• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN PUZZLE BERSERI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRUKTUR KALIMAT (SPOK) PADA SISWA TUNARUNGU DI KELAS V SDLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN PUZZLE BERSERI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRUKTUR KALIMAT (SPOK) PADA SISWA TUNARUNGU DI KELAS V SDLB NEGERI CICENDO BANDUNG."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN PUZZLE BERSERI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRUKTUR KALIMAT

(SPOK) PADA SISWA TUNARUNGU DI KELAS V SDLB NEGERI CICENDO BANDUNG

(Studi Eksperimen dengan Single Subject Research)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

Yesi Susanti 0901741

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN PUZZLE BERSERI TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRUKTUR

KALIMAT (SPOK) PADA SISWA TUNARUNGU DI KELAS V

SDLB NEGERI CICENDO BANDUNG

(Studi Eksperimen dengan

Single Subject Research

)

Oleh

Yesi Susanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yesi Susanti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

YESI SUSANTI NIM 0901741

PENGARUH PENGGUNAAN PUZZLE BERSERI TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRUKTUR KALIMAT (SPOK) PADA SISWA TUNARUNGU DI KELAS V SDLB

NEGERI CICENDO BANDUNG

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing : Pembimbing I

Dr. Budi Susetyo, M. Pd NIP. 19580907 198703 1 001

Pembimbing II

Drs. Irham Hosni, Dipl. S, Ed NIP. 19510621 198503 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ii ABSTRAK

Pengaruh Penggunaan Puzzle Berseri Terhadap Peningkatan Kemampuan Penyusunan Struktur Kalimat (SPOK) Pada Siswa Tunarungu Di Kelas V

SDLB Negeri Cicendo Bandung”

(Yesi Susanti, 0901741, Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI 2013)

Penelitian dilakukan terhadap kedua subjek yang merupakan anak tunarungu ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan media puzzle berseri dalam meningkatkan kemampuan penyusunan struktur kalimat (SPOK) pada anak tunarungu. Terhambatnya proses penerimaan bahasa reseptif diakibatkan oleh gangguan pendengaran, berdampak pada kurang sempurnanya penerimaan informasi. Bunyi bahasa dibentuk dari hasil peniruan dan rekaman suara yang masuk melalui indera pendengaran, sehingga informasi yang diterima akan memiliki makna dalam proses interaksi dan komunikasi. Saat berkomunikasi penggunaaan struktur kalimat sangat penting. Gangguan pendengaran mengakibatkan anak tunarungu ketika berkomunikasi tidak menggunakan struktur kalimat dengan baik. Permasalahan tersebut menjadi alasan peneliti untuk mengupayakan peningkatan kemampuan siswa tunarungu dalam menyusun struktur kalimat dengan menggunakan media puzzle berseri . Subyek dalam penelitian ini merupakan anak tunarungu berinisial ST dan WD yang bersekolah di kelas V SDLB Negeri Cicendo Bandung. Kedua subjek tersebut memiliki kemampuan penyusunan struktur kalimat yang rendah sehingga dalam berkomunikasi sulit dipahami maknanya.. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan pendekatan Single Subject Research dengan menggunakan desain A-B-A. Penyajian data diolah dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan presentase dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, membuktikan bahwa penggunaan media

puzzle berseri dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan penyusunan struktur kalimat pada anak tunarungu (ST dan WD).

(5)
(6)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

d. Kemampuan anak tunarungu dalam menyusun struktur kalimat ... 14

b. Manfaat Penggunaan media Puzzle ... 21

5 Media Puzzle Berseri Dalam Meningkatkan Penyusunan Struktur Kalimat Anak Tunarungu ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Pemikiran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27

(7)

viii

b. Kemampuan Menyusun Struktur Kalimat ... 32

2 Definisi Operasional Variabel ... 33

a. Variabel Bebas ... 33

b. Variabel Terikat ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 39

1. Uji Validitas Instrumen ... 39

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42 Lampiran 2 Kisi-kisi, instrumen, RPP Lampiran 3 Pernyataan Expert Judgement

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Validitas dan Realibilitas Lampiran 5 Tabulasi Data Subjek 1 dan II

(8)

ix

RIWAYAT HIDUP ... xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Daftar Tim expert-judgment Instrumen Penelitian ... 40

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas ... 47

Tabel 4.1 Hasil Baseline-1(A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) .... 50

Tabel 4.2 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) ... 51

Tabel 4.3 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Perdeikat (SP) . 53 Tabel 4.4 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat (SP) ... 54

Tabel 4.5 Panjang Kondisi Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) ... 55

Tabel 4.6 Data Estimasi Kecenderungan Arah Subjek ST ... 56

Tabel 4.7 Data Kecenderungan Stabilitas ... 58

Tabel 4.8 Jejak Data Subjek ST ... 59

Tabel 4.9 Level Stabilitas dan Rentang Subjek ST ... 59

Tabel 4.10 Data Level Perubahan Subjek ST ... 60

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Subjek ST ... 60

Tabel 4.12 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 62

Tabel 4.13 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek ST ... 62

Tabel 4.14 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek ST ... 63

Tabel 4.15 Data Perubahan Level Subjek ST ... 63

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Aspek Subjek-Predikat 66 Tabel 4.17 Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek (SPO) ... 69

Tabel 4.18 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek (SPO) ... 70

Tabel 4.19 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek (SPO) ... 72

Tabel 4.20 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat- Objek (SPO) ... 73

Tabel 4.21 Panjang Kondisi Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek (SPO) 74 Tabel 4.22 Data Estimasi Kecenderungan Arah Subjek ST ... 76

Tabel 4.23 Data Kecenderungan Stabilitas ... 77

Tabel 4.24 Jejak Data Subjek ST ... 78

Tabel 4.25 Level Stabilitas dan Rentang Subjek ST ... 78

Tabel 4.26 Data Level Perubahan Subjek ST ... 79

Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Subjek ST ... 79

Tabel 4.28 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 81

Tabel 4.29 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek ST ... 81

Tabel 4.30 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek ST ... 82

Tabel 4.31 Data Perubahan Level Subjek ST ... 82

(9)

x

Keterangan (SPK) ... 88

Tabel 4.34 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat- Keterangan (SPK) ... 90

Tabel 4.35 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat- Keterangan (SPK) ... 91

Tabel 4.36 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat- Keterangan (SPK) ... 93

Tabel 4.37 Panjang Kondisi Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Keterangan (SPK) ... 94

Tabel 4.38 Data Estimasi Kecenderungan Arah Subjek ST ... 95

Tabel 4.39 Data Kecenderungan Stabilitas ... 97

Tabel 4.40 Jejak Data Subjek ST ... 98

Tabel 4.41 Level Stabilitas dan Rentang Subjek ST ... 98

Tabel 4.42 Data Level Perubahan Subjek ST ... 98

Tabel 4.43 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Subjek ST ... 99

Tabel 4.44 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 100

Tabel 4.45 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek ST ... 101

Tabel 4.46 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek ST ... 101

Tabel 4.47 Data Perubahan Level Subjek ST ... 102

Tabel 4.48 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Aspek Subjek-Predikat- Keterangan ... 105

Tabel 4.49 Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek- Keterangan (SPOK) ... 107

Tabel 4.50 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek- Keterangan (SPOK) ... 109

Tabel 4.51 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek- Keterangan (SPOK) ... 111

Tabel 4.52 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat- Objek-Keterangan (SPOK) ... 112

Tabel 4.53 Panjang Kondisi Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek- Keterangan (SPOK) ... 113

Tabel 4.54 Data Estimasi Kecenderungan Arah Subjek ST ... 114

Tabel 4.55 Data Kecenderungan Stabilitas ... 116

Tabel 4.56 Jejak Data Subjek ST ... 117

Tabel 4.57 Level Stabilitas dan Rentang Subjek ST ... 117

Tabel 4.58 Data Level Perubahan Subjek ST ... 117

Tabel 4.59 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Subjek ST ... 118

Tabel 4.60 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 119

Tabel 4.61 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek ST ... 120

Tabel 4.62 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek ST ... 120

Tabel 4.63 Data Perubahan Level Subjek ST ... 121

Tabel 4.64 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Aspek Subjek-Predikat- Objek-Keterangan ... 124

Tabel 4.65 Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) ... 127

(10)

xi

Tabel 4.68 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat

(SP) ... 131

Tabel 4.69 Panjang Kondisi Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) ... 132

Tabel 4.70 Data Estimasi Kecenderungan Arah Subjek WD ... 133

Tabel 4.71 Data Kecenderungan Stabilitas ... 135

Tabel 4.72 Jejak Data Subjek WD ... 136

Tabel 4.73 Level Stabilitas dan Rentang Subjek WD ... 136

Tabel 4.74 Data Level Perubahan Subjek WD ... 136

Tabel 4.75 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Subjek WD ... 137

Tabel 4.76 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 138

Tabel 4.77 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek WD ... 139

Tabel 4.78 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek WD ... 140

Tabel 4.79 Data Perubahan Level Subjek WD ... 140

Tabel 4.80 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Aspek Subjek-Predikat 144 Tabel 4.81 Hasil Baseline (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek (SPO) ... 146

Tabel 4.82 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek (SPO) ... 148

Tabel 4.83 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek (SPO) ... 150

Tabel 4.84 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat- Objek (SPO) ... 151

Tabel 4.85 Panjang Kondisi Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek (SPO) 152 Tabel 4.86 Data Estimasi Kecenderungan Arah Subjek ST ... 154

Tabel 4.87 Data Kecenderungan Stabilitas ... 155

Tabel 4.88 Jejak Data Subjek WD ... 156

Tabel 4.89 Level Stabilitas dan Rentang Subjek WD ... 156

Tabel 4.90 Data Level Perubahan Subjek WD ... 157

Tabel 4.91 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Subjek WD ... 157

Tabel 4.92 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 159

Tabel 4.93 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek WD ... 159

Tabel 4.94 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek WD ... 160

Tabel 4.95 Data Perubahan Level Subjek WD ... 160

Tabel 4.96 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Aspek Subjek-Predikat- Objek ... 164

Tabel 4.97 Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat- Keterangan (SPK) ... 166

Tabel 4.98 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat- Keterangan (SPK) ... 168

Tabel 4.99 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat- Keterangan (SPK) ... 170

Tabel 4.100 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat- Keterangan (SPK) ... 171

Tabel 4.101 Panjang Kondisi Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Keterangan (SPK) ... 172

(11)

xii

Tabel 4.103 Data Kecenderungan Stabilitas ... 175

Tabel 4.104 Jejak Data Subjek WD ... 176

Tabel 4.105 Level Stabilitas dan Rentang Subjek WD ... 176

Tabel 4.106 Data Level Perubahan Subjek WD ... 177

Tabel 4.107 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Subjek WD ... 177

Tabel 4.108 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 179

Tabel 4.109 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek WD ... 179

Tabel 4.110 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek WD ... 180

Tabel 4.111 Data Perubahan Level Subjek WD ... 181

Tabel 4.112 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Aspek Subjek-Predikat- Keterangan ... 184

Tabel 4.113 Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek- Keterangan (SPOK) ... 186

Tabel 4.114 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek- Keterangan (SPOK) ... 188

Tabel 4.115 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek- Keterangan (SPOK) ... 190

Tabel 4.116 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat- Objek-Keterangan (SPOK) ... 191

Tabel 4.117 Panjang Kondisi Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek- Keterangan (SPOK) ... 192

Tabel 4.118 Data Estimasi Kecenderungan Arah Subjek WD ... 194

Tabel 4.119 Data Kecenderungan Stabilitas ... 195

Tabel 4.120 Jejak Data Subjek WD ... 196

Tabel 4.121 Level Stabilitas dan Rentang Subjek WD ... 196

Tabel 4.122 Data Level Perubahan Subjek WD ... 197

Tabel 4.123 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Subjek WD ... 197

Tabel 4.124 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 199

Tabel 4.125 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya Subjek WD ... 199

Tabel 4.126 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek WD ... 200

Tabel 4.127 Data Perubahan Level Subjek WD ... 201

(12)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Desain A – B - A ... 28 Grafik 4.1 Hasil Baseline-1(A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) .... 50 Grafik 4.2 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) ... 52 Grafik 4.3 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Perdeikat (SP) . 53 Grafik 4.4 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat

(SP) ... 54 Grafik 4.5 Estimasi keecenderungan arah aspek menyusun subjek – predikat

(SP) kondisi baseline 1 (A-1), Intervensi (B), baseline 2 (A-2) pada Subjek ST ... 56 Grafik 4.6 overlap tahap baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) pada subjek ST . 65 Grafik 4.7 overlap tahap intervensi (B) ke tahap baseline 2 (A-2) ... 66 Grafik 4.8 perkembangan mean level setiap fase kemempuan menyusun

Subjek - predikat (SP) pada ST ... 68 Grafik 4.9 Hasil Baseline (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek

(SPO) ... 69 Grafik 4.10 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek

(SPO) ... 71 Grafik 4.11 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek

(SPO) ... 72 Grafik 4.12 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat-

Objek (SPO) ... 74 Grafik 4.13 Estimasi keecenderungan arah aspek menyusun Subjek – Predikat-

Objek (SPO) kondisi baseline 1 (A-1), Intervensi (B), baseline 2 (A-2) pada Subjek ST ... 75 Grafik 4.14 Overlap tahap baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) pada subjek ST 84 Grafik 4.15 Overlap tahap intervensi (B) ke tahap baseline 2 (A-2) ... 85 Grafik 4.16 Perkembangan mean level setiap fase kemempuan menyusun

Subjek – Predikat-Objek (SPO) pada ST ... 87 Grafik 4.17 Hasil Baseline (A-1) Aspek Menyusun Subjek – Predikat –

Keterangan (SPK) ... 89 Grafik 4.18 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek – Predikat -

Keterangan (SPK) ... 90 Grafik 4.19 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek – Predikat –

Keterangan (SPK) ... 92 Grafik 4.20 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek–Predikat

- Keterangan (SPK) ... 93 Grafik 4.21 Estimasi keecenderungan arah aspek menyusun Subjek – Predikat

(13)

xiv

Grafik 4.24 Perkembangan mean level setiap fase kemempuan menyusun

Subjek – Predikat – Keterangan (SPK) pada ST ... 106 Grafik 4.25 Hasil Baseline (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek-

Keterangan (SPOK) ... 108 Grafik 4.26 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek-

Keterangan (SPOK) ... 109 Grafik 4.27 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek

- Keterangan (SPOK) ... 111 Grafik 4.28 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat-

Objek-Keterangan (SPOK) ... 112 Grafik 4.29 Estimasi keecenderungan arah aspek menyusun Subjek – Predikat-

Objek (SPO) kondisi baseline 1 (A-1), Intervensi (B), baseline 2 (A-2) pada Subjek ST ... 114 Grafik 4.30 Overlap tahap baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) pada subjek ST 122 Grafik 4.31 Overlap tahap intervensi (B) ke tahap baseline 2 (A-2) ... 123 Grafik 4.32 Perkembangan mean level setiap fase kemempuan menyusun

Subjek – Predikat-Objek-Keterangan (SPOK) pada ST ... 125 Grafik 4.33 Hasil Baseline-1(A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) .... 127 Grafik 4.34 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat (SP) ... 128 Grafik 4.35 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Perdeikat (SP) . 130 Grafik 4.36 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat

(SP) ... 131 Grafik 4.37 Estimasi keecenderungan arah aspek menyusun subjek – predikat

(SP) kondisi baseline 1 (A-1), Intervensi (B), baseline 2 (A-2) pada Subjek WD ... 133 Grafik 4.38 overlap tahap baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) pada subjek WD 142 Grafik 4.39 overlap tahap intervensi (B) ke tahap baseline 2 (A-2) ... 143 Grafik 4.40 perkembangan mean level setiap fase kemempuan menyusun

Subjek - predikat (SP) pada ST ... 145 Grafik 4.41 Hasil Baseline (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek

(SPO) ... 147 Grafik 4.42 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek

(SPO) ... 148 Grafik 4.43 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek

(SPO) ... 150 Grafik 4.44 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat-

Objek (SPO) ... 151 Grafik 4.45 Estimasi keecenderungan arah aspek menyusun Subjek – Predikat-

Objek (SPO) kondisi baseline 1 (A-1), Intervensi (B), baseline 2 (A-2) pada Subjek WD ... 153 Grafik 4.46 Overlap tahap baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) pada subjek WD162 Grafik 4.47 Overlap tahap intervensi (B) ke tahap baseline 2 (A-2) ... 163 Grafik 4.48 Perkembangan mean level setiap fase kemempuan menyusun

Subjek – Predikat-Objek (SPO) pada WD ... 165 Grafik 4.49 Hasil Baseline (A-1) Aspek Menyusun Subjek – Predikat –

(14)

xv

Grafik 4.50 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek – Predikat -

Keterangan (SPK) ... 168 Grafik 4.51 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek – Predikat –

Keterangan (SPK) ... 170 Grafik 4.52 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek–Predikat

- Keterangan (SPK) ... 171 Grafik 4.53 Estimasi keecenderungan arah aspek menyusun Subjek – Predikat

- Keterangan (SPK) kondisi baseline 1 (A-1), Intervensi (B), baseline 2 (A-2) pada Subjek WD ... 173 Grafik 4.54 Overlap tahap baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) pada subjek WD182 Grafik 4.55 Overlap tahap intervensi (B) ke tahap baseline 2 (A-2) ... 183 Grafik 4.56 Perkembangan mean level setiap fase kemempuan menyusun

Subjek – Predikat – Keterangan (SPK) pada WD ... 185 Grafik 4.57 Hasil Baseline (A-1) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek-

Keterangan (SPOK) ... 187 Grafik 4.58 Hasil Intervensi (B) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek-

Keterangan (SPOK) ... 188 Grafik 4.59 Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek Menyusun Subjek-Predikat-Objek

- Keterangan (SPOK) ... 190 Grafik 4.60 Rekapitulasi Persentase Data Keseluruhan Aspek Subjek-Predikat-

Objek-Keterangan (SPOK) ... 191 Grafik 4.61 Estimasi keecenderungan arah aspek menyusun Subjek – Predikat-

Objek (SPO) kondisi baseline 1 (A-1), Intervensi (B), baseline 2 (A-2) pada Subjek WD ... 193 Grafik 4.62 Overlap tahap baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) pada subjek WD202 Grafik 4.63 Overlap tahap intervensi (B) ke tahap baseline 2 (A-2) ... 203 Grafik 4.64 Perkembangan mean level setiap fase kemempuan menyusun

(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Bagian Depan Puzzle Berseri ... 23

Gambar 2.2 Bentuk Bagian Belakang Puzzle Berseri ... 23

Gambar 3.1 Puzzle Dengan Rangkaian Utuh Dan Benar ... 33

Gambar 3.2 Puzzle Acak ... 33

Gambar 3.3 Merangkai Potongan Gambar Puzzle Berseri ... 34

Gambar 3.4 Membaca Rangkaian Kalimat Yang Telah Tersusun ... 34

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat Penelitian

Lampiran 2 Kisi-kisi, instrumen, RPP

Lampiran 3 Pernyataan Expert Judgement

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Validitas dan Realibilitas

Lampiran 5 Tabulasi Data Subjek 1 dan II

Lampiran 6 Foto – Foto Dokumentasi

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak

bisa bertahan hidup secara sendiri. Fungsi dari manusia sebagai makhluk sosial

yaitu membutuhkan keterampilan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Alat

yang sangat berperan penting dalam berinteraksi dan berkomunikasi adalah

bahasa. Penggunaan bahasa dapat membuat manusia bersosialisasi dengan

lingkungan, dan berinteraksi serta berkomunikasi antara manusia yang satu dan

manusia lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Bloom & Lakey dalam Sadja’ah

(2008:7), ”Bahasa merupakan suatu kode dimana gagasan/ ide tentang

dunia/lingkungan sekitar diwakili oleh seperangkat simbol yang telah disepakati

bersama guna mengadakan komunikasi.” Dari pernyataan tersebut, menunjukkan

bahwa interaksi dan komunikasi dapat terlaksana apabila bahasa atau simbol yang

digunakan dapat dimengerti, dipahami dan disepakati oleh kedua belah pihak

sebagai pelaku interaksi.

Proses perolehan bahasa terdiri dari dua bagian, yaitu proses perolehan

bahasa pada anak dengar dan proses perolehan bahasa pada anak tunarungu.

Perolehan bahasa pada anak dengar dimulai dari proses menangkap informasi,

memahami, serta mengekspresikan pikiran. Proses menangkap informasi yang

bersifat verbal dipengaruhi oleh berfungsinya organ pendengaran, bunyi bahasa

dibentuk dari hasil peniruan dan rekaman suara yang masuk ke dalam indera

pendengaran, sehingga informasi yang di dengar akan dijadikan sebagai kata yang

bermakna. Semakin banyak suara atau informasi yang masuk kedalam indera

pendengaran dan disimpan dalam memori, maka semakin bertambah pula

kosakata dalam berbahasa. Tarigan (2011 : 2) mengemukakan “Kualitas

keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kualitas dan kuantitas

kosakata yang dimiliknya. Semakin banyak kosakata yang kita miliki, semakin

besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa”.

Permasalahan utama yang dialami anak tunarungu dalam perolehan bahasa

(18)

2

keterbatasan fungsi indera pendengaran yang mengakibatkan ketidaksempurnaan

penerimaan bunyi bahasa yang mereka alami. Bunyi bahasa yang tidak diterima

secara sempurna akan berdampak pada ketidakmampuan untuk memahami

lambang dan aturan bahasa dalam penerimaan informasi.

Kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam memahami hubungan

lambang bahasa dengan benda atau suatu kejadian dinamakan bahasa reseptif.

Penerimaan bahasa reseptif yang dialami oleh anak tunarungu hanya melalui

penglihatan. Berbeda dengan anak pada umumnya yang dapat mendengar yaitu

menerima bahasa reseptif secara utuh tidak hanya melalui penglihatan, tapi juga

melalui pendengaran. Kondisi tunarungu tersebut terutama dalam kemampuan

berbahasa dan berkomunikasi hanya dapat diakses melalui visual. Hal inilah yang

menyebabkan penyusunan struktur kalimat kurang sempurna. Ketidaksempurnaan

tersebut mengakibatkan ketika berkomunikasi secara verbal kalimat yang

terbentuk menjadi kurang lengkap.

Bahasa mempunyai aturan serta kaidah tertentu yang berfungsi sebagai acuan

yang sangat penting dikuasai, agar terdapat kesepakatan sesama pengguna bahasa

sehingga dapat dihindari kesalahan dalam penggunaannya. Kaidah dalam bahasa

dinamakan tata bahasa dan salah satu bahasan dalam tata bahasa yaitu tata kalimat

atau sintaksis. Menurut Keraf ( 1984 : 137 ), “sintaksis adalah bagian dari tata

bahasa yang mempelajari dasar – dasar dan proses pembentukan kalimat dalam

suatu bahasa.” Sintaksis mempunyai beberapa pembahasan, salah satunya adalah struktur kalimat.

Kalimat terdiri dari rangkaian kata yang disusun sehingga menjadi sebuah

kalimat yang utuh dan memiliki pesan serta makna tersendiri. Saat berkomunikasi

penguasaan struktur kalimat sangatlah penting, karena dengan struktur kalimat

yang benar maka pesan dari kalimat tersebut akan tersampaikan dan orang lain

akan memahami makna dari kalimat yang kita bicarakan.

Penyusunan struktur kalimat yang disusun oleh anak tunarungu sering tidak

terstruktur sehingga sulit dipahami. Hal ini terjadi pada (ST dan WD) yaitu siswa

kelas 5 SDLB Negeri Cicendo. Ketika mereka berkomunikasi, masing –masing

(19)

3

kasus yang ditunjukkan oleh ST yaitu ketika peneliti bertanya “ apakah buku ibu

ada sama kamu ? “ dan jawaban yang ia ungkapkan yaitu “ sekolah saja, ada iya buku itu “. Maksudnya adalah “ iya buku itu ada, nanti dikembalikan disekolah saja”. Kalimat yang diungkapkan oleh ST tersebut tidak tersusun dengan benar

dan kurang lengkap, sehingga akan terjadi kesalahpahaman arti dan makna bagi

yang menerima pesan dari kalimat tersebut. Sedangkan contoh kalimat yang

disusun oleh WD yaitu “ saya bahasa indonesia belajar bersama ibu” maksudnya

adalah “ saya bersama ibu belajar bahasa indonesia”.

Berdasarkan permasalahan yang tampak, maka perlu adanya penggunaan

media pembelajaran. Media pembelajaran adalah alat bantu pada proses

pembelajaran yang dapat mempermudah dalam proses penyampaian materi.

Asyhar (2011 : 29) mengemukakan bahwa :

“Media pembelajaran juga dapat membantu pendidik untuk mempermudah

proses belajar, memperjelas materi pembelajaran dengan beragam contoh yang konkret melalui media, memfasilitasi interaksi dengan pembelajar, dan memberi kesempatan praktik bagi mereka “.

Media pembelajaran yang digunakan bagi anak tunarungu cenderung bersifat

visual. Tidak menutup kemungkinan apabila media yang digunakan melibatkan

semua indera yang masih berfungsi, dapat memberikan pengalaman dan

pemahaman yang lebih. Terlebih apabila media tersebut memiliki tampilan yang

menarik, dan cara penggunaanya dengan cara mencocokkan, menyusun,

mengambil dan menyamakan sehingga anak tidak merasa bosan atau jenuh dalam

menggunakannya, bahkan anak memiliki kesenangan tersendiri setelah berhasil

menyelesaikannya.

Puzzle adalah media permainan dengan cara menyusun potongan gambar acak sehingga menjadi potongan yang utuh. Media puzzle merupakan media visual yang dalam penggunaannya membutuhkan koordinasi visual dan tangan

serta membutuhkan pemikiran, kesabaran dan ketekunan dalam proses

(20)

4

pembelajaran yang digunakan, puzzle adalah media yang paling umum dipakai

termasuk media pembelajaran sederhana yang dapat digunakan di sekolah”.

Media puzzle yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki bentuk yang menggabungkan antara gambar dan rangkaian kata yang membentuk kalimat.

Kalimat tersebut terdiri dari sktruktur subjek-predikat (S-P),

subjek-predikat-objek (S-P-O), subjek-predikat-keterangan (S-P-K) dan subjek-predikat-

subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K). Media ini dirancang berdasarkan permasalahan dan

kebutuhan anak tanpa mengurangi peran guru/peneliti dalam proses pembelajaran.

Untuk menanggulangi masalah yang dihadapi anak tunarungu dalam

penyusunan struktur kalimat, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian

dengan menggunakan media pembelajaran puzzle berseri. Peneliti ingin mengujicobakan apakah media puzzle berseri dapat meningkatkan kemampuan penyusunan struktur kalimat (SPOK) bagi anak tunarungu di SLB Negeri Cicendo

Bandung?

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka terdapat beberapa

identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :

1) Kemampuan guru dalam mengajar :

Dalam pemberian pembelajaran pada anak tunarungu khusunya pada

pembelajaran tata bahasa yaitu sturktur kalimat (SPOK), kemampuan guru dan

gaya mengajar guru sangat penting. Hal ini menjadi faktor utama dalam

menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus memiliki kemampuan

dan peranan sebagai pemandu, pengarah, dan fasilitator dalam proses dan

penggunaan media pembelajaran yang sudah diadaptasikan, yaitu menyusun

struktur kalimat (SPOK) dengan benar.

2) Metode pembelajaran yang digunakan:

Miskinnya bahasa verbal yang mereka kuasai menyebabkan anak menjadi

terbatas dalam pengolahan bahasa ekspresifnya terutama pada kemampuan

(21)

5

kalimat (SPOK), aspek konsentrasi dan ketilitian akan menjadi salah satu faktor

yang berpengaruh dalam meningkatan kemampuan menyusun struktur kalimat .

3) Sarana Pembelajaran :

Untuk menunjang dan mendukung proses pembelajaran berlangsung ,maka

diperlukan sarana dan prasarana yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan baik. Penulis menggunakan media puzzle berseri dan gambar-gambar berseri yang mewakili struktur kalimat (SPOK) dalam menunjang latihan

menyusun struktur kalimat dengan benar.

4. Media yang digunakan

Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan sangat berpengaruh dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini perlu dipersiapkan sebuah

program pembelajaran, metode atau media khusus yang inofatif dan sesuai dengan

kebutuhan anak tunarungu agar para peserta didik dapat antusias dan bersemangat

dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis memberikan batasan

dalam penelitian ini. Agar tidak terlalu meluas pada masalah pengunaan media

puzzle berseri , dalam melatih kemampuan menyusun struktur kalimat anak tunarungu, difokuskan pada kemampuan penyusunan struktur kalimat (SPOK).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat

dikemukakan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah pengaruh penggunaan Puzzle berseri terhadap peningkatan kemampuan penyusunan struktur kalimat (SPOK) pada siswa Tunarungu di kelas V SDLB Negeri Cicendo

(22)

6

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penggunaan media puzzle berseri pada peningkatan kemampuan penyusunan struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V SDLB di SLB Negeri Cicendo

Bandung.

2. Tujuan khusus

a. Untuk memperoleh gambaran mengenai bagaiman penggunaan

struktur kalimat pada anak tunarungu sebelum diberikan pembelajaran

dengan menggunakan media puzzle berseri.

b. Untuk menganalisis bagaimana penggunaan struktur kalimat anak

tunarungu setelah belajar dengan menggunakan media puzzle berseri. c. Agar permasalahan kesulitan penyusunan struktur kalimat pada siswa

tunarungu pada kelas V SDLB Negeri Cicendo Bandung dapat teratasi

dengan menggunakan media Puzzle berseri.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat/kegunaan secara langsung

maupun tidak langsung yaitu:

1) Secara Praktis

a) Hasil penelitian ini apabila berhasil dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi para pendidik dalam meningkatkan kemampuan

penyusunan struktur kalimat pada siswa tunarungu dengan

menggunakan media puzzle berseri.

b) Hasil penelitian ini apabila berhasil, anak mampu menyusun

struktur kalimat dengan baik.

c) Komunikasi anak tunarungu dengan masyarakat sekitar lebih dapat

(23)

7

2) Secara Teoritis

Memberikan sumbangsih pemikiran dan pengenalan mengenai

media puzzle berseri sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai untuk meningkatkan penyusunan struktur kalimat pada siswa tunarungu.

3) Manfaat bagi peneliti

a) Membuka peluang untuk dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai keterampilan dalam menyusun struktur kalimat dengan

menggunakan media puzzle berseri di SLB B secara lebih luas lagi. b) Memberikan kesadaran untuk pertumbuhan diri peneliti di dalam

memahami persoalan tunarungu.

c) Pengembangan pribadi, peneliti memperoleh pengalaman baru

dalam menyatukan pengetahuan teoritis berdasarkan hasil

penelitian yang diperoleh dari lapangan.

G. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

C. Batasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

G. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

B. Penelitian yang Relevan

(24)

8

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

B. Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

D. Definisi Operasional Variabel

E. Instrumen Penelitian

F. Proses Pengembangan Instrumen

G. Teknik Pengumpulan Data

H. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah salah satu sekolah

luar biasa yang berada di kota Bandung yang terdapat anak tunarungu kelas V

yang kurang mampu menyusun struktur kalimat dengan benar. Sekolah yang

dijadikan tempat penelitian ini yaitu SLB Negeri Cicendo Bandung.

2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah dua orang siswa

kelas V SDLB Negeri Cicendo Bandung yang berinisial ST dan WD.Kemampuan

kedua subjek dalam penyusunan kalimat yang berstruktur kurang begitu baik

dibandingkan dengan teman sebayanya. Hal ini yang menjadi alasan peneliti

untuk menjadikan kedua siswa tersebut sebagai subjek penelitian.

Karakteristik kemampuan kedua subjek dalam menyusun struktur kalimat

yaitu : dalam berkomunikasi dengan orang lain, kalimat yang mereka lontarkan

cenderung kurang lengkap dan tidak berstruktur ( terkadang terbalik ). Seperti

salah satu contoh kalimat yang diugkapkan oleh ST yaitu “ kemarin membeli saya

sepatu baru “, dimana kalimat yang benar seharusnya “ saya membeli sepatu baru

kemarin “. Sedangkan contoh kalimat yang diungkapkan oleh WD yaitu “ jajan

didepan saya dua ribu” yang seharusnya kalimat tersebut tersusun sebagai berikut

“ saya jajan di depan sebanyak dua ribu rupiah “

Kesalahan dalam penyusunan struktur kalimat seperti yang telah dicontohkan

tersebut sering terulang dibeberapa kalimat yang lain baik ketika melakukan

komunikasi ataupun ketika menulis. Dari permasalah yang dialami kedua subjek

tersebut dapat dilihat bahwa subjek mengalami permasalahan dalam menyusun

(26)

28

Pola desain eksperimen subjek tunggal yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain A-B-A dimana:

a. A-1 adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar). Baseline

merupakan suatu kondisi kemampuan awal subjek dalam penyusunan struktur

kalimat (SPOK) sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Pelaksanaan pengukuran pada baseline -1 ini dilakukan sebanyak empat sesi sampai trend

dan level data cenderung stabil. Setiap harinya dilakukan satu kali sesi.

Dimana setiap sesi dilakukan satu hari dengan periode waktu selama 30

menit.

b. B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi kemampuan subjek dalam penyusunan struktur kalimat (SPOK) dengan

permasalahan penyusunan struktur kalimat selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberikan perlakuan dengan menggunakan media puzzle berseri secara berturut - turut. Pelaksanaan intervensi sebanyak delapan sesi dengan periode waktu selama 80 menit.

c. A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana hasil intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek. Pelaksanaan baseline – 2 sebanyak emapat sesi dengan periode waktu selama

30 menit.

(27)

29

“Desain A – B – A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara

variabel terikat dan variabel bebas ” Sunanto (2006 : 44). Seiring dengan

pendapat tersebut maka peneliti menggunakan desain penelitian A - B – A

dalam yang terdiri dari tiga tahapan pengukuran yaitu sebelum diberikan

intervensi baseline – 1 /(A-1), pada saat diberikan intervensi (B), dan setelah

diberikan intervensi baseline – 2 (A-2). Dengan desain A – B – A diharapkan

akan memberikan petunjuk bahwa adanya hubungan sebab dan akibat antara

variabel bebas (puzzle berseri) dan variabel terikat (kemampuan penyusunan

struktur kalimat anak tunarungu). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur

seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kemampuan

penyusunan struktur kalimat anak tunarungu dengan menggunakan media

puzzle berseri

C. Metode Penelitian

Sugiyono ( 2011 : 3 ) mengungkapkan bahwa “ secara umum metode

penelitin diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. “ tujuan dari pada penelitian ini yaitu untuk memperoleh data

mengenai pengaruh penggunaan media puzzle dalam peningkatan kemampuan penyusunan struktur kalimat pada siswa tunarungu kelas V SDLB.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen, menurut

Sugiyono (2011):“metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan”. Metode eksperimen dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil atau

akibat dari suatu perlakuan dalam penggunaan media puzzle berseri dalam meningkatkan kemampuan penyusunan struktur kalimat pada anak tunarungu..

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

(28)

30

perlakuan yang diberikan terhadap subyek secara berulang - ulang. Sunanto, J. Et al. (2006 : 41) mengemukan bahwa :

Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran (target behavior) dilakukan berulang – ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari, atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi perbandingan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa Single Subject Research (SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan

tingkah laku subyek secara perseorangan. Melalui seleksi yang akurat dan

pemanfaatan pola desain kelompok yang sama, hal ini memungkinkan untuk

memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah

laku.

Penggunaan metode eksperimen dengan rancangan Single Subject Research

(SSR) pada penelitian ini, dipilih oleh peneliti dengan alasan metode ini

merupakan metode yang dirasa cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu

dengan menggunakan media puzzle berseri terhadap permasalahan kemampuan

penyusunan struktur kalimat anak tunarungu.

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Persiapan awal penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap sebagai

berikut :

1) Mengajukan pengangkatan dosen pembimbing

2) Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada Rektor untuk

selanjutnya mengajukan surat pengantar ke KESBANGPOL

3) Permohonan ijin penelitian ke Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk

memperoleh surat rekomendasi untuk melakukan penelitian ke SLB

(29)

31

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pelaksanaan baseline-1 (A-1)

Tahap baseline, adalah tahapanan yang melihat kemampuan awal

subjek, sehingga akan terlihat kemampuan penyusunan struktur kalimat baik

dengan pola subjek – predikat (SP), subjek – predikat – objek (SPO), subjek –

predikat – keterangan (SPK) dan subjek – predikat – objek – keterangan

(SPOK) ketika belum diberikan intervensi atau perlakuan. Pengukuran pada fase baseline diberikan empat sesi sampai trend dan level data cenderung

stabil. Setiap harinya dilakukan satu kali sesi. Dimana setiap sesi dengan

periode waktu selama 30 menit. Seiswa diminta untuk mengisi lembar kerja

tanpa diberi perlakuan apapun. Tes yang diberikan berbentuk perintah yaitu

siswa diminta untuk menyusun kalimat dengan struktur yang benar sesuai

pola kalimat.

b. Pelaksanaan Intervensi (B)

Fase Intervensi adalah kondisi dimana peneliti memberikan perlakuan terhadap kemampuan subjek dalam penyusunan struktur kalimat. Perlakuan

diberikan menggunakan media puzzle berseri sebanyak delapan sesi dengan durasi waktu selama 80 menit. Siswa diberikan pengajaran berupa pengenalan

mengenai pengertian struktur kalimat , jenis – jenis struktur kalimat, pola dan

kaidah penyusunan struktur kalimat dengan menggunakan puzzle berseri

yang berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Tahap ini siswa diarahkan dan diajarkan untuk menyusun puzzle berseri

secara mandiri, kemudian siswa membaca susunan kata yang terdapat pada

puzzle, serta m engidentifikasi pola struktur kalimat pada puzzle yang berada dibagian belakang. Setalah kegiatan pembelajaran selesai menggunakan

puzzle, evaluasi dilakukan dengan memberikan lembar kerja, kemudian hasil

dimasukkan ke dalam format data hasil intervensi (B)

c. Pelaksanaan baseline-2 (A-2)

Prosedur pelaksanaan Baseline 2 (A-2) yaitu pengulangan kondisi

(30)

32

pengaruh terhadap subjek dalam menyusun struktur kalimat.. Peneliti

melakukan tes kembali seperti pada baseline 1 (A-1) sebanyak empat kali sesi

dengan menggunakan format tes dan prosedur pelaksanaan yang sama.

Tahap baseline-2 ini dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengatuh terhadap siswa.

E. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel a. Media Puzzle Berseri

Menurut Sugiyono (2011:61) variabel bebas adalah “merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).” Pada penelitian dengan subjek tunggal variabel bebas disebut juga dengan Intervensi, variabel bebas atau intervensi pada penelitian ini yaitu media Puzzle berseri.

Media merupakan suatu perantara atau pengantar pada proses pembelajaran

sehingga penyampaian materi akan lebih menarik serta mudah untuk

tersampaikan. Puzzle merupakan salah satu media pembelajaran yang memiliki tampilan menarik secara visual.

Menyusun puzzle melibatkan koordinasi pikiran, mata dan tangan, sehingga dalam mengoperasikannya siswa membutuhkan ketelitian dan pemahaman tentang

konsep puzzle itu sendiri. Bentuk serta warna yang biasa terdapat pada sebuah

puzzle yang dirangkai dengan cara mencocokkan, menyusun dan menyamakannya akan membuat siswa tidak merasa bosan dalam memainkannya.

b. Kemampuan Menyusun Struktur Kalimat

”Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011:61). Variabel terikat merupakan target behavior. Target behavior pada penelitian adalah meningkatkan

kemampuan penyusunan struktur kalimat (SPOK). Kalimat terdiri dari rangkaian

(31)

33

serta makna tersendiri. Saat berkomunikasi penguasaan struktur kalimat sangatlah

penting, karena dengan struktur kalimat yang benar maka pesan dari kalimat

tersebut akan tersampaikan dengan begitu orang lain akan memahami makna dari

kalimat yang kita bicarakan. Kemampuan penyusunan struktur kalimat berarti

memahami penempatan kata sesuai pola kalimat yang ada didalamnya sehingga

kata – kata tersebut akan saling berhubungan dan akan terangkai menjadi satu

kalimat yang utuh dan memiliki makna dan pesan tersendiri.

2. Definisi Oprasional Variabel a. Variabel Bebas

Penggunaan media puzzle berseri pada saat proses intervensi dalam penelitian ini yakni untuk meningkatkan persepsi secara visual terhadap pemahaman

susunan struktur kalimat bagi anak tunarungu. Puzzle berseri ini terdiri dari kepingan gambar yang disertai tulisan dari gambar tersebut. Masing – masing

kepingan gambar tersebut mewakili satu struktur kalimat baik itu Subjek,

predikat, objek ataupun keterangan. Adapun langkah-langkah penggunaan media

puzzle berseri ini adalah sebagai berikut :

1) Siswa diperlihatkan puzzle yang utuh yaitu puzzle yang membentuk struktur kalimat yang benar.

Gambar 3.1

Puzzle dengan Rangkaian Utuh dan Benar

2) Peneliti mengacak puzzle berseri dan menyusun kembali puzzle tersebut hingga menjadi utuh kembali.

Gambar 3.2

(32)

34

3) Siswa diberikan puzzle yang telah diacak, kemudian diberikan perintah untuk menyusunnya kembali sehinngga puzzle tersusun utuh dan membentuk kalimat yang terstruktur dengan benar .

Gambar 3.3

Merangkai Potongan Gambar Puzzle berseri

4) Siswa diperintahkan untuk membaca, mengidentifikasi, serta menuliskan

kalimat yang telah disusun dengan benar

Gambar 3.4

Membaca Rangkaian Kalimat yang Telah Tersusun

5) Setelah tersusun siswa diberikan perintah kembali untuk membalikkan

puzzle tersebut, dan membaca tulisan pola struktur kalimat pada bagian belakang puzzle

Gambar 3.5

(33)

35

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai target behavior. Target

behavior dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan penyusunan

struktur kalimat pada anak tunarungu, sehingga anak tunarungu memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan struktur kalimat yang

benar dan lengkap.

Struktur kalimat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah struktur kalimat

yang berdasar pada kaidah tata bahasa indonesia. Dimana kata – kata yang

disusun dalam pembuatan sebuah kalimat harus diletakkan dan dirangkainkan

sesuai dengan fungsinya. Dengan demikian kalimat yang dihasilkan akan

terbentuk secara sistematis dan runtut sehingga kalimat tersebut dapat dipahami

dan diterima oleh orang lain.

Kriteria penilaian penyusunan struktur kalimat dalam penelitian ini dapat

diukur dari ketepatan anak dalam menyusun dan menempatkan pola struktur

kalimat sesuai dengan kaidah struktur kalimat yang benar. Adapun alat ukur yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang berisi butir soal mengenai aspek

penyusunan struktur kalimat. Aspek – aspek penyusunan struktur kalimat tersebut

diantaranya : menyusun subjek – predikat (SP), menyususn subjek – predikat –

objek (SPO), menyusun subjek – predikat – keterangan (SPK) dan menyusun

subjek – predikat – objek – keterangan (SPOK). Dari segi pelaksanaan tes ini cara

yang digunakan adalah tes perbuatan. “Tes perbuatan merupakan tes yang

menuntut peserta untuk melakukan sesuatu sesuai dengan butir – butir tes yang

ada” ( Susetyo 2011 : 5). Teknik penilaiannya dengan menggunakan persentase, dimana skor mentah (jumlah soal benar yang dikerjakan anak) dibagi dengan

jumlah maksimum ideal (jumlah seluruh soal yang benar) kemudian dikalikan

100%.

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat

ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen

(34)

36

Instrumen penelitian adalah berupa tes yang bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternasif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah maupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban skala, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun skala garis.

Dari pernyataan diatas maka dalam mengukur nilai variabel yang akan diteliti

dibutuhkan suatu instrumen penelitian. Instrumen penelitian berfungsi sebagai

suatu sarana dalam pengumpulan data untuk menentukan keberhasilan dalam

suatu penelitian. Dalam penyusunan instrumen penelitian berpedoman pada

pendekatan yang digunakan agar data terkumpul dapat dijadikan sebagai dasar

untuk menguji hipotesis. Instrumen dalam penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan penyusunan struktur kalimat (SPOK).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa tes. Penggunaan

instrumen berupa tabel instrumen yang berisi aspek-aspek kemampuan

penyusunan struktur kalimat (SPOK). Tes yang digunakan dalam penelitian ini

berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian serta kemampuan

atau persepsi subjek dalam menyelesaikan penyusunan struktur kalimat. Adapun

langkah – langkah yang dirancang sebelum pembuatan tes yang peneliti lakukan

adalah sebagai berikut :

1) Membuat kisi – kisi instrumen

Kisi – kisi merupakan sebuah rancangan awal yang dibuat sebelum langkah

yang lebih lanjut dalam pembuatan instrumen. Dalam pembuatan kisi – kisi ini,

peneliti mengacu pada kemampuan serta kebutuhan siswa yang dimiliki. Kisi –

kisi instrumen tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

(35)

37

Instrumen dalam penelitian ini merupakan sarana untuk mengumpulkan data.

Penyusunana instrumen ini mengacu pada kisi – kisi instrumen yang telah dibuat

sebelumnya. instrumen tersebut berupa pembuatan butir soal yang disesuaikan

dengan indikator yang setelah ditentukan pada kisi - kisi soal. Instrumen yang

peneliti buat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menyusun kalimat dengan struktur yang benar.

Tes yang pertamadiberikan yaitu menyusun kalimat dengan struktur yang

benar dengan menggunakan media puzzle berseri. Dalam pelaksanaan tes ini, siswa diberikan perintah untuk menyusun kalimat acak yang terdapat pada

media puzzle berseri.

b. Menuliskan kalimat dengan struktur yang benar.

Tes yang kedua adalah menuliskan kalimat dengan struktur yang benar.

Pada pelaksanaan tes ini siswa diberikan perintah untuk menuliskan kalimat

(36)

38

c. Penilaian

Target behavior : menyusun kalimat dengan struktur subjek-predikat (SP) a. Nilai maksimal : 1

b. Nilai minimal persoal : 0 c. Jumlah skor keseluruhan : 5

Bobot nilai per soal

No Nilai Keterangan

1 1 Jika anak dapat menyusun kalimat dengan benar 2 0 Jika anak tidak dapat menyusun kalimat dengan benar Nilai akhir :

∑ =

Target behavior : menyusun kalimat dengan struktur subjek-predikat-objek (SPO)

a. Nilai maksimal : 3 b. Nilai minimal persoal : 0 c. Jumlah skor keseluruhan : 15

Bobot nilai per soal penempatan struktur kalimat yang benar

4 0 Jika anak tidak dapat menyusun kalimat dengan struktur yang benar

Nilai akhir :

∑ =

Target behavior : menyusun kalimat dengan struktur subjek-predikat-keterangan (SPK)

a. Nilai maksimal : 3 b. Nilai minimal persoal : 0 c. Jumlah skor keseluruhan : 15 Bobot nilai per soal

No Nilai Keterangan

1 3 Jika anak dapat menyusun 3 kata dengan menggunakan struktur kalimat yang benar

(37)

39

struktur kalimat yang benar

3 1 Jika anak hanya dapat menyusun 1 kata dengan penempatan struktur kalimat yang benar

4 0 Jika anak tidak dapat menyusun kalimat dengan struktur yang benar

Nilai akhir :

∑ =

Target behavior : menyusun kalimat dengan struktur subjek-predikat-objek- keterangan (S-P-O-K)

a. Nilai maksimal : 4 b. Nilai minimal persoal : 0 c. Jumlah skor keseluruhan : 20 Bobot nilai per soal

No Nilai Keterangan

1 4 Jika anak dapat menyusun 4 kata dengan menggunakan struktur kalimat yang benar

2 3 Jika anak dapat menyusun 3 kata dengan menggunakan struktur kalimat yang benar

3 2 Jika anak dapat menyusun 2 kata dengan menggunakan struktur kalimat yang benar

4 1 Jika anak hanya dapat menyusun 1 kata dengan penempatan struktur kalimat yang benar

5 0 Jika anak tidak dapat menyusun kalimat dengan struktur yang benar

Nilai akhir :

∑ =

G. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ke validitas atau

ketepatan suatu instrumen. Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi dengan

teknik penilaian ahli (judgement). Pengujian mengenai kevalidan instrumen ini

dilakukan sebelum instrumen diujikan pada siswa. Dalam penelitian ini, validitas

dilakukan dengan cara, menyusun butir soal mengenai penyusunan struktur

(38)

40

penilai pada perhitungan validitas adalah para ahli dibidang pendidikan luar biasa

, yaitu :

Tabel 3.2

Daftar Tim exspert-judgment Instrumen Penelitian

No Nama Ahli Jabatan Instansi

1 Drs. Endang Rusyani, M.Pd Dosen UPI

2 Rd. Siti Maryati, S.Pd Guru SLBN Cicendo,

Bandung

3 Yeyet Ruyati, S.Pd Guru SLBN Cicendo,

Bandung

Skor validitas diolah dengan menggunakan rumus:

Keterangan : P = Presentase

F = Jumlah cocok

N = Jumlah penilai ahli

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur

dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil

yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.

Instrumen yang baik tidak hanya yang telah diakui kevalidannya, tetapi harus

teruji kereliabitasannya pula. “Suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan

pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan

reliabel” Susetyo (2011:105).

Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya instrumen yang telah dibuat oleh

peneliti, maka peneliti melakukan uji reabilitas instrumen kepada siswa yang

(39)

41

Pengujian reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan internal consistency, dengan cara mencobakan instrumen sebanyak satu kali pengukuran.

Data kemampuan siswa pada aspek menyusun subjek – predikat (SP)

pengujiannya dihitung dan dianalisisn dengan menggunakan rumus Kuder

Richardson (KR). Susetyo (2011 : 116) mengemukakan bahwa “ Kuder

Richardson menggunakan perhitungan secara langsung pada butir tes, dan tidak

membagi butir tes pada perangkat ukur menjadi dua bagian “. Rumus yang

digunakan pada pengujian reliabilitas ini adalah rumus KR 20, yaitu sebagai

berikut :

{ }

Keterangan :

p = proporsi jawaban benar

q = proporsi jawaban salah

k = jumlah butir tes

∑pq = jumlah perkalian jawaban benar dengan salah

= varians skor tes Pkr20 = koefisien reliabilitas

N = jumlah responden

Perhitungan uji reliabilitas aspek subjek – predikat – objek (SPO), subjek –

predikat – keterangan (SPK), dan subjek – predikat – objek – keterangan (SPOK)

,sdengan kriteria penilaian dari 0 sampai 4, maka rumus yang digunakan adalah

Alpha Cronbach. Arikunto (2010:239) menyatakan bahwa “ rumus alpha

digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0”.

Berikut adalah rumus dari Alpha Cronbach :

Keterangan :

K = mean kuadrat subjek

(40)

42

S²t = varians total

= reliabilitas instrumen

rumus untuk varian total dan varian item

Keterangan :

Jk = jumlah kuadrat seluruh item

Jks = jumlah kuadrat subjek

Tabel 3.3

Klasifikasi Reliabilitas

Kurang dari 0.20 Tidak ada korelasi

0.20 – 0.40 Korelasi rendah

0.40 – 0.70 Korelasi sedang

0.70 – 0.90 Korelasi tinggi

0.90 – 1.00 Korelasi tinggi sekali

1.00 – ke atas Korelasi sempurna

( hasil perhitungan dari uji reiliabilitas tersebut dilampirkan)

H. Teknik Pengumpulan Data

Data yang terkumpul akan menghitung adanya pengaruh dari perlakuan yang

diberikan peneliti sebelum dan sesudah menggunakan media puzzle berseri. Dalam penyusunan struktur kalimat pada siswa tunarungu. Data yang terkumpul

akan menunjukkan ada atau tidaknya peningkatan dalam penyusunan struktur

kalimat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan cara pemberian tes. “ Tes yaitu alat atau instrumen yang digunakan untuk

mengukur kemampuan, kecakapan individu pada aspek tertenntu baik yang

tampak maupun yang tidak tampak dan hasilnya berupa angka atau sekor”

(41)

43

Melalui tes yang diberikan dalam penelitian ini akan diketahui kemampuan

penyusunan struktur kalimat pada subjek penelitian. Tes yang akan diberikan

sebanyak data yang diperoleh mencapai kestabilan, baik itu pada fase kondisi

baseline-1 , intervensi dan baseline-2. Tes dilakukan pada kondisi baseline 1 (A-1) untuk mengetahui kondisi awal kemampuan subjek sebelum diberikan

intervensi atau perlakuan. Tes diberikan pada kondisi intervensi (B) untuk mengetahui ketercapaian keterampilan selama mendapatkan perlakuan, dan tes

diberikan juga pada kondisi baseline 2 (A-2) yang bertujuan untuk melihat apakah

intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap kemampuan penyusunan struktur kalimat pada anak tunarungu di kelas 5.

Beberapa langkah untuk mempermudah peneliti dalam mencapai tujuan

dalam pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut :

1) Menyiapkan format penelitian yang akan digunakan sebagai pedoman dalam

menilai kemampuan penyusunan struktur kali mat pada subjek peneliti.

2) Menyediakan dan menyiapkan media puzzle berseri sebagai intervensi yang akan diberikan kepada subjek.

I. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran

persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel terikat yang biasa

digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang

akademik maupun social ( Jubaedah, 2008; 47). Presentase (%) dihitung dengan

cara jumlah soal yang benar dibagi jumlah maksimum dikalikan seratus.

Hasil data yang telah terkumpul kemudian didiolah dan dianalisis ke dalam

statistik deskriptif dan penyajian datanya diolah dengan menggunakan grafik.

Menurut Sugiyono (2011 : 147) mengungkapkan bahwa statistik deskriptif adalah

(42)

44

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiamana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Fungsi dari grafik garis ini

adalah unuk memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen. Menurut

Sunanto (2006:30) komponen – komponen yang harus dipenuhi untuk membuat

grafik antara lain adalah ;

1) Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang

menunjukkan satuan untuk waktu ( misalnya sesi, hari, dan tanggal)

2) Ordinat adalah sumbu Y merupakam sumbu vertikal yang menunjukkan

satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen,

frekuensi dan durasi)

3) Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y

sebagai titik awal skala

4) Skala adalah garis – garis pendek pada sumbu X dan Y yang

menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, dan 75%)

5) Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi

eksperimen, misalnya baseline atau intervensi

6) Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya

perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis

putus-putus

7) Judul grafik yaitu judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan atara variabel bebas dan terikat.

J. Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan.

Menurut Sunanto (2006:65) pada penelitian dengan kasus tunggal biasanya

menggunakan statistik deskriptif yang sederhana hal ini bertujuan agar

memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan.

Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan tertentu

(43)

45

dengan menganalisis data setiap kondisi dan antar kondisi. Menurut Sunanto dkk

(2006: 68-76) menjelaskan bahwa ada dua cara dalam menganalisis data yang

telah didapat selama di lapangan yaitu analisis dalam kondisi dan analisis antar

kondisi.

1. Analisis dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu

kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Adapun komponen-komponen yang harus dianalisis diantaranya yaitu :

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut. Banyaknya

data dalam suatu kondisi juga menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan

pada kondisi tersebut. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan stabilitas dan arah yang jelas.

b. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data

dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah

garis tersebut sama banyak. Untuk membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua

metode, yaitu metode tangan bebas (freehand) dan metode belah tengah (split middle). Bila menggunakan metode freehand, cara yang digunakan yaitu menarik garis lurus yang membagi data point (sesi) pada suatu kondisi menjadi dua bagian

sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. Sedangkan bila

menggunakan metode split middle yaitu dengan cara membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdaarkan median.

c. Kecenderungan stabilitas/Tingkat Stabilitas

Kecenderungan stabilitas dapat menunjukkan tingkat homogenitas data dalam

suatu kondisi. Adapun tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan dengan

menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di

(44)

46

d. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu

kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan,

yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Kesimpulan mengenal hal ini sama dengan

yang ditunjukkan oleh analisis pada kecenderungan arah.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Rentang merupakan jarak antara pertama dengan data terakhir pada suatu

kondisi yang dapat memberikan sebuah informasi. Informasi yang didapat akan

sama dengan informasi dari hasil analisis mengenai perubahan level (level change).

f. Perubahan level (level change)

Perubahan level dapat menunjukkan besarnya perubahan antara dua data.

Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi maupun

data antarkondisi. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih

antara data pertama dengan data terakhir. Sementara tingkat perubahan data

antarkondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama

dengan data pertama pada kondisi berikutnya.

2. Analisi antar Kondisi

Analisis data antar kondisi dilakukan untuk melihat perubahan data antar

kondisi, misalnya peneliti akan menganalisis perubahan data antar kondisi

baseline dengan kondisi intervensi. Jadi sebelum melakukan analisis, peneliti harus menentukan terlebih dahulu kondisi mana yang akan dibandingkan. Untuk

dapat mengetahui perubahan data antar kondisi tersebut, maka harus dilakukan

analisis dari komponen-komponen berikut:

a. Variabel yang diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku

sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau

pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran. b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Dalam analisis data antarkondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antar

Gambar

Gambar 2.1  Bentuk Bagian Depan  Puzzle Berseri ...........................................
gambar berseri yang mewakili struktur kalimat (SPOK) dalam menunjang latihan
Desain A Grafik 3.1 – B - A
Puzzle Gambar 3.2 Acak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan fungsi pendengaran yang dimiliki anak tunarungu, berdampak pada hambatan komunikasi, yaitu selalu tidak sempurna (baik verbal maupun tulisan) sehingga

Dengan demikian hasil tersebut menunjukan bahwa penggunaan media papan angka dapat meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan asli sampai 100 pada anak tunarungu kelas II

Kata kunci : Penggunaan media Gambar Berseri dan kemampuan berbicara Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar kemampuan berbicara Bahasa Indonesia

Penggunaan Media Akal Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Alat Ukur Waktu (Jam) Bagi Siswa Tunarungu.... Penelitian Yang

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR EMOTION DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI EKSPRESI WAJAH PADA ANAK TUNARUNGU KELAS 2 SDLB

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN ASLI SAMPAI 100 PADA.. ANAK TUNARUNGU KELAS II SDLB DI SLB

PENGGUNAAN MATCHING GAME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF ALPHABET PADA

Berdasarkan persentase skor tersebut maka diperoleh kesimpulan bahwa game edukasi ini sangat baik bagi siswa-siswi karena sangat dapat membuat siswa-siswi untuk