PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN HASILBELAJAR PRODUK Burhanuddin
Pengawas Sekolah, Dinas Pendidikan Kab. Pidie. Aceh bur_ahmad71@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini merupakan jenis pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, LKS, BAS, dan THB. Model pengembangan perangkat yang digunakan adalah model pengembangan 4-D yang direduksi menjadi 3-D (define, design, and develop) dengan menggunakan metode One Group Pretest and Posttest Design. Penelitian ini dilakukan pada kelas IX.C, IX.D dan IX.E materi listrik dinamis di SMPN 2 Peukan Baro. Pengumpulan data menggunakan tiga teknik yaitu tes, kuesioner dan observasi sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dianalisis serta diperoleh beberapa temuan yaitu: (1) Validitas meliputi: (a) Validasi RPP kategori cukup baik, BAS kategori cukup baik, LKS kategori cukup baik, THB umumnya valid, (b) Rata-rata keterbacaan BAS sebesar 77,17%, (c) Rata-Rata-rata tingkat kesulitan BAS sebesar 28,77%; (2) kepraktisan meliputi: (a) keterlaksanaan pembelajaran dengan kategori cukup baik, (b) kendala-kendala selama PBM. (3) keefektifan yang meliputi: (a) hasil melatihkan keterampilan proses sains dengan N(g) 0,76 untuk kelas IX.C; 0,72 untuk kelas IX.D dan 0,65 untuk kelas IX.E. (b) hasil belajar produk siswa dengan N(g) 0,75 untuk kelas IX.C; 0,74 untuk kelas IX.D dan 0,71 untuk kelas IX.E, (c) Respon siswa terhadap PBM adalah positif dan (d) Tingkat aktivitas siswa dikategorikan cukup baik. Berdasarkan hasi penelitian ini, disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing layak diterapkan pada siswa SMP kelas IX untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk. Kata kunci: perangkat pembelajaran, model inkuiri, keterampilan proses, dan hasil belajar
Abstract
This research is developing that aims to develop learning material that includes lesson plans, worksheets, student book, and item test. Material development model used is the 4-D development model reduced to 3-D (define, design, and develop) using method One Group Pretest and Posttest Design. This learning material is tried out on odd semester of academic year 2013/2014 in SMP 2 Peukan Baro. The research was conducted on IX.C, IX.D and IX.E electro dynamics material. Collecting data using three techniques, namely tests, questionnaires, and observation during data analysis using technical analysis descriptive cuantative and descriptive cualitative. The results obtained were analyzed and the findings are: (1) Validity includes: (a) Validation lesson plans good enough category, student book good enough category, worksheets good enough category, item test is generally valid, (b) Average of student book readability is 77.17 %, (c) the average rate of student book difficulty is 28.77 %, (2) practicality include: (a) feasibility study to category quite well, (b) the constraints for teaching learning process. (3) the effectiveness of which include: (a) The practice results science process skills with N (g) 0.76 for class IX.C; 0.72 for class IX.D and 0.65 for class IX.E. (b) Students’ product of learning outcomes with N (g) 0.75 for class IX.C; 0.74 for class IX.D and 0.71 for class IX.E, (c) Students response toward learning and teaching process is positive, and (d) Students activity good enough levels. Based on the findings in this study, it was concluded that the electro dynamics learning material with guided inquiry model is feasible to apply in the junior class IX students to practice science process skills and improve product learning outcomes.
Keywords: Guided inquiry model, science process skills, product learning outcomes, and electro dynamics
PENDAHULUAN
Berbagai upaya telah dan terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan prestasi pendidikan nasional. Usaha tersebut antara lain berupa menghasilkan guru yang berkualitas dan berkompeten dibidangnya. Kualitas guru dan kualitas pendidikan merupakan dua variabel yang berhubungan langsung. Hal ini terkait dengan tugas dan fungsi guru dalam pendidikan. Sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Oleh karena itu guru sebagai sumber daya manusia (SDM) yang harus diprioritaskan dalam pembinaan, mengingat guru menjadi ujung tombak untuk melakukan pembenahan di sektor pendidikan pada tingkat yang sangat strategis. Kurikulum apapun yang akan diterapkan sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menerapkannya di dalam kelas.
Demikian juga halnya untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru, pada tahun 2008 Kementerian Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) bekerja sama dengan pemerintah Belanda dan Bank Dunia, meluncurkan program Better Education
Through Reformed Management and
Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Upaya pembinaan dan pengembangan kompetensi guru juga dilakukan pemerintah melalui Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) di seluruh Indonesia yaitu peningkatkan kualifikasi akademik guru. Guru-guru yang masih berpendidikan diploma didorong untuk menempuh S-1 dan
yang sudah S-1 ditingkatkan agar dapat menyelesaikan pendidikan S-2, demikian seterusnya. Program peningkatan kualifikasi akademik berkaitan dengan peranan penting guru dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Peningkatan mutu guru diharapkan berimbas langsung pada peningkatan mutu pendidikan.
Implikasi dari belum optimalnya kualitas pembelajaran di sekolah ditandai dengan rendahnya kualitas SDM. Human
Development Report (2010) yang
menjelaskan kualitas SDM di beberapa negara, menyatakan peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia berada pada peringkat 108 dari 169 negara yang diteliti. Peringkat Indonesia berada di bawah negara tetangga Malaysia (peringkat 57), Brunei Darussalam (peringkat 37), dan Singapura (peringkat 27). Demikian juga laporan PISA (Program for International Student Assessment) tahun 2012 khusus pada pelajaran sains, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara yang menjadi peserta (peringkat ke 2 dari bawah) dengan nilai 382 pada bidang studi sains.
Hasil laporan PISA itu menggambarkan kemampuan siswa kita masih rendah dalam menguasai bidang studi sains. Pembelajaran sains di sekolah masih pada tahap mengajarkan produk sains, tetapi keterampilan proses sains belum maksimal dibelajarkan sehingga pembelajaran sains khususnya fisika belum terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran IPA masih belum sepenuhnya mengacu pada tujuan pembelajaran IPA. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2007 dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan mata pelajaran IPA di SMP/MTs adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, maka Pembelajaran IPA seharusnya mengutamakan strategi konstruktivistik, di mana siswa membangun pengetahu-annya sendiri melalui pengalaman belajar yang didesain guru. Menurut Depdiknas (2006: 337) “Pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, oleh karena itu pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja,
dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek kecakapan hidup. Di lihat dari pernyataan di atas maka model pembelajaran inkuiri mempunyai kesamaan tujuan dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2007. Jadi pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk
melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk siswa. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (developmental research) karena mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing pada materi pokok listrik dinamis pada siswa SMP kelas IX. Perangkat yang dikembangkan adalah RPP, BAS, LKS, dan THB Produk dan Proses.
Pengembangan perangkat dalam penelitian ini menggunakan model 4-D “four D models” (dalam Ibrahim, 2008). Model ini terdiri atas 4 tahap pengembangan, yaitu: Define, Design, Develop, and Disseminate atau diadaptasikan menjadi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran. Untuk keperluan guru sendiri, di mana hasil pengembangannya diterapkan di sekolah sendiri, maka tahap keempat yaitu penyebaran belum dilakukan. Maka model 4-P menjadi 3 tahap saja meliputi: (1) Tahap pendefinisian (Define), (2) Tahap perancangan (Design), dan (3) Tahap pengembangan (Develop).
Desain ujicoba perangkat pembelajaran dalam pengembangan perangkat ini menggunakan model One Group Pretest-Posttest Design. Sebelum menerapkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing terlebih dahulu dilaksanakan tes awal (pretest) O1, dan
setelah melaksanakan pembelajaran inkuiri terbimbing (X) dilakukan tes akhir (posttest) O2.
Variabel yang diamati dalam penelitian adalah kelayakan perangkat yang terdiri atas: (1) validitas, (2) kepraktisan dan (3) keefektifan. Validitas meliputi: Validitas RPP, BAS, LKS,THB Produk dan Proses, sensitivitas butir soal, tingkat keterbacaan BAS, tingkat kesulitan BAS. Variabel yang berkaitan dengan kepraktisan hasil ujicoba
perangkat pembelajaran meliputi: keterlaksanaan RPP dan kendala-kendala selama kegiatan proses belajar mengajar. Variabel yang berkaitan dengan keefektifan meliputi: keterampilan proses sains siswa, hasil belajar produk, tingkat aktivitas siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian perangkat, instrumen pengamatan, instrumen tes, dan instrumen angket. Data yang dianalisis adalah validitas perangkat, kepraktisan perangkat, dan keefektifitas perangkat dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan terhadap 63 siswa terdiri atas kelas IX.C, IX.D dan IX.E SMP Negeri 2 Peukan Baro Kabupaten Pidie, pokok bahasan listrik dinamis pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014. Perangkat yang dikembangkan dalam penelitian meliputi: 1) Validitas Perangkat Pembelajaran. (a) Kebenaran Konseptual Perangkat Pembelajaran, diperoleh nilai rata-rata validasi perangkat ketiga RPP dari dua validator yaitu 3,2 dengan persentase reliabilitas 90,47% sehingga RPP yang disusun berkategori reliabel. Perangkat RPP ini disusun berdasarkan sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing, (b) Validasi BAS mempunyai rata-rata 3,3 dengan persentase reliabilitas 88,3%, dengan demikian perangkat tersebut bisa dikatakan reliabel. (c) Validasi ketiga LKS dari kedua validator sebesar 3,38 dengan reliabilitas 94,5%. (d) validasi THB Produk dan THB Proses secara umum termasuk kategori valid dan cukup valid dan hanya beberapa soal dengan kategori kurang valid dengan reliabilitas 90,8%. (e) Berdasarkan hasil sensitivitas pada THB produk dari ketiga kelas baik pada kelas ujicoba II, kelas
replikasi I maupun kelas replikasi II memberikan gambaran bahwa nilai sensitivitasnya hampir sama, masing-masing sensitivitas pada THB produk untuk kelas ujicoba II sebesar 0,67; kelas replikasi I sebesar 0,68 dan pada kelas replikasi II sebesar 0,60. Ketiga nilai sensitivitas pada THB produk termasuk dalam kategori sedang. Demikian juga hasil sensitivitas pada THB proses dari ketiga kelas baik pada kelas ujicoba II, kelas replikasi I maupun kelas replikasi II memberikan gambaran bahwa nilai sensitivitasnya ada sedikit perbedaan, masing-masing sensitivitas pada THB proses untuk kelas ujicoba II sebesar 0,71; kelas replikasi I sebesar 0,67 dan pada kelas replikasi II sebesar 0,55. Nilai sensitivitas pada THB produk kelas ujicoba II termasuk dalam kategori tinggi (sangat peka terhadap pembelajaran) sedangkan pada kedua kelas replikasi termasuk kategori sedang (peka terhadap pembelajaran). Menurut Aiken (1997) butir soal yang mempunyai sensitivitas ≥ 0,30, maka butir soal tersebut dikategorikan peka terhadap efek-efek pembelajaran. (f) Tingkat Keterbacaan BAS pada kelas IX.C diperoleh rata-rata sebesar 80,7%, tingkat keterbacaan BAS pada kelas IX.D sebesar 78,7% dan tingkat keterbacaan BAS pada kelas IX.E sebesar 77,5%.
Menurut (Taylor,1953 dalam
http:/bintangsitepu,worpress.com/2010/09/11 / keterbacaan), persentase keterbacaan dari hasil perangkat pembelajaran menunjukkan level bebas (di atas 60 %) termasuk dalam kategori materi terlalu mudah. (g) Tingkat kesulitan BAS pada kelas IX.C sebesar 24,95 tingkat kesulitan BAS pada kelas IX.D sebesar 28,55 dan tingkat kesulitan BAS pada kelas IX.E sebesar 32,8. Menurut Madaus dan Hantings dalam Ratumanan dan Lourens (2006:16) jika tingkat kesulitan berada dalam interval 21,0% - 40,9% maka tingkat kesulitan dikategorikan rendah (mudah dipahami oleh siswa). (2) Diskusi hasil
kepraktisan perangkat pembelajaran meliputi: (a) Rencana pelaksa-naan pembelajaran disusun sesuai dengan jumlah tatap muka untuk proses pembelajaran yaitu tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan dalam PBM pelaksanaan RPP diamati oleh dua pengamat yang mengamati berlangsungnya proses pembelajaran. Persentase pelaksanaan RPP pertama memperoleh rata-rata sebesar 3,29 dengan reliabilitas 94,9%, Persentase pelaksanaan RPP kedua memperoleh rata-rata sebesar 3,32 dengan reliabilitas 90,75% dan Persentase pelaksanaan RPP ketiga memperoleh rata-rata sebesar 3,44 dengan reliabilitas 97,48%. Hasil pengamatan dari kedua pengamat berdasarkan nilai rata-rata tentang keterlaksa-naan pembelajaran pada ketiga RPP dikategorikan cukup baik. Keterlaksanaan RPP pada umumnya berjalan dengan baik karena didukung oleh ketersediaan perangkat pembelajaran yang memadai berupa RPP, LKS, alat dan bahan praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Nur (2008) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi kualitas pembelajaran adalah tersedianya perangkat pembelajaran yang disertai komitmen yang tinggi untuk melaksanakannya dalam setiap pembelajaran.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran juga tidak dapat dipisahkan dari faktor lain yaitu berupa ketepatan dalam memilih model pembelajaran. Model inkuiri terbimbing sangat tepat untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk siswa pada materi listrik
dinamis. (b) kendala-kendala yang teramati selama proses pembelajaran berlangsung, kendala yang paling dominan dialami adalah kurangnya waktu yang telah direncanakan dalam setiap kali pertemuan (2 x 40 menit). Idealnya waktu dalam pembelajaran dialokasikan 3 x 40 menit dalam setiap tatap muka, mengingat banyak tahapan dan langkah-langkah yang harus dipahami serta dilakukan oleh siswa, solusinya meminta tambahan waktu pada guru lain yang mengajar pada jam berikutnya.
Demikian juga halnya dengan kekurangan alat dan bahan dalam melakukan praktikum dapat diatasi dengan meminjamkan pada sekolah terdekat atau dirakit sendiri oleh guru. Kendala lainnya siswa masih menjadikan alat dan bahan praktikum untuk mainan, makanya guru selalu mengawasi dan mengingatkan siswa dalam menggunakan alat dan bahan praktikum dan keterbatasan pemahaman siswa terhadap proses belajar dengan model inkuiri terbimbing baik pada kelas ujicoba II maupun pada kedua kelas replikasi, solusinya guru perlu menjelaskan tahapan-tahapan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, namun ketergantungan siswa terhadap bimbingan guru berkurang pada pertemuan berikutnya.
(3) Diskusi hasil keefektifan perangkat pembelajaran meliputi: (a) Melatihkan keterampilan proses sains siswa; (b) Meningkatkan hasil belajar produk; (c) Respon siswa terhadap pembelajaran dan (d) Tingkat aktivitas siswa.
0 20 40 60 80
kelas IX.Ckelas IX.D
kelas IX.E 6,7 6,4 7,1 77,8 74,2 67,5 0,76 0,72 0,65 RATA-RATA KETERAMPILAN PROSES SAINS
Pretest postest N(gain)
0 100
kelas
IX.C kelasIX.D kelas IX.E 11,9 6,4 7,3 78,3 76,1 73,3 0,75 0,74 0,71 RATA-RATA HASIL BELAJAR PRODUK
Pretest postest N(gain)
(a). Melatihkan keterampilan proses sains siswa dapat diamati dari grafik dibawah ini: Gambar 3.1 Grafik Rata-rata Hasil Belajar Proses
Berdasarkan gambar 3.1 memberikan gambaran bahwa hasil melatihkan keterampilan proses sains pada ketiga kelas dalam penelitian ini mempunyai konsistensi yang dibuktikan dengan perolehan nilai N(g) yang tidak jauh berbeda yaitu nilai N(g) sebesar 0,76 pada kelas ujicoba II, nilai N(g) sebesar 0,72 pada kelas replikasi I dan nilai
N(g) sebesar 0,65 pada kelas replikasi II. Pada kelas ujicoba II dan replikasi I berdasarkan nilai N(g) berkategori tinggi sedangkan pada kelas replikasi II berkategori sedang namun hampir mendekati kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketiga kelas dalam penelitian ini mempunyai konsistensi berdasarkan perolehan nilai N(g). (b). Meningkatkan hasil belajar produk dapat diamati dari grafik dibawah ini:
Gambar 3.2 Grafik Rata-rata Hasil Belajar Produk Berdasarkan gambar 3.2 memberikan
gambaran bahwa hasil meningkatkan belajar produk pada ketiga kelas dalam penelitian ini hampir tidak ada beda yang dibuktikan dengan nilai perolehan N(g) yang mendekati yaitu nilai N(g) sebesar 0,75 pada kelas ujicoba II, nilai N(g) sebesar 0,74 pada kelas replikasi I dan nilai N(g) sebesar 0,71 pada
kelas replikasi II. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketiga kelas dalam penelitian ini mempunyai konsistensi berdasarkan perolehan nilai N(g).
Berdasarkan perolehan nilai N(g) pada ketiga kelas dalam penelitian ini berkategori tinggi menunjukkan bahwa pembelajaran listrik dinamis dengan model
inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk mempunyai konsistensi dalam meningkatkan hasil belajar produk. C. Respon siswa
Deskripsi respon siswa terhadap pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk berdasarkan rekapitulasi hasil angket respon siswa. Hasil analisis respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing pada ketiga kelas penelitian dapat digambarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
No Uraian Kelas IX.C (%) Kelas IX.D (%) Kelas IX.E (%) 1 Respon siswa terhadap PBM 87,33 95,46 85,0 2 Merasa baru terhadap PBM 92,08 93,94 88,33 3 Menerapkan model inkuiri pada PBM selanjutnya 100,0 100,0 100,0 4 Respon siswa terhadap BAS 92,88 90,91 88,00 Rata-rata 93,07 95,08 90,33 Berdasarkan hasil pada Tabel 3.1
kelas ujicoba II rata-rata respon siswa sebesar 93,07%, kelas replikasi I rata-rata respon sebesar 95,08% dan kelas replikasi II rata-rata respon siswa sebesar 90,33% menunjukkan bahwa ketiga kelas dikategorikan baik terhadap penerapan perangkat pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk.
D. Aktivitas Siswa
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diamati melalui observasi aktivitas siswa berupa partisipasi siswa dalam diskusi, partisipasi siswa dalam bertanya, partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan, partisipasi siswa dalam menyimak materi pelajaran, maupun dalam kerjasama siswa sesama kawannya atau dengan guru. Pada Tabel 3.2 di bawah ini secara ringkas dimuat hasil pengamatan aktivitas siswa oleh dua orang observer baik pada ujicoba II kelas IX.C, replikasi I kelas IX.D maupun pada replikasi II kelas IX.E.
Tabel 3.2 Aktifitas siswa
No Uraian Kelas IX.C (%) Kelas IX.D (%) Kelas IX.E (%) 1 Partisipasi siswa 77.78 77.27 75.83
dalam diskusi 2 partisipasi siswa dalam bertanya 77.78 77.27 75.83 3 partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan 82.54 81.06 80.00 4 partisipasi siswa dalam menyimak materi pelajaran 78.57 78.03 76.67 5 Kerjasama siswa sesama kawannya atau dengan guru
76.19 75.76 75.83 Rata-rata 78,58 77,88 76,83 Berdasarkan hasil dari tabel 3.2 dari
ketiga kelas penelitian ini diperoleh persentase aktivitas siswa tidak jauh berbeda. Pada kelas ujicoba II persentase aktivitas siswa sebesar 78,58; pada kelas replikasi I sebesar 77,88 dan pada kelas replikasi II sebesar 76,83. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas siswa dalam PBM dikategorikan baik, rata-rata persentase aktivitas siswa sebesar ketiga kelas penelitian sebesar 77,7.
Dikategorikan baik dan antusias siswa bila memiliki reliabilitas lebih besar dari 75%. Dengan menggunakan persamaan percentage of agreement didapatkan hasil sebesar 83%. Instrumen dikatakan reliabel apabila reliabilitasnya ≥ 0.75 ( 75 %). Borich dalam Ibrahim (2005: 26).
Keaktifan siswa dalam pembelajaran mempunyai korelasi positif, baik dalam melatihkan keterampilan proses sains maupun dalam meningkatkan hasil belajar produk, sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono dalam Rahayu E, dkk (2011) bahwa belajar memerlukan keterlibatan siswa secara aktif.
E. Temuan
Berdasarkan hasil penelitian pada BAB IV dan diskusi hasil penelitian pada Bab V seperti yang telah diuraikan, diperoleh
temuan yang merupakan bagian dari tahapan penelitian dalam tulisan ini. Adapun rincian temuan adalah sebagai berikut :
1. Perangkat pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria validitas yang didasarkan atas:
a. Validitas konseptual berupa RPP, LKS, BAS dan THB proses dan THB produk berkategori cukup baik.
b. Deskripsi tingkat keterbacaan BAS mempunyai rata-rata sebesar 77,17 %. c. Deskripsi tingkat kesulitan BAS
mempunyai rata-rata sebesar 28,77 %. 2. Perangkat pembelajaran listrik dinamis
dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kepraktisan yang didasarkan atas:
a. Keterlaksanaan perangkat pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk pada ketiga kelas secara keseluruhan adalah cukup baik.
b. Kendala-kendala yang dialami selama proses pembelajaran berupa tidak
cukupnya waktu yang telah direncanakan dalam setiap kali pertemuan dapat diatasi yaitu dengan meminta tambahan waktu pada guru lain yang mengajar pada jam berikutnya, demikian pula masih ada siswa yang belum serius dalam melakukan praktikum dapat diatasi yaitu dengan membimbing siswa untuk melakukan tahapan-tahapan dalam LKS.
3. Perangkat pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria keefektifan, yang didasarkan atas:
a. Keterampilan proses sains siswa pada ketiga kelas dalam penelitian ini memperoleh nilai N(g) yang konsisten, masing-masing berkategori tinggi untuk kelas IX.C dan kelas IX.D serta berkategori sedang untuk kelas IX.E. Nilai N(g) sebesar 0,76 pada kelas ujicoba II, nilai N(g) sebesar 0,72 pada kelas replikasi I dan nilai N(g) sebesar 0,65 pada kelas replikasi II.
b. Hasil belajar produk pada ketiga kelas dalam penelitian ini memperoleh nilai N(g) yang konsisten, ketiga kelas berkategori tinggi. Nilai N(g) sebesar 0,75 pada kelas ujicoba II, nilai N(g) sebesar 0,74 pada kelas replikasi I dan nilai N(g) sebesar 0,71 pada kelas replikasi II.
c. Respon siswa selama proses pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing pada ketiga kelas berkategori baik, di mana pada kelas ujicoba II rata-rata respon siswa sebesar 93,07%, pada kelas replikasi I rata-rata respon sebesar 95,08% dan pada kelas replikasi II rata-rata respon siswa sebesar 90,33%.
d. Aktivitas siswa selama penerapan perangkat pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing pada ketiga kelas berkategori aktif, di mana pada kelas ujicoba II persentase aktivitas siswa sebesar 78,58, pada kelas replikasi I sebesar 77,88 dan pada kelas replikasi II sebesar 76,83. Aktifitas siswa berkategori baik bila memiliki reliabilitas lebih besar dari 75%.
SIMPULAN
Penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk telah menghasilkan perangkat pembelajaran yang terdiri atas: (1) RPP, (2) LKS, (3) BAS, dan (4) THB. Adapun simpulan dan saran dapat dipaparkan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil temuan penelitian pada akhir Bab V di atas yang menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan keefektifan sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran listrik dinamis dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar produk layak untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan dari hasil penerapan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan diantaranya:
1) Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing memerlukan pengaturan waktu sebaik-baiknya dalam melakukan tahapan-tahapan inkuiri terbimbing sehingga dapat berjalan sesuai dengan sintaks inkuiri itu sendiri.
2) Model pembelajaran yang diterapkan harus disesuaikan materi yang diajarkan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
3) Pembelajaran yang mengarah pada eksperimen diperlukan ketersediaan alat dan bahan yang memadai sehingga mendukung proses pembelajaran.
4) Guru perlu mengingatkan siswa dalam melakukan praktikum sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan baik berupa kerusakan pada alat dan bahan praktikum dan juga keselamatan siswa dalam melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. 1997. Psychological Testing and Assessment 9 th edition. USA: Allyn and Bacon.
BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sekolah Menengah Pertama (SMP) Mata Pelajaran IPA. Badan Standar Nasional Pendidikan: Jakarta.
BSNP. 2007a. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: BSNP.
BSNP. 2007b. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Ibrahim, M. 2008. Model Pembelajaran IPA Inovatif melalui Pemaknaan. Unesa University Press: Surabaya.
Ibrahim, M. 2005. Asesmen Berkelanjutan
(konsep Dasar, tahapan
Pengembangan dan contoh). Unesa University Press: Surabaya.
Nur, M. 2008. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Unesa University Press: Surabaya.
Rahayu, E., Susanto, H., Yulianti, D. 2011. "Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa". Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7. Pada http://Journal.unesa.ac.id [diunduh pada tanggal 3 januari 2014]. Ratumanan, T.G dan T, Laurens. 2006.
Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan Edisi 1. Surabaya: Unesa University Press
Taylor, 1953. Dalam
http://bintangsitepu.wordpress.com /2010/09/11keterbacaan. diunduh tanggal 18 mei 2013.