• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 122 TAHUN 1987 SERI : D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 122 TAHUN 1987 SERI : D"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR : 122 TAHUN 1987 SERI : D ---

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY)

NOMOR 3 TAHUN 1987 (3/1987)

TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DIREKSI DAN

PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH PROPINSI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peranan Perusahaan Daerah dalam memajukan tata perekonomian daerah, disamping fungsinya sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, perlu adanya landasan hukum bagi peningkatan dan pengembangan fungsi serta tugasnya;

b. bahwa untuk tercapainya tujuan sebagaimana diharapkan, selaras dengan asas ekonomi Perusahaan yang sehat harus ditunjang dengan kemampuan Direksi dan Pegawai yang berkepribadian, berdedikasi serta loyal terhadap Negara, Pemerintah dan Perusahaan Daerah;

c. bahwa ketentuan-ketentuan pokok gaji Pegawai Perusahaan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah diatur dalam Peraturan Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1963 sehubungan dengan perkembangan keadaan serta telah ditetapkannya beberapa pedoman tentang Perusahaan Daerah, Dipandang perlu mengatur kembali ketentuan- ketentuan pokok gaji Pegawai Perusahaan Daerah dimaksud sesuai dengan pedoman yang berlaku.

d. bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas memandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Direksi dan Pegawai Perusahaan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah

(2)

diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959 jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950;

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah jo Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan tidak berlakunya berbagai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian;

5. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1984 tentang Tata Cara Penyediaan dan Penyaluran subsidi gaji dan Pensiun bagi Daerah Otonom;

6. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 5 Tahun 1964 tentang Penetapan besarnya Uang Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Kerugian lainnya yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 11 Tahun 1964 tanggal 16 Nopember 1964;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah;

8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 536-666 tanggal 7 Oktober 1981 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi dan Badan Pengawas Perusahaan Daerah;

9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 100 / MENPAN / 1986 Tanggal 18 Desember 1986 tentang Jenjang Pangkat Jabatan Pimpinan pada Badan Usaha Milik Daerah;

10. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4/K/DPRD/1978 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DIREKSI DAN PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

(3)

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

b. Gubernur ialah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta;

c. Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah Milik Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

d. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah;

e. Direksi ialah direksi Perusahaan Daerah;

f. Direktur Utama ialah Direktur Utama Perusahaan Daerah;

g. Direktur ialah Direktur Perusahaan Daerah;

h. Pegawai ialah Pegawai Perusahaan Daerah;

i. Gaji Pokok adalah gaji pokok Pegawai Perusahaan Daerah;

BAB II

DIREKSI

Bagian Pertama

Kedudukan Hukum

Pasal 2

(1) Direksi adalah Pimpinan Perusahaan Daerah selaku penanggung jawab dalam pengelolaan Perusahaan Daerah.

(2) Direksi adalah Unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi masyarakat yang dengan kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, menyelenggarakan tugas mengelolah Perusahaan Daerah.

Bagian Kedua

Pengangkatan dan pemberhentian

Direksi

Pasal 3

(1) Direksi terdiri atas sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.

(2) Salah seorang Anggota Direksi ditetapkan sebagai Direktur Utama dan lainnya sebagai Direktur.

(3) Pengecualian dari ketentuan dimaksud ayat (1) Pasal ini harus mendapat Persetujuan Menteri Dalam Negeri.

(4) Anggota Direksi diangkat oleh Gubernur atas usul Badan

(4)

Pengawas.

(5) Sebelum dikeluarkan surat Keputusan Gubernur tentang Pengangkatan Anggota Direksi terlebih dahulu dimintakan persetujuan prinsip kepada Menteri Dalam Negeri.

(6) Permohonan persetujuan prinsip dimaksud ayat (5) pasal ini, disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir.

(7) Sebelum menjalankan tugasnya, Anggota Direksi lebih dahulu dilantik dan disumpah oleh Gubernur.

(8) Anggota Direksi tidak dibenarkan untuk memangku jabatan rangkap.

Pasal 4

(1) Masa Jabatan Anggota Direksi adalah 4 (empat) tahun

(2) Setelah selesai masa jabatan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini. Anggota Direksi dapat diangkat kembali dengan memperhatikan ketentuan syarat-syarat pengangkatan Direksi.

Pasal 5

Antara Anggota Direksi dengan Gubernur, Anggota Badan Pengawas Perusahaan Daerah serta Anggota Direksi lainnya tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar. Jika setelah pengangkatan, mereka masuk, dalam hubungan keluarga dimaksud, maka untuk melanjutkan jabatannya diperlukan izin tertulis dari Gubernur setelah mendengar pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri.

Pasal 6

(1) Anggota Direksi diberhentikan karena:

a. berakhir masa jabatannya;

b. meninggal dunia.

(2) Gubernur dapat memberhentikan Anggota Direksi meskipun masa jabatannya belum berakhir karena:

a permintaan sendiri;

b. sesuatu hal yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat melakukan tugasnya secara wajar;

c. melakukan sesuatu atau bersikap yang merugikan Perusahaan atau bertentangan dengan kepentingan Daerah maupun kepen- tingan Negara.

(5)

Bagian Ketiga Kewajiban dan Hak

Pasal 7

Setiap Anggota Direksi berkewajiban :

a. menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945;

b. mendahulukan kepentingan Perusahaan Daerah diatas kepentingan pribadi atau golongan;

c. memenuhi/mentaati segala peraturan Perusahaan Daerah dan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. memegang teguh rahasia Perusahaan Daerah dan rahasia jabatan;

e. mengamankan, memajukan/mengembangkan Perusahaan Daerah.

Pasal 8

Setiap Anggota Direksi sesuai dengan tingkat tanggungjawabnya berhak menerima pendapatan sebagai berikut :

a. Direksi Utama menerima gaji pokok setinggi-tingginya 10 (sepuluh) kali gaji pokok terendah Pegawai sebulan, ditambah dengan tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan Perusahaan Daerah;

b. Direktur menerima gaji pokok setinggi-tingginya 9 (sembilan) kali gaji pokok terendah Pegawai sebulan, ditambah dengan tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan Perusahaan Daerah;

c. Apabila Anggota Direksi yang diangkat berasal dari Pegawai Negeri ternyata gajinya dari instansi asal lebih besar, maka yang bersangkutan tetap memperoleh gaji sebesar gaji Pegawai Negeri;

d. Pegawai negeri yang diangkat menjadi Direksi tidak kehilangan hak-hak kepegawaiannya.

Pasal 9

Gaji sebagaimana tersebut Pasal 8 dibebankan kepada Perusahaan Daerah.

Pasal 10

(1) Apabila keadaan memungkinkan sesuai engan jabatan serta kedudukannya, maka Anggota Direksi dapat memperoleh :

(6)

a. Perumahan jabatan atau uang pengganti sewa rumah yang seimbang;

b. Kendaraan dinas atau uang pengganti, transportasi yang seimbang;

(2) Pelakanaan ketentuan seperti tersebut ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Gubernur setelah mendapat pertimbangan Badan Pengawas.

Pasal 11

Anggota Direksi dan keluarganya memperoleh jaminan perawatan kesehatan, sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk Pegawai Negeri dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan.

Pasal 12

Penetapan gaji dan Tunjangan bagi Anggota Direksi diatur dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 13

(1) Anggota Direksi mendapat hak cuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Peawai Negeri.

(2) Hak cuti besar untuk Anggota Direksi hanya 1 (satu) kali selama 1 (satu) masa jabatan ialah pada setiap tahun terakhir masa jabatannya.

Pasal 14

(1) Gaji dan tunjangan yang diterima Anggota Direksi dinyatakan sebagai pendapatan kotor yang merupakan dasar untuk menetapkan Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Disamping gaji dan tunjangan sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini kepada Anggota Direksi dapat diberikan penghasilan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat

Penghargaan

Pasal 15

(1) Kepada Peawai Negeri Sipil yang bekerja secara penuh pada Perusahaan Daerah yang menjabat jabatan Pimpinan dapat diberikan pangkat sesuai dengan jenjang Pangkat yang ditetapkan bagi masing-masing jabatan Perusahaan Daerah.

(2) Kepada setiap Anggota Direksi yang telah berakhir masa

(7)

jabatanya dan tidak diangkat kembali diberikan suatu penghargaan berupa pesangon dan atau penghargaan lain yang ditetapkan oleh Gubernur atas beban Perusahaan Daerah.

(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (2) Pasal ini tidak berlaku bagi Anggota Direksi yang diberhentikan dengan tidak hormat.

BAB III

PEGAWAI

Bagian Pertama

Kedudukan Hukum

Pasal 16

(1) Pegawai ialah Karyawan Perusahaan Daerah yang memenuhi syarat tersebut Pasal 20 Peraturan Daerah ini, yang diangkat dan diserahi tugas oleh Direksi.

(2) Pegawai ialah Unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945, menyelenggarakan tugas sebagai Pegawai.

Pasal 17

Pegawai yang diangkat menjadi Anggota Direksi dibebaskan untuk sementara dari tugasnya sebagai Pegawai dengan tidak kehilangan statusnya sebagai Pegawai.

Bagian Kedua

Pengangkatan dan Pemberhentian

Pasal 18

Pegawai diangkat dan diberhentikan oleh Direksi dengan persetujuan Gubernur.

Pasal 19

Pegawai yang diterima dan diangkat, didasaran pada kebutuhan dan formasi yang tersedia pada Perusahaan Daerah.

Pasal 20

(1) Syarat-syarat untuk dapat diterima menjadi Pegawai adalah : a) Warga Negara Indonesia ;

b) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;

c) setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

d) setia dan taat kepada Negara, Pemerintah dan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ;

(8)

e) berkelakuan baik ;

f) tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti G 30 S/PKI atau organisasi terlarang lainnya ;

g) mempunyai rasa pengabdian terhadap Nusa, Bangsa, Negara dan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ;

h) tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti ;

i) berusia paling sedikit 18 (delapan belas) tahun dan paling tinggi 40 (empat puluh) tahun ;

j) berbadan sehat, yang dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan dari Dokter Pemerintah ;

k) berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan surat keterangan tentang adat istiadat dari yang berwajib (paling rendah dari Camat) ;

l) memiliki ijazah sekolah dan atau pengalaman-pengalaman yang sederajat yang disyaratkan untuk pangkat/jabatan yang akan dipangku ;

m) syarat-syarat lainnya yang khusus diperlukan di Perusahaan Daerah tempat Pegawai tersebut bekerja.

(2) Sebelum diangkat menjadi Pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 18, perlu adanya perjanjian kerja berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pengangkatan Pegawai dilakukan dengan melalui masa percobaan 3 (tiga) bulan dan selama-lamanya 6 (enam) bulan yang selanjutnya apabila memenuhi syarat-syarat tersebut dalam pasal ayat (1) Pasal ini, dapat diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu dengan memperhatikan jenjang kepangkatan yang berlaku.

Selama masa percobaan Direksi dapat memutuskan hubungan kerja dengan Calon Pegawai dimaksud tanpa syarat apapun bila ternyata Calon Pegawai tersebut dinilai tidak dapat melaksanakan tugas dengan semestinya.

Pasal 21

1) Dalam kaitannya dengan kepentingan Perusahaan Daerah yang sangat mendesak, dan setelah melalui pertimbangan secara mendalam Direksi dapat mengangkat tenaga honorer, tenaga harian dan tenaga borongan, dengan pemberian honorarium/upah

(9)

yang besarnya diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam peraturan tersendiri tentang tenaga honorer, tenaga harian dan tenaga borongan yang ditetapkan oleh Direksi.

2) Direksi wajib melaporkan pengangkatan sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini kepada Gubernur.

Pasal 22

(1) Pegawai dapat diberhentikan dengan hormat, karena : a. permintaan sendiri ;

b. mencapai batas usia pensiun ;

c. adanya penyederhanaan organisasi Perusahaan Daerah ;

d. cacat jasmani dan rokhani, sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya ;

e. likuidasi Perusahaan Daerah ; f. meninggal dunia

(2) Pegawai dapat diberhentikan dengan tidak hormat karena :

a. melanggar sumpah/janji Pegawai, sumpah/janji jabatan atau peraturan disiplin Perusahaan Daerah ;

b. dihukum penjara berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang pasti karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara setinggi-tingginya 4 (empat) tahun atau diancam dengan hukuman yang lebih berat ;

c. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang pasti karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatannya ;

d. melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan atau Pemerintah.

Pasal 23

Pegawai dapat diberhentikan sementara dengan ketentuan-ketentuan :

a. disangka berdasarkan fakta dan data telah melakukan tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah ;

b. disangka berdasarkan fakta dan data telah berbuat suatu pelanggaran atau perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan Perusahaan Daerah dan atau kepentingan Negara

c. disangka berdasarkan fakta dan data telah melakukan kejahatan

(10)

dan berhubungan dengan dakwaan itu dimasukkan dalam tahanan oleh yang berwajib ;

Pasal 24

Lamanya pemberhentian sementara tidak boleh lebih dari 6 (enam) bulan kecuali bila proses perkaranya melalui Pengadilan, maka dalam hal ini pemberhentian sementara sampai ada keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

Pasal 25

Kepada Pegawai yang diberhentikan sementara sebagaimana tersebut Pasal 23 dan 24 diatas mulai bulan berikutnya diberikan gaji dan tunjangan sebesar 50 % (limapuluh perseratus) dan tunjangan lainnya, kecuali tunjangan jabatan.

Pasal 26

(1) Jika menurut hasil penyelidikan/pemeriksaan, Pegawai yang diberhentikan sementara sebagaimana tersebut Pasal 23 dan 24 ternyata tidak terbukti bersalah, maka Pegawai tersebut dipekerjakan kembali sesuai jabatan semula.

(2) Kepada yang bersangkutan berhak menerima gaji dan tunjangan yang belum diterimanya selama pemberhentian sementara.

(3) Setelah yang bersangkutan dipekerjakan kembali sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini, kepadanya diberikan gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya.

Bagian Ketiga

Jenjang Jabatan dan Kepangkatan

Pasal 27

(1) Jenjang Jabatan Kepegawaian di Perusahaan Daerah dibagi dalam sebanyak-banyaknya 3 (tiga) jenjang yang terdiri dari :

a. Kepala Unit

b. Kepala Bidang/Bagian/satuan Pengawas/Cabang/Perwakilan;

c. Kepala Seksi/Sub Bagian/Unit Pelaksana Teknis.

(2) Unit, Cabang, Perwakilan, Unit Pelaksana Teknis Perusahaan Daerah dibentuk apabila dipandang perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Jenjang-jenjang kepegawaian sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini merupakan pedoman penyusunan Struktur Organisasi Perusahaan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Pengangkatan dalam jabatan di Perusahaan Daerah sebagaimana

(11)

tersebut ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Direksi.

(5) Persyaratan pangkat dalam jabatan adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran 1 Peraturan daerah ini.

Pasal 28

(1) Jenjang Kepangkatan Pegawai terdiri dari : a. Penata Tingkat I.

b. Penata;

c. Penata Muda Tingkat I;

d. Penata Muda;

e. Pengatur Tingkat I;

f. Pengatur;

g. Pengatur Muda Tingkat I;

h. Pengatur Muda;

i. Juru Tingkat I;

j. Juru;

k. Juru Muda Tingkat I;

l. Juru Muda;

(2) Golongan ruang dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah sebagai- mana tersebut dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini.

(3) Penetapan Kepangkatan Pegawai sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Direksi.

(4) Penetapan Pangkat awal berdasarkan pendidikan dan atau pengalaman kerja sebagaimana tersebut dalam Lampiran III Peraturan Daerah ini.

(5) Penetapan Pangkat Pegawai dilaksanakan atas dasar masa kerja, kecakapan dan prestasi kerja yang dinyatakan dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP 3).

Bagian Keempat

Kewajiban dan Hak

Pasal 29

Setiap Pegawai berkewajiban :

(12)

a. menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945;

b. mendahulukan kepentingan Perusahaan Daerah di atas kepentingan pribadi dan atau golongan;

c. mematuhi serta mentaati segala Peraturan Perusahaan Daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia Perusahaan daerah;

e. meningkatkan kemampuan dan prestasi kerja untuk kemajuan Perusahaan Daerah.

Pasal 30

Pegawai berhak atas gaji pokok, tunjangan-tunjangan dan penghasilan lainnya sesuai dengan pangkat/jabatan, masa kerja dan tanggung jawab.

Pasal 31

(1) Gaji pokok Pegawai sekurang-kurangnya disesuaikan dengan upah minimum yang berlaku.

(2) Gaji pokok Pegawai setinggi-tingginya 8 (delapan) kali gaji pokok terendah.

(3) Gaji pokok Calon Pegawai adalah 80 % dari gaji pokok dalam pangkat yang diperuntukkan kepadanya.

(4) Besarnya gaji pokok untuk tiap golongan kepangkatan ditetapkan oleh Gubernur.

(5) Pegawai dapat diberikan kenaikan gaji berkala berdasarkan masa kerja, kecakapan dan dan prestasi kerja yang dinyatakan dengan DP3 sesuai dengan Perusahaan Daerah masing-masing yang ditetapkan oleh Direksi.

(6) Gaji Pegawai ditetapkan oleh Direksi.

Pasal 32

(1) Tunjangan-tunjangan terdiri dari : a. tunjangan isteri/suami;

b. tunjangan anak sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak;

c. tunjangan pangan;

d. tunjangan jabatan;

e. tunjangan cacat;

(13)

f. tunjangan lain yang ditetapkan oleh Direksi dan disahkan oleh Gubernur.

(2) Besarnya prosentase tunjangan sebagaimana tersebut huruf a dan b ayat (1) Pasal ini disesuaikan dengan tunjangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri.

(3) Tunjangan sebagaimana tersebut huruf c dan d ayat (1) Paal ini ditetapkan oleh Direksi.

Pasal 33

Penghasilan-penghasilan selain tersebut Pasal 31 dan 32 diatur oleh Direksi dan disahkan oleh Gubernur.

Pasal 34

Pegawai berhak atas cuti yang ditetapkan oleh Direksi dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 35

Pegawai beserta keluarganya berhak atas jaminan perawatan dan pengobatan dokter, perawatan dirumah sakit/poliklinik serta lain- lainnya yang pelaksanaannya diatur oleh Direksi dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan Daerah dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 36

(1) Setiap Pegawai yang mendapatkan kecelakaan dalam/karena menjalankan tugas, berhak mendapatkan perawatan.

(2) Jika kecelakaan sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini mengakibatkan cacat tetap, berhak mendapat tunjangan cacat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Jika kecelakaan sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini mengakibatkan tewas, kepada keluarganya diberikan uang duka tewas dan biaya penguburan.

(4) Pelaksanaan ayat (1), (2), dan (3) Pasal ini ditetapkan oleh Direksi dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Pegawai yang meninggal dunia tidak disebabkan kecelakaan dalam menjalankan tugas, kepada keluarganya diberikan uang duka sesuai dengan kemampuan Perusahaan Daerah dan atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang besarnya ditetapkan oleh Direksi.

(14)

(6) Ketentuan-ketentuan sebagaimana ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) Pasal ini tidak berlaku bagi Pegawai yang menjadi peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja.

Bagian Kelima

Pembinaan

Pasal 37

(1) Untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan peningkatan kemampuan Pegawai diberikan program pendidikan, pembinaan mental dan ketrampilan.

(2) Jika dipandang perlu untuk kepentingan pelaksanaan tugas Perusahaan Daerah, Gubernur dapat mengadakan pemindahan Pegawai dari Perusahaan daerah yang satu ke Perusahaan Daerah yang lain.

Bagian Keenam

Penghargaan

Pasal 38

(1) Direksi memberikan penghargaan kepada Pegawai yang telah menunjukkan kesetiaan atau berjasa terhadap Perusahaan Daerah atau telah menunjukkan prestasi kerja yang dianggap luar biasa.

(2) Penghargaan yang dimaksud ayat (1) Pasal ini dapat berupa tanda jasa atau bentuk penghargaan lainnya.

(3) Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagaimana tersebut Pasal 22 ayat (1) diberi pesangon/penghargaan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Pegawai yang diberhentikan dengan tidak hormat tidak diberi pesangon/penghargaan.

Bagian Ketujuh

Penyelesaian Perselisihan Pegawai

Pasal 39

(1) Penyelesaian perselisihan antara Pegawai dengan Peruahaan Daerah ditempuh melalui jalan musyawarah.

(2) Apabila melalui jalan musyawarah tersebut ayat (1) Pasal ini tidak dicapai penyelesaian, Gubernur dapat menunjuk Pejabat/badan yang bertugas menyelesaikan.

BAB IV

(15)

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan tersebut dalam Pasal 2, 3, 16 dan 18 maka Direksi dan Pegawai yang telah ditetapkan/diangkat sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, menjadi Direksi dan Pegawai sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Selambat-lambatnya 12 (duabelas) bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini, semua Perusahaan Daerah harus menyesuaikan ketentuan-ketentuan kepegawaiannya berdasarkan Peraturan Daerah ini.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah- Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1963 serta ketentuan lain mengenai Direksi dan Pegawai yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 42

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 43

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Yogyakarta, 10 Pebruari 1987.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Wakil Gubernur

Propinsi Daerah Istimewa Kepala daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta

Ketua

DRS. SOEWARDI POESPOJO PAKU ALAM VIII

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Peraturan Daerah ini telah Propinsi Daerah Istimewa Yogya- disahkan dengan Keputusan karta. Menteri Dalam Negeri.

Seri : D Nomor : 539.34-1133 Nomor : 122 Tanggal : 13 Agustus 1987 Tanggal : 23 September 1987

(16)

Sekretaris Wilayah/Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

DRS. SUPRASTOWO

NIP. 490008854

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 1987

TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DIREKSI DAN PEGAWAI

PERUSAHAAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA I. PENJELASAN UMUM.

Dalam rangka menunju kearah otonomi yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah diperlukan adanya usaha penggalian, pemupukan dan peningkatan sumber Pendapatan Asli Daerah.

Dan berdasarkan Pasal 55, salah satu sumber Pendapatan asli Daerah adalah penghasilan yang berasal dari laba Perusahaan Daerah.

Selanjutnya untuk meningkatkan pembinaan terhadap Perusahaan Daerah milik Pemerintah Daerah disamping usaha peningkatan permodalan dan pengelolaannya perlu pula adanya pembinaan terhadap para Direksi dan Pegawainya.

Sesuai dengan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, pengaturan mengenai kedudukan hukum, gaji, pensiun dan sokongan serta penghasilan lain dari Direksi dan Pegawai Perusahaan daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

Oleh karena itu pengaturan kewajiban dan hak para Direksi dan Pegawai Perusahaan Daerah sangat diperlukan terutama dalam rangka memberikan jaminan serta kepastian hukum kepada para Direksi dan Pegawai yang bekerja pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pernah mengatur Ketentuan-Ketentuan Pokok Gaji Pegawai Perusahaan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta di dalam Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5/1963.

Sehubungan dengan telah ditetapkannya pedoman baru yang menyangkut Perusahaan Daerah, antara lain Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah di lingkungan Pemerintah

(17)

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 536-666 tanggal 7 Oktober 1981 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi dan Badan Pengawas Perusahaan Daerah, maka perlu mengatur kembali materi Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5/1963 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Gaji Pegawai Perusahaan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Dalam penyusunan Peraturan Daerah ini, selain berpedoman pada Peraturan-peraturan tersebut diatas, berpedoman pula pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian beserta petunjuk pelaksanaannya, dan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1984 tentang Tatacara Penyediaan Dan Penyaluran Subsidi Gaji dan Pensiun Bagi Daerah Otonom.

Atas dasar hal-hal tersebut diatas, dipandang perlu segera menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Direksi dan Pegawai Perusahaan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL :

Pasal 1 dan 2 : Cukup jelas.

Pasal 3 ayat (1) s.d (7) : Cukup jelas.

ayat (8) : Jabatan rangkap yang tidak di- benarkan dalam Pasal ini adalah jabatan rangkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984.

Pasal 4 s.d 11 : Cukup jelas.

Pasal 12 : Yang dimaksud dengan tunjangan adalah :

1. tunjangan jabatan;

2. tunjangan isteri/suami;

3. tunjangan anak;

4. tunjangan pangan;

Pasal 13 : Cukup jelas.

Pasal 14 ayat (1) : Cukup jelas.

ayat (2) : Yang dimaksud dengan penghasilan lainnya adalah :

1. jasa produksi;

2. premi;

3. tunjangan khusus Direksi.

(18)

Pasal 15 s.d 22 : Cukup jelas.

Pasal 23 : Terhadap Pegawai yang melakukan tindakan-tindakan yang merugi-kan Perusahaan Daerah, melaku-kan pelanggaran

atau perbuatan yang

bertentangan dengan kepentingan-kepentingan Peru-

sahaan Daerah dan atau kepen- tingan Negara maupun melakukan kejahatan lainnya dapat

dilakukan penyidikan/

pemeriksa maupun pihak yang berwajib.

Pasal 24 s.d 26 : Cukup jelas.

Pasal 27 ayat (1) : Cukup jelas.

ayat (2) : Yang dimaksud dengan :

1. Unit adalah unit usaha

dalam Perusahaan Daerah yang dibentuk apabila terjadi pengembangan dan

atau penggabungan Perusahaan Daerah;

2. Cabang Perusahaan daerah adalah Unsur Pelaksana sebagian tugas Perusahaan Daerah yang meliputi wilayah kerja di Daerah Tingkat II;

3. Unit Pelaksana Teknis

Perusahaan Daerah adalah Unsur Pelaksana yang melaksanakan sebagian tugas-tugas tertentu dari Perusahaan Daerah;

4. Perwakilan adalah unsur

pelaksana tugas yang melaksanakan tugas di luar daerah untuk dan atas nama Perusahaan.

ayat (3) s.d (5) : Cukup jelas.

Pasal 28 s.d 30 : Cukup jelas.

(19)

Pasal 31 ayat (1) : Upah minimum Pekerja Pemerintah yang berlaku pada saat ini adalah Upah minimum Pekerja Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1954 dan peraturan- peraturan penyempurnaannya.

ayat (2) s.d (6) : Cukup jelas.

Pasal 32 : Cukup jelas.

Pasal 33 : Yang dimaksud dengan pengha-

silan-penghasilan lainnya antara lain jasa produksi dan

premi.

Pasal 34 s.d 38 : Cukup jelas.

Pasal 39 ayat (1) : Cukup jelas.

ayat (2) : Yang dimaksud dengan Pejabat/

Badan yang bertugas menyelesaikan dalam hal ini adalah Panitia Penyelesaian Perburuhan Daerah (P4D).

Pasal 40 s.d 43 : Cukup jelas.

(20)

LAMPIRAN I

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 1987

TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DIREKSI DAN PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERSYARATAN PANGKAT DALAM JABATAN

────┬───────────────────────────────────────────────────────────┐

JABA│ PANGKAT │ TAN ├────┬────┬────┬────┬────┬────┬────┬────┬────┬────┬────┬────┤

│PENA│PENA│PENA│PENA│PENG│PENG│PENG│PENG│JURU│JURU│JURU│JURU│

│TA │TA │TA │TA │ATUR│ATUR│ATUR│ATUR│TK.I│ │MUDA│MUDA│

│TK.I│ │MUDA│MUDA│TK.I│ │MUDA│MUDA│ │ │TK.I│ │ │ │ │TK.I│ │ │ │TK.I│ │ │ │ │ │

────┼────┴────┴────┴────┼────┼────┼────┼────┼────┼────┼────┼────┤

KEPA│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ LA │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ UNIT│ │ │ │ │ │ │ │ │ │

────┼────┬────┬────┬────┴────┴────┼────┼────┼────┼────┼────┼────┤

KEPA│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ LA │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ BID/│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ BAG.│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ SATU│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ AN │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ PENG│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ AWAS│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ CAB/│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ PER │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ WAKI│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ LAN │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │

────┼────┼────┼────┼────┬────┬────┴────┴────┴────┼────┼────┼────┤

KEP.│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ SEK │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ SI/ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ SUB │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ BAG/│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ UNIT│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ PELA│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ KSA-│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ NA │ │ │ │ │ │ │ │ │ │ TEH-│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ NIS │ │ │ │ │ │ │ │ │ │

────┼────┼────┼────┼────┼────┼────┬────┬────┬────┴────┴────┴────┤

KARY│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ AWAN│ │ │ │ │ │ │ │ │ │

────┴────┴────┴────┴────┴────┴────┴────┴────┴───────────────────┘

Yogyakarta, 10 Pebruari 1987 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH WAKIL GUBERNUR

(21)

PIMPINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPALA DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

DRS. SOEWARDI POESPOJO PAKU ALAM VIII LAMPIRAN II

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 1987

TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DIREKSI DAN PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SUSUNAN KEPANGKATAN PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

──────┬───────────────────────┬───────────────┬────────────┐

NOMOR │ PANGKAT │ GOLONGAN │ RUANG │

──────┼───────────────────────┼───────────────┼────────────┤

1 │ 2 │ 3 │ 4 │

──────┼───────────────────────┼───────────────┼────────────┤

│ │ │ │ 1. │ JURU MUDA │ I │ a │ │ │ │ │ 2. │ JURU MUDA TK. I │ I │ b │ │ │ │ │ 3. │ JURU │ I │ c │ │ │ │ │ 4. │ JURU TK. I │ I │ d │ │ │ │ │ 5. │ PENGATUR MUDA │ II │ a │ │ │ │ │ 6. │ PENGATUR MUDA TK. I │ II │ b │ │ │ │ │ 7. │ PENGATUR │ II │ c │ │ │ │ │ 8. │ PENGATUR TK. I │ II │ d │ │ │ │ │ 9. │ PENATA MUDA │ III │ a │ │ │ │ │ 10. │ PENATA MUDA TK. I │ III │ b │ │ │ │ │ 11. │ PENATA │ III │ c │ │ │ │ │ 12. │ PENATA TK. I │ III │ d │ │ │ │ │

──────┴───────────────────────┴───────────────┴────────────┘

Yogyakarta, 10 Pebruari 1987

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH WAKIL GUBERNUR PIMPINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPALA DAERAH ISTIMEWA KETUA YOGYAKARTA

DRS. SOEWARDI POESPOJO PAKU ALAM VIII

(22)

LAMPIRAN III

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 1987

TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DIREKSI DAN PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEDOMAN DALAM MENETAPKAN PANGKAT AWAL PEGAWAI PERUSAHAAN DAERAH BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN ATAU PENGALAM KERJA

═════════════════════════════════════════════════════════════════

NOMOR PENDIDIKAN PENGALAMAN PENATA AWAL

─────────────────────────────────────────────────────────────────

1. Sarjana Tanpa pengalaman kerja sesuai Penata Muda dengan pekerjaan yang diper lukan minimal 4 tahun.

Ditambah pengalaman kerja sesuai dengan pekerjaan yang Penata Muda diperlukan minimal 4 tahun. Tingkat I.

2. Sarjana Muda Tanpa pengalaman kerja sesuai Pengatur dengan pekerjaan yang diperlu Muda Tk. I kan minimal 4 tahun.

Ditambah pengalaman kerja Pengatur sesuai dengan pekerjaan yang diperlukan minimal 4 tahun.

3. SLTA Tanpa pengalaman kerja sesuai Pengatur dengan pekerjaan yang diperlu Muda kan minimal 4 tahun.

Ditambah pengalaman kerja Pengatur sesuai dengan pekerjaan yang Muda Tk.I diperlukan minimal 4 tahun.

4. SLTP Tanpa pengalaman kerja Juru Muda

Tingkat I

Ditambah pengalaman kerja Juru sesuai dengan pekerjaan yang diperlukan minimal 4 tahun.

5. Sekolah Dasar Tanpa pengalaman kerja Juru Muda

─────────────────────────────────────────────────────────────────

Yogyakarta, 10 Pebruari 1987 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH WAKIL GUBERNUR

PIMPINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPALA DAERAH ISTIMEWA

(23)

KETUA YOGYAKARTA

DRS. SOEWARDI POESPOJO PAKU ALAM VIII

Referensi

Dokumen terkait

Chemistry Education Fair merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Kimia, Universitas Islam Indonesia sebagai wadah bagi anak bangsa, untuk

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pencemaran saluran drainase di lingkungan permukiman sekitar Kawasan Pasar Kahayan terjadi akibat limbah

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan

Aplikasi Sistem Informasi Geografi dapat dimanfaatkan untuk analisis potensi lahan padi sawah yaitu dalam pengolahan data parameter-parameter indeks potensi lahan

Sumber : data yang telah diolah tahun 2013 menggunakan SPSS 16.0 Pada tabel 4.2 dapat menyatakan bahwa 25 pertanyaan tentang motivasi mahasiswa dan nilai mata kuliah

tersebutPengadilan Tipikor Tingkat Pertama berpendapat bahwa Terdakwa tidak terbuktisecara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan dengan tujuanmenguntungkan

Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku

SAP S/4HANA Enterprise Management Cloud, SAP S/4HANA Finance Cloud dan SAP S/4 HANA Professional Services Cloud mencakup penggunaan Akun Pelanggan HANA Cloud Platform (HCP)