37
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Deskripsi ini
bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci (Rakhmat,
2005:25). Metode ini merupakan metode penelitian yang semata- mata hanya
berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris
hidup pada pelaku adat istiadat sehingga yang dihasilkan atau yang dicari berupa
bahasa yang biasanya bersifat paparan, peristiwa, potret yang sebenarnya
(Sudaryanto 1998:62).
Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan secara kualitatif deskriptif teks
multimodal mangayun dengan analisis metafungsi visual Kress dan van Leeuwen
(1996, 2006) berdasarkan teori metafungsi bahasa yang dikemukakan Halliday
(1985, 2004) dan hubungan intersemiotik logis antara teks verbal dan visual
dengan model Liu Y dan O’Halloran (2009). Berdasarkan hasil analisis ini,
peneliti menginterpretasikan makna yang terdapat pada teks mangayun.
3.2Lokasi Penelitian
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan ibukotanya Sipirok, di sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli utara, di sebelah
timur berbatasan dengan Padang Lawas dan Padang Lawas Utara. Sebelah barat
dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan di bagian tengah
wilayah terdapat kota Padangsidimpuan. Kabupaten Tapanuli Selatan dipimpin
oleh seorang Bupati (H. Syahrul M Pasaribu, SH), dengan luas wilayah 4.367,05
atas 14 kecamatan berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan
November 2013. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan
dapat dilihat pada tabel 3.1:
Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Administrasi
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan: 2013)
Kecamatan Batang Angkola merupakan satu-satunya kecamatan yang ada
di Tapanuli Selatan yang mayoritas ditempati oleh masyarakat etnis Mandailing
yang berasal dari daerah Mandailing Natal Sumatera Utara (Sumber: Lurah
Sigalangan: 02 April 2014). Kecamatan Batang Angkola ibukota kecamatannya
Pintu Padang Raya I, dipimpin seorang camat Ali Akbar Hutasuhut. Luas wilayah
Kecamatan Batang Angkola adalah 473,04 Km2 dengan jumlah penduduk 32.666
orang, dan secara administrasi pemerintah terbagi atas 34 desa berdasarkan Badan
Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan November 2013. Pembagian wilayah
Tabel 3.2 Pembagian Wilayah Administrasi
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan: 2013)
Desa Bangun Purba merupakan desa terluas yaitu 30,35 Km2 dan desa
Sorimadingin merupakan desa terkecil 2,30 Km2. Pelaksanaan penelitian ini
difokuskan di desa Janji Manaon. Desa Janji Manaon merupakan wilayah kajian
berbagai upacara adat, khususnya upacara mangayun. Kemudian desa ini juga
cukup jauh dari kota Padangsidimpuan, sehingga tidak terkontaminasi dengan
masyarakat kota yang sudah mulai meninggalkan upacara adat sejenisnya. Desa
Janji Manaon ini dipilih karena berdasarkan observasi, Janji Manaon merupakan
desa yang mayoritas ditempati etnis Mandailing dan masih memegang adat
istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. (Sumber: Kepala Desa Janji Manaon).
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Mandailing yang menetap di desa
Janji Manaon adalah petani, dengan tingkat perekomian menengah ke bawah.
Terbukti di desa ini terdapat lahan pertanian padi 5,945 ha, ubi kayu 250 ha, ubi
jalar 20 ha, kacang tanah 15 ha dan kacang kedelai 24 ha.
Gambar 3.1 Peta Desa Janji Manaon Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan
Desa Janji Manaon
3.3Data dan Sumber Data 3.3.1 Data
Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa visual/ gambar dari acara
mangayun yang terdiri atas 83 visual. Namun 20 visual yang akan dijadikan data
dalam penelitian ini, karena 20 data sudah dapat mewakili data dari keseluruhan.
Data tersebut dianalisis dengan teori metafungsi visual Kress dan van Leeuwen
(1996, 2006) yang didapatkan dari rekaman visual upacara adat mangayun
berdurasi 00.08.06 (delapan menit enam detik). Pengambilan rekaman tersebut
menggunakan alat camera digital. Data tambahan pada penelitian ini adalah hasil
rekaman wawancara mengenai upacara mangayun oleh kepala desa, pelaku adat
dan pemuka adat desa Janji Manaon.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari rekaman upacara adat
mangayun dari keluarga besar bapak S. Lubis dan ibu Asnidar Ritonga sebagai
keluarga yang melaksanakan acara mangayun tanggal 19 April 2015 di desa Janji
Manaon, dan informan; pemuka adat mangayu yaitu ibu Naimah Sari Nasution
dan juga bapak Sori Jul Handi sebagai kepala desa Janji Manaon.
3.4Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi, berupa observasi partisipasi artinya pengamatan terhadap kegiatan
manusia dengan menggunakan pancaindra (Bungin,2011:118), dalam hal ini
peneliti masuk ke desa Janji Manaon dengan mengamati upacara adat mangayun
2. Wawancara, berupa wawancara mendalam artinya wawancara untuk
memperoleh keterangan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka
dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin,
2011: 111), oleh sebab itu peneliti bertemu langsung dengan pemuka adat, pelaku
adat dan kepala desa untuk melakukan wawancara tanpa menggunakan pedoman
wawancara.
3. Dokumentasi, berupa dokumen pribadi artinya catatan atau karangan
seseorang secara tertulis. Dalam hal ini, peneliti menggunakan dokumentasi pada
pengumpulan data yaitu dokumen pribadi CV odang Production berupa teks
mangayun.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara memeriksa data dari sumber data.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Merekam acara mangayun berbentuk audio- visual
2. Mereduksi data
3. Mendengarkan nyanyian mangayun dan mentranskipsikan teks
4. Melakukan pelabelan pada data
5. Melakukan observasi di lapangan, ketika acara adat mangayun dilaksanakan
oleh keluarga besar bapak S. Lubis tanggal 19 April 2015 di desa Janji
Manaon sebagai data
6. Melakukan interview kepada pemuka adat setempat sebagai pendukung data
3.5Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman (1992:19) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.
Gambar 3.2
Komponen Analisa Data : Model Interaksif (Miles dan Huberman, 1992)
1. Reduksi data, artinya 1) selecting (memilih), 2) focusing (memokuskan), 3)
simplitying (mempertajam), 4) abstracting (membuang) dan 5) transformating
(menyusun) dari data mentah
2. Penyajian data, setelah mereduksi data maka langkah selanjutnya menyajikan
data berupa uraian singkat, bagan, grafik dan hubungan antar kategori.
3. Kesimpulan dan verifikasi, ini adalah langkah terakhir teknik analisis data
Miles dan Huberman. Artinya kesimpulan yang didapatkan sebelum
melakukan penelitian bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang
diharapkan adalah temuan baru, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang belum tuntas sehingga menjadi tuntas.
Teknik analisis data Miles dan Huberman digunakan dalam penelitian ini.
Artinya penelitian ini dilakukan berawal dari data yang didapatkan dari lapangan
kemudian direduksi sehingga data dapat disajikan dan disimpulkan. Kemudian
memilih teori yang mendukung berkaitan dengan data. Teknik analisis data
penelitian ini meliputi:
1. Mentranskripsikan data lisan berupa nyanyian mengayun menjadi data
tertulis, dalam tahap ini tidak dilakukan reduksi data karena semua data
diperlukan.
2. Data visual berupa rekaman visual mangayun dilakukan reduksi data, artinya
data dipilih sesuai dengan data yang dibutuhkan.
3. Data berupa teks multimodal mangayun dianalisis dengan teori metafungsi
visual; fungsi ideasional, interpersonal dan tekstual.
4. Data hasil reduksi disajikan dalam bentuk deskripsi dan gambar, sebagai
berikut:
Analisis metafungsi visual teks multimodal mangayun
diayun Ho
Kau Diayun proses: action gol
Gambar 3.3a Komponen Metafungsi Ideasional
Diayun ho dianalisis dengan komponen ideasional; direalisasikan dalam proses
tindakan (action). Pesan utamanya adalah gol (ho) dengan pelaku (aktor) impisit
yaitu ayah dan ibu.
offer
modalitas represented participant
power/intimate/personal
Gambar 3.3b Komponen Metafungsi Interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional, pada gambar di atas demand tidak
ditemukan karena tidak ada partisipan yang berinteraksi langsung dengan
khalayak, namun partisipan yang lainnya bertindak sebagai offer yang
menyaksikan anak, jarak bersifat intimate/personal. Sudut pandang represented
participant power artinya tampilan gambar melemah. Modalitas warna tinggi
pada gambar, yaitu saturasi netral, warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks rendah pada gambar karena konteks abstrak, kemudian
modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
Centred
Framing Salience
Gambar 3.3c Komponen Metafungsi Tektual
Komponen tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun sebagai
centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, salience atau
tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras,
kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar
tersebut.
3.6 Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, data
dinyatakan valid apabila data yang dilaporkan oleh peneliti tidak berbeda dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ada tiga cara menguji
validitas data yaitu, melalui bahan referensi, Member check dan konsultasi
dengan para ahli (Sugiyono, 2010: 117).
Pada penelitian ini uji validitas Sugiyono digunakan peneliti untuk
pemeriksaan keabsahan data atau kebenaran data yang diperoleh. Uji validitas
1. Menggunakan bahan referensi, yaitu data pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya hasil wawancara didukung
adanya rekaman wawancara. Selain itu bahan referensi dapat juga berupa
buku-buku referensi. Semua ini berfungsi untuk membantu atau memberi
wawasan pada peneliti dalam menyusun laporan penelitian. Buku-buku
referensi ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan analisis
multimodal, metafungsi bahasa dan mangayun.
2. Member check adalah proses pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti
kepada subjek penelitian atau informan (baik informan kunci ataupun
pendukung). Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan yang disampaikan oleh informan. Pelaksanaan
member check dilakukan setelah pengumpulan data selesai, atau setelah
mendapat suatu temuan berkaitan dengan permasalahan yang ingin
dipecahkan. Caranya adalah peneliti mengkonsultasikan data yang diperoleh
kepada informan. Data tersebut berupa teks mangayun dan visual acara
mangayun.
3. Selanjutnya adalah mengonsultasikan data dengan para ahli, baik para ahli
dari pemuka adat (berkaitan dengan upacara mangayun) dan juga ahli bahasa
(berkaitan dengan teori metafungsi) dan juga dosen pembimbing. Peneliti
tidak hanya mengonsultasikan data-data yang diperoleh saat penelitian, akan
tetapi juga mengonsultasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
48 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini terdiri atas penjelasan tentang analisis metafungsi
visual Kress dan van Leeuwen yang didasari oleh metafungsi Halliday dalam teks
multimodal mangayun serta hubungan inter-semiotik antara teks verbal dan visual
mangayun pada masyarakat Mandailing. Setelah data dipilih berdasarkan data
yang dapat mewakili analisis metafungsi visual tidak semua data memenuhi
komponen ideasional, interpersonal dan tekstual seperti yang dikemukakan oleh
Kress dan van Leeuwen (1996,2006), hanya beberapa data saja yang
memilikinya. Berikut ini adalah metafungsi visual dalam teks multimodal
mangayun dan hubungan inter-semiotik logis antara teks verbal dan teks visual
dalam menyampaikan makna.
4.1.1 Metafungsi Visual dalam Teks Multimodal Mangayun 1. Komponen Metafungsi Representasi
Proses Jumlah dalam (%)
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua proses dalam komponen
representasi hadir, proses dominan adalah proses action terdapat sekitar
7,49% proses konversi 7,49% dan proses verbal 5,81%. Artinya, bahwa teks
mangayun dalam masyarakat Mandailing merupakan aktivitas atau kegiatan
yang menyangkut fisik dan terjadi di luar diri manusia.
Partisipan I Jumlah dalam (%)
Berdasarkan tabel di atas, menyimpulkan bahwa partisipan I dominnan
dilakukan oleh aktor 23,91 dan senser 23,91. Kemudian gol (17,39), reactor
(13,04), penanda (10,86), carrier (4,34), sayer (4,34) dan carrier (2,17).
Artinya bahwa partisipan I yang dominan adalah aktor dan senser berupa
manusia, yaitu ayah, ibu, kahanggi, tamu dan anak yang diayun.
Partisipan II Jumlah dalam (%)
Berdasarkan tabel di atas, menyimpulkan bahwa partisipan II yang paling
dominan adalah gol (51,61), fenomenon (14,51), perkataan (11,29), petanda
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa di dalam contact terdapat demand
(15,67) dan terdapat offer (84,33) yang artinya bahwa offer/ yang memberi
informasi lebih dominan dari pada yang menerima informasi. Offer meliputi ayah,
ibu, anak yang diayun, kahanggi dan tamu.
2. Social distance Jumlah
Intimate Equality
√
√ 83 83
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua gambar memiliki jarak sosial
intimate dan equality, artinya bahwa gambar memperlihatkan kedekatan dan
kebersamaan dalam acara mangayun.
partisipan II yang paling dominan adalah gol, hal ini sejalan dengan proses
action yang paling dominan pada tataran proses dan juga aktor sebagai
partisipan I, gol ini berupa anak yang diayun, ayah, ibu dan juga berbagai
sirkumtan.
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sirkumtan yang paling dominan
adalah cara (54,16), penyerta (33,33) dan tempat (12,5). Artinya bahwa teks
mangayun ini lebih dominan menampilkan sirkumtan cara, misalnya riang, simbur ma dan nadung lan.
2. Komponen Interaksional
3. Point of View Jumlah dalam (%)
Viewer power
Represented participant power
57 26
68,67 31,32
83 100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa, pola penggambaran partisipan lebih
kuat (viewer power) 68,67. Sedangkan 31,32 menggambarkan partisipan menjadi
lemah. Artinya partisipan lebih ditonjolkan dalam gambar acara mangayun
tersebut.
Modalitas warna pada gambar mangayun adalah modalitas tinggi, dari
keragaman warna, perubahan warna, kontekstualisasi, representasi, kedalaman,
penerangan dan kecerahan. Sedangkan modalitas rendah lebih cenderung terjadi
pada saturasi warna.
3. Komponen Komposisi
Nilai informasi yang paling dominan diletakkan di tengah (centred) 89,15 namun
10,83 nilai informasi ditampilkan di sebelah kanan yang artinya memberikan
2. Salience Jumlah dalam (%) Kontras dalam warna
adalah ayunan
83 100
83 100
Salience (tonjolan) pada gambar mangayun adalah ayunan anak, karena ayunan
tersebut memiliki warna yng sangat kontras dari yang lainnya.
3. Framing Jumlah dalam (%)
Gambar atau garis yang memberi tanda bagian atau bukan bagian dari gambar
83 100
83 100
Framing (bingkai) pada gambar mangayun adalah apa saja yang memberi tanda
bahwa sesuatu itu merupakan bagian atau bukan bagian dari gambar. Misalnya
ketika acara mangayun dilaksanakan kemudian seseorang lewat di sekitar acara
yang tertangkap oleh kamera.
4.1.2 Hubungan Inter-semiotik Logis antara Teks Verbal dan Visual dalam Menyampaikan Makna Teks Multimodal Mangayun
Teks verbal dan teks visual memiliki kaitan satu sama lain dalam
menyampaikan makna. Sebagai sebuah teks multimodal mangayun,
masing-masing teks memiliki hubungan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut,
Hubungan Inter-semiotik Logis Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, hubungan intersemiotik logis yang ditemukan pada teks
mangayun, menunjukkan bahwa hubungan consequential; contingency adalah
hubungan yang paling dominan dibandingkan hubungan yang lain, artinya bahwa
hubungan antara teks verbal dan visual mengacu pada hubungan pada efek yang
tidak pasti.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Metafungsi Visual dalam Teks Multimodal Mangayun Data 1
Solawat salam tu Rasulullah
‘solawat salam kepada Rasullullah’ Proses verbal Perkataan
sayer
setting
modalitas
Gambar 4.1a Komponen metafungsi ideasional
Komponen representasi; Solawat salam direalisasikan dalam proses
verbal, Solawat salam sebagai perkataan, ibu sebagai sayer yang mengucapkan
offer
modalitas
intimate/personal/viewer power offer
Gambar 4.1b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional, pada gambar di atas demand tidak
ditemukan karena tidak ada partisipan yang berinteraksi langsung dengan
khalayak, namun partisipan yang lainnya bertindak sebagai offer yaitu ayah, ibu
dan kahanggi. Pola penggambaran partisipan dalam bentuk viewer power
memberi pengertian adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki
oleh khalayak lain yang ada pada gambar. Kemudian dapat dilihat dari cara
pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (Intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
centred
Framing salience
Gambar 4.1c Komponen metafungsi tekstual
Komponen tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun sebagai
centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian salience
atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras,
kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar
tersebut.
Data 2
Jadima Ho anak namukmin da amang
‘jadihlah kamu nak anak yang mukmin’
Proses classifical Carrier Symbolic Attribute
setting symbolic attribute
carrier
Modalitas
Proses yang terjadi dalam gambar di atas adalah proses classifical, anak
sebagai penyandang (carrier), peci ayah sebagai atribut anak na mukmin Proses
relasional dalam bentuk penyandang menunjukkan bentuk yang sangat jelas ho
namun attribut berbentuk implisit. Lokasi pada gambar di atas adalah di rumah
terlihat dinding dan pintu rumah dibelakang partisipan.
intimate/represented viewer power
offer modalitas
Gambar4.2b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak, Pola
penggambaran Partisipan dalam bentuk represented participant power memberi
pengertian adanya kelemahan pandangan yang dimiliki oleh khalayak dalam
gambar. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (Intimate). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
Salience framing
Gambar4.2c komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras, kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari
gambar tersebut.
Data 3
Cita-cita nian marujung
‘semoga cita-cita tercapai’
Symbolic attribute proses analytical
Setting
pemilik
Cita-cita nian marujung dianalisis dengan fungsi ideasional; marujung
direalisasikan dalam proses analytical, cita-cita sebagai symbolic attribute.
Sedangkan carrier bersipat implisit yang direpresentasikan kepada anak yang
diayun. Sirkumtan lokasi yaitu rumah.
Offer
intimate/viewer power offer
modalitas
4.3b Komponen Metafungsi ideasional
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar karena tidak ada partisipan
berinteraksi langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, tamu dan anak
sebagai offer yang menyaksikan acara, Pola penggambaran Partisipan dalam
bentuk viewer power memberi pengertian adanya kuasa atas diri sendiri dan
kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang ada pada gambar. Pengambilan
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
Salience
4.3c Komponen Metafungsi ideasional
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 4
Amang Diayun
nak Diayun
gol proses action
aktor
gol
setting Modalitas
Amang diayun dianalisis dengan fungsi ideasional; direalisasikan dalam
proses tindakan (action). Pesan utamanya adalah gol (amang) karena dinyatakan
dalam bentuk predikat pasif (diayun), ibu, ayah dan kahanggi sebagai aktor.
Kemudian sirkumtan lokasi dalam gambar ini adalah di rumah.
represented partisipant viewer offer
offer
Intimate /personal Modalitas
Gambar 4.4b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan
anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend viewer power
memberi pengertian adanya kelemahan yang dimiliki oleh khalayak pada gambar
di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Centrend salience
Gambar 4.4c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 5
Dianggun dibue-bue
Diayun nina bobo
Proses action Gol
Setting Aktor
gol
Dianggun dibue-bue dianalisis dengan fungsi ideasional; direalisasikan
dalam proses tindakan (action). Anak menjadi pesal utama atau gol, kemudian
ayah, ibu dan kahanggi menjadi aktor, yaitu yang melakukan kegiatan.
Kemudian, pada gambar ini menunjukkan lokasi acara ini adalah di rumah.
intimate/represented partisipant power offer
offer
modalitas
Gambar 4.5b Komponen Metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, anak dan tamu
sebagai offer yang menyaksikan acara, pola penggambaran Partisipan dalam
bentuk represented participant power memberi kelemahan yang dimiliki oleh
khalayak dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (Intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih,
kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah,
kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas
kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi
Centred
Salince
Gambar 4.5c Komponen Metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras
Data 6
Nauli bulung Riang Mangayun
‘remaja putri mengayun dengan bahagia’
Actor Goal proses action
Aktor
setting gol
Gambar 4.6a komponen metafungsi ideasional
Nauli bulung riang mangayun dianalisis dengan fungsi ideasional;
sebagai gol. Namun dalam gambar menunjukkan ayah, ibu dan kahanggi sebagai
aktor, dan anak yang diayun sebagai gol. Kemudian, pada gambar ini
menunjukkan lokasi acara ini adalah di rumah.
offer
demand
Social/equality/viewer power modalitas
Gambar 4.6b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan deklaratif,
anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung dengan
khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan anak.
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
Centred
Framing Silence
Gambar 4.6c komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 7
Horas torkis ama ina Magabe
‘sehat-sehat ayah ibu menjadi senang’
Fenomenon Senser proses mental
senser
fenomenon
Horas torkis ama ina magabe dianalisis dengan fungsi ideasional; magabe
direalisasikan dalam proses mental, ama ina menjadi senser (pengindera) dan
horas torkis sebagai fenomenon yang ditujukan untuk anak yang diayun. Artinya,
dengan proses mental magabe dirasakan oleh ama ina dan menghasilkan
fenomenon anak yang diayun
offer
demand
Intimate/representend participant viewer modalitas
Gambar 4.7b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan
anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant
viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
tinggi karena tingkat kecerahan tinggi
framing
Centred salience
Gambar 4.7c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut.
Data 8
Sagala koum mando’ahon Hamunu
‘semua saudara mendo’akan kalian’
Sayer proses verbal utterance
sayer
perkataan
Sagala koum mandoahon hamunu dianalisis dengan fungsi ideasional; mandoahon direalisasikan dalam proses verbal, sagala koum menjadi sayer dan hamunu sebagai perkataan. Artinya, dengan proses verbal mandoahon yang
dilakukan oleh sayer sagala koum dan mengatakan perkataan hamunu.
Offer intimate/represented participant power
demand
modality
Gambar 4.8b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ada pada gambar karena tidak ada yang berinteraksi
langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, anak dan tamu sebagai offer
yang menyaksikan anak. Pola penggambaran partisipan dalam bentuk
representend participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih,
kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah,
kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas
kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi
Centred
salience
framing
Gambar 4.8c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut
Data 9
Jadima Ho anak na soleh
Jadilah kamu anak yang soleh
Symbolic Attribute
Setting carrier
Gambar 4.9a komponen metafungsi ideasional
Jadima ho anak na soleh dianalisis dengan fungsi ideasional; jadima
direalisasikan dalam proses classifical; ho menjadi carrier dan anak na soleh
sebagai symbolic attribute. Kemudian lokasi dalam gambar di atas adalah di
rumah.
Intimate /represented partisipan power offer
offer
modality
Gambar 4.9b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan pada gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
silence
framing centred
Gambar 4.9c Komponen metafungsi interpersonal
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
Data 10
Simbur ma ho amang laho magodang
‘cepatlah kamu nak besar’
Petanda Penanda proses symbolic
petanda
setting penanda
Gambar 4.10a komponen metafungsi ideasional
Simbur ma ho amang laho magodang dianalisis dengan fungsi ideasional; laho magodang direalisasikan dalam proses symbolic, ho amang menjadi penanda
dan simbur ma sebagai petanda yang direalisasikan ayah dengan sentuhan kasih
sayang. Kemudian lokasi dalam gambar ini adalah di rumah.
Offer
demand Intimate/personal/equality/viewer power
Modalitas
Gambar 4.10b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
silence framing
Gambar 4.10c komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
Data 11
Peng-peng muse laho matua
‘cepat juga menjadi dewasa’
Petanda proses symbolic
setting
penanda
petanda
Gambar 4.11a Komponen metafungsi ideasional
Peng-peng muse laho matua dianalisis dengan fungsi ideasional; laho matua direalisasikan dalam proses symbolic; peng-peng muse anak yang diayun
menjadi penanda, kemudian petanda direalisasikan dari senyum bahagia ayah.
Kemudian lokasi dalam gambar di atas adalah di rumah.
offer
demand
Intimate/represented participant power modality
Gambar 4.11b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewer
memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas.
Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
salience
Framing
Gambar 4.11c Komponen metafungsi textual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 12
Ringgas mangarejohon Sumbayang
‘rajin mengerjakan sholat’
gol
aktor
Setting
Gambar 4.12a Komponen merafungsi ideasional
Ringgas mangarejohon sumbayang dianalisis dengan fungsi ideasional; mangarejohon direalisasikan dalam proses tindakan (action), sumbayang dan ringgas menjadi gol yang direalisasikan dengan peci ayah. Anak yang diayun
sebagai aktor.
offer
intimate/equality/represented participant power
modality
Gambar 4.12b Komponen merafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
menyaksikan anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend
gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Framing centred
silence
Gambar 4.12c Komponen merafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 13
Sareto mando’ahon ama ina
‘seraya mendo’akan ayah ibu’
Setting perkataan
sayer
Gambar 4.13a Komponen metafungsi ideasional
Sareto mandoahon ama ina dianalisis dengan fungsi ideasional; mandoahon direalisasikan dalam proses verbal, dan ama ina menjadi perkataan
dan anak yang diayun sebagai sayer. Artinya, dengan proses verbal mandoahon
ini subjeknya tersembunyi sehingga perkataan dari mandoahon itu adalah ama
ina.
Offer intimate /represented participant power
demand
modality
Gambar 4.13b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
menyaksikan anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend
participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centerd
framing silence
Gambar 4.13c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
Data 14
Ho do jagar-jagar ni ama ina da amang
‘kau lah yang menjadi hiasan untuk ayah ibu nak’
Carrier proses analytical Symbolic attribute
carrier
symbolic attribute
Gambar 4.14a Komponen metafungsi ideasional
Ho do jagar-jagar ni ama ina da amang dianalisis dengan fungsi
ideasional; jagar-jagar direalisasikan dalam proses analytical, ama ina menjadi
carrier dan ho sebagai symbolic attribute.
offer
demand
Intimate/representend participant power modality
Gambar 4.14b Komponen metafungsi ideasional
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewermemberi
pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
framing silence
Gambar 4.14c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
Data 15
Mayam-mayam ni si mangido
‘menjadi mainan untuk tangan’
setting
symbolic analytical
Gambar 4.15a Komponen metafungsi ideasional
Mayam-mayam ni si mangido dianalisis dengan fungsi ideasional; mayam-mayam direalisasikan dalam proses analytical, ni si mangido sebagai symbolic analytical yang direalisasikan pada anak yang diayun. Carrier dari proses ini
tersembunyi yang direalisasikan pada ayah dan ibu.
intimate/participant participant power offer
offer
modality
Gambar 4.15b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional; demand tidak ditemukan pada
gambar di atas karena tidak ada yang berinteraksi langsung dengan khalayak.
Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan acara. Pola penggambaran
Partisipan dalam bentuk representend participant viewer memberi pengertian
adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang
hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan
penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail
yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail,
modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan
tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan
tinggi.
centred
framing silence
Gambar 4.15c Komponen metafungsi interpersonal
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
Data 16
ida ho amang sude on ancogot da amang
‘suatu hari nanti lihat lah ini semua nak’
setting senser
fenomenon
Gambar 4.16a komponen metafungsi ideasional
Ida ho amang sude on ancogot da amang dianalisis dengan fungsi
ideasional; ida direalisasikan dalam proses mental, pengindera (senser) implisit,
yang kemudian direalisasikan oleh ayah, ibu dan kahanggi. Ho amang sebagai
fenomenon. Kemudian lokasi pada gambar adalah rumah.
offer
demand
Intimate/equality/viewer power modality
Gambar 4.16b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak. Pola
penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewermemberi
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
silence
Gambar 4.16c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 17
holong ni on ulang lupa hamunu
‘kalian jangan lupa dengan kasih sayang ini’
senser
fenomenon
Gambar 4.17 a Komponen metafungsi interpersonal
Holong ni on ulang lupa hamunu dianalisis dengan fungsi ideasional; lupa
direalisasikan dalam proses mental, pengindera implisit yang kemudian
direalisasikan kepada ayah dan kahanggi, kemudian anak yang diayun sebagai
fenomenon.
offer Intimate/equality/viewer power
demand
modality
Gambar 4.17 b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
non-centred/new
silence
framing
Gambar 4.17 c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai non-centred atau tidak terpusat yang diletakkan di sebelah kanan yang
menghasilkan informasi baru (new), kemudian salience atau tonjolan yang ada
pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras, dan framing yang ada
Data 18
Hu gogoi do manjalaki suada
Aku akan giat Mencari yang tidak ada
Aktor proses action gol
setting aktor
gol
Gambar 4.18a Komponen metafungsi ideasional
Hu gogoi do manjalaki suada dianalisis dengan fungsi ideasional; manjalaki
proses tindakan (action), hu sebagai pelaku yang direalisasikan kepada ayah dan
ibu. Kemudian anak yang diayun sebagai gol.
Intimate/equality/viewerpower offer
demand
Gambar 4.18b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak. Pola
penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian adanya
kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
silence
Gambar 4.18c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 19
Sombu Lungun
Terobati rindu
reactor
Gambar 4.19a Komponen metafungsi ideasional
Sombu lungun dianalisis fungsi ideasional; direalisasikan dalam proses
reaksi, lungun menjadi reactor yang direalisasikan kepada anak yang diayun.
Represented partisipan viewer offer
modality
Gambar 4.19b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan pada gambar karena tidak ada berinteraksi
langsung dengan khalayak sedangkan anak sebagai offer pemberi informasi pada
khalayak. Sudut pandang represented partisipant power artinya tampilan gambar
melemah. Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian
modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas
konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian
modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
salience
centred
Gambar 4.19c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 20
Magogo ho amang Marsipoda
Terus kamu nak berkelakuan baik
reactor proses reaksi
setting
reactor
Gambar 4.20a Komponen metafungsi ideasional
Magogo ho amang marsipoda dianalisis dengan fungsi ideasional; marsipoda proses reaksi, ho sebagai reactor dan magogo sirkumtan cara, dengan
offer
offer
Intimate/equality/represented participant power
Gambar 4.20b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak, jarak
antara anak yang diayun dengan khalayak bersifat intimate/equality artinya setiap
orang dapat melakukan acara mangayun ini. Sudut pandang represented
partisipant power artinya tampilan gambar melemah. Modalitas warna rendah
pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu
warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
Centred
silence
Gambar 4.20cKomponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 21
Tutup do’a allohumma amin
‘tutup do’a dengan allohumma aamiin’
Proses action aktor Goal
Aktor
gol
Gambar 4.21a Komponen metafungsi ideasional
Tutup doa allohumma amin dianalisis dengan fungsi ideasional; tutup
oleh ayah, ibu dan kahanggi dan allohumma amin menjadi gol yang
direalisasikan kepada anak yang diayun.
Offer
demand equality/represented Partisipant power
Modality
Gambar 4.21b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak,
jarak antara anak yang diayun dengan khalayak bersifat equality artinya setiap
orang dapat melakukan acara mangayun ini. Sudut pandang represented
partisipant power artinya tampilan gambar melemah. Modalitas warna rendah
pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu
warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
centred
silence
Framing
Gambar 4.21c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
4.2.2 Hubungan Inter-semiotik Logis antara Teks Verbal dan Teks Visual dalam Menyampaikan Makna Teks Multimodal Mangayun
Sebuah teks multimodal disusun oleh lebih dari satu sumber semiotik.
Sumber semiotik dalam penelitian ini adalah tanda verbal dan tanda visual yang
diwujudkan dalam bentuk teks verbal dan teks visual dalam teks multimodal
mangayun. Kedua model teks ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lain
dalam menciptakan makna. Hal ini diwujudkan melalui hubungan-hubungan yang
saling menjelaskan, melengkapi, dan hubungan sebab akibat. Hubungan
inter-semiotik logis antara teks verbal dan teks visual dalam menyampaikan makna
dalam teks multimodal mangayun menunjukkan bahwa teks verbal yang
menciptakan makna sehingga membutuhkan teks visual, seperti pada teks
multimodal mangayun.
1. Hubungan repeating/pengulangan
Hubungan repeating/pengulangan yaitu teks verbal dan visual berkali-kali
diulang (temporal/time). Teks verbal diayun ho amang diayun, dianggun dibue-
bue, ho do amang si ubat lungun, jadima ho anak na soleh, sareto mandok syukur tu Tuhan, malum nyae sombu lungun, horas torkis markahirasan, tutup doa allohumma amin, sian sude koum na markunjung, jadima ho anak namukmin, cita-cita nian marujung berulang-ulang diucapkan begitu juga dengan visual yang
berulang-ulang juga, kemudian teks verbal diatas merupakan proses action yang
menyangkut kegiatan fisik sama halnya dalam visual memperlihatkan kegiatan
fisik seperti sentuhan atau dorongan ketika mengayun anak. Hubungan repeating
ini menyampaikan makna dan memberi penegasan dari teks verbal dan visual
bahwa acara ini adalah upacara mangayun. Selain itu, dengan hubungan reapeting
ini menunjukkan bahwa teks verbal dan visual inilah yang menjadi inti dari upacara
Misalnya;
Teks verbal Teks visual
diayun ho
amang diayun
dianggun dibue-bue
2. Hubungan Comparative/perbandingan
Hubungan comparative, yaitu hubungan perbandingan antara teks verbal
dan visual pada tingkatan umum dan abstraksi. Teks mangayun ini memiliki
empat teks yang berhubungan dengan perbandingan, yaitu jadima ho anak na
soleh dijelaskan melalui proses classifical dan visual ayah memakai peci, artinya
teks verbal memiliki perbandingan umum bahwa anak yang soleh ditandai dengan
petanda peci. Kemudian riang sude koum namarkunjung merupakan proses
tindakan (action) dan visual lambaian tangan ibu. Artinya teks verbal memiliki
perbandingan umum bahwa tindakan yang dilakukan oleh ibu (aktor) merupakan
kagiatan yang menyangkut fisik yaitu lambaian tangan. Ringgas mangarejohon
sumbayang adalah proses tindakan (action) dan visual ayah memakai peci,
hubungan perbandingan abstaksi. Artinya proses tindakan pada ringgas
mangarejohon sumbayang direpresentasikan berdasarkan arti rajin mengerjakan
sholat dengan petanda peci yang dipakai ayah. Selanjutnya, sude hamu si oban
dame merupakan proses action, hamu adalah anak yang diayun sekaligus menjadi
aktor dan dame sebagai gol, ini juga diperlihatkan pada visual bahwa keluarga
sangat bahagia kehadiran anak yang diayun sebagai anak yang ditunggu-tunggu
kelahirannya. Artinya hubungan ini adalah hubungan perbandingan umum.
Makna yang ingin disampaikan teks verbal dan visual ini adalah kebahagiaan
keluarga dan kaum kerabat atas kehadiran anak yang diayun dan sekaligus
harapan agar anak menjadi anak yang soleh.
Misalnya;
Teks verbal Teks visual
Jadima ho anak na soleh
Ringgas mangarejohon sumbayang
3. Hubungan Additive
Hubungan additive dalam teks verbal dan visual pada teks multimodal
mangayun terdiri atas anggunan na marbunga-bunga da amang, diayun ho, patidahon holong ni ama ina, maroban sangap, sholawat salam tu Rasululloh, marlagut kahanggi anakboru mora da amang, sapangido anso ho anak paragama, marlagut koum sisolkot. Hubungan ini menunjukkan bahwa teks
verbal dan teks visual saling melengkapi dalam menyampaikan makna. Artinya
dalam hubungan ini, teks verbal menyampaikan makna melalui partisipan dan
proses yang kemudian dilengkapi oleh visual melalui gambar sehingga makna
dapat dimengerti. Teks verbal anggunan na marbunga-bunga da amang
disampaikan dengan partisipan berupa thing yaitu anggunan yang kemudian
dilengkapi oleh visual dengan gambar ayunan, hal ini menjelaskan teks verbal
tersebut dengan menunjukkan pada visual apa yang dimaksudkan teks verbal
sehingga dapat dipahami. Kemudian teks verbal diayun ho menyampaikan makna
denga proses yang dilengkapi dengan visual. Artinya dengan teks verbal diayun
ho diperlihatkan pada visual gambar dorongan ke ayunan yang berarti mengayun
anak. Patidahon holong ni ama ina menyampaikan makna melalui proses
sehingga dapat dimengerti, artinya ketika teks verbal patidahon holong ni ama
ina direalisasikan dalam visual dengan belaian kasih sayang ayah dan ibu.
Makna teks maroban sangap disampaikan melalui proses yang
direalisasikan dengan visual yaitu jabatan tangan ucapan selamat, artinya teks
verbal dilengkapi oleh visual yang memberikan pemahaman makna teks. Teks
verbal sholawat salam tu Rasululloh dengan visual ibu menunduk seolah-olah
verbal dan visual. Kemudian teks verbal sagala koum mandoahon hamunu
dengan visual kehadiran tamu-tamu memberi penjelasan melalui proses. Artinya
dengan teks verbal sagala koum mandoahon dengan kehadiran tamu yang secara
langsung ingin mendoakan anak yang diayun sehingga ketika teks perbal hadir
dengan visual memberi pemahaman makna dari keduanya. Marlagut kahanggi
anakboru mora da amang dengan visual memperlihatkan kahanggi, memberi
pemahaman utuh pada teks verbal dan visual. Sapangido anso ho anak
paragama dengan visual ayah yang memakai baju koko memberi pengertian
terhadap makna teks verbal dan visual. Marlagut koum sisolkot dijelaskan dengan
proses yang memberi pemahaman terhadap teks verbal dan visual. Artinya kedua
teks saling melengkapi dalam menyampaikan makna. Makna yang ingin
disampaikan teks verbal dan visual pada hubungan additive ini adalah
kebahagiaan keluarga dan kaum kerabat atas upacara mangayun anak dan harapan
keluarga agar anak menjadi anak yang beragama dan menyayangi keluarganya
Misalnya;
Teks verbal Teks visual
Anggunan na marbunga-bunga
Patidahon holong ni ama ina
Sagala koum mandoahon hamunu
4. Hubungan Consequential
a. Consequential; consequence dengan efek yang dapat dipastikan dimiliki teks
verbal dan visual. Teks verbal Simbor ma ho amang laho magodang yang
direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu
sentuhan ayah kepada anak yang diayun, ho do jagar-jagar ni ama ina da
amang direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu
anak yang diayun, mayam-mayam ni si mangido direpresentasikan oleh visual
dengan efek yang sudah dipastikan yaitu anak, ida ho amang sude on ancogot
da amang direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah dipastikan
visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu acara mangayun, nazar ni
ama ina dipalalu direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah
dipastikan yaitu acara mangayun, malum nyae direpresentasikan oleh visual
dengan efek yang sudah dipastikan yaitu anak yang sehat.
Misalnya consequential; concequence
Teks verbal Teks visual
Mayam-mayam ni si mangido
Nazar ni ama ina dipalalu
Ho do jagar-jagar ni ama ina
Simbor ma ho amang laho magodang