• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PEMBIAYAAN USAHA MIKRO PADA PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) UNIT AKSARA SKRIPSI. Oleh: M ROZZAQ PANE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PEMBIAYAAN USAHA MIKRO PADA PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) UNIT AKSARA SKRIPSI. Oleh: M ROZZAQ PANE"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

M ROZZAQ PANE 170907010

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)

w

(5)

i

PEMBIAYAAN USAHA MIKRO PADA PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) UNIT AKSARA

Nama : M. Rozzaq Pane

NIM : 170907010

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Nicholas Marpaung S.AB M.AB

Perkembangan usaha mikro di kalangan masyarakat menjadi salah satu faktor tumbuhnya berbagai lembaga pembiayaan, saat ini banyak sekali lembaga pembiayaan yang menawarkan berbagai macam produk pembiayaan mulai dari perusahaan swasta hingga perbankan. Salah satunya adalah PT Permodalan Nasional Madani, Hal ini sejalan dengan visi perusahaan yaitu menjadi lembaga terkemuka dalam meningkatkan nilai tambah bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah. Dalam menjalankan Pembiayaan tentu tidak terlepas dari adanya resiko yang dapat merugikan perusahaan, maka diperlukan manajemen resiko yang tepat dan baik dengan tujuan meminimalisir resiko yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi.

Bentuk penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang memadukan penelitian kepustakaan dengan penelitian lapangan. Penelitian ini bermaksud menggambarkan kejadian atau fakta yang terdapat pada suatu objek penelitian dengan cara melakukan wawancara.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana penerapan manajemen resiko dalam pembiayaan usaha mikro pada PT Permodalan Nasional Madani Unit Aksara sehingga dapat diketahui sejauh mana manajemen resiko yang sudah di miliki oleh perusahaan untuk mengatasi resiko yang ada.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa resiko telat pembayaran angsuran pembiayaan sampai dengan tidak dapat melunasi kwajiban nya adalah masalah utama yang dihadapi oleh perusahaan, namun perusahaan sudah mempersiapkan manajemen resiko dalam menghadapi resiko tersebut, adanya tahapan manajemen pra-resiko dan pasca resiko yang dimiliki perusahaan guna menghadapi resiko yang terjadi maupun yang akan terjadi dengan tujuan untuk meminimalisir kerugian yang dialami oleh perusahaan sudah diterapkan dengan baik sesuai dengan standar prosedur pembiayaan yang dimiliki oleh perusahaan, mulai dari mengidentifikasi setiap resiko sampai dengan pengendalian sehingga setiap resiko yang terjadi dapat diatasi oleh pihak perusahaan.

Kata Kunci : Manajemen Resiko, Pembiayaan Mikro

(6)

ii

ANALYSIS OF RISK MANAGEMENT APPLICATION IN MICRO BUSINESS FINANCING AT PT PERMODALAN NASIONAL

MADANI (PERSERO) UNIT AKSARA

Name : M. Rozzaq Pane

Student Registration Number :170907010

Department : Bussines Administration Science Faculty : Social and Political Science Advisor : Nicholas Marpaung S.AB M.AB

The development of micro-enterprises in the community is one of the factors for the growth of various financial institutions, currently there are many financial institutions that offer a variety of financing products ranging from private companies to banks. One of them is PT Permodalan Nasional Madani.

This is in line with the company's vision of becoming a leading institution in increasing added value for Micro, Small, and Medium Enterprises. In carrying out financing, of course, there are risks that can harm the company, so proper and good risk management is needed with the aim of minimizing the risks that are happening or those that will occur.

This form of research uses a descriptive method with a qualitative approach, namely research that combines library research with field research.

This study intends to describe events or facts contained in an object of research by conducting interviews.

This study aims to analyze how the application of risk management in micro business financing at PT Permodalan Nasional Madani Aksara Unit so that it can be seen how far the risk management that has been owned by the company to overcome the existing risks.

The results of this study indicate that the risk of late payment of financing installments to not being able to pay off their obligations is the main problem faced by the company, but the company has prepared risk management in dealing with these risks, there are pre-risk and post-risk management stages owned by the company to facing the risks that occur or will occur with the aim of minimizing the losses experienced by the company has been implemented properly in accordance with the standard financing procedures owned by the company, starting from identifying each risk to controlling so that any risks that occur can be overcome by the company.

Keywords: Risk Management, Microfinance

(7)

iii

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan kasih dan sayang-nya kepada kita, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu, yang saya beri Judul “Analisis Penerapan Manajemen Resiko Dalam Pembiayaan Usaha Mikro Pada PT Permodalan Nasional Madani Unit Aksara”

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat agar bisa menempuh ujian sarjana pendidikan pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Pengerjaan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, PhD, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Marlon Sihombing, M.A, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Selaku Dosen Penguji yang memberikan masukan dan juga dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga selaku Dosen PA penulis selama menempuh studi di Departemen Administrasi Bisnis FISIP USU.

3. Almarhumah Ibu Dr. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

(8)

iv penuh kepada saya.

5. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, MSP selaku Tenaga kependidikan Prodi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan waktu dan dukungan kepada penulis.

6. Bapak Ahmad Farid, S.H. dan seluruh Staf Karyawan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah memberikan kemudahan dalam persiapan berkas-berkas selama perkuliahan.

7. Seluruh Staf Pengajar atau Dosen di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan mendukung setiap perjalanan hidup peneliti terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih banyak.

9. Seluruh pihak-pihak yang namanya tidak bisa penulis sebut satu persatu.

Terima kasih atas semuanya, baik itu bimbingan, arahan, dan nasehatnya Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat dan memberikan wawasan tambahan bagi semua pihak yang membaca atau menjadikan skripsi ini sebagai bahan referensi di penelitian selanjutnya.

Medan, 26 Agustus 2021 Penulis,

M Rozzaq Pane NIM : 170907010

(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

2.1 Manajemen Resiko ... 15

2.1.1 Pengertian Manajemen Resiko ... 15

2.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Resiko ... 17

2.1.3 Tujuan Manajemen Resiko ... 20

2.1.4 Indikator Resiko dalam Lembaga Keuangan ... 22

2.1.5 Langkah dalam Penerapan Manajemen Resiko ... 24

2.2 Pembiayaan ... 26

2.2.1 Pengertian Pembiayaan ... 26

2.2.2 Fungsi Pembiayaan ... 27

2.2.3 Analisa Pembiayaan bermasalah ... 29

2.2.4 Resiko Pembiayaan ... 31

2.2.5 Proses Penanganan Pembiayaan Bermasalah ... 34

2.2.6 Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ... 36

2.2.7 Lembaga Pembiayaan ... 37

2.2.8 Perbedaan Lembaga Pembiayaan dengan Lembaga Perbankan ... 39

2.3 Kerangka Berpikir ... 41

2.4 Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Bentuk Penelitian ... 45

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.3.1 Jenis Data ... 46

3.3.2 Sumber Data ... 47

3.3.3 Informan Penelitian... 48

(10)

vi

3.5 Metode Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

4.1.1 Sejarah PT Permodalan Nasional Madani ... 51

4.1.2 Visi, Misi dan Logo PT Permodalan Nasional Madani ... 53

4.1.3 Struktur Organisasi ... 55

4.2 Penyajian Data ... 55

4.2.1 Hasil Wawancara ... 57

4.3 Pembahasan ... 64

4.3.1 Proses Pembiayaan Yang Dilakukan PT PNM Unit Aksara ... 64

4.3.2 Analisis Penerapan Manajemen Resiko PT PNM Unit Aksara Dalam Meminimalisir Resiko Pembiayaan ... 66

4.3.3 Data Laporan Pembiayaan Bermasalah ... 64

BAB V PENUTUP ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA` ... 78

LAMPIRAN ... 81

(11)

vii

4.1 Identitas Informan Kunci ... 56

4.2 Identitas Informan Utama ... 56

4.3 Identitas Informan Pendukung ... 56

4.4 Identitas Informan Pendukung ... 56

4.4 Data Pembiayaan Bermasalah ... 74

(12)

viii

1.2 Data Rekapitulasi UMKM Kota Medan ... 3

(13)

ix

1.1 Penyaluran Pembiayaan PNM yang mulai pulih ... 8

1.2 Jumlah Nasabah PNM ... 9

2.2 Skema Penanganan Pembiayaan Bermasalah ... 34

2.2 Skema Kerangka Berpikir ... 41

4.1 Logo PNM ... 54

4.2 Struktur Organisasi PNM Unit Aksara ... 55

4.3 Proses Pembiayaan PNM Unit Aksara ... 64

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Usaha Mikro di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun nya, ini merupakan dampak yang baik bagi perkembangan ekonomi Negara, karena dapat memajukan pertumbuhan ekonomi Nasional Indonesia dimasa yang akan datang. Keberadaan Usaha Mikro tidak dapat dihapuskan ataupun dihindarkan dari masyarakat Indonesia saat ini karena Usaha Mikro sangat bermanfaat dalam hal pendistribusian pendapatan masyarakat.

Selain itu juga mampu menciptakan ide-ide baru dengan berbagai macam kreatifitas yang sejalan dengan usaha dengan tujuan untuk mempertahankan dan mengembangkan unsur-unsur tradisi dan kebudayaan masyarakat setempat.

Pada sisi lain Usaha Mikro dapat menciptakan lapangan kerja serta dapat menyerap tenaga kerja dalam skala besar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan di Indonesia. Hal ini juga dibenarkan oleh penelitian jaidan jauhari 2010 yaitu dikarenakan daya serap UMKM terhadap tenaga kerja sangat besar dan dekat dengan rakyat kecil. Dari sinilah dapat dilihat bahwa keberadaan Usaha Mikro yang bersifat padat karya, menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah dipahami dapat menciptakan sebuah wadah bagi masyarakat untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan yang cukup untuk kebutuhan mereka. Usaha Mikro adalah salah satu bidang yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

1

(15)

Usaha Mikro, Kecil dan menengah UMKM merupakan unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi. Pada prinsipnya, Perbedaan antara usaha mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah umumnya didasarkan pada nilai asset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata pertahun dan jumlah pekerja tetap. usaha mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi beberapa kriteria yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000.

Banyaknya pelaku usaha mikro yang menyerap jumlah tenaga kerja yang besar merupakan peluang yang besar dalam pembangunan ekonomi dan upaya peningkatan kesejahteraan, namun usaha Mikro, kecil, dan menengah belakangan ini menjadi salah satu korban yang merasakan dampak sangat parah akibat pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 1 tahun dan sampai saat ini belum jelas kapan berakhirnya pandemi ini. Hal ini menyebabkan banyak dari pelaku usaha yang bahkan menutup usahanya karena mengalami kerugian sehingga perlunya tambahan modal untuk memulihkan kembali usaha tersebut.

Hal ini diperkuat oleh survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Dampak Covid-19 terhadap pelaku usaha yang digelar 10-26 juli 2020, menemukan hanya sekitar 42 persen pelaku usaha yang dapat bertahan selama tiga bulan,yaitu sejak juli hingga oktober 2020 dan 58 persen sisanya masih dapat bertahan diatas 3 bulan.

Perkembangan jumlah UMKM di Sumatera Utara (Sumut) cukup baik.

Dimana perekonomian nasional untuk sektor UMKM menyerap 97,04 juta tenaga

(16)

Data Rekapitulasi UMKM Kota Medan 2021

8

% 6

%

36

%

50

%

Produksi Kuliner Jasa Peternaka n

kerja atau 99,4% dari total angkatan kerja yang bekerja dan untuk jumlah UMKM di Sumut mencapai 2,8 juta. Untuk jumlah UMKM di Sumut mencapai 2,8 juta itu adalah jumlah UMKM yang terdaftar dan terverifikasi pada Dinas Koperasi dan UMKM hanya sebesar 380.249 unit usaha dimana 97%

berada di daerah perkotaan hal ini dapat memberikan kontribusi yang cukup baik bagi penumbuhan ekonomi di Sumut, Direktur BI Sumut, Andiwiana S juga mengatakan, bahwa kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 55,56% dari total PDB (data nasional), Hal tersebut disampaikan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H. Edy Rahmayadi dalam pidato pengarahan apel pagi di halaman kantor Dinas Kominfo Provsu.

Perkembangan UMKM pada saat sekarang ini sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di berbagai daerah di seluruh kota yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Kota Medan, yang juga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Dengan semakin meningkatnya perekonomian Sumatera Utara juga dipengaruhi oleh para pelaku UMKM.

Grafik 1.1 Data Rekapitulasi UMKM Kota Medan

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan 2021

(17)

Tabel 1.1 Data Rekapitulasi UMKM Kota Medan

Sektor Usaha Jumlah UMKM Persentase

Produksi 471 36%

Kuliner 643 50%

Jasa 104 8%

Peternakan dan Perikanan 75 6%

Jumlah 1.293 100%

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan 2021

Pada Tabel 1.1 dijelaskan bahwa Jenis UMKM di kota Medan sangat bervariasi. Data yang diperoleh informasi bahwa sektor usaha kuliner merupakan sektor usaha yang memiliki persentase tertinggi di kota Medan yakni sebesar 50%

dan sektor usaha peternakan dan perikanan merupakan sektor usaha yang memiliki persentase terkecil yakni sebesar 6%.

Namun Pada saat ini banyak dari pelaku usaha mikro yang mengeluhkan tentang perkembangan usahanya karena disebabkan kekurangan modal dalam bentuk uang. Begitu juga faktor lain nya yaitu kegiatan usaha mikro banyak mengalami kegagalan atau bangkrut dikarenakan tidak mampu mengelola keuangan mereka dengan baik. Program pembiayaan Usaha Mikro merupakan salah satu instrument yang sangat diperlukan oleh pelaku usaha yang mana nantinya Usaha Mikro ini dapat menjadi katup pengaman dari situasi krisis saat ini. Pengembangan Usaha Mikro menjadi sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional, mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha sehingga kontribusi Usaha Mikro menjadi sangat besar terhadap peningkatan pendapatan bagi masyarakat bependapatan rendah.

Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku usaha terdiri dari kegiatan produksi, distribusi, konsumsi yang mana hal tersebut tidak terlepas dari adanya pembiayaan sebagai penopang utama terjadinya kegiatan produksi. Oleh karena

(18)

itu, banyak sekali lembaga-lembaga yang bergerak pada bidang pembiayaan ataupun permodalan yang mana setiap lembaga tersebut mempunyai system ataupun tata cara tersendiri dalam melakukan pemberiaan modal atau pembiayaan pada masa awal usaha. Hal tersebut didukung oleh pendapat Irfan Syauqi Beik dalam bukunya ekonomi pembangunan syariah menyebutkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi oleh UMKM adalah terbatasnya modal dan akses dari sumber dan lembaga keuangan. Keuangan inklusif perlu dimasukkan dalam program pengembangan lembaga keuangan. Salah satu upaya untuk mengembangkan akses permodalan bagi UMKM adalah melalui kredit.

Permasalahan Keterbatasan modal fisik (Finansial, struktur, dan infrastruktur) yang sering terjadi dalam Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) menjadikan pelaku usaha terhambat dalam melakukan peningkatan produksi. Implementasi Usaha Mikro,Kecil dan menengah (UMKM) tentu tidak akan berjalan maksimal jika tidak ada sumber akses permodalan atau pembiayaan, hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh jaidan jauhari (2010) bahwa Perrmodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan pada modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.

Kebijakan pembiayaan UKM saat ini terlalu fokus dilakukan bank dan berbentuk kredit dengan berbagai variasi subsidi bunga sehingga diperlukan

(19)

instrument dan peran lembaga non-bank dalam menyokong usaha mikro agar lebih maksimal, oleh karena itu PR pemerintah sangatlah banyak, dibutuhkan variasi yang lebih selain adanya KUR, mengingat kebutuhan dari berbagai sektor UMKM yang berbeda-beda.

Berdasarkan pendekatan persaingan komperatif, jika UMKM secara serius didorong dan difasilitasi, sesungguhnya UMKM sangat mungkin dapt berkembang lebih baik lagi dimasa-masa mendatang, adapun salah satu faktor pendorong nya adalah Penguatan permodalan. Bantuan penguatan modal ini dapat dilakukan dengan cara pemberian pembiayaan ataupun bantuan modal bergulir dari koperasi maupun program bantuan lain nya, terutama untuk program usaha mikro dan kecil dalam bentuk inkubator dan cluster.

Jasa pembiayaan yang perlu dilakukan berupa kegiatan penyaluran kredit dan/atau pembiayaan modal usaha untuk pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Pembiayaan yang akan diberikan tersebut merupakan alternatif bagi usaha mikro untuk mendapatkan modal dalam mengembangkan usahanya, sehingga dengan adanya tambahan modal pelaku usaha mikro dapat meningkatkan produksi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa bagi MK sekarang yang paling dibutuhkan adalah modal usaha yaitu sekitar 69,02%. Mereka juga membutuhkan bantuan berupa relaksasi pembayaran pinjaman 29,98%, dan kemudahan administrasi dalam pengajuan pinjaman 17,21%.

Menurut Zaman (1999) dalam Ghina (2015) Pembiayaan mikro berkontribusi untuk mengurangi sejumlah faktor yang menyebabkan kemiskinan, dimana masyarakat miskin dapat memulai untuk menghasilkan pendapatan.

(20)

Pembiayaan dapat memutus visious cycle UMKM yang menyebabkan pelaku usaha mikro berpendapatan rendah.

Untuk menjawab persoalan tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) dimana didalam kebijakan tersebut membahas mengenai perluasan pendanaan dan Fasilitas Usaha Mikro,Kecil dan menengah (UMKM), baik oleh lembaga perbankan maupun lembaga jasa keuangan non bank, sehingga permasalahan Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) mengenai permodalan/pembiayaan dapat diatasi, hal tersebut berdasarkan keputusan UU No.20 Tahun 2008.

Perkembangan ekonomi di Indonesia mulai dari terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, merupakan hal yang tidak terlupakan bagi bangsa Indonesia,dari kejadian ini kita mulai sadar bahwa peran Usaha Mikro,Kecil dan menengah (UMKM) dalam kebangkitan ekonomi nasional sangat penting. Kejadian itu membangkitkan kesadaran akan kekuatan sektor usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dan prospek potensinya di masa depan. Untuk menjawab masalah permodalan yang menjadi masalah utama Usaha Mikro,Kecil dan menengah (UMKM) maka pemerintah kemudian mendirikan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) pada 1 Juni 1999, sebagai bagian dari BUMN yang mempunyai tugas khusus yaitu dengan tujuan memberdayakan usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK).

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Sedangkan maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah Memberikan pemasukan bagi perkembangan

(21)

0 5.000.000.000 10.000.000.000 15.000.000.000 20.000.000.000

Juli 2019 Mei

2020 Juni 2020 Juli

2020 Agustus 2020 Sep-20

Penyaluran Pembiayaan PNM

perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya, Menghasilkan keuntungan, Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi, Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

PT Permodalan Nasional Madani (Persero) adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam rangka Pengembangan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. Kehadiran PT Permodalan Nasional Madani (Persero), atau

"PNM", di tengah-tengah masyarakat sangat membantu para pelaku usaha mikro.

Dengan keberadaan PT Permodalan Nasional Madani (Persero), para pelaku usaha mikro yang disebut-sebut tidak bankable ini dapat mengakses permodalan dengan mudah tanpa adanya tingkat suku bunga yang dikhawatirkan dapat menambah beban peminjam dana.

Gambar 1.1 Penyaluran Pembiayaan PNM yang mulai pulih

Sumber : https://finansial.bisnis.com/ (2020)

(22)

0 10.000.000.000

Nasabah PNM

Jumlah Nasabah PNM

Juli 2019 Juli 2020

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa PNM memberikan pembiayaan mencapai Rp 10,01 triliun pada Juli 2020.Pembiayaan itu memang turun 12,35% dibandingkan Juli 2019 senilai Rp 11,43 triliun. Kendati demikian, penurunan ini lebih baik dibandingkan Juni 2020 yang terkoreksi 17,49% dan Mei 2020 melorot 23,35%. Hal ini berdasarkan data yang disampaikan oleh Direktur Utama PNM yaitu Arief Mulyadi.

EVP Keuangan dan Operasional PT Permodalan Nasional Manadi (PNM) Sunar Basuki juga menambahkan bahwa perseroan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 15,3 triliun hingga akhir kuartal III 2020 alias 30 September 2020.Jumlah penyaluran 2020 sampai September kalau dilihat ada lonjakan dari Agustus ke September dari Rp 11,4 triliun menjadi Rp 15,3 triliun, lonjakan tersebut menunjukkan ada perkembangan penyaluran yang signifikan di September 2020. Pertama kali mencapai lebih dari Rp 4 triliun penyaluran per bulan.

Lebih rincinya yaitu outstanding Mekaar tumbuh 103,16% dari Rp 8,28 triliun menjadi Rp 10,37 triliun di tujuh bulan pertama 2020.

Sedangkan outstanding ULaMM turun 2,12% dari Rp 6,48 triliun menjadi Rp 6,34 triliun di Juli 2020.

Gambar 1.2 Jumlah Nasabah PNM

Sumber : https://finansial.bisnis.com/ (2020)

(23)

Jumlah para nasabah PNM pun ikut bertambah menjadi 6,45 juta orang.

Meningkat 29,82% dibandingkan Juli 2019 sebanyak 4,97 juta orang. Sebanyak 6,38 juta nasabah Mekaar dan 71.375 nasabah ULaMM hingga Juli 2020.

Dengan adanya pembiayaan yang diberikan oleh PT Permodalan Nasional Madani (Persero), atau "PNM", maka tidak terlepas dari berbagai resiko yang terjadi dalam proses menjalankan program pengembangan serta pembiayaan yang diberikan kepada usaha mikro dan memungkinkan terjadinya beberapa resiko yang signifikan. Seperti pembayaran kredit macet sampai ada juga kredit yang tidak dapat dilunaskan oleh nasabah. Setiap proses bisnis mengandung resiko sehingga setiap kegiatan perusahaan selalu terdapat resiko.

Resiko dapat berupa ancaman apabila tidak melalukan strategi dapat merugikan perusahaan sehingga dapat membangkrutkan perusahaan akibat resiko (risk event). Sehingga perlu melakukan tindakan untuk meminimalisir kejadian risiko dengan mitigasi sehingga apabila terjadi kejadian risiko sudah ada contingency plan dan anggaran(biaya) yang sudah dialokasikan jika terjadi kejadian risiko. Menurut Global Association of Risk Professionals risiko merupakan situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya hasil tersebut dapat diperkirakan. Semakin besar resiko yang dihadapi, makin besar pula modal yang dibutuhkan. Modal dibutuhkan untuk mengatasi potensi kerugian akibat kejadian risiko sehingga perusahaan tetap berjalan walaupun terjadi risk event.

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya akan berhadapan dengan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian bagi perusahaan, begitu juga dengan industri perbankan dan perusahaan sejenisnya. Dengan adanya manajemen

(24)

resiko, para pelaku usaha baik individu maupun perusahaan dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dimasa mendatang. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Clough and Sears 1994 yaitu Manajemen resiko sangat diperlukan sebagai suatu pendekatan compherensive untuk menangani semua kejadian yang dapat menimbulkan kerugian.

Begitu juga dengan PNM yang mengalami Pembiayaan bermasalah atau kredit macet yang dialamin oleh perusahaan akibat wabah covid-19 yang menyebabkan para nasabah usaha mikro terhambat karena dampak menurun nya penjualan, Namun resiko pembiayaan bermasalah atau kredit macet yang dihadapin oleh PNM sudah mengalamin penurunan dari tahun sebelumnya Meski sempat terdampak, para pengusaha mikro yang berada dibawah naungan PT Permodalan Nasional Madanai (PNM) mulai kembali meningkatkan kualitas pembiayaan yang diterima.

Hal ini Terlihat dari membaiknya rasio pembiayaan bermasalah atau non performing loan gross menjadi 1,49% pada Juli 2020. Padahal posisi yang sama tahun lalu di level 1,75%. Pada Juli 2019. Hal ini dikarenakan baiknya manajemen resiko yang dilakukan oleh perusahaan.

Selain itu, manajemen resiko juga harus dilakukan secara terstruktur dan berhubungan dengan masa depan sehingga perusahaan siap untuk berhadapan dengan ketidakpastian. Tujuan pelaksanaan manajemen resiko perusahaan adalah melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat tujuan perusahaan, mendorong manajemen perusahaan untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian, menjadikan pengelolaan resiko sebagai sumber keunggulan dalam bersaing dan juga sebagai keunggulan kinerja perusahaan,

(25)

sehingga setiap kegiatan perusahaan harus dapat terkodinir dengan baik. Hal tersebut juga berdasarkan pendapat dari Organisasi Standar Internasional ISO 31000: (2009) mengatakan bahwa manajemen resiko sebagai kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (atau pengguna lain dari standar) yang berkaitan dengan risiko

Oleh karena itu PT Permodalan Nasional Madani (Persero) harus memperhatikan resiko- resiko yang mungkin terjadi dalam pemberian pembiayaan. Karena dalam pemberian pembiayaan terdapat resiko-resiko yang melekat, yakni pembiayaan bermasalah hingga pembiayaan macet sampai dengan pembiayaan yang tidak bisa terlunaskan. Maka untuk menghindari kondisi tersebut perlu dilakukan pengambilan keputusan yang tepat dalam memanajemen resiko yang terjadi.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menganalisa jenis resiko yang dihadapi pembiayaan usaha mikro dan menganalisa penerapan manajemen resiko pembiayaan usaha mikro dalam meminimalisir resiko yang terjadi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul

“Analisis Penerapan Manajemen Resiko Dalam Pembiayaan Usaha Mikro Pada PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Unit Aksara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses pembiayaan yang dilakukan oleh PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Unit Aksara?

2. Bagaimana penerapan manajemen resiko dalam pembiayaan usaha mikro

(26)

di PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Unit Aksara?

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan adanya perumusan masalah di atas, tentunya ada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Unit Aksara mengatasi resiko yang terjadi pada pembiayaan usaha mikro.

2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembiayaan yang dilakukan oleh PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Unit Aksara dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian dilakukan guna memperoleh manfaat yang berguna bagi seluruh pihak-pihak yang bersangkutan. Manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melatih, menerapkan, meningkatan dan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta lebih mengerti dan memahami teori-teori yang didapat selama proses perkuliahan.

2. Bagi Perusahaan PT Permodalan Nasional Madani Unit Aksara

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam penerapan manajemen resiko dalam perusahaan

3. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi program studi dan memberikan informasi tambahan yang berguna bagi mahasiswa/i dalam melakukan penelitian

(27)

dengan objek maupun masalah yang sama dan mengembangkan di masa yang akan datang atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

(28)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Resiko

Manajemen resiko perusahaan merupakan aktivitas atau proses bisnis perusahaan yang dapat menimbulkan berbagai macam resiko dimana resiko perusahaan sangat beragam. Beberapa resiko dapat secara serius mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan sehingga seluruh resiko yang ada harus diidentifikasikan, dianalisa, diukur, dikelola dan dikendalikan dalam risk register.

Kegiatan pengelolaan resiko menjadi tanggung jawab bersama dan dibuat oleh setiap unit atau fungsi didalam perusahaan karena mereka yang paham terhadap proses bisnis dan resiko yang ada. Mengukur resiko perusahaan sebagai suatu nilai tertentu yang merupakan cerminan dari profil resiko perusahaan.

2.1.1 Pengertian Manajemen Resiko

Manajemen resiko menurut Ferry N (2008) dalam manajemen resiko merupakan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam proses identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan resiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.

Manajemen resiko sebagai kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan dengan resiko (ISO 31000). Manajemen resiko juga menyediakan perangkat untuk berpikir secara terstruktur tentang masa depan dan berhubungan dengan ketidakpastian. Manajemen resiko merupakan arsitektur (principles, framework & process) dalam rangka mengelola resiko secara efektif dan efisien. Manajemen resiko yang efektif berdasarkan pada ide-

15

(29)

ide dan pemahaman tersebut. Manajemen resiko perusahaan berhubungan dengan resiko dan peluang yang mempegaruhi penciptaan nilai. Penciptaan nilai dengan melihat pengalaman sebelumnya dari proses bisnis yang dilakukan dengan learning by doing, sehingga para manajer bisa menghindari kesalahan yang sama, serta berpandangan ke depan melalaui perencanaan kegiatan lebih terstruktur dan sistematis sehingga bisa menghilangkan atau meminimalkan potensi masalah- masalah yang bias terjadi dimasa depan.

Manajemen resiko perusahaan adalah suatu proses, dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan lain nya personil, diterapkan dalam pengaturan strategi dan diseluruh perusahaan, yang dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi perusahaan, dan mengelola keberadaan resiko untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan perusahaan.

Manajemen resiko perusahaan merupakan suatu pendekatan yang menghilangkan pemisah antara strategi, operasional, keuangan dan resiko keselamatan kerja. Manajemen resiko perusahaan membantu dalam menghilangkan pemisah resiko sesuai dengan situasi perusahaan dan program kerja setiap unit dan fungsi. Tujuan nya agar target perusahaan dapat tercapai dan fungsi-fungsi yang ada didalam perusahaan dapat melakukan sinergi.

Cakupan manajemen resiko adalah pada konteks perusahaan dan penerapan manajemen resiko ditujukan untuk mendorong dan menjaga asset tangiable dan intangiable yang membentuk model bisnis perusahaan. Manajemen resiko perusahaan diterapkan baik pada seluruh jenjang dan aspek perusahaan serta perumusan strategi perusahaan agar perusahaan dapat terus berkelanjutan

(30)

dan berkesinambungan (Sustainable).

Unit atau fungsi didalam perusahaan sebagai pemilik resiko (risk owner).

Artinya pemilik resiko bertanggung jawab penuh apabila terjadi resiko yang telah diidentifikasikan. Kegiatan manajamen resiko dikoordinasikan dibawah unit kerja manajemen resiko dimana tugas unit kerja manajemen resiko melakukan kompelasi risk register dari masing masing unit atau fungsi dalam perusahaan agar sesuai dengan tujuan perusahaan. Jadi unit kerja manajemen resiko bukan membuat risk register untuk setiap unit atau fungsi didalam perusahaan.

2.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Resiko

Menurut Swaldiyana (2020) ada beberapa tahapan dalam melaksanakan manajemen resiko, dalam mengimplementasikan manajemen risiko secara konferensi ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu : A. Identifikasi resiko

Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan termasuk bentuk- bentuk resiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat potensi - potensi resiko yang sudah terlihat dan akan terlihat.

B. Mengidentifikasi bentuk-bentuk resiko

Pada tahap ini diharapkan pihak manajemen perusahaan telah mampu menemukan bentuk dan format resiko yang dimaksud bentuk-bentuk resiko yang di identifikasi di sini telah mampu dijelaskan secara detail seperti ciri-ciri resiko dan faktor-faktor timbulnya risiko tersebut pada tahap ini pihak manajemen perusahaan juga sudah mulai mengumpulkan dan menerima berbagai data-data

(31)

baik bersifat kualitatif dan kuantitatif.

C. Menempatkan ukuran - ukuran risiko

Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan ukuran atau skala yang dipakai perusahaan termasuk rancangan model metodologi penelitian yang akan digunakan data-data yang masuk juga sudah dapat diterima, baik yang berbentuk kualitatif dan kuantitatif serta pemilahan data dilakukan berdasarkan pendekatan metodologi yang digunakan dengan kepemilikan rancangan metodologi penelitian yang ada diharapkan pihak manajemen perusahaan telah memiliki pondasi yang kuat guna melakukan pengolahan data.

D. Menempatkan alternatif-alternatif

Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan telah melakukan pengolahan data. Hasil pengolahan kemudian dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh pengaruh yang akan timbul jika keputusan-keputusan tersebut diambil. Berbagai bentuk penjabaran yang dikemukakan tersebut kemudian ditempatkan sebagai alternatif alternatif keputusan.

E. Menganalisis setiap alternatif

Pada tahap ini di mana setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis dan dikemukakan sebagai sudut pandang serta efek - efek yang mungkin timbul, dampak yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang dipaparkan secara komprehensif dan sistematis dengan tujuan mampu diperoleh suatu gambaran secara jelas dan tegas kejelasan dan ketegasan sangat penting guna membantu pengambilan keputusan secara tepat.

(32)

F. Memutuskan satu alternatif yang dipilih

Pada tahap ini setelah berbagai alternatif dipaparkan dan dijelaskan baik dalam bentuk lisan dan tulisan oleh para manajemen perusahaan maka diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara khusus dan mendalam pemilihan suatu alternatif dari berbagai alternatif yang ditawarkan artinya mengambil alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ditawarkan termasuk dengan menolak berbagai alternatif lainnya dengan pemilihan satu alternatif sebagai solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pondasi kuat dalam menugaskan pihak manajemen perusahaan untuk bekerja berdasarkan konsep dan koridor yang ada.

G. Melaksanakan alternatif yang dipilih

Pada tahap ini setelah alternatif dipilih dan ditegaskan serta dibentuk tim untuk melaksanakan ini maka artinya manajer perusahaan sudah mengeluarkan surat keputusan yang dilengkapi dengan rincian biaya rincian biaya yang dialokasikan tersebut telah disetujui oleh bagian keuangan serta otoritas pengambil penting lainnya.

H. Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut

Pada tahap ini alternatif yang dipilih telah dilaksanakan dan pihak tim manajemen beserta para manajer perusahaan tugas utama manajer perusahaan adalah melakukan kontrol yang maksimal guna menghindari timbulnya berbagai risiko yang tidak diinginkan dan mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih pada tahap ini setelah alternatif perusahaan dilaksanakan dan kontrol dilakukan maka selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan kepada pihak manajer perusahaan pelaporan tersebut berbentuk data-data yang bersifat

(33)

fundamental dan teknikal serta dengan tidak mengesampingkan informasi yang bersifat lisan tujuan melakukan evaluasi dan dari alternatif yang dipilih tersebut adalah bertujuan agar pekerjaan tersebut dapat terus dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan

2.1.3 Tujuan Manajemen Resiko

Menurut Prowanta (2018) Tujuan Manajemen Resiko perusahaan adalah melaksanakan fungsi manajemen risiko di perusahaan (entitas) untuk memastikan semua resiko yang dihadapi perusahaan dapat dikelola dengan efektif, efisien secara menyeluruh (terintegrasi) agar Visi, Misi dan sasaran perusahaan dapat tercapai dan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen resiko.

Tujuan manajemen resiko bukan untuk menghilangkan resiko tetapi mengelola resiko agar dampak resiko menjadi minimal. Jika berusaha untuk menghilangkan risiko perusahaan sampai nol, berarti dalam proses untuk membangkrutkan perusahaan karena tidak berani mengambil keputusan untuk memperoleh keuntungan dan tidak melakukan apa-apa untuk survive.

Tujuan dari manajemen resiko antara lain meliputi untuk meningkatkan peluang untuk mencapai sasaran perusahaan, mendorong terciptanya manajemen bersifat proaktif, terciptanya kepedulian terhadap kebutuhan untuk melalukan identifikasi terhadap peluang dan ancaman, meningkatkan kepatuhan terhadap hukum, regulasi dan norma internasional yang relevan, meningkatkan tata kelola perusahaan, meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari seluruh stakeholder suatu perusahaan, membangun fundamental yang handal dalam pembuatan keputusan dan perencanaan, meningkatkan control, pengalokasian dan pemanfaatan secara efektif dan efisiensi operasional, meningkatkan pencegahan

(34)

kerugian dan manajemen kejadian, meningkatkan pembelajaran dan ketahanan perusahaan.

Tujuan perusahaan dalam menerapkan manajemen resiko adalah :

1. Untuk memiliki keunggulan daya saing terhadap competitor karena telah melakukan mitigasi terhadap potensi kejadian resiko.

2. Meningkatkan keyakinan manajemen dalam mengelola perusahaan karena toleransi risiko diselaraskan dengan strategi perusahaan sehinggan dapat memperbaiki resiko dan ukuran kinerja.

3. Meminimalkan anggaran sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan anggaran untuk keuntungan perusahaan.

4. Mengurangi biaya pemindahan resiko. Artinya ada beberapa resiko yang dapat ditanggung sendiri (retantion) sehingga mengurangi biaya asuransi yang berlebihan.

5. Resiko sangat dipertimbangkan dalam proses pembuatan keputusan agar sesuai dengan target pencapaian perusahaan.

6. Mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diperhitungkan sehingga apabila terjadi kejadian resiko, kerugian yang ditanggung perusahaan dapat diprediksi.

7. Mengintegrasi manajemen resiko perusahaan dengan proses perencanaan strategis.

Penetapan manajemen resiko adalah sejumlah prinsip yang harus dipenuhi untuk membuat manajemen risiko menjadi efektif dan efesien. Perusahaan mengembangkan, menerapkan dan terus meningkatkan kerangka kerja (Frame work) tujuan nya adalah untuk mengintegrasikan proses mengelola resiko

(35)

kedalam fungsi atau unit didalam perusahaan, strategi dan perancanaan, manajemen, pelapor proses, kebijakan, nilai-nilai dan budaya.

Berbagai resiko apabila tidak diantisipasi dan dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negaif bagi perusahaan. Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya peristiwa yang merugikan dan dampak negatif yang ditimbulkan, maka diperlukan suatu perencanaan dan penetapan manajemen resiko yang efektif dan efesien.

2.1.4 Indikator Resiko dalam Lembaga Keuangan

Menurut Khan (2009) Resiko yang dihadapi oleh lembaga keuangan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu resiko finansial dan resiko nonfinansial.

Resiko finansial selanjutnya dibagi menjadi resiko pasar dan resiko kredit.

Sedangkan resiko non finansial diantaranya meliputi resiko operasional, resiko regulator, dan resiko hukum. Klasifikasi resiko resiko itu yaitu :

A. Resiko Pasar (Market Risk)

Resiko pasar adalah resiko yang melekat pada instrument dan asset yang diperdagangkan dipasar. Resiko pasar bisa muncul dari sumber-sumber mikro maupun makro. Fluktuasi harga di pasar keuangan telah melahirkan jenis-jenis resiko pasar yang lain. Sehingga resiko pasar dapat diklasifikasikan menjadi resiko harga ekuitas, resiko suku bunga, resiko nilai tukar, dan resiko harga komoditi. Dengan demikian resiko pasar bisa terjadi pada banking book dan trading book lembaga keuangan.

B. Resiko Suku Bunga

Resiko suku bunga adalah eksposur kondisi keungan bank terhadap perubahan suku bunga. Resiko suku bunga juga bisa muncul dari berbagai

(36)

sumber. Resiko penentuan harga ulang (repricing risk) muncul karena perbedaan waktu jatuh tempo dan repricing asset, liabilitas, dan item-item dalam off-balance sheet. Resiko Kurva hasil (yield kurva risk) adalah ketidakpastian income akibat adanya perubahan pada kurva hasil. Akhirnya, instrument-instrumen dengan put dan call options juga dapat terkena tambahan resiko.

C. Resiko Kredit/Pembiayaan

Adalah resiko kegagalan nasabah untuk memenuhi kewajiban nya secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. Resiko kredit bias muncul dalam banking book dan trading book bank. Dalam banking book, resiko kredit muncul pada saat nasabah gagal memenuhi kewajiban untuk membayar utangnya secara penuh pada waktu yang telah disepakati. Resiko kredit berhubungan dengan kualitas asset dan kemungkinan gagal bayar. Akibat dari resiko kredit ini, terdapat ketidakpastian pada laba bersih dan nilai pasar dari ekuitas yang muncul dari keterlambatan atau tidak terbayarnya pokok pinjaman beserta bunganya.

Adapun resiko kresit pada trading book, juga muncul akibat ketidakmampuan atau ketidakmauan nasabah untuk memenuhi kewajiban yang tertuang dalam kontrak. Hal ini bias memicu resiko pembayaran, yaitu ketika satu pihak bersepakat untuk membayar atau mengiriman asset sebelum asset atau dana cash tersebut ia terima, sehingga mengakibatkan potensi kerugian. Resiko pembayaran dalam lemabaga keungan, terutama muncul dalam transaksi valuta asing. Sementara sebagian resiko dapat didiversifikasi, tetapi tidak dapat dihilangkan secara total.

D. Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Muncul akibat ketidakcukupan likuiditas untuk memenuhi kebutuhan

(37)

operasional telah mereduksi kemampuan bank untuk memenuhi liabilitasnya pada saat jatuh tempo. Resiko ini juga bisa muncul akibat sulitnya bank untuk mendapatkan dana cash pada biaya yang wajar, baik melalui pinjaman (resiko likuiditas pendanaan atau pembiayaan) atau menjual asset (resiko likuiditas asset).

Salah satu aspek dalam manajemen asset-liabilitas (ALM) didalam bisnis perbankan adalah untuk meminimalkan resiko likuiditas. Resiko pendanaan dapat dikontrol melalui perencanaan kebutuhan cash flow yang tepat dan mencari sumber-sumber dana baru untuk membiayai kelangkaan dana cash. Sedangkan resiko likuiditas asset dapat dimitigasi melalui diversifikasi asset dan menetapkan batas produk-produk tertentu yang likuid.

E. Resiko Operasional

Adalah konsep yang tidak didefinisikan dengan jelas, resiko ini bisa muncul akibat kesalahan atau kecelakaan yang bersifat manusiawi ataupun teknis.

Ini merupakan resiko kerugian yang secara langsung maupun tidak langsung dihasilkan oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, faktor manusia, teknologi atau akibat faktor-faktor eksternal. Semua faktor manusia bisa muncul akibat tidak dimilikinya kompetensi atau penyelewengan.

F. Resiko Hukum (Legal Risk)

Hal ini berhubungan dengan resiko tidak terlaksananya kontrak. Resiko hukum terkait dengan masalah undang-undang , legislasi, dan regulasi yang dapat mempengaruhi pemenuhan kontrak atau transaksi.

2.1.5 Langkah dalam Penerapan Manajemen Resiko

Untuk meliputi proses-proses yang berfokus pada pelaksanaan komunikasi dan konsultasi, membangun konteks, identifikasi resiko, analisis risiko,evaluasi

(38)

resiko,perlakuan resiko, memonitor dan kaji ulag pada suatu perusahaan, dan sebagian besar dari proses tersebut akan terus memperbaharui secara berkesinambungan.

Berdasarkan pemahaman tersebut manajemen resiko perusahaan adalah:

1. Sebuah proses, berkelanjutan dan mengalir melalui suatu perusahaan.

2. Dipengaruhi oleh orang-orang disetiap tingkat unit atau fungsi dalam perusahaan.

3. Diterapkan dalam pengaturan strategi perusahaan

4. Dirancang untuk mengidentifikasi peristiwa potensi yang merugikan perusahaan, jika kejadian resiko terjadi akan mempengaruhi kinerja perusahaan.

5. Mengelola resiko dalam selera resiko (risk appetite). Selera resiko artinya seberapa besar manajemen perusahaan berani menanggung resiko.

6. Diarahkan untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Langkah perusahaan dalam menerapkan manajemen resiko yaitu:

1. Menselaraskan selera resiko (risk appetite) dan strategi resiko sehingga keputusan manajemen yang diambil sudah mempertimbangkan seberapa besar resiko yang berani ditanggung perusahaan.

2. Segera mengambil keputusan untuk tindakan terhadap resiko yang telah di identifikasikan.

3. Mengurangi kerugian operasional akibat resiko.

4. Mengidentifikasi dan mengelola beberapa lintas unit/ fungsi terhadap resiko perusahaan.

(39)

5. Dapat meningkatkan peluang (opportunity) untuk perusahaan.

6. Dengan mengoptimalkan sumber daya yang terbatas baik tangible dan intangible termasuk modal perusahaan, sehingga dapat mengoptimalkan pendapatan perusahaan.

2.2 Pembiayaan

2.2.1 Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan kegiatan serta aktivitas yang selalu berkaitan dengan bisnis. Pembiayaan ataupun Financing menurut UU 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12 adalah uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan hal tersebut, berdasarkan persetujuan atau kesepakan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.. Maka dari itu kegiatan pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank ataupun lembaga non bank kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.

Pembiayaan menurut Kasmir (2013) sebagaimana dikutip Nurhadi (2017) adalah sama dengan kredit hanya saja dengan imbalan atau bagi hasil. Sedangkan pembiayaan merupakan pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang tergolong mengalami kekurangan dana, pembiayaan produktif adalah jenis pembiayaan untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi, sedangkan pembiayaan konsumtif adalah digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habi digunakan

(40)

saat dipakai untuk memenuhi kebutuhan.

2.2.2 Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan yang sehat, merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap bank sehingga diperlukan sistem, alat dan prosedur yang dapat memberikan informasi yang lengkap kepada manajemen.

Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsungdari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan tersebut, lembaga pembiayaan mempunyai peran yang penting sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional.

Dikatakan penting karena siapa pun orangnya baik pribadi ataupun badan usaha tentu memerlukan dana untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan dana bagi sektor usaba, terlebih bagi usaha kecil masih sangat dirasakan. Berdasarkan survei Biro Pusat Statistik (BPS) diperoleh data bahwa kendala yang dihadapi usaha kecil di 20 provinsi adalah masalah modal, yaitu sebesar 31%, bahan baku 26%, pemasaran 21%, kompetisi 17%, teknik produksi 2%, dan manajemen 2%.

Data di atas menunjukkan bahwa masalah modal memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan sektor usaha di Indonesia. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk terus meningkatkan kemampuan khususnya bagi usaha kecil untuk dapat mengakses sumber dana dari berbagai sumber keuangan dalam rangka

(41)

memenuhi kebutuhan akan permadalannya.

Lembaga pembiayaan dikatakan sebagai sumber pembiayaan alternatif karena di luar lembaga pembiayaan masih banyak lembaga keuangan lain yang dapat memberi bantuan dana, seperti pegadaian, pasar modal, bank, dan sebagainya. Meskipun demikian, dalam kenyataannya tidak semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana dari setiap jenis sumber dana tersebut.

Kesulitan memperoleh dana tersebut disebabkan oleh masing-masing lembaga keuangan ini menerapkan ketentuan yang tidak dengan mudah dapat dipenuhi oleh pihak yang membutuhkan dana.

Bank yang selama ini sudah dikenal luas oleh masyarakat ternyata tidak mampu memenuhi berbagai keperluan dana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Kesulitan masyarakat mengakses dana dari bank ini disebabkan antara lain jangkauan penyebaran kredit bank yang belum merata, keharusan bank menerapkan prinsip prudent hanking, keharusan debitur untuk menyerahkan jaminan, dan terbatasnya kemampuan permodalan bank sendiri. Mengingat banyaknya kendala untuk memperoleh dana dari bank ini, lembaga pembiayaan merupakan salah satu sumber dana alternatif yang penting dan potensial yang patut dipertimbangkan.

Di samping berperan sebagai sumber dana alternatif, lembaga pembiayaan jaga mempunyai peranan penting dalam hal pembangunan, yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk herperan aktif dalam penbangunan. Aspirasi dan minat masyarakat dalam pembangunan (ekonomi) ini bisa terwajud jika ada pihak yang memfasilitasinya. Lembaga pembiayaan sebagai sumber pembiayaan dapat memberikan kontribusinya dalam bentuk bantuan dana

(42)

guna menumbuhkan dan mewujudkan aspirasi dan minat masyarakat tersebut.

Dengan bantuan dana dari lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat (pelaku usaha) dapat mengatasi salah satu faktor krusial yang umum dia alami, yaitu faktor permodalan.

2.2.3 Analisa Pembiayaan bermasalah

Langkah selanjutnya melakukan analisa dan Survey, Usaha, Jaminan, Tempat Tinggal dan langsung dibuatkan taksasi jaminannya Tujuan Analisis Pembiayaan :

a. Tujuan umum analisis pembiayaan adalah pemenuhan jasa palayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa–jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

b. Tujuan khusus analisis pembiayaan adalah : - Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam

- Untuk menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan - Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak

Ada beberapa pendekatan analisis pembiayaan :

1. Pendekatan jaminan, dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam.

2. Pendekatan Karakter, yaitu mencermati secara sungguh-sungguh terkait dengan karakter nasabah.

3. Pendekatan Kemampuan Pelunasan, dengan menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan diatas penulis membuat sebuah aplikasi yang dapat digunakan guru sebagai media mengajar kepada siswa dan media belajar sediri oleh terkait

“Kami meminta calon nasabah untuk mengumpulkan calon-calon nasabah lain yang dapat diterima, diyakini dan dipercaya, serta mau memulai atau mengembangkan usahanya,” beber Arief

Permodalan Nasional Madani (Persero) dihadapkan pada permasalahan resiko kerugian atas kredit dengan jaminan cessie tagihan piutang yang diberikan.. Metode Penelitian

Dan yang diobservasi adalah kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi yaitu proses penggunaan metode

Pengamatan kemampuan berakar setek pucuk meliputi variabel persen berakar, pertambahan tinggi setek, jumlah dan panjang akar primer, jumlah dan panjang akar sekunder,

- Penyelenggaraan Mata Kuliah Daring Terbuka oleh PT Pembina - Infratruktur Nasional Kuliah Daring Terbuka 2014 2015 • Penyelenggaraan PJJ Daring Terbuka oleh PT melalui Kelas

KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat tiga bentuk kearifan lokal yaitu: Mitos Kepercayaan Adanya Nabau/Siluman, Larangan Mendirikan Rumah, Kepercayaan Tentang Mistis

Target tekanan darah yang telah banyak direkomendasikan oleh berbagai studi pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung dan pembuluh darah, adalah tekanan darah