• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompleks Perkantoran dan Pemukiman Terpadu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka. Kelurahan Air Itam Kecamatan Bukit Intan Pangkalpinang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kompleks Perkantoran dan Pemukiman Terpadu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka. Kelurahan Air Itam Kecamatan Bukit Intan Pangkalpinang"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Phone: (0717) 439080, 439082 Kompleks Perkantoran dan Pemukiman Terpadu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Kelurahan Air Itam Kecamatan Bukit Intan Pangkalpinang D

DiinnaassKKeesseejjaahhtteerraaaannSSoossiiaall

P

(2)

B BAABB II P PEENNDDAAHHUULLUUAANN 1 1..11.. LaLattaarr BBeellaakkaanngg

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesejahteraan Sosial (Renstra SKPD) adalah dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) Dinas Kesejahteraan Sosial yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Kesejahteraan Sosial yang disusun dengan menyesuaikan kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) dan bersifat indikatif. Renstra Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012–2017 selain menyesuaikan kepada RPJM Daerah Tahun 2013-2017 juga menyesuaikan kepada Kerangka Kebijakan

Kementerian Sosial RI Tahun 2010–2014 dan didasarkan pada Undang-Undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa setiap pemerintah daerah wajib menyusun Renstra-Daerah untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Di samping itu, sesuai dengan Diktum KEDUA Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib menyusun Renstra untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran. Perubahan mendasar tersebut meliputi aspek-aspek penerapan pendekatan penganggaran dengan prospektif jangka menengah (Medium Term

Expenditure Framework), penerapan penganggaran secara terpadu (Unified Budget), dan penerapan penganggaran berdasarkan kinerja (Performance Based Budgeting). Dengan mengacu kepada perubahan mendasar dalam

pendekatan penyusunan anggaran tersebut, akan lebih menjamin keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.

(3)

Mengingat tahun 2012 merupakan tahun pertama dari kurun lima tahunan Renstra SKPD Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012–2017 yang menentukan arah dan kebijakan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan, perlu merumuskan arah kebijakan dan strategi sebagai komponen pendukung dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial atas pelaksanaan tugas selama kurun waktu 2013-2017 demi menuju sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2013-2017. Dalam hubungan ini, perlu dilakukan perumusan program-program baik generik/rutin maupun teknis yang menjadi tugas pokok dan fungsi dari masing-masing bidang teknis di lingkungan Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya dengan memperhatikan keberhasilan yang telah dicapai dalam lintasan perjalanan historis pembangunan kesejahteraan sosial selama periode 2007-2011, akan membawa implikasi positif terhadap tingkat kemajuan yang signifikan dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial ke depan. Tantangan yang dihadapi tercermin dari masih rendahnya kemampuan sosial-ekonomi masyarakat terutama makin rendahnya ketahanan sosial ekonomi, keterbatasan penyediaan infrastruktur sosial, serta populasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang masih menjadi beban sosial, baik bobot maupun kompleksitasnya. Kondisi ini sebagai dampak ikutan dari makin berkembangnya investasi ekonomi di provinsi ini.

Gambaran kondisi tersebut penting untuk menjadi titik awal pemikiran Renstra SKPD Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta dengan memperhatikan masih tingginya jumlah rumah tangga miskin sebesar 46.325 RTM (PPLS BPS: Maret 2012 ) dan masih belum tuntasnya penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan populasi sebesar 43.899 KK. Hal lain yang perlu diantisipasi dari angka kemiskinan dan PMKS tersebut adalah dampak yang akan muncul ke depan bila tidak diatasi dengan cepat, tepat, sinergis dan berkelanjutan serta lebih terencana, yakni dikhawatikan berkembangnya masalah-masalah sosial kontemporer sebagai akibat dari kompleksitas permasalahan yang muncul.

(4)

di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian, permasalahan kesejahteraan sosial tetap menjadi fokus dan prioritas pembangunan nasional. Kebijakan ini dapat dilihat pada Tujuan dan Arah Pembangunan RPJMN 2010-2014, yaitu: “Kesejahteraan Rakyat Meningkat” dengan Indikator : (1) meningkatnya pendapatan perkapita, (2) menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran, (3) meningkatnya tingkat pendidikan dan derajat kesehatan, (4) terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, (5) menurunnya kesenjangan kesejahteraan (antara individu, kelompok, dan daerah), dan (6) dipercepatnya pengembangan pusat pertumbuhan di luar Pulau Jawa.

Didalam konteks inilah sesungguhnya posisi penyelenggaraan kesejahteraan sosial baik pusat dan juga di daerah dapat diperhitungkan sebagai bagian integral dan bagian strategis pembangunan nasional guna mewujudkan pencapaian indikator peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu, hakekat keterpaduan yang dirumuskan masih terbatas pada keterpaduaan sektoral dan belum mengarah pada keterpaduaan substansial. Artinya bahwa upaya penanganan yang dilakukan masih belum mengarah pada keterpaduan penanganan yang kolaboratif dan sinergisitas, akan tetapi masih dilakukan berdasarkan kepentingan sektoral dan bersifat parsial. Untuk menuju kepada terciptanya kondisi dan situasi sosial yang kondusif, adalah peran dan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat harus dikerahkan terlibat aktif dalam proses pemberdayaan potensi-potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada serta dapat dimanfaatkan guna mensejahterakan masyarakat secara sinergis dan berkelanjutan. Namun demikian, dukungan program dan anggaran harus seiring pula dengan tingkat eskalasi pertumbuhan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Oleh karena itu, untuk terarahnya pelayanan dan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial agar dapat berlangsung efektif, efesien, jelas, terukur dan tepat sasaran harus disusun sebuah perencanaan yang matang dan strategis yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat serta

(5)

perkembangan masalah ke dalam sebuah rancangan strategis sebagai pedoman normatif dalam penyelenggaraan program dan kegiatan.

1

1..22.. DaDassaarr HHuukkuumm

Landasan hukum yang dijadikan dasar dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra SKPD) Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013-2017 adalah :

a. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

b. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);

d. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

e. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4335);

f. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); g. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,sebagai mana telah diubah untuk kedua kalinya dengan undang-undang Nomor 12

(6)

tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

h. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

i. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

j. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

k. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

l. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); m. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); n. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

o. Peraturan Menteri Dalam Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai yang telah diubah menjadi peraturan menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007;

p. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang tata cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

(7)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

q. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

r. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

s. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

t. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 1 Seri D);

u. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 2 Seri D);

v. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik Serta Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 3 Seri D);

w. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2007 No.6 Seri E);

x. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah

(8)

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013-2017 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012 Seri E Nomor 3);

1

1..33.. HuHubbuunnggaann AAnnttaarr DDookkuummeenn

Rencana Strategis (Renstra SKPD) merupakan dokumen perencanaan SKPD Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang dimulai dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2017 yang merupakan bagian dokumen perencanaan yang tidak terpisahkan dari RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial di daerah, sinkronisasi dan sinergisitas program serta kegiatan Renstra SKPD Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengacu kepada Renstra Kementeriaan Sosial RI. Dengan demikian, Renstra SKPD Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kaitan substantif dengan RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus Renstra Kementerian Sosial RI. Renstra SKPD menjadi acuan didalam penyusunan Rencana Kerja (renja) SKPD, sehingga hubungan RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD memiliki kaitan erat dalam proses penyusunan perencanaan program dan anggaran SKPD.

1

1..44.. SiSisstteemmaattiikkaa DDookkuummeenn RReennssttrraa SSKKPPDD

Dokumen Rencana Strategis Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan memuat latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika dokumen renstras SKPD, serta maksud dan tujuan;

Bab II Gambaran Pelayanan SKPD menjelaskan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi SKPD, sumber daya SKPD, kinerja pelayanan SKPD, serta tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD;

Bab III Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi menjelaskan tentang identifikasi permasalahan, telaahan visi, misi dan program, telaahan

(9)

renstra K/L dan Renstra SKPD, telaahan rencana tata ruang wilayah dan kajian lingkungan hidup strategis, dan penentuan isu-isu strategis; Bab IV Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan menjelaskan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran serta strategi dan kebijakan; Bab V Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok

Sasaran, dan Pendanaan Indikatif; Bab VII Penutup.

1

1..55.. MaMakkssuudd ddaann TTuujjuuaann

Rencana Strategis Dinas Kesejahteraan Sosial sebagai dokumen perencanaan bagi penyelenggaraan bidang kesejahteraan sosial khususnya yang menjadi tugas dan fungsi pokok Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disusun dengan maksud agar penyelenggaraan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam rentang waktu selama 5 (lima) tahun ke depan dari tahun 2012 sampai dengan 2017 dapat menjadi pedoman dalam rangka kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan juga evaluasi terhadap indikator capaian yang ditetapkan, selain itu dalam upaya mendukung dengan terwujudnya penyelenggaraan tata kelola organisasi yang berkualitas guna mendukung penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang transparan dan akuntabel.

Tujuan penyusunan Renstra Dinas Kesejahteraan Sosial Tahun 2013-2017 dalam upaya menjamin terselenggaranya pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang terencana, adil, efektif, bermanfaat dan berkelanjutan guna mewujudkan keberfungsiaan sosial PMKS yang bermartabat dan mandiri. Selain itu, untuk mengoptimalkan fungsi perencanaan program dan anggaran SKPD yang efektif, efesien, transparan dan akuntabel.

1

1..66.. SaSassaarraann SSttrraatteeggiiss

Sasaran strategis yang hendak dicapai dalam lima tahun ke depan adalah :  Perluasan dan peningkatan akses penyelenggaraan kessos bagi PMKS;

(10)

 Memperkuat tanggung jawab dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kessos melalui kelembagaan sosial dan upaya-upaya kessos perorangan, kelompok, masyarakat, dan dunia usaha;

 Perluasan dan pemerataan pemberian bantuan bagi PMKS dalam pemenuhan kebutuhan dasar;

 Perluasan dan peningkatan kualitas tata kelola organisasi untuk penyelenggaraan kessos yang bermutu, transparan dan akuntabel.

(11)

B BAABB IIII G GAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM 2 2..11.. TuTuggaass,, FFuunnggssii ddaann SSttrruukkttuurr OOrrggaanniissaassii

Keberadaan Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dibentuk pada bulan Oktober 2002 dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 12 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Bangka Belitung, selanjutnya tugas dan fungsinya dijabarkan dalam Keputusan Gubernur Nomor 11 Tahun 2003 tentang Tata Kerja dan Uraian Tugas Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kemudian dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, struktur organisasi Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami perubahan yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 58 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai tugas pokok “melaksanakan kewenangan Desentralisasi dan

Tugas Dekonsentrasi di Bidang Kesejahteraan Sosial”. Dengan uraian tugas

dan fungsi pada masing-masing bidang sebagai berikut : a

a.. SeSekkrreettaarriiaatt

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberiaan dukungan administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan Dinas Kesejahteraan Sosial. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ditunjuk seorang sekretaris dengan dibantu oleh 3 (tiga) kepala sub bagian, yaitu keuangan, umum dan perlengkapan, dan kepegawaian. Sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut :

(12)

2) penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi pokok Dinas Kesejahteraan Sosial;

3) pelaksanaan pembuatan program kerja tahunan dan koordinasi penyusunan dan pengendalian program kerja sekretariat;

4) pemberiaan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala dinas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pokok sekretariat;

5) pelaksanaan pembinaan staf;

6) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan;

7) pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas. b

b.. BiBiddaanngg PPeemmbbeerrddaayyaaaann SSoossiiaall

Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai tugas melaksanakan pemberdayaan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Dalam melaksanakan tugas dimaksud ditunjuk seorang kepala bidang dengan dibantu oleh 3 (tiga) orang kepala seksi, yaitu Pemberdayaan Sosial Fakir Miskin, Pemberdayaan Keluarga dan Komunitas Adat Terpencil, dan Pemberdayaan Kelembagaan, Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial. Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) penerapan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur pemberdayaan sosial;

2) pelaksanaan pemberdayaan sosial fakir miskin, Pemberdayaan Keluarga dan Komunitas Adat Terpencil, dan Pemberdayaan Kelembagaan, Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial;

3) pemberian bimbingan teknis & evaluasi bidang pemberdayaan sosial; 4) pemberiaan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala dinas

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pokok bidang pemberdayaan sosial;

5) pelaksanaan pembinaan staf;

6) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan;

(13)

c

c.. BiBiddaanngg PPeellaayyaannaann ddaann RReehhaabbiilliittaassii SSoossiiaall

Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta pembinaan terhadap Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Dalam melaksanakan tugas dimaksud ditunjuk seorang kepala bidang dengan dibantu oleh 3 (tiga) orang kepala seksi, yaitu Pelayanan dan Perlindungan Anak, Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang cacat dan Lanjut Usia, Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Penyalahgunaan NAPZA. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) penerapan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial;

2) pelaksanaan Pelayanan dan Perlindungan Anak, Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang cacat dan Lanjut Usia, Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Penyalahgunaan NAPZA; 3) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi Bidang Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial;

4) pemberiaan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala dinas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pokok Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial;

5) pelaksanaan pembinaan staf;

6) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan;

7) pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas. d

d.. BiBiddaanngg BBaannttuuaann ddaann JJaammiinnaann SSoossiiaall

Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta pembinaan terhadap Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Dalam melaksanakan tugas dimaksud ditunjuk seorang kepala bidang dengan dibantu oleh 3 (tiga) orang kepala seksi, yaitu Bantuan Sosial Korban Bencana, Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran, Pendayagunaan Sumber

(14)

Dana Sosial dan Jaminan Sosial. Bidang Bantuan & Jaminan Sosial untuk melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1) penerapan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur Bantuan dan Jaminan Sosial;

2) pelaksanaan Bantuan Sosial Korban Bencana, Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran, Pendayagunaan Sumber Dana Sosial dan Jaminan Sosial;

3) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial;

4) pemberiaan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala dinas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pokok Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial;

5) pelaksanaan pembinaan staf;

6) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan;

7) pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas. e

e.. BiBiddaanngg BBiinnaa PPrrooggrraamm

Bidang Bina Program mempunyai tugas melaksanakan perencanaan program dan anggaran kesejahteraan sosial, pengolahan data dan informasi, dan melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud ditunjuk seorang kepala bidang dengan dibantu oleh 3 (tiga) orang kepala seksi, yaitu perencanaan program, data dan informasi, dan monitoring, evaluasi dan pelaporan untuk melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1) pengkoordinasian perencanaan program kesejahteraan sosial; 2) pengkoordinasian penyusunan anggaran kesejahteraan sosial; 3) pengkoordinasian sistem data dan informasi PMKS dan PSKS;

4) pengkoordinasian pelaksanaan monev dan pelaporan pelaksanaan program kesejahteraan sosial dan laporan akuntabilitas kinerja;

5) pemberiaan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala dinas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pokok Bidang Bina Program;

(15)

7) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan;

8) pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas. f

f.. UnUniitt PPeellaakkssaannaa TTeekknniiss DDiinnaass PPaannttii SSoossiiaall BBiinnaa SSeerruummppuunn

UPTD Panti Sosial Bina Serumpun merupakan unit pelaksana teknis dinas yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial (PMKS) yang memerlukan intervensi sosial secara khusus dan terpadu. Dalam melaksanakan tugas dimaksud ditunjuk seorang kepala UPTD Panti Sosial Bina Serumpun setingkat pejabat eselon IIIa dengan dibantu oleh tiga orang kepala sub bagian/seksi, yakni sub bagian tata usaha, seksi rehabilitasi sosial, dan seksi perlindungan sosial untuk melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1) penerapan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur pelayanan, rehabilitasi dan reintegrasi sosial;

2) pelaksanaan pelayanan, rehabilitasi dan reintegrasi sosial terhadap anak dengan perlindungan khusus, anak yang berkonflik dengan hukum, anak dan perempuan korban tindak pidana perdagangan orang serta korban tindak kekerasan dalam rumah tangga;

3) pelaksanaan pelayanan dan perlindungan sosial lanjut usia terlantar; 4) pemberian informasi, saran dan pertimbangan kepala dinas mengenai

hal-hal yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi UPTD; 5) pelaksanaan pembinaan staf;

6) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan;

7) pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepala dinas.

2

2..22.. SSuummbbeerr DDaayyaa YYaanngg DDiimmiilliikkii 2

2..22..11 IIddeennttiiffiikkaassii FFaakkttoorr IInntteerrnnaall

Dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasinya, Dinas Kesejahteraan Sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja yakni kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Secara rinci faktor-faktor tersebut dapat dicermati pada tabel dibawah ini :

(16)

F

FAAKKTTOORR IINNTTEERRNNAALL K

Keekkuuaattaann

1. Tersedianya Sumber Daya Manusia Yang Memiliki Kompetensi;

2. Adanya sarana dan prasarana kerja yang memadai;

3. Tingginya motivasi dan disiplin pegawai/staf;

4. Adanya Renstra SKPD; 5. Terbitnya Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Sosial; 6. Kelembagaan organisasi yang

optimal;

7. Adanya beberapa perda tentang penanganan PMKS;

8. Lingkungan kerja yang kondusif

K

Keelleemmaahhaann

1. Belum validnya database PMKS; 2. Belum terisinya jabatan

fungsional peksos dan penyuluhan sosial;

3. Belum optimalnya kerja sama lintas bidang;

4. Belum terintegrasi secara

optimal program-program dalam penanganan masalah-masalah sosial;

5. Masih kuatnya ego sektoral bidang.

Berikut ini adalah data pegawai sebagai sumber-sumber kekuatan pokok pada Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

T Taabbeell11

Rekapitulasi Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat Pendidikan Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tahun 2012 NO UNIT KERJA PENDIDIKAN TO TAL S3 S2 S1/ D4 D3 D2 D1 SL TA SL TP SD 1. SEKRETARIAT -LAKI-LAKI - 1 5 - - - 3 - - 9 -PEREMPUAN - 1 2 2 - - 1 - - 6 2. BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL -LAKI-LAKI - - 7 - - - 1 - - 8 -PEREMPUAN - - 3 2 - - - 5

3. BIDANG PELAYANAN DAN

REHABILTASI SOSIAL

-LAKI-LAKI - - 5 - - - 1 1 - 7

-PEREMPUAN - - 5 1 - - 1 - - 7

4. BIDANG BANTUAN DAN

JAMINAN SOSIAL

-LAKI-LAKI - - 6 - - - 2 - - 8

-PEREMPUAN - - 6 - - - 6

5. BIDANG BINA PROGRAM

-LAKI-LAKI - 2 2 - - - 4

(17)

NO UNIT KERJA PENDIDIKAN TO TAL S3 S2 S1/ D4 D3 D2 D1 SL TA SL TP SD

6. UPTD RUMAH PELAYANAN

& REHABILITASI SOSIAL

-LAKI-LAKI - - 2 - - - 4 - - 6

-PEREMPUAN - - - 1 - - - 1

JUMLAH 0 4 45 8 0 0 13 1 0 71

T

Taabbeell22

Rekapitulasi Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tahun 2012

NO UNIT KERJA GOLONGAN

IV III II I E D C B A J M L D C B A J M L D C B A J M L D C B A J M L 1. SEKRETARIAT - - 1 1 - 2 - 4 - 4 8 - 3 - 2 5 - - - - 0 2. BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL - - - 1 - 1 - 3 1 8 12 - 1 - 1 2 - - - - 0 3. BIDANG PELAYANAN DAN REHABILTASI SOSIAL - - - - 1 1 - 3 - 5 8 - 1 2 - 2 - - 1 - 1

4. BIDANG BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL - - - - 1 1 - 3 - 8 11 - - 2 - 2 - - - - 0 5. BIDANG BINA PROGRAM - - - - 1 0 - 1 2 3 6 1 1 - - 2 - - - - 0 6. UPTD RUMAH PELAYANAN & REHABILITASI SOSIAL - - - - 1 1 1 1 2 - 4 - 1 1 - 2 - - - - 0 JUMLAH 0 0 1 2 4 6 1 15 5 27 49 1 7 5 3 15 0 0 1 - 1 T Taabbeell33

Jenis Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial

Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011

KAB / KOTA PSM KARANG TARUNA YAYASAN/LSM ORSOS/ WKSBM TAGANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. BANGKA 11 12 6 - 25

2. BANGKA TENGAH 12 57 7 - 60

(18)

(Sumber : Data dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota, Diolah Oleh Bidang Bina Program Dinas Kesejahteraan Sosial Prov. Kep. Babel, Tahun 2011).

T

Taabbeell44

Jumlah Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Sebaran Di Kabupaten/Kota

Tahun 2012 N Noo.. KKAABBUUPPAATTEENN//KKOOTTAA JJUUMMLLAAHH (1) (2) (3) 1. Kab. Bangka 10.209 2. Kab. Belitung 8.420

3. Kab. Bangka Barat 5.310

4. Kab. Bangka Tengah 7.797

5. Kab. Bangka Selatan 4.341

6. Kab. Belitung Timur 4.089

7. Kota Pangkal Pinang 6.159

T O T A L 46.325

Sumber: Basis Data Terpadu untuk PPLS BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012

2

2..22..22 IIddeennttiiffiikkaassii FFaakkttoorr EEkksstteerrnnaall

Didalam menghadapi berbagai perubahan dan permasalahan sosial yang mungkin akan muncul dan berkembang di masa datang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pembangunan sosial, ekonomi, budaya, politik serta keamanan di daerah, Dinas Kesejahteraan Sosial dengan segenap kekuatan perlu melakukan upaya-upaya strategis guna melihat dan mencermati faktor-faktor eksternal yang kemungkinan berpengaruh terhadap eksistensi organisasi dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya.

Faktor-faktor eksternal ini jika diketahui dan dikelola dengan efektif, kreatif dan integratif oleh Dinas Kesejahteraan Sosial dapat mendukung terselenggaranya pembangunan kesejahteraan sosial yang lebih bermanfaat, bermartabat dan mandiri. Adapun, faktor-faktor eksternal tersebut yang dapat

KAB / KOTA PSM KARANG

TARUNA ORSOS/ YAYASAN/LSM WKSBM TAGANA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 5. BELITUNG 5 42 3 - 68 6. BELITUNG TIMUR 5 38 2 - 70 7. PANGKALPINANG 15 16 18 - 80 8. PROVINSI - - - - 277 TOTAL 70 242 41 6 677

(19)

diidentifikasi dan memiliki substansi dengan visi dan misi organisasi, sebagaimana tabel di bawah ini :

T Taabbeell 55 Faktor Eksternal F FAAKKTTOORR EEKKSSTTEERRNNAALL P PEELLUUAANNGG

1. Adanya UU RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial; 2. Berkembangnya organisasi sosial

yang menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan sosial; 3. Adanya dana sosial dari dunia

usaha (CSR) yang belum dimanfaatkan secara optimal; 4. Kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang relatif stabil; 5. Adanya kerja sama lintas sektoral; 6. Terbitnya Perda Tentang CSR

A

ANNCCAAMMAANN

1. Tingginya arus migrasi (pendatang) ke pulau Bangka dan Belitung; 2. Berkembangnya sarana dan

prasarana sosial ekonomi khususnya diibukota provinsi, yang berkaibat pula terjadinya perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat;

3. Ketersediaan sumber daya manusia berkualitas yang memiliki

keterampilan (life skill) rendah;

4. Pasca penambangan timah (tambang rakyat /inkonvensional) akan

berdampak pada munculnya

berbagai permasalahan sosial baru; 5. Semakin melemahnya peran dan

fungsi pranata-pranata sosial, nilai-nilai kearifan lokal dan fungsi kelembagaan sosial kemasyarakatan sebagai wadah partisipasi dan kebersamaan masyarakat dalam kehidupan sosial setempat.

6. Semakin berkurangnya areal lahan pertanian dan perkebunan

masyarakat akan memicu terjadinya permasalahan sosial.

2

2..33.. KKiinneerrjjaa PPeellaayyaannaann

Selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2007 sampai dengan 2012 melalui program-program pembangunan kesejahteraan sosial, capaian kinerja sasaran yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai berikut :

(20)

T Taabbeell66

Capaian Target Sasaran Program

Dinas Kesejahteraan Sosial Tahun 2007 – 2012

No SASARAN PROGRAM SATUAN

CAPAIAN KINERJA (SASARAN)

PER TAHUN JML

2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Bidang Pemberdayaan Sosial

1.1 Bantuan Usaha Melalui KUBE KUBE 200 120 140 140 179 198 977

1.2 Bantuan UEP untuk

perorangan/Keluarga Orang 225 200 200 200 190 190 1115

1.3 Bantuan UEP untuk Lembaga/Orsos Lembaga/ Orsos 28 28 30 30 34 41 191 1.4 Pembinaan KT Karang Taruna 25 25 25 25 30 30 160 1.5 Pelatihan/Pemantapan TKSM/PSM Org - - - 37 70 30 137

2 Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

2.1 Bantuan UEP atau Alat Bantu

Untuk Penyandang Cacat Orang 173 165 - 5 7 161 511

2.2 Bantuan UEP atau Alat Bantu

Untuk Lanjut Usia Orang 300 310 - - 49 215 874

2.3 Bantuan UEP atau Peralatan

Lainnya Untuk Anak Terlantar Orang 400 490 - 80 120 - 1090 2.4 Bantuan UEP atau Peralatan

Lainnya Untuk Tuna Sosial Orang 120 130 - - 15 14 279

2.5

Bantuan UEP atau Peralatan Lainnya Untu Korban NAPZA/AIDS

Orang 85 110 - - 15 15 225

2.6 Pelayanan Sosial Kepada PMKS

di RPRS Orang - - 12 17 15 28 60

3 Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial

3.1 Bantuan Bahan Bangunan Rumah (BBR) KK 49 100 - - 69 - 218

3.2 Bantuan Pemenuhan Kebutuhan

Dasar/Tanggap Darurat Jiwa 149 815 311 1595 813 - 3683

3.3 Pemantapan Personil PB

(TAGANA) Org 335 - - 493 240 280 1348

3.4 Bantuan UEP Kepada KTK Org 53 89 82 76 65 35 400

3.5

Peserta/Penerima Manfaat Jamsos

/BKSP/Askessos

Orang 1400 1400 1000 1600 1200 1000 7600

3.6 Dunia Usaha Yang Memperoleh

(21)

2

2..44.. PPeennggeemmbbaannggaann PPeellaayyaannaann

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial khususnya Bab I Pasal 1 point 2 dijelaskan bahwa “Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial”.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, disebutkan bahwa pelaksanaan bidang sosial dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial lebih diarahkan pada:

1) Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial.

2) Jaminan Sosial yaitu dimaksudkan adalah jaminan sosial yang diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan dan tunjuangan berkelanjutan untuk:

 menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi;

 menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya;

 Asuransi kesejahteraan sosial diselenggarakan untuk melindungi warga negara yang tidak mampu membayar premi agar mampu memelihara dan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya. Asuransi kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk bantuan iuran oleh Pemerintah.

(22)

 memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

 meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Pemberdayaan Sosial dilakukan melalui; peningkatan kemauan dan kemampuan; penggalian potensi dan sumber daya; penggalian nilai-nilai dasar; pemberian akses; dan/atau pemberian bantuan usaha.

4) Perlindungan Sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui: bantuan sosial; advokasi sosial; dan/atau bantuan hukum.

 Bantuan sosial dimaksudkan agar seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap hidup secara wajar.

 Advokasi sosial dimaksudkan untuk melindungi dan membela seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dilanggar haknya. Advokasi sosial sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk penyadaran hak dan kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak.

 Bantuan hukum diselenggarakan untuk mewakili kepentingan warga negara yang menghadapi masalah hukum dalam pembelaan atas hak, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Bantuan hukum sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk pembelaan dan konsultasi hukum.

5) Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan, dengan tujuan :

(23)

 meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasar serta kemampuan berusaha masyarakat miskin;

 memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin penghargaan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar;

 mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan; dan

 memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan.

(24)

B BAABB IIIIII I ISSUU--IISSUU SSTTRRAATTEEGGIISS 3 3..11.. KoKonnddiissii ddaann PPeerrmmaassaallaahhaann SSoossiiaall

Dinamisasi perkembangan masalah kesejahteraan berjalan seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan sosial ekonomi serta politik keamanan di daerah telah memicu terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya dan perubahan struktur sosial ekonomi dan yang tidak kalah pentingnya adalah akselerasi perubahan struktur sosial yang timpang, yang berujung pada ketidakmampuan sebagian warga untuk mengimbangi perubahan ini. Akibatnya bermunculan berbagai permasalahan kesejahteraan sosial seputar kehidupan masyarakat baik menyentuh indvidu itu sendiri, keluarga, kelompok/komunitas, maupun masyarakat sekitar bahkan merosotnya nilai-nilai atau kaidah-kaidah normatif yang tumbuh dan berlaku di masyarakat, sehingga kondisi dan masalah sosial menjadi berkembang dalam berbagai bentuk. Kompleksitas dan intensitas permasalahan sosial ini akan menjadi beban dan membesar, jika upaya-upaya pencegahan, penanganan, dan penyembuhannya tidak segera ditangani dan penanganannya pun perlu keterpaduaan antar semua unsur (stakeholders) kesejahteraan sosial.

Berdasarkan data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang terinventarisir di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat 6 (enam) kelompok sasaran prioritas Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), yaitu:

a. Kemiskinan b. Keterlantaran c. Kecacatan d. Keterpencilan

e. Ketunaan Sosial dan Penyimpangan Perilaku f. Korban Bencana

Dalam implementasinya program pembangunan bidang kesejahteraan sosial tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, antara satu program bidang dengan bidang saling melengkapi dan berlanjut begitu juga dengan fungsi dan peran

(25)

SKPD lainnya sehingga penanganan masalah sosial di daerah berjalan terintegrasi dan berkelanjutan.

3

3..22.. TeTellaaaahhaann VViissii,, MMiissii ddaann PPrrooggrraamm

Sejalan dengan visi dan misi Gubernur terpilih Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013-2017, Visi Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2013-2017 adalah “Terwujudnya Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung yang Mandiri, Maju, Berkeadilan dan berdaya saing berbasis potensi lokal melalui pengembangan sinergitas dan konektivitas perkotaan dan perdesaan” yang ditempuh melalui 5 (lima) Misi, yaitu:

1. Mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui penguatan kapasitas lembaga ekonomi rakyat untuk menciptakan sentra-sentra pembangunan produk unggulan wilayah perdesaan/kecamatan/kabupaten/ kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah dan antarsektoral.

2. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat (Society Empowerment) dan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui keterlibatan secara aktif masyarakat melalui kemitraan pembangunan desa dan kota secara mandiri dengan pemenuhan terhadap kualitas kebutuhan dasar masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang dengan memperhatikan keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, pemanfaatan SDA pembangunan sarana dan prasarana serta melakukan upaya rehabilitasi, reklamasi dan refungsionalisasi terhadap lahan-lahan kritis menjadi lahan produktif melalui penataan tata ruang yang harmonis sesuai dengan peruntukannya dengan melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat secara terpadu dan bersinergi.

4. Mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah dan mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh untuk meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat pondasi ekonomi daerah dalam rangka menghadapi era globalisasi dan keterbukaan persaingan global.

5. Mewujudkan good governance dalam rangka mencapai clean

(26)

dengan penguatan kelembagaan dan penyusunan Peraturan Daerah yang berkualitas bagi pelayanan masyarakat Bangka Belitung.

Adapun misi yang terkait dengan tugas dan fungsi SKPD Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, adalah misi yang kedua Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat (Society Empowerment) dan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui keterlibatan secara aktif masyarakat melalui kemitraan pembangunan desa dan kota secara mandiri dengan pemenuhan terhadap kualitas kebutuhan dasar masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dengan tujuan, yaitu :

a. Memberdayakan masyarakat melalui keterlibatan secara aktif dalam pembangunan.

b. Menciptakan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif dan kreatif dalam dunia usaha.

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah :

a. Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bangka Belitung.

b. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam seluruh proses pembangunan. c. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan, kesehatan, dan

pendapatan masyarakat Bangka Belitung.

d. Meningkatnya kemandirian usaha dan kualitas tenaga kerja.

e. Bersinerginya pembangunan antara kawasan pedesaan dan perkotaan. Dalam rangka pencapaian visi dan misi Gubernur tersebut, Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selaku satuan kerja perangkat daerah yang memiliki tugas dan fungsi pokok melaksanakan kewenangan dalam menangani permasalahan sosial berupaya menyelaraskan visi dan misi Gubernur tersebut agar dapat diimplementasikan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penekanan visi Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kurun waktu 2013-2017, yakni “ terwujudnya Keberfungsian Sosial Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) Menuju Masyarakat Yang Bermartabat dan Mandiri”.

(27)

Dalam menjabarkan misi Gubernur terpilih, pada misi kedua yaitu Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat (Society Empowerment) dan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui keterlibatan secara aktif masyarakat melalui kemitraan pembangunan desa dan kota secara mandiri dengan pemenuhan terhadap kualitas kebutuhan dasar masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dari misi ini tentunya Dinas Kesejahteraan Sosial memiliki peran penting dalam upaya memperkuat, mempercepat dan membangun potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada guna meningkatkan kualitas kehidupan dan kemandirian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) agar lebih bermartabat dan mandiri.

Memperhatikan kenyataan tersebut, tentunya penekanan penanganan masalah sosial diarahkan kepada peningkatan kualitas penyandang masalah kesejahteraan sosial harus berjalan seiring dengan peningkatan anggaran, kompetensi SDM, keterpaduan dan keberlanjutan program yang bersinergi.

Didalam mengimplementasikan visi dan misi tersebut ke dalam berbagai program dan kegiatan SKPD ada beberapa faktor penghambat yang dihadapi oleh Dinas Kesejahteraan Sosial diantaranya adalah :

a. ketersediaan database PMKS yang valid;

b. lemahnya sinergitas dan sinkronisasi program antara provinsi dengan kabupaten/kota dalam rangka penanganan masalah sosial;

c. minimnya anggaran yang dialokasikan untuk penanganan masalah sosial, sedangkan kompleksitas, kuantitas dan kualitas permasalahan sosial cenderung meningkat;

d. penanganan permasalahan sosial belum terfokus dan terintegrasi dengan komprehensif serta masih mengandalkan ego sektoral diantara stakeholders yang ada;

e. Keberlanjutan program strategis dan pola pembinaan lanjutan yang tidak terintegrasi dan terprogram dengan baik.

Program-program penanganan masalah sosial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaksanakan oleh SKPD Dinas Kesejahteraan Sosial dalam rangka pencapaian visi dan misi dinas tidak terlepas dari peran, dukungan, dan kerja sama stakeholders pembangunan kesejahteraan sosial

(28)

yang diemban oleh Dinas Kesejahteraan Sosial dibutuhkan berbagai program pembangunan kesejahteraan sosial yang langsung bersentuhan dengan penanganan masalah kesejahteraan sosial.

3

3..33.. IsIsuu--IIssuu SSttrraatteeggiiss // PPeerrmmaassaallaahhaann

Selama kurun waktu 2007-2012, terdapat beberapa persoalan yang dihadapi Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dirasakan menjadi faktor penghambat pencapaian kinerja, yaitu ketersediaan database Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang valid, kapasitas tenaga kesejahteraan sosial masyarakat yang masih rendah, dukungan anggaran khususnya APBD (provinsi dan kabupaten) terbatas dan sinergitas serta sinkronisasi program belum sesuai harapan. Kondisi ini pada masa datang, jika tidak segera diberi perhatian baik kondisi faktor internal organisasi Dinas Kesejahteraan Sosial maupun faktor eksternal akan mempengaruhi percepatan penanganan permasalahan kesejahateraan sosial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan dikhawatirkan akan berkembang ke sisi kehidupan sosial kemasyarakatan lainnya.

Dalam upaya menghadapi dan melaksanakan pembangunan kesejahteraan sosial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada lima tahun ke depan (2012–2017) bahwa ada beberapa permasalahan pokok atau isu-isu strategis yang perlu dicermati, sebagaimana uraian pada tabel di bawah ini :

(29)

T Taabbeell77

Isu-Isu Strategis / Permasalahan Pokok Tahun 2013-2017 I IssuuSSttrraatteeggiissBBeerrddaassaarrkkaann K KeelloommppookkSSaassaarraann PPeerrmmaassaallaahhaannPPookkookk KEMISKINAN

 Ketersediaan database PMKS yang valid;

 Sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan kompetensi yang memadai sebagai pelaku pembangunan kessos;

 Komitmen politik dan dukungan anggaran (APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota) rendah;

 Pendayagunaan sumber ekonomi dan potensi lokal yang masih lemah dan kurang memiliki daya saing;

 Aksesibilitas pangsa pasar terhadap produk/hasil warga binaan lokal;

 Sinergisitas dan sinkronisasi program / anggaran yang kurang konsisten, efektif, berkelanjutan dan terfokus serta sulit diukur tingkat capaian keberhasilannya.

KETERLANTARAN  Belum tersedianya tempat pelayanan sosial yang representatif;  Kerja sama antar provinsi dengan kabupaten/kota, lintas sektoral dan antar provinsi belum efektif dan terintegrasi dengan baik. KECACATAN

 Masih rendahnya orang dengan kecacatan (ODK) yang memperoleh pelayanan sosial dan bantuan sosial terutama jaminan sosial bagi ODK;

 Aksesibiltas bagi ODK baik dalam panti maupun luar panti.

KETERPENCILAN

 Terbatasnya akses transportasi/jalan dan informasi ke lokasi daerah tertinggal;

 Belum terintergrasinya pelayanan dan pemberdayaan sosial yang diberikan kepada warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di daerah tertinggal;

KETUNAAN SOSIAL DAN PENYIMPANGAN

PERILAKU

 Merebaknya lokasi dan populasi penyandang penyakit sosial kemasyarakatan baik di wilayah perkotaan maupun pesisir;  Jumlah korban pengidap HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA

semakin tinggi;

 Meningkatnya permasalahan sosial korban tindak kekerasan, trafiking, KDRT, dan ekspolitasi terhadap anak dan perempuan.

KORBAN BENCANA

 Ancaman bencana alam dan sosial akibat rusaknya bentang alam dan kondisi geografis daerah kepulauan seperti puting beliung, gelombang pasang dan lain sebagainya;

 Konflik sosial/keresahan sosial akibat terjadinya pergesekan kepentingan yang berlatar ekonomi, budaya, politik dan sosial.

Sumber: Diolah dari Bidang Bina Program Dinas Kesejahteraan Sosial 2012.

Pembangunan dibidang kesejahteraan sosial terus menerus diupayakan agar berbagai masalah sosial seperti kemiskinan. ketelantaran, kecacatan, ketunaansosial, penyimpangan perilaku, ketertinggalan/keterpencilan, serta korban bencana dan akibat tindak kekerasan dapat ditangani secara terencana, terpadu, dan berkesinambungan. Hal ini merupakan wujud komitmen baik pemerintah maupun pemerintah daerah yang harus dilakukan lebih baik lagi

(30)

untuk meningkatkan harkat dan martabat sebagian warga masyarakat yang menyandang permasalahan sosial.

Upaya mengangkat derajat kesejahteraan sosial tersebut, dapat dipandang sebagai bagian dari investasi sosial yang ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM bangsa Indonesia, sehingga mampu menjalankan tugas-tugas kehidupannya secara mandiri sesuai dengan nilai-nilai yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini, pembangunan kesejahteraan sosial dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan sosial ekonomi serta berbagai kecenderungan primordialisme dan eksklusivisme yang mengancam tatanan hidup bangsa Indonesia. Bila hal ini kita abaikan maka akan mengarah pada terjadinya friksi dan konflik horizontal, sehingga pada gilirannya dapat menimbulkan disintegrasi sosial yang menurunkan harkat dan martabat bangsa.

Perkembangan pembangunan kesejahteraan sosial saat ini diwarnai oleh adanya perubahan paradigma pembangunan nasional, yang bergeser dari sentralistik ke arah desentralistik. Hal ini merupakan penjabaran dari kebijakan pemerintah untuk memberikan peran dan posisi yang lebih besar kepada masyarakat sebagai pelaku dan pelaksana utama pembangunan.

Melalui kebijakan otonomi daerah, pemerintah memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah, khususnya daerah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian otonomi tersebut tidak sepenuhnya berjalan mulus, karena masih sering ditemukan adanya ekses negatif yang mengakibatkan terjadinya hambatan dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial. Perubahan ini hendaknya disikapi secara arif, bijaksana, dan diarahkan pada terwujudnya pemahaman dan komitmen pelaku pembangunan kesejahteraan sosial di setiap daerah kabupaten dan kota.

Permasalahan sosial di Dinas Kesejahteraan Sosial saat ini cenderung meningkat dilihat dari jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial dan kompleksitasnya terutama permasalahan sosial kontemporer. Untuk menghadapi berbagai permasalahan sosial tersebut, dalam kurun waktu 2013-2017, diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap (1) situasi perkembangan lingkungan strategis baik lokal, regional, maupun nasional, (2)

(31)

kondisi dan permasalahan sosial yang akan dihadapi pada kurun waktu 2013-2017, serta (3) tantangan internal yang harus dilakukan pembenahan dan perbaikan pada 2013-2017.

(32)

B BAABB IIVV V VIISSII,, MMIISSII,, TTUUJJUUAANN,, SSAASSAARRAANN,, S STTRRAATTEEGGII DDAANN KKEEBBIIJJAAKKAANN 4 4..11.. ViVissii ddaann MMiissii a a.. VIVISSII DDiinnaass KKeesseejjaahhtteerraaaann SSoossiiaall “TTeerrwwuujjuuddnnyyaaKKeebbeerrffuunnggssiiaannSSoossiiaall P PeennyyaannddaannggMMaassaallaahhKKeesseejjaahhtteerraaaannSSoossiiaall((PPMMKKSS)) M MeennuujjuuMMaassyyaarraakkaattYYaannggBBeerrmmaarrttaabbaattddaannMMaannddiirrii””

Dari visi ini, perlu dijelaskan beberapa kata kunci yang menjadi kekuatan visi Dinas Kesejahteraan Sosial, yaitu :

 Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi kebutuhannya. Konsep ini pada intinya menunjuk pada “kapabilitas” (capabilities) individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya. Baker, Dubois dan

Miley (1992) menyatakan bahwa keberfungsian sosial berkaitan dengan

kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Konsepsi ini mengedepankan nilai bahwa manusia adalah subyek dari segenap proses dan aktifitas kehidupannya. Bahwa manusia memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan. Bahwa manusia memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.

 Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Pengertian mandiri adalah : Sikap dan perilaku yang tidak

mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

 Bermartabat diartikan sebagai harkat atau harga diri, yang menunjukkan eksistensi yang dapat dijadikan teladan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa bermartabat ialah tingkat

(33)

harkat kemanusiaan, sedangkan berbudaya adalah mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal yang sudah maju, membiasakan suatu perbuatan yang baik (2001: 170)

Visi ini lebih dalam lagi dapat mengandung pengertian bahwa :

1) bahwa setiap warga masyarakat khususnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kepulauan Bangka Belitung memiliki hak hidup, hak mendapatkan penghasilan, penghidupan yang layak, perlakukan yang baik, pengakuan dan perlindungan sosial sehingga tercapainya tingkat keadilan dan pemerataan pembangunan khususnya kesejahteraan sosial baik bagi individu, keluarga, komunitas lokal menuju masyarakat yang semakin sejahtera lahir & bathin;

2) bahwa pembangunan kesejahteraan sosial diselenggarakan tidak hanya oleh pemerintah melainkan sebuah komitmen bersama seluruh stakeholders guna memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan memberikan pelayanan agar seluruh Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial merasa tenang, adil dan sejahtera lahir dan bathin berdasarkan nilai kemanusiaan yang bermartabat serta berkeadilan sosial.

3) melalui Pembangunan Kesejahteraan Sosial yang berkeadilan sosial akan mampu menciptakan kondisi dan situasi kehidupan dan penghidupan sosial yang kondusif dan saling menguntungkan semua pihak.

4) keberfungsian sosial individu, keluarga, dan kelompok/komunitas lokal akan memberi dampak yang signifikan terhadap terciptanya dinamika kehidupan dan penghidupan yang baik menuju kepada masyarakat yang martabat dan mandiri.

b

b.. MIMISSII DDiinnaass KKeesseejjaahhtteerraaaann SSoossiiaall

Dalam upaya mencapai visi yang ditetapkan, perlu disusun suatu langkah-langkah yang nyata dan jelas dalam bentuk penjabaran kedalam misi-misi pembangunan bidang kesejahteraan sosial, yaitu:

(34)

 upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mewujudkan misi ini adalah peningkatan kesadaran, kesetiakawanan, kebersamaan, kepedulian dan partisipasi sosial dengan melaksanakan berbagai pola pemberdayaan, kemitraan dan pembinaan terhadap komunitas lokal, pranata sosial, lembaga kesejahteraan sosial dan potensi serta sumber yang tersedia di lingkungan kehidupan masyarakat setempat secara optimal dan bersinergi.

2) meningkatkan kualitas dan perluasan jangkauan pelayanan sosial dengan menekankan pada efektifitas penanganan masalah kemiskinan dan masalah sosial yang mendesak.

 misi ini dilakukan melalui pelaksanaan program-program rehabilitasi sosial, perlindungan dan jaminan sosial serta program pemberdayaan sosial dan penanggulangan kemiskinan kepada masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang berbasis pada kekuatan dan potensi lokal sekaligus sebagai objek dan subjek pembangunan kesejahteraan sosial secara adil dan mandiri serta bermartabat.

3) meningkatkan profesionalitas dan kualitas serta kuantitas pelaku pembangunan di bidang usaha-usaha kesejahteraan sosial.

 Misi ini dapat diwujudkan melalui pemberdayaan sosial potensi dan sumber kesejahteraan sosial dengan melaksanakan berbagai pelatihan, bimbingan dan pembekalan teknis terhadap tenaga-tenaga kesejahteraan sosial, generasi muda dan organisasi sosial secara terus menerus.

4) menumbuhkembangkan semangat dan nilai-nilai kepahlawanan, kesetiakawanan sosial dan pengorbanan.

 misi ini tercapai melalui peningkatan kesadaran dan rasa memiliki antar sesama dengan memperkokoh ketahanan dan integritas sosial diberbagai sisi kehidupan sosial kemasyarakatan.

5) mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial.

 misi dapat dilakukan dengan pemberiaan bantuan perlindungan dan jaminan sosial kepada masyarakat yang mengalami masalah ketidakberdayaan secara sosial ekonomi.

(35)

6) meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan sosial.

 misi ini dilakukan melalui pembangunan fisik dan penunjang kesejahteraan sosial lainnya.

7) meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan manajemen berusaha kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

 misi ini dapat dilakukan melalui pola pemberdayaan berbasis masyarakat dan potensi lokal.

Dalam upaya pencapaian misi-misi tersebut perlu pula dijabarkan ke dalam indikator capaian misi Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013-2017 sebagai berikut:

M

MIISSII KKEESSAATTUU ::

Membangun dan memperkuat pranata sosial dan tanggung jawab sosial masyarakat. Indikator pencapaiannya, sebagai berikut:

1. Teratasinya berbagai masalah sosial oleh masyarakat setempat secara sinergi dan efektif;

2. Banyaknya lembaga-lembaga, pranata sosial dan kelompok lokal yang berkembang dan melaksanakan usaha-usaha kessos;

3. Banyaknya sumber-sumber kesejahteraan sosial lokal yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam membantu memecahkan masalah yang muncul;

4. Meluasnya jaringan kemitraan sosial dalam melakukan usaha kessos dalam memberikan pelayanan dan bantuan sosial;

5. Perhatian dan kepedulian dunia usaha kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) semakin kuat melalui pengalokasian dana CSR perusahan.

M

MIISSII KKEEDDUUAA ::

Meningkatkan kualitas dan perluasan jangkauan pelayanan usaha-usaha kesejahteraan sosial dengan menekankan pada efektifitas penanganan masalah kemiskinan dan masalah sosial yang mendesak.

Indikator pencapaiannya terhadap efektifitas penanganan masalah kemiskinan dan masalah sosial yang mendesak, sebagai berikut:

(36)

1. Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang memperoleh bantuan dan pelayanan sosial makin bertambah serta meningkat tiap tahunnya;

2. Berkurangnya masalah yang dihadapi individu/keluarga/kelompok/ komunitas tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya;

3. Berkurangnya masalah ketelantaran, ketunaan sosial, keterbelakangan dan kerentanan sosial;

4. Berkurangnya dampak sosial terhadap lingkungan sekitar dan remaja dari pengaruh penyakit sosial yang muncul di masyarakat;

5. Berkurangnya tindakan-tindakan kriminalitas, kenakalan, penyalahgunaan NAPZA, eksploitasi, diskriminasi, dan kekerasan yang terjadi pada perempuan, anak dan lanjut usia;

6. Bertambahnya bantuan usaha bagi individu dan keluarga tidak mampu serta meningkatnya keterampilan teknis berusaha;

M

MIISSII KKEETTIIGGAA ::

Meningkatkan profesionalisme dan kualitas serta kuantitas pelaku pembangunan di bidang usaha-usaha kesejahteraan sosial bagi PMKS. Indikator pencapaiannya, sebagai berikut :

1. Jumlah tenaga kesejahteraan sosial semakin banyak;

2. Kualitas pelayanan sosial kepada masyarakat semakin cepat dan mudah; 3. Pengetahuan dan keterampilan pekerjaan sosial para tenaga

kesejahteraan sosial semakin meningkat melalui pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis;

4. Ketersediaan tenaga sukarela dan siaga bencana yang memadai dan terampil;

5. Dunia usaha yang melakukan usaha kesejahteraan sosial semakin meningkat.

M

MIISSII KKEEEEMMPPAATT ::

Menumbuhkembangkan semangat dan nilai-nilai kepahlawanan, kesetiakawanan dan pengorbanan.

Indikator pencapaiannya, adalah :

(37)

2. Ketahanan dan integritas sosial dapat terjaga dengan baik;

3. Kesadaran masyarakat melaksanakan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat semakin meningkat;

4. Rasa saling peduli dan memiliki dalam menjaga nilai atau norma-norma sosial kemasyarakatan makin kuat;

M

MIISSII KKEELLIIMMAA ::

Mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial. Indikator pencapaian dari misi ini adalah :

1. Jumlah penerima manfaat sasaran program jaminan kesejahteraan sosial semakin banyak;

2. Kualitas dan kuantitas organisasi pelaksana program semakin banyak dan profesional;

3. Jenis dan distribusi bantuan serta pelayanan sosial yang diberikan makin bertambah dan berkualitas;

4. Berkurangnya masalah sosial yang dihadapi terutama masalah kebutuhan dasar keluarga;

5. Jumlah korban bencana yang dapat ditangani M

MIISSII KKEEEENNAAMM ::

Membangun dan meningkatkan sarana/prasarana pelayanan sosial. Indikator pencapaian dari misi ini adalah :

1. Bertambahnya Jumlah sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan sosial kepada PMKS;

2. Sarana penunjang kesejahteraan sosial yang memadai dan lengkap; 3. Pelayanan sosial menjadi lebih terarah, efektif dan terpadu.

M

MIISSII KKEETTUUJJUUHH ::

Meningkatan pengetahuan, keterampilan dan manajemen berusaha kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Indikator pencapaian dari misi ini adalah :

1. Kemampuan penerima manfaat atau sasaran pelayanan dalam mengelola bantuan usaha semakin produktif dan meningkat;

(38)

3. Keterampilan teknis penerima manfaat semakin baik.

4

4..22.. TuTujjuuaann DDaann SSaassaarraann JJaannggkkaa MMeenneennggaahh SSKKPPDD

Program-program pembangunan kesejahteraan sosial Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013-2017 diarahkan guna meningkatkan kualitas kehidupan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan memberdayakan potensi/sumber kesejahteraan sosial yang diselenggarakan melalui empat program yang terdiri dari tiga program prioritas atau teknis dan satu program penunjang. Program-program tersebut memiliki tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke depan sebagaimana pada lampiran renstra ini.

4

4..33.. StStrraatteeggii

Dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan, kondisi dan permasalahan yang ada serta sedang berkembang sekaligus mengacu pada visi, misi dan tujuan Dinas Kesejahteraan Sosial, maka ada 4 (empat) strategi inti yang ditekankan pada rentang waktu capaian selama lima tahun ; pertama, perluasan dan peningkatan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PMKS; kedua, memperkuat tanggung jawab dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui kelembagaan sosial, dan upaya-upaya kesejahteraan sosial perorangan, kelompok, masyarakat, dan dunia usaha; ketiga, perluasan dan pemerataan pemberian bantuan bagi PMKS dalam pemenuhan kebutuhan dasar; keempat, perluasan dan peningkatan kualitas tata kelola organisasi untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang bermutu, transparan dan akuntabel. Dalam rangka pencapaian tersebut dilakukan dengan strategi-strategi pendekatan pekerjaan sosial sebagai berikut: a

a.. StStrraatteeggii PPeemmbbeerrddaayyaaaann SSoossiiaall

1) memperkuat dan pengembangan berbagai pola pemberdayaan masyarakat yang menekankan pada potensi dan sumber daya lokal dan insani sebagai basis pembangunan kesejahteraan sosial;

(39)

2) peningkatan pelayanan sosial dan bantuan sosial yang mengacu pada kebutuhan riil dan kelayakan serta bermanfaat berdasarkan prinsip berkeadilan dan manfaat;

3) pemberdayaan sosial dilakukan secara terus menerus dengan pola penguatan kapasitas dan potensi diri sendiri dalam memecahkan masalah yang dialami;

4) pemberiaan pelayanan dan bantuan stimulan serta penguatan permodalan usaha melalui kelompok-kelompok usaha masyarakat lembaga keuangan mikro yang handal dan profesional;

5) pemberdayaan potensi individu, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat melalui berbagai bimbingan, santuan, bantuan sosial serta keterampilan berusaha.

b

b.. StStrraatteeggii KKeemmiittrraaaann SSoossiiaall

1) peningkatan peran dan jejaring sosial dengan mengembangkan pola kemitraan guna mempercepat serta menjangkau pelayanan sosial yang lebih luas dan merata sekaligus menciptakan sistem sumber kesejahteraan sosial yang ada secara mandiri dan sinergis;

2) pemantapan dan pembinaan organisasi sosial, dunia usaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan secara kreatif, koodinatif dan saling mendukung melalui pola pembinaan berkelanjutan, kerja sama, dan berorientasi program pengembangan yang mengarah pada penciptaan peluang pasar dan usaha ekonomis produktif.

c

c.. StStrraatteeggii PPaarrttiissiippaassii SSoossiiaall

1) penyadaran dan pemahaman tanggung jawab sosial dan rasa kesetiakawanan sosial dengan melibatkan secara aktif dan memberi kesempatan kepada seluruh potensi masyarakat untuk mengambil peran serta inisiatif guna memecahkan persoalan kehidupan sosial di lingkungannnya;

2) partisipasi sosial dijadikan tanggung jawab sosial masyarakat agar proses pembangunan kesejahteraan sosial dapat saling mendukung dan menguntungkan, sehingga dampak sosial atau kerentanan sosial di

Referensi

Dokumen terkait

Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak yaitu green marketing dan citra merek secara simultan

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif yang memaparkan tentang teks tangis berru sijahe dengan memakai pendekatan analisis visual multimodal Gunther Kress and

secara verbal dan begitu juga sebaliknya. Kajian multimodal terhadap tradisi tangis berru sijahe merupakan kajian. yang baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya, walaupun

Agama Republik Indonesia Nomor 308 Tahun 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Agama lslarn Negeri Pontianak perlu ditetapkan Statuta Sekolah Tinggi

(3) Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetujui oleh Pimpinan Instansi Pemerintah, kelebihan pembayaran diperhitungkan

Submitted to the English Education Department of Faculty of Language and Arts Education as a Partial Fulfillment of the Requirements for Sarjana

[r]

[r]