• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia JURNAL. JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia JURNAL. JURNAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

(Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bacan Timur dan

SMA Negeri 2 Bacan Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan)

ARTIKEL ILMIAH

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

OLEH

RISWAN A. SIRAJU

S841308035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA

Oleh: Riswan A. Siraju

Pembimbing: Andayani dan St. Y. Slamet Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta - Jawa Tengah Indonesia

Email: Iswanyes2014@gmail.com

ABSTRACT

Whatever the curriculum, that more importen is the teacher must be profesional to design an effective meaningful learning, This study were aimed to determine: (1) teachers’ perceptions on the 2013curriculum, (2) 2013 curriculum implementation on Indonesian Language subject; (3) the constraints were experienced teachers on 2013 curriculum implementation, (4) the teachers’ efforts to overcome obstacles in the implementation of the 2013 curriculum on Indonesian language subjects at SMA Negeri 1 East Bacan and SMAN 2 South Bacan. The study method is a spikes qualitative case study.The results showed that: (1) teachers’ perceptions to the 2013 curriculum on Indonesian language learning is student-centered learning rather than on teachers-centered learning; (2) The implementation of 2013 Curriculum on Indonesian language subjects was used scientific approach that includes of observe, ask, reasoning, tried, and creating networks;(3) the constraints were faced by teachers in implementation of 2013 Curriculum on Indonesian Language subject is the lack of tools, media, and resources of learning such as LCD, student books and other supporting facilities; (4) the efforts of Indonesian teachers in overcoming the implementation of the 2013 Curriculum in SMAN 1 East Bacan and SMAN 2 South Bacanwas used conventional media such as images that are relevant to learning materials as well as to enable the KKGs and MGMPs to communicated the faced learning problems.

Keywords: Implementation, 2013 Curriculum, Indonesian Language.

PENDAHULUAN

Kurikulum harus selalu disusun dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman. Seiring dengan perkembangan zaman pendidikan akan semakin banyak menghadapi tantangan lebih-lebih menghadapi pasar bebas atau era globalisasi. Senada dengan hal itu Depertemen Pendidikan dan

(4)

ma-nusia Indonesia agar memiliki kemam-puan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu ber-konstribusi pada kehidupan bermas-yarakat, berbangsa, dan berperadaban dunia. (Mulyasa, 2013: 65).

Tantangan masa depan yang dihadapi Bangsa Indonesia di anataranya: globalisasi: WTO, ASEAN

Community, APEC, CAFTA; masalah Lingkungan Hidup; (kemajuan tek-nologi informasi); konvergensi ilmu dan teknologi; ekonomi berbasis penge tahuan, (kebangkitan industri kreativ dan budaya); pergeseran kekuatan ekonomi dunia; pengaruh dan imbas teknosains; mutu, investasi dan trans formasi pada sektor pendidikan; hail TIMSS dan PISA.Kompetensi yang disiapkan di masa yang akan datang (2045) melalui kurikulum 2013 adalah Kemampuan berkomunikasi; kemam-puan berbikir jernih dan kritis; kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasa-lahan; kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab; kemampuan untuk mencoba mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda; kemampuan hidup dalam mas-yarakat yang mengglobal; memiliki minat luas dalam kehidupan; memiliki kesiapan untuk bekerja; memiliki kecerdasan sesuai bakat dan minatnya; memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan (Kemendikbud, 2013).

Perubahan kurikulum ini harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum sebagai ran-cangan pembelajaran memiliki kedu-dukan yang sangat strategis dalam kese-luruhan kegiatan pembelajaran, yang akan menentukan proses dan hasil pendidikan. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik kepala sekolah, guru, maupun peserta didik sangat ber-kepentingan dan akan terkena

dampaknya secara langsung dari setiap perubahan kurikulum. Di samping itu, orang tua, para pemakai lulusan, dan para birokrat baik di pusat maupun di daerah akan terkena dampak perubahan kurikulum tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung (Mulyasa, 2006: 4).

Menidaklanjuti permasalahan tersebut di atas, Perubahan kurikulum kurikulum 2013 memfokuskan pengua-tan pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan secara lebih subtansial dalam penerapannya melalui kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut, memacuh sekolah, guru, siswa, masya-rakat dan seluruh komponen pelaku pendidikan agar secara cepat merubah

mindset dan paradigma me-lalui kegiatan dan soisialisasi serta pelatihan peningkatan kompetensi guru agar dalam proses pelaksana kurikulum sudah memiliki kesiapan-kesiapan se-cara lebih dini untuk menjawab setiap perubahan kurikulum yang terjadi.

(5)

masyarakat Indonesia yang majemuk sehingga ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dapat didayagunakan untuk mempengaruhi pola dan sikap serta gaya hidup masyarakat guna mening-katkan taraf hidup dan kesejah-teraannya.

Pemerintah melalui kebijakan implementasi krikulum saat ini perlu melakukan berbagai pembenahan secara intens khusunya terkait dengan masalah implementasi kurikulum di tingkat sekolah agar dalam pelaksanaan pen-didikan benar-benar mendapat perhatian dari semua pihak sebagai upaya me-ningkatkan kualitas pen-didikan,dan pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap stack holder pendidikan di daerah khususnya dinas pendidikan dan kebudayaan agar lebih secara aktif melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pendidikan melalui program-program yang dibuatnya lebih bersifat subtansial dan mengarah kepada perma-salahan permaperma-salahan yang diahdapi oleh guru dan sekolah dalam upaya menigkatkan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.

Upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan na-sional, maka telah dilakukan berbagai perubahan mindset dan pola pikir baru dalam menimplemantasikan kurikulum 2013 yang akan datang. Perubahan tersebut ditindaklanjuti dengan berbagai bentuk kegiatan sosialisasi dan pelati-han penguatan kompetensi guru baik ditingkat pusat maupun daerah. Pela-tihan dan sosialisasi adalah hal yang sangat urgen di dalam melakukan pe-rubahan maindset dan pemahaman guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, keberhasilan kurikulum sangat ditentukan oleh berbagai pihak (stake holder) pendidikan. Salah satu yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan implementasi kurikulum adalah guru, oleh karena itu, guru sebagai unjuk

tombak pelaksana pendidikan perlu mendapat porsi penguatan kompetensi yang lebih optimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Sayleor (1981: 227) “intruc-tion is thusthe implementation of curriculum plan, usualy, but not necessarily, inovolving teaching in the sence of student, teacher interaction in educational setting”

Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan guru dan proses belajar yang dilakukan siswa di dalam ataupun di luar kelas. Oleh karena itu, keberhasilan implementasi kurikulum sangat ber-kaitan erat dengan kemampuan guru di dalam mengelola pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan melibatkan komponen-kom-ponen pendukung pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat (Sanjaya, 2008: 196) faktor-faktor yang ber-pengaruh dalam implementasi kuriku-lum adalah faktor media dan lingkungan belajar.

Keberhasilan implemnetasi kuri-kulum juga tidak terlepas dari persepsi guru dalam memahami konsep, isi, tujuan, dan pengelolaannya, hal ini dapat berakibat pada peran guru dalam menghadirkan proses belajar mengajar yang bermakna bagi peserta didik. Peran guru dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu guru sebagai perencana, guru sebagai pengelola, dan guru sebagai evaluator (Sanjaya, 2005: 13). Berdasarkan kosep tersebut di atas maka peran guru sangat penting dalam menunjang keberhasilan kurikulum dan pembelajaran yang dimulai dengan guru dapat menyusun program, melaksana-kan pembelajaran hingga pada proses evaluasi pembelajaran.

METODE PENELITIAN

(6)

Kabupaten Halmahera Selatan. Jenis penelitian ini adalah, penelitian kuali-tatif. Bentuknya adalah deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus terpancang. Sumber penelitian yang diperoleh terdiri dari informan, tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran, arsipserta dokumen. Data dirperoleh melalui wawancara, obser-vasi dan analisis dokumen dengan menggunakan teknik porposive sam-pling. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data, triangulasi metode, dan triangulasi teori. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif meliputi, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persepsi guru pada implementasi kurikulum 2013di SMA Negeri 1 Bacan Timur dan SMA Negeri 2 Bacan Selatan Kabupaten Halmahera Selatan sudah dimengerti dengan baik, hal ini dapat ditunjukan melalui pemahaman dan kemampuan guru dalam menyiap-kan administrasi pembelajaran (prog-ram semester, prog(prog-ram tahunan, silabus, RPP, dan administrasi penilaian) seba-gai acuan dalam kegiatan belajar mengajar.

Persepsi guru terhadap perang kat pembelajaran dipandang hanyalah sebatas administrasi yang wajib dipenuhi namun, dalam pelaksanaannya tidak bersifat konsisten dengan apa yang dituliskannya. Hal tersebut meng-isyaratkan bahwa persepsi guru ter-hadap kurikulum sangat ber-pengaruh pada sebuah tindakan pelak-sanaan pembelajaran, bila pemahaman dan paradigma guru terhadap kegiatan belajar mengajar hanyalah dipandang sebagai kegiatan rutinitas semata tanpa harus berpikir bagaimana pembelajaran yang dikelolanya dapat berhasil dengan

baik maka akan berdampak buruk pada konsep, tujuan, dan konten kurikulum serta keberhasilanya. (Reuters, 2013) hasil penelitiannya menjelaskan penting nya persepsi guru dalam mengem-bangkan pengalaman profesio-nalitasnya dalam pembelajaran serta mampu merancang, mengembangkan, dan melaksanakan program pem-belajaran sebagai bentuk dukungan tekhnis yang tinggi dalam mengimple-mentasikan program kurikulum.-(Feldman, 1989: 119) mengemukakan bahwa “prreception is the process by which our senses are exposed”.

‘persepsi adalah proses di mana seseorang memilah, menafsirkan, meng-analisis, dan mengintegrasikan rang-sangan terhadap indra seseorang yang terkena’. Senada dengan batasan tersebut, Kemp (1985: 11) memandang persepsi sebagai proses seseorang men-jadi sadar akan dunia disekitar diri sendiri. Dalam persepsi, seseorang menggunakan indranya untuk menang-kap objek dan peristiwa, seperti mata, telinga, dan ujung saraf di kulit (melalui mana orang tersebut mempertahankan kontak dengan lingkungannya).

Implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Bacan Timur dan SMA Negeri 2 Bacan Selatan telah ditemukan bahwa dalam kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia guru sudah memiliki peran yang optimal dalam meyiapkan program pembelajaran dan dapat melaksanakan-nya sesuai dengan kurikulum 2013.

Guru juga memilih dan mene-rapkan metode pembelajaran sesuai dengan latar belakang dan karakteristik peserta didik diantaranya metode diskusi, ceramah, tanya jawab, dan pre-sentasi serta pemberian tugas. Sedang-kan komponen pendekatan saintifik

(7)

ditekankan pada pembelajaran kuri-kulum 2013 dilaksanakan masih sebatas pada pembelajaran teks dan belum me-manfaatkan lingkungan (alam terbuka) sebagai sumber pembelajran. Dan media pembelajaran yang di-gunakan oleh gurubahasa Indonesia masih berfokus pada buku teks pe-lajaran.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat ditentukan pada krea tivitas guru dalam mengelola pem belajaran, guru perlu melibatkan seluruh sumber dayanya demi keberhasilan pembelajaran dengan cara menyiapkan program pembelajaran, menguasai bahan ajar, memilih dan menggunakan metode, strategi dan pendekatan lajaran serta model model pembe-lajaran yang inovatif dan mampu melibatkan seluruh peralatan sebagai media pembelajaran yang berhubungan dengan materi pem belajaran. Guru juga dituntut mampu menciptakan kon-disi pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna baik di dalam kelas maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan, kemajuan dan tuntutan kurikulum dewasa ini.

Hal tersebut di atas sejalan dengan pendapat Kern, et.al (1998) pemilihan strategi pendidikan harus di-dasarkan pada tiga prinsip utama di antararanya (1) metode pendidikan harus kongruen dengan tujuan pem-belajaran; (2) penggunaan beberapa metode pendidikana adalah lebih baik untuk metode tunggal, sebagaikuri-kulum harus menjawab tantangan dari banyak gaya belajar siswa dantujuan pendidikan bervariasi. Akhirnya, de-sainer kurikulum dan pelaksana harus memverifikasi ke-layakan kurikulum dalam hal sumber daya material dan manusia.

Merujuk pada permasalahan di atas! implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai dengan baik apabila guru

mampu memiliki keinginan yang kuat dalam merubah persepsi dan pe-mahaman yang positif dalam me-laksanakan tugas-tugas pengajaran, dan juga guru diharapkan memiliki moti-vasidan semangat yang kuat agar mau belajar menjadi guru yang kreatif dan lebih profesional dalam mengelola pembelajaran, dan menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap perkembangan dan tutuntan pendidikan seiring dengan perkembanagan zaman.

Guru dalam kegiatan proses belajar mengajar selalu berupaya agar dapat menguasai dan mampu mengem-bangkan bahan ajar dan mengorgani sasikanya dengan baik dan sistematis sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Lebih lanjut, untuk mununjang keber-hasilan pembelajaran guru harus mampu memanfatkan alat/ media pembelajaran khususnya media interaktif. Dari sebuah penelitian lapangan, ditemukan bahwa kelompok guru yang menggunakan media interaktif cenderung dapat memacu motivasi belajar siswa, se-dangkan kelompok yang konvensional kurang dapat memacu motivasi belajar peserta didik (Derrida, 2006: 19-22).

Hasil penelitian yang lain tentang media interaktif dapat mem bantu 32.000 murid meningkatkan prestasi di kelas, kepercayaan diri, dan sikap mereka terhadap aktivitas di sekolah. Ia juga menemukan efek dari penerapan media interaktif adalah : (1) setiap peserta didik mampu mening katkan prestasi belajar; (2) setiap peserta didik belajar dengan cara yang berbeda-beda; (3) dalam belajar, setiap peserta didik memelihara rasa saling menghormati dan mengendalikan dirinya masing-masing (Reeder, 2006: 91-111).

(8)

didik dan mampu memanfaatkan peng-gunaan alat/media pembelajaran untuk menunjang keber-hasilan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lain yang konsisten dengan studiyang dilakukan oleh Berman dan Pauly (1975), Gross et.al. (1971), dan Maundu (1986) yang menemukan bahan-bahan dan peralatan yang tidak memadai se-bagai masalah implementasi kurikulum. Para guru terpaksa ceramah dan sesekali demonstrasi disebabkan karena tidak memadainya bahan, alat dan/atau per-lengkapan (Harden, 2001).

Keberhasilan kurikulum dan pengajaran juga sangat ditentukan oleh peran kepala sekolah. Kepala sekolah yang memiliki segala otoritas dan kewenangan perlu memperhatikan ke-majuan pembelajaran yang dilasanakan oleh guru, Salah satu fungsi kepala sekolah sebagai super-visor perlu dilaksanakan secara optimal dan ber-kesinambungan sehingga ham-batan-hambatan guru dalam mengelola pembelajaran dapat diketahui dan di-carikan jalan keluar terhadap guru yang kurang memiliki kemampuan mengu-nakan metode dan strtegi pem-belajaran dan penerapan model-model pem-belajaran yang diharapkan lebih bersifat inovatif.

Hasil penelitian implementasi krikulum 2013 pada mata pelajaran bahasa Idonesia di SMA Negeri 1 Bacan Timur dan SMA Negeri 2 Bacan Selatan menunjukan bahwa peran kepala sekolah terhadap pelaksanaan proses kegiatan belajar melalui kegiatan supervisi kelas masih belum optimal. Kepala sesolah lebih banyak meng-habiskan waktunya pada kegaiatan-kegiatan yang bersifat administratif dan kurang medorong peningkatan kualitas pembelajaran. Peran kepala sekolah melalui kegiatan supervisi diharapkan dapat mengetahui beberapa informasi yang dilakukan oleh guru dalam

mengelolah pembelajaran dalam hal penggunaan metode, strategi dan model pembelajaran, serta evaluasi dan peni-laian yang diterapkannya, sehingga hal tersebut dapat menjadi masukan dan evaluasi melalui pem-binaan, serta masukan bagi guru sebagai upaya pe-ningkatan kualitas pembelajaran.

Lebih lanjut, hasil penelitian yang mirip dengan temuan Lelthwood dan Montgomery (1981) dan Fullan (1982) bahwa kepala sekolah dari dua sekolah dalam penelitian ini memainkan peran yang terbatas dalam kegiatan supervisi kelas dan intruksi, namun mereka hanya memeriksa catatan guru bekerja tetapi mereka tidak menye-diakan guru-guru mereka dengan membantu secara akademik dan/atau nasihat profesional. Para kepala sekolah hanya meng-habiskan waktu dalam tugas-tugas yang bersifat administratif dan juga terlibat secara aktif untuk mengamankan keuagan (Paul A, Twelker, at.al, 2013). Lebih lanjut, ditegas oleh (Shilling, 2013) dalam penelitiannya yang melibatkan dua belas peserta direkrut untuk penelitian. Metode peng-umpulan data mencakup wawan-cara semi-terstruktur, dokumen yang meli-batkan laporan tes standar dan peta kurikulum, dan observasi kelas. Hasil penelitian menyagkut strategi untuk keberhasilan imple-mentasi pemetaan kurikulum dapat diidentifikasi sebagai berikut: konsis-tensi kepemimpinan dan dukungan, pelatihan yang cukup dan memadai, penyediaan sumber daya dan bantuan komunikasi terus-menerus tentang inisiatif, memantau proses pelaksanaan, dan memberikan insentif.

(9)

bentuk, makna dan fungsi agar dalam menggunakannya dengan tepat sesuai dengan berbagai keperluan dan ke-adaan. Selain itu peenting bagi peserta didik dalam mempelajari bahasa Indo-nesia sebagai sarana meningktkan kecerdasan inteletual dan kematangan emosional serta kematangan sosial dan memiliki disiplin dalam berbicara dan menulis. Guru juga dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan pemahaman secara dalam kepada peserta didik tentang tujuan belajar bahasa Indonesia dan sastra Indonesia sehingga peserta didik lebih memiliki kesiapan-kesiapan dalam mempelajari materi yang akan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. (Andayani, 2014: 169).

Pembelajaran bahsa Indonesia dalam Implementasi kurikulum 2013, perlu mendapat perhatian yang serius oleh guru sehingga tujuan dalam belajar bahasa Indonesia oleh peserta didik benar-benar dapat terlak-sana dengan baik. Oleh karena itu dalam mencapai tujuan tersebut, guru perlu memahami dan menerapkan berbagai strategi dan metode pem-belajaran dengan baik. Metode pembe-lajaran bahasa Indonesia khusus-nya pada sekolah menengah atas meng-utamakan pembelajaran ber-kelompok, berpasangan, dan mandiri (Kemendikbud, 2013). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian tentang pembelajaran di persekolahan mem-butuhkan metode dan media yang baru agar pembelajaran bergairah dan meningkatkan minat siswa untuk belajar melalui multimedia interaktif pem-belajara di persekolahan di harap kan mampu meningkatkan kualitas pem-belajaran (Nandi, 2006).

Implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Bacan Timur dan SMA Negeri 2 Bacan Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan sudah dilaksanakan

dengan baik, hal ini dapat dilihat pada kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran dan sudah mengacuh pada kurikulum 2013, namun guru masih belum konsisten dengan pe-rangkat pembelajaran yang ditulis-kannya, belum memiliki usaha yang sungguh-sungguh serta kraetivitas da-lam memilih/menentukan metode, fasi-latas, media/alat, buku sumber, dan instrumen evaluasi/penilaian sehingga sangat bertolak belakang/ tidak sesuai dengan kenyataan pada saat proses belajar mengajar.Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran guru perlu menentukan langka-langka pem-belajaran yang tepat, memilih dan menggunakan metode dan strategi yang efektif guna mencapai tujuan pem-belajaran secara optimal. Pempem-belajaran dikatakan berjalan baik dan efektif jika proses pembelajaranya berkualitas dan hasil pembelajaranya mencapai tujuan yang diharapkan, senada dengan Good and Brophy (2003); Petty (2006); Stronge (2007), (dalam Hosnan, 2013: 98) Pencapaian pembelajaran dapat berhasil efektif manakala dapat meme-nuhi 10 ciri sebagai berikut : (1) pema-paran materi dan pengarahan guru disampaikan secara jelas; (2) mengu-nakan kegiatan belajar mengajar yang bervariasi; (3) tugas berorientasi pada iklim kelas yang kondusif; (4) mem-perhatikan kecepatan belajar individu; (5) meningkatkan partispasi siswa dan selalu terlibat dalam pembelajaran; (6) memantau kemajuan dan terpenuhinya kebutuhan siswa dalam belajar; (7) menyampaikan pembelajaran dengan struktur dan peng-organisasian yang jelas; (8) menjamin ketercapaian tujuan pendidikan; (9) memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif; (10) menggunakan teknik bertanya yang baik.

(10)

keber-hasilan pembelajaran. Guru perlu memi-liki kompetensi akan pentingnya sanaan evaluasi dalam setiap pelak-sanaan pembelajran bahasa Indonesia secara cermat dan objektif. Tujuannya adalah guru dapat mengetahui dan mendapatkan informasi ketercapain hasil belajar yang diperoleh peserta didik sehingga guru dapat berusaha untuk mencari jalan keluar atau solusi melalui kegiatan remedial sebagai upaya mengatasi kebuntuan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Guru bahasa indonesia harus memahami secara benar tujuan penilaian yang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan pendapatHughes (1997: 7)dijelaskan bahwa dalam pem-belajaran bahasa, Evaluasi atau penilaian dilaksanakan dengan beberapa tujuan. (1) mendiag-nosis kekuatan dan kelemahan siswa, (2) mengetahui kecakapan berbahasa siswa dan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, dan (3) mengukur hasil belajar bahasa siswa.

Konsep tersebut di atas, bila dibandingkan dengan hasil penelitian pada implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran bahsa Indonesia di SMA Negeri 1 Bacan Timur dan SMA Negeri 2 Bacan Selatan Kabupaten Halmahera Selatan bahwa, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru sudah melaksanakan kegiatan evaluasi dan penilaian namun masih menggunkan penilaian kurikulum KTSP. Hal ini disebabkan karena kesulitan guru dalam memahami dan menyiapkan instrumen evaluasi/ penilaian pada kurikulum 2013 termasuk pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, untuk menentukan penilaian sesuai dengan tujuan yang diinginkan, guru kesulitan dalam mengelola waktu pada kurikulum 2013 disebabkan karena alokasi waktu yang sangat terbatas dalam setiap pertemuan hanya dialokasikan 45 menit dalam setiap kali pertemuan (tatap

muka) tidak sebanding dengan banyaknya indikator penilaian pada tiga aspek penilaian yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan dipan-dang terlalu banyak sehingga menyu-litkan guru di dalam membagi waktu antara pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi.

(11)

penilaian. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar yang lebih baik maka guru perlu diberikan berbagai kegiatan dan pelatihan, menyediakan saran pen-dukung berupa media/peralatan yang sesuai dengan kebutuhan guru di dalam mengelola pembelajaran.

SIMPULAN

Pertama, keberhasilan pem-belajaran bahasa Indonesia pada kuri-kulum 2013 sangat ditentuan pada beberapa aspek antara lain: (1) Ke-mampuan guru dalam memahami kon-sep, tujuan, dan isi dari kurikulum sehingga dalam kegaiatan belajar meng-ajar guru memiliki persepsi yang luas akan keberhasilan kurikulum dan pengajaran, dan memiliki komitmen yang tinggi dalam mengelola pem-belajaran yang dimulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan hingga pada evaluasi dan penilaian,

kedua, guru perlu memiliki sikap yang positif dan mau berusaha meningktakan komptensi pengajarannya (memahami, menggunakan metode, strategi pen-dekatan, serta model pembelajaran yang inovatif)sehingga tujuan pem-belajaran dapat tercapai dengan baik dan proses kegiatan belajar mengajar dapat mengalami peningktan-pening-katan dari waktu ke waktu,ketiga,Guru perlu memahami tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada peserta didik sehingga pelaksanaanya benar-benar dapat diaplikasikan secara baik dan tepat oleh pesrta didik, ke-empat, keberhasilan kurikulum dan pembe lajaran bahasa Indonesia juga bergantung pada peran kepala sekolah. Kepala sekolah perlu memberikan bimbingan profesional secara intens ter-hadap guru melalui kegiatan supervisi kelas dan menyediakan sarana pen-dukung pada kegiatan proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2014. Pendekatan Saintifik dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Derrida, C. Ann. 2006 “ Science Teacher Characteristic By Teacher Behavior and Student Outcome: A Meta Analysis of Research” Journal of Research in Science Teaching, Vol.33. No.XX.pp. 19-22.

Feldman, Robert Stephen. 1989.Essentials of UnderstandingPsychology.New York: McGraw-Hill, Inc.

Harden, R.M. 2001. AMEE Guide No.21: Curriculum Mapping: a Tool for Transparent and Autentic and Learning, Medical Teacher, Vol.23, No.2 pp.123-137.

Hughes, Arthur. 1997. Testing for Language Teachers.Cambridge University Press.

Hosnan H. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pem-belajaran Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Desain Induk Kurikulum 2013.

(12)

Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kern, D.E.; Thomas, P.A.; Howard, D.M. & Bass, E.B. (1998). Curriculum Development for Medical Education. Baltimore: The John Hopkins University Press.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : Remaja Rosdakarya.

________. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nandi. 2006. Penggunaan Multi Media Interaktif Dalam Pembelajaran Geografi di Persekolahan, dalam Jurnal “GEA”April 2006, Vol. 6. No. 1. pp. 23-27

Paul A. Twelker, et.al. 2013. The Systematic Devolopment of Intruction An Overview and Basic Guide to The Literature. Journal of Curriculum an Intruction (JoCI), United States International University, Vol.7, No.2. pp. 20-37.

Reeder, Shelby. 2006. “Making Attarc-tive Approach in Learning”. American Education Journal. Winter. Vol.43.No.14.pp.91-111.

Sayleor, J. Galem, Alexander, Wiliam M. Dan Lowis Arthur J. (1981). Curriculum Planing Better Teaching ang Learning,Holt- Rine hart and Winston.

Shilling,Tamara. 2013. Opportunites and Challenges of Curriculum Mapping Implementation in One School Setting: Considerations for School Leaders.Journal of Curriculum and Instruction (JoCI).Vol. 7, No. 2, pp. 20-37.

Reuters, Thomson. 2013. What Makes Professional Development Effec-tive Strategies That Foster Curru-culum Implementation. America Educational Research Journal.Vol. 44, No. 4, pp. 921-958.

Referensi

Dokumen terkait

MBE adalah suatu kemampuan dasar yang disediakan oleh SIBK (sistem informasi berbasis komputer) dengan kondisi dimana SIBK memikul sebagian tanggung jawab dalam pengendalian

Semakin tinggi konsentrasi dopan maka warna serbuk sampel semakin gelap dan semakin tinggi temperatur kalsinasi maka warna serbuk sampel semakin gelap pula yang

Berdasarkan analisis KUWAT, memungkinkan masalah ini karena belum adanya penomoran rumah warga di RT 17 dusun suka makmur desa muhajirin. Dikhawatirkan untuk identifikasi

pengembalian pinjaman yang disalurkan akibatnya pendapatan PNPM Mandiri menurun dan CCR juga menurun.selama periode penelitian CCR sampel penelitian mengalami

Walau bagaimanapun, jika anda mempunyai isu tentang hal berkaitan etika atau pematuhan atau anda telah melihat sesuatu yang mungkin merupakan pelanggaran Dasar Syarikat dan anda

Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat memberikan sedikit kontribusi pengetahuan tentang aplikasi perangkat lunak pada perangkat komunikasi bergerak yang di kenal sebagai Java

[r]

Peraturan MENPAN No.52 tahun 2014, tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersft dan Melayani.. Keputusan