• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi Ekperimen Pada Siswa Tunarungu Tingkat Dasar (SDLB).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi Ekperimen Pada Siswa Tunarungu Tingkat Dasar (SDLB)."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PENDEKATAN LEARNING BY DOING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh :

YADI HERYADI 1005002

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Penggunaan Pendekatan

Learning By Doing

Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca

Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Oleh Yadi Heryadi

S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2000

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Yadi Heryadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Batasan Masalah 5

D. Rumusan Masalah 5

E. Pertanyaan Penelitian 5

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

2. Kegunaan Penelitian

6

6

6

BAB II PENDEKATAN LEARNING BY DOING DALAM

PENGAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

A. Pendekatan Learning By Doing 7

1. Pengertian Pendekatan Learning By Doing 8

2. Fungsi dan Tujuan Pendekatan Learning By Doing 9

3. Prinsip-prinsip dan karakteristik pendekatan Learning

By Doing

10

B. Anak Tunagrahita 12

1. Pengertian Anak Tunagrahita 12

(5)

3. Karakteristik Anak Tunagrahita 14

4. Kondisi Anak Tunagrahita Ringan 15

C. Pengajaran Membaca Permulaan

1. Pendekatan Pengajaran Membaca Permulaan

2. Kesadaran Bahasa, Kesadaran Bunyi

3. Aktivitas-Aktivitas untuk Menumbuhkan Kesadaran

Bahasa, Kesadaran Bunyi

17

19

25

27

4. Pelaksanaan Learning By Doing pada Pembelajaran

membaca permulaan

31

D. Kerangka Berfikir 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 34

B. Variabel Penelitian 37

C. Instrumen Penelitian 39

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 39

2. Validasi Instrumen Penelitian 41

D. Subjek Penelitian 45

E. Prosedur , Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 45

1. Teknik Pengumpulan Data 48

2. Tahap Pengumpulan Data 48

3. Tahap Pengolahan Data 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profile kemampuan siswa tunagrahita ringan kelas 3 dan

4 dalam membaca permulaan di SDLB Adhitya Soreang

Kabupaten Bandung

51

51

2. Kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita

ringan kelas 3 dan 4 setelah Pembelajaran menggunakan

Pendekatan Learning by doing SDLB Adhitya Soreang

(6)

Kabupaten Bandung

3. Perbandingan Skor Kemampuan Membaca Sebelum dan

Sesudah Pembelajaran Pendekatan Learning By Doing

61

B. Pembahasan Hasil Penelitian 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 71

B. Rekomendasi 72

1. Bagi Guru

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

72

72

DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan

keterlibatan anak dalam belajar, hal ini terlihat dalam standar kompentensi yang harus dikuasai oleh siswa yaitu kompentensi mendengarkan, berbicara, membaca

dan menulis (Depdiknas, 2006:), khususnya keterampilan membaca harus dikuasai oleh siswa karena kemampuan membaca sangat berkaitan dengan seluruh

proses belajar mengajar.

Dalam kurikulum sekolah dasar, anak diharuskan belajar membaca dan berhitung. Belajar membaca dan berhitung diperlukan untuk semua anak termasuk

anak berkebutuhan khusus karena kemampuan membaca dan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca adalah bagian penting dalam

proses pendidikan. Karena Membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seorang anak yang tidak bisa membaca akan mengalami banyak hambatan dalam mengikuti segala macam mata pelajaran yang diajarkan

di sekolah. Oleh karena itu anak sejak awal harus banyak berlatih membaca sehingga pada akhirnya anak benar-benar mampu memahami kata, kalimat dan

bacaan secara umum.

(8)

pembelajaran membaca sejak usia dini. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat berbuat dalam proses pengindonesiaan anak-anak Indonesia, menurut Aziz

dan Akhaida (Zuchdi dan Budiarsi, 1992: 29) bahwa:

Dalam membaca permulaan guru dapat memilih wacana-wacana yang memudahkan penanaman nilai-nilai ke Indonesiaan pada anak-anak didik, selain itu melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral kemampuan bernalar dan kreatifitas anak didik.

Dalam proses membaca terdapat aspek-aspek berfikir seperti mengingat, memahami, membandingkan, membedakan, menemukan, menganalisis,

mengorganisasi dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Hal ini sulit dilakukan oleh anak tunagrahita ringan sehingga, pada proses pembelajaran khususnya pembelajaran membaca untuk anak tunagrahita ringan

diperlukan metode-metode khusus yang menarik, agar anak dapat menerima materi dengan mudah, tidak mudah bosan dan metode tersebut dapat

meningkatkan kemampuan membaca.

Hal tersebut di atas senada dengan pendapat Sugiarto (2002) yang menyatakan bahwa:

Membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor – faktor tersebut datang dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta metode pelajaran.

Penggunan metode yang sesuai dalam mengajarkan membaca pada anak tunagrahita disekolah luar biasa harusnya tidak hanya dengan menggunakan metode klasikal seperti menerangkan di papan tulis, ceramah, dan ataupun

(9)

dalam pembelajaran membaca, terlebih lagi apabila anak didik kita adalah penyandang tunagrahita, tentunya metode yang digunakan dalam menyampaikan

materi pembelajaran harus lebih atraktif agar proses penyerapan materi bagi anak bisa meningkat, karena kondisi lingkungan akan menjadi lebih meriah dan

menyenangkan. Dalam setiap pembelajaran yang diberikan pada anak tunagrhita ringan harusnya anak menggunakan pendekatan visual, suara, dan linguistik untuk bisa belajar membaca dengan fasih, karena kemampuan membaca anak tergantung

pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta.

Namun guru tidak hanya menekankan penggunaan suatu metode tanpa penggunaan pendekatan belajar. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikuler dan standar kompetensi nasional merupakan kemampuan

dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru. Pendekatan pembelajaran yang dapat membantu sistem berfikir peserta didik secara

konseptual dan menguasai kompetensi dalam membaca permulaan, yang dapat dijadikan indikator sebagai kualitas kemampuan belajar peserta didik disekolah luar biasa adalah pendekatan bekerja langsung (learning by doing) yang

berorientasi pada dunia membaca.

Pelaksanaan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan

(10)

permulaan peserta didik, dalam pelaksanaan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan peserta didik diberikan kesempatan untuk

latihan secara kontinyu dengan bimbingan dari guru.

Uraian latar belakang ini Peneliti jadikan dasar pemikiran di dalam melakukan penelitian tentang “Penerapan Pendekatan Learning By Doing Dalam

Pengajaran Membaca permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan” penelitian ini

akan dilaksanaka di Sekolah Luar Biasa Adhitya Soreang Kabupaten Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut :

1. Anak tunagrahita memilki kecerdasan di bawah rata-rata, berbeda dengan anak pada umumnya sehingga anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam

belajar secara abstrak, mudah jenuh saat pembelajaran dan sangat membutuhkan media pembelajaran yang kongkrit dan menyenangkan.

2. Materi pembelajaran pada anak tunagrahita harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi anak.

3. Dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan di

perlukan pendekatan visual, suara, dan linguistik.

4. Terdapat berbagai macam metode khusus yang menarik dalam

(11)

5. Dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan, penggunaan pendekatan learning by doing dapat digunakan karna

bersifat kerja langsung/belajar langsung pendekatan ini memudahkan karena anak tunagrahita senang mengikuti pembelajaran praktikal

C.Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan tidak meluas, maka peneliti membatasi penelitian ini pada pengaruh pendekatan learning by doing terhadap peningkatan

kemampuan membaca permulaan (suku kata, kata, kalimat sederhana) anak tunagrahita ringan.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah pendekatan learning by

doing dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak

tunagrahita ringan?”

E.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan

kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) sebelum Pembelajaran menggunakan Pendekatan Learning by doing SLB Adhitya Soreang Kabupaten Bandung.

2. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) setelah Pembelajaran

(12)

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada

anak tunagrahita ringan.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1) Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi para guru dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak

tunagrahita khususnya tunagrahita ringan.

2) Bagi peneliti sendiri dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan

membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

3) Dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam upaya

(13)
(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian experimen, yaitu melaksanakan pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan Learning by doing terhadap anak berkebutuhan khusus tunagrahita

ringan kelas 3 dan 4, di SLB Adhitya Sorang. Proses pembelajaran dilaksanakan adalah pembelajaran dengan pendekatan learning by doing yaitu siswa kerja

langsung (belajar langsung) di sekolah, dimana pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman nyata kepada anak agar mereka bisa bereksplorasi secara bebas dan kreatif. pendekatan ini memudahkan karena

anak tunagrahita senang mengikuti pembelajaran paraktikal. Untuk mencoba apakah pembelajaran membaca permulaan dengan pendekatan learning by doing

ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan, maka dalam pelaksanaan kegiatan pendekatan learning by doing dalam pengajaran membaca di SLB Adhitya Soreang disusun buku panduan pelaksanaan

pembelajaran (lampiran 2).

Pada akhir pembelajaran siswa ditest kemampuan membaca permulaan

menggunakan instrumen tes kemampuan membaca permulaan. Hasil dari penilaian ini dapat dijadikan patokan dengan membandingkan tes sebelum dan

(15)

Pada penelitian ini menggunakan menggunakan quasi ekperimental desaign (metode ekperimen semu). Metode ini digunakan tanpa menggunakan

kelas kontrol atau kelas pembanding. Desain yang digunakan adalah one grouf pre test-post test desaign. Skema one grouf pre test-post test desaign Sugiyono,

(2007: 111), digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Experimen

Kelompok Pre test Treatmen Post test

Ekperimen T1 X T2

Keterangan:

T1 : Tes awal kemampuan membaca permulaan siswa

X : Pembelajaran membaca permulaan dengan pendekatan learning by

doing

T2 : Tes akhir kemampuan membaca permulaan siswa

Proses penelitiannya akan melewati beberapa tahap diantaranya adalah:

1. Study pendahuluan, hal ini bertujuan untuk mempelajari hambatan dan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran membaca

permulaan, melalui observasi, wawancara terhadap guru kelas juga dengan menggunakan instrumen tes membaca permulaan yang telah di validasi oleh para ahli (expert judgment). kemudian membuat materi ajar yang sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan membaca permulaan siswa yang akan diberikan kepada siswa, dalam hal ini menggunakan pendekatan learning by

(16)

penelitian ini selesai dpersiapkan, barulah Peneliti akan melajutkan kepada langkah selanjutnya.

2. Sebelum diberikan pembelajaran siswa diukur dahulu kemampuan membaca permulaannya (pre test)

3. Setelah itu barulah melangkah kepada langkah selanjutnya yaitu proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan learning by doing.

4. Dalam proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan learning by doing siswa diharapkan belajar lebih semangat, riang dan

gembira.

5. Melaksanakan proses postest

6. Menganalisis hasil postest dan pretest

Tabel 3.2

Prosedur Pendekatan learning by doing

No Kegiatan Keterangan

1. Persiapan seting kelas, dalam pembelajaran membaca dengan pendekatan Learning by doing, setiap benda, sarana dan prasarana menggunakan labeling. (seperti meja, kursi, pintu, jendela, papan tulis, kalender. Dsb)

SLB Adhitya Soreang

2 Diperkenalkan kepada siswa aturan main dalam proses pembelajaran membaca yang akan dilakukan

3. Pelaksanaan pendekatan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas.

(Proses pelaksanaan Kegiatan ada di dalam buku panduan pelaksanaan kegiatan)

(17)

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (independent variable)

Adalah variabel yang digunakan menjadi penyebab munculnya

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan learning by doing. Pembelajaran bekerja langsung (learning By Doing) dikembangkan oleh John Dewey (Siti Nilla SM,

2005:30) yang menyatakan bahwa ―men have to do something to the

this when wish to find out something, they have to other conditions‖.

Pandangan ini diperkuat oleh Oemar Hamalik (1990:175), bahwa ―Belajar yang efektif jika kegiatan belajar itu diarahkan pada upaya

bagi individu untuk dapat bekerja, melakukan tugas-tugas pekerjaan dalam bidang pekerjaan tertentu‖.

Pembelajaran bekerja langsung (learning by doing)

direncanakan dengan mengatur waktu dan tempat secara khusus untuk tiap kompetensi. Pembelajaran ditekankan kepada drill, riview,

demonstrasi dan pembelajaran yang sistematis untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan situasi dan kondisi kerja. Pelaksanaan learning by doing dalam pembelajaran

membaca permulaan dengan penggunaan pendekatan, metode, media pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan

(18)

peserta didik, dalam pelaksanaan Learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan peserta didik diberikan kesempatan

untuk latihan secara kontinyu dengan bimbingan dari guru.

Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran

bekerja langsung yaitu:

1) Melibatkan peserta didik secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar, karena pendekatan ini menekankan pada pengalaman

peserta didik secara langsung yang berkenaan dengan kompetensi yang harus dikuasai.

2) Menyediakan pendekatan multi sensori bagi peserta didik ketika berlangsung pembelajaran seperti: mendengar, merasa, mencium,

dan mencipta objek-objek yang dipelajari

3) Memberikan kompetensi bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menggunakan material dan melakukan eksperimen.

4) Membina suasana sosial yang transaksional antara peserta didik dan guru

2. Variabel terikat

adalah kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita. Indikator kemampuan membaca permulaan yang akan ditunjukan adalah

meliputi : kemampuan siswa dalam mengenal huruf Vokal, huruf konsonan, kata dengan 3 karakter huruf, kata dengan 4 karakter huruf

(19)

C. Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Setelah melakukan studi dengan pendahuluan dan analisis terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita. Kemudian membuat Kisi

kisi instrumen penelitian, Kisi-kisi tersebut diuraikan sebagai berikut: Tabel 3.3

KISI-KISI INSTRUMEN

TES KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

Komponen Indikator Sub Indikator Bentuk Soal No.

Soal

1.Siswa diminta menyebutkan

nama huruf, bunyi huruf vocal

yang ditunjuk oleh peneliti

- Contoh soal :

Bacalah dengan nyaring nama

huruf berikut ini : (a, i, u, e, o)

2.Siswa diminta menyebutkan

nama huruf, bunyi huruf

konsonan yang ditunjuk oleh

peneliti

- Contoh soal :

Bacalah dengan nyaring nama

(20)

1 2 3 4 5

3.Siswa diminta mencocokkan

huruf pada kolom sebelah kanan

yang sama dengan huruf yang

ada pada kolom sebelah kiri

27,28,

1. Siswa membaca dengan nyaring

kata-kata yang terdiri dari 3

huruf

- Contoh soal :

Bacalah dengan perlahan kata

berikut ini (air, ibu, api)

2. Siswa membaca dengan nyaring

kata-kata yang terdiri dari 4

huruf

- Contoh soal :

Bacalah dengan perlahan kata

berikut ini : (bola, apel, topi) 32,

1. Siswa diminta membaca kalimat

dengan nyaring dan lafal yang

ditunjuk oleh peneliti dengan

nyaring dan lafal yang tepat

- Contoh soal :

Bacalah kalimat berikut ini:

(adik bermain bola, kakak

memakai topi)

38

39,40

(21)

Setelah membuat kisi-kisi instrumen Peneliti membuat instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan membaca permulaan pembelajaran. Instrumen tersebut dapat dilihat dalam lampiran .

2. Validasi Instrumen Penelitian

Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur.

Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis, hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau

memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama. Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas

isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang

sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk.

Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistik melainkan analisis

rasional yaitu dengan melihat apakah butir-butirnya telah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah mengembangkan kisi-kisi instrumen berdasarkan kajian lapangan dan study pendahuluan terhadap

kemampuan membaca permulaan siswa maka untuk menentukan bahwa tes ini layak untuk dipakai dalam suatu penelitian maka diperlukan pengujian.

(22)

Pada dasarnya untuk menguji validitas itu dibagi menjadi dua bagian yaitu validitas internal dan validitas ekternal. Validitas internal menurut Sugiyono

(2007:174) adalah: ―bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teori) telah mencerminkan apa yang diukur‖. Validitas internal harus memenuhi

contruck validty (validitas kontruksi) dan content validity (validitas isi).

Untuk pengujian validitas konstruksi menurut Sugiyono (2007: 174) diperlukan dua tahap, yaitu:

1. Dapat digunakan pendapat beberapa ahli (judgment expert), dalam hal ini apakah instrumen yang disusun telah memenuhi sesuai dengan rancangan teori dan program yang telah disusun dan diharapakan dipenuhi oleh siswa.

2. Setelah pengujian para ahli selesai maka dilanjutkan dengan ujicoba instrumen. Setelah itu dianalisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.

a. Uji Ahli (Judgmen Expert),

Setelah melakukan penilaian para ahli yang dilakukan kepada tiga ahli,

didapat, sebagai berikut:

Tabel 3.4

REKAPITULASI HASIL EXPERT JUDGMENT INSTRUMEN PENELITIAN

NO PENILAI SARAN DAN MASUKAN

1 2 3

1 Dr. H. M. SUGIARMIN,

M.Pd

1. Pada dasarnya RPP yang telah dibuat cukup bagus alangkah baiknya pada setiap pertemuan dibuat skenario tentang permainan

(23)

1 2 3

dengan tingkat kemajuan belajar peserta didik.

2 Dr. ENDANG

RUSYANI, M.Pd

1. Dalam instrument no 33 perlu di revisi dengan Kata berpola vokal, konsonan, vokal

2. Dalam instrument no 38 perlu di revisi dengan kalimat yang setiap katanya mempunyai dua suku kata

3. Dalam RPP yang dibuat harap diperjelas bagaimana guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar

4. RPP harus menyampaikan Tujuan Pembelajaran

5. RPP harus memuat Apersepsi 6. RPP harus Menyampaikan prosedur 3 IIM IMANDALA, M.Pd 1. Pada Kompetensi dasar dalam RPP

Memperkenalkan diri sendiri dirasa kurang cocok, alangkah baiknya jika kompetensi dasarnya diganti dengan membaca teks sederhana tentang kegiatan sehari-hari.

2. Suasana Permainan harus dimunculkan dalam RPP.

Setelah mendapatkan kerangka instrumen penelitian kemudian, diadakan

(24)

b. Uji Coba Instrumen Penelitian

Setelah uji coba instrumen dilakukan untuk melihat apakah instrumen

yang telah dibuat tersebut sesuai dengan kemampuan anak. Atau apakah instrumen yang dibuat dapat dimengerti atau tidak oleh penilai. Apakah instrumen

yang dibuat perlu ditambah atau dikurangi, atau diganti. Ujicoba dilakukan kepada siswa sebelum proses sosialisai pendekatan learning by doing dilakukan yaitu dilakukan di SLB Adhitya Soreang.

Dari hasil uji ahli Judgment Expert, dan uji coba instrumen maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Ahli dan Uji Coba Instrumen Penelitian

No Soal

Uraian

Kesalahan Perbaikan Keterangan

1 s/d 5 Siswa agak kesulitan

Siswa menjawab hanya melihat bentuk huruf, sehingga kemampuan siswa mengenal huruf

belum terlihat

konsistensinya.

(25)

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 3

dan 4 SLB Adhitya Soreang yang berjumlah 7 orang. .

Wahyudi Bandung, 10-11-2000 69 14 tahun 9,66 tahun Bandung

2. Nazman

Zaelani Bandung, 05-08-2001

65 13 Tahun 8,32 tahun

Bandung

3. Dava Andil

Anthoni Bandung, 25-09-2002

60 12 tahun 7,20 tahun

Sanjaya Bandung, 14-07-2001

65 13 Tahun 8,45 tahun

Bandung

6. Ida Dahlia Tangerang, 03-10-2000 69 14 tahun 9,66 tahun Bandung

7. Rahman Bandung, 23-07-2001 64 13 tahun 8,32 tahun Bandung

*perhitungan IQ dilakukan oleh guru senior di sekolah tersebut, dan hanya di gunakan untuk lingkungan sendiri. Surat Keterangan Perhitungan IQ terlampir.

E. Prosedur , Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Prosedur pengumpulan data ini dilakukan melalui proses pembelajaran

(26)

Setelah mengadakan koordinasi dengan pihak sekolah maka disepakati bahwa pembelajaran ini dilaksanakan selama 4 pertemuan. Setiap hari Kamis

pukul 09.00 s/d pukul 10.30.

Tabel 3.7

Jadwal Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan Pendekatan learning by doing di SLB Adhitya Soreang

No Hari/tanggal Siswa yang hadir

1 2 3

1.

Kamis,03 Oktober 2013

Dedi Wahyudi

Nazman Zaelani

Dava Andil Anthoni

Muhaman Toriq

Toni Sanjaya

Ida Dahlia

Rahman

2. Kamis,10 Oktober 2013

Dedi Wahyudi

Nazman Zaelani

Muhaman Toriq

Toni Sanjaya

Ida Dahlia

(27)

1 2 3

3. Kamis,17 Oktober 2013

Dedi Wahyudi

Nazman Zaelani

Dava Andil Anthoni

Muhaman Toriq

Toni Sanjaya

Ida Dahlia

Rahman

4. Kamis,24 Oktober 2013

Dedi Wahyudi

Nazman Zaelani

Dava Andil Anthoni

Muhaman Toriq

Toni Sanjaya

Ida Dahlia

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes. Tes menurut Suharsimi. A, (2009), adalah: serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

(28)

2. Tahap Pengumpulan Data

Setelah instrumen penelitian di validasi dan di uji cobakan maka peneliti

melakukan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tes kemampuan membaca permulaan siswa. Siswa diberikan test pretest dan postes.

Kriteria Pengsekoran Kemampuan membaca

Kriteria Pengskoran

 M ( Mampu) : skor 3

 MB ( Mampu dengan bantuan) : skor 2  TM ( Tidak Mampu) : skor 1

Keterangan :

Skor akhir diberikan berdasarkan skor perolehan dari jumlah soal yang diberikan.

S =

 S = Skor Akhir

 SP = Skor Perolehan

 SM = Skor Maksimal

3. Tahap Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan ini data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pensekoran sesuai dengan kemampuan yang dimunculkan oleh siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pendekatan learning by doing. Uraian hasil

dari setiap pengolahan data ini diuraikan secara desktiptif, adapun tahap pengolahan datanya adalah:

(29)

Dengan kriteria kemampuan : 76 - 100 = Mampu

51 - 75 = cukup Mampu

26 – 50 = kurang mampu 0 – 25 = tidak mampu

Selain kriteria untuk seluruh kemampuan membaca permulaan, juga digambarkan kemampuan masing-masing komponen yang menjadi bagian

dari kemampuan membaca permulaan.

Dengan kriteria ini maka kita dapat menggolongkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan baik sebelum atau sesudah mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan learning by doing.

b. Tahap yang kedua, kita membuat interpertasi data berdasarkan skor kemampuan yang telah dikumpulkan. Gambaran data tersebut dikelompokan

menjadi:

1) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan secara global yang

diberikan sebelum pembelajaran pendekatan learning by doing dilaksanakan dipaparkan dalam bagan dan grafik skor kemampuan pre

(30)

2) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan per komponen sebelum pembelajaran pendekatan learning by doing (pre test), dipaparkan

dalam bentuk bagan dan grafik.

3) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan secara global yang

diberikan sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing dilaksanakan dipaparkan dalam bagan dan grafik skor kemampuan post test.

4) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan per komponen sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing (post test),

dipaparkan dalam bentuk bagan dan grafik..

c. Mencari perbedaan skor Kemampuan membaca permulaan sebelum dan

sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan learning by doing dengan membandingkan rata rata nilai kemampuan membaca sebelum dan sesudah pelaksanakaan lalu di lihat persentase perubahan skor yang diperoleh

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bab ini, peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian dan

pembahasan berdasarkan rumusan masalah penelitian yaitu pendekatan learning by doing dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi

anak tunagrahita ringan.

Kesimpulan ini diperoleh peneliti dari peningkatan kemampuan siswa setelah melaksanakan pembelajaran Pendekatan Learning by doing dapat

dilihat data skor kemampuan membaca permulaan pada tabel 4.10 dan grafik 4.10. Terlihat bahwa seluruh siswa mengalami peningkatan kemampuan,

bahkan dua orang diantaranya mengalami peningkatan katagori membaca permulaan dari katagori cukup mampu ke dalam katagori mampu.

Dua orang siswa yang dari awal masuk dalam katagori mampu juga

mengalami peningkatan skor setelah pembelajaran learning by doing dilakukan, sedangkan tiga orang siswa lainnya hanya memperoleh

(32)

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru

Sebagai bahan referensi bagi guru kelas yang langsung berhubungan dengan peserta didik dalam pengembangan untuk selalu berinovasi

Dapat dengan mengembangkan pendekatan pembelajaran bagi siswa-siswa terutama dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita khususnya tunagrahita ringan. Melihat hasil penelitian

yang telah dilakukan, peneliti sarankan dalam pengajaran membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan dapat digunakan pendekatan

Learning by doing. 2. Bagi Peneliti Sendiri

Dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang pengaruh pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca

permulaan anak tunagrahita ringan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar mengadakan penelitian pengaruh pendekatan learning by doing

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1995). Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Ditjen Dikti. Arikunto. S, (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Astati, (2001), Pendidikan Luar Biasa di Sekolah Umum, Bandung : Pendawa

Brown George & Wragg E.C., Alih Bahasa Jasin A. (1997), Bertanya, Jakarta : Gramedia Widiasarana

Furqon, (2009). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Grainger, J. (2003). Children Behaviour Attention and Reading Problem. Problem Perilaku, Perhatian, dan Membaca Pada Anak (Alih Bahasa Enny Irawati). Jakarta : Grasindo

Hainstock. E.G. (1999). Montessori Untuk Anak Pra Sekolah. Jakarta : Pustaka Delapratasa.

Hamalik. O. (1990). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hoover, W. A. (2002). The Importance of Phonic Awareness in Learning to Read. Tersedia : http://www.ericdigest.org/2002-3/important.htm. (6 Desember 2004).

John W. Creswell. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kirk, S.A, & Gallagher, J.J. (1986). Educating Exceptional Children. USA: Houghton Mifflin Company.

Lyster, S.A.H. (1998). Preventing Reading Failure : A Follow up Study. Dyslexia, 4 : 132-144

Moch. Amin (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Dirjen dikti. Mulyono Abdurahman. (1999) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta : Rineka Cipta

(34)

Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individu bagi Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorak Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Peningkatan Tenaga Akademis.

Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2005). Pedoman Assesment Keterampilan Membaca dan Menulis. Pusat Pengembangan Anak. Laboratorium Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Saracho. O.N. (1997). Teachers’ and Students’ Cognitive Styles in Early Childhood Education. London : Bergin & Garvey.

Siti, Nilla M. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Bekerja Langsung Untuk meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Keahlian Program Tata Boga di SMK (Penelitian Pada SMK di Provinsi Banten dan Jawa Barat). Tesis Magister UPI : Tidak Diterbitkan

Sugiarto. (2002). Perbedaan Hasil Belajar Membaca Antara Siswa Laki - laki dan Perempuan yang Diajar Membaca dengan Teknik Skimming (12 halaman).

http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/37/perbedaan_hasil_belajar_memba ca.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Susetyo B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : Refika Aditama.

Vaughn, bos, Schumm, J.S. (2000) Teaching Exeptional, Diverse and at risk Students in the General Education Classroom. Needham Heights, MA. Allyn and Bacon

(35)

Yus, Anita . (2012) Model Pendidikan anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Zuchdi, D., dan Budiasih. (1996/1997). Pendidikan Bahasa Indonesia di kelas rendah. Jakarta : Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti Depdikbud.

Gambar

Tabel   3.1 Desain  Experimen
Prosedur Pendekatan Tabel   3.2 learning by doing
Tabel  3.3 KISI-KISI INSTRUMEN
REKAPITULASI HASIL EXPERT JUDGMENT  Tabel 3.4 INSTRUMEN PENELITIAN
+4

Referensi

Dokumen terkait

Karena suatu permintaan yang lebih besar per mil persegi berarti suatu firma membutuhkan suatu teritori yang lebih kecil untuk memanfaatkan skala teritori yang lebih kecil

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. ©

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, susunan, dan tatacara pengusulan anggota Majelis Wali Amanat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat

Sejalan Dengan meningkatnya pelayanan dan kondisi zona eksisting yang akan habis pada awal tahun 2018 maka TPA Sukoharjo melakukan pengembangan dengan penambahan 2 zona

Metode yang digunakan adalah algoritma Naïve Bayes untuk analisis data. kelayakan

tanah-tanah lainnya, yang dikenakan pajak bumi, dikecualikan dari pengenaan pajak peralihan; bahwa dipandang dari sudut sistim peraturan pajak, tidak seharusnya

[r]

Analisis Perawatan Sistem Pengisian Pada Mobil Toyota Kijang Innova 1tr-Fe Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu. pembelajaran untuk perawatan sistem pengisian