• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR EMOTION DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI EKSPRESI WAJAH PADA ANAK TUNARUNGU KELAS 2 SDLB SUKAPURA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR EMOTION DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI EKSPRESI WAJAH PADA ANAK TUNARUNGU KELAS 2 SDLB SUKAPURA BANDUNG."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR EMOTION DALAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI EKSPRESI WAJAH

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS 2 SDLB SUKAPURA

BANDUNG

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

HENDI NUGRAHA 0800293

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

==================================================================

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR EMOTION DALAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI EKSPRESI WAJAH

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS 2 SDLB SUKAPURA

BANDUNG

Oleh :

HENDI NUGRAHA 0800293

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© HENDI NUGRAHA 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Penggunaan Media Gambar Emotion Dalam Peningkatan Kemampuan

Memahami Ekspresi Wajah Pada Anak Tunarungu

Oleh : Hendi Nugraha (0800293)

Latar belakang dari peneletian ini dimana anak tunarungu mengalami hambatan dalam memahami berbagai macam ekspresi wajah pada manusia. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan anak tunarungu dalam menyebutkan dan menunjukan berbagai macam ekspresi wajah pada manusia sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan Media Gambar Emotion. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang bersifat ekperimen dengan subjek tunggal (single subjet research), yaitu penilitian yang dilaksanakan pada satu subjek (anak kelas 2 SDLB Sukapura). Dalam penelitian ini pada akhirnya akan mendapatkan hasil tentang pengaruh penggunaan media gambar emotion terhadap anak tunarungu kelas II SDLB Sukapura Bandung. Dimana pada fase baseline-1 rata-rata yang didapatkan mencapai 103,5 fase intervensi mencapai 167,8 dan fase baseline-2 mencapai 183,75. Pencapaian angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada target perilaku yang diharapkan muncul pada diri subjek. Perubahan mulai dari kondisi baseline-1 subjek yang mendapatkan skor cukup rendah sampai akhirnya melalui intervensi yang diberikan skor yang didapatkan subjek perlahan meningkat terus menerus dibandingkan sebelumnya. Persentase overlap saat membandingkan setiap fase penelitian sempat mencapai angka 25% dan 40% namun hal ini tidak mempengaruhi terhadap peningkatan kemampuan memahami ekspresi wajah subjek. Hal ini menujukkan bahwa memang terjadi perubahan kearah positif pada target perilaku siswa yakni kemampuan memahami ekspresi wajah setelah diberikan intervensi melalui latihan penggunaan media gambar emotion yang dilaksanakan selama 10 sesi secara berturut-turut.

(5)

Penggunaan Media Gambar Emotion Dalam Peningkatan Kemampuan

Memahami Ekspresi Wajah Pada Anak Tunarungu

Oleh : Hendi Nugraha (0800293)

The background of this peneletian where deaf children have problems in understanding the wide range of facial expressions in humans. Based on the subject matter, this study aims to obtain data on the ability of deaf children in the states and show a wide range of facial expressions in humans treated before and after the treatment using Emotion Picture Media. This study uses a quantitative approach, which is experiment with a single subject (single subjet research), which penilitian conducted on one subject (2 SDLB Sukapura graders). In this research will eventually get the results about the influence of media use on children with hearing emotion drawing class II SDLB Sukapura Bandung. Where the phase-1 baseline average obtained reached 103.5 167.8 achieve the intervention phase and phase-2 reached 183.75

baseline. Achievement of these figures shows that there is a change in the target behavior is expected to appear in the subject. The change from baseline condition-1 subject who received a score low enough until finally through a given intervention scores obtained slowly increasing continuously subject than ever before. The percentage of overlap when comparing each phase of the study had reached the figure of 25% and 40%, but this did not affect the increase in the ability to understand the subject's facial expression. This shows that there is indeed a change in the positive direction on the target student behavior: the ability to understand facial expressions after a given intervention through the use of media images emotion exercise conducted for 10 consecutive sessions.

(6)

Pada kehidupan sehari-hari khususnya di dalam proses berinteraksi dan berkomunikasi sering diaktualisasikan dengan keadaan emosi dan kemampuan memahami ekspresi wajah seseorang. Ekspresi wajah adalah daerah lain dalam komunikasi bukan ilmu bahasa. Ekspresi wajah termasuk perawakan-perawakan dan gerakan-gerakan fasial yang semata-mata refleksif, kelihatannya emosional (mata melebar dan mulut terbuka, ketika terkejut), dan paralinguistik/ komunikatif (kedipan dengan diam-diam atau satu anggukan kepala).

Ekspresi wajah erat kaitannya dengan kemampuan multisensori seseorang dalam mempersepsikan berbagai macam luapan ekspresi wajah yang muncul, khususnya dalam proses interaksi dan komunikasi. Kemampuan memahami ekspresi wajah tidak terlepas dari keadaan dan fungsi multisensori seseorang dalam menggambarkan suatu keadaan di lingkungannya. Di sisi lain ada juga yang mengalami hambatan dalam mengartikan suatu ekspresi wajah seseorang. Anak tunarungu dalam proses interaksi dan komunikasinya mengalami hambatan dalam menangkap arti sebuah mimik wajah yang muncul pada lawan bicaranya.

Tunarungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan kehilangan pendengaran menyeluruh atau sebagian atau kerusakan fungsi organ pendengaran yang dialami oleh seseorang, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam memperoleh pendidikannya.

(7)

ekspresi wajah. Dari kajian dan fakta lapangan tersebut, penulis menindaklanjuti permasalahan ketidakmampuan memahami ekspresi emosi pada anak tunarungu ini ke dalam sebuah penelitian. Penelitian ini berisi proses pemecahan suatu permasalahan melalui penggunaan media pembelajaran.

Dengan adanya media pembelajaran akan mempermudah guru mengajar dan peserta didik belajar, serta mempermudah penyampaian materi pelajaran kepada siswa. Bentuk media yang digunakan untuk mempermudah dalam penyampaian yaitu dengan media yang lebih konkret. Media merupakan jembatan antara guru dan siswa, sehingga media yang di gunakan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa tersebut.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan siswa Tunarungu yang duduk di kelas 2 SDLB SUKAPURA yang mengalami hambatan dalam kemampuan memahami ekspresi wajah. Dari hasil observasi awal mengenai kemampuan memahami ekspresi wajah pada anak Tunarungu di kelas 2 SDLB SUKAPURA didapat fakta dalam permasalahan ini. Fakta yang terjadi kebanyakan para siswa tersebut tidak memahami berbagai macam ekspresi wajah, baik dari media gambar atau ekspresi wajah langsung yang muncul.

(8)

Penggunaan media gambar emotion adalah salah satu alternatif cara dalam membantu anak tunarungu khususnya siswa kelas 2 SDLB Sukapura. Tujuan dari pemilihan dan penggunaan media ini tidak lain untuk peningkatan memahami ekspresi wajah. Media gambar emotion merupakan media pembelajaran modifikasi yang berisi dari berbagai macam ekspresi wajah manusia. Ekspresi yang disampaikan dari media gambar emotion ini meliputi ekspresi senang, sedih, takut, dan marah. Variasi yang disampaikan pada media ini adalah sebagai bentuk semi konkret agar anak lebih memahami berbagai macam ekspresi wajah pada manusia. Di sisi lain media gambar emotion ini dalam penggunaannya cenderung praktis dan mudah penggunaannya.

Dengan demikian media gambar emotion dalam pembelajaran memegang peran penting untuk menciptakan proses belajar yang lebih efektif. Media yang akan digunakan adalah “Media Gambar Emotion”, media ini berupa gambar atau foto bermacam-macam ekspresi wajah orang. Dari gambar berbagai ekspresi emosi tersebut diharapkan dapat membantu siswa kelas 2 SDLB Sukapura dalam memahami berbagai macam ekspresi pada manusia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mencoba untuk melakukan suatu penelitian dengan judul : PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR EMOTION DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI EKSPRESI WAJAH PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB SUKAPURA BANDUNG”

B. Identifikasi Masalah

(9)

tuntutan kepada siswa untuk mencapai prestasi optimal. Berdasarkan pemaparan permasalahan pada latar belakang di atas, maka permasalahan itu dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut :

1. Gangguan pendengaran yang dialami anak tunarungu menghambat proses penerimaan informasi yang bersifat verbal dan abstrak sehingga berpengaruh terhadap kemampuan memahami ekspresi wajah.

2. Anak tunarungu merupakan insan visual, proses penerimaan informasi sebagian besar diterima melalui matanya, akan tetapi keterlibatan indra lain yang masih berfungsi dapat membantu anak dalam mempercepat proses perolehan informasi secara utuh

3. Pengaruh faktor internal/dalam diri anak (daya ingat, motivasi, daya abstraksi), serta faktor eksternal (metode, media) yang tepat dapat memfasilitasi penerimaan informasi dalam meningkatkan bahasa.

4. Penggunaan media pembelajaran yang bersifat visual dianggap akan memberikan pemahaman informasi secara utuh pada anak.

5. Latihan penggunaan media gambar emotion belum digunakan di sekolah sebagai cara untuk menanggulangi permasalahan dalam memahami ekspresi wajah.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak melenceng kemana-mana, maka penulis dalam penelitian ini membatasi pada penggunaan “media gambar emotion” dalam meningkatkan kemampuan memahami ekspresi wajah pada anak tunarungu.

(10)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut

:“APAKAH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR EMOTION DAPAT

(11)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gambar emotion dalam peningkatan kemampuan memahami ekspresi wajah yang diberikan kepada anak tunarungu di sekolah.

b. Tujuan Khusus

Dari paparan tersebut dapat diuraikan beberapa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kemampuan memahami ekspresi wajah pada anak tunarungu sebelum di perkenalkan/diberikan “media gambar

emotion” dalam pembelajaran pengenalan ekspresi wajah dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 2 SDLB.

2. Untuk mengetahui memahami ekspresi wajah pada anak tunarungu setelah di perkenalkan “media gambar emotion” dalam pembelajaran pengenalan ekspresi wajah dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 2 SDLB.

3. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan “media gambar emotion” dalam pembelajaran pengenalan ekspresi wajah bahasa Indonesia di kelas 2 SDLB dan penggunaannya pada anak tunarungu.

(12)

H a s i l p e n e l i t i a n i n i d i h a r a p k a n d a p a t b e r m a n f a a t d a n m e m b e r i k a n

s u m b a n g a n p e m i k i r a n d a n

g a m b a r a n t e n t a n g p e n t i n g n y a upaya

peningkatan kemampuan memahami ekspresi wajah yang diberikan kepada anak tunarungu, baik pada saat di sekolah maupun di rumah anak tersebut.

b. Kegunaan Praktis

1. Bagi siswa tunarungu, dengan adanya media pembelajaran yang bernama “media gambar emotion” ini, semoga dapat membantu siswa dalam memudahkan memecahkan permasalahan dalam kemampuan memahami ekspresi wajah yang dihadapi anak tunarungu.

2. Bagi guru diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi alternatif penggunaan media pembelajaran dalam upaya peningkatan kemampuan memahami ekspresi wajah pada anak tunarungu di sekolah.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan informasi mengenai melakukan upaya peningkatan kemampuan memahami ekspresi wajah pada anak tunarungu yang dilakukan oleh guru dan seluruh elemen yang ada di sekolah. 4. Bagi peneliti sendiri dapat memberi wawasan mengenai upaya

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang bersifat ekperimen dengan subjek tunggal (single subjet research), yaitu penilitian yang dilaksanakan pada satu subjek. Dalam penelitian ini pada akhirnya akan mendapatkan hasil tentang pengaruh penggunaan media gambar emotion terhadap anak tunarungu kelas II SDLB-B Sukapura Kiaracondong Bandung. Proses dari awal dan hasil akhir dalam penelitian ini akan digambarkan sebagai seperti bagan dibawah ini:

Studi Pendahuluan Anak Tunarungu Kelas

II SDLB_B sukapura

Bandung

Fokus Masalah

Instrumen

Pengumpulan Data

Penelitian :

Pengaruh Penggunaan Media Gambar Emotion Terhadap Peningkatan Kemampuan Memahami Ekspresi

Wajah

(14)

A. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang memperngaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat ( Sugiyono,

2011: 39), dan yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah

“Penggunaan Media Gambar Emotion

Secara umum media merupakan kata yang bermakna jamak, yang berarti perantara atau pengantar.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

(15)

dengan berbagai ekspresi emosi yang muncul, serta dapat melihat keterangan narasi yang ada dibawah gambarnya.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipegaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011: 39). Variabel

terikat (variabel dependen), yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan Kemampuan Memahami Ekspresi Wajah”.

Kemampuan memahami ekspresi wajah adalah kemampuan membaca berbagai macam ekspresi wajah yang muncul dari setiap orang sesuai dengan situasi yang terjadi di lingkungan sekitar. Kemampuan memahami ekspresi wajah tidak terlepas dari keadaan multisensori seseorang dalam menggambarkan suatu keadaan di lingkungannya. Disisi lain ada juga yang mengalami hambatan dalam mengartikan suatu ekspresi wajah seseorang. Anak tunarungu dalam proses interaksi dan komunikasinya mengalami hambatan dalam menangkap arti sebuah mimik wajah yang muncul pada lawan bicaranya.

(16)

tahap pengenalan berbagai macam ekspresi wajah, sebelum subjek mendapat perlakuan dengan menggunakan media gambar emotion, fungsinya untuk mengetahui kemampuan awal (A) oleh subjek. 2) tahap pemberian perlakuan (B) intervensi yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan yang di capai selama menggunakan alat yang di uji cobakan, dan 3) Setelah diberikan perlakuan yakni untuk melihat hasil akhir (A’) setelah penguji cobaan alat tersebut.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan menggunakan rancangan Single Subject Research (Penelitian Subjek

Tunggal), yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu objek dengan tujuan

untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara

berulang ulang dalam waktu tertentu.

1. Desain Penelitian

Adapun desain eksperimen subjek tunggal yang dipakai adalah pola A

- B – A’. Dimana A merupakan keadaan base line yaitu keadaan subjek

sebelum mendapat perlakuam. Subjek diperlakukan secara alami tanpa

treatment yang diberikan secara berulang-ulang. B adalah intervensi, yaitu

(17)

perlakuan yang diberikan.Dan A adalah pengulangan kondisi base line sabagai

evaluasi sampai sejauh mana intervensi yang diberikan berpengaruh pada

anak. Desain penelitian dengan pola A – B – A adalah sebagai berikut :

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain A-B-A'. Desain ini terdiri dari 3 tahapan kondisi, yaitu :

1.Baseline A (pengamatan awal tanpa treatment), yaitu keadaan subjek sebelum mendapatkan treatment. Subjek diperlakukan secara alami tanpa treatment yang diberikan secara berulang-ulang. Sunanto (1995; 138) menyatakan bahwa “Tujuan pengukuran baseline adalah memberikan deskripsi tingkah laku secara alamiah tanpa ada treatment yang berfungsi sebagai landasan perbandingan untuk penilaian keeftifan treatment, pengukuran baseline diambil untuk menciptakan suatu pola”.

2.Intervensi B ( pemberian perlakuan/ treatment), yaitu keadaan dimana subjek diberikan perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang, tujuannya untuk melihat tingkah laku yang terjadi selama perlakuan yang diberikan. Lamanya waktu yang diperlukan pada fase treatment seimbang atau lebih dengan lamanya waktu yang dipakai fase baseline. Sunanto menyatakan: “biasanya lama fase treatment dan jumlah pengukuran yang

(18)

3.Baseline A’ ( kemampuan akhir) merupakan pengulangan kondisi A yang dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi sejauh mana intervensi dapat berpengaruh terhadap perkembangan subjek.

Grafik 3.1

2. Prosedur Penelitian

a. Kondisi baseline-1 (A): pada kondisi ini pada pelaksanaannya terfokus pada kemampuan siswa dalam mengenal berbagai macam ekspresi wajah pada manusia, sebelum penerapan pengenalanekspresi wajah dimulai. Jumlah sesi dari kondisi baseline ini disesuaikan sampai datanya terkumpul. Jika setiap sesi sudah selesai maka hasilnya akan dihitung menggunakan rumus:

Keterangan: P = Persentase

F = Jumlah skor yang didapat N = Jumlah skor tertinggi Perilaku sasaran

Sesi (waktu) Baseline 1

A

Intervensi B

(19)

b. Intervensi (B): pemberian intervensi diberikan dalam beberapa sesi hingga datanya cenderung stabil. Pemberian intervensi ini diberikan untuk tujuan perubahan perilaku subjek yang diteliti.

c. Kondisi baseline-2 (A’): pada kondisi ini pada pelaksanaannya akan fokus pada kemampuan siswa dalam mengenal dan memahami berbagai macam ekspresi emosi setelah penerapan latihan menggunakan media gambar emotion selesai. Melihat kembali apakah kemampuan memahami ekspresi wajah pada siswa berubah setelah diberikan intervensi.

Untuk mendapatkan validitas penelitian ynag baik, pada saat melakukan penelitian dengan desain A-B-A’, menurut ahli peneliti itu harus memperhatikan hal-hal berikut (Sunanto, 2006: 45) :

1) Mendefinisikan perilaku sasaran (target behavior) dalam perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat.

2) Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai kecenderungan arahnya dan level data menjadi stabil.

3) Memberikan intervensi setelah kecenderungan data pada kondisi baseline stabil.

4) Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.

5) Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi (B) stabil mengulang kondisi baseline (A2).

3. Tempat Penelitian

(20)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam buku “Enscyclopedia of Educational Evaluation” Ditulis Scravia B. Anderson dkk dalam Arikunto (1997:63) mengemukakan bahwa “A population is a set (or

collection) of all elements prosesing one or more atributtes if interest”.

Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa pouplasi adalah kumpulan atau keseluruhan elemen yang memilki satu atau lebih karakteristik.

Sudjana (2002; 6) Menyatakan bahwa “populasi” sebagai berikut:

“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung

ataupun pengukuran kuantitatif ataupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”.

(21)

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan di teliti. Dianggap dapat menggambarkan populasinya. Menurut Sudjana (2002: 6) “Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi”. Berdasarkan populasi

diatas, penulis mengambil sampel penelitian yaitu siswa kelas III SLB B-C YGP sebanyak 3 orang, pemilihan sampling yang digunakan adalah dengan cara Purposive sampling bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatsan waktu,tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

(22)
(23)
(24)

situasi berdasar kan emosi

diberikan susuai pertanyaa n yang diberikan

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Mengamati karakteristik subjek penelitian.

b. Melaksanakan wawancara kepada guru mengenai subjek.

c. Melaksanakan tes kemampuan menulis untuk kondisi baseline 1.

d. Mencatatkan setiap hasil tes pada lembar pencatatan data yang sudah dibuat.

e. Mengamati setiap perilaku yang muncul pada siswa dan melakukan pencatatan.

f. Melaksanakan intervensi latihan graphomotor pada subjek. g. Melaksanakan tes kemampuan menulis untuk kondisi baseline 2.

h. Melakukan wawancara kepada siswa terkait apa yang dirasakan selama penelitian berlangsung.

i. Mendokumentasikan setiap kegiatan penelitian yang berlangsung.

E. Teknik Pengolahan Data

(25)

diperoleh selama penelitian yakni analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi, untuk lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut:

1. Analisis dalam Kondisi

a. Panjang kondisi, menunjukkan banyaknya data dan sesi pada suatu kondisi penelitian.

b. Kecenderungan Arah, peneliti rencananya menggunakan metode Split midlle (belah tengah) yakni dengan cara menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data nilai ordinatnya.

c. Kecenderungan Stabilitas (trand stability),dimana peneliti mencari mean data, menentukan batas atas dan bawah data pada suatu fase, dan selanjutnnya menentukan berapa persen data yang termasuk pada rentaang batas atas dan bawah yang sudah dihitung sebelumnya.

d. Kecenderungan Jejak Data (data path), merupakan perubahan dari satu data ke data lain dalam suatu kondisi.

e. Level Stabilitas dan rentang, merupakan jarak antara data ke-1 dengan data terakhir.

f. Perubahan level (level change), merupakan selisih dari data terakhir dengan data pertama. Secara umum terdapat tiga kriteria skor yakni (+) maka membaik, (-) maka memburuk, dan (=) maka tidak ada perubahan.

2. Analisis Antar kondisi

a. Jumlah variabel yang diubah, merupakan jumlah dari variabel yang diubah pada target behavior penelitian ini.

(26)

c. Perubahan kecenderungan stabilitas dan efeknya, menunjukan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data yang ada selama penelitian berlangsung. Biasanya terdapat tiga jenis data yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

d. Perubahan level data, dimana ini akan menunjukkan senerapa besar data berubah selama penelitian berlangsung.

(27)

Berdasarkan analisis keseluruhan data yang didapatkan selama penelitian ini berlansung, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media gambar emotion dapat memberikan peningkatan positif terhadap kemampuan kemampuan memahami ekspresi wajah pada anak tunarungu kelas 2 SDLB Sabilulungan Kabupaten Bandung.

Perubahan ini ditunjukkan melalui peningkatan rata-rata skor instrumen yang didapatkan oleh subjek selama penelitian. Dimana pada fase baseline-1 rata-rata yang didapatkan mencapai 103,5, fase intervensi mencapai 167,8 dan fase baseline-2 mencapai 183,75. Pencapaian angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada target perilaku yang diharapkan muncul pada diri subjek. Perubahan mulai dari kondisi baseline-1 subjek yang mendapatkan skor cukup rendah samapai akhirnya melalui intervensi yang diberikan skor yang didapatkan subjek perlahan meningkat terus menerus dibandingkan sebelumnya. Persentase overlap saat membandingkan setiap fase penelitian sempat mencapai angka 25% dan 40% namun hal ini tidak mempengaruhi terhadap peningkatan kemampuan memahami ekspresi wajah subjek. Hal ini menujukkan bahwa memang terjadi perubahan kearah positif pada target perilaku siswa yakni kemampuan memahami ekspresi wajah setelah diberikan intervensi melalui latihan penggunaan media gambar emotion yang dilaksanakan selama 10 sesi secara berturut-turut.

(28)

memahami ekspresi wajah pada anak tunarungu kelas 2 SDLB Sukapura Bandung setelah diterapkannya latihan penggunaan media gambar emotion.

B. Rekomendasi

1. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan media gambar emotion mempunyai pengaruh yang baik untuk meningkatkan kemampuan memahami ekspresi wajah siswa di SLB-B Sukapura Bandung, untuk itu diharapkan sekolah dapat memfasilitasi proses penggunaan media gambar emotion agar dapat diterapkan pada siswa yang lainnya.

2. Bagi guru penggunaan media gambar emotion dapat digunakan dikelas sebagai penunjang untuk pembelajaran pemahaman ekspresi wajah bagi para siswa. Rekomendasi bagi orang tua penggunaan media gambar emotion dapat dilakukan secara berkelanjutan di rumah. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan memahami ekspresi wajah semakin baik.

3. Bagi pihak sekolah agar lebih lagi menunjang dan mengembangkan media pembelajaran demi meningkatkan kualitas proses belajar siswa khususnya dalam pembelajaran peningkatan kemampuan memahami eksprei wajah. 4. Bagi peneliti selanjutnya penggunaan media gambar emotion kemungkinan

(29)

Arikunto, S. 1998.

Prosedur Penelitian

, Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. 2006 .

Prosedur peneitian Suatu Pendekatan Praktik

, Jakarta :

Rineka Cipta

Gaffar, M, dkk. 2004.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung

. Depdiknas

Gerlach dan Elli . 2007 . Konseps Pengembangan Media Pembelajaran.

www.neozonk.com

Husna, A . 2011 .

your

emotion

. Bandung : P.T Grafindo Media Pratama

Somad, P dan Hernawati , T. ( 1995 ) Ortopedagogik Anak Tunarungu.

Bandung . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Delphie, Bandi. (2006). Pembelojaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:

Refika Aditama.

Sunanto, D., Takeuchi, K., Nakata, Hideo. (2006). Penelitian dengan Subyek

Tunggal.Bandung: UPI Press.

Alimin, Z., dan Rochyadi, E (2007). Modul 3: Hambatan Belajar dan

Perkembangan Anak Unit I Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak

dengan Gangguan Kognitif atau Kecerdasan. Bandung: tidak diterbitkan

(30)

Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru

Sugiyono. (2008). Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D.

Bandung: Penerbit Alfabeta

Suherman, Uman (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung :

Rizqi Press

Sadiman,dkk (2006)

Belajar dan Faktor-Faktor Pendidikan pengertian,

Gambar

Tabel 3.1
gambar dan

Referensi

Dokumen terkait

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations.. and may not be accurate for a sample size

Adapun manfaat dari kajian konseptual ini diharapkan dapat me- nambah pengetahuan serta masukan khususnya dalam pelaksanaan kuri-kulum 2013 yang telah dipaparkan oleh

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja staf Unit Administrasi di Rumah Sakit PTPN II

tanah-tanah lainnya, yang dikenakan pajak bumi, dikecualikan dari pengenaan pajak peralihan; bahwa dipandang dari sudut sistim peraturan pajak, tidak seharusnya

[r]

Analisis Perawatan Sistem Pengisian Pada Mobil Toyota Kijang Innova 1tr-Fe Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu. pembelajaran untuk perawatan sistem pengisian

Hubungan antara kepuasan kerja dan resiliensi dengan organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan kantor pusat pt.. Jurnal psikologi