• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Metafungsi Visual Multimodal Teks Mangayun Pada Masyarakat Mandailing Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Metafungsi Visual Multimodal Teks Mangayun Pada Masyarakat Mandailing Chapter III V"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

37

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Deskripsi ini

bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci (Rakhmat,

2005:25). Metode ini merupakan metode penelitian yang semata- mata hanya

berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris

hidup pada pelaku adat istiadat sehingga yang dihasilkan atau yang dicari berupa

bahasa yang biasanya bersifat paparan, peristiwa, potret yang sebenarnya

(Sudaryanto 1998:62).

Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan secara kualitatif deskriptif teks

multimodal mangayun dengan analisis metafungsi visual Kress dan van Leeuwen

(1996, 2006) berdasarkan teori metafungsi bahasa yang dikemukakan Halliday

(1985, 2004) dan hubungan intersemiotik logis antara teks verbal dan visual

dengan model Liu Y dan O’Halloran (2009). Berdasarkan hasil analisis ini,

peneliti menginterpretasikan makna yang terdapat pada teks mangayun.

3.2Lokasi Penelitian

Kabupaten Tapanuli Selatan dengan ibukotanya Sipirok, di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli utara, di sebelah

timur berbatasan dengan Padang Lawas dan Padang Lawas Utara. Sebelah barat

dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan di bagian tengah

wilayah terdapat kota Padangsidimpuan. Kabupaten Tapanuli Selatan dipimpin

oleh seorang Bupati (H. Syahrul M Pasaribu, SH), dengan luas wilayah 4.367,05

(2)

atas 14 kecamatan berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan

November 2013. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan

dapat dilihat pada tabel 3.1:

Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Administrasi

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan: 2013)

Kecamatan Batang Angkola merupakan satu-satunya kecamatan yang ada

di Tapanuli Selatan yang mayoritas ditempati oleh masyarakat etnis Mandailing

yang berasal dari daerah Mandailing Natal Sumatera Utara (Sumber: Lurah

Sigalangan: 02 April 2014). Kecamatan Batang Angkola ibukota kecamatannya

Pintu Padang Raya I, dipimpin seorang camat Ali Akbar Hutasuhut. Luas wilayah

Kecamatan Batang Angkola adalah 473,04 Km2 dengan jumlah penduduk 32.666

orang, dan secara administrasi pemerintah terbagi atas 34 desa berdasarkan Badan

Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan November 2013. Pembagian wilayah

(3)

Tabel 3.2 Pembagian Wilayah Administrasi

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan: 2013)

Desa Bangun Purba merupakan desa terluas yaitu 30,35 Km2 dan desa

Sorimadingin merupakan desa terkecil 2,30 Km2. Pelaksanaan penelitian ini

difokuskan di desa Janji Manaon. Desa Janji Manaon merupakan wilayah kajian

(4)

berbagai upacara adat, khususnya upacara mangayun. Kemudian desa ini juga

cukup jauh dari kota Padangsidimpuan, sehingga tidak terkontaminasi dengan

masyarakat kota yang sudah mulai meninggalkan upacara adat sejenisnya. Desa

Janji Manaon ini dipilih karena berdasarkan observasi, Janji Manaon merupakan

desa yang mayoritas ditempati etnis Mandailing dan masih memegang adat

istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. (Sumber: Kepala Desa Janji Manaon).

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Mandailing yang menetap di desa

Janji Manaon adalah petani, dengan tingkat perekomian menengah ke bawah.

Terbukti di desa ini terdapat lahan pertanian padi 5,945 ha, ubi kayu 250 ha, ubi

jalar 20 ha, kacang tanah 15 ha dan kacang kedelai 24 ha.

Gambar 3.1 Peta Desa Janji Manaon Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan

Desa Janji Manaon

(5)

3.3Data dan Sumber Data 3.3.1 Data

Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa visual/ gambar dari acara

mangayun yang terdiri atas 83 visual. Namun 20 visual yang akan dijadikan data

dalam penelitian ini, karena 20 data sudah dapat mewakili data dari keseluruhan.

Data tersebut dianalisis dengan teori metafungsi visual Kress dan van Leeuwen

(1996, 2006) yang didapatkan dari rekaman visual upacara adat mangayun

berdurasi 00.08.06 (delapan menit enam detik). Pengambilan rekaman tersebut

menggunakan alat camera digital. Data tambahan pada penelitian ini adalah hasil

rekaman wawancara mengenai upacara mangayun oleh kepala desa, pelaku adat

dan pemuka adat desa Janji Manaon.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari rekaman upacara adat

mangayun dari keluarga besar bapak S. Lubis dan ibu Asnidar Ritonga sebagai

keluarga yang melaksanakan acara mangayun tanggal 19 April 2015 di desa Janji

Manaon, dan informan; pemuka adat mangayu yaitu ibu Naimah Sari Nasution

dan juga bapak Sori Jul Handi sebagai kepala desa Janji Manaon.

3.4Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi, berupa observasi partisipasi artinya pengamatan terhadap kegiatan

manusia dengan menggunakan pancaindra (Bungin,2011:118), dalam hal ini

peneliti masuk ke desa Janji Manaon dengan mengamati upacara adat mangayun

(6)

2. Wawancara, berupa wawancara mendalam artinya wawancara untuk

memperoleh keterangan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka

dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin,

2011: 111), oleh sebab itu peneliti bertemu langsung dengan pemuka adat, pelaku

adat dan kepala desa untuk melakukan wawancara tanpa menggunakan pedoman

wawancara.

3. Dokumentasi, berupa dokumen pribadi artinya catatan atau karangan

seseorang secara tertulis. Dalam hal ini, peneliti menggunakan dokumentasi pada

pengumpulan data yaitu dokumen pribadi CV odang Production berupa teks

mangayun.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara memeriksa data dari sumber data.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Merekam acara mangayun berbentuk audio- visual

2. Mereduksi data

3. Mendengarkan nyanyian mangayun dan mentranskipsikan teks

4. Melakukan pelabelan pada data

5. Melakukan observasi di lapangan, ketika acara adat mangayun dilaksanakan

oleh keluarga besar bapak S. Lubis tanggal 19 April 2015 di desa Janji

Manaon sebagai data

6. Melakukan interview kepada pemuka adat setempat sebagai pendukung data

(7)

3.5Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1992:19) mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.

Gambar 3.2

Komponen Analisa Data : Model Interaksif (Miles dan Huberman, 1992)

1. Reduksi data, artinya 1) selecting (memilih), 2) focusing (memokuskan), 3)

simplitying (mempertajam), 4) abstracting (membuang) dan 5) transformating

(menyusun) dari data mentah

2. Penyajian data, setelah mereduksi data maka langkah selanjutnya menyajikan

data berupa uraian singkat, bagan, grafik dan hubungan antar kategori.

3. Kesimpulan dan verifikasi, ini adalah langkah terakhir teknik analisis data

Miles dan Huberman. Artinya kesimpulan yang didapatkan sebelum

melakukan penelitian bersifat sementara dan akan berkembang setelah

penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang

(8)

diharapkan adalah temuan baru, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang belum tuntas sehingga menjadi tuntas.

Teknik analisis data Miles dan Huberman digunakan dalam penelitian ini.

Artinya penelitian ini dilakukan berawal dari data yang didapatkan dari lapangan

kemudian direduksi sehingga data dapat disajikan dan disimpulkan. Kemudian

memilih teori yang mendukung berkaitan dengan data. Teknik analisis data

penelitian ini meliputi:

1. Mentranskripsikan data lisan berupa nyanyian mengayun menjadi data

tertulis, dalam tahap ini tidak dilakukan reduksi data karena semua data

diperlukan.

2. Data visual berupa rekaman visual mangayun dilakukan reduksi data, artinya

data dipilih sesuai dengan data yang dibutuhkan.

3. Data berupa teks multimodal mangayun dianalisis dengan teori metafungsi

visual; fungsi ideasional, interpersonal dan tekstual.

4. Data hasil reduksi disajikan dalam bentuk deskripsi dan gambar, sebagai

berikut:

Analisis metafungsi visual teks multimodal mangayun

diayun Ho

Kau Diayun proses: action gol

(9)

Gambar 3.3a Komponen Metafungsi Ideasional

Diayun ho dianalisis dengan komponen ideasional; direalisasikan dalam proses

tindakan (action). Pesan utamanya adalah gol (ho) dengan pelaku (aktor) impisit

yaitu ayah dan ibu.

offer

modalitas represented participant

power/intimate/personal

Gambar 3.3b Komponen Metafungsi Interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional, pada gambar di atas demand tidak

ditemukan karena tidak ada partisipan yang berinteraksi langsung dengan

khalayak, namun partisipan yang lainnya bertindak sebagai offer yang

menyaksikan anak, jarak bersifat intimate/personal. Sudut pandang represented

participant power artinya tampilan gambar melemah. Modalitas warna tinggi

pada gambar, yaitu saturasi netral, warna beragam dan penuh bayangan,

modalitas konteks rendah pada gambar karena konteks abstrak, kemudian

modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman

tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya

(10)

Centred

Framing Salience

Gambar 3.3c Komponen Metafungsi Tektual

Komponen tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun sebagai

centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, salience atau

tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras,

kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar

tersebut.

3.6 Validitas Data

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, data

dinyatakan valid apabila data yang dilaporkan oleh peneliti tidak berbeda dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ada tiga cara menguji

validitas data yaitu, melalui bahan referensi, Member check dan konsultasi

dengan para ahli (Sugiyono, 2010: 117).

Pada penelitian ini uji validitas Sugiyono digunakan peneliti untuk

pemeriksaan keabsahan data atau kebenaran data yang diperoleh. Uji validitas

(11)

1. Menggunakan bahan referensi, yaitu data pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya hasil wawancara didukung

adanya rekaman wawancara. Selain itu bahan referensi dapat juga berupa

buku-buku referensi. Semua ini berfungsi untuk membantu atau memberi

wawasan pada peneliti dalam menyusun laporan penelitian. Buku-buku

referensi ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan analisis

multimodal, metafungsi bahasa dan mangayun.

2. Member check adalah proses pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti

kepada subjek penelitian atau informan (baik informan kunci ataupun

pendukung). Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan yang disampaikan oleh informan. Pelaksanaan

member check dilakukan setelah pengumpulan data selesai, atau setelah

mendapat suatu temuan berkaitan dengan permasalahan yang ingin

dipecahkan. Caranya adalah peneliti mengkonsultasikan data yang diperoleh

kepada informan. Data tersebut berupa teks mangayun dan visual acara

mangayun.

3. Selanjutnya adalah mengonsultasikan data dengan para ahli, baik para ahli

dari pemuka adat (berkaitan dengan upacara mangayun) dan juga ahli bahasa

(berkaitan dengan teori metafungsi) dan juga dosen pembimbing. Peneliti

tidak hanya mengonsultasikan data-data yang diperoleh saat penelitian, akan

tetapi juga mengonsultasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan

(12)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terdiri atas penjelasan tentang analisis metafungsi

visual Kress dan van Leeuwen yang didasari oleh metafungsi Halliday dalam teks

multimodal mangayun serta hubungan inter-semiotik antara teks verbal dan visual

mangayun pada masyarakat Mandailing. Setelah data dipilih berdasarkan data

yang dapat mewakili analisis metafungsi visual tidak semua data memenuhi

komponen ideasional, interpersonal dan tekstual seperti yang dikemukakan oleh

Kress dan van Leeuwen (1996,2006), hanya beberapa data saja yang

memilikinya. Berikut ini adalah metafungsi visual dalam teks multimodal

mangayun dan hubungan inter-semiotik logis antara teks verbal dan teks visual

dalam menyampaikan makna.

4.1.1 Metafungsi Visual dalam Teks Multimodal Mangayun 1. Komponen Metafungsi Representasi

Proses Jumlah dalam (%)

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua proses dalam komponen

representasi hadir, proses dominan adalah proses action terdapat sekitar

(13)

7,49% proses konversi 7,49% dan proses verbal 5,81%. Artinya, bahwa teks

mangayun dalam masyarakat Mandailing merupakan aktivitas atau kegiatan

yang menyangkut fisik dan terjadi di luar diri manusia.

Partisipan I Jumlah dalam (%)

Berdasarkan tabel di atas, menyimpulkan bahwa partisipan I dominnan

dilakukan oleh aktor 23,91 dan senser 23,91. Kemudian gol (17,39), reactor

(13,04), penanda (10,86), carrier (4,34), sayer (4,34) dan carrier (2,17).

Artinya bahwa partisipan I yang dominan adalah aktor dan senser berupa

manusia, yaitu ayah, ibu, kahanggi, tamu dan anak yang diayun.

Partisipan II Jumlah dalam (%)

Berdasarkan tabel di atas, menyimpulkan bahwa partisipan II yang paling

dominan adalah gol (51,61), fenomenon (14,51), perkataan (11,29), petanda

(14)

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa di dalam contact terdapat demand

(15,67) dan terdapat offer (84,33) yang artinya bahwa offer/ yang memberi

informasi lebih dominan dari pada yang menerima informasi. Offer meliputi ayah,

ibu, anak yang diayun, kahanggi dan tamu.

2. Social distance Jumlah

Intimate Equality

√ 83 83

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua gambar memiliki jarak sosial

intimate dan equality, artinya bahwa gambar memperlihatkan kedekatan dan

kebersamaan dalam acara mangayun.

partisipan II yang paling dominan adalah gol, hal ini sejalan dengan proses

action yang paling dominan pada tataran proses dan juga aktor sebagai

partisipan I, gol ini berupa anak yang diayun, ayah, ibu dan juga berbagai

sirkumtan.

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sirkumtan yang paling dominan

adalah cara (54,16), penyerta (33,33) dan tempat (12,5). Artinya bahwa teks

mangayun ini lebih dominan menampilkan sirkumtan cara, misalnya riang, simbur ma dan nadung lan.

2. Komponen Interaksional

(15)

3. Point of View Jumlah dalam (%)

Viewer power

Represented participant power

57 26

68,67 31,32

83 100

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa, pola penggambaran partisipan lebih

kuat (viewer power) 68,67. Sedangkan 31,32 menggambarkan partisipan menjadi

lemah. Artinya partisipan lebih ditonjolkan dalam gambar acara mangayun

tersebut.

Modalitas warna pada gambar mangayun adalah modalitas tinggi, dari

keragaman warna, perubahan warna, kontekstualisasi, representasi, kedalaman,

penerangan dan kecerahan. Sedangkan modalitas rendah lebih cenderung terjadi

pada saturasi warna.

3. Komponen Komposisi

Nilai informasi yang paling dominan diletakkan di tengah (centred) 89,15 namun

10,83 nilai informasi ditampilkan di sebelah kanan yang artinya memberikan

(16)

2. Salience Jumlah dalam (%) Kontras dalam warna

adalah ayunan

83 100

83 100

Salience (tonjolan) pada gambar mangayun adalah ayunan anak, karena ayunan

tersebut memiliki warna yng sangat kontras dari yang lainnya.

3. Framing Jumlah dalam (%)

Gambar atau garis yang memberi tanda bagian atau bukan bagian dari gambar

83 100

83 100

Framing (bingkai) pada gambar mangayun adalah apa saja yang memberi tanda

bahwa sesuatu itu merupakan bagian atau bukan bagian dari gambar. Misalnya

ketika acara mangayun dilaksanakan kemudian seseorang lewat di sekitar acara

yang tertangkap oleh kamera.

4.1.2 Hubungan Inter-semiotik Logis antara Teks Verbal dan Visual dalam Menyampaikan Makna Teks Multimodal Mangayun

Teks verbal dan teks visual memiliki kaitan satu sama lain dalam

menyampaikan makna. Sebagai sebuah teks multimodal mangayun,

masing-masing teks memiliki hubungan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut,

Hubungan Inter-semiotik Logis Jumlah

(17)

Berdasarkan tabel di atas, hubungan intersemiotik logis yang ditemukan pada teks

mangayun, menunjukkan bahwa hubungan consequential; contingency adalah

hubungan yang paling dominan dibandingkan hubungan yang lain, artinya bahwa

hubungan antara teks verbal dan visual mengacu pada hubungan pada efek yang

tidak pasti.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Metafungsi Visual dalam Teks Multimodal Mangayun Data 1

Solawat salam tu Rasulullah

‘solawat salam kepada Rasullullah’ Proses verbal Perkataan

sayer

setting

modalitas

Gambar 4.1a Komponen metafungsi ideasional

Komponen representasi; Solawat salam direalisasikan dalam proses

verbal, Solawat salam sebagai perkataan, ibu sebagai sayer yang mengucapkan

(18)

offer

modalitas

intimate/personal/viewer power offer

Gambar 4.1b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional, pada gambar di atas demand tidak

ditemukan karena tidak ada partisipan yang berinteraksi langsung dengan

khalayak, namun partisipan yang lainnya bertindak sebagai offer yaitu ayah, ibu

dan kahanggi. Pola penggambaran partisipan dalam bentuk viewer power

memberi pengertian adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki

oleh khalayak lain yang ada pada gambar. Kemudian dapat dilihat dari cara

pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (Intimate). Modalitas warna

rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi

yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar

karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi

karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang

jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan

(19)

centred

Framing salience

Gambar 4.1c Komponen metafungsi tekstual

Komponen tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun sebagai

centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian salience

atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras,

kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar

tersebut.

Data 2

Jadima Ho anak namukmin da amang

‘jadihlah kamu nak anak yang mukmin’

Proses classifical Carrier Symbolic Attribute

setting symbolic attribute

carrier

Modalitas

(20)

Proses yang terjadi dalam gambar di atas adalah proses classifical, anak

sebagai penyandang (carrier), peci ayah sebagai atribut anak na mukmin Proses

relasional dalam bentuk penyandang menunjukkan bentuk yang sangat jelas ho

namun attribut berbentuk implisit. Lokasi pada gambar di atas adalah di rumah

terlihat dinding dan pintu rumah dibelakang partisipan.

intimate/represented viewer power

offer modalitas

Gambar4.2b komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

dengan khalayak. Kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak, Pola

penggambaran Partisipan dalam bentuk represented participant power memberi

pengertian adanya kelemahan pandangan yang dimiliki oleh khalayak dalam

gambar. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (Intimate). Modalitas

warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna

tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada

gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi

(21)

yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas

kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

Centred

Salience framing

Gambar4.2c komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras, kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari

gambar tersebut.

Data 3

Cita-cita nian marujung

‘semoga cita-cita tercapai’

Symbolic attribute proses analytical

Setting

pemilik

(22)

Cita-cita nian marujung dianalisis dengan fungsi ideasional; marujung

direalisasikan dalam proses analytical, cita-cita sebagai symbolic attribute.

Sedangkan carrier bersipat implisit yang direpresentasikan kepada anak yang

diayun. Sirkumtan lokasi yaitu rumah.

Offer

intimate/viewer power offer

modalitas

4.3b Komponen Metafungsi ideasional

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar karena tidak ada partisipan

berinteraksi langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, tamu dan anak

sebagai offer yang menyaksikan acara, Pola penggambaran Partisipan dalam

bentuk viewer power memberi pengertian adanya kuasa atas diri sendiri dan

kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang ada pada gambar. Pengambilan

gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada

gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna

beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena

konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena

(23)

modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi

karena tingkat kecerahan tinggi.

Centred

Salience

4.3c Komponen Metafungsi ideasional

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras.

Data 4

Amang Diayun

nak Diayun

gol proses action

aktor

gol

setting Modalitas

(24)

Amang diayun dianalisis dengan fungsi ideasional; direalisasikan dalam

proses tindakan (action). Pesan utamanya adalah gol (amang) karena dinyatakan

dalam bentuk predikat pasif (diayun), ibu, ayah dan kahanggi sebagai aktor.

Kemudian sirkumtan lokasi dalam gambar ini adalah di rumah.

represented partisipant viewer offer

offer

Intimate /personal Modalitas

Gambar 4.4b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan

anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend viewer power

memberi pengertian adanya kelemahan yang dimiliki oleh khalayak pada gambar

di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas

warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna

tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada

gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi

(25)

yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas

kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

Centrend salience

Gambar 4.4c Komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras.

Data 5

Dianggun dibue-bue

Diayun nina bobo

Proses action Gol

Setting Aktor

gol

(26)

Dianggun dibue-bue dianalisis dengan fungsi ideasional; direalisasikan

dalam proses tindakan (action). Anak menjadi pesal utama atau gol, kemudian

ayah, ibu dan kahanggi menjadi aktor, yaitu yang melakukan kegiatan.

Kemudian, pada gambar ini menunjukkan lokasi acara ini adalah di rumah.

intimate/represented partisipant power offer

offer

modalitas

Gambar 4.5b Komponen Metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar di atas karena tidak ada yang

berinteraksi langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, anak dan tamu

sebagai offer yang menyaksikan acara, pola penggambaran Partisipan dalam

bentuk represented participant power memberi kelemahan yang dimiliki oleh

khalayak dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan

khalayak (Intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih,

kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan,

modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah,

kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas

kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi

(27)

Centred

Salince

Gambar 4.5c Komponen Metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang

diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan

warna yang kontras

Data 6

Nauli bulung Riang Mangayun

‘remaja putri mengayun dengan bahagia’

Actor Goal proses action

Aktor

setting gol

Gambar 4.6a komponen metafungsi ideasional

Nauli bulung riang mangayun dianalisis dengan fungsi ideasional;

(28)

sebagai gol. Namun dalam gambar menunjukkan ayah, ibu dan kahanggi sebagai

aktor, dan anak yang diayun sebagai gol. Kemudian, pada gambar ini

menunjukkan lokasi acara ini adalah di rumah.

offer

demand

Social/equality/viewer power modalitas

Gambar 4.6b komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan deklaratif,

anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung dengan

khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan anak.

Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian

adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang

menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan

khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas

warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna

tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada

gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi

tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif

yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas

(29)

Centred

Framing Silence

Gambar 4.6c komponen metafungsi tektual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang

diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan

warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan

bukan bagian dari gambar tersebut

Data 7

Horas torkis ama ina Magabe

‘sehat-sehat ayah ibu menjadi senang’

Fenomenon Senser proses mental

senser

fenomenon

(30)

Horas torkis ama ina magabe dianalisis dengan fungsi ideasional; magabe

direalisasikan dalam proses mental, ama ina menjadi senser (pengindera) dan

horas torkis sebagai fenomenon yang ditujukan untuk anak yang diayun. Artinya,

dengan proses mental magabe dirasakan oleh ama ina dan menghasilkan

fenomenon anak yang diayun

offer

demand

Intimate/representend participant viewer modalitas

Gambar 4.7b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan

anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant

viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna

rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi

yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar

karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi

(31)

jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan

tinggi karena tingkat kecerahan tinggi

framing

Centred salience

Gambar 4.7c Komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang

diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan

warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan

bukan bagian dari gambar tersebut.

Data 8

Sagala koum mando’ahon Hamunu

‘semua saudara mendo’akan kalian’

Sayer proses verbal utterance

sayer

perkataan

(32)

Sagala koum mandoahon hamunu dianalisis dengan fungsi ideasional; mandoahon direalisasikan dalam proses verbal, sagala koum menjadi sayer dan hamunu sebagai perkataan. Artinya, dengan proses verbal mandoahon yang

dilakukan oleh sayer sagala koum dan mengatakan perkataan hamunu.

Offer intimate/represented participant power

demand

modality

Gambar 4.8b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, demand tidak ada pada gambar karena tidak ada yang berinteraksi

langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, anak dan tamu sebagai offer

yang menyaksikan anak. Pola penggambaran partisipan dalam bentuk

representend participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan

khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih,

kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan,

modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah,

kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas

kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi

(33)

Centred

salience

framing

Gambar 4.8c Komponen metafungsi tektual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian

dari gambar tersebut

Data 9

Jadima Ho anak na soleh

Jadilah kamu anak yang soleh

(34)

Symbolic Attribute

Setting carrier

Gambar 4.9a komponen metafungsi ideasional

Jadima ho anak na soleh dianalisis dengan fungsi ideasional; jadima

direalisasikan dalam proses classifical; ho menjadi carrier dan anak na soleh

sebagai symbolic attribute. Kemudian lokasi dalam gambar di atas adalah di

rumah.

Intimate /represented partisipan power offer

offer

modality

Gambar 4.9b komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, demand tidak ditemukan pada gambar di atas karena tidak ada yang

berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang

(35)

participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).

Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas

warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi

pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas

representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena

perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan

modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

silence

framing centred

Gambar 4.9c Komponen metafungsi interpersonal

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian

(36)

Data 10

Simbur ma ho amang laho magodang

‘cepatlah kamu nak besar’

Petanda Penanda proses symbolic

petanda

setting penanda

Gambar 4.10a komponen metafungsi ideasional

Simbur ma ho amang laho magodang dianalisis dengan fungsi ideasional; laho magodang direalisasikan dalam proses symbolic, ho amang menjadi penanda

dan simbur ma sebagai petanda yang direalisasikan ayah dengan sentuhan kasih

sayang. Kemudian lokasi dalam gambar ini adalah di rumah.

Offer

demand Intimate/personal/equality/viewer power

Modalitas

Gambar 4.10b komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

(37)

dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.

Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian

adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang

menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan

khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas

warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna

tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada

gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi

tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif

yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas

kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

centred

silence framing

Gambar 4.10c komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang

diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan

warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan

(38)

Data 11

Peng-peng muse laho matua

‘cepat juga menjadi dewasa’

Petanda proses symbolic

setting

penanda

petanda

Gambar 4.11a Komponen metafungsi ideasional

Peng-peng muse laho matua dianalisis dengan fungsi ideasional; laho matua direalisasikan dalam proses symbolic; peng-peng muse anak yang diayun

menjadi penanda, kemudian petanda direalisasikan dari senyum bahagia ayah.

Kemudian lokasi dalam gambar di atas adalah di rumah.

offer

demand

Intimate/represented participant power modality

Gambar 4.11b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

(39)

Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewer

memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas.

Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna

rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi

yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar

karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi

karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang

jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan

tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

centred

salience

Framing

Gambar 4.11c Komponen metafungsi textual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang

diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan

warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan

bukan bagian dari gambar tersebut

Data 12

Ringgas mangarejohon Sumbayang

‘rajin mengerjakan sholat’

(40)

gol

aktor

Setting

Gambar 4.12a Komponen merafungsi ideasional

Ringgas mangarejohon sumbayang dianalisis dengan fungsi ideasional; mangarejohon direalisasikan dalam proses tindakan (action), sumbayang dan ringgas menjadi gol yang direalisasikan dengan peci ayah. Anak yang diayun

sebagai aktor.

offer

intimate/equality/represented participant power

modality

Gambar 4.12b Komponen merafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar di atas karena tidak ada yang

berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang

menyaksikan anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend

(41)

gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).

Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas

warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi

pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas

representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena

perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan

modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

Framing centred

silence

Gambar 4.12c Komponen merafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang

diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan

warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan

bukan bagian dari gambar tersebut

Data 13

Sareto mando’ahon ama ina

‘seraya mendo’akan ayah ibu’

(42)

Setting perkataan

sayer

Gambar 4.13a Komponen metafungsi ideasional

Sareto mandoahon ama ina dianalisis dengan fungsi ideasional; mandoahon direalisasikan dalam proses verbal, dan ama ina menjadi perkataan

dan anak yang diayun sebagai sayer. Artinya, dengan proses verbal mandoahon

ini subjeknya tersembunyi sehingga perkataan dari mandoahon itu adalah ama

ina.

Offer intimate /represented participant power

demand

modality

Gambar 4.13b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

(43)

berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang

menyaksikan anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend

participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).

Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas

warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi

pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas

representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena

perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan

modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

centerd

framing silence

Gambar 4.13c Komponen metafungsi tektual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang

diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan

warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan

(44)

Data 14

Ho do jagar-jagar ni ama ina da amang

‘kau lah yang menjadi hiasan untuk ayah ibu nak’

Carrier proses analytical Symbolic attribute

carrier

symbolic attribute

Gambar 4.14a Komponen metafungsi ideasional

Ho do jagar-jagar ni ama ina da amang dianalisis dengan fungsi

ideasional; jagar-jagar direalisasikan dalam proses analytical, ama ina menjadi

carrier dan ho sebagai symbolic attribute.

offer

demand

Intimate/representend participant power modality

Gambar 4.14b Komponen metafungsi ideasional

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

(45)

penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewermemberi

pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan

gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada

gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna

beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena

konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena

representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,

modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi

karena tingkat kecerahan tinggi.

Centred

framing silence

Gambar 4.14c Komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian

dari gambar tersebut.

Data 15

Mayam-mayam ni si mangido

‘menjadi mainan untuk tangan’

(46)

setting

symbolic analytical

Gambar 4.15a Komponen metafungsi ideasional

Mayam-mayam ni si mangido dianalisis dengan fungsi ideasional; mayam-mayam direalisasikan dalam proses analytical, ni si mangido sebagai symbolic analytical yang direalisasikan pada anak yang diayun. Carrier dari proses ini

tersembunyi yang direalisasikan pada ayah dan ibu.

intimate/participant participant power offer

offer

modality

Gambar 4.15b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional; demand tidak ditemukan pada

gambar di atas karena tidak ada yang berinteraksi langsung dengan khalayak.

Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan acara. Pola penggambaran

Partisipan dalam bentuk representend participant viewer memberi pengertian

adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang

(47)

hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan

penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail

yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail,

modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan

tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan

tinggi.

centred

framing silence

Gambar 4.15c Komponen metafungsi interpersonal

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian

dari gambar tersebut.

Data 16

ida ho amang sude on ancogot da amang

‘suatu hari nanti lihat lah ini semua nak’

(48)

setting senser

fenomenon

Gambar 4.16a komponen metafungsi ideasional

Ida ho amang sude on ancogot da amang dianalisis dengan fungsi

ideasional; ida direalisasikan dalam proses mental, pengindera (senser) implisit,

yang kemudian direalisasikan oleh ayah, ibu dan kahanggi. Ho amang sebagai

fenomenon. Kemudian lokasi pada gambar adalah rumah.

offer

demand

Intimate/equality/viewer power modality

Gambar 4.16b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak. Pola

penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewermemberi

(49)

gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada

gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna

beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena

konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena

representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,

modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi

karena tingkat kecerahan tinggi.

centred

silence

Gambar 4.16c Komponen metafungsi tektual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras.

Data 17

holong ni on ulang lupa hamunu

‘kalian jangan lupa dengan kasih sayang ini’

(50)

senser

fenomenon

Gambar 4.17 a Komponen metafungsi interpersonal

Holong ni on ulang lupa hamunu dianalisis dengan fungsi ideasional; lupa

direalisasikan dalam proses mental, pengindera implisit yang kemudian

direalisasikan kepada ayah dan kahanggi, kemudian anak yang diayun sebagai

fenomenon.

offer Intimate/equality/viewer power

demand

modality

Gambar 4.17 b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.

(51)

adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang

menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan

khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas

warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna

tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada

gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi

tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif

yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas

kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

non-centred/new

silence

framing

Gambar 4.17 c Komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai non-centred atau tidak terpusat yang diletakkan di sebelah kanan yang

menghasilkan informasi baru (new), kemudian salience atau tonjolan yang ada

pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras, dan framing yang ada

(52)

Data 18

Hu gogoi do manjalaki suada

Aku akan giat Mencari yang tidak ada

Aktor proses action gol

setting aktor

gol

Gambar 4.18a Komponen metafungsi ideasional

Hu gogoi do manjalaki suada dianalisis dengan fungsi ideasional; manjalaki

proses tindakan (action), hu sebagai pelaku yang direalisasikan kepada ayah dan

ibu. Kemudian anak yang diayun sebagai gol.

Intimate/equality/viewerpower offer

demand

Gambar 4.18b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak. Pola

penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian adanya

kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang

(53)

khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas

warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna

tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada

gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi

tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif

yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas

kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

centred

silence

Gambar 4.18c Komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras.

Data 19

Sombu Lungun

Terobati rindu

(54)

reactor

Gambar 4.19a Komponen metafungsi ideasional

Sombu lungun dianalisis fungsi ideasional; direalisasikan dalam proses

reaksi, lungun menjadi reactor yang direalisasikan kepada anak yang diayun.

Represented partisipan viewer offer

modality

Gambar 4.19b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, demand tidak ditemukan pada gambar karena tidak ada berinteraksi

langsung dengan khalayak sedangkan anak sebagai offer pemberi informasi pada

khalayak. Sudut pandang represented partisipant power artinya tampilan gambar

melemah. Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian

modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas

konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian

modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman

tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya

(55)

salience

centred

Gambar 4.19c Komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras.

Data 20

Magogo ho amang Marsipoda

Terus kamu nak berkelakuan baik

reactor proses reaksi

setting

reactor

Gambar 4.20a Komponen metafungsi ideasional

Magogo ho amang marsipoda dianalisis dengan fungsi ideasional; marsipoda proses reaksi, ho sebagai reactor dan magogo sirkumtan cara, dengan

(56)

offer

offer

Intimate/equality/represented participant power

Gambar 4.20b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak, jarak

antara anak yang diayun dengan khalayak bersifat intimate/equality artinya setiap

orang dapat melakukan acara mangayun ini. Sudut pandang represented

partisipant power artinya tampilan gambar melemah. Modalitas warna rendah

pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu

warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar

karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi

karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang

jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan

(57)

Centred

silence

Gambar 4.20cKomponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras.

Data 21

Tutup do’a allohumma amin

‘tutup do’a dengan allohumma aamiin’

Proses action aktor Goal

Aktor

gol

Gambar 4.21a Komponen metafungsi ideasional

Tutup doa allohumma amin dianalisis dengan fungsi ideasional; tutup

(58)

oleh ayah, ibu dan kahanggi dan allohumma amin menjadi gol yang

direalisasikan kepada anak yang diayun.

Offer

demand equality/represented Partisipant power

Modality

Gambar 4.21b Komponen metafungsi interpersonal

Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan

deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung

dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak,

jarak antara anak yang diayun dengan khalayak bersifat equality artinya setiap

orang dapat melakukan acara mangayun ini. Sudut pandang represented

partisipant power artinya tampilan gambar melemah. Modalitas warna rendah

pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu

warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar

karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi

karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang

jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan

(59)

centred

silence

Framing

Gambar 4.21c Komponen metafungsi tekstual

Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun

sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian

salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang

kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian

dari gambar tersebut.

4.2.2 Hubungan Inter-semiotik Logis antara Teks Verbal dan Teks Visual dalam Menyampaikan Makna Teks Multimodal Mangayun

Sebuah teks multimodal disusun oleh lebih dari satu sumber semiotik.

Sumber semiotik dalam penelitian ini adalah tanda verbal dan tanda visual yang

diwujudkan dalam bentuk teks verbal dan teks visual dalam teks multimodal

mangayun. Kedua model teks ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lain

dalam menciptakan makna. Hal ini diwujudkan melalui hubungan-hubungan yang

saling menjelaskan, melengkapi, dan hubungan sebab akibat. Hubungan

inter-semiotik logis antara teks verbal dan teks visual dalam menyampaikan makna

dalam teks multimodal mangayun menunjukkan bahwa teks verbal yang

(60)

menciptakan makna sehingga membutuhkan teks visual, seperti pada teks

multimodal mangayun.

1. Hubungan repeating/pengulangan

Hubungan repeating/pengulangan yaitu teks verbal dan visual berkali-kali

diulang (temporal/time). Teks verbal diayun ho amang diayun, dianggun dibue-

bue, ho do amang si ubat lungun, jadima ho anak na soleh, sareto mandok syukur tu Tuhan, malum nyae sombu lungun, horas torkis markahirasan, tutup doa allohumma amin, sian sude koum na markunjung, jadima ho anak namukmin, cita-cita nian marujung berulang-ulang diucapkan begitu juga dengan visual yang

berulang-ulang juga, kemudian teks verbal diatas merupakan proses action yang

menyangkut kegiatan fisik sama halnya dalam visual memperlihatkan kegiatan

fisik seperti sentuhan atau dorongan ketika mengayun anak. Hubungan repeating

ini menyampaikan makna dan memberi penegasan dari teks verbal dan visual

bahwa acara ini adalah upacara mangayun. Selain itu, dengan hubungan reapeting

ini menunjukkan bahwa teks verbal dan visual inilah yang menjadi inti dari upacara

(61)

Misalnya;

Teks verbal Teks visual

diayun ho

amang diayun

dianggun dibue-bue

2. Hubungan Comparative/perbandingan

Hubungan comparative, yaitu hubungan perbandingan antara teks verbal

dan visual pada tingkatan umum dan abstraksi. Teks mangayun ini memiliki

empat teks yang berhubungan dengan perbandingan, yaitu jadima ho anak na

soleh dijelaskan melalui proses classifical dan visual ayah memakai peci, artinya

teks verbal memiliki perbandingan umum bahwa anak yang soleh ditandai dengan

petanda peci. Kemudian riang sude koum namarkunjung merupakan proses

tindakan (action) dan visual lambaian tangan ibu. Artinya teks verbal memiliki

perbandingan umum bahwa tindakan yang dilakukan oleh ibu (aktor) merupakan

kagiatan yang menyangkut fisik yaitu lambaian tangan. Ringgas mangarejohon

sumbayang adalah proses tindakan (action) dan visual ayah memakai peci,

(62)

hubungan perbandingan abstaksi. Artinya proses tindakan pada ringgas

mangarejohon sumbayang direpresentasikan berdasarkan arti rajin mengerjakan

sholat dengan petanda peci yang dipakai ayah. Selanjutnya, sude hamu si oban

dame merupakan proses action, hamu adalah anak yang diayun sekaligus menjadi

aktor dan dame sebagai gol, ini juga diperlihatkan pada visual bahwa keluarga

sangat bahagia kehadiran anak yang diayun sebagai anak yang ditunggu-tunggu

kelahirannya. Artinya hubungan ini adalah hubungan perbandingan umum.

Makna yang ingin disampaikan teks verbal dan visual ini adalah kebahagiaan

keluarga dan kaum kerabat atas kehadiran anak yang diayun dan sekaligus

harapan agar anak menjadi anak yang soleh.

Misalnya;

Teks verbal Teks visual

Jadima ho anak na soleh

Ringgas mangarejohon sumbayang

(63)

3. Hubungan Additive

Hubungan additive dalam teks verbal dan visual pada teks multimodal

mangayun terdiri atas anggunan na marbunga-bunga da amang, diayun ho, patidahon holong ni ama ina, maroban sangap, sholawat salam tu Rasululloh, marlagut kahanggi anakboru mora da amang, sapangido anso ho anak paragama, marlagut koum sisolkot. Hubungan ini menunjukkan bahwa teks

verbal dan teks visual saling melengkapi dalam menyampaikan makna. Artinya

dalam hubungan ini, teks verbal menyampaikan makna melalui partisipan dan

proses yang kemudian dilengkapi oleh visual melalui gambar sehingga makna

dapat dimengerti. Teks verbal anggunan na marbunga-bunga da amang

disampaikan dengan partisipan berupa thing yaitu anggunan yang kemudian

dilengkapi oleh visual dengan gambar ayunan, hal ini menjelaskan teks verbal

tersebut dengan menunjukkan pada visual apa yang dimaksudkan teks verbal

sehingga dapat dipahami. Kemudian teks verbal diayun ho menyampaikan makna

denga proses yang dilengkapi dengan visual. Artinya dengan teks verbal diayun

ho diperlihatkan pada visual gambar dorongan ke ayunan yang berarti mengayun

anak. Patidahon holong ni ama ina menyampaikan makna melalui proses

sehingga dapat dimengerti, artinya ketika teks verbal patidahon holong ni ama

ina direalisasikan dalam visual dengan belaian kasih sayang ayah dan ibu.

Makna teks maroban sangap disampaikan melalui proses yang

direalisasikan dengan visual yaitu jabatan tangan ucapan selamat, artinya teks

verbal dilengkapi oleh visual yang memberikan pemahaman makna teks. Teks

verbal sholawat salam tu Rasululloh dengan visual ibu menunduk seolah-olah

(64)

verbal dan visual. Kemudian teks verbal sagala koum mandoahon hamunu

dengan visual kehadiran tamu-tamu memberi penjelasan melalui proses. Artinya

dengan teks verbal sagala koum mandoahon dengan kehadiran tamu yang secara

langsung ingin mendoakan anak yang diayun sehingga ketika teks perbal hadir

dengan visual memberi pemahaman makna dari keduanya. Marlagut kahanggi

anakboru mora da amang dengan visual memperlihatkan kahanggi, memberi

pemahaman utuh pada teks verbal dan visual. Sapangido anso ho anak

paragama dengan visual ayah yang memakai baju koko memberi pengertian

terhadap makna teks verbal dan visual. Marlagut koum sisolkot dijelaskan dengan

proses yang memberi pemahaman terhadap teks verbal dan visual. Artinya kedua

teks saling melengkapi dalam menyampaikan makna. Makna yang ingin

disampaikan teks verbal dan visual pada hubungan additive ini adalah

kebahagiaan keluarga dan kaum kerabat atas upacara mangayun anak dan harapan

keluarga agar anak menjadi anak yang beragama dan menyayangi keluarganya

(65)

Misalnya;

Teks verbal Teks visual

Anggunan na marbunga-bunga

Patidahon holong ni ama ina

Sagala koum mandoahon hamunu

4. Hubungan Consequential

a. Consequential; consequence dengan efek yang dapat dipastikan dimiliki teks

verbal dan visual. Teks verbal Simbor ma ho amang laho magodang yang

direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu

sentuhan ayah kepada anak yang diayun, ho do jagar-jagar ni ama ina da

amang direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu

anak yang diayun, mayam-mayam ni si mangido direpresentasikan oleh visual

dengan efek yang sudah dipastikan yaitu anak, ida ho amang sude on ancogot

da amang direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah dipastikan

(66)

visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu acara mangayun, nazar ni

ama ina dipalalu direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah

dipastikan yaitu acara mangayun, malum nyae direpresentasikan oleh visual

dengan efek yang sudah dipastikan yaitu anak yang sehat.

Misalnya consequential; concequence

Teks verbal Teks visual

Mayam-mayam ni si mangido

Nazar ni ama ina dipalalu

Ho do jagar-jagar ni ama ina

Simbor ma ho amang laho magodang

Gambar

Gambar 3.3c Komponen Metafungsi Tektual
Gambar atau garis yang memberi tanda bagian atau bukan bagian dari gambar
Gambar 4.1a Komponen metafungsi ideasional
Gambar 4.1c Komponen metafungsi tekstual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat sistem semiotik multimodal pada iklan Kuroneko seperti, Linguistik yang dapat dibuktikan dengan keterkaitan bahasa dalam penentu target dalam iklan kuroneko,

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif yang memaparkan tentang teks tangis berru sijahe dengan memakai pendekatan analisis visual multimodal Gunther Kress and

secara verbal dan begitu juga sebaliknya. Kajian multimodal terhadap tradisi tangis berru sijahe merupakan kajian. yang baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya, walaupun

klausa dalam sistem bahasa, yang terdiri dari semantik-logis dan hubungan-. hubungan

Kemudian hasil dari pemodelan bathimetri, pasang surut, arus, dan salinitas akan dibandingkan dengan keadaan dilapangan berdasarkan data yang ada yang pada akhirnya

Bahasa  sebagai  teks  verbal  dan  gambar sebagai  teks  visual  merepresentasikan masyarakat etnis Minangkabau yang terikat

(2) Senandung jolo pada umumnya disajikan dengan gaya repetitif dengan mengutamakan teks daripada melodi (strofic-logogenic). Teks nya merupakan pantun yang terdiri dari dua

Kendala lain yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah sulitnya siswa menerima pembelajaran dari guru dikarenakan teks verbal dan visual dalam buku