• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Teks Multimodal Tangis Berru Sijahe Dalam Masyarakat Pakpak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Teks Multimodal Tangis Berru Sijahe Dalam Masyarakat Pakpak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1

Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

Fungsional (LSF) yang dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dalam buku

Reading Images (2006). Kajian multimodal ini menerapkan seluruh interaksi baik

itu interaksi verbal maupun interaksi visual. Secara umum analisis multimodal

dapat didefinisikan sebagai analisis sarana komunikasi yang menggabungkan

antara teks visual dan teks verbal. Untuk mendeskripsikan keterkaitan hubungan

logis dalam teks-teks visual dan teks verbal begitu juga sebaliknya hubungan logis

teks verbal menjelaskan teks visual.

Kajian multimodal dapat diapplikasikan dalam berbagai analisis, seperti

analisis iklan, musik, dan patung serta tradisi yang terdapat dalam budaya etnis

dan ras. Kajian multimodal terhadap iklan maupun tradisi menghasilkan temuan

yang berbeda. Sampai sekarang ini, telah banyak peneliti yang mengaplikasikan

multimodal dalam analisis iklan. Namun pada analisis tradisi belum pernah

menjadi perhatian para peneliti sebelumnya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan

bahwa penelitian ini merupakan penelitian baru dalam aplikasi multimodal

terhadap teks budaya.

Teks tradisi banyak mengandung unsur-unsur yang menarik untuk dikaji

secara multimodal karena menggambarkan pola hidup yang menyeluruh suatu

etnis. Dalam teks budaya dapat dilihat unsur-unsur kompleks, abstrak, dan luas

(2)

sosial budaya manusia. Suatu budaya memiliki perbedaan dan ciri khas

masing-masing sehingga ciri khas ini perlu diungkap dalam analisis multimodal. Teks

budaya menarik untuk diteliti, sebab setiap interaksi yang terdapat dalam tradisi

budaya merupakan aspek multimodal. Mengkaji keterkaitan antara teks visual dan

teks verbal merupakan alasan memilih tradisi tangis berru sijahe dalam

masyarakat Pakpak. Hasil penelitian menjawab hubungan logis antara teks verbal

dan teks visual yang terdapat pada tradisi tangis berru sijahe pada masyarakat

Pakpak.

Tradisi tangis berru sijahe yang ada pada masyarakat Pakpak terdiri atas teks

visual dan teks verbal yang membangun tradisi tersebut. Teks verbal berupa

klausa yang diucapkan seorang gadis yang menikah dengan tunangannya sehingga

ungkapan-ungkapan klausa dalam teks tersebut berisi kenangan yang dialami sang

gadis selama belum menikah dan teks visual berupa gerakan, posisi, sikap, dan

hubungan tertentu yang dilaksanakan pada tradisi tangis berru sijahe. Teks ini

kaya akan ungkapan dan aspek multimodal dan langka pada masa kini. Kenyataan

yang ditemui penelitian di lapangan sangat memprihatinkan, karena masyarakat

Pakpak sudah mulai meninggalkan tradisi tangis berru sijahe.

Modernisasi dan globalisasi yang menyebar luas sekarang ini

menyebabkan tradisi dalam masyarakat etnik sudah mulai terpinggirkan dari

aktifitas pemilik tradisi. Bergesernya tradisi suatu etnik sama dengan

menghilangkan identitas etnik. Demikian juga yang terjadi pada tradisi tangis

berru sijahe yang ada pada masyarakat Pakpak ini. Masyarakat yang usia tua

masih akrab namun para remaja pemilik tradisi sudah mulai meninggalkan tradisi

(3)

beberapa desa yang dikunjungi, mengatakan bahwa tradisi tangis berru sijahe ini

jarang dilaksanakan dengan alasan tidak praktis dan memerlukan banyak waktu

mengingat aktifitas kerja masyarakat Pakpak semakin meningkat dan beralih dari

profesi bertani menjadi pegawai di intansi pemerintah atau instansi swasta dan

lain sebagainya.

Menurut Simon Kemoni (2010: 51) sosiolog asal Kenya mengatakan

bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai tradisi

dan nilai-nilai tradisi. Dalam proses yang alami ini, setiap bangsa akan berusaha

menyesuaikan tradisi mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat

melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi hal ini harus

didukung dengan memperkokoh dimensi-dimensi ketradisian mereka dan

memelihara struktur nilai-nilai agar tidak tereliminasi oleh tradisi asing.

Berkaitan dengan fenomena pernyataan di atas, ada beberapa

pertimbangan yang mendasari kajian ini. Alasan pertama bahwa tradisi tangis

berru sijahe tidak terlepas dari teks yang merupakan wujud verbal dari tradisi

tersebut. Teks Verbal dapat mengkomunikasikan maksud dan tujuan tradisi.

Tangis berru sijahe juga memiliki teks verbal dan teks visual yang dapat

dianalisis menggunakan komponen metafungsi Ideasional (Partisipan I, proses,

dan Partisipan II) yang bertujuan untuk merepresentasi pengalaman bahasa secara

sosial yang bertujuan untuk mengetahui komponen visual gambar, posisi, arah,

sikap, warna, dan hubungan logis.

Alasan kedua adalah pergeseran tradisi tangis berru sijahe pada awalnya

merupakan salah satu runtutan prosesi adat dalam upacara pernikahan pada

(4)

bergeser menjadi salah satu acara yang terdapat dalam festival tradisi Pakpak.

Pergeseran ini telah menyebabkan mulai pudarnya nilai-nilai positif yang terdapat

dalam tradisi (seperti yang telah disampaikan oleh informan Lister Berutu).

Akibat kurangnya pemahaman masyarakat terhadap nilai positif yang terkandung

dalam suatu tradisi juga faktor yang menyebabkan tradisi tangis berru sijahe ini

mulai ditinggalkan. Nilai dan norma kesopanan tradisi ini digantikan dengan

alasan untuk melakukan segala sesuatu secara instan dan praktis. Dominasi

paradigma masyarakat global mempengaruhi masyarakat lokal untuk lebih

memilih pekerjaan yang praktis dan tidak bertele-tele.

Pentingnya pemertahanan tradisi merupakan alasan dilakukan penelitian

ini. Tradisi yang tidak pernah atau jarang mendapat sentuhan dari para peneliti

tidak dapat dipungkiri akan menghilang dari permukaan bumi. Seiring hilangnya

memori tradisi dari masyarakat pemilik tradisi tangis berru sijahe.

Semangat peneliti mempertahankan serta melestarikan tradisi yang hampir

punah ini dilakukan dengan menganalisis teks tradisi melalaui pendekatan kajian

linguistik. Secara linguistik, pengakajian tradisi tangis berru sijahe dianalisis

dengan pendekatan multimodal agar seluruh teks verbal dan teks visual yang

membangun tradisi tangis berru sijahe dikaji keterhubungan mereka sehingga

menjadi sebuah komponen yang kompleks. Aspek visual dapat digambarkan

secara verbal dan begitu juga sebaliknya.

Kajian multimodal terhadap tradisi tangis berru sijahe merupakan kajian

yang baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya, walaupun tangis berru sijahe

(5)

merupakan kekayaan tradisi yang telah diwariskan dari para leluhur kepada

masyarakat Pakpak dan dipercayai memiliki nilai positif serta perlu dilestarikan.

Untuk memecahkan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan analisis multimodal yang didasari pada metafungsi bahasa Halliday.

Multimodal dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dari Metafungsi Bahasa

Halliday ini adalah kajian linguistik yang menelaah fenomena linguistik

berdasarkan aspek verbal, audio, visual, gestural dan spasial. Pada akhirnya

penelitian ini akan menghasilkan analisis multimodal teks tangis berru sijahe

berdasarkan konsep multimodal.

1.2

Dari tinjauan permasalahan di dalam latar belakang, dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah komponen metafungsi teks multimodal Tangis Berru

Sijahe pada Masyarakat Pakpak?

2. Bagaimanakah hubungan teks verbal dan teks visual Tangis Berru Sijahe

dalam analisis multimodal?

1.3

Tujuan penelitian berperan penting dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian

akan menghasilkan pengetahuan baru dan informasi baru. Selain itu, tujuan

penelitian juga akan berperan dalam usaha pemecahan suatu masalah. Dengan

demikian, tujuan penelitian akan dipaparkan kedalam tujuan umum dan tujuan

(6)

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komponen

metafungsi teks multimodal tradisi Tangis Berru Sijahe. Kemudian

menghubungkan keterkaitan antara teks verbal dan teks visual dalam tradisi tangis

berru sijahe yang ada dalam masyarakat Pakpak.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan komponen metafungsi teks multimodal Tangis Berru

Sijahe pada Masyarakat Pakpak.

2. Menganalisis hubungan logis teks verbal dan teks visual Tangis Berru

Sijahe dalam analisis multimodal.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang salah satu tradisi

Pakpak, yaitu Tangis Berru Sijahe yang dianalisis berdasarkan kajian multimodal,

selanjutnya dalam usaha memperkaya khasanah tradisi etnis terutama etnis

Pakpak. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua

bagian pokok yakni: 1) manfaat teoretis dan 2) manfaat praktis seperti dipaparkan

di bawah ini:

1. Manfaat Teoretis

1.1 Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan referensi bagi peneliti

selanjutnya terutama bidang kajian multimodal.

1.2 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dokumentasi tradisi Tangis Berru

Sijahe yang ada dalam masyarakat Pakpak.

(7)

2. Manfaat Praktis

2.1 Penelitian ini diharapkan dapat memperkenalkan tradisi Tangis Berru Sijahe

kepada masyarakat luas pada umumnya dan khususnya kepada masyarakat

Pakpak.

2.2 Sebagai bahan pengajaran tradisi daerah terutama pada penerapan kajian

multimodal. Hasil penelitian ini akan menambah referensi bagi kajian

selanjutnya.

2.3 Menghindari kepunahan tradisi etnis dan sekaligus sebagai usaha pembinaan

dan pengembangan tradisi etnis yaitu tradisi etnis Pakpak.

1.5 Definisi Istilah

Istilah-istilah dalam penelitian ini memiliki makna yang berbeda dengan ilmu

di luar lingusitik oleh karena itu, penggunaan istilah dalam penelitian ini ditinjau

dari konsep linguistik. Adapun istilah tersebut adalah:

1. Tangis Berru Sijahe merupakan salah satu tradisi yang ada dalam masyarakat

suku Pakpak yang dilaksanakan ketika gadis suku Pakpak akan menikah.

Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang

mengungkapkan kesedihan selama seorang perempuan masih gadis yang

disertai dengan posisi dan tata cara berhadapan tertentu yang ditandai dengan

gender. Posisi pada setiap saudara yang didatangi tentunya berbeda yang

menandai adanya sistem tutur pada masyarakat Pakpak.

2. Masyarakat Pakpak merupakan salah satu suku yang mendiami salah satu

kabupaten di propinsi Sumatera Utara yang masih banyak menyimpan tradisi

(8)

3. Multimodal merupakan salah satu bidang kajian Linguistik Sistemik

Fungsional yang menggabungkan beberapa kajian semiotik sosial yang

bertujuan untuk mengkomunikasikan yang terjadi disekitar pengguna

komunikasi tersebut dengan memanfaatkan sumber semiotik verbal dan

semiotik visual. Dengan kata lain, multimodal merupakan usaha untuk

memaknai visual dan verbal yang terjadi ketika berkomunikasi. Aspek-aspek

yang terdapat multimodal seperti aspek verbal (teks), visual, gestural, audio,

Referensi

Dokumen terkait

Meneladani nila-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan seharí-hari. - Mengidentifikasi nilai-nilai juang

Besaran biaya pendidikan yang harus dibayarkan tercantum pada Keputusan Rektor Universitas Diponegoro Nomor 204/UN7.P/HK/2018 tentang Biaya Pendidikan Program

[r]

[r]

Perangkat Desa yang diangkat berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan

[r]

7) Pengesahan fotokopi ijazah/STTB, syahadah dari satuan pendidikan yang terakreditasi, sertifikat, dan surat keterangan lain yang menerangkan kelulusan dari

Sangat diperlukan untuk mencapai kantor alur kerja teknologi digital, yang2. sekarang lebih populer sistem e-mail berbasis pada teknologi alur kerja,