• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Sistem keyakinan, sistem ritus, pendidikan nonformal. Dosen Pembimbing Artikel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : Sistem keyakinan, sistem ritus, pendidikan nonformal. Dosen Pembimbing Artikel"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

R Riittuuaall KKeemamattiiaann SSeebbaaggaiai MMeeddiiaa PPeennddiiddiikkaann NNoonnffoormrmaal l GGuunnaa MMeempmpeerkrkuuaatt T Tiinnddaakkanan SSoosisiaall MMeenngghhoorrmmaatiti LLeelluuhhuurr ( (SSttuuddii KKaassuuss PPaaddaa EEttnniiss CCiinnaa DDii LLiinnggkkuungngaann WWiiddyyaassaarrii KKeelluurraahhaan n KKaammppuunngg B Baarru,u, SiSinnggaarraajjaa ,, BBuulleelelengng BBaallii)) O Olleeh:h: N Nii PPuututu LLiilliiss AArrysysttaa DDeewwii,, ((NNIIMM 00991144002210104242)),, ( (ee--mmaaiill:: aarriissttaalliilliiss@@yyaahhoooo..ccoomm)) I I NNeennggahah BBaawwaa AAttmmaadjdjaa*)*) J Jururususaann PPeendndiiddiikkanan SSeejajarraahh,, UUnniivveerrsisittaass PPeendndiiddiikkaann GGaanneesshhaa SSiinnggaarraajjaa A ABBSSTTRRAAKK

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Sistem keyakinan yang melatar belakangi Etnis China melakukan ritual kematian; (2) penyelenggaraan ritual dari persiapan sampai pemujaan roh leluhur; dan (3) kaitan antara ritual kematian dengan pendidikan nonformal sebagai sarana memperkuat tindakan sosial menghormati leluhur pada etnis China di Lingkungan Widyasari, Singaraja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu : (1) teknik penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi dokumen); (3) validitas data; (4) teknik analisis data; (5) teknik penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan etnis china melakukan ritual kematian karena ada keyakinan hubungan timbal balik antara yang hidup dan yang mati dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka yang masih di dunia. Proses ritual terdiri dari tahap persiapan. Tahap pelaksanaan yang merupakan hari puncak dan jenazah dibawa ke pemakaman. Pasca pelaksanaan, melakukan penghormatan dengan pergi ke kuburan almarhum dan membawa sesaji. Ritual kematian dapat dijadikan media pendidikan yang mengandung nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan untuk menambah ilmu tentang kebudayaan yang nantinya bisa diteruskan ke generasi berikutnya secara berkesinambungan melalui pendidikan nonformal, seperti mempekuat tindakan sosial menghormati leluhur.

ABSTRACT

This study aimed to (1) the belief systems Ethnic background of China perform a ritual death, (2) the ritual of preparing to worship ancestral spirits, and (3) the relationship between ritual death with non-formal education as a means of strengthening respect for ancestors social action on ethnic China Environment Widyasari, Singaraja. This study used a qualitative approach, namely: (1) determination techniques, (2) data collection techniques (observation, interview, and document study), (3) the validity of the data, (4) data analysis, (5) research writing techniques . The results showed ethnic china perform death rituals because there is a belief interrelationships between the living and the dead can affect the quality of life of those who are still in the world. Ritual

(2)

1

process consists of the preparation phase. Implementation phase which is a peak day and the body was taken to the cemetery. Post-implementation, doing homage to the deceased went to the cemetery and bring offerings. Death Ritual can be made by pregnant education media of values which good for life to add science about culture which later can be distribute to next generation chronically through education of nonformal, like social action strengthening respect ancestor.

Kata kunci : Sistem keyakinan, sistem ritus, pendidikan nonformal *)

(3)

2 Bali merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang bersifat terbuka. Ini terbukti dari kehadiran berbagai kelompok etnis dalam masyarakat Bali, baik yang berjumlah besar maupun yang berjumlah kecil pada setiap geografis lokasi, seperti etnis Jawa, etnis Madura, etnis Cina, dan etnis – etnis yang lainnya. Menghadapi sebuah keberagaman menjadi sebuah aktivitas sehari – hari dalam kalangan masyarakat Bali. Kehadiran berbagai kelompok etnis dalam masyarakat Bali, diwarnai dengan kenampakan ciri – ciri kultur etnisnya yang bersifat eksklusif dalam satu perkampungan tertentu, seperti Kampung Bugis, Kampung Jawa, dan lain sebagainya. Ini dimaksudkan untuk mempertahankan identitas etnik, serta pengembangan rasa aman di daerah rantau yang multietnik dan mempermudah untuk mengenalinya.Kemultietnikan masyarakat juga tampak dari adanya sarana publik seperti pemakaman Cina/Kuburan Cina. Selain itu juga dapat dilihat dari adanya pelayanan publik yang berbasis etnik seperti Warung Siobak, Warung Jawa, Warung Sate Madura dan sebagainya.

Jika dilihat dari awal kedatangan bangsa Cina ke Bali khususnya Bali bagian Utara adalah melalui jalur laut, sehingga peranan laut sangat penting bagi migrasi bangsa Cina. Kedatangan bangsa

Cina ini awalnya adalah untuk berdagang. Mereka datang untuk mencari berbagai macam benda dan rempah – rempah di daerah tropis seperti: cendana, jati, dammar, kamper dan lain sebagainya (Hidayah, 1997 : 71-72). Mereka umumnya menetap di daerah pusat – pusat aktivitas ekonomi seperti pasar dan pelabuhan. Hal ini terbukti hingga saat ini masyarakat minoritas Cina masih memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat pribumi dan jalan perekonomian yang dibutuhkan oleh masyarakat masih tetap dikuasai oleh para pengusaha Cina (Hidajat, 1993 : 148). Selain untuk berdagang, orang-orang Cina juga menjalin hubungan yang harmonis dan terintegrasi dengan masyarakat setempat, hal tersebut nampak pada masyarakat yang ada di Kelurahan Kampung baru, khususnya lingkungan Widyasari.

Selain itu, proses ritual kematian dari tahapan awal hingga akhir belum banyak juga dipahami dan diketahui oleh para orang dewasa terlebih para generasi muda, sehingga perlu untuk diadakan suatu penelitian agar nantinya penelitian ini dapat dijadikan sebuah pedoman bagi generasi muda khususnya pada etnis China. Dan penelitian ini juga dapat dijadikan tambahan sumber belajar pada

(4)

3 mata kuliah Etnisitas, Studi Masyarakat Indonesia, Sejarah Kebudayaan dan mata kuliah lain yang relevan.

Ritual sebagai media pendidikan mengandung nilai – nilai yang berguna bagi kehidupan yang dapat menambah ilmu tentang kebudayaan dan nantinya bisa diteruskan ke generasi berikutnya secara berkesinambungan. Untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya mengenal sebuah ritual dapat dilakukan melalui pendidikan, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa pendidikan formal merupakan satu – satunya pranata yang dapat memberikan kesempatan pendidikan kepada semua orang. Tapi pendidikan formal bukanlah satu – satunya jawaban atas kemajuan pendidikan. Pendidikan formal biasanya hanya dilangsungkan di sekolah yang dianggap satu – satunya institusi pendidikan dengan jangka panjang dan umum, yang berorientasi pada pemilikan ijazah. Pada waktu belajar di sekolah, peserta didik dipisahkan dari kehidupan keluarga dan masyarakatnya. Program kegiatan belajar terpisah dari kondisi sosial masyarakatnya. Berbeda halnya dengan pendidikan nonformal, yang

dipusatkan di lingkungan masyarakat yang waktunya relatif lebih singkat dan khusus yang bertujuan memenuhi kebutuhaan tertentu yang fungsional dalam kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan nonformal tidak menekankan pentingnya ijazah. Hasil belajar, berijazah atau tidak, dapat diterapkan langsung dalam kehidupan di masyarakat. proses pembelajaran berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang seperti yang telah disebutkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji mengenai “RRiittuuaall KKeemmaattiiaann SSeebbaaggaaii MMeeddiiaa P PeennddiiddiikkaannNNoonnffoorrmmaallGGuunnaaMMeemmppeerrkkuuaatt T Tiinnddaakkaann SSoossiiaall MMeenngghhoorrmmaattii LLeelluuhhuurr ( (SSttuuddii KKaassuuss PPaaddaa EEttnniiss CCiinnaa DDii L Liinnggkkuunnggaann WWiiddyyaassaarrii KKeelluurraahhaann K Kaammppuunngg BBaarruu,, SSiinnggaarraajjaa ,, BBuulleelleenngg,, B Baallii))““..

Penelitian ini bertujuan mengetahui sistem keyakinan yang melatar belakangi Etnis China melakukan ritual kematian, penyelenggaraan ritual kematian dari persiapan sampai pemujaan roh leluhur dan kaitan antara ritual kematian dengan pendidikan nonformal sebagai sarana memperkuat tindakan sosial menghormati leluhur pada etnis China di Lingkungan Widyasari, Kelurahan Kampung Baru,

(5)

4 Singaraja. Kajian teori yang digunakan adalah sistem keyakinan memunculkan ritus kematian, sistem ritus, dan pendidikan nonformal. METODE PENELITIAN Penelitian mengenai RRiittuuaall KKeemmaattiiaann S Seebbaaggaaii MMeeddiiaa PPeennddiiddiikkaann NNoonnffoorrmmaall G Guunnaa MMeemmppeerrkkuuaatt TTiinnddaakkaann SSoossiiaall M MeenngghhoorrmmaattiiLLeelluuhhuurr((SSttuuddiiKKaassuussPPaaddaa E Ettnniiss CCiinnaa DDii LLiinnggkkuunnggaann WWiiddyyaassaarrii K Keelluurraahhaann KKaammppuunngg BBaarruu,, SSiinnggaarraajjaa ,, B Buulleelleenngg,, BBaallii)) menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan beberapa teknik yaitu (1) Teknik Penentuan Informan (menggunakan metode purposive sampling, Sample dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dikembangkan dengan metode snowball sampling atau informan kunci yaitu Wakil Ketua Klenteng Timur Kelurahan Kampung Baru demisioner (Bapak Antara/ Tan Yuan). (2) Teknik Pengumpulan Data (observasi, wawancara, dan studi dokumen), (3) validitas data; (4) teknik analisis data; (5) teknik penulisan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian menunjukkan etnis china melakukan ritual kematian karena percaya dengan adanya alam gaib dan ada

keyakinan hubungan timbal balik antara yang hidup dan yang mati dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka yang masih di dunia. Proses ritual kematian terdiri dari tahap persiapan, dimana seluruh anggota keluarga menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan saat ritual. Tahap pelaksanaan yang merupakan hari puncak dan jenazah dibawa ke pemakaman. Pasca pelaksanaan, melakukan peringatan dan penghormatan dengan pergi ke kuburan almarhum dan membawa sesaji. Ritual yang dilakukan mempunyai tiga nilai dalam kehidupan masyarakat China yaitu: (1) nilai sosial, karena dengan pelaksanaan ritual dapat memperkuat solidaritas antar masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang harmonis sebagai dasar pemertahanan struktur sosial masyarakat; (2) nilai psikologi, karena dapat meluapkan dan melampiaskan kebutuhan tekanan bathin dari individu; (3) nilai relegius, dapat menjaga hubungan harmonis dengan nenek moyang yang dapat menjamin ketentraman dan kesejahteraan keluarga.

Pembahasan

Sistem Keyakinan Etnis Cina Melakukan Ritual Kematian

(6)

5 Hasil dari penelitian ini adalah pada dasarnya pandangan berpikir orang Cina selalu mengembalikan hakekat keharmonisan antara kehidupan alam gaib dan kehidupan alam dunia nyata. Mereka percaya bahwa alam semesta ini sebagai akibat dari inkarnasi kekuatan alam. Alam dikuasai oleh spirit-spirit yang mendiami alam. Beberapa spirit itu berada dan hidup di dalam fenomena – fenomena alam seperti langit, matahari, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, gunung, serta fenomena-fenomena lainnya. Di antara spirit-spirit alam itu adalah spirit yang berasal dari arwah nenek moyang yang kekuatan hidupnya demikian kuat, sehingga dapat melanjutkan kekekalan hidupnya setelah jasad jasmaniahnya mati (Hidajat,1993: 14).

Manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan ritme alam semesta. Kehidupan harus harmonis dengan tiga dasar yaitu kehidupan langit, bumi, dan kehidupan manusia itu sendiri. Orang Cina selain percaya kepada Tuhan juga percaya kepada kekuatan-kekuatan makhluk halus, dewa dan dewi. Untuk mencapai jalan Tuhan hubungan terhadap dewa dan makhluk halus harus terus dipelihara dengan melakukan berbagai upacara dan kurban, sebagai tanda penghormatan. Tradisi Cina penuh dengan

kegiatan penghormatan dan kurban terhadap dewa-dewa dan makhluk halus lainnya. Menurut pandangan mereka, kehidupan di alam gaib mempunyai struktur yang sama dengan kehidupan di alam nyata. Akan tetapi kehidupan di alam nyata tidak kekal, sedangkan kehidupan di alam gaib adalah kekal.

Pelaksanaan Ritual Kematian Tahap Persiapan

Adapun sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan untuk proses ritual adalah sebagai berikut : (1) Pakaian berkabung yang merupakan pakaian yang terbuat dari blacu yang bertujuan untuk meringankan penderitaan orang yang meninggal (2) Peti Mati. Bagi mereka peti mati merupakan sarana untuk menghantar orang mati ke dalam kuburnya. Merupakan kebanggaan tersendiri, apabila sanak keluarga mampu membeli sendiri peti mati, sebab ada kepercayaan mereka siapa yang membeli, dialah yang mendapat banyak rezeki (3) Tempat Dupa (Hio Lo). Tempat dupa merupakan sebuah bokor kecil yang fungsinya sebagai tancapan dupa. (4) Lilin, yang merupakan tanda duka cita, tetapi juga merupakan tanda bahwa para pelayat tidak membawa sial. (5) Foto almarhum, yang diletakkan di depan peti mati yang kemudian setelah

(7)

6 pemakaman dibawa pulang oleh putra sulung untuk disembah.

Tahap Pelaksanaan

Mengurus jenazah orang mati selalu menjadi tugas keluarga. Anggota keluarga memandikan dan menyiapkan tubuh itu sebelum dimakamkan. Menurut tradisi Cina jika seseorang meninggal maka mayatnya harus disemayamkan beberapa hari sambil mengadakan upacara – upacara sembahyang. Pada saat inilah sanak keluarga mengadakan penyembahan kepada roh orang yang meninggal sebagai suatu penghormatan (Hao).

Tahap pelaksanaan ritual terdiri dari upacara yang dilakukan sebelum masuk peti, upacara masuk peti, penutupan peti, dan upacara pemakaman yang menjadi puncak upacara ritual kematian pada etnis China.

Tahap Pasca Pelaksanaan

Pada tahapan ini keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum). Mereka membawa makanan, buah-buahan sebagai sesaji atau persembahan. Pada upacara ini dilakukan saat tiga hari sesudah hari pemakaman, tujuh hari sesudah pemakaman, empat

puluh sembilan hari sesudah pemakaman dan setelah dua tahun diadakan upacara Co Kong Tik atau pengabenan yang berarti yang meninggal telah bersih dan keluarga memuja roh nenek moyang melalui njolo. Dalam njolo diisi foto mendiang dan setiap hari disuguhkan makanan dan minuman selayaknya manusia yang masih hidup.

Kaitan Ritual Kematian dengan Pendidikan Nonformal sebagai Sarana Memperkuat Tindakan Sosial Menghormtai Leluhur pada Etnis China

Adapun nilai-nilai pendidikan dibalik upacara ritual kematian adalah untuk mengetahui dan memahami betapa pentingnya upacara ritual kematian bagi masyarakat Cina khususnya di Kelurahan Kampung Baru. Selain itu upacara ritual kematian dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara dari pembuatan dalam sarana upacara dan mengetahui prosesi dari ritual itu sendiri.

Banyak nilai – nilai pendidikan khususnya pendidikan nonformal yang dapat kita petik di dalam pelaksanaan ritual kematian, adapun di antaranya yaitu : (1) nilai sosial, karena dengan pelaksanaan ritual dapat memperkuat solidaritas antar masyarakat sehingga

(8)

7 tercipta masyarakat yang harmonis sebagai dasar pemertahanan struktur sosial masyarakat; (2) nilai psikologi, dengan melakukan ritual dapat meluapkan dan melampiaskan kebutuhan tekanan bathin dari masing-masing individu; (3) nilai relegius, dapat menjaga hubungan harmonis dengan nenek moyang yang dapat menjamin ketentraman dan kesejahteraan keluarga

Jadi dapat dikatakan bahwa ritual merupakan media pendidikan yang mengandung nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan untuk menambah ilmu tentang kebudayaan yang nantinya bisa diteruskan ke generasi berikutnya secara berkesinambungan melalui pendidikan, khususnya pendidikan nonformal. Begitu juga pendidikan non formal dilahirkan melalui ritual-ritual yang dilaksanakan etnis China yang dimana salah satunya adalah ritual kematian. Antara ritual kematian dengan pendidikan non formal terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dan berkorelasi yang terbangun secara alamiah antar anggota masyarakat sehingga akan tercipta kehidupan yang serasi, tentram, dan harmonis serta menimbulkan hubungan sosial yang semakin erat dan tetap terpelihara dengan baik.

SIMPULAN

Sistem keyakinan yang

melatarbelakangi etnis China melakukan ritual kematian adalah percaya dengan adanya dunia alam gaib serta adanya keyakinan hubungan timbal balik antara yang hidup dan yang mati dapat mempengaruhi kualitas hidup bagi mereka yang masih di dunia ini baik yang kehidupan baik maupun kehidupan buruk. Melaksanakan ritual kematian juga merupakan ungkapan bhakti yang sungguh – sungguh yang menjadi satu kewajiban bagi seorang anak untuk mengenang orang tua semasa hidupnya dan hormat kepada orang tua sebagai balas budi seorang anak.

Ritual kematian merupakan serangkaian kegiatan mengurus jenazah sampai ke pemakaman, mendoakan jenazah, juga upacara penghormatan dan ungkapan rasa bhakti terhadap leluhur. Proses ritual kematian pada etnis China terdiri dari tahap persiapan dimana pada tahapan ini semua anggota keluarga bekerjasama dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada ritual, tahap pelaksanaan yaitu hari puncak yang melibatkan semua anggota keluarga dalam pelaksanaan ritual ini dan membawa jenazah ke pemakaman, dan tahap pasca pelaksanaan yaitu melakukan

(9)

8 upacara penghormatan dan peringatan di tempat jenazah berada (pergi ke kuburan almarhum) dengan membawa sesaji sebagai persembahan.

Sehubungan dengan pelaksanaan ritual kematian yang dilakukan etnis China di Kelurahan Kampung Baru, upacara ini mempunyai tiga fungsi dalam kehidupan masyarakat China yaitu pertama, fungsi sosial karena dengan pelaksanaan ritual Kematian dapat memperkuat solidaritas antar masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang harmonis sebagai dasar pemertahanan struktur sosial masyarakat. Kedua, fungsi psikologi karena dapat meluapkan dan melampiaskan kebutuhan tekanan batin dari masing – masing individu dan memberikan kesempatan untuk menguji emosi yang dimiliki setiap anggota keluarga.

Saran yang disampaikan, antara lain :

• Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan rujukan dalam pengembangan materi perkuliahan yang relevan di Jurusan Pendidikan Sejarah, khususnya pada mata kuliah etnisitas.

• Khususnya pada masyarakat Cina sebagai pelaksana dan pendukung dari pelaksanaan upacara ritual kematian harus tetap melaksanakan

ritual kematian yang merupakan warisan budaya leluhur sebagai salah satu upacara yang unik agar keberadaannya tetap eksis sebagai sebuah asset budaya.

• Agar dilakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan menyeluruh serta substansi yang belum dikaji dalam penelitian ini, karena pembahasan dalam lingkup ritual dan hubungannya dengan pendidikan pun masih terbatas yaitu hanya ritual yang umum dilakukan etnis Cina dan hubungannya pada pendidikan nonformal, sehingga perlu pembahasan lebih menyeluruh terkait dengan perkembangan ritual yang dilakukan dari zaman ke zaman dan hubungannya dengan pendidikan formal maupun informal.

• Bagi generasi muda agar meneladani dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung pada setiap ritual, sperti nilai kegotongroyongan, bertanggung jawab, solidaritas yang nantinya bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.

Ucapan terima kasih ditujukan kepada 1. I Nengah Bawa Atmadja selaku

Pembimbing Akademik (PA) dan Pembimbing I yang telah banyak

(10)

9 meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel.

2. I Ketut Margi sebagai Pembimbing II yang telah memberikan saran, masukan dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel.

DAFTAR RUJUKAN

Coppel, Charles A, 1994. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Haviland, Wiliam.A. 1993. Antropologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hidayah, Zulyani. 1996. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta : Pustaka LP3ES.

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antopologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Z.M. Hidajat. 1993. Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung: Tarsito.

Zein. Abdul Baqir. 2000. Etnis Cina Dalam Potret Pembauran di Indonesia. Jakarta: Penerbit: PT. Prestasi Insan Indonesia.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

APBD dan Penyusunan Rancangan Peraturan KDH Tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dengan subjek siswa kelas V SDN Uekambuno 2 Bongka Makmur Kecamatan Ulubongka melalui penggunaan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis deskriptif, keseluruhan variabel (X1) atau stres kerja memiliki persentase sebesar 69,02% yang termasuk kategori tinggi,

Teknik animasi 2D digunakan dalam pembuatan animasi “Sharchodile” yang membuat penyajiannya menjadi menarik, teknik ini memiliki nuansa tersendiri

Dari hasil penelitian perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berupa kartu angka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 Sekolah Dasar

Tabel 22 : Distribusi responden tentang tingkat frekuensi bawahan dalam menerima teguran terhadap hasil kerja yang tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan oleh camat. Tabel 23 :

Pada saat melakukan pemotongan gambar atau cutting program Lintas Imaji melakukannya dengan sangat detail dan tepat, cutting menjadi terlihat baik dan mampu mencuri