PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER
TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X
SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran, Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh:
INDRI OKTAVIANI 1100197
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN
PERKANTORAN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING
(CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XSMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh Indri Oktaviani
1100197
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Indri Oktaviani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
INDRI OKTAVIANI
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING
(CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XSMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing,
Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd. NIP. 195704011984031003
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Manajemen Perkantoran
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X
SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
INDRI OKAVIANI 1100197
Skripsi ini dibimbing oleh:
Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung yang ditandai dengan banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) pada ulangan tengah semester. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT) dengan kelas yang menerapkan Metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan bentuk nonequivqlenty control group design. Penelitian dilaksanakan terhadap peserta didik Kelas X AP 1 dan Kelas X AP 2 Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang menerapkan Metode CWPT (X AP 1) dan kelas kontrol yang menerapkan Metode RPT (X AP 2). Hasil analisa data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan metode CWPT dengan kelas kontrol yang metode RPT. Berdasarkan temuan penelitian peneliti menyarankan: (1) Bagi pihak pendidik untuk menerapkan metode CWPT dan RPT dalam pembelajaran. (2) Bagi kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan mengenai metode CWPT dan RPT kepada para pendidik yang lain. (3) Bagi para peneliti disarankan agar dapat melanjutkan penelitian serupa pada kompetensi dasar yang lain atau pada mata pelajaran yang lain, sehingga diperoleh temuan-temuan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
IMPLEMENTATION OF CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT)
METHOD ON STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENTS
(A Quasi-experimental Study of the Basic Competence of Explaining Verbal Communication in Office Administration Expertise Program of the Grade-X of
SMK Pasundan 1 of Bandung City Academic Year of 2014/2015)
INDRI OKAVIANI 1100197
This Mini-thesis under supervision of: Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd.
The background of the research was the low learning achievements of grade-X students of Office Administration Expertise Program of SMK Pasundan 1 of Bandung City as indicated by the large number of those students who got a score below the Minimal Passing Criteria (KKM) in mid-semester examinations. The purpose of the research was to determine whether there is a difference in the students’ learning achievements between the class that implemented Classwide Peer Tutoring (CWPT) method and the class that implemented Reciprocal Peer Tutoring (RTP) method. The research method used was a quasi-experimental method in form of nonequivalent control group design. The research was carried out on grade-X AP 1 and grade-X AP 2 students of Office Administration Expertise Program of SMK Pasundan 1 of Bandung City in the Basic Competence of Explaining Verbal Communication. The research comprised two classes, i.e., one experimental class that implemented CWPT method (X AP 1) and one control class that implemented RTP method (X AP 2). The results of data analysis show that there was’nt difference in the learning achievements between the class that applied a CWPT method and the class that applied a RPT method. Based on the findings of the study researchers suggest: (1) For the educators to implement the method CWPT and RPT in learning. (2) For the principal should socialize the CWPT and RPT methods to other educators. (3) For the researchers suggested in order to continue similar research on other basic competence or on other subjects, in order to obtain useful findings for education.
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan MasalahError! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
2.1 Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Metode Classwide Peer TutoringError! Bookmark not defined.
2.1.4 Metode Reciprocal Peer TutoringError! Bookmark not defined.
2.1.5 Kekurangan Metode Peer TutoringError! Bookmark not defined.
2.2 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.
2.3 Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined.
2.4 Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data .... Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Pengujian Instrumen Penelitian . Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
3.5.1 Pengujian Persyaratan Analisis DataError! Bookmark not defined.
3.5.2 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
3.6 Skenario Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
4.1 Profil SMK Pasundan 1 Kota BandungError! Bookmark not defined.
4.2.1 Sejarah Singkat SMK Pasundan 1 Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Visi dan Misi SMK Pasundan 1 Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.
4.2.3 Tujuan SMK Pasundan 1 Kota BandungError! Bookmark not defined.
4.2 Alur Penelitian Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Tahap Awal (Tahap Persiapan) . Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Tahap Pelaksanaan (Pelaksanaan Pengumpulan Data) ... Error! Bookmark not defined.
4.2.3 Tahap Akhir (Tahap Pengambilan Keputusan) ... Error! Bookmark not defined.
4.3 Hasil Pengujian Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
4.3.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.
4.3.2 Uji Reliabilitas... Error! Bookmark not defined.
4.3.3 Uji Tingkat Kesukaran InstrumenError! Bookmark not defined.
4.3.4 Daya Pembeda Instrumen... Error! Bookmark not defined.
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x
4.5 Hasil Pengujian Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
4.5.1 Perhitungan Skor Gain ... Error! Bookmark not defined.
4.5.2 Perhitungan Pengujian Persyaratan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
4.5.3 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengukuran keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah
dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.
Namun, hingga saat ini rendahnya hasil belajar peserta didik masih terjadi
disemua jenjang pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang terdapat
pada portal berita www.beritasatu.com yang ditulis oleh Wahyuni dengan judul
“Skor PISA jeblok, Kemdikbud janji tidak tinggal diam”, Selasa, 23 Juli 2013. Pada berita tersebut mengungkapkan bahwa “Berdasarkan survey dari PISA, pada
tahun 2009 Indonesia berada di peringkat ke 57 dari 63 negara. Kemudian, pada
tahun 2012 yang diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa usia 15 tahun di 65 negara
dan wilayah menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke 64 dari total 65
negara.”
Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik di Indonesia
masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Maka
tidak heran, jika sampai saat ini topik penelitian di Indonesia seperti: skripsi, tesis,
disertasi, maupun karya tulis ilmiah lainnya seakan tidak ada habisnya membahas
mengenai hasil belajar peserta didik yang rendah di berbagai jenjang pendidikan.
Sekolah Mengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang
pendidikan tingkat menengah yang sejajar dengan Sekolah Menengah Atas
(SMA). SMK bertujuan untuk menciptakan lulusan yang siap kerja, oleh karena
itu seluruh peserta didik di SMK dituntut untuk menguasai seluruh kompetensi
yang diajarkan oleh pendidik sebagai bekal untuk masuk ke dunia kerja.
Pencaiapan kompetensi tersebut dapat terlihat dari hasil belajar peserta didik yang
tercermin dalam nilai Ujian Tengah Semester (UTS).
Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMK Pasundan
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan hasil belajar yang belum optimal pada Kompetensi Dasar
Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Kondisi tersebut terlihat dari persentase
jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) pada UTS, seperti yang terlihat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1. 1.
Daftar Rekapitulasi Persentase Jumlah Peserta Didik yang Berada di Bawah KKM pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan
No Tahun
Sumber: Data pra-penelitian yang diolah dari SMK Pasundan 1 Kota Bandung
Tabel 1.1 menunjukkan dari Tahun Ajaran 2013/2014 sampai dengan
Tahun Ajaran 2014/2015 persentase jumlah peserta didik yang berada di bawah
KKM tidak terjadi secara fluktuatif, yaitu hanya mengalami penurunan sebesar
1%. Namun, pada setiap tahunnya persentase jumlah peserta didik yang berada di
bawah KKM sangat tinggi. Di Kelas X AP 1 persentase jumlah peserta didik yang
berada di bawah KKM tertinggi terjadi pada Tahun Ajaran 2013/2014 dengan
persentase sebesar 97%, sedangkan persentase terendah terjadi pada Tahun Ajaran
2014/2015 sebesar 48%. Di Kelas X AP 2 persentase tertinggi terjadi pada Tahun
Ajaran 2014/2013 sebesar 63%, sedangkan persentase terendah terjadi pada
Tahun Ajaran 2014/2015 sebesar 52%. Di Kelas X AP 3 persentase jumlah
peserta didik yang berada di bawah KKM tertinggi terjadi pada Tahun Ajaran
2014/2015 sebesar 100%, sedangkan persentase terendah terjadi pada Tahun
Ajaran 2013/2014 sebesar 100%. Berbeda dari kelas yang lainnya, sehubungan
dengan kurangnya jumlah peserta didik maka Kelas X AP 4 hanya terdapat pada
Tahun Ajaran 2013/3014 dengan persentase jumlah peserta didik yang berada di
bawah KKM sebesar 56%.
Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 1.1 peneliti menyimpulkan bahwa
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di bawah KKM pada Tahun Ajaran 2013/2014, kecuali Kelas AP 3 yang memiliki
persentase paling tinggi pada Tahun Ajaran 2014/2015.
Selanjutnya data pra-penelitian yang diperoleh dari SMK Pasundan 1 Kota
Bandung, peneliti gambarkan ke dalam grafik sebagai berikut.
Sumber: Data pra-penelitian yang diolah dari SMK Pasundan 1 Kota Bandung
Gambar 1. 1. Persentase Jumlah Peserta Didik yang Berada di Bawah KKM pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan
Periode Tahun Ajaran 2010/2011 s.d 2014/2015
Gambar 1.1 menunjukkan persentase jumlah peserta didik yang berada di
bawah KKM dari Tahun Ajaran 2013/2014 sampai dengan 2014/2015. Persentase
paling tinggi terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015 di Kelas X AP 3, yaitu sebesar
100%, Sedangkan persentase paling rendah terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015
sebesar 48% di Kelas X AP 1. Tingginya persentase peserta didik yang berada di
bawah KKM selama dua tahun terakhir mengindikasikan belum optimalnya hasil
belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi
Lisan.
Masalah tersebut sangat penting untuk dibahas, karena jika dibiarkan,
dalam jangka pendek akan berdampak terhadap kurangnya pemahaman peserta
didik terhadap materi tersebut, yang akan menghambat untuk mempelajari materi
selanjutnya. Sedangkan dalam jangka panjang, akan berdampak terhadap
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kualitas lulusan sekolah merupakan cerminan dari kualiatas pendidikan
suatu sekolah. Jika lulusan sekolah tersebut memiliki kualitas yang baik, maka
masyarakat akan menyimpulkan bahwa kualitas pendidikan di sekolah tersebut
juga baik. Begitu juga sebaliknya, jika kualitas lulusan sekolah masih rendah
maka masyarakat akan mengambil kesimpulan bahwa kualitas pendidikan di
sekolah tersebut juga rendah.
Menurut Wijayati dkk. (2008:281) mengemukakan bahwa “Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan yaitu kurikulum, sarana dan
prasarana, pendidik, peserta didik dan metode.”
Menurut Hakim (2008:6) menjelaskan bahwa :
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti menyimpulkan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan atau hasil belajar peserta
didik terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, seperti:
kondisi fisik, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari luar peserta didik seperti: kurikulum, sarana dan prasarana,
pendidik, metode pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik adalah penggunaan metode pembelajaran.
Selama ini dalam pembelajaran, pendidik cenderung menggunakan metode
konvensional. Adapun metode konvensional yang digunakan, yaitu metode
ceramah dan tanya jawab.
Harsanto (2007:87) menyebutkan bahwa “Mengajar secara konvensional
adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin kepada peserta
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pusat dalam pembelajaran, sehingga pendidik yang berperan aktif dan lebih
menentukan kegiatan pembelajaran. Sedangkan peserta didik ditempatkan sebagai
objek, yaitu sebagai penerima informasi yang diberikan oleh pendidik. Meskipun
metode konvensional telah lama digunakan, namun peneliti masih menemukan
kondisi hasil belajar peserta didik yang rendah.
Sebagai bentuk penanganan terhadap hasil belajar peserta didik yang
belum optimal, maka dibutuhkan penerapan metode-metode pembelajaran yang
inovatif. Salah satu inovasi metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah metode-metode yang terdapat dalam
pembelajaran kooperatif. Karena pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang menempatkan
peserta didik sebagai pusat dalam pembelajaran, sehingga peserta didik harus
lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan pendidik hanya berperan sebagai
fasilitator.
Menurut Wicaksono (2014:35) menyatakan bahwa :
Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi belajar dengan kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota bekerja saling membantu dalam memahami materi pembelajaran.
Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Lie (2008:28) bahwa:
Pembelajaran kooperaif adalah suatu sistem kerja atau kerja kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yang saling ketergantungan, yaitu saling ketergantungan secara positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok
Pemaparan mengenai pembelajaran kooperatif di atas menegaskan bahwa
pembelajaran kooperati merupakan suatu pembelajaran dimana pendidik hanya
berperan sebagai fasilitator, sehingga peserta didik dituntut untuk lebih aktif
dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, pendidik dapat
membagi peserta didik ke dalam kelompok yang beranggotakan 2 sampai 5 orang.
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat metode-metode yang dapat
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(CWPT). Namun, sebelum menerapkan sebuah metode tentu saja harus
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
Menurut Cheung dan Winter (1999:191) menyatakan bahwa “Metode
CWPT merupakan sebuah sistem bimbingan teman sebaya antara tutor-tutee
secara berpasangan yang bekerja sama di dalam kelas.” Mereka mengatakan
“Classwide Peer Tutoring (CWPT) is a peer tutoring system involving tutor-tutee pairs working together on a classwide basis.”
Sedangkan menurut Sugiharto dan Prayitno (2010:475) menyatakan
bahwa:
CWPT adalah sebuah bentuk pembelajaran di mana siswa dipasang-pasangkan oleh guru. Satu berperan sebagai tutor (guru) sedangkan yang satunya berperan sebagai tutee (siswa). Siswa yang berperan sebagai tutor menjalankan fungsinya sebagai guru termasuk memberikan pertanyaan untuk mengevaluasi siswa yang berperan sebagai tutee. Pada termin berikutnya dilakukan pergantian peran tutor menjadi tutee dan tutee
menjadi tutor.
Sehingga peneliti simpulkan bahwa Metode CWPT merupakan sebuah
metode dimana peserta didik dikelompokkan berpasangan, seorang peserta didik
bertugas menjadi tutor dan seorang peserta didik yang lainnya menjadi tutee.
Salah satu kompetensi dasar dalam Mata Pelajaran Korespondensi adalah
Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan yang merupakan
kompetensi dasar yang pertama pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X dan
merupakan materi dasar dalam korespondensi. Oleh karena itu, peserta didik harus
mengusai materi-materi dalam kompetensi dasar tersebut. Selain itu, komunikasi
merupakan hal yang sangat dalam menjalankan organinsasi. Seperti yang
dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2011:4) yang menyatakan bahwa “ Komunikasi yang baik sangat penting bagi efektivitas kelompok atau organisasi”.
Mengingat komunikasi sangat penting dalam organisasi maka peserta didik yang
nantinya akan terjun ke dalam dunia kerja yang tidak lain masuk dalam sebuah
organisasi, maka peserta didik harus memahami materi-materi dalam Kompetensi
Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan secara meyeluruh guna menunjang
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut meliputi: dasar-dasar komunikasi, peralatan/mesin komunikasi dan tata
cara menerima panggilan telepon. Dalam mempelajari materi tersebut diperlukan
sebuah kemampuan membaca yang baik agar peserta didik dapat dengan mudah
memahami materi tersebut.
Kompetensi Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan merupakan
sebuah kompetensi dasar yang termasuk kedalam aspek kognitif. Oleh karena itu,
peserta didik dituntut untuk menjelaskan tentang komunikasi lisan secara
menyeluruh. Cara agar peserta didik dapat dengan mudah mengingat dan
memahami materi tentang komunikasi lisan adalah dengan merangkum materi
tersebut ke dalam pola 5M+1H (what, where, when, who, why and how).
Peserta didik dapat dengan mudah merangkum semua materi Kompetensi
Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan ke dalam pola 5W+1H, apabila
didukung dengan tingkat kemampuan membaca yang baik. Hal ini dikarenakan,
dengan kemampuan membaca yang baik materi tersebut dapat dengan mudah
untuk diingat dan dipahami dengan tepat, sehingga peserta didik dapat
memperoleh hasil belajar yang optimal pada saat evaluasi pembelajaran. Selain
itu, dalam Kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk bekerja sama dan aktif
dalam pembelajaran, maka peserta didik dituntut untuk menggali setiap informasi
dan mengingat setiap informasi bersama-sama dengan anggota kelompoknya.
Berdasarkan karakteristik kompetensi dasar yang telah dijelaskan, maka
peneliti memilih Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT), karena Metode
CWPT mengelompokkan peserta didik secara berpasangannya yang berperan
sebagai tutor (guru) dan tutee (siswa) sehingga pembelajaran akan lebih fokus.
Selain itu, Metode CWPT dapat membantu peserta didik untuk mengingat materi
melalui bacaan-bacaan yang disediakan karena pada dasarnya seseorang dapat
mendapatkan informasi yang akurat berdasarkan informasi yang mereka baca.
Setelah proses membaca, dilakukan penguatan melalui pertanyaan-pertanyaan
yang dilontarkan oleh tutor kepada tutee. Tutee akan langsung mendapatkan
respon dari tutor berdasarkan jawaban yang mereka berikan, sehingga tutee dapat
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jawaban tutee benar, maka tutee akan mendapatkan point. Namun, apabila
jawaban tutee salah maka tutee akan mengetahui jawaban yang sebenarnya.
Selain itu, peneliti memilih Metode CWPT karena didasarkan pada
pendapat ahli sebagai berikut:
Menurut Kamps dkk. (1994:56) menyatakan bahwa metode CWPT dapat
meningkatkan prestasi akademik dan interaksi sosial antar peserta didik melalui
peningkatan dalam kemampuan membaca dan tanggapan terhadap pertanyaan
berdasarkan sumber bacaan. Dia mengatakan bahwa:
Classwide peer toring was an effective and efficient strategy for increasing the academic achievement and social interactions of students with autism and their non-disabled peers. Specifically, CWPT positively affected academic achievement for the majority of students by increasing reading fluency (rate ofwords read correctly) and correct responses to reading comprehension questions.
Selanjutnya Greenwood (1997:53) menyatakan bahwa melalui metode
Classwide Peer Tutoring, peserta didik dapat menguasai pembelajaran dan
melakukan interaksi sosial yang positif di dalam kelas. Dia mengatakan bahwa
“CWPT provides the opportunity for student to practice and master what they are learning while encouraging positive social interaction among student.”
Kesimpulannya melalui CWPT peserta didik dapat memahami materi yang
disampaikan dengan cepat dan tepat karena mereka membaca sumber bacaan,
kemudian mereka saling melontarkan pertanyaan dan langsung mendapatkan
respon atas jawaban yang mereka berikan. Sehingga Metode CWPT tidak hanya
mampu meningkatkan hasil belajar, tetapi juga dapat meningkatkan interaksi
sosial dengan kelompoknya.
Metode CWPT merupakan salah satu tipe dari Peer Tutoring (Bimbingan
Sebaya). Di dalam Metode CWPT terdapat pergantian peran antara tutor dan tutee
secara tersturktur, dimana mereka saling memberikan bantuan dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan informasi dari Institute of Education Science
menyatakan Metode CWPT adalah suatu metode dimana peserta didik
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan peserta didik yang lainnya berperan sebagai tutee (yang di tutor). Adapun
prosedurnya menurut Burks (2004:302) sebagai berikut:
(1) During the CWPT condition, student were randomly divided each week into a tutoring pair.
(2) One student in each pair served as tutor for 10 minute, while the other student was the tutee. After 10 minutes, the switched roles for another 10 minutes.
(3) The tutor read assigned spelling word to tutee, who was supposed to write down a word, the tutor checked it for spelling accuracy.
(4) If spelling was incorrect, the tutee had to spell the word correctly three times.
(5) Each tutor/tutee receive 2 points for each word spelled correctly, 1 point for corrected spelling words, or no point if the student could not spell a word correctly after the third attempt or refuse to spell it.
(6) CWPT protocol, the teacher gave 1 or 2 extra points to teams that were on task and demonstrate appopriate behavior.
(7) The objective was for each team to obtain as many points as posibble during their allotted time.
(1) Peserta didik dibagi ke dalam kelompok berpasangan.
(2) Seorang peserta didik berperan sebagai tutor selama 10 menit, satu orang lainnya berperan sebagai tutee. Setelah 10 menit mereka berganti peran. (3) Setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee,
tutee harus menjawab pertanyaan tersebut dan tutor mengecek jawaban
tutee.
(4) Jika jawaban tutee salah, maka tutee menuliskan jawaban yang benar sebanyak tiga kali.
(5) Tutor/tutee akan mendapatkan dua poin jika jawabannya benar, 1 point untuk mengoreksi, atau tidak mendapatkan point jika tidak dapat menjawab.
(6) Dalam CWPT, pendidik memberikan tambahan 1 atau 2 point untuk kelompok yang menjalankan tugas dengan benar.
(7) Penghargaan diberikan kepada kelompok yang mendapatkan poin terbanyak.
Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian peneliti adalah kuasi
eksperimen. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang serumpun dengan CWPT.
Adapun metode pembanding yang dipilih oleh peneliti adalah Metode Reciprocal
Peer Tutoring (RPT).
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan metode Reciprocal Peer Tutoring, tidak jauh berbeda dengan metode Classwide Peer Tutoring. Hanya saja di dalam Reciprocal Peer Tutoring, jika tutee tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan tutor, maka tutor tidak langsung memberikan jawabnnya, tetapi mendorong tutee untuk berpikir lagi jika tidak maka tutor menyajikan masalah-masalah alternatif lain yang sekiranya bisa dijawab oleh tutee.
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan grand theory
belajar dari Lev Vygotsky. Vygotsky merupakan salah satu pencetus teori belajar
kontruktivisme sosial. Vygotsky (Abu, 2007:55) berpandangan bahwa
“Pembelajaran tidak berlaku sekiranya tidak ada interaksi antara pendidik dengan kanak-kanak dan kanak-kanak dengan rekan sebaya.”
Lebih jelasnya Vygotsky (Woolfolk, 2009a:82) yang diterjemahkan oleh
Soetjipto dan Soetjipto menyatakan bahwa “Perkembangan kognitif terjadi
melalui percakapan dan interaksi sosial, dengan anggota-anggota yang lebih
mampu di budayanya—orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.”
Dalam hal ini, contoh dari orang dewasa adalah guru dan orang tua.
Berdasarkan beberapa teori mengenai teori kontruktivisme sosial, maka
peneliti simpulkan bahwa teori konstruktivisme sosial adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran di mana peserta didik berinteraksi dengan orang-orang di
lingkungannya, baik dengan teman di dikelas, pendidik, ataupun orang tua yang
dianggap lebih mampu dalam rangka membagun pengetahuan mereka.
Selanjutnya pandangan tersebut dikenal dengan istilah konstruktivisme sosial,
karena berfokus terhadap interaksi sosial di dalam proses pembelajarannya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti
berkeinginan untuk meneliti: PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang
Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Inti kajian dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik
pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Kelas X
Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 1 Kota Bandung.
Seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang di halaman 4, jika hal ini
dibiarkan akan berdampak terhadap kompetensi lulusan sekolah.
Berdasarkan informasi yang terdapat pada bkddiklat.ntbprov.go.id yang
ditulis oleh Hidayat dengan judul “Psikology Pendidikan”, Sabtu, 1 Februari 2014
mengatakan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
peserta didik terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Faktor intern, yaitu semua faktor yang yang ada pada pribadi peserta didik baik jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis).
2. Faktor ektern, yaitu semua faktor, keadaan, kondisi, situasi diluar diri pribadi peserta didik, antara lain cahaya atau penerangan, suara atau bunyi-bunyian, temperatur atau iklim, situasi atau kondisi, tempatpeserta didik belajar, bau-bauan, orang orang atau benda benda disekeliling kita, situasi dan kondisi sekitar.
3. Faktor tehnik atau pendekatan belajar, yaitu teknik dan metode pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan hasil kajian empirik dan hasil wawancara kepada beberapa
peserta didik Kelas X AP di SMK Pasundan 1 Kota Bandung, permasalahan yang
terjadi diduga karena penerapan metode pembelajaran yang digunakan oleh
pendidik dirasa kurang efektif dan kreatif sehingga membuat peserta didik bosan
dan tidak mampu untuk menyerap materi yang disampaikan secara optimal.
Akibatnya, setelah dilakukan ujian banyak peserta didik yang memperoleh nilai
dibawah KKM atau lulus tapi dengan nilai yang kurang memuaskan. Selain itu,
pengelompokkan peserta didik yang beranggotakan lebih dari empat orang
mengakibatkan adanya pembagian kerja yang tidak proposional antar anggota
kelompok. Akibatnya jika, ada pengelompokkan peserta didik memilih untuk
berkelompok dengan orang-orang yang mereka anggap dapat bekerja sama
dengan baik. Berawal dari hal tersebut, muncul kelompok-kelompok informal
dikelas atau yang biasa disebut gang. Akibatnya interaksi sosial di dalam kelas
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh sebab itu, pendidik memerlukan suatu inovasi metode pembelajaran
untuk diterapkan dalam proses KBM. Inovasi metode pembelajaran yang dapat
digunakan adalah metode CWPT. Karena selain dapat meningkatkan hasil belajar
metode CWPT dapat meningkatkan interaksi sosial yang positif antar peserta
didik. Adapun dalam penelitian ini, hasil belajar peserta didik yang dikaji adalah
hasil belajar ranah kognitif.
Merujuk pada permasalah yang telah dipaparkan, maka secara spesifik
masalah tersebut dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang
menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT) dengan kelas yang
menerapkanMetode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk
memperoleh informasi melalui kajian ilmiah tentang penerapan metode
CWPT terhadap hasil belajar peserta didik.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara
kelas yang menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT)
dengan kelas yang menerapkan Metode Reciprocal Peer Tutoring
(RPT).
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian yang peneliti lakukan berguna untuk
menambah wawasan bagi dunia pendidikan dan pengembangan metode
pembelajaran yang ideal untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.
Selain itu, dapat dijadikan bahan kajian oleh pihak lain sehingga dapat
menemukan temuan-temuan ilmiah lain yang lebih inovatif.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi peserta didik, apabila penelitian ini berhasil dapat membantu
meningkatkan hasil belajar mereka.
b. Bagi pendidik, sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
c. Bagi sekolah, sebagai media informasi mengenai metode
pembelajaran yang dapat dikembangkan disekolah guna
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1 Desain Penelitian Eksperimen
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Secara umum menurut Sugiyono (2013:3) menyatakan bahwa
“Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Karena penelitian yang
diajukan peneliti adalah penelitian ilmiah di bidang pendidikan, maka peneliti
harus menggunakan langkah-langkah ilmiahdi dalam mendapatkan data guna
memecahkan permasalah dalam bidang pendidikan.
Lebih jelasnya metode pelitian yang digunakan peneliti adalah quasi
experimental design dengan bentuk nonequivqlenty control group design,
sehingga peneliti harus membandingkan dua kelompok yaitu kelas kontrol dan
kelas perlakuan (eksperimen) yang tidak dipilih secara random. Kelompok kelas
perlakuan mendapatkan treatment, sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan
treatment. Masing-masing kelompok diukur sebanyak dua, yaitu sekali sebelum
treatment dan satu kali setelah treatment. Pada pengukuran sebelum treatment
peneliti akan memberkan pretest dan setelah treatment peneliti akan memberikan
post test untuk kedua kelompok.
Pada kelompok eksperimen peneliti akan memberikan treatment dengan
menggunakan metode CWPT sedangkan pada kelompok kontrol peneliti akan
memberikan perlakuan metode RPT. Agar lebih jelas, desain penelitian yang
digunakan peneliti digambarkan sebagai berikut:
Eksperimen ∶ Kontrol ∶
O X O O X O
Keterangan :
O : Pre test pada kelompok eksperimen
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
O : Pre test pada kelompok kontrol
O : Post test pada kelompok kontrol
X1 : Penerapan metode pembelajaran Classwide Peer Tutoring
X2 : Penerapan metode pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring
Selanjutnya langkah-langkah penelitian kuasi eksperimen bentuk
nonequivalent control group design peneliti digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Peneliti, 2015
Pre test Pre test
Post test Post test
Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen
Uji Beda
Proses Pembelajaran
Kelas Treatment
Proses Pembelajaran
Kelas Kontrol Uji
Beda Uji
Beda
Gain
Uji Beda
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3. 1. Kerangka Eksperimen
Adapun langkah-langkah metode kuasi eksperimen adalah sebagai berikut:
1) Mengujikan soal pre test kepada peserta didik di kelas treatment dan kelas
kontrol.
2) Hasil dari pre test dari kelas treatment dan kelas kontrol diujikan dengan uji
beda yaitu uji-t. untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan yang
signifikan.
3) Setelah teruji kelas treatment dan kelas kontrol memiliki tidak memiliki
perbedaan, maka dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model
pembelajaran masing-masing kelas. Bila hasil tes uji beda menyatakan ada
perbedaan maka eksperimen tidak bisa dilanjutkan.
4) Setelah kelas treatment dan kelas kontrol diberikan perlakuan metode
pembelajaran. Langkah selanjutnya melakukan mengujikan post test.
5) Hasil dari post test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan kembali dengan
pengujian uji beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan.
6) Selanjutnya melakukan uji beda antara hasil pre-test dengan post post pada
masing-masing kelas.
7) Selanjutnya melakukan perhitungan skor gain pre test dan post test pada
masing-masing kelas.
8) Langkah terakhir, hasil perhitungan gain di kelas eksperimen dan kelas kontrol
diujikan dengan uji beda untuk mengetahui bahwa proses bermakna secara
signifikan dapat tidaknya meningkatkan hasil belajar.
3.2 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu varibel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode Classwide
Peer Tutoring, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar
peserta didik ranah kognitif. Adapun objek yang diteliti adalah peserta didik Kelas
X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Dimana kelas eksperimen diberikan treatment dengan Metode CWPT,
sedangkan kelas kontrol dengan Metode RPT. Selanjutnya hasil belajar peserta
didik antara ke dua kelas tersebut dibandingkan.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X Program Studi
Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung, yaitu Kelas X AP
1, X AP 2, X AP 3. Sedangkan sampel yang digunakan adalah Kelas X AP 1
dengan Kelas X AP 2. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik
nonprobability, yaitu berdasarkan pertimbangan peneliti. Adapun alasan peneliti
memilih Kelas X AP 1 dan Kelas X AP 2 karena kedua kelas diampu oleh guru
yang sama, yaitu Ibu Mitya.
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk
memperoleh data untuk mendukung penelitiannya. Dalam memilih teknik
pengumpulan data tentu saja disesuaikan dengan jenis penelitian yang dipilih
digunakan. Dalam rangka mengumpulan data, peneliti dapat menggunakan
metode non tes dan tes. Adapun dalam penelitian yang dilakukan, peneliti
menggunakan metode non tes berupa wawancara dan metode tes untuk
mengumpulkan data.
3.4.1 Pengujian Instrumen Penelitian
Menurut Gulo (2002:123) instrument penelitian adalah pedoman tertulis
tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan
untuk mendapatkan informasi dari responden. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode tes dan non tes. Instrumen untuk metode non tes
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diajukan kepada peserta didik. Sedangkan intrumen penelitian yang peneliti
gunakan untuk metode tes adalah instrumen berbentuk tes.
Menurut Bruce (Djaali dan Muljono, 2007:6) menyatakan bahwa:
Tes dapat digunakan untuk mengukur banyaknya pengetahuan yang diperloleh individu dari bahan pelajaran yang terbatas pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, tes merupakan alat ukur yang banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan.
Instrumen tes dibuat setelah peneliti mempelajari terlebih dahulu
Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Dalam penelitian,
peneliti membuat instrument tes berupa soal dalam bentuk pilihan ganda yang
berjumlah 40 soal. Setelah instrument tes dibuat, kemudian instrumen tes tersebut
di uji coba terhadap peserta didik Kelas X di SMK Profita Bandung untuk
mengetahui apakah intrumen tersebut layak digunakan sebagai alat pengambilan
data. Setelah diketahui bahwa instrument tes tersebut layak untuk digunakan,
maka instrument tes tersebut diberikan kepada peserta didik kelas X dikelas
kontrol dan kelas eksperimen. Berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (postest). Di
bawah ini merupakan langkah-langkah untuk menganalisis instrumen berbentuk
tes:
3.4.1.1 Uji Validitas Instrumen
Instrument yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu harus
melalui tahap diuji validitas, agar instrument dapat mengukur sesuai dengan
kenyataannya atau mengukur yang seharusnya diukur. Menurut Sugiyono
(2004:109) suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila instrument tersebut
dapat mengukut apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas yang dilakukan
peneliti diuji dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan nilai validitas
instrumen menggunakan koefsien Product Moment dari Person. Di bawah ini
merupakan rumus dari perhitungan koefsien Product Moment:
� = n ∑ xy − ∑ x . ∑ y
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber: Uno (2012:108)
Keterangan :
� : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan variabel yang dikorelasikan
x : Skors tiap items x
y : Skors tiap items y
N : Jumlah responden uji coba
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka nilai �
dibandingkan dengan nilai � ��. Nilai � �� diperoleh dari tabel statistika
Critical Value of The r Product Moment dengan harga r pada taraf
signifikan ∝ = 95% dan taraf kebebasan (db)=n-2. Suatu butir soal
dikatakan valid jika � >� ��.
3.4.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Sugiyono (2013:364) menyatakan bahwa suatu data dinyatakan reliable
apabila:(i) dua peneliti atau lebih dalam obyek yang sama, (ii) atau peneliti yang
sama dalam waktu yang berbeda, (iii) atau sekelompok data bila dipecah
ketiga-tiganya akan menghasilkan data yang sama. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila
hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan.
Semiawan (2010:136) menyatakan bahwa “Reliabilitas menunjuk kepada
tingkat konsistensi bila penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti yang lain atau
oleh peneliti yang sama tapi tempat yang berbeda.“ Peneliti menggunakan rumus
koefisien alpha (α) dari cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:
� = [ �
� − ] [ − ∑ �
� ]
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
: Realibilitas tes secara keseluruhan k : Jumlah butir instrumen
∑ σb : Jumlah varians butir σt : Varians total
3.4.1.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen
Tingkat kesukaran soal dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh
peserta didik pada setiap soal. Dari jawaban tesebut, pendidik dapat melihat
apakah suatu soal termasuk kedalam kategori mudah, sedang, ataupun sulit.
Adapaun untuk menguji tingkat kesukaran instrumen peneliti menggunakan
rumus dibawah ini:
P =
�
�
Sumber: Arikunto (2006:100)
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Banyak peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
Js : jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan mudah, sedang, atau
sukar, peneliti menggunakan kriteria yang tercantum pada Tabel 3.2.
Tabel 3. 1. Tingkat Kesukaran
No. Rentang Nilai tingkat
kesukaran Klasifikasi
1 0,70-1,00 Mudah
2 0,30-0,70 Sedang
3 0,00-0,30 Sukar
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4.1.4 Daya Pembeda Instrumen
Berdasarkan perhitungan daya pembeda instrument atau soal, pendidik
dapat mengukur kemampuan peserta didik. Sehingga nantinya, pendidik dapat
mengetahui mana peserta didik yang berkemampuan tinggi dan mana saja peserta
didik yang berkemampuan rendah. Adapaun untuk mengetahui daya pembeda
peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
D =
�
� +
�
� = � − �
�Sumber: Arikunto (2006:100)
Keterangan :
D : Daya pembeda
� : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
� : Hanyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
� : Hanyaknya peserta kelompok atas
� : Banyaknya peserta kelompok bawah
� : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
�� : Proporsi kelompok bawah yang menjawab salah
Tabel 3. 2.
Klasifikasi Daya Pembeda
No Rentang Nilai D Klasifikasi
1 0,00-0,19 Jelek
2 0,20-0,39 Cukup
3 0,40-0,69 Baik
4 0,70-1,00 Baik Sekali
5 Negatif Tidak Baik
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah uji beda (uji-t)
dua rata-rata. Pengujian ini dilakukan untuk mengatahui dan menguji perbedaan
rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.5.1 Pengujian Persyaratan Analisis Data 3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data tersebut
normal atau tidak. Hal ini berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang
akan digunakan. Adapun untuk menguji normalitas peneliti menggunakan uji
Liliefors Test.
Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut Somantri
dan Muhidin (2011:289-290), sebagai berikut:
1) Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama.
2) Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
3) Dari frekuensi susun frekuensi kumulatimya.
4) Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi).
5) Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z 6) Menghitung Theoretical Proportion.
7) Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.
8) Carilah selisih terbesar di luar titik observasi
Tabel 3.5 merupakan tabel distibusi pembantu untuk pengujian
normalitas data:
Tabel 3. 3.
Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas
Xi Fi Fki �� Z � �� �� -
� ��
��− -
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Sumber : (Somantri & Muhidin, 2011:291)
Keterangan :
Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar
Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul
Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fk sebelumnya
Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, (��) = fk/n
Kolom 5 : Nilai Z, formula, � =Xi− �̅ S
Dimana : �̅ = ∑ �� dan S = √∑ �� − (∑ ��)2
� −
Kolom 6 : Theoretical Proportion (label z): Proporsi Kumulalif Luas Kurva
Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada label distribust
normal.
Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion
dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)
Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai
selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut Adalah D
hitung.
Selanjutnya menghitung D tabel pada ∝ = 0,05 dengan cara ,886
√ .
Kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria :
1) D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.
2) D hitung ≥ D tabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.
3.5.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji perbedaan varians kelompok yang
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang sama untuk taraf signifikan sebesar ∝. Dalam penelitian yang dilakukan
peneliti menggunakan taraf signifikan sebesar 5%. Perhitungan uji homogenitas
peneliti lakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010,
yaitu Uji F (F-Test Two-Sample for Variances).
Uji F memiliki kriteria, apabila nilai F (Fhitung) < nilai F critical one-tail
(Ftabel), maka varians skor data homogen. Sedangkan, apabila F (Fhitung) > nilai F
critical one-tail (Ftabel), maka varians skor data tidak homogen. Data yang
diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif yang diambil dari hasil pretest
dan hasil postest.
3.5.2 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan dua rata-rata nilai
yang diperoleh peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan
nilai pre test dan post test yang telah dilakukan. Tujuan dari pengujian hipotesis
adalah untuk mengetahui apakan hipotesis dalam penelitian ini di tolak atau
diterima.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengujian hipotesis
menurut Rasyid (Somantri dan Muhidin, 2006:161), adalah sebagai berikut:
a) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan hipotesis
penelitian yang diajukan.
b) Menentukan taraf kemaknaan/nyata α (level of significance α).
c) Kumpulkan data melalui sampel peluang (probaility sample/random sample).
d) Gunakan statistik uji yang tepat.
e) Tentukan titik kritis dan daerah kritis (daerah penolakan) H0
f) Hitung nilai statistik uji berdasarkan data yang dikumpulkan.
g) Perhatikan apakah nilai hitung statistik uji jatuh di daerah penerimaan atau penolakan?
h) Berikan kesimpulan statistik.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan dua
rata-rata. Uji perbedaan rata-rata ini akan menguji hipotesis dalam penelitian ini,
yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) pada Kompetensi Dasar
Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi
Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung.
Dalam penelitian ini, uji-t yang peneliti lakukan menggunakan bantuan
software Microsoft Excel 2010, yaitu T-test (Two-Sample Assuming Equal
Variances). Adapun rumus yang digunakan adalah rumus uji-beda (uji-t) polled
variance sebagai berikut:
� = �̅̅̅ − �̅̅̅
√ � − � + � − – � − � + �
(Sumber: Sugiyono, 2013:273)
Keterangan:
X : rata-rata skor gain kelompok eksperimen
X : rata-rata skor gain kelompok kontrol
n : jumlah peserta didik kelas eksperimen
n : jumlah peserta didik kelas kontrol
S : Standar deviasi skor kelompok eksperimen
S : Srandar deviasi skor kelompok kontrol
Uji beda (uji-t) ini akan digunakan untuk mencari perbedaan pada soal
pretest, perbedaan pada saat proses ketika terjadi perlakuan, dan juga perbedaan
pada soal postest. Uji beda ini dilakukan agar mengetahui kesignifikansi statistik
perbedaan atau perubahan yang terjadi.
Apabila nilai t Stat (Thitung) > t Critical one-tail (Ttabel), maka H0 ditolak.
Artinya hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat perbedaan hasil belajar peserta
didik antara kelas yang menerapkan metode Classwide Peer Tutoring CWPT)
dengan kelas yang menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) pada
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Administrasi Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung dapat
diterima.
Apabila nilai t Stat (Thitung) < t Critical one-tail (Ttabel), maka H0 diterima.
Artinya hipotesis yang diajukan, yaitu tidak terdapat perbedaan hasil belajar
peserta didik antara kelas yang menerapkan metode Classwide Peer Tutoring
CWPT) dengan kelas yang menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT)
pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program
Keahlian Administrasi Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung
ditolak.
3.6 Skenario Pembelajaran
Dibawah ini adalah langkah-langkah penerapan metode pembelajaran
Classwide Peer Tutoring (kelas eksperimen) dan penerapan metode pembelajaran
Reciprocal Peer Tutoring (kelas kontrol):
Tabel 3. 4.
a. Pendidik membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Pendidik menyiapkan materi yang
akan dibahas
c. Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test
1. Tahap Persiapan
a. Pendidik membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Pendidik menyiapkan materi yang akan dibahas
c. Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pendahuluan
1) Pendidik mengkondisikan peserta didik dan mengecek kehadiran. 2) Apersepsi: Mengaitkan materi
yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya.
3) Motivasi: Memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang akan disampaikan
2) Apersepsi: Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya
3) Motivasi: Memberikan gambaran manfaat mempelajarai materi yang akan disampaikan 4) Pemberian Acuan:
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik.
c) Pendidik terlebih dahulu harus
mengorganisir dan
mengelompokkan peserta didik berpasangan.
d) Seorang peserta didik menjadi tutor (pendidik) dan seorang
1) Pendidik membagikan materi yang akan dipelajari.
2) Setiap peserta didik membaca dan mendiskusikan materi tersebut dengan pasangannya.
3) Setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee. Berdasarkan 5W+1H (who, what, when, where, why and how). (Greenwood, 1997:54)
4) Tutee harus menjawab pertanyaan tersebut.
5) Tutee akan mendapatkan poin jika jawabannya benar.
6) Jika jawaban tutee salah atau tutee
tidak mampu menjawabnya, maka tutorlah yang menyediakan jawabannya; kemudian tutee
menuliskan jawaban tersebut sebanyak tiga kali, membaca jawaban kembali tersebut dengan tepat, atau bahkan mengoreksi kesalahan yang mungkin terdapat dalam jawaban itu. 7) Tutor berganti peran dengan tutee
setiap 10 menit.
8) Bersama-sama peserta didik membahas soal yang telah diberikan.
test kepada peserta didik b) Pendidik menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik.
c) Pendidik terlebih dahulu harus mengorganisir dan
langkah Reciprocal Peer Tutoring
b. Kegiatan Inti
Tahap pelaksanaan Reciprocal Peer Tutoring
1) Setiap tutor mempersiapkan materi yang akan diajarkan. 2) Setiap tutor mengajarkan
materi yang telah ia persiapkan kepada pasangannya.
3) Setiap pasangan membaca dan mendiskusikan materi tersebut. 4) Tutor membuat soal dalam bentuk pilihan ganda dan menyerahkan soal tersebut kepada pendidik untuk dilihat kelayakannya.
5) Apabila soal tersebut layak maka setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee. Namun, jika soal tersebut tidak layak maka tutor harus mengganti dengan soal yang lain.
6) Tutee harus menjawab
pertanyaan tersebut.
7) Tutee akan mendapatkan poin jika jawabannya benar.
8) Jika jawaban tutee salah atau
tutee tidak mampu
Indri Okaviani, 2015
PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9) Pendidik memonitoring dan membimbing peserta didik selama pembelajaran.
10) Pada pertemuan berikutnya, pasangan tutor dan tutee
berubah.
jawaban kepada tutee, tetapi mendorongnnya untuk berfikir lagi atau jika tidak maka tutor menyajikan masalah-masalah alternatif lain yang sekiranya bisa dijawab oleh tutee.
9) Bersama-sama peserta didik membahas soal yang telah diberikan bersama-sama. 10)Pendidik memonitoring dan
membimbing peserta didik selama pembelajaran.
11)Tutor berganti peran dengan
tutee pada pertemuan
berikutnya. Tanpa merubah pasangan.
3.Kegiatan Penutup
1) Pendidik membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan mengenai keseluruhan materi pembelajaran yang didiskusikan oleh peserta didik.
2) Mengadakan refleksi
3) Menginformasikan rencana kegiatan berikutnya.
4) Pendidik menutup proses pembelajaran.
3.Kegiatan Penutup
1. Pendidik membuat kesimpulan bersama peserta didik mengenai materi pembelajaran yang dipelajari.
2. Mengadakan refleksi
3. Menginformasikan rencana kegiatan berikutnya.
4. Pendidik menutup proses pembelajaran.