• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16

Posko KLB Ditjen PP dan PL : 021-4257125 021-36840901 021-42877588 SMS GATE WAY : 08576459997 08576459996 14

9. Meningkatkan kesiapan dukungan logistik di sarana pelayanan kesehatan termasuk APD dan obat obatan.

10. Melakukan pemantauan terhadap kesiapan logistik obat-obatan, alat pelindung diri (APD) dan Fasilitas P e l a y a n a n K e s e h a t a n s e p e r t i Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium.

11. Setiap ditemukan adanya kasus Suspek Flu Burung di wilayah kerja masing-masing agar segera dilaporkan kejadian tersebut dalam waktu kurang dari 24 jam ke nomor komunikasi langsung (hotline) dibawah ini:

G. PERAN PEMERINTAH

1. Meningkatkan koordinasi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian virus H5N1 termasuk clade 2.3. 2. Menyiapkan pusat-pusat layanan k e s e h a t a n u n t u k m e n g h a d a p i kemungkinan penularanFlu Burung H5N1 termasuk clade 2.3 pada manusia seperti Puskesmas, Rumah Sakit Umum, 100 Rumah Sakit Rujukan Flu Burung dan Laboratorium di berbagai tempat/daerah termasuk menyiagakan dukungan tenaga yang terlatih.

3. Penyuluhan dan edukasi masyarakat luas melalui berbagai media termasuk Surat Edaran ke Dinas Kesehatan dan UPT tanggal 11 dan 28 Desember 2012 tentang kesiapsiagaan kemungkinan adanya kasus Flu Burung dengan clade 2.3.

4. Meningkatkan surveilans integrasi pada unggas dan manusia.

12

A. PENDAHULUAN

1. SITUASI FLU BURUNG

Sejak tahun 2003 Flu Burung pada manusia yang disebabkan oleh Virus Influenza A subtipe H5N1 telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Kumulatif sampai dengan 5 Juli 2013 tersebar di 15 negara, yaitu: Azerbaijan, Bangladesh, Kamboja, China, Djibouti, Mesir, Indonesia, Irak, Laos, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Thailand, Turki dan Vietnam (sumber WHO). Pada tahun 2012 terdapat di enam negara, yaitu: Bangladesh, Kamboja, China, Mesir, Indonesia dan Vietnam.

Jumlah kumulatif kasus Flu Burung (H5N1) pada manusia di dunia (sumber WHO) sampai 8 Oktober 2013 terdapat 641 kasus dan diantaranya 380 kasus meninggal (Angka Fatalitas Kasus 59,28%). Sebagian besar virus A H5N1 pada manusia ini berasal dari kelompok genetik (clade 2.1). Sedangkan kasus Flu Burung pada manusia dengan clade 2.3 pernah dilaporkan terjadi sebanyak

1 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii A. PENDAHULUAN ... 1 B. GEJALA KLINIS FLU BURUNG PADA

MANUSIA ... 8 C. PENULARAN FLU BURUNG (H5N1

CLADE 2.3 SUBCLADE 2.3.2)... 8 D. PENCEGAHAN DALAM RANGKA

PENGENDALIAN FLU BURUNG... 9 E. KEWASPADAAN DINI DALAM RANGKA

PENGENDALIAN FLU BURUNG... 10 F. TATALAKSANA PENGENDALIAN FLU

BURUNG... 11 G. PERAN PEMERINTAH ... 12

i

KATA PENGANTAR

Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe H5N1. Saat ini FB menjadi perhatian dunia karena virus FB memiliki kemampuan untuk terus menerus bermutasi sehingga dalam perkembangannya virus ini dapat menular dari unggas ke manusia. Sejak tahun 2003 di dunia kumulatif tercatat 15 negara terinfeksi virus FB pada manusia. Kejadian FB/AI di dunia dari tahun ke tahun mempunyai kecenderungan menurun. Hal ini dikarenakan semakin waspada dan cepatnya penanggulangan penyakit tersebut baik dari aspek hewan maupun manusia. Pada tahun 2013 FB terdapat di 6 negara termasuk Indonesia. Walaupun demikian perlu peningkatkan surveilans epidemiologi dan virologi pada unggas dan manusia karena sifat virus influenza A yang dapat mengalami perubahan genetik baik secara mutasi maupun percampuran genetik dua virus influenza atau lebih (reassortment).

Sampai saat ini FB pada manusia penularannya melalui infeksi dari unggas ke manusia. Terbukti virus FB pada manusia mempunyai karakter genetik yang sesuai dengan karakter genetik virus pada hewan. Pembelajaran penanggulangan FB di Hongkong pada saat kejadian luar biasa (KLB) pertama FB H5N1 pada manusia di dunia pada tahun 1997, maupun KLB H7N9 di China yang terjadi pada tahun 2013 menunjukan bahwa penanggulangan pada hewan seperti depopulasi dan tindakan penyehatan sanitasi dan higiene di pasar unggas hidup dapat menurunkan secara drastis penyebaran dan perluasan FB atau memutus rantai penularan dari unggas ke manusia.

Buku saku ini disusun dengan maksud untuk dapat dipergunakan sebagai petunjuk bagi pengelola program pengendalian FB, dokter dan paramedis yang bertugas di

BUKU SAKU

FLU BURUNG

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

(2)

Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung

Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung

15

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: 1. Subdit Pengendalian Zoonosis

Telp / Faks : 021-4266270

Email : subditzoonosis@yahoo.com

2. Balitbangkes (Laboratoriuam Rujukan Nasional Flu Burung)

Telp : 021-42887606

3. Subdit Bina Yankes Rumah Sakit Rujukan dan Fasilitas Kesehatan Lain

Telp / Faks : 021-5279487

Email : subditkhusus2011@yahoo.com 4. Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI

Telp : 021-52907416-19 Faks : 021-52921669 Call center : 021-30413700 Email : puskom.publik@yahoo.co.id info@puskom.depkes.go.id kontak@puskom.depkes.go.id

Untuk Sektor Peternakan dapat menghubungi: Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza (UPPAI)

SMS / Call Center : 08118301001

Website : www.ditjennak.deptan.go.id

13

5. Pembatasan lalu lintas ternak itik dan produknya dari peternakan dilakukan di daerah dimana terjadi peningkatan kasus

Avian Influenza (AI) oleh Dinas

yang bertanggung jawab di bidang peternakan, serta pengawasan lalu lintas di tempat-tempat pengeluaran dan pemasukan oleh pihak Karantina Hewan, d e n g a n m e n g a c u p a d a S O P Pengendalian AI Tahun 2010. Lalu lintas itik hidup dari daerah tertular kasus AI dipersyaratkan dengan kelengkapan hasil uji laboratorium PCR negatif.

6. Meningkatkan kewaspadaan di daerah perbatasan melalui kantor kesehatan pelabuhan.

7. Memperkuat kemampuan laboratorium baik di Pusat maupun Regional (laboratorium pelaksana), untuk deteksi dini dan menegakkan diagnosis serta analisis tipe dan sub tipe virusnya. 8. Meningkatkan pengawasan terhadap penumpang dengan gejala influenza like

illness (ILI) termasuk di setiap

bandara/pelabuhan. 2. Mencermati dan mewaspadai terhadap

perdagangan unggas yang terjadi antar daerah di wilayah setempat.

3. Melakukan surveilans aktif dan intensif terhadap semua kontak dekat

(closed-contact) unggas sakit atau mati.

4. Jika ada penemuan itik, bebek, entok dan unggas air lainnya yang sakit atau mati mendadak segera melaporkan ke Dinas Peternakan terdekat atau pemuka masyarakat (Kepala Desa/Lurah, Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat lainnya). F. TATALAKSANA PENGENDALIAN FLU

BURUNG

Petugas kesehatan di pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, jika menemukan pasien dengan gejala penyakit serupa Influenza (Influenza Like

Illness/ILI) disertai adanya kontak/berada di

sekitar area dengan unggas sakit/mati mendadak dalam waktu 7 hari sebelum sakit (Suspek Flu Burung), agar segera melapor ke (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota).

11

3 kasus di Bangladesh, dan 5 kasus di China (2 diantaranya berasal dari Hongkong). Sebanyak 3 kasus yang meninggal berasal dari China. Virus H5N1 clade 2.3 pada unggas telah dilaporkan di Negara Iran, Nepal, India, Bangladesh, Bhutan, China, Vietnam, Jepang, Rusia, Indonesia serta beberapa negara lainnya.

Di Indonesia, dari tahun 2005 – Oktober 2013, dilaporkan terjadi 194 kasus dengan 162 kematian Flu Burung (H5N1) clade 2.1.2 yang tersebar di 15 Provinsi dan 58 Kab/Kota. Terdapat kecenderungan penurunan drastis kasus FB pada manusia yaitu 55 kasus pada tahun 2006 menjadi 9 kasus pada tahun 2012. Dari bulan Juni 2005 sampai dengan Oktober 2013 belum ditemukan kasus Flu Burung pada manusia dengan clade 2.3.

2

pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Deteksi dini flu burung harus dapat dilakukan oleh petugas kesehatan sehingga tatalaksana flu burung khususnya pemberian anti virus oseltamivir dapat segera diberikan dalam waktu atau kurang dari 48 jam sejak kasus suspek mulai sakit (onset), sebagai upaya untuk menurunkan angka fatalitas kasus. Deteksi dini dapat dimulai dari penemuan kasus suspek pada manusia dengan gejala serupa influenza (influenza like

illness/ILI) dan anamnesa terpapar faktor risiko kontak langsung

dengan unggas, unggas sakit atau mati atau berada di lingkungan unggas tersebut. Adanya informasi kasus avian

influenza pada unggas Dinas Peternakan atau Dinas yang

bertanggung jawab bidang peternakan segera dapat disampaikan kepada Dinas Kesehatan dan atau ke petugas kesehatan setempat untuk dilakukan surveilans pada masyarakat sekitar begitu juga sebaliknya.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas perhatian, bantuan dan masukan serta kontribusi dalam penyusunan buku ini. Akhirnya saya mengharapkan semoga buku ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pengendalian flu burung. Semoga Allah SWT memberkati dan meridhoi upaya kita.

ii

Jakarta, Oktober 2013 Direktur Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan

(3)

5. Segera melaporkan bila menemukan itik/unggas yang sakit atau mati mendadak ke Dinas Peternakan atau dinas yang bertanggung jawab terhadap peternakan dan Puskeswan setempat. 6. Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keluarga dengan salah satunya selalu mencuci tangan menggunakan sabun dengan cara yang benar sesuai pedoman.

7. Memasak itik/unggas dan atau produknya sampai benar-benar matang.

8. Datang/lapor ke fasilitas kesehatan (Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit) terdekat jika ada anggota masyarakat atau pasien dengan gejala-gejala Flu Burung seperti tersebut diatas. E. KEWASPADAAN DINI DALAM RANGKA P E N G E N D A L I A N F L U B U R U N G 1. Mengikuti secara cermat setiap unggas sakit, terjadinya kematian unggas, terutama jenis unggas air dalam jumlah besar di wilayah setempat.

10

B. GEJALA KLINIS FLU BURUNG PADA MANUSIA

Secara umum gejala klinis Flu Burung (H5N1 clade 2.1, H7N9), adalah: 1. Demam/panas tinggi 38 °C 2. Batuk 3. Sakit tenggorok 4. Pilek 5. Sakit kepala 6. Sesak nafas

7. Dapat disertai diare

Gejala klinis Flu Burung clade 2.3, seperti yang ditemukan di China antara lain: 1. Demam tinggi

2. Batuk 3. Pilek

4. Sesak nafas

C. PENULARAN FLU BURUNG (H5N1 CLADE 2.3 SUBCLADE 2.3.2)

Di Indonesia belum dilaporkan kasus Flu Burung pada manusia dengan clade 2.3, sehingga sampai saat ini penularan terjadi dari unggas ke unggas .

8 5

b. Virus Influenza tipe B

Biasanya tipe virus ini hanya menginfeksi manusia dan virus ini tidak mempunyai subtipe seperti virus influenza tipe A.

c. Virus Influenza tipe C

V i r u s i n i b i a s a n y a h a n y a menyebabkan sakit ringan pada manusia dan tidak menimbulkan epidemi maupun pandemi.

Genetika virus influenza dapat dibagi menjadi beberapa clade dan subclade. Pada virus flu burung (H5N1) di Indonesia saat ini terdapat dua clade yaitu clade 2 dan clade 3. Virus flu burung H5N1 termasuk dalam High Pathogenic Avian

Influenza (HPAI) yang banyak

menyebabkan kematian di dunia termasuk di Indonesia. Kasus konfirmasi flu burung pada manusia di Indonesia saat ini tergolong dalam virus influenza A subtype H5N1 clade 2.1.3. Pada unggas menurut informasi dari

3

2. Influenza (Flu)

Influenza adalah penyakit pernapasan yang dapat menular disebabkan oleh virus influenza. Penyakit tersebut dapat menimbulkan gejala yang ringan sampai berat bahkan kematian. Terdapat 3 tipe virus influenza yaitu tipe A, B dan C. a. Virus Influenza tipe A

- Virus ini dapat menginfeksi m a n u s i a m a u p u n h e w a n . - Virus ini dapat mempunyai banyak subtipe berdasarkan variasi 2 protein yaitu hemaglutinin (HA) dan neuromidase (NA).

- Protein HA mempunyai 17 jenis subtipe sedangkan protein NA mempunyai 10 jenis subtipe. - Kombinasi jenis protein ini dapat menghasilkan banyak variasi subtipe virus influenza A seperti H1N1, H3N2, H5N1, H7N9 dst. - Virus influenza tipe A dibagi menjadi dua kategori yaitu High

Pathogenic Avian Influenza

(HPAI) dan Low Pathogenic Avian

Influenza (LPAI).

(4)

9

D. P E N C E G A H A N D A L A M R A N G K A P E N G E N D A L I A N F L U B U R U N G Terkait dengan ditemukannya kasus Avian Influenza subtipe H5N1 dengan clade 2.3 subclade 2.3.2 pada itik, maka untuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan penularannya kepada manusia melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Sedapat mungkin menghindari kontak langsung dengan itik dan atau produknya (daging, telur, kotoran), terutama itik/unggas lain yang sedang sakit/mati. 2. Bila terpaksa harus kontak dengan itik/unggas lain dan atau produknya maka diusahakan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri/APD (masker, sarung tangan, kacamata, sepatu booth). 3. Mengisolasi serta tidak memelihara itik/unggas lain bersama dengan ayam atau unggas lainnya berada dalam 1 kandang.

4. Pemeliharaan unggas lain (ayam) dan itik kandangnya harus berjarak sekitar 25 meter dari rumah tempat tinggal. Kandang dibersihkan secara berkala dengan menggunakan desinfektan dan petugas pembersih menggunakan APD.

7

(mild symptoms) atau disebut Low

Pathogenic Avian Influenza (LPAI). Hal ini

berbeda dengan virus H5N1 yang bersifat ganas pada unggas dan menimbulkan kematian unggas yang mendadak, mudah menular pada unggas dan berdampak memberikan kerugian besar pada aspek ekonomi.

Pada manusia, virus flu burung H7N9 ini bersifat patogen dan menimbulkan gejala awal seperti influenza, adanya demam,batuk-batuk disertai dengan gangguan pernafasan/ sesak nafas, pnemonia dan dapat menimbulkan kematian. Gejala klinis menyerupai kasus flu burung yang disebabkan oleh H5N1, perbedaannya adalah subtipe virus penyebabnya yang dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium. Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia. Menurut WHO sampai Agustus 2013 jumlah kasus kumulatif Flu Burung H7N9 sebanyak 135 kasus, 44 kasus diantaranya meninggal, sehingga angka fatalitas kasus (CFR) sebesar 32,30%. Sampai bulan Oktober 2013 virus Avian Influenza subtipe H7N9 belum ditemukan pada manusia di Indonesia. Dirjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan, Kementerian Pertanian serta pemeriksaan laboratorium veteriner oleh BBV Wates dan BalitVet, telah teridentifikasi virus H5N1 dengan clade 2.3 subclade 2.3.2 yang mengakibatkan kematian pada unggas. Adapun gejala pada unggas yang terserang virus H5N1 dengan clade 2.3 subclade 2.3.2 sebagai berikut:

a. Tortikolis (leher terputar) b. Kejang-kejang

c. Inkoordinasi d. Sulit berdiri

e. Selaput mata keputihan

Pada tanggal 1 April 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui situs www.who.int menyatakan laporan adanya 3 kasus konfirmasi virus Influenza A (H7N9) di China. Sebelum kejadian di China ini, tidak pernah ditemukan H7N9 pada manusia di dunia. Pada unggas, virus Avian Influenza A(H7N9) tidak ganas, tidak memberikan gejala sakit (asimtomatik) atau gejala sangat ringan

6

P e m b a g i a n i n i b e r d a s a r k a n kemampuan virus menyebabkan gejala sakit ringan, berat bahkan kematian. Infeksi pada unggas dengan LPAI hanya menyebabkan sakit ringan dan tidak menimbulkan kematian, bahkan kadang tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada HPAI dapat menyebabkan sakit berat dengan kematian yang tinggi. Infeksi HPAI dapat menyebabkan kerusakan organ berganda pada ayam dan biasanya menyebabkan kematian yang tinggi dalam waktu 48 jam. Sebaliknya pada bebek/itik yang terinfeksi biasanya tidak menimbulkan gejala penyakit. Sedangkan penularan virus flu burung yang hanya terbatas antar unggas atau dapat menularkan pada unggas serta manusia tergantung pada jenis subtipe virus influenza. Influenza tipe A dapat menimbulkan epidemi/wabah dan pandemi/wabah di banyak negara.

4

Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung

(5)

BUKU SAKU

FLU BURUNG

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2013

BUKU SAKU

FLU BURUNG

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2013

BUKU SAKU

FLU BURUNG

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2013

BUKU SAKU

FLU BURUNG

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Referensi

Dokumen terkait

Pada perguruan tinggi swasta keputusan penetapan harga tinggi sebenarnya masih bisa diterima oleh mahasiswa apabila perguruan tingi tersebut memiliki citra yang baik, atau

Ritual yang dilakukan mempunyai tiga nilai dalam kehidupan masyarakat China yaitu: (1) nilai sosial, karena dengan pelaksanaan ritual dapat memperkuat solidaritas

Hal ini mengandung arti bahwa semakin banyak formasi MVA yang terbentuk dalam perakaran tanaman kedelai di tanah ultisol, makin meningkat unsur hara terutama P yang dapat

Maka atas pertimbangan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purwodadi Perkara Nomor 09/Pid.B/2017/PN Pwd memutuskan Para Terdakwa dikenakan pidana kurungan selama

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti ini peroleh, diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa self efficacy peserta didik di SMPN 6 Bandar Lampung

Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam air tapi mudah

Penelitian ini bertujuan yaitu (1) membuat prototype sistem informasi debitur terintegrasi dengan web dalam jaringan komputer dengan keamanan tinggi dalam memenuhi

Berdasarkan histogram organoleptik untuk parameter tekstur ikan cakalang asap dari keempat sampel yang diuji dapat dijelaskan bahwa nilai organoleptik untuk parameter