• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK : studi kuasi eksperimen pada kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi lisan di program keahlian administrasi perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 kota Bandung tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK : studi kuasi eksperimen pada kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi lisan di program keahlian administrasi perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 kota Bandung tahun"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER

TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X

SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran, Fakultas Pendidikan

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh:

INDRI OKTAVIANI 1100197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN

PERKANTORAN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING

(CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X

SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Indri Oktaviani

1100197

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Indri Oktaviani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

INDRI OKTAVIANI

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING

(CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X

SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing,

Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd. NIP. 195704011984031003

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Manajemen Perkantoran

(4)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X

SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

INDRI OKAVIANI 1100197

Skripsi ini dibimbing oleh:

Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung yang ditandai dengan banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) pada ulangan tengah semester. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT) dengan kelas yang menerapkan Metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan bentuk nonequivqlenty control group design. Penelitian dilaksanakan terhadap peserta didik Kelas X AP 1 dan Kelas X AP 2 Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang menerapkan Metode CWPT (X AP 1) dan kelas kontrol yang menerapkan Metode RPT (X AP 2). Hasil analisa data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan metode CWPT dengan kelas kontrol yang metode RPT. Berdasarkan temuan penelitian peneliti menyarankan: (1) Bagi pihak pendidik untuk menerapkan metode CWPT dan RPT dalam pembelajaran. (2) Bagi kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan mengenai metode CWPT dan RPT kepada para pendidik yang lain. (3) Bagi para peneliti disarankan agar dapat melanjutkan penelitian serupa pada kompetensi dasar yang lain atau pada mata pelajaran yang lain, sehingga diperoleh temuan-temuan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

(5)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

IMPLEMENTATION OF CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT)

METHOD ON STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENTS

(A Quasi-experimental Study of the Basic Competence of Explaining Verbal Communication in Office Administration Expertise Program of the Grade-X of

SMK Pasundan 1 of Bandung City Academic Year of 2014/2015)

INDRI OKAVIANI 1100197

This Mini-thesis under supervision of: Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd.

The background of the research was the low learning achievements of grade-X students of Office Administration Expertise Program of SMK Pasundan 1 of Bandung City as indicated by the large number of those students who got a score below the Minimal Passing Criteria (KKM) in mid-semester examinations. The purpose of the research was to determine whether there is a difference in the students’ learning achievements between the class that implemented Classwide Peer Tutoring (CWPT) method and the class that implemented Reciprocal Peer Tutoring (RTP) method. The research method used was a quasi-experimental method in form of nonequivalent control group design. The research was carried out on grade-X AP 1 and grade-X AP 2 students of Office Administration Expertise Program of SMK Pasundan 1 of Bandung City in the Basic Competence of Explaining Verbal Communication. The research comprised two classes, i.e., one experimental class that implemented CWPT method (X AP 1) and one control class that implemented RTP method (X AP 2). The results of data analysis show that there was’nt difference in the learning achievements between the class that applied a CWPT method and the class that applied a RPT method. Based on the findings of the study researchers suggest: (1) For the educators to implement the method CWPT and RPT in learning. (2) For the principal should socialize the CWPT and RPT methods to other educators. (3) For the researchers suggested in order to continue similar research on other basic competence or on other subjects, in order to obtain useful findings for education.

(6)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan MasalahError! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Metode Classwide Peer TutoringError! Bookmark not defined.

2.1.4 Metode Reciprocal Peer TutoringError! Bookmark not defined.

2.1.5 Kekurangan Metode Peer TutoringError! Bookmark not defined.

2.2 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

(7)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data .... Error! Bookmark not defined.

3.4.1 Pengujian Instrumen Penelitian . Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.5.1 Pengujian Persyaratan Analisis DataError! Bookmark not defined.

3.5.2 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

3.6 Skenario Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Profil SMK Pasundan 1 Kota BandungError! Bookmark not defined.

4.2.1 Sejarah Singkat SMK Pasundan 1 Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Visi dan Misi SMK Pasundan 1 Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Tujuan SMK Pasundan 1 Kota BandungError! Bookmark not defined.

4.2 Alur Penelitian Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Tahap Awal (Tahap Persiapan) . Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Tahap Pelaksanaan (Pelaksanaan Pengumpulan Data) ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Tahap Akhir (Tahap Pengambilan Keputusan) ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Hasil Pengujian Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Uji Reliabilitas... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Uji Tingkat Kesukaran InstrumenError! Bookmark not defined.

4.3.4 Daya Pembeda Instrumen... Error! Bookmark not defined.

(8)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

4.5 Hasil Pengujian Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.5.1 Perhitungan Skor Gain ... Error! Bookmark not defined.

4.5.2 Perhitungan Pengujian Persyaratan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.5.3 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(9)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengukuran keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah

dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.

Namun, hingga saat ini rendahnya hasil belajar peserta didik masih terjadi

disemua jenjang pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang terdapat

pada portal berita www.beritasatu.com yang ditulis oleh Wahyuni dengan judul

“Skor PISA jeblok, Kemdikbud janji tidak tinggal diam”, Selasa, 23 Juli 2013. Pada berita tersebut mengungkapkan bahwa “Berdasarkan survey dari PISA, pada

tahun 2009 Indonesia berada di peringkat ke 57 dari 63 negara. Kemudian, pada

tahun 2012 yang diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa usia 15 tahun di 65 negara

dan wilayah menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke 64 dari total 65

negara.”

Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik di Indonesia

masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Maka

tidak heran, jika sampai saat ini topik penelitian di Indonesia seperti: skripsi, tesis,

disertasi, maupun karya tulis ilmiah lainnya seakan tidak ada habisnya membahas

mengenai hasil belajar peserta didik yang rendah di berbagai jenjang pendidikan.

Sekolah Mengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang

pendidikan tingkat menengah yang sejajar dengan Sekolah Menengah Atas

(SMA). SMK bertujuan untuk menciptakan lulusan yang siap kerja, oleh karena

itu seluruh peserta didik di SMK dituntut untuk menguasai seluruh kompetensi

yang diajarkan oleh pendidik sebagai bekal untuk masuk ke dunia kerja.

Pencaiapan kompetensi tersebut dapat terlihat dari hasil belajar peserta didik yang

tercermin dalam nilai Ujian Tengah Semester (UTS).

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMK Pasundan

(10)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukkan hasil belajar yang belum optimal pada Kompetensi Dasar

Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Kondisi tersebut terlihat dari persentase

jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) pada UTS, seperti yang terlihat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1. 1.

Daftar Rekapitulasi Persentase Jumlah Peserta Didik yang Berada di Bawah KKM pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan

No Tahun

Sumber: Data pra-penelitian yang diolah dari SMK Pasundan 1 Kota Bandung

Tabel 1.1 menunjukkan dari Tahun Ajaran 2013/2014 sampai dengan

Tahun Ajaran 2014/2015 persentase jumlah peserta didik yang berada di bawah

KKM tidak terjadi secara fluktuatif, yaitu hanya mengalami penurunan sebesar

1%. Namun, pada setiap tahunnya persentase jumlah peserta didik yang berada di

bawah KKM sangat tinggi. Di Kelas X AP 1 persentase jumlah peserta didik yang

berada di bawah KKM tertinggi terjadi pada Tahun Ajaran 2013/2014 dengan

persentase sebesar 97%, sedangkan persentase terendah terjadi pada Tahun Ajaran

2014/2015 sebesar 48%. Di Kelas X AP 2 persentase tertinggi terjadi pada Tahun

Ajaran 2014/2013 sebesar 63%, sedangkan persentase terendah terjadi pada

Tahun Ajaran 2014/2015 sebesar 52%. Di Kelas X AP 3 persentase jumlah

peserta didik yang berada di bawah KKM tertinggi terjadi pada Tahun Ajaran

2014/2015 sebesar 100%, sedangkan persentase terendah terjadi pada Tahun

Ajaran 2013/2014 sebesar 100%. Berbeda dari kelas yang lainnya, sehubungan

dengan kurangnya jumlah peserta didik maka Kelas X AP 4 hanya terdapat pada

Tahun Ajaran 2013/3014 dengan persentase jumlah peserta didik yang berada di

bawah KKM sebesar 56%.

Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 1.1 peneliti menyimpulkan bahwa

(11)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di bawah KKM pada Tahun Ajaran 2013/2014, kecuali Kelas AP 3 yang memiliki

persentase paling tinggi pada Tahun Ajaran 2014/2015.

Selanjutnya data pra-penelitian yang diperoleh dari SMK Pasundan 1 Kota

Bandung, peneliti gambarkan ke dalam grafik sebagai berikut.

Sumber: Data pra-penelitian yang diolah dari SMK Pasundan 1 Kota Bandung

Gambar 1. 1. Persentase Jumlah Peserta Didik yang Berada di Bawah KKM pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan

Periode Tahun Ajaran 2010/2011 s.d 2014/2015

Gambar 1.1 menunjukkan persentase jumlah peserta didik yang berada di

bawah KKM dari Tahun Ajaran 2013/2014 sampai dengan 2014/2015. Persentase

paling tinggi terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015 di Kelas X AP 3, yaitu sebesar

100%, Sedangkan persentase paling rendah terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015

sebesar 48% di Kelas X AP 1. Tingginya persentase peserta didik yang berada di

bawah KKM selama dua tahun terakhir mengindikasikan belum optimalnya hasil

belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi

Lisan.

Masalah tersebut sangat penting untuk dibahas, karena jika dibiarkan,

dalam jangka pendek akan berdampak terhadap kurangnya pemahaman peserta

didik terhadap materi tersebut, yang akan menghambat untuk mempelajari materi

selanjutnya. Sedangkan dalam jangka panjang, akan berdampak terhadap

(12)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kualitas lulusan sekolah merupakan cerminan dari kualiatas pendidikan

suatu sekolah. Jika lulusan sekolah tersebut memiliki kualitas yang baik, maka

masyarakat akan menyimpulkan bahwa kualitas pendidikan di sekolah tersebut

juga baik. Begitu juga sebaliknya, jika kualitas lulusan sekolah masih rendah

maka masyarakat akan mengambil kesimpulan bahwa kualitas pendidikan di

sekolah tersebut juga rendah.

Menurut Wijayati dkk. (2008:281) mengemukakan bahwa “Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan yaitu kurikulum, sarana dan

prasarana, pendidik, peserta didik dan metode.”

Menurut Hakim (2008:6) menjelaskan bahwa :

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti menyimpulkan

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan atau hasil belajar peserta

didik terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, seperti:

kondisi fisik, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor

yang berasal dari luar peserta didik seperti: kurikulum, sarana dan prasarana,

pendidik, metode pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap hasil belajar peserta didik adalah penggunaan metode pembelajaran.

Selama ini dalam pembelajaran, pendidik cenderung menggunakan metode

konvensional. Adapun metode konvensional yang digunakan, yaitu metode

ceramah dan tanya jawab.

Harsanto (2007:87) menyebutkan bahwa “Mengajar secara konvensional

adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin kepada peserta

(13)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pusat dalam pembelajaran, sehingga pendidik yang berperan aktif dan lebih

menentukan kegiatan pembelajaran. Sedangkan peserta didik ditempatkan sebagai

objek, yaitu sebagai penerima informasi yang diberikan oleh pendidik. Meskipun

metode konvensional telah lama digunakan, namun peneliti masih menemukan

kondisi hasil belajar peserta didik yang rendah.

Sebagai bentuk penanganan terhadap hasil belajar peserta didik yang

belum optimal, maka dibutuhkan penerapan metode-metode pembelajaran yang

inovatif. Salah satu inovasi metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah metode-metode yang terdapat dalam

pembelajaran kooperatif. Karena pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang menempatkan

peserta didik sebagai pusat dalam pembelajaran, sehingga peserta didik harus

lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan pendidik hanya berperan sebagai

fasilitator.

Menurut Wicaksono (2014:35) menyatakan bahwa :

Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi belajar dengan kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota bekerja saling membantu dalam memahami materi pembelajaran.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Lie (2008:28) bahwa:

Pembelajaran kooperaif adalah suatu sistem kerja atau kerja kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yang saling ketergantungan, yaitu saling ketergantungan secara positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok

Pemaparan mengenai pembelajaran kooperatif di atas menegaskan bahwa

pembelajaran kooperati merupakan suatu pembelajaran dimana pendidik hanya

berperan sebagai fasilitator, sehingga peserta didik dituntut untuk lebih aktif

dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, pendidik dapat

membagi peserta didik ke dalam kelompok yang beranggotakan 2 sampai 5 orang.

Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat metode-metode yang dapat

(14)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(CWPT). Namun, sebelum menerapkan sebuah metode tentu saja harus

disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.

Menurut Cheung dan Winter (1999:191) menyatakan bahwa “Metode

CWPT merupakan sebuah sistem bimbingan teman sebaya antara tutor-tutee

secara berpasangan yang bekerja sama di dalam kelas.” Mereka mengatakan

Classwide Peer Tutoring (CWPT) is a peer tutoring system involving tutor-tutee pairs working together on a classwide basis.”

Sedangkan menurut Sugiharto dan Prayitno (2010:475) menyatakan

bahwa:

CWPT adalah sebuah bentuk pembelajaran di mana siswa dipasang-pasangkan oleh guru. Satu berperan sebagai tutor (guru) sedangkan yang satunya berperan sebagai tutee (siswa). Siswa yang berperan sebagai tutor menjalankan fungsinya sebagai guru termasuk memberikan pertanyaan untuk mengevaluasi siswa yang berperan sebagai tutee. Pada termin berikutnya dilakukan pergantian peran tutor menjadi tutee dan tutee

menjadi tutor.

Sehingga peneliti simpulkan bahwa Metode CWPT merupakan sebuah

metode dimana peserta didik dikelompokkan berpasangan, seorang peserta didik

bertugas menjadi tutor dan seorang peserta didik yang lainnya menjadi tutee.

Salah satu kompetensi dasar dalam Mata Pelajaran Korespondensi adalah

Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan yang merupakan

kompetensi dasar yang pertama pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X dan

merupakan materi dasar dalam korespondensi. Oleh karena itu, peserta didik harus

mengusai materi-materi dalam kompetensi dasar tersebut. Selain itu, komunikasi

merupakan hal yang sangat dalam menjalankan organinsasi. Seperti yang

dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2011:4) yang menyatakan bahwa “ Komunikasi yang baik sangat penting bagi efektivitas kelompok atau organisasi”.

Mengingat komunikasi sangat penting dalam organisasi maka peserta didik yang

nantinya akan terjun ke dalam dunia kerja yang tidak lain masuk dalam sebuah

organisasi, maka peserta didik harus memahami materi-materi dalam Kompetensi

Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan secara meyeluruh guna menunjang

(15)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut meliputi: dasar-dasar komunikasi, peralatan/mesin komunikasi dan tata

cara menerima panggilan telepon. Dalam mempelajari materi tersebut diperlukan

sebuah kemampuan membaca yang baik agar peserta didik dapat dengan mudah

memahami materi tersebut.

Kompetensi Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan merupakan

sebuah kompetensi dasar yang termasuk kedalam aspek kognitif. Oleh karena itu,

peserta didik dituntut untuk menjelaskan tentang komunikasi lisan secara

menyeluruh. Cara agar peserta didik dapat dengan mudah mengingat dan

memahami materi tentang komunikasi lisan adalah dengan merangkum materi

tersebut ke dalam pola 5M+1H (what, where, when, who, why and how).

Peserta didik dapat dengan mudah merangkum semua materi Kompetensi

Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan ke dalam pola 5W+1H, apabila

didukung dengan tingkat kemampuan membaca yang baik. Hal ini dikarenakan,

dengan kemampuan membaca yang baik materi tersebut dapat dengan mudah

untuk diingat dan dipahami dengan tepat, sehingga peserta didik dapat

memperoleh hasil belajar yang optimal pada saat evaluasi pembelajaran. Selain

itu, dalam Kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk bekerja sama dan aktif

dalam pembelajaran, maka peserta didik dituntut untuk menggali setiap informasi

dan mengingat setiap informasi bersama-sama dengan anggota kelompoknya.

Berdasarkan karakteristik kompetensi dasar yang telah dijelaskan, maka

peneliti memilih Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT), karena Metode

CWPT mengelompokkan peserta didik secara berpasangannya yang berperan

sebagai tutor (guru) dan tutee (siswa) sehingga pembelajaran akan lebih fokus.

Selain itu, Metode CWPT dapat membantu peserta didik untuk mengingat materi

melalui bacaan-bacaan yang disediakan karena pada dasarnya seseorang dapat

mendapatkan informasi yang akurat berdasarkan informasi yang mereka baca.

Setelah proses membaca, dilakukan penguatan melalui pertanyaan-pertanyaan

yang dilontarkan oleh tutor kepada tutee. Tutee akan langsung mendapatkan

respon dari tutor berdasarkan jawaban yang mereka berikan, sehingga tutee dapat

(16)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jawaban tutee benar, maka tutee akan mendapatkan point. Namun, apabila

jawaban tutee salah maka tutee akan mengetahui jawaban yang sebenarnya.

Selain itu, peneliti memilih Metode CWPT karena didasarkan pada

pendapat ahli sebagai berikut:

Menurut Kamps dkk. (1994:56) menyatakan bahwa metode CWPT dapat

meningkatkan prestasi akademik dan interaksi sosial antar peserta didik melalui

peningkatan dalam kemampuan membaca dan tanggapan terhadap pertanyaan

berdasarkan sumber bacaan. Dia mengatakan bahwa:

Classwide peer toring was an effective and efficient strategy for increasing the academic achievement and social interactions of students with autism and their non-disabled peers. Specifically, CWPT positively affected academic achievement for the majority of students by increasing reading fluency (rate ofwords read correctly) and correct responses to reading comprehension questions.

Selanjutnya Greenwood (1997:53) menyatakan bahwa melalui metode

Classwide Peer Tutoring, peserta didik dapat menguasai pembelajaran dan

melakukan interaksi sosial yang positif di dalam kelas. Dia mengatakan bahwa

CWPT provides the opportunity for student to practice and master what they are learning while encouraging positive social interaction among student.”

Kesimpulannya melalui CWPT peserta didik dapat memahami materi yang

disampaikan dengan cepat dan tepat karena mereka membaca sumber bacaan,

kemudian mereka saling melontarkan pertanyaan dan langsung mendapatkan

respon atas jawaban yang mereka berikan. Sehingga Metode CWPT tidak hanya

mampu meningkatkan hasil belajar, tetapi juga dapat meningkatkan interaksi

sosial dengan kelompoknya.

Metode CWPT merupakan salah satu tipe dari Peer Tutoring (Bimbingan

Sebaya). Di dalam Metode CWPT terdapat pergantian peran antara tutor dan tutee

secara tersturktur, dimana mereka saling memberikan bantuan dalam proses

pembelajaran. Berdasarkan informasi dari Institute of Education Science

menyatakan Metode CWPT adalah suatu metode dimana peserta didik

(17)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan peserta didik yang lainnya berperan sebagai tutee (yang di tutor). Adapun

prosedurnya menurut Burks (2004:302) sebagai berikut:

(1) During the CWPT condition, student were randomly divided each week into a tutoring pair.

(2) One student in each pair served as tutor for 10 minute, while the other student was the tutee. After 10 minutes, the switched roles for another 10 minutes.

(3) The tutor read assigned spelling word to tutee, who was supposed to write down a word, the tutor checked it for spelling accuracy.

(4) If spelling was incorrect, the tutee had to spell the word correctly three times.

(5) Each tutor/tutee receive 2 points for each word spelled correctly, 1 point for corrected spelling words, or no point if the student could not spell a word correctly after the third attempt or refuse to spell it.

(6) CWPT protocol, the teacher gave 1 or 2 extra points to teams that were on task and demonstrate appopriate behavior.

(7) The objective was for each team to obtain as many points as posibble during their allotted time.

(1) Peserta didik dibagi ke dalam kelompok berpasangan.

(2) Seorang peserta didik berperan sebagai tutor selama 10 menit, satu orang lainnya berperan sebagai tutee. Setelah 10 menit mereka berganti peran. (3) Setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee,

tutee harus menjawab pertanyaan tersebut dan tutor mengecek jawaban

tutee.

(4) Jika jawaban tutee salah, maka tutee menuliskan jawaban yang benar sebanyak tiga kali.

(5) Tutor/tutee akan mendapatkan dua poin jika jawabannya benar, 1 point untuk mengoreksi, atau tidak mendapatkan point jika tidak dapat menjawab.

(6) Dalam CWPT, pendidik memberikan tambahan 1 atau 2 point untuk kelompok yang menjalankan tugas dengan benar.

(7) Penghargaan diberikan kepada kelompok yang mendapatkan poin terbanyak.

Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian peneliti adalah kuasi

eksperimen. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang serumpun dengan CWPT.

Adapun metode pembanding yang dipilih oleh peneliti adalah Metode Reciprocal

Peer Tutoring (RPT).

(18)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan metode Reciprocal Peer Tutoring, tidak jauh berbeda dengan metode Classwide Peer Tutoring. Hanya saja di dalam Reciprocal Peer Tutoring, jika tutee tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan tutor, maka tutor tidak langsung memberikan jawabnnya, tetapi mendorong tutee untuk berpikir lagi jika tidak maka tutor menyajikan masalah-masalah alternatif lain yang sekiranya bisa dijawab oleh tutee.

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan grand theory

belajar dari Lev Vygotsky. Vygotsky merupakan salah satu pencetus teori belajar

kontruktivisme sosial. Vygotsky (Abu, 2007:55) berpandangan bahwa

“Pembelajaran tidak berlaku sekiranya tidak ada interaksi antara pendidik dengan kanak-kanak dan kanak-kanak dengan rekan sebaya.”

Lebih jelasnya Vygotsky (Woolfolk, 2009a:82) yang diterjemahkan oleh

Soetjipto dan Soetjipto menyatakan bahwa “Perkembangan kognitif terjadi

melalui percakapan dan interaksi sosial, dengan anggota-anggota yang lebih

mampu di budayanya—orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.”

Dalam hal ini, contoh dari orang dewasa adalah guru dan orang tua.

Berdasarkan beberapa teori mengenai teori kontruktivisme sosial, maka

peneliti simpulkan bahwa teori konstruktivisme sosial adalah suatu pendekatan

dalam pembelajaran di mana peserta didik berinteraksi dengan orang-orang di

lingkungannya, baik dengan teman di dikelas, pendidik, ataupun orang tua yang

dianggap lebih mampu dalam rangka membagun pengetahuan mereka.

Selanjutnya pandangan tersebut dikenal dengan istilah konstruktivisme sosial,

karena berfokus terhadap interaksi sosial di dalam proses pembelajarannya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti

berkeinginan untuk meneliti: PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang

Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK

(19)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Inti kajian dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik

pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Kelas X

Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 1 Kota Bandung.

Seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang di halaman 4, jika hal ini

dibiarkan akan berdampak terhadap kompetensi lulusan sekolah.

Berdasarkan informasi yang terdapat pada bkddiklat.ntbprov.go.id yang

ditulis oleh Hidayat dengan judul “Psikology Pendidikan”, Sabtu, 1 Februari 2014

mengatakan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

peserta didik terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Faktor intern, yaitu semua faktor yang yang ada pada pribadi peserta didik baik jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis).

2. Faktor ektern, yaitu semua faktor, keadaan, kondisi, situasi diluar diri pribadi peserta didik, antara lain cahaya atau penerangan, suara atau bunyi-bunyian, temperatur atau iklim, situasi atau kondisi, tempatpeserta didik belajar, bau-bauan, orang orang atau benda benda disekeliling kita, situasi dan kondisi sekitar.

3. Faktor tehnik atau pendekatan belajar, yaitu teknik dan metode pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan hasil kajian empirik dan hasil wawancara kepada beberapa

peserta didik Kelas X AP di SMK Pasundan 1 Kota Bandung, permasalahan yang

terjadi diduga karena penerapan metode pembelajaran yang digunakan oleh

pendidik dirasa kurang efektif dan kreatif sehingga membuat peserta didik bosan

dan tidak mampu untuk menyerap materi yang disampaikan secara optimal.

Akibatnya, setelah dilakukan ujian banyak peserta didik yang memperoleh nilai

dibawah KKM atau lulus tapi dengan nilai yang kurang memuaskan. Selain itu,

pengelompokkan peserta didik yang beranggotakan lebih dari empat orang

mengakibatkan adanya pembagian kerja yang tidak proposional antar anggota

kelompok. Akibatnya jika, ada pengelompokkan peserta didik memilih untuk

berkelompok dengan orang-orang yang mereka anggap dapat bekerja sama

dengan baik. Berawal dari hal tersebut, muncul kelompok-kelompok informal

dikelas atau yang biasa disebut gang. Akibatnya interaksi sosial di dalam kelas

(20)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh sebab itu, pendidik memerlukan suatu inovasi metode pembelajaran

untuk diterapkan dalam proses KBM. Inovasi metode pembelajaran yang dapat

digunakan adalah metode CWPT. Karena selain dapat meningkatkan hasil belajar

metode CWPT dapat meningkatkan interaksi sosial yang positif antar peserta

didik. Adapun dalam penelitian ini, hasil belajar peserta didik yang dikaji adalah

hasil belajar ranah kognitif.

Merujuk pada permasalah yang telah dipaparkan, maka secara spesifik

masalah tersebut dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang

menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT) dengan kelas yang

menerapkanMetode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk

memperoleh informasi melalui kajian ilmiah tentang penerapan metode

CWPT terhadap hasil belajar peserta didik.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara

kelas yang menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT)

dengan kelas yang menerapkan Metode Reciprocal Peer Tutoring

(RPT).

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai

(21)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian yang peneliti lakukan berguna untuk

menambah wawasan bagi dunia pendidikan dan pengembangan metode

pembelajaran yang ideal untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.

Selain itu, dapat dijadikan bahan kajian oleh pihak lain sehingga dapat

menemukan temuan-temuan ilmiah lain yang lebih inovatif.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi peserta didik, apabila penelitian ini berhasil dapat membantu

meningkatkan hasil belajar mereka.

b. Bagi pendidik, sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran

yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta

didik.

c. Bagi sekolah, sebagai media informasi mengenai metode

pembelajaran yang dapat dikembangkan disekolah guna

(22)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(23)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Desain Penelitian Eksperimen

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Secara umum menurut Sugiyono (2013:3) menyatakan bahwa

“Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Karena penelitian yang

diajukan peneliti adalah penelitian ilmiah di bidang pendidikan, maka peneliti

harus menggunakan langkah-langkah ilmiahdi dalam mendapatkan data guna

memecahkan permasalah dalam bidang pendidikan.

Lebih jelasnya metode pelitian yang digunakan peneliti adalah quasi

experimental design dengan bentuk nonequivqlenty control group design,

sehingga peneliti harus membandingkan dua kelompok yaitu kelas kontrol dan

kelas perlakuan (eksperimen) yang tidak dipilih secara random. Kelompok kelas

perlakuan mendapatkan treatment, sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan

treatment. Masing-masing kelompok diukur sebanyak dua, yaitu sekali sebelum

treatment dan satu kali setelah treatment. Pada pengukuran sebelum treatment

peneliti akan memberkan pretest dan setelah treatment peneliti akan memberikan

post test untuk kedua kelompok.

Pada kelompok eksperimen peneliti akan memberikan treatment dengan

menggunakan metode CWPT sedangkan pada kelompok kontrol peneliti akan

memberikan perlakuan metode RPT. Agar lebih jelas, desain penelitian yang

digunakan peneliti digambarkan sebagai berikut:

Eksperimen ∶ Kontrol ∶

O X O O X O

Keterangan :

O : Pre test pada kelompok eksperimen

(24)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O : Pre test pada kelompok kontrol

O : Post test pada kelompok kontrol

X1 : Penerapan metode pembelajaran Classwide Peer Tutoring

X2 : Penerapan metode pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring

Selanjutnya langkah-langkah penelitian kuasi eksperimen bentuk

nonequivalent control group design peneliti digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Peneliti, 2015

Pre test Pre test

Post test Post test

Kelas

Kontrol Kelas

Eksperimen

Uji Beda

Proses Pembelajaran

Kelas Treatment

Proses Pembelajaran

Kelas Kontrol Uji

Beda Uji

Beda

Gain

Uji Beda

(25)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3. 1. Kerangka Eksperimen

Adapun langkah-langkah metode kuasi eksperimen adalah sebagai berikut:

1) Mengujikan soal pre test kepada peserta didik di kelas treatment dan kelas

kontrol.

2) Hasil dari pre test dari kelas treatment dan kelas kontrol diujikan dengan uji

beda yaitu uji-t. untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan yang

signifikan.

3) Setelah teruji kelas treatment dan kelas kontrol memiliki tidak memiliki

perbedaan, maka dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model

pembelajaran masing-masing kelas. Bila hasil tes uji beda menyatakan ada

perbedaan maka eksperimen tidak bisa dilanjutkan.

4) Setelah kelas treatment dan kelas kontrol diberikan perlakuan metode

pembelajaran. Langkah selanjutnya melakukan mengujikan post test.

5) Hasil dari post test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan kembali dengan

pengujian uji beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan.

6) Selanjutnya melakukan uji beda antara hasil pre-test dengan post post pada

masing-masing kelas.

7) Selanjutnya melakukan perhitungan skor gain pre test dan post test pada

masing-masing kelas.

8) Langkah terakhir, hasil perhitungan gain di kelas eksperimen dan kelas kontrol

diujikan dengan uji beda untuk mengetahui bahwa proses bermakna secara

signifikan dapat tidaknya meningkatkan hasil belajar.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu varibel bebas

dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode Classwide

Peer Tutoring, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar

peserta didik ranah kognitif. Adapun objek yang diteliti adalah peserta didik Kelas

X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota

(26)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Dimana kelas eksperimen diberikan treatment dengan Metode CWPT,

sedangkan kelas kontrol dengan Metode RPT. Selanjutnya hasil belajar peserta

didik antara ke dua kelas tersebut dibandingkan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X Program Studi

Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung, yaitu Kelas X AP

1, X AP 2, X AP 3. Sedangkan sampel yang digunakan adalah Kelas X AP 1

dengan Kelas X AP 2. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik

nonprobability, yaitu berdasarkan pertimbangan peneliti. Adapun alasan peneliti

memilih Kelas X AP 1 dan Kelas X AP 2 karena kedua kelas diampu oleh guru

yang sama, yaitu Ibu Mitya.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data untuk mendukung penelitiannya. Dalam memilih teknik

pengumpulan data tentu saja disesuaikan dengan jenis penelitian yang dipilih

digunakan. Dalam rangka mengumpulan data, peneliti dapat menggunakan

metode non tes dan tes. Adapun dalam penelitian yang dilakukan, peneliti

menggunakan metode non tes berupa wawancara dan metode tes untuk

mengumpulkan data.

3.4.1 Pengujian Instrumen Penelitian

Menurut Gulo (2002:123) instrument penelitian adalah pedoman tertulis

tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan

untuk mendapatkan informasi dari responden. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode tes dan non tes. Instrumen untuk metode non tes

(27)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diajukan kepada peserta didik. Sedangkan intrumen penelitian yang peneliti

gunakan untuk metode tes adalah instrumen berbentuk tes.

Menurut Bruce (Djaali dan Muljono, 2007:6) menyatakan bahwa:

Tes dapat digunakan untuk mengukur banyaknya pengetahuan yang diperloleh individu dari bahan pelajaran yang terbatas pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, tes merupakan alat ukur yang banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan.

Instrumen tes dibuat setelah peneliti mempelajari terlebih dahulu

Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Dalam penelitian,

peneliti membuat instrument tes berupa soal dalam bentuk pilihan ganda yang

berjumlah 40 soal. Setelah instrument tes dibuat, kemudian instrumen tes tersebut

di uji coba terhadap peserta didik Kelas X di SMK Profita Bandung untuk

mengetahui apakah intrumen tersebut layak digunakan sebagai alat pengambilan

data. Setelah diketahui bahwa instrument tes tersebut layak untuk digunakan,

maka instrument tes tersebut diberikan kepada peserta didik kelas X dikelas

kontrol dan kelas eksperimen. Berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (postest). Di

bawah ini merupakan langkah-langkah untuk menganalisis instrumen berbentuk

tes:

3.4.1.1 Uji Validitas Instrumen

Instrument yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu harus

melalui tahap diuji validitas, agar instrument dapat mengukur sesuai dengan

kenyataannya atau mengukur yang seharusnya diukur. Menurut Sugiyono

(2004:109) suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila instrument tersebut

dapat mengukut apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas yang dilakukan

peneliti diuji dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan nilai validitas

instrumen menggunakan koefsien Product Moment dari Person. Di bawah ini

merupakan rumus dari perhitungan koefsien Product Moment:

� = n ∑ xy − ∑ x . ∑ y

(28)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber: Uno (2012:108)

Keterangan :

� : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan variabel yang dikorelasikan

x : Skors tiap items x

y : Skors tiap items y

N : Jumlah responden uji coba

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka nilai �

dibandingkan dengan nilai � ��. Nilai � �� diperoleh dari tabel statistika

Critical Value of The r Product Moment dengan harga r pada taraf

signifikan ∝ = 95% dan taraf kebebasan (db)=n-2. Suatu butir soal

dikatakan valid jika � >��.

3.4.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Sugiyono (2013:364) menyatakan bahwa suatu data dinyatakan reliable

apabila:(i) dua peneliti atau lebih dalam obyek yang sama, (ii) atau peneliti yang

sama dalam waktu yang berbeda, (iii) atau sekelompok data bila dipecah

ketiga-tiganya akan menghasilkan data yang sama. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila

hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan.

Semiawan (2010:136) menyatakan bahwa “Reliabilitas menunjuk kepada

tingkat konsistensi bila penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti yang lain atau

oleh peneliti yang sama tapi tempat yang berbeda.“ Peneliti menggunakan rumus

koefisien alpha (α) dari cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

� = [ �

� − ] [ − ∑ �

� ]

(29)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

: Realibilitas tes secara keseluruhan k : Jumlah butir instrumen

∑ σb : Jumlah varians butir σt : Varians total

3.4.1.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Tingkat kesukaran soal dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh

peserta didik pada setiap soal. Dari jawaban tesebut, pendidik dapat melihat

apakah suatu soal termasuk kedalam kategori mudah, sedang, ataupun sulit.

Adapaun untuk menguji tingkat kesukaran instrumen peneliti menggunakan

rumus dibawah ini:

P =

Sumber: Arikunto (2006:100)

Keterangan :

P : Indeks Kesukaran

B : Banyak peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar

Js : jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan mudah, sedang, atau

sukar, peneliti menggunakan kriteria yang tercantum pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 1. Tingkat Kesukaran

No. Rentang Nilai tingkat

kesukaran Klasifikasi

1 0,70-1,00 Mudah

2 0,30-0,70 Sedang

3 0,00-0,30 Sukar

(30)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4.1.4 Daya Pembeda Instrumen

Berdasarkan perhitungan daya pembeda instrument atau soal, pendidik

dapat mengukur kemampuan peserta didik. Sehingga nantinya, pendidik dapat

mengetahui mana peserta didik yang berkemampuan tinggi dan mana saja peserta

didik yang berkemampuan rendah. Adapaun untuk mengetahui daya pembeda

peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

D =

� +

� = � − �

Sumber: Arikunto (2006:100)

Keterangan :

D : Daya pembeda

� : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

� : Hanyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

� : Hanyaknya peserta kelompok atas

� : Banyaknya peserta kelompok bawah

� : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

�� : Proporsi kelompok bawah yang menjawab salah

Tabel 3. 2.

Klasifikasi Daya Pembeda

No Rentang Nilai D Klasifikasi

1 0,00-0,19 Jelek

2 0,20-0,39 Cukup

3 0,40-0,69 Baik

4 0,70-1,00 Baik Sekali

5 Negatif Tidak Baik

(31)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah uji beda (uji-t)

dua rata-rata. Pengujian ini dilakukan untuk mengatahui dan menguji perbedaan

rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.5.1 Pengujian Persyaratan Analisis Data 3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data tersebut

normal atau tidak. Hal ini berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang

akan digunakan. Adapun untuk menguji normalitas peneliti menggunakan uji

Liliefors Test.

Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut Somantri

dan Muhidin (2011:289-290), sebagai berikut:

1) Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama.

2) Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3) Dari frekuensi susun frekuensi kumulatimya.

4) Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi).

5) Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z 6) Menghitung Theoretical Proportion.

7) Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8) Carilah selisih terbesar di luar titik observasi

Tabel 3.5 merupakan tabel distibusi pembantu untuk pengujian

normalitas data:

Tabel 3. 3.

Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

Xi Fi Fki � Z � � -

� ��

��− -

(32)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sumber : (Somantri & Muhidin, 2011:291)

Keterangan :

Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar

Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fk sebelumnya

Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, (�) = fk/n

Kolom 5 : Nilai Z, formula, � =Xi− �̅ S

Dimana : �̅ = ∑ �� dan S = √∑ �� − (∑ ��)2

� −

Kolom 6 : Theoretical Proportion (label z): Proporsi Kumulalif Luas Kurva

Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada label distribust

normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion

dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)

Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai

selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut Adalah D

hitung.

Selanjutnya menghitung D tabel pada ∝ = 0,05 dengan cara ,886

√ .

Kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria :

1) D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.

2) D hitung ≥ D tabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

3.5.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan uji perbedaan varians kelompok yang

(33)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sama untuk taraf signifikan sebesar ∝. Dalam penelitian yang dilakukan

peneliti menggunakan taraf signifikan sebesar 5%. Perhitungan uji homogenitas

peneliti lakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010,

yaitu Uji F (F-Test Two-Sample for Variances).

Uji F memiliki kriteria, apabila nilai F (Fhitung) < nilai F critical one-tail

(Ftabel), maka varians skor data homogen. Sedangkan, apabila F (Fhitung) > nilai F

critical one-tail (Ftabel), maka varians skor data tidak homogen. Data yang

diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif yang diambil dari hasil pretest

dan hasil postest.

3.5.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan dua rata-rata nilai

yang diperoleh peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan

nilai pre test dan post test yang telah dilakukan. Tujuan dari pengujian hipotesis

adalah untuk mengetahui apakan hipotesis dalam penelitian ini di tolak atau

diterima.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengujian hipotesis

menurut Rasyid (Somantri dan Muhidin, 2006:161), adalah sebagai berikut:

a) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan hipotesis

penelitian yang diajukan.

b) Menentukan taraf kemaknaan/nyata α (level of significance α).

c) Kumpulkan data melalui sampel peluang (probaility sample/random sample).

d) Gunakan statistik uji yang tepat.

e) Tentukan titik kritis dan daerah kritis (daerah penolakan) H0

f) Hitung nilai statistik uji berdasarkan data yang dikumpulkan.

g) Perhatikan apakah nilai hitung statistik uji jatuh di daerah penerimaan atau penolakan?

h) Berikan kesimpulan statistik.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan dua

rata-rata. Uji perbedaan rata-rata ini akan menguji hipotesis dalam penelitian ini,

yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang

(34)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) pada Kompetensi Dasar

Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi

Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung.

Dalam penelitian ini, uji-t yang peneliti lakukan menggunakan bantuan

software Microsoft Excel 2010, yaitu T-test (Two-Sample Assuming Equal

Variances). Adapun rumus yang digunakan adalah rumus uji-beda (uji-t) polled

variance sebagai berikut:

� = �̅̅̅ − �̅̅̅

√ � − � + � − – � − � + �

(Sumber: Sugiyono, 2013:273)

Keterangan:

X : rata-rata skor gain kelompok eksperimen

X : rata-rata skor gain kelompok kontrol

n : jumlah peserta didik kelas eksperimen

n : jumlah peserta didik kelas kontrol

S : Standar deviasi skor kelompok eksperimen

S : Srandar deviasi skor kelompok kontrol

Uji beda (uji-t) ini akan digunakan untuk mencari perbedaan pada soal

pretest, perbedaan pada saat proses ketika terjadi perlakuan, dan juga perbedaan

pada soal postest. Uji beda ini dilakukan agar mengetahui kesignifikansi statistik

perbedaan atau perubahan yang terjadi.

Apabila nilai t Stat (Thitung) > t Critical one-tail (Ttabel), maka H0 ditolak.

Artinya hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat perbedaan hasil belajar peserta

didik antara kelas yang menerapkan metode Classwide Peer Tutoring CWPT)

dengan kelas yang menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) pada

(35)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Administrasi Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung dapat

diterima.

Apabila nilai t Stat (Thitung) < t Critical one-tail (Ttabel), maka H0 diterima.

Artinya hipotesis yang diajukan, yaitu tidak terdapat perbedaan hasil belajar

peserta didik antara kelas yang menerapkan metode Classwide Peer Tutoring

CWPT) dengan kelas yang menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT)

pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program

Keahlian Administrasi Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung

ditolak.

3.6 Skenario Pembelajaran

Dibawah ini adalah langkah-langkah penerapan metode pembelajaran

Classwide Peer Tutoring (kelas eksperimen) dan penerapan metode pembelajaran

Reciprocal Peer Tutoring (kelas kontrol):

Tabel 3. 4.

a. Pendidik membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Pendidik menyiapkan materi yang

akan dibahas

c. Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test

1. Tahap Persiapan

a. Pendidik membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Pendidik menyiapkan materi yang akan dibahas

c. Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pendahuluan

1) Pendidik mengkondisikan peserta didik dan mengecek kehadiran. 2) Apersepsi: Mengaitkan materi

yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya.

3) Motivasi: Memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang akan disampaikan

2) Apersepsi: Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya

3) Motivasi: Memberikan gambaran manfaat mempelajarai materi yang akan disampaikan 4) Pemberian Acuan:

(36)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik.

c) Pendidik terlebih dahulu harus

mengorganisir dan

mengelompokkan peserta didik berpasangan.

d) Seorang peserta didik menjadi tutor (pendidik) dan seorang

1) Pendidik membagikan materi yang akan dipelajari.

2) Setiap peserta didik membaca dan mendiskusikan materi tersebut dengan pasangannya.

3) Setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee. Berdasarkan 5W+1H (who, what, when, where, why and how). (Greenwood, 1997:54)

4) Tutee harus menjawab pertanyaan tersebut.

5) Tutee akan mendapatkan poin jika jawabannya benar.

6) Jika jawaban tutee salah atau tutee

tidak mampu menjawabnya, maka tutorlah yang menyediakan jawabannya; kemudian tutee

menuliskan jawaban tersebut sebanyak tiga kali, membaca jawaban kembali tersebut dengan tepat, atau bahkan mengoreksi kesalahan yang mungkin terdapat dalam jawaban itu. 7) Tutor berganti peran dengan tutee

setiap 10 menit.

8) Bersama-sama peserta didik membahas soal yang telah diberikan.

test kepada peserta didik b) Pendidik menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik.

c) Pendidik terlebih dahulu harus mengorganisir dan

langkah Reciprocal Peer Tutoring

b. Kegiatan Inti

Tahap pelaksanaan Reciprocal Peer Tutoring

1) Setiap tutor mempersiapkan materi yang akan diajarkan. 2) Setiap tutor mengajarkan

materi yang telah ia persiapkan kepada pasangannya.

3) Setiap pasangan membaca dan mendiskusikan materi tersebut. 4) Tutor membuat soal dalam bentuk pilihan ganda dan menyerahkan soal tersebut kepada pendidik untuk dilihat kelayakannya.

5) Apabila soal tersebut layak maka setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee. Namun, jika soal tersebut tidak layak maka tutor harus mengganti dengan soal yang lain.

6) Tutee harus menjawab

pertanyaan tersebut.

7) Tutee akan mendapatkan poin jika jawabannya benar.

8) Jika jawaban tutee salah atau

tutee tidak mampu

(37)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9) Pendidik memonitoring dan membimbing peserta didik selama pembelajaran.

10) Pada pertemuan berikutnya, pasangan tutor dan tutee

berubah.

jawaban kepada tutee, tetapi mendorongnnya untuk berfikir lagi atau jika tidak maka tutor menyajikan masalah-masalah alternatif lain yang sekiranya bisa dijawab oleh tutee.

9) Bersama-sama peserta didik membahas soal yang telah diberikan bersama-sama. 10)Pendidik memonitoring dan

membimbing peserta didik selama pembelajaran.

11)Tutor berganti peran dengan

tutee pada pertemuan

berikutnya. Tanpa merubah pasangan.

3.Kegiatan Penutup

1) Pendidik membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan mengenai keseluruhan materi pembelajaran yang didiskusikan oleh peserta didik.

2) Mengadakan refleksi

3) Menginformasikan rencana kegiatan berikutnya.

4) Pendidik menutup proses pembelajaran.

3.Kegiatan Penutup

1. Pendidik membuat kesimpulan bersama peserta didik mengenai materi pembelajaran yang dipelajari.

2. Mengadakan refleksi

3. Menginformasikan rencana kegiatan berikutnya.

4. Pendidik menutup proses pembelajaran.

Gambar

Tabel 1. 1. Daftar Rekapitulasi Persentase Jumlah Peserta Didik yang Berada di Bawah
Gambar 1. 1. Persentase Jumlah Peserta Didik yang Berada di Bawah KKM pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan
Tabel 3. 1.
Tabel 3. 2.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Using a treatment effects model with panel data for a sam- ple of S&amp;P 500 firms over the period 1994–1996, we find that organizational change in the form of Total

TIK yang dikembangkankan di dalam pendidkan harus menuju terwujudnya sistem terpadu yang dapat membangun konektivitas antar komponen yang ada dalam pendidikan

Indirect act adalah kegiatan hubungan sekolah dengan masyar\akat melalui perantara media tertentu seperti misalnya: informasi lewat televisi, penyebaran informasi lewat

Perubahan  bentuk  akibat  adanya  tegangan  dalam  logam  las  yaitu  tegangan memanjang  dan  tegangan  melintang.  Dalam  hal  ini  distorsi  atau  deformasi 

14 Berdasarkan hasil pengorganisasian data Setelah diwawancarai ternyata guru pendidikan agama Islam di SMA Muhammadiyah Gisting Lampung telah berusaha

penelitian ilmiah di MTs Negeri 1 Bandar Lampung dengan judul “ Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru di MTs Negeri Bandar Lampung

Hasil analisa juga menunjukkan bahwa untuk kejadian hujan dengan kala ulang 5 tahun serta penggunaan lahan tahun 2010, maka diperoleh prosentase saluran drainase yang

Berdasarkan Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Harga Nomor :42/ BA-KLA &amp; NEGO/PSPPSDKP/DKP/2014 tanggal 26 Agustus 2014, bersama ini disampaikan Pelaksana untuk