• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KONTROL BASE ISOLATION UNTUK PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM KONTROL BASE ISOLATION UNTUK PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

19

SISTEM KONTROL BASE ISOLATION

UNTUK PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA

1Debby Rahmawati, 2Sulardi, 3Hasan Basri

1,2,3Program Studi Teknik Sipil 1,2,3Universitas Nusa Putra

1,2,3Jl. Raya CibolangKaler No.21, Kec. Sukabumi

e-mail :1debby.rahmawati@nusaputra.ac.id, 2lardiardi@yahoo.com, 3hasan.basri@nusaputra.ac.id

Korespondensi : 1debby.rahmawati@nusaputra.ac.id

ABSTRAK

Sistem kontrol base isolation berfungsi sebagai kontrol pasif getaran yang dapat meningkatkan

fleksibilitas bangunan dan memperkecil amplitudo getaran yang diterima struktur atas sehingga resiko kerusakan dapat diminimalisir. Penelitian ini menggunakan base isolation tipe High Damper Rubber Bearing Soft (HDS) dalam mereduksi gaya gempa gedung perpustakaan 5 lantai dan dibandingkan dengan struktur fixed base. Struktur dimodelkan sebagai portal 3 dimensi melalui program ETABS dengan analisis gempa 3D statik ekuivalen yang dapat digunakan karena bentukstruktur dan ketinggiannya yang memenuhi syarat. Hasil analisis menunjukkan waktu getar arah x struktur fixed base sebesar 1,48 detik sedangkan pada struktur base isolation sebesar 2,73 detik (memenuhi syarat FEMA 450) dengan story drift lantai 5 arah x sebesar 12,8 mm (fixed base) dan 9,60 mm (struktur base isolation).

Kata Kunci: Struktur Fixed Base, Base Isolation System, High Damping Rubber Bearing Soft (HDS), Analisis Statik Ekuivalen.

ABSTRACT

Control of base isolation system works as a passive vibration control which increase flexibility of building and decrease vibration amplitude received by upper structure so the risk of damage can be minimized. This research using base isolation bearings type High Damping Rubber Bearing Soft (HDS) to reduce the earthquake forces on the library with five floors and compared to the fixed base structure. The structure is modeled as a three dimensional portal using ETABS program and for seismic analysis using 3D static equivalent which can be used for structural shape and height are eligible. The analysis showed the vibration time for x direction of the fixed base structure is 1.48 seconds while the base isolation structure showed 2,73 seconds (qualified FEMA 450) with the story drift of fifth floor (x direction) is 12.8 mm (for fixed base) and 9.60 mm (base isolation structure). The result of planning base isolation structure includes plate, beams, columns, beam column joint with supported by seven types of footing foundation.

Keywords: Fixed Base Structure, Base Isolation System, High Damping Rubber Bearing Soft (HDS), Equivalent Static Analysis.

I. PENDAHULUAN

Gempa bumi adalah suatu getaran ataupun serentetan getaran yang terjadi dari kulit bumi yang memiliki sifat sementara (tidak abadi) yang kemudian getaran tersebut menyebar ke segala arah. Getaran pada bumi terjadi akinbat adanya

pergeseran secara tiba-tiba pada lapisan kerak bumi, Di beberapa tempat sering terjadi gempa bumi dengan skala yang cukup besar , berdasar kan hasil penelitian oleh beberapa ahli seismolog kejadian ini disebabkan karena daerah yang terjadi gempa berada di atas daerah pertemuan antar

(2)

20 lempeng yang menyusul kerak bumi atau disebut area patahan [1].

Keamanan dan keselamatan bangunan tidak hanya bergantung pada tingkat kekuatan, tetapi juga pada tingkat deformasi dan energi terukur pada kinerja struktur. Trend terbaru perencanaan maupun evaluasi bangunan terhadap gempa saat ini adalah perencanaan berbasis kinerja yang dikenal dengan Performance Based Earthquake Engineering (PBEE). Konsep perencanaan berbasis kinerja merupakan kombinasi dari aspek tahanan dan aspek layan. Konsep PBEE dapat digunakan untuk mendesain bangunan baru (Performance Based Seismic Design) maupun mengevaluasi bangunan yang sudah ada (Performance Based Seismic Evaluation). Dalam perkembangannya, analisis statik nonlinier yang lebih dikenal dengan istilah pushover analysis merupakan pilihan yang menarik dalam mengevaluasi bangunan karena menggunakan konsep PBEE sehingga dapat diketahui kinerja seismik strukturnya. Prosedur pushover analysis sesuai konsep PBEE telah ada pada dokumen ATC-40 (capacity spectrum method) serta FEMA 356 dan FEMA 440 (displacement coefficient method). [2].

Salah satu metode yang kini banyak digunakan dalam pembangunan untuk melindungi struktur bangunan dari gempa adalah dengan meningkatkan kinerja bangunan melalui penggunaan sistem kontrol dalam mengontrol respon struktur yang menerima pembebanan gempa dengan mendisain kondisi gempa. Alat pengontrol respons struktur terbagi atas kontrol aktif dan semi aktif, kontrol pasif, serta sistem base isolation. Sistem base isolation memiliki karakteristik fleksibilitas untuk meningkatkan periode getaran dan mengurangi respons gaya pada struktur atas disamping kelebihannya yang sederhana dalam desain, pemasangan, dan pemeliharaan sehingga akan digunakan dalam perencanaan gedung ini. Di dalam analisis gempa, cara paling sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan pengaruh dari beban gempa bumi terhadap struktur bangunan adalah dengan analisis statis yang dapat digunakan untuk syarat gedung tertentu dimana untuk struktur bangunan lainnya yang tidak begitu mudah diperkirakan perilaku nyata terhadap pengaruh gempa, yaitu struktur

bangunan tidak beraturan, harus dilakukan dengan analisis dinamis.

Pada jurnal ini akan dibandingkan perilaku struktur bangunan tahan gempa 5 lantai bersistem base isolation seismic bearing dengan struktur fixed base dan menggunakan analisis statik ekuivalen sehingga hasilnya dapat dilihat story drift yang lebih kecil hasil penggunaan sistem base isolator. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat penggunaan base isolation berupa seismic bearing jenis high damping rubber bearing dalam meredam gaya gempa yang terjadi bila dibandingkan dengan gedung tanpa base isolation di wilayah 3 gempa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Christian Aji Perdana et.al (2020). Melakukan penelitian dengan judul Desain apartemen 34 lantai (tipe soho) dengan sistem ganda, berbasis gaya, menggunakan seismic isolated structure. Terdapat permasalahan dalam penelitian ini dimana Kondisi geografis Indonesia yang merupakan rawan gempa karena dilalui oleh 3 jalur pertemuan lempeng (Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik). Oleh karenanya perlu disain bangunan yang tahan gempa. Paremeter yang digunakan ialah Data struktur, Dimensi Kolom dan profil Lead Rubber Bearing dengan metode Seismic Isolated Structure. Penelitian ini menghasilkan Berdasarkan dengan gaya lateral yang terjadi pada kolom didapatkan dimensi Lead Rubber Bearing , yaitu diameter 600mm, ketebalan 600mm, dan modulus geser 0,385 MPa. Didapatkan kekanikan pada peiode getar sebesar 86% dari sebelum pemasangan Lead Rubber Bearing. Berdasarkan hasil perhitungan struktur ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Lead Rubber Bearing bekerja dengan baik untuk mereduksi gaya gempa [3].

Syahnandito et.al (2020). Mereka melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Base Isolation High Damping Rubber Bearing pada Struktur Beton Bertulang. Masalah yang ada disana Belum ditemukannya struktur bangunan bertingkat yang mengaplikasikan isolasi karet yang dapat menjamin struktur bangunan dari gempa. Parameter yang digunakan diantaranya Beban mati, beban sendiri struktur, beban mati tambahan, beban hidup dan beban gempa dengan

(3)

21 penggunaan metode Base Isolation System. Penelitian ini menghasilkan struktur fixbase didapatkan periode sebesar 4,212 detik, dengan gaya geser dasar didapatkan sebesar 1470,725 ton. Sedangkan hasil analisis pada struktur dengan base isolator didapatkan periode sebesar 5,500 detik, dengan gaya geser dasar didapatkan sebesar 1286,071 ton. Maka dapat disimpulkan bahwa pada struktur dengan base isolator terjadi peningkatan periode sebesar 30,58 %, sedangkan gaya geser dasar terjadi penurunan 12,56 % [4].

Herlien D. Setio et.al (2012). Melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Sistem Isolasi Seismik pada Struktur Bangunan yang Dikenai Beban Gempa sebagai Solusi untuk Membatasi Respon Struktur. Masalah yang terjadi ialah Perlunya mempelajari masalah struktur bangunan dan perilaku dinamik struktur yang mengalami beban-beban dinamik yang tahan gempa. Parameter yang digunakan diantaranya Bantalan karet dengan properti : Hardness, G dan Kg dengan metode Sistem Isolasi Seismik. Penelitian ini memberikan hasil gan isolator bantalan karet pada tumpuannya dan diberi beban eksitasi dinamik dengan menggunakan meja getar. Hasil studi teori dan eksperimental untuk berbagai beban dinamik seperti percepatan horisontal gempa El Centro N-S menunjukkan penggunaan isolator pada dasar struktur bangunan memberikan hasil yang memuaskan dalam hal pengurangan tingkat getaran sehingga dapat meningkatkan kualitas keamanan dan kenyamanan struktur. Selain itu penggunaan isolator dasar pada struktur bangunan sangat menguntungkan karena pelaksanaannya yang relatif sederhana [5].

Zelly Rinaldi et.al (2015). Melakukan penelitian dengan judul Analisa konstruksi tahan gempa rumah tradisional suku besemah di kota pagaralam sumatera selatan. Masalah yang nampak dalam penelitian ini ialah karena Kondisi daerah pengunungan dan tempat tertentu yang rawan akan bencana gempa sehingga diperlukan bangunan yang tahan gempa. Sampel data yang diteliti berlokasi di Desa Pelang Kenidai yaitu sekitar 1,5 jam dari kota Pagar Alam, dengan parameter struktur dan jenis tumpuan. Hasil penelitiannya berupa faktor ketahanan gempa suatu bangunan kayu meliputi, Keseimbangan, Kekokohan dan Elastisitas. Ketiga faktor tersebut

harus diterapkan dalam desain terutama dalam merancang rumah atau bangunan tahan gempa. Sebagai arsitek pun kita harus jeli dalam memilih bahan bangunan yang menjadi konstruksi bangunan kita agar mampu memenuhi ketiga faktor tersebut [6].

III. METODOLOGI PENELITIAN Secara umum metode dan tahapan perencanaan yang digunakan dalam perencanaan gedung 5 lantai beton bertulang dengan base isolation sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data perencanaan, dalam tahap ini terdiri dari deskripsi umum bangunan, denah dan sistem struktur bangunan, wilayah gempa dimana bangunan berada, data pembebanan, data tanah, mutu bahan yang digunakan, metode analisis dan desain struktur, standar dan referensi yang dipakai dalam perencanaan. 2. Preliminary Design Tahap pertama dalam

perencanaan gedung yaitu membuat desain yang memberikan estimasi gambaran bangunan secara lebih detail dan terukur, namun belum mengarah pada hal-hal yang lebih detail. 3. Analisis gempa perhitungan struktur gedung

yang digunakan dalam perencanaan ini adalah perencanaan gedung dengan menggunakan perhitungan analisis statis dimana gaya geser yang bekerja didistribusikan pada setiap lantai berdasarkan porsi berat lantai dan ketinggiannya dan beban-beban didistribusikan bekerja pada pusat massa yang telah ditambah eksentrisitas.

4. Kontrol waktu getar dan simpangan waktu getar alami fundamental (T1) dibatasi berdasarkan koefisien gempa dan jumlah tingkatan dalam gedung dimana tidak boleh melebihi batas dalam persamaan 2.13. Simpangan maksimum struktur dan story drift yang terjadi harus memenuhi syarat kinerja batas layan (Δs) dan batas ultimit (Δm).

5. Penambahan Base Isolation System Penambahan sistem base isolation berupa penggunaan seismic bearing jenis high damping rubber bearing soft (HDS) yang digunakan untuk mereduksi gaya gempa yang terjadi pada bangunan dipasang pada batas antara struktur atas dan struktur bawah yaitu di antara pondasi dan pelat lantai dasar.

(4)

22 6. Pembebanan Gaya-gaya yang diperhitungkan

berupa gaya gravitasi dari beban mati dan beban hidup serta gaya lateral gempa.

7. Kombinasi pembebanan setelah ditentukan besarnya beban-beban yang bekerja pada struktur maka diperhitungkan kombinasi pembebanan berdasarkan pasal 11.2 SNI 03-2847-2002 berupa kombinasi beban mati, beban hidup dan gempa.

8. Gaya - Gaya dalam hasil dari kombinasi pembebanan akan menghasilkan gaya-gaya dalam untuk setiap kombinasi yang dilakukan. 9. Penulangan hasil gaya – gaya dalam yang

memberikan nilai terbesar dari kombinasi pembebanan akan menjadi acuan untuk menentukan penulangan. Penulangan yang dilakukan yaitu penulangan pelat, kolom, balok, beam-column joint, dan pondasi.

Gambar 1. diagram alir perencanaan struktur gedung tanpa base isolation (kiri) dan struktur

gedung dengan base isolation (kanan) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Denah struktur bangunan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Gambar 2. Denah Bangunan

Gambar 3. Potongan As 1 (Kiri) dan Potongan As A (Kanan)

Gambar 4. Hasil pemodelan elemen struktur 3 dimensi fixed base (kiri) dan struktur base isolation

(kanan)

Data-data struktur yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data Umum Struktur:

a. Jenis struktur : gedung beton bertulang (sistem rangka pemikul momen menengah). b. Material utama struktur : beton bertulang c. Kategori bentuk bangunan : beraturan d. Tinggi bangunan keseluruhan : 21,5 m e. Tinggi bangunan per lantai tinggi lantai 1 :

5,50 m tinggi lantai 2-5 : 4,00 m 2. Data Material Struktur:

Material Beton

Material Base Isolator Seismic Bearing 1) Jenis Base Isolator : Elastomeric Rubber

Bearing

2) Tipe : High Damping Rubber Bearing Soft (HDS)

3) Diameter Elastomer : 600 mm 4) Tebal Elastomer (te) : 96 mm 5) Tinggi Base Isolator : 228 mm 6) Vmax : 3500Kn

(5)

23 Analisis Gempa Statik Ekuivalen Struktur tanpa Base Isolation.

Berdasarkan hasil pemodelan struktur pada ETABS maka dapat diketahui berat lantai bangunan:

Tabel 1. Berat Lantai Bangunan

Melalui rumus empiris Method A dari UBC Section 1630.2.2, waktu getar alami gedung adalah:

Setelah diketahui gaya geser dasar nominal yang akan terjadi di dasar gedung ketika gempa berlangsung, lalu dihitung distribusi gaya geser horisontal gempa dalam arah x dan y gempa sepanjang tinggi gedung dan beban gempa rencana yang akan ditanggung keseluruhan komponen struktur pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi gaya geser dasar akibat gempa sepanjang tinggi gedung

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka didapatkan besarnya gaya gempa untuk analisis

statistik ekuivalen 3D kemudian dilakukan pengecekan waktu getar alami fundamental Rayleigh dimana hasilnya menunjukkan nilai menyimpang lebih dari 20% Tempiris = 0,73 detik sehingga distribusi gempanya perlu dihitung kembali menggunakan waktu getar dari persamaan Rayleigh yaitu:

Tabel 3. Distribusi beban gempa berdasarkan waktu getar T-Rayleigh

1) Gaya gempa arah x yang terdiri dari 100% Fixdan 30% Fiy

Tabel 4. Distribusi akhir gaya geser horisontal gempa fx struktur tanpa sistem base isolation

2) Gaya gempa arah y yang terdiri dari 30% Fixdan

100% Fiy

Tabel 5. Distribusi akhir gaya geser horisontal gempafy struktur tanpa sistem base isolation

Dan didapatkan deformasi struktur fixed base sebagai berikut:

Tabel 6. Deformasi Tiap Lantai

Setelah didapatkan deformasi tiap lantainya, maka perlu dicek kembali nilai waktu getar alami fundamentalnya dengan menggunakan rumus Rayleigh. Berdasarkan data tersebut, maka waktu getar bangunan dengan cara T-Rayleigh adalah sebagai berikut:

(6)

24 Maka didapatkan nilaiTxx = 1,481 detik

(menyimpang 0,001% dari 1,48 detik → OK!)

Maka didapatkan nilai Txy = 1,51 detik

(menyimpang 0,001% dari 1,51 detik → OK!). Sedangkan untuk perhitungan waktu getar alami akibat gempa FY yaitu:

Maka didapatkan nilai Tyx= 1,479 detik

(menyimpang 0,01% dari 1,480 detik → OK!)

Maka didapatkan nilai Tyy = 1,51 detik

(menyimpang 0,02% dari 1,505 detik → OK!). Setelah analisis waktu getar T-Rayleigh dilakukan dan memenuhi persyaratan dalam SNI 03-1726-2002 yaitu menyimpang tidak lebih dari 20% waktu getar sebelumnya, maka akan diperiksa syarat kinerja batas layan (Δs) pada struktur gedung. Berikut perhitungan batas layan simpangan antar tingkat yang diijinkan untuk lantai 1:

Hasil analisis kinerja batas layan struktur fixed base dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Analisis Δs Akibat Gempa FX Struktur Fixed Base

Kinerja batas ultimit struktur dihitung berdasarkan simpangan antar tingkat struktur akibat pembebanan nominal dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Analisis δm akibat gempa fx struktur fixed base

4.1 Struktur Dengan Base Isolation

Setelah perencanaan struktur atas untuk gedung biasa (fixed base) tanpa menggunakan bantalan karet (base isolator) selesai direncanakan maka selanjutnya akan dibandingkan hasil kinerja struktur dengan perencanaan yang menggunakan sistem base isolation dimana seharusnya hasil dari penggunaan sistem base isolation ini dapat mereduksi gaya gempa yang terjadi pada struktur atas bangunan sehingga dapat dihasilkan suatu efisiensi dari segi dimensi yang seharusnya dibutuhkan untuk struktur atas dengan syarat tetapmemenuhibatasultimit, bataslayan, story drift yang telahditetapkannilaimaksimumnya. Dengan demikian, setelah perencanaan struktur fixed base selesai direncanakan maka akan direncanakan struktur base isolation system yang memiliki komponen struktur atas yang berbeda, hal ini memungkinkankarenatelahtereduksinyagayagempa yang seharusnya bernilai lebih besar. Pemilihan spesifikasi base isolator yang digunakan diambil sebesar 3-5% berdasarkan kekakuan kolom lantai paling bawah. Kemudian hasil kekakuan yang didapatkan akan digunakan untuk pemilihan ukuran dan spesifikasi base isolator dimana jenis base isolator yang digunakan dalam perencanaan ini yaitu High Damping Rubber Bearing tipe Soft yang perhitungannyadapatdilihatsebagaiberikut:

(7)

25 Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kekakuan efektif yang didapatkan sebesar 0,970 kN/mm2 sehingga akan digunakan High Dampir Rubber Bearing tipe Soft dengan spesifikasi:

TipeHDS : HDS 550x88 Keff : 1,08 kN/mm2 Smax : 180 mm H : 220 mm

4.2 Analisis Statik Ekuivalen Struktur

Base isolation pada desain struktur dengan base isolation system melalui metode analisis statik ekuivalen atau pada FEMA disebut Equivalent Lateral Force (ELF) maka diperhitungkan gaya lateral yang harus didistribusikan merata di setiap ketinggian lantai pada struktur dengan rumus yang ditetapkanoleh FEMA 451.

Tabel 9. Distribusi Beban Gempa Struktur dengan Base Isolation System

Tabel 10. Distribusi akhir gaya geser horisontal gempa fx struktur dengan sistem base isolation

Tabel 11. Distribusi akhir gaya geser horisontal gempa fy struktur dengan sistem base isolation

Dan dihasilkan deformasi tiap lantai struktur sebagai berikut:

Tabel 12. Deformasi tiap lantai struktur dengan base isolation

Berdasarkan data tersebut, maka waktu getar bangunan dengan cara T-Rayleigh adalah sebagai berikut:

Txx = 2,73 detik

Txy = 2,58 detik

Tyx = 2,73 detik

Tyy = 2,58 detik

Tabel 13. Analisis dan akibat gempa fx struktur base isolation

Tabel 14. Analisis dan akibat gempa fx struktur dengan base isolation

(8)

26 Sehingga didapatkan hasil perbandingan story drift setiap lantai antara struktur fixed base dan struktur dengan base isolation HDS550x88 seperti pada gambar 5-8 berikut ini. 1) Analisis Kinerja Batas Layan Fx

Gambar 5. Analisis story drift kinerja batas layan fx pada arah x

Gambar 6. Analisis story drift kinerja batas layan fx pada arah y

Analisis kinerja batas layan fy

Gambar 7. Analisis story drift kinerja batas layan fy pada arah x

Gambar 8. Analisis story drift kinerja batas layan fy pada arah x

Gambar 9. Analisis story drift kinerja batas layan fy pada arah y

Sehingga berdasarkan hasil perbandingan grafik diatas maka dapat terlihat bahwa perbandingan struktur fixed base memiliki nilai story drift yang rata-rata lebih besar dibandingkan struktur dengan base isolation.

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Struktur dengan base isolation dapat mereduksi gaya gempa yang terjadi pada struktur atas sebesar 47% dan penggunaan sistem ini dapat memperkecil dimensi komponen struktur. Distribusi gaya geser maksimum yang terjadi pada lantai 5 arah x: (Struktur fixed base (tanpa base isolation) : 63.724,86 kg), Struktur dengan base isolation : 33.722,262 kg. Struktur dengan base isolation memiliki perbedaan story drift yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur fixed base. Simpangan antar tingkat (story drift) pada lantai 5 arah x yang terjadi yaitu sebesar Struktur fixed base : 12,80 mm, struktur dengan base isolation : 9,60 mm dengan batasan syarat layan dan batas ultimit yang diijinkan. Penggunaan sistem base isolation pada struktur bangunan dapat meningkatkan periode waktu getar alami struktur menjadi lebih besar. Waktu getar alami yang terjadi pada arah x, struktur fixed base : 1,48 detik, struktur dengan base isolation : 2,73 detik. Waktu getar alami yang terjadi pada arah y, struktur fixed base : 1,51 detik, struktur dengan base isolation : 2,58 detik dan telah memenuhi aturan dalam FEMA 450 dan 451 yang membatasi waktu. Getar struktur dengan base isolation sebesar 2-3 detik. 5.2 Saran

Untuk memperkenalkan teknik yang baru seperti Base Isolation dapat dipertimbangkan suatu metode analisis yang sederhana dan realistis

(9)

27 dengan tetap memperhatikan batasan struktur apa saja yang diperbolehkan menggunakan cara analisis sederhana. Untuk lebih menyesuaikan penggunaan sistem base isolation di Indonesia, perlunya segera dibuat standar nasional yang dapat menyesuaikan kondisi daerah Indonesia dengan zona gempa yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Mulyo, “Pengantar Ilmu Kebumian, Pengetahuan Geologi untuk Pemula. Bandung: Pustaka Setia, 2004.

[2] W. Dewobroto,”Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa dengan SAP2000”, Jurnal Teknik Sipil, Vol.3 No.1, 2006. [3] C. A. Perdana et.al, “Desain Apartemen 34

Lantai (Tipe Soho) dengan Sistem Ganda, Berbasis Gaya, Menggunakan Seismic Isolated Structure”, Jurnal CIVILLa Vol 5 No 2 September 2020

[4] Syahnandito et. al, “Pengaruh Penggunaan Base Isolation High Damping Rubber Bearing pada Struktur Beton Bertulang”, Siklus: Jurnal Teknik Sipil, Vol 6, No. 2, Oktober 2020, pp.

[5] H. D. Setio et. al, “Pengembangan Sistem Isolasi Seismik pada Struktur Bangunan yang Dikenai Beban Gempa sebagai Solusi untuk Membatasi Respon Struktur”, Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil, Vol. 19 No. 1 April 2012.

[6] Z. Rinaldi et.al, “Analisa Konstruksi Tahan Gempa Rumah Tradisional Suku Besemah di Kota Pagaralam Sumatera Selatan”, Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015.

Gambar

Gambar 1. diagram alir perencanaan struktur  gedung tanpa base isolation (kiri) dan struktur
Tabel 2. Distribusi gaya geser dasar akibat gempa  sepanjang tinggi gedung
Tabel 9. Distribusi Beban Gempa Struktur dengan  Base Isolation System
Gambar 5. Analisis story drift kinerja batas layan  fx pada arah x

Referensi

Dokumen terkait

Dalam putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang tanggal 6 Juli 1991 Nomor 06 / PTUN / G / PLG / 1991 antara lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data, secara induktif

Untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan, kompetensi tehnis, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pengalaman kerja, kecermatan profesi, obyektifitas, independensi dan

Audit operasional fungsi pelayanan merupakan pengujian pengendalian terhadap kegiatan pelayanan perusahaan untuk menghindari adanya salah saji dalam

Adalah informasi yang diperoleh langsung dari informasi melalui wawancara yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti, yaitu meliputi respon masyarakat

anak lebih didominasi pada aktivitas sedang-berat >1 jam/hari sebanyak 60,4%.Penelitian ini juga menunjukkanbahwa terdapat perbedaan durasi aktivitas fisik antara anak

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesulitan belajar dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Sungai Kakap pada materi

Untuk penilaian Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat Sarjana S2 dan S3, komponen penilaian meliputi 60% komponen penilaian (keterampilan, bahasa Inggris, dan dapat