Sitorus et al (2008) jenis kelamin terbukti tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan kejadian stroke.

Tabel 1. Gambaran distribusi pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” tahun 2011 berdasarkan jenis kelamin dan umur

Kelompok umur

Jumlah pasien

Jumlah Presentase Laki-laki Perempuan

18-27 1 - 1 1%

28-37 2 1 3 3%

38-47 3 3 6 6%

48-57 15 17 32 32%

58-67 12 11 23 23%

68-77 16 11 27 27%

78-87 3 5 8 8%

Subtotal 52 48

Total 100 100 100%

Pengelompokan usia dalam penelitian ini dibagi dalam 7 kelompok umur

dengan rentang 10 tahun. Pengelompokan pasien berdasarkan umur bertujuan

untuk mengetahui prevalensi stroke non hemoragik yang banyak terjadi pada

rentang umur tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stroke dapat

terjadi pada semua kelompok usia, namun kejadian stroke meningkat pada usia

diatas 48 tahun. Hal ini disebabkan karena meningkatnya penyakit hipertensi,

diabetes mellitus dan atrial fibrilasis yang merupakan faktor resiko penyakit stroke

(Andersen et al, 2010).

Pada penelitian ini, penyakit penyerta yang paling banyak ditemukan adalah

hipertensi yang merupakan faktor resiko yang sangat berpengaruh terhadap

penyakit stroke. Sekitar 50 persen penderita stroke iskemik mempunyai latar

belakang hipertensi (Wibowo dan Gofir, 2001). Selain hipertensi penyakit

(10)

Menurut Sitorus et al (2008) diabetes melitus juga merupakan penyakit yang

sering terjadi pada penderita stroke.  

Lama rawat inap paling banyak pada pasien stroke non hemoragik antara 3-7

hari sebanyak 58%. Lama perawatan pasien paling cepat adalah 3 hari sedangkan

yang paling lama adalah 20 hari. Perbedaan lama rawat inap dipengaruhi oleh

keadaan penyakit masing-masing pasien.

Gambaran Pengobatan

Hasil penelitian ini menunjukkan kelas terapi yang paling sering digunakan

adalah vasodilatasi perifer dan aktivator serebral. Nama obat generik yang dipakai

adalah citicoline, flunarizine dan exergin. Citicoline paling banyak digunakan

pada terapi stroke non hemoragik di RS “X”. Menurut Alvarez-Sabin dan Roman

(2011) citicoline adalah obat yang aman dan disetujui di berbagai Negara untuk

pengobatan stroke iskemik akut. Pengobatan dengan citicolin secara oral pada 24

jam pertama setelah onset pada pasien stroke dapat meningkatkan kesembuhan

dan kemungkinan sembuh total dalam waktu 3 bulan (Davalos et al, 2002).

Flunarizine juga banyak digunakan pada pengobatan stroke non hemoragik di RS

“X”. Flunarizine digunakan sebanyak 61% dan exergin hanya 9%.

Piracetam adalah obat kelas terapi nootropik dan neurotropik. Piracetam

merupakan agen nootropic yaitu obat yang memiliki aktivitas metabolisme pada

otak manusia (Hankey et al, 2006). Obat antihipertensi juga banyak digunakan

dalam terapi stroke non hemoragik di RS “X”. Antihipertensi yang banyak

digunakan adalah captopril sebanyak 47% dan amlodipin sebanyak 19%. Obat

antihipertensi ini untuk menurunkan tekanan darah sehingga menurunkan risiko

stroke (Lawes et al, 2004). Selain itu juga untuk mengobati penyakit hipertensi

yang menjadi penyakit penyerta stroke pada penelitian ini. Menurut Khan et al

(2010), kombinasi antihipertensi yang paling umum adalah ACE Inhibitor dengan

Diuretik. Kombinasi ini dapat mengurangi kejadian stroke, dan miokard infark

(Rashid, 2003). Obat diatas merupakan obat tambahan untuk stroke, sedangkan

terapi utama stroke yang diberikan di RS “X” adalah antiplatelet meliputi

(11)

Tabel 4. Gambaran pola pengobatan pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X”tahun 2011

Kelas terapi Nama obat generik Jumlah Presentase

Vasodilator Perifer dan aktivator serebral

Nootropik dan Neurotonik Piracetam 50 50%

Antiplatelet Acetylsalicylic acid

Clopidogrel

9 38

9% 38%

Antihipertensi Captopril 47 47%

Amlodipin

Antiulserasi Ranitidin 59 59%

Antiemetik Ondansetron 5 5% Ansiolitik Alprazolam

Antiepilepsi Fenitoin 3 3%

Antiangina Diltiazem 1 1%

Hipnotif dan sedatif Diazepam 6 6%

Hormon Kortikosteroid Dexamethasone 10 10%

Antidiabetes Gliquidone

Analgesik dan antipiretik Paracetamol 11 11%

Antivertigo Betahistin 2 2%

Analisis Biaya

Analisis biaya dengan sudut pandang rumah sakit dilakukan untuk

mengetahui rata-rata biaya medik langsung yang dibutuhkan pasien stroke non

hemoragik selama rawat inap di RS “X”. Komponen biaya medik langsung dalam

penelitian ini meliputi biaya obat dan biaya alat kesehatan, biaya tenaga medis,

biaya penunjang diagnostik, biaya tindakan, biaya kamar dan biaya administrasi.

Biaya dihitung dengan mean (rata-rata) dan median. Pengukuran dengan mean

secara natural akan menghitung semua isi data. Dengan demikian jika ada salah

satu data yang mempunyai nilai yang sangat berbeda dengan nilai lainnya maka

perhitungan mean menjadi terpengaruh dan bisa tidak akurat, maka ditambah

median untuk menghilangkan pengaruh data ekstrim (Santoso, 2003).

Biaya Obat dan Alat kesehatan

Biaya obat dan alkes dihitung berdasarkan kelas perawatan karena untuk

(12)

kesehatan berbeda-beda dan besar biaya tidak tergantung kelas pasien dirawat.

Untuk biaya obat rumah sakit (X.1000) kelas rawat VIP Cendana sebesar

Rp149,92 (143,04) sedangkan pada kelas III Rp909,71 (819,18). Hal ini

dikarenakan besarnya biaya dipengaruhi oleh lama pasien dirawat dan diagnosa

penyakit.

Tabel 5. Biaya obat dan alkes rata-rata per pasien (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X”Tahun

2011

Perincian biaya

Biaya obat dan alkes pada kelas VIP Cendana

per unit 2.695,07 2.455,24 2.150,46 2.674,97 1.820,01

Keterangan :

1. Alkes askes surflo, infuse PED, dispro, infuset 2. Alkes askes non surflo, infuse PED, dispro, infuset 3. Obat dan alkes sehat farma

4. Obat dan alkes kimia farma 5. Obat Rumah Sakit 6. Obat konsinyasi

Biaya obat dihitung berdasarkan harga satuan obat stroke dikalikan dengan

jumlah pemakaian per hari yang diberikan selama rawat inap. Biaya obat

masing-masing pasien berbeda-beda menurut kelasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan

biaya obat (X.1000) pada kelas VIP Cendana sebesar Rp1.216,23 (1.002,41), VIP

Cempaka sebesar Rp997,32 (630,18), kelas I sebesar Rp967,22 (887,01), kelas II

(13)

0

VIP Cendana I II III

Obat dan alkes

Obat

Gambar 1. Perbandingan biaya obat dan alkes dengan biaya obat rata-rata per pasien (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” Tahun 2011

kelas II paling besar dari semua kelas perawatan. Hal ini disebabkan penyakit

penyerta dan lama rawat inap yang berbeda.

Biaya Tenaga Medis

Biaya tenaga medis rata-rata adalah jumlah masing-masing biaya jasa medis

pada setiap kelas perawatan dibagi dengan jumlah pasien yang dirawat pada kelas

tersebut. Rata-rata komponen biaya tenaga medis yang paling tinggi adalah biaya

visite dokter. Hasil penelitian ini menunjukkan biaya visite dokter pada kelas

perawatan VIP Cendana paling tinggi, hal ini dikarenakan biaya visite dokter

tergantung kelas perawatan dan lama rawat inap. Biaya total tenaga medis

rata-rata pada kelas II lebih tinggi daripada kelas VIP Cendana, hal ini dikarenakan

Tabel 6. Biaya tenaga medis rata-rata per pasien (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap

RS “X” Tahun 2011

Perincian biaya

Biaya tenaga medis pada kelas VIP Total rata-rata per

unit 889,76 476,46 467,13 892,33 240,68

Keterangan :

1.Jasa keperawatan

2.Visite dokter 3.Jasa farmasi

(14)

perbedan biaya pada komponen konsultasi psikolog/psikiater yang lebih sering

pada kelas II dibanding kelas VIP Cendana. Sehingga biaya total kelas II menjadi

lebih besar dari VIP Cendana.

Biaya Penunjang Diagnostik

Biaya penunjang diagnostik masing-masing pasien berbeda-beda tergantung

kelas perawatan dan jenis pemeriksaan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 7. CT

Scan adalah komponen biaya rata-rata yang paling besar pada semua kelas

perawatan. CT Scan merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien stroke

untuk membantu dokter mendiagnosa jenis penyakit stroke. Hampir seluruh pasien

menjalani pemeriksaan ini, namun biaya untuk melakukan CT Scan (X.1000)

Tabel 7. Biaya penunjang diagnostik rata-rata per pasien (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap

RS “X” Tahun 2011

Perincian biaya

Biaya penunjang pada kelas VIP

per unit 1.337,61 1.450,66 1.458,90 1.268,31 1.290,43

Keterangan :

1. Pemeriksaan patologi klinik

2. Pemeriksaan hematologi sysmex (KSO)

3. Pemeriksaan elektrolit ilyte (KSO)

4. Pemeriksaan kimia darah “Beckman Coulter”

5. CT Scan

6. Pemeriksaan radio diagnostik

7. Pemeriksaan gula darah omnites

8. Pemeriksaan urin rutin

9. Pemeriksaan diagnostik elektromedik (USG)

10. Analisa gas darah (KSO)

(15)

tidak sedikit yaitu sebesar Rp.646,37 (660,00) untuk kelas VIP Cendana dan

Rp.475,11 (455,00) untuk kelas III. Pemeriksaan hematologi sysmex dan

pemeriksaan kimia darah “Beckman Coulter” pada kelas I lebih besar dari VIP

Cendana karena perbedaan jumlah pemeriksaan yang dilakukan dan diagnosa

pasien.

Biaya Tindakan

Biaya tindakan rata-rata paling besar adalah biaya penggunaan oksigen.

Penggunaan oksigen merupakan salah satu terapi suportif untuk penyakit stroke.

Oleh karena itu tindakan penggunaan oksigen sering dilakukan dan biayanya lebih

besar dari pada tindakan lainnya. Total biaya tindakan VIP Cempaka lebih sedikit

dari kelas I, II dan III karena pada VIP Cempaka tidak dilakukan rehabilitasi

medik. Biaya tindakan juga dipengaruhi oleh lama rawat inap dan diagnosis

penyakit. Pasien yang rawat inapnya lebih lama, biaya tindakan akan semakin

besar. Selain itu adanya penyakit penyerta akan menambah biaya tindakan karena

tindakan yang diberikan pasien semakin banyak.

Tabel 8. Biaya tindakan rata-rata per pasien (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X”

Tahun 2011

Perincian biaya

Biaya tindakan pada kelas VIP

1. Tindakan medic dan terapi terencana

2. Rehabilitasi medik

3. IGD

4. Penggunaan oksigen

Biaya Kamar dan Administrasi

Biaya kamar ditentukan oleh kelas perawatan dan lama rawat inap. Hasil

penelitian ini menunjukkan semakin tinggi kelas perawatannya maka biaya kamar

(16)

Tabel 9. Biaya administrasi rata-rata per pasien (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X”

Tahun 2011

Perincian biaya

Biaya administrasi dan kamar pada kelas VIP Cendana

2. Administrasi sistem info manajemen 3. Karcis dan regristrasi pendaftaran

kelasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya administrasi

system info manajemen pada semua kelas adalah sama. Sedangkan untuk rata-rata

biaya karcis dan regristrasi pendaftaran berbeda-beda tiap kelasnya. Hal ini

disebabkan karena perbedaan tarif pendaftaran tiap kelasnya.

Biaya Total Medis Langsung

Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya rata-rata dari masing-masing

komponen. Pada tabel 10 dapat dilihat biaya total rata-rata berdasarkan kelas

perawatan. Pada hasil penelitian, biaya obat dan alkes untuk kelas II lebih besar

dari pada kelas I dikarenakan terdapat perbedaan macam-macam obat yang

diberikan kepada pasien yang akan mempengaruhi biaya obat dan alkes. Selain itu

lama rawat inap juga akan mempengaruhi rata-rata biaya tersebut.

Biaya penunjang diagnostik (X.1000) paling besar pada hasil penelitian ini

terdapat pada kelas I yaitu sebesar Rp.1.009,33 (896,00). Biaya penunjang

diagnostik kelas I juga merupakan presentase terbesar untuk semua komponen

biaya yaitu 22,49%. Hal ini disebabkan perbedaan pemeriksaan penunjang

diagnostik yang dilakukan oleh pasien dan penggunaan penunjang diagnostik yang

lebih banyak oleh pasien di kelas I. Hasil penelitian ini menunjukkan presentase

biaya tindakan paling besar adalah 17,33% pada kelas I. Hal ini disebabkan

perbedaan lama rawat inap dan macam biaya tindakan. Total biaya kelas I lebih

besar daripada kelas VIP Cempaka dikarenakan terdapat perbedaan macam-

macam obat yang diberikan serta biaya-biaya lain seperti biaya tenaga medis,

biaya penunjang diagnosa, biaya tindakan, biaya kamar dan biaya administrasi

(17)

15 

 

Tabel 10. Biaya total medis langsung rata-rata per pasien (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke

non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” Tahun 2011

Perincian biaya

Biaya total medis langsung pada kelas VIP Cendana

Tenaga medis 789,11

(814,80) 13,97

Tindakan 507,80

(300,50) 8,99

Administrasi 35,92

(34,00) 0,63

Total 5.649,34 100 4.431,88 100 4.488,38 100 3.913,84 100 2.774,64 100

 

(18)

Gambar 2. Biaya total medis langsung rata-rata per pasien (X.1000) berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” Tahun 2011

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian dapat disimpulkan obat yang banyak digunakan pada pasien

stroke non hemoragik adalah citicolin (98%), flunarizin (61%), ranitidine

(59%), piracetam (50%), dan captopril (47%).

2. Biaya medik langsung rata-rata stroke non hemoragik (dalam Ribuan) paling

tinggi yaitu pada kelas VIP Cendana sebesar Rp5.649,36 per pasien dan

paling kecil pada kelas III sebesar 2.774,64 per pasien dengan biaya tertinggi

pada biaya obat dan alkes masing-masing 41,29% dan 45,68%.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian analisis biaya terapi stroke hemoragik di RS “X”.

2. Perlu dilakukan analisis efektifitas biaya yang membandingkan pengobatan

stroke yang menggunakan citicolin dengan tidak menggunakan citicolin di RS

“X”.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Ibu Tri Murti Andayani, SpFRS., PhD., Apt. dan Ibu

(19)

   

DAFTAR PUSTAKA

Alvarez-Sabin, J., dan Roman, G.J., 2011, Citicoline in Vascular Cognitive Impairment and Vascular Dementia After Stroke, American Heart Association.

Andersen, K.K., Andersen, Z.J.,& Olsen, T.S., 2010, Age- andGender-Specific Prevalence of Cardiovascular RiskFactors in 40 102 Patients With First-Ever Ischemic StrokeA Nationwide Danish Study, American Heart Association.

 

Damayanti, T., 2010, Analisis Biaya Terapi Pasien Stroke Rawat Inap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007, Tesis, Fakultas Farmasi Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Davalos, A., Castillo, J., Alvarez-Sabin, J., Secades, J.J., Mercadal, J., Lopez, S., et al, 2002, Oral Citicoline in Acute Ischemic Stroke An Individual Patient Data Pooling Analysis of Clinical Trials, American Heart Association.

Fagan, S.C., dan Hess,D.C., 2008, Strokedalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G., Wells, B.C., & Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, seventh Edition, Appleton and Lange New York.

Hankey, G.J., Ricci, S., Celani, M.G., Cantisani, T.A., &Righetti, E., 2006, Piracetam for Acute Ischemic Stroke, American Heart Assosiation.

Khan, N.A., Yun, L., Humphries, K., & Kapral, M., 2010, Antihypertensive Drug Use and Adherence After Stroke, Are There Sex Differences?, American Heart Assosiation.

Lawes, C.M.M., Bennett, D.A., Feigin, V.L., & Rodgers, A., 2004,Blood Pressure and Stroke.An Overview of Published Reviews, American Heart Assosiation.

Machfoedz, I., 2007, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta.

Perkins, E., Stephens, J., Xiang, H. & Lo,W., 2009, The Cost of Pediatric Stroke Acute Care in the United States, American Heart Association, USA.

Rashid, P., Leonardi-Bee, J., &Bath, P., 2003, Blood Pressure Reduction and Secondary Prevention of Stroke and Other Vascular Events A Systematic Review, American Heart Assosiation.

(20)

Report From the American Heart Association, American Heart Association, Circulation2012 (125), e68-e87.

Santoso, S., 2003, Statistik Diskriptif : Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sitorus, R.J.,Hadisaputro, S., &Kustiowati, E., 2008, Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Pada Usia Muda Kurang Dari 40 Tahun (Studi Kasus Di Rumah Sakit Di Kota Semarang, Jurnal Epidemiologi, Universitas Diponegoro.

Gambar

Tabel 1. Gambaran distribusi pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” tahun 2011 berdasarkan jenis kelamin dan umur
Tabel 4. Gambaran pola pengobatan pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X”tahun 2011
Tabel 5. Biaya obat dan alkes rata-rata per pasien (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X”Tahun 2011
Gambar 1. Perbandingan biaya obat dan alkes dengan biaya obat rata-rata per pasien  (X.1000) selama perawatan berdasarkan kelas perawatan pada pasien stroke non hemoragik di instalasi rawat inap RS “X” Tahun 2011
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi kontekstual dengan simulasi kegiatan ekonomi jual beli dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep

[r]

Setelah peneliti melakukan observasi pendahuluan, kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas VII A SMP Negeri 2 Kartasura ditemukan permasalahan yaitu masih banyak siswa

Getting Answer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada Materi. Fotosintesis Siswa Kelas VIII E Semester II SMP Negeri 3

“Revitalisasi Penyuluhan KB (Model Penyuluhan KB Berbasis Gender dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Keluarga di Kabupaten Purbalingga).” LPPM Unsoed. “Studi Ketahanan

Hal ini dengan bukti adanya peningkatan rata-rata skor pengamatan aktivitas belajar dari siklus 1 sebesar 63,5% menjadi 80%, berarti naik 16,25 % (2) Strategi pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan struktur dan komposisi vegetasi, tanah serta menduga cadangan karbon di atas permukaan tanah pada lahan

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2011: 4), tugas dan kewajiban dokter kecil yaitu, selalu bersikap dan berperilaku sehat sehingga dapat menjadi contoh bagi