• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKS MULTIMODAL TANGIS BERRU SIJAHE DALAM MASYARAKAT PAKPAK TESIS OLEH ADE PURNAMA SARI SINAGA /LNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TEKS MULTIMODAL TANGIS BERRU SIJAHE DALAM MASYARAKAT PAKPAK TESIS OLEH ADE PURNAMA SARI SINAGA /LNG"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH

ADE PURNAMA SARI SINAGA 137009005/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ADE PURNAMA SARI SINAGA 137009006/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(3)

Nama Mahasiswa : Ade Purnama Sari Sinaga

NIM : 137009005

Program Studi : Linguistik Konsentrasi : Linguistik

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. T. Silvana Sinar,M.A.,Ph.D) (Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D) (Dr. Syahron Lubis, M.A)

Tanggal Lulus : 24 Oktober 2015

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,P.hD (...)

Anggota : 1. Prof. Hamzon Situmorang,.MS.,P.hD (...)

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si (...)

3. Dr. Nurlela, M. Hum (...)

4. Dr. T.Thyrhaya Zein, M. Hum. (...)

(5)

Judul Tesis

ANALISIS TEKS MULTIMODAL TANGIS BERRU SIJAHE DALAM MASYARAKAT PAKPAK

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

Ade Purnama Sari Sinaga

(6)

i

ANALISIS TEKS MULTIMODAL TANGIS BERRU SIJAHE DALAM MASYARAKAT PAKPAK

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang analisis visual tangis berru sijahe dalam masyarakat Pakpak: kajian multimodal. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang komponen metafungsi multimodal dalam analisis tangis berru sijahe dan mendeskripsikan hubungan teks verbal dan teks visual tangis berru sijahe dalam analisis multimodal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif yang memaparkan tentang teks tangis berru sijahe dengan memakai pendekatan analisis visual multimodal Gunther Kress and Theo van Leeuwen (2006). Metafungsi verbal digunakan untuk menganalisis teks tangis berru sijahe yang terdiri dari metafungsi ideasional dan metafungsi visual digunakan untuk menganalisis visual tradisi tangis berru sijahe yang terdiri dari metafungsi interpersonal dan metafungsi tekstual. Setelah dilakukan penelitian terhadap tradisi tangis berru sijahe makan dapat disimpulkan bahwa: 1) Komponen metafungsi multimodal tangis berru sijahe terdiri atas komponen ideasional (proses, partisipan, gol, dan vokatif), komponen interpersonal (offer, impersonal, dan colour saturation) komponen tekstual (polarized, centred, dan maximum salience, dan maximum connection). 2). Adanya keterkaitan hubungan antara teks verbal and teks visual dalam analisis multimodal tangis berru sijahe, teks verbal dapat menjelaskan teks visual begitu juga sebaliknya.

kata kunci: teks tangis berru sijahe, komponene metafungsi, teks verbal, teks visual

(7)

ii

AN ANALYSIS OF MULTIMODAL TEXT TANGIS BERRU SIJAHE IN PAKPAK ETHNIC

ABSRACT

This research is discussed about visual analysis of tangis berru sijahe in Pakpak ethnic: Multimodal Analysis. Then, the aims of this research are to describe the components of multimodal metafunction in tangis berru sijahe analysis and to describe the relationship of verbal text and visual text of tangis berru sijahe in multimodal analysis. This research using descriptive qualitative method that analyzing tangis berru sijahe using multimodal visual analysis approach that introduced by Gunther Kress and Theo van Leeuwen. Verbal metafunction is using for analizing tangis berru sijahe text that consist of ideational metafunction and visual metafungsing is using for analyzing visual that consit of interpersonal metafunction and textual metafungtion. After doing this research, it can be concluded that 1) the components of multimodal metafuction of verbal text consist of ideational metafunction (process, participant, goal, and vocative), interpersonal metafunction (offer, impersonal, and colour saturation), and textual metafunction (polarized, cntred, and maximum connection). 2) There are the relationship of text verbal and text visual that construct tangis berru sijahe.

Keywords: tangis berru sijahe’s text, metafuction components, verbal text, visual text

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ridho-Nya, sehingga tesis dengan judul “Analisis Teks Multimodal Tangis Berru Sijahe Dalam Masyarakat Pakpak” dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Lingusitik (M.Si.) dalam bidang konsentrasi Linguistik pada program studi Linguistik Universitas Sumatera Utara.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, MA Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Tengku Silvana Sinar, Ph. D. Selaku Ketua Program Pascasarjana Liguistik Universitas Sumatera Utara yang memeberikan izin untuk melakukan penelitian terhadap tesis ini.

3. Dr. Nurlela M.Hum Selaku Sekretaris Jurusan Program Pascasarjana Linguistik Universitas Sumatera Utara.

4. Pembimbing Pertama Prof. Tengku Silvana Sinar, Ph.D. atas arahan, motivasi, serta pengertian, dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama menjadi dosen pembimbing dan perkuliahan.

5. Pembimbing kedua Prof. Hamzon Situmorang, Ph. D. yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan pertimbangan selama proses penulisan dan pengerjaan tesis ini hingga selesai dan begitu juga selama proses perkuliahan.

(9)

iv

6. Dosen Penguji Tesis Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., Dr. Thyrhaya Zein, M.A., dan Dr. Nurlela, M.Hum. yang telah banyak memberikan masukan dan saran pada saat seminar proposal dan seminar hasil tesis.

7. Seluruh Dosen program Pascasarja Linguistik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan arahan dan bimbingan untuk mendalami ilmu Linguistik.

8. Seluruh staff administrasi dan staff perpustakaan Program Pascasarjana Linguistik Universitas Sumatera Utara.

9. Suami tercinta Ns. Hendry Syahputra Bancin, S.Kep. atas segala motivasi, perhatian dan doa serta kesabaran menemani proses penyelesaian studi di Program Pascasarjana Linguistik. Semoga Allah selalu memberi keberkahan kepada kita.

10. Terkhusus dan teristimewa untuk Ayahanda tercinta Janner Sinaga dan Ibunda tercinta Nurmawan Munthe atas kasih dan sayang serta motivasi yang tidak pernah berhenti yang tidak bisa dibalas dengan apapun. Semoga Tuhan senantisa menjaga dan memberi kesehatan kepada kalian.

11. Adik-adik saya Muhammad Jimmy Anshor Sinaga, Ngkasah Kinin Duma Sinaga, dan Muslim Tunggul Pardamean Sinaga atas segala dukungan dan doanya serta kerjasama yang baik selama ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjan Linguistik USU Angkatan 2013 : Anna Leli, Wilda Mahya Sari, Ayu Yuniasari, Atika Laila, Arfi Yana, Juni Agus Simare-mare, Pangeran Batubara, Retno Utari, Elfi Susanti.

13. Sahabat-sahabat Tersayang : Derliana Siregar, Emma Sari Mtd, Ayu Lestari Sugi, Rahma Yani Lubis, dan Anna Leli Hrp. Terima kasih untuk

(10)

v

persahabataan yang tidak memandang materi. Semoga kita semua selalu berada dalam kesuksesan dan kebersamaan.

14. Sahabat teristimewa: Ratu Verawaty, Dila Handayani, Hotri Elsaveramika, Dedy Rahmad. Semoga kita selalu saling menjaga silaturrahmi ini.

15. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Baik secara langsung maupun tidak langsung yang membantu proses penyelesaian tesis ini.

Dengan keterbatasan pengalaman, pengetahuan maupun pustaka yang ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan perlu pengembangan lebih lanjut agar benar benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ramah lingkungan.

Medan, Oktober 2015

Ade Purnama Sari Sinaga

(11)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Data Pribadi

Nama : Ade Purnama Sari Sinaga

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 31 Oktober 1990

Alamat : Jalan Palem 3 No. 103 Blok 8 Perumnas Helvetia Medan

Agama : Islam

No. Telp : 0812-6099-9419/ 0857-6203-6019 Email : adepurnamasarisinaga@yahoo.com

2. Pendidikan Formal

Tahun 1996-2002 : SD Negeri 149621 Salambue Tahun 2002-2005 : Mts. Darul Mursyid Sipirok Tahun 2005-2008 : M.A Darul Mursyid Sipirok

Tahun 2008-2012 : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Padangsidimpuan

Tahun 2013-2015 : Pascasarjana Linguistik Universitas Sumatera Utara (USU) Medan

(12)

vii DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Bagan ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

Daftar Tabel ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Defenisi Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Kajian-Kajian Relevan ... 9

2.1.2 Tangis Berru Sijahe ... 12

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Linguistik Sistemik Fungsional ... 14

2.2.2 Metafungsi Bahasa ... 16

2.2.3 Kerangka Metafungsi Multimodal ... 20

2.3 Kerangka Kerja Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Lokasi Penelitian ... 26

3.2 Metode dan Pendekatan Penelitian ... 28

3.3 Instrument Penelitian ... 29

3.4 Data dan Sumber Data ... 30

3.4.1 Data ... 30

3.4.2 Sumber Data ... 31

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 32

(13)

viii

3.6 Teknik Analisis Data ... 33

3.7 Pengecekan Keabsahan Data ... 37

3.8 Teknik Penyajian Data ... 38

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 39

4.1 Paparan Data Tangis Berru Sijahe ... 39

4.2 Analisis Data Multimodal Tangis Berru Sijehe ... 47

4.2.1 Analisis Multimodal Tangis Berru Sijahe ... 48

4.2.1.1 Komponen Metafungsi Ideasional ... 48

4.2.1.2 Komponen Metafungsi Ideasional ... 61

4.2.1.3 Komponen Metafungsi Interpersonal ... 64

4.2.1.4 Komponen Metafungsi Tekstual ... 65

4.2.1.5 Komponen Metafungsi Ideasional ... 66

4.2.1.6 Komponen Metafungsi Ideasional ... 70

4.2.1.7 Komponen Metafungsi Interpersonal ... 74

4.2.1.8 Komponen Metafungsi Tekstual ... 75

4.2.1.9 Komponen Metafungsi Ideasional ... 76

4.2.1.10 Komponen Metafungsi Ideasional ... 83

4.2.1.11 Komponen Metafungsi Interpersonal ... 88

4.2.1.12 Komponen Metafungsi Tekstual ... 89

BAB V TEMUAN PENELITIAN ... 91

5.1 Temuan dan Pembahasan Tangis Berru Sijahe ... 91

5.1.1 Temuan Penelitian Tangis Berru Sijahe ... 91

5.1.1.1 Metafungsi Visual Teks Tangis Berru Sijahe ... 91

5.1.1.2 Hubungan Logis Teks Verbal dan Teks Visual dalam Penyampaian Makna Teks Multimodal Tangis Berru Sijahe .... 92

5.2 Pembahasan Tangis Berru Sijahe... 93

5.2.2.1 Metafungsi Visual Teks Multimodal Tangis Berru Sijahe ... 93

5.2.2.2 Hubungan Logis Teks Verbal dan Teks Visual dalam Penyampaian Makna Teks Multimodal Tangis Berru Sijahe .... 93

5.3.1 Ideologi Umum Yang Mendasari Pencitraan Gender Tradisi Tangis berru Sijahe dalam Masyarakat Pakpak ... 96

5.3.1 Idoelogi Seksis ... 97

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 98

6.1 Simpulan ... 98

6.2 Saran ... 99

Daftar Pustaka ... 99

(14)

ix Daftar Bagan

Bagan 2.1 ... 25 Bagan 3.2 ... 32 Bagan 3.3 ... 35

(15)

x

Daftar Gambar

Gambar 3.1 ... 26

Gambar 4.1 ... 40

Gambar 4.2 ... 41

Gambar 4.3 ... 43

Gambar 4.4 ... 45

(16)

xi Daftar Tabel

Table 2.1 ... 23 Tabel 3.1 ... 27

(17)

i

ANALISIS TEKS MULTIMODAL TANGIS BERRU SIJAHE DALAM MASYARAKAT PAKPAK

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang analisis visual tangis berru sijahe dalam masyarakat Pakpak: kajian multimodal. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang komponen metafungsi multimodal dalam analisis tangis berru sijahe dan mendeskripsikan hubungan teks verbal dan teks visual tangis berru sijahe dalam analisis multimodal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif yang memaparkan tentang teks tangis berru sijahe dengan memakai pendekatan analisis visual multimodal Gunther Kress and Theo van Leeuwen (2006). Metafungsi verbal digunakan untuk menganalisis teks tangis berru sijahe yang terdiri dari metafungsi ideasional dan metafungsi visual digunakan untuk menganalisis visual tradisi tangis berru sijahe yang terdiri dari metafungsi interpersonal dan metafungsi tekstual. Setelah dilakukan penelitian terhadap tradisi tangis berru sijahe makan dapat disimpulkan bahwa: 1) Komponen metafungsi multimodal tangis berru sijahe terdiri atas komponen ideasional (proses, partisipan, gol, dan vokatif), komponen interpersonal (offer, impersonal, dan colour saturation) komponen tekstual (polarized, centred, dan maximum salience, dan maximum connection). 2). Adanya keterkaitan hubungan antara teks verbal and teks visual dalam analisis multimodal tangis berru sijahe, teks verbal dapat menjelaskan teks visual begitu juga sebaliknya.

kata kunci: teks tangis berru sijahe, komponene metafungsi, teks verbal, teks visual

(18)

ii

AN ANALYSIS OF MULTIMODAL TEXT TANGIS BERRU SIJAHE IN PAKPAK ETHNIC

ABSRACT

This research is discussed about visual analysis of tangis berru sijahe in Pakpak ethnic: Multimodal Analysis. Then, the aims of this research are to describe the components of multimodal metafunction in tangis berru sijahe analysis and to describe the relationship of verbal text and visual text of tangis berru sijahe in multimodal analysis. This research using descriptive qualitative method that analyzing tangis berru sijahe using multimodal visual analysis approach that introduced by Gunther Kress and Theo van Leeuwen. Verbal metafunction is using for analizing tangis berru sijahe text that consist of ideational metafunction and visual metafungsing is using for analyzing visual that consit of interpersonal metafunction and textual metafungtion. After doing this research, it can be concluded that 1) the components of multimodal metafuction of verbal text consist of ideational metafunction (process, participant, goal, and vocative), interpersonal metafunction (offer, impersonal, and colour saturation), and textual metafunction (polarized, cntred, and maximum connection). 2) There are the relationship of text verbal and text visual that construct tangis berru sijahe.

Keywords: tangis berru sijahe’s text, metafuction components, verbal text, visual text

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) yang dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dalam buku Reading Images (2006). Kajian multimodal ini menerapkan seluruh interaksi baik itu interaksi verbal maupun interaksi visual. Secara umum analisis multimodal dapat didefinisikan sebagai analisis sarana komunikasi yang menggabungkan antara teks visual dan teks verbal. Untuk mendeskripsikan keterkaitan hubungan logis dalam teks-teks visual dan teks verbal begitu juga sebaliknya hubungan logis teks verbal menjelaskan teks visual.

Kajian multimodal dapat diapplikasikan dalam berbagai analisis, seperti analisis iklan, musik, dan patung serta tradisi yang terdapat dalam budaya etnis dan ras. Kajian multimodal terhadap iklan maupun tradisi menghasilkan temuan yang berbeda. Sampai sekarang ini, telah banyak peneliti yang mengaplikasikan multimodal dalam analisis iklan. Namun pada analisis tradisi belum pernah menjadi perhatian para peneliti sebelumnya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian baru dalam aplikasi multimodal terhadap teks budaya.

Teks tradisi banyak mengandung unsur-unsur yang menarik untuk dikaji secara multimodal karena menggambarkan pola hidup yang menyeluruh suatu etnis. Dalam teks budaya dapat dilihat unsur-unsur kompleks, abstrak, dan luas yang menetukan prilaku komunikatif. Unsur-unsur ini meliputi gambaran kegiatan

(20)

sosial budaya manusia. Suatu budaya memiliki perbedaan dan ciri khas masing- masing sehingga ciri khas ini perlu diungkap dalam analisis multimodal. Teks budaya menarik untuk diteliti, sebab setiap interaksi yang terdapat dalam tradisi budaya merupakan aspek multimodal. Mengkaji keterkaitan antara teks visual dan teks verbal merupakan alasan memilih tradisi tangis berru sijahe dalam masyarakat Pakpak. Hasil penelitian menjawab hubungan logis antara teks verbal dan teks visual yang terdapat pada tradisi tangis berru sijahe pada masyarakat Pakpak.

Tradisi tangis berru sijahe yang ada pada masyarakat Pakpak terdiri atas teks visual dan teks verbal yang membangun tradisi tersebut. Teks verbal berupa klausa yang diucapkan seorang gadis yang menikah dengan tunangannya sehingga ungkapan-ungkapan klausa dalam teks tersebut berisi kenangan yang dialami sang gadis selama belum menikah dan teks visual berupa gerakan, posisi, sikap, dan hubungan tertentu yang dilaksanakan pada tradisi tangis berru sijahe. Teks ini kaya akan ungkapan dan aspek multimodal dan langka pada masa kini. Kenyataan yang ditemui penelitian di lapangan sangat memprihatinkan, karena masyarakat Pakpak sudah mulai meninggalkan tradisi tangis berru sijahe.

Modernisasi dan globalisasi yang menyebar luas sekarang ini menyebabkan tradisi dalam masyarakat etnik sudah mulai terpinggirkan dari aktifitas pemilik tradisi. Bergesernya tradisi suatu etnik sama dengan menghilangkan identitas etnik. Demikian juga yang terjadi pada tradisi tangis berru sijahe yang ada pada masyarakat Pakpak ini. Masyarakat yang usia tua masih akrab namun para remaja pemilik tradisi sudah mulai meninggalkan tradisi padahal tradisi ini sudah diperkenalkan oleh leluhur sudah sangat lama. Di

(21)

beberapa desa yang dikunjungi, mengatakan bahwa tradisi tangis berru sijahe ini jarang dilaksanakan dengan alasan tidak praktis dan memerlukan banyak waktu mengingat aktifitas kerja masyarakat Pakpak semakin meningkat dan beralih dari profesi bertani menjadi pegawai di intansi pemerintah atau instansi swasta dan lain sebagainya.

Menurut Simon Kemoni (2010: 51) sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai tradisi dan nilai-nilai tradisi. Dalam proses yang alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan tradisi mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi hal ini harus didukung dengan memperkokoh dimensi-dimensi ketradisian mereka dan memelihara struktur nilai-nilai agar tidak tereliminasi oleh tradisi asing.

Berkaitan dengan fenomena pernyataan di atas, ada beberapa pertimbangan yang mendasari kajian ini. Alasan pertama bahwa tradisi tangis berru sijahe tidak terlepas dari teks yang merupakan wujud verbal dari tradisi tersebut. Teks Verbal dapat mengkomunikasikan maksud dan tujuan tradisi.

Tangis berru sijahe juga memiliki teks verbal dan teks visual yang dapat dianalisis menggunakan komponen metafungsi Ideasional (Partisipan I, proses, dan Partisipan II) yang bertujuan untuk merepresentasi pengalaman bahasa secara sosial yang bertujuan untuk mengetahui komponen visual gambar, posisi, arah, sikap, warna, dan hubungan logis.

Alasan kedua adalah pergeseran tradisi tangis berru sijahe pada awalnya merupakan salah satu runtutan prosesi adat dalam upacara pernikahan pada Masyarakat Suku Pakpak, namun masa kini tradisi tangis berru sijahe telah

(22)

bergeser menjadi salah satu acara yang terdapat dalam festival tradisi Pakpak.

Pergeseran ini telah menyebabkan mulai pudarnya nilai-nilai positif yang terdapat dalam tradisi (seperti yang telah disampaikan oleh informan Lister Berutu).

Akibat kurangnya pemahaman masyarakat terhadap nilai positif yang terkandung dalam suatu tradisi juga faktor yang menyebabkan tradisi tangis berru sijahe ini mulai ditinggalkan. Nilai dan norma kesopanan tradisi ini digantikan dengan alasan untuk melakukan segala sesuatu secara instan dan praktis. Dominasi paradigma masyarakat global mempengaruhi masyarakat lokal untuk lebih memilih pekerjaan yang praktis dan tidak bertele-tele.

Pentingnya pemertahanan tradisi merupakan alasan dilakukan penelitian ini. Tradisi yang tidak pernah atau jarang mendapat sentuhan dari para peneliti tidak dapat dipungkiri akan menghilang dari permukaan bumi. Seiring hilangnya memori tradisi dari masyarakat pemilik tradisi tangis berru sijahe.

Semangat peneliti mempertahankan serta melestarikan tradisi yang hampir punah ini dilakukan dengan menganalisis teks tradisi melalaui pendekatan kajian linguistik. Secara linguistik, pengakajian tradisi tangis berru sijahe dianalisis dengan pendekatan multimodal agar seluruh teks verbal dan teks visual yang membangun tradisi tangis berru sijahe dikaji keterhubungan mereka sehingga menjadi sebuah komponen yang kompleks. Aspek visual dapat digambarkan secara verbal dan begitu juga sebaliknya.

Kajian multimodal terhadap tradisi tangis berru sijahe merupakan kajian yang baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya, walaupun tangis berru sijahe sudah pernah dianalisis dengan menggunakan teori lain. Mengingat tradisi ini

(23)

merupakan kekayaan tradisi yang telah diwariskan dari para leluhur kepada masyarakat Pakpak dan dipercayai memiliki nilai positif serta perlu dilestarikan.

Untuk memecahkan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisis multimodal yang didasari pada metafungsi bahasa Halliday.

Multimodal dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dari Metafungsi Bahasa Halliday ini adalah kajian linguistik yang menelaah fenomena linguistik berdasarkan aspek verbal, audio, visual, gestural dan spasial. Pada akhirnya penelitian ini akan menghasilkan analisis multimodal teks tangis berru sijahe berdasarkan konsep multimodal.

1.2 Rumusan Masalah

Dari tinjauan permasalahan di dalam latar belakang, dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah komponen metafungsi teks multimodal Tangis Berru Sijahe pada Masyarakat Pakpak?

2. Bagaimanakah hubungan teks verbal dan teks visual Tangis Berru Sijahe dalam analisis multimodal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berperan penting dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian akan menghasilkan pengetahuan baru dan informasi baru. Selain itu, tujuan penelitian juga akan berperan dalam usaha pemecahan suatu masalah. Dengan demikian, tujuan penelitian akan dipaparkan kedalam tujuan umum dan tujuan khusus.

(24)

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komponen metafungsi teks multimodal tradisi Tangis Berru Sijahe. Kemudian menghubungkan keterkaitan antara teks verbal dan teks visual dalam tradisi tangis berru sijahe yang ada dalam masyarakat Pakpak.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan komponen metafungsi teks multimodal Tangis Berru Sijahe pada Masyarakat Pakpak.

2. Menganalisis hubungan logis teks verbal dan teks visual Tangis Berru Sijahe dalam analisis multimodal.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang salah satu tradisi Pakpak, yaitu Tangis Berru Sijahe yang dianalisis berdasarkan kajian multimodal, selanjutnya dalam usaha memperkaya khasanah tradisi etnis terutama etnis Pakpak. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua bagian pokok yakni: 1) manfaat teoretis dan 2) manfaat praktis seperti dipaparkan di bawah ini:

1. Manfaat Teoretis

1.1 Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama bidang kajian multimodal.

1.2 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dokumentasi tradisi Tangis Berru Sijahe yang ada dalam masyarakat Pakpak.

1.3 Menambah kekayaan ilmu linguistik dalam kajian multimodal.

(25)

2. Manfaat Praktis

2.1 Penelitian ini diharapkan dapat memperkenalkan tradisi Tangis Berru Sijahe kepada masyarakat luas pada umumnya dan khususnya kepada masyarakat Pakpak.

2.2 Sebagai bahan pengajaran tradisi daerah terutama pada penerapan kajian multimodal. Hasil penelitian ini akan menambah referensi bagi kajian selanjutnya.

2.3 Menghindari kepunahan tradisi etnis dan sekaligus sebagai usaha pembinaan dan pengembangan tradisi etnis yaitu tradisi etnis Pakpak.

1.5 Definisi Istilah

Istilah-istilah dalam penelitian ini memiliki makna yang berbeda dengan ilmu di luar lingusitik oleh karena itu, penggunaan istilah dalam penelitian ini ditinjau dari konsep linguistik. Adapun istilah tersebut adalah:

1. Tangis Berru Sijahe merupakan salah satu tradisi yang ada dalam masyarakat suku Pakpak yang dilaksanakan ketika gadis suku Pakpak akan menikah.

Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang mengungkapkan kesedihan selama seorang perempuan masih gadis yang disertai dengan posisi dan tata cara berhadapan tertentu yang ditandai dengan gender. Posisi pada setiap saudara yang didatangi tentunya berbeda yang menandai adanya sistem tutur pada masyarakat Pakpak.

2. Masyarakat Pakpak merupakan salah satu suku yang mendiami salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Utara yang masih banyak menyimpan tradisi dan menjadi pedoman hidup sebelum masuknya agama.

(26)

3. Multimodal merupakan salah satu bidang kajian Linguistik Sistemik Fungsional yang menggabungkan beberapa kajian semiotik sosial yang bertujuan untuk mengkomunikasikan yang terjadi disekitar pengguna komunikasi tersebut dengan memanfaatkan sumber semiotik verbal dan semiotik visual. Dengan kata lain, multimodal merupakan usaha untuk memaknai visual dan verbal yang terjadi ketika berkomunikasi. Aspek-aspek yang terdapat multimodal seperti aspek verbal (teks), visual, gestural, audio, dan spasial.

(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjaun Pustaka

2.1.1 Kajian-Kajian Relevan

Kajian multimodal merupakan kajian baru yang masih jarang diteliti di Indonesia. Walaupun masih jarang diteliti, sudah ada beberapa penelitian yang mengkaji multimodal ini. Beberapa penelitian telah dilakukan oleh Nasution (2010) dalam tesis yang berjudul “Konstruksi Tekstual Gender Dalam teks Iklan Cetak: Analisis Multimodal Terhadap Teks Iklan Cetak”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa teks verbal dan teks visual dalam suatu teks iklan cetak menkonstruksi citra gender melalui berbagai komponen metafungsi yang membentuknya.

Melalui deskripsi dan analisis data temuan menyimpulkan bahwa ideologi yang mendasari pencitraan gender dalam teks iklan cetak, yaitu (1) ideologi seksis yang memandang laki-laki lebih tinggi derajatnya dari perempuan dan (2) ideologi yang memandang adanya persamaan peran-peran gender antara laki-laki dan perempuan. Penelitian Nasution ini memberikan kontribusi bagi penelitian ini dari perspektif teori dan metode analisis.

Teori dan metode analisis multimodal menerapkan bahwa teks visual dan teks verbal dapat dikaji secara metafungsi bahasa. Keduan penelitian ini melakukan analisis metafungsi yang mencakup komponen ideasional, komponen interpersonal, dan komponen tekstual. Perbedaannya adalah data yang digunakan sebagai bahan analisis berbeda. Nasution menggunakan teks iklan cetak

(28)

sedangkan penelitian ini mengambil data teks budaya, yaitu teks tradisi tangis berru sijahe yang terdapat pada masyarakat Pakpak.

Pujadiharja (2013) menghasilkan penelitian “Kajian Multimodal Teks Tubuh Perempuan Dalam Film Dokumenter Nona Nyonya? Karya Lucky Kuswandi”. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap film ini, disimpulkan bahwa film dokumenter Nona Nyonya? tidak dapat dipisahkan dari interpretasi kreatif dan ideologi sang pembuat film. Selain itu film Nona Nyonya?

Belum merepresentasikan aktualita wacana tubuh perempuan di dalam realitas sosial masyarakat Indonesia secara menyeluruh karena sifatnya yang memberikan informasi secara terbatas.

Hermawan (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Multimodality:

Menafsir Verbal, membaca Gambar dan Memhami Teks” menyatakan pentingnya teks multimodal karena dunia masa kini mengandalkan penguasaan dan pemahaman untuk memahami pesan yang disampaikan teks harus dilakukan secara menyeluruh. Temuan menunjukkan cara membaca gambar yang selama ini dianggap tidak perlu menjadi penting dalam analisis multimodal karena dengan manguasai dan memahami sarana komunikasi multimodal dapat mendeskripsikan gambar, ilustrasi, lukisan, dan desain dengan baik tanpa harus bergantung pada penjelasan para kurator lukisan, pembuat ilustrasi, atau designer. Kemampuan untuk menggambarkan sebuah fenomena gambar memberikan kontribusi nyata untuk perbaikan pemahaman pembaca atau penyaksi teks yang berasal dari bermacam-macam teks social dalam masyarakat. Temuan penelitian Hermawan ini memberikan kontribusi kepada penelitian dalam kaitannya dengan analisis gambar yang menggunakan komposisi centred (terpusat) dan komposisi polarized

(29)

(tidak terpusat) yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi menggunakan analisis multimodal.

Ayuwardhani (2009) dalam penelitian “Representasi Sepak Bola Dalam Mice Cartoon Edisi Komentator Sepak Bola: Analisis Multimodalitas Terhadap Komik Kartun”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa metafungsi representasi yang mengkaji hubungan antara partisipan yang direpresentasi dalam gambar naratif dan konseptual sebanyak 14 data. 1) Pemilihan struktur gambar narasi menunjukkan bahwa tindakan, reaksi, dan keterangan dalam gambar dihubungkan melalui vektor mata. Vektor tindakan melalui pergerakan tangan. 2) Pemilihan struktur konseptual dalam Mice Cartoon dapat menunjukkan partisipan utama dan atribut-atribut simbolis untuk menampilkan dirinya dalam gambar. Mice Cartoon yang berjenis offer pictures yang berarti pengamatlah yang menentukan makna keseluruhan gambar.

Dari perspektif komposisi gambar Mice Cartoon edisi komentator sepak bola ini bersifat menyebar atau polarisasi yang tidak terpusat di tengah. Penelitian Ayuwardhani memberikan kontribusi teoretis dan metodologis dari aspek analisis metafungsi visual, yang paling dominan adalah aspek visual (warna).

Selanjutnya, Sinar (2013) dengan judul penelitian “Analisis Teks Iklan Cetak: Suatu Perspektif Multimodal“ membahas metafungsi bahasa visual yang mencakup; fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual berdasarkan pada teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) Halliday (1985) dengan analisis multimodal pada visual dari kedua teks iklan konsep Kress dan Van Leeuwen (2006) dan Cheong (2004).

(30)

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan feminimitas perempuan divisualisasikan dengan bentuk yang cantik dan mempesona serta seksi, kemudian maskulinitas laki-laki divisualisasikan dengan tampilan tubuh yang kekar serta berotot. Sedangkan berdasarkan ideologi iklan cetak Marie dan L-Men yang merepresentasikan feminimitas dan maskulinitas merupakan hasil konstruksi sosial tradisi oleh masyarakat yang akhirnya mengakibatkan bias dalam peran sosial perempuan yang berbeda dengan laki-laki berdasarkan bahasa iklan cetak. Ungkapan klausa dalam iklan cetak sebagai teks dalam konteksnya berpotensi melahirkan nilai dan tatanan sosial masyarakat.

2.1.2 Tangis Berru Sijahe

Tangis beru sijahe merupakan nyanyian ratapan seorang gadis yang akan dipinang dan dinyanyikan menjelang pernikahannya. Nyanyian ini berisi tentang ungkapan kesedihan karena harus berpisah dengan anggota keluarganya dengan tujuan agar anggota keluarga yang mendengarkan merasa iba dan terharu kemudian mereka akan memberikan nasehat-nasehat dan bantuan berupa materi kepada si gadis yang akan menikah tersebut. Secara umum nyanyian ini banyak menggunakan bahasa-bahasa simbolis yang mengandung makna-makna tertentu sebagai gambaran dari sesuatu hal ataupun representasi dari situasi sosial masyarakatan pemilik tradisi ini. Digarap dengan nuansa kesedihan (Pakpak: lolo ate) yaitu mengutamakan pesan melalui teks. Namun dalam perkembangannya beberapa tahun belakangan ini tangis beru si jahe bukan lagi disajikan untuk upacara adat namun menjadi salah satu bentuk hiburan dan telah difestivalkan.

Tangis beru sijahe hanya dinyanyikan oleh perempuan. Tangis beru sijahe disajikan dan ditujukan kepada orangtua beru si jahe (pengantin perempuan),

(31)

kerabat terdekat dengan cara mendatangi rumah mereka masing-masing. Selain itu, orang-orang yang didatangi oleh beru si jahe tersebut memberi makan (nakan pengindo tangis) dimana tinggi rendahnya status sosial adat beru si jahe tersebut ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah materi yang nantinya akan dibawa menuju tempat mertuanya. Semakin banyak materi yang diterima oleh beru si jahe, maka akan semakin tinggi pula status sosial adatnya dihadapan keluarga suaminya.

Teks dari tangis beru sijahe berisikan tentang kiasan dan perumpamaan yang dinyanyikan pada umumnya kebalikan dari kenyataan karena si gadis merasa bahwa seolah-olah orang tuanya sudah tidak perduli bahkan mencampakkan dia.

Selain itu dia nantinya tidak dapat merasakan kebahagiaan seperti apa yang dirasakan selama ini di lingkungan keluarganya. Namun, pada zaman sekarang ini, penggunaan tradisi ini telah mengalami pergerseran. Tangis Berru Sijahe telah berubah menjadi kesenian yang difestivalkan pada acara-acara kesenian.

Pada pelaksanaan tradisi tangis berru sijahe ini, berru sijahe menggunakan pakaian adat Pakpak lengkap dengan attributnya seperti tudung, ucang, borgot, rabi munduk. Salah satu attribute yang paling penting adalah rabi muduk (parang) yang sudah diisi dengan kekuatan mistik yang berguna untuk penjagaan berru sijahe selama melaksanakan tradisi tangis berru sijahe. Selain itu, berru sijahe juga ditemani oleh seorang sahabat selama melaksanakan tradisi tersebut. Jadi, berru sijahe tidak boleh sendiri melangsungkan tradisi ini. Disamping itu, masyarakat Pakpak masih mempercayai bahwa rabi munduk yang digunakan berru sijahe mempunyai kekuatan mistik yang dipergunakan ketika menghadapai ancaman.

Pelaksanaan tradisi ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari karna waktu pagi

(32)

adalah waktu yang paling baik untuk memulai suatu pekerjaan yang dipercayai oleh masyarakat Pakpak. (Mansehat Manik, Hasil Wawancara)

2.2 Landasan Teori

Merupakan kajian tentang teori yang menjelaskan setiap variable penelitian.

Dalam panelitian ini Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), Metafungsi Bahasa, dan Metafungsi Visual Multimodal merupakan variable penelitian yang harus dijelaskan berdasarkan konsep dan teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini.

2.2.1 Linguistik Sistemik Fungsional

Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) adalah salah satu aliran dalam disiplin linguistik yang memperkenalkan suatu teori yang disebut dengan teori sistemik melingkupi fungsi, system, makna, semiotika social dan konteks. Teori sistemik bahasa memandang bahasa sebagai bagian dari fenomena sosial yang berhubungan dengan konteks sosial pemakaian bahasa.

Bahasa sebagai fungsi berkaitan dengan penggunaan bahasa bagi interaksi sosial. Bahasa diorganisir sedemikian rupa untuk melaksanakan suatu fungsi interaksionis, yakni bagaimana ide-ide dalam wujud bahasa dapat dipahami oleh pihak lain dalam suatu lingkungan sosial (Sinar, 2008:19).

Fungsi bahasa adalah untuk menciptakan makna, karena itu komponen terpenting dari suatu bahasa adalah komponen-komponen yang fungsional dalam menciptakan makna. Terdapat tiga komponen utama dalam menciptakan makna, yakni komponen ideasional, interpersonal, dan tekstual. Komponen ideasional berhubungan dengan bagaimana pengguna bahasa memahami lingkungan sosial.

(33)

Komponen interpersonal berhubungan dengan bagaimana bahasa digunakan dalam interaksi sosial. Komponen tekstual berhubungan dengan interpretasi bahasa dalam fungsinya sebagai pesan (Sinar, 2008: 20).

Sebagai sistem, bahasa bersama-sama dengan sistem sosial lainnya bekerja dalam menciptakan makna (Halliday dan Hasan, 1992: 5). Sistem makna bahasa atau sistem semantik dipahami bukan semata-mata sebagai makna kata-kata, tetapi merupakan sistem bahasa secara keseluruhan. Sistem semantik menyediakan pilihan-pilihan semantik yang dapat digunakan oleh pemakai bahasa dalam berinteraksi dengan pihak lain, di mana sistem semantik ini berhubungan langsung dengan sistemsistem lainnya yang berada di sekitar ide interaksi tersebut (Sinar, 2008: 19).

Sistem semantik diwujudkan melalui kata-kata dan tatabahasa dalam suatu proses penyusunan ide dalam pikiran manusia. Dalam proses ini, kata-kata dan tatabahasa berhubungan secara alamiah dengan makna yang dirujuknya yang kemudian menghasilkan ujaran dan tulisan, sehingga proses interaksi dapat berjalan (Sinar, 2008: 19).

Bahasa sebagai semiotika sosial adalah bahasa sebagai sistem makna (Halliday dan Hasan, 1992: 4). Semiotika sosial melihat tanda dalam arti yang lebih luas, yakni sebagai suatu sistem tanda yang merupakan bagian tatanan- tatanan yang saling berhubungan sebagai pembawa makna dalam tradisi.

Sehingga, bahasa dalam semiotika sosial mendapatkan maknanya melalui interaksi sosial, dengan perantara sosial, dan untuk tujuan sosial pula (Halliday dan Hasan, 1992: 4-6).

(34)

Bahasa sebagai semiotika sosial berhubungan dengan penggunaan bahasa bersama-sama dengan sistem makna lainnya dalam menciptakan ketradisian (Halliday dan Hasan, 1992: 5). Pengalaman-pengalaman manusia sebagai bagian dari dimensi sosial merupakan awal dari munculnya gejala bahasa, oleh karena itu penting untuk melihat bahasa dari sudut pandang dimensi sosial yang melingkupinya.

Lingkungan sosial merupakan tempat terjadinya pertukaran makna. Oleh sebab itu, proses pertukaran makna adalah sesuatu yang bersifat kontekstual, artinya penggunaan bahasa sebagai alat interaksi sosial untuk menciptakan makna dari sederetan sistem makna yang tersedia secara keseluruhan berhubungan dengan konteks yang melatarbelakangi interaksi tersebut (Halliday dan Hasan, 1992: 6). Terdapat tiga konteks sosial yang melatarbelakangi penggunaan bahasa dalam suatu proses interaksi, yakni konteks situasi, tradisi, dan ideologi (Sinar, 2008: 23-24).

2.2.2 Metafungsi Bahasa

Metafungsi bahasa oleh Halliday mempunyai tiga (3) komponen yaitu ideasional, interpersonal, dan tekstual. Sumber ideasional berhubungan dengan pemahaman dari pengalaman: apa yang telah terjadi, termasuk apa yang di lakukan seseorang terhadap siapa, dimana, kapan, kenapa, dan bagaimana hubungan logika terjadi antara satu dengan yang lainnya. Sumber interpersonal membahas hubungan sosial: bagaimana masyarakat berinteraksi, termasuk perasaan saling berbagi di antara mereka dan sumber tekstual membahas alir informasi: cara makna ideasional dan interpersonal disebarkan pada semiosis,

(35)

termasuk interkoneksi antara aktivitas dan bahasa (tindakan, gambar, musik.dll) (Sinar, 2012).

Sistem transitivitas, taksis, modus dan tema direalisasikan dalam hubungan sistem fungsi ideasional, tekstual dan interpersonal. Fungsi ideasional terdiri dari fungsi eksperensial dan logis direalisasikan oleh sistem klausa transitivitas dan fungsi logis direalisasikan oleh sistem klausa kompleks yaitu sistem taksis. Sementara itu fungsi tekstual direalisasikan dengan sistem tema- rema dan fungsi interpersonal direalisasikan dengan sistem modus.

Setiap klausa mempunyai fungsi dan membawa arti yaitu fungsi atau makna ideasional, fungsi atau makna interpersonal dan fungsi atau makna tekstual.

Fungsi ideasional terbagi atas dua (2) fungsi yaitu eksperensial dan logis.

Fungsi eksperiensial terjadi pada tingkat klausa sebagai representasi pengalaman- pengalaman manusia, baik realitas luaran maupun realitas dalaman diri manusia itu sendiri, dan ini bermakna satu fungsi klausa adalah sebagai representasi pengalaman dari dua realitas, yaitu realitas dari luaran dan dari dalaman seseorang. Klausa transitivitas sebagai unit tata bahasa mempunyai tiga komponen yaitu (1) proses, (2) partisipan, dan (3) sirkumstan. ‘Proses yang sedang terjadi’

terbagi dalam proses-proses yang bervariasi.

Halliday (1985, 1994) mengidentifikasi proses-proses realitas yang terekam, dan secara linguistik dan tata bahasa mengklasifikasikan proses-proses yang bervariasi ini ke dalam jenis-jenis proses, khasnya jenis proses dalam sistem transitivitas bahasa Inggris. Di dalam bahasa ini proses dikategorikan ke dalam tiga proses utama: (1) material, (2) mental, dan (3) relasional; dan

(36)

mengklasifikasikan lagi ke dalam tiga proses tambahan, yakni (1) tingkah laku, (2) verbal, dan (3) wujud (existential).

Dalam tatabahasa proses yang sedang terjadi mempunyai tiga komponen yang terdiri dari (1) proses itu sendiri, menurut cirinya direalisasikan oleh satu kata kerja atau frasa kata kerja (2) partisipan-partisipan di dalam proses, menurut cirinya direalisasikan oleh kata benda atau frasa kata benda, dan (3) sirkumstan- sirkumstan yang berkaitan dengan proses, khususnya direalisasikan oleh frase ajektif atau frase preposisi.

Halliday, 1985, 1994 dalam Sinar, 2012 memperkenalkan komponen fungsi sebagai makna di dalam hubungan semantik fungsional di antara klausa- klausa yang membentuk logika bahasa alamiah direalisasikan oleh kompleksitas klausa dalam sistem bahasa, yang terdiri dari semantik-logis dan hubungan- hubungan ketergantungan (taksis).

Klausa kompleks adalah struktur yang terdiri atas dua atau lebih klausa dihubungkan secara logika, atau suatu urutan proses–proses yang secara logika dihubungkan.

Semantik logis dan hubungan ketergantungan antara klausa kompleks diukur menurut jenis-jenis hubungan ketergantungan yang dikenal sebagai taksis, terdiri dari hubungan parataksis dan hipotaksis. Di dalam sistem klausa parataksis hubungan ketergantungan adalah hubungan antara dua klausa atau lebih yang tidak saling bergantung satu sama lain atau mempunyai status yang setara.

Pada tingkat interpretasi gramatika dalam hal fungsi klausa, klausa diorganisasikan sebagai sebuah kejadian interaktif yang membabitkan pembicara, penulis dan pendengar atau pembaca. Klausa-klausa dengan makna interpersonal

(37)

berfungsi sebagai klausa pertukaran, yang merepresentasikan hubungan peran pertuturan. Apabila dua penutur menggunakan bahasa untuk berinteraksi, satu hal yang dilakukan mereka adalah menjalin hubungan sosial di antara mereka. Disini mereka mulai menyusun dua jenis peran atau fungsi pertuturan yang fundamental:

(1) memberi, dan (2) meminta Informasi (Halliday 1994 dalam Sinar, 2012).

Makna interpersonal bahasa (klausa) dalam fungsinya sebagai alat pertukaran maklumat juga merepresentasikan hubungan peran-peran pertuturan yang direalisasikan melaui sistem bahasa (klausa) modus. Sistem klausa direpresentasikan melalui struktur moda klausa yang terdiri dari dua unsur utama:

(1) modus, dan (2) residu. Dalam hal ini, bahagian dari keseluruhan fungsional yang terbabit di dalam pertukaran maklumat dinamakan struktur moda-residu.

Unsur modus dalam klausa bahasa Inggris terdiri dari sebuah subjek dan sebuah finit, sedangkan unsur sebuah residu terdiri dari sebuah predikator, satu atau lebih komplemen, dan beberapa jenis adjung yang berbeda. Diskusi lebih lengkap mengenai makna interpersonal dapat anda lihat misalnya dalam Halliday (1994:68-105).

Fungsi tekstual bahasa adalah sebuah interpretasi bahasa dalam fungsinya sebagai pesan, yaitu berfungsi sebagai pembentuk-teks dalam bahasa atau menunjuk cara sebuah teks diorganisir atau dibentuk. Hal ini diinterpretasikan sebagai sebuah fungsi intrinsik kepada bahasa itu sendiri, dalam arti bahwa bahasa berhubungkait dengan aspek situasional bahasa (teks). Dengan kata lain, titik temu membuat bahasa (teks) relevan secara internal (di dalam strukturnya) dan secara eksternal kepada konteks atau situasi tempat bahasa itu digunakan.

(38)

2.2.3 Kerangka Metafungsi Multimodal

Tata bahasa desain visual, seperti semua modus semiotik lain, memenuhi tiga fungsi dalam metafungsi bahasa visual. Fungsi Ideasional (fungsi eksperensial dan logical ), fungsi Interpersonal (memberlakukan interaksi sosial sebagai hubungan sosial). Dan fungsi tekstual sebagai komposisi teks yang mengikat koherensi dan kohesi.

Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan- hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam teks verbal dan teks visual. Liu Y dan O’Halloran (2009: 32), merumuskan hubungan logis tersebut sebagai Inter-semiotic Logical Relations.

Kerangka konsep multimodal berbasis pada model komunikasi yang terdiri atas tanda, makna dan peraturan-peraturan yang melekat pada tanda dan makna tersebut (Kress:2001). Seperangkat tanda dan makna ini memberikan penganalisisan untuk mengkonfigurasikan sarana komunikatif dalam analisis.

Sarana komunikatif artinya unit heuristic dengan menekankan pada tensi dan kontradiksi antara sarana komunikatif yang menjadi representasi sebuah system dan aksi-aksi social yang terlepas secaraa dinamis. Karena itu, ketika melakukan interaksi sebagai unit hueristik unsur yang mengindikasi representasi sebuah system dapat menggunakan teori-teori dan aksi secara teoritis.

Istilah Multimodal digunakan untuk merujuk pada cara orang berkomunikasi dengan menggunakan sarana yang berbeda pada saat bersamaan yang dapat didefinisikan sebagai penggunaan beberapa sarana semiotik dalam desain produk, atau peristiwa semiotik secara bersamaan dalam suatu teks, dan

(39)

dengan cara tertentu, sarana ini digabungkan untuk memperkuat, melengkapi, atau berada dalam susunan tertentu (Kress and van Leeuwen, 2001:21).

Teks multimodal dibentuk oleh lebih dari satu sistem semiotik (Kress dan van Leeuwen, 2006: 18) yang terdiri atas tulisan dan gambar. Melalui gambar dapat merepresentasikan berbagai pengalaman-pengalaman sosial (Kress dan van Leeuwen, 2006: 18).

Kress dan van Leeuwen (2006: 40-41) mengembangkan tiga komponen metafungsi Halliday di atas untuk sistem semiotik dalam suatu teks multimodal.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sistem semiotik dalam teks multimodal berarti tidak secara khusus berhubungan dengan bahasa saja sebagai sistem semiotik, tetapi juga sistem lain seperti visual. Ketiga metafungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

(1) Komponen Ideasional: setiap sistem semiotik memiliki kemampuan untuk merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia di luar sistem tanda baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, sistem semiotik harus mampu untuk merepresentasikan objek dan hubungannya dengan dunia di luar system representasi tersebut. Dunia ini mungkin dan seringkali adalah sistem tanda yang lain. Dalam hal ini, sistem semiotik memberikan pilihan-pilihan untuk merepresentasikan objek dengan cara yang berbeda, dimana cara-cara ini dapat saling berhubungan satu sama lain.

(2) Komponen interpersonal: setiap sistem semiotik harus mampu untuk memproyeksikan hubungan-hubungan antara pencipta/produser yang menciptakan tanda atau kompleks tanda dengan penerima/reproducer tanda tersebut. Oleh sebab itu, sistem semiotik harus mampu memproyeksikan sebuah hubungan sosial

(40)

diantara pencipta, pemirsa (yang menerima tanda), dan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut. Seperti halnya komponen metafungsi ideasional, sistem semiotik menawarkan hubungan interpersonal yang berbeda, beberapa diantaranya didukung oleh satu bentuk dari reperesentasi visual, misalnya lukisan naturalistik dan diagram. Seseorang yang difoto mungkin berbicara tentang sesuatu dengan cara melihat ke kamera. Hal ini merupakan suatu proses interaksi antara orang yang difoto dengan orang-orang yang nantinya melihat fotonya. Tetapi mungkin juga tidak ada interaksi dalam proses tersebut, sehingga yang ada hanyalah ‘cermin’ bagi orang-orang yang melihat foto tersebut sebagai bayangan diri mereka sendiri.

(3) Komponen tekstual: setiap sistem semiotik harus memiliki kemampuan untuk membentuk teks, kompleks tanda yang saling melekat satu dengan yang lain, baik secara internal maupun dengan konteks di dalamnya dan untuk apa tanda-tanda tersebut diproduksi. Di sini tatabahasa visual juga menciptakan suatu jarak dalam hal: pengaturan komposisi yang berbeda untuk merealisasikan makna tekstual yang berbeda pula.

Dalam Reading Images (2006), Kress dan van Leeuwen memperkenalkan realisasi atas ketiga metafungsi di atas untuk bahasa visual seperti yang terlihat dalam Tabel 2 di bawah ini. Realisasi atas ketiga metafungsi ini kemudian dijadikan sebagai kerangka kerja dalam menganalisis makna visual sebuah teks multimodal.

(41)

Table 2.1 Realisasi Komponen Metafungsi Visual No Komponen Metafungsi Realisasi

1 Eksperensial Struktur Naratif 2 Interpersonal Makna Interaktif

3 Tekstual Komposisi

4 Logical Struktur Analitik

(Sumber: Reading Images: Krees dan Van Leeuwen (2006))

Oleh karena itu, pendekatan analisis visual multimodal yang dipakai adalah pendekatan analisis visual Kress dan Leeuwen (2006) untuk menjelaskan aspek multimodal secara rinci.

Berdasarkan komponen metafungsi ideasional, metafungsi interpersonal, dan komponen metafungsi tekstual kemudian analisis visual Kress dan Leeuwen.

Kajian dalam teks tangis berru sijahe.

Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan- hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam teks verbal dan teks visual.

Adapun tiga komponen metafungsi bahasa visual Kress dan Van Leeuwen dalam buku Reading Images (2006) adalah sebagai berikut:

1. Komponen Ideasional

Participant I Process Partisipan II

Aktor Material Process Gol

Sayer Verbal Process Verbiage

Senser Mental Process Phenemenom

Carrier Relational Process Attribut Existential Existential Process Cirkumtan Behaver Behavioral Procee cirkumtan, Range

(42)

2. Komponen Interpersonal

2.1 Hubungan (hubungan antara partisipan dengan khalayak)

2.1.2 Demand (ada hubungan antara partisipan dengan khalayak) 2.1.2 Offer (tidak ada hubungan antara partisipan dengan khalayak) 2.2 Jarak (Jarak pengambilan gambar)

2.2.1 Intimate/personal (dekat dengan khalayak) 2.2.2 Social (tidak terlalu dekat dengan khalayak) 2.2.3 Impersonal (jauh dari khalayak)

2.3 Sikap

2.3.1 Subjectivity 2.3.2 Objectivity

3. Komponen Tekstual

3.1 Information Value (Nilai informasi) 3.1.1 Centred (terpusat)

3.1.2 Polarized (menyabar) 3.2 Salience (Tonjolan)

3.2.1 Maximum salience 3.2.2 Minimum Salience 3.3 Framing (Bingkai)

3.3.1 Maximum Disconnetion 3.3.2 Maximum Disconnection

(43)

TEKS TANGIS BERRU SIJAHE

Metafungi Bahasa Halliday Metafungsi Visual Multimodal

Kress dan Van Leeuwen: 2006

Hubungan Logis Teks Verbal dan Teks Visual Bagan 2.1 Kerangka Kerja Penelitian

ANALISIS TEKS MULTIMODAL TANGIS BERRU SIJAHE

Metafungsi Ideasional:

Participant I Process

Aktor Material Process Sayer Verbal Process Senser Mental Process Carrier Relational Process

Existential Existential Process Behaver Behavioral Procee

Particpan II Gol

Verbiage, Quoted Phenomenon Attribute C k

Metafungsi Tekstual:

1. Information Value:

a. Centred b. Polarized 2. Salience

a. Maximum Salience b. Minimum Salience 3. Framing

a. Maximum Disconection b. Maximum Connection Metafungsi

Interpersonal:

1. Contact a. Demand b. Offer

2. Solience Distance a. Intimate/persona

l b. Social c. Impersonal 3. Attitude

a. Subjectivity b. Objectivity

TEKS VERBAL TEKS VISUAL

(44)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Kabupaten Pakpak Bharat sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi terletak pada garis 20 15’00”-3032’00” Lintang Utara dan 900-980,31’ Bujur Timur, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah timur dengan Kabupaten Toba Samosir, sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Humbang Hasundutan dan sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Singkil. Berikut peta wilayah kabupaten Pakpak Bharat yang didapat dari Peta Administrasi Kabupaten Pakpak Bharat:

Gambar 3.1: Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat (Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010)

(45)

Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km2, yang terdiri dari delapan Kecamatan yakni, Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe (STTU Jehe), Kecamatan Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu (STTU Julu), Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, dan Kecamatan Pagindar. (sumber:http://dippekade- pakpakbharatkab.blogspot.com/2011/11/kabupaten-pakpak-bharat-selayang.html Adapun perincian kecamatan Di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:

Table 3.1:

Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat

No Kecamatan Jumlah

Desa

Jumlah Dusun

Luas

Wilayah (km2) 1

2 3 4 5 6 7 8

Salak

Sitellu Tali Urang jehe Pagindar

Sitellu Tali Urang Julu Pergetteng-getteng Sengkut Kerajaan

Tinada

Siempat Rube

6 10 4 5 5 10 6 6

30 48 12 19 22 37 22 22

245, 57 473,62 75,45 53,02 66,64 147,61 74,03 82,36

Jumlah 52 212 1.218,30 km2

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2014) Dari tabel di atas dilihat bahwa luas daerah menurut kecamatan tergolong kecil. Kecamatan yang paling luas terdapat pada Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe yaitu 473,62 km dan kecamatan terkecil adalah Sitellu Tali Urang Julu 53,02 km. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan budidaya seluruh wilayah di luar kawasan lindung untuk pemanfaatan adalah seluas 77.893,39 ha, sedangkan kawasan hutan lindung seluas 43.936,61 ha, karena terletak dekat garis khatulistiwa, Kabupaten Pakpak Bharat tergolong ke daerah beriklim tropis

(46)

dengan ketinggian antara 700-1500 M di atas permukaan laut dengan kondisi geografis berbukit-bukit.

Dalam penelitian ini, Kecamatan Salak merupakan tempat atau wilayah penelitian yang akan dilakukan. Kecamatan tersebut merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat yang memiliki jumlah penduduk yang masih asli suku Pakpak sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data. Di samping itu kecamatan ini juga masih mengenal dan melakukan tradisi ini. Sebab, Kecamatan Salak merupakan penduduk asli suku Pakpak yang telah ada sejak puluhan tahun silam. Untuk lebih jelas mengenai wilayah Kecamatan Salak akan dilampirkan Peta Wilayah Kecamatan Salak.

Gambar 3.2 : Peta Wilayah Kecamatan Salak

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010)

3.2 Metode dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul Tangis Berru Sijahe dalam Masyarakat Pakpak: Kajian Multimodal, merupakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:4), menjelaskan bahwa metode kualitatif merupakan

(47)

sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang maupun perilaku yang dapat diamati.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif sebagai pendekatan penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menjadi instrumen penelitian karena pada penelitian kualitatif mengharuskan peneliti terjun langsung sebagai instrumen dalam penelitian. Dengan demikian, jelas diketahui bahwa penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif.

3.3 Instrumen Penelitian

Sebagai penelitian kualitatif, kedudukan peneliti dalam penelitian ini menjadikan peneliti sebagai key instrument atau instrumen kunci yang mengumpulkan data berdasarkan kriteria-kriteria yang dipahami. Kriteria tersebut berdasarkan aspek multimodal yang harus dipahami oleh peneliti yang terdapat dalam tradisi Tangis Berru Sijahe dalam Masyarakat Pakpak. Oleh karena itu peneliti secara langsung berperan aktif dalam proses penelitian. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Selanjutnya Nasution (1988) dalam Sugiono (2013) menyatakan bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidata dapat ditentukan secara pasti dan jelass sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”

Dari kedua pernyataan ahli di atas tentang instrumen penelitian kualitatif, jelaslah bahwa peneliti menjadi alat utama dalam melakukan penelitian kualitatif.

(48)

Kemudian, instrumen penelitian pendukung pada penelitian ini adalah menggunakan alat perekam suara (MP3 player), kamera digital, serta alat tulis.

MP3 player digunakan untuk merekam data lisan saat wawancara, kamera digital untuk mengambil gambar atau foto. Alat tulis digunakan untuk mencatat, cacatan tersebut berupa catatan lapangan.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang telah dikutip oleh Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Data dalam penelitian deskriptif merupakan data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka (Moleong, 2010: 11). Data deskriptif diperoleh dalam sebuah penelitian kualitatif yang hasilnya dideskripsikan berdasarkan pada tujuan penelitian. Data ini biasa ditemukan dalam struktur internal bahasa, yaitu struktur bunyi (fonologi), struktur kata (morfologi), struktur kalimat (sintaksis), struktur wacana dan struktur semantik (Chaer, 2007: 9).

Sejalan dengan pernyataan Moleong, data utama dalam penelitian ini adalah klausa verbal dan gambar visual yang berasal dari rekaman tradisi tangis berru sijahe. Untuk lebih rinci, data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu data teks verbal (klausa) yang terdapat dalam tradisi tangis berru sijahe dan data teks visual (gambar) yang terdapat dalam tradisi tangis berru sijahe.

(49)

3.4.2 Sumber Data

Data dalam penelitian ini terdiri atas 2 bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah dari para subjek penelitian.

Subjek penelitian merupakan dari mana data tersebut diperoleh. Dalam penelitian ini, data primer penelitian merupakan rekaman tradisi tangis berru sijahe yang akan dilakukan oleh Sorti br Tumangger. Rekaman berlangsung selama 9 menit 23 detik yang terdiri atas beberapa adegan beserta kluasa yang diucapkan selama proses tradisi tangis berru sijahe. Rekaman tersebut merupakan dokumentasi pribadi dari Bapak Mansehat Manik, merupakan salah satu budayawan Pakpak yang masih menjaga serta melestarikan budaya Pakpak. Secara alamiah, tradisi tangis berru sijahe sudah sulit untuk diperoleh oleh karena itu penelitian ini menggunakana data rekaman dokumentasi pribadi Bapak Mansehat Manik.

Selanjutnya, penelitian ini menggunakan wawancara melalui proses pengumpulan data yang diperoleh dari beberapa informan. Dalam pemilihan informan, peneliti harus memperhatikan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh para informan. Maka perlu dipaparkan kriteria informan yang harus dipenuhi dalam proses wawancara. Kriteria informan dalam wawancara adalah sebagai berikut:

1. Berjenis kelamin wanita atau pria 2. Bersedia dijadikan sebagai informan.

3. Berusia diatas 60 tahun

4. Berdomisili di daerah kabupaten Pakpak Bharat dan belum pernah mengalami perpindahan domisili.

5. Memahami dan mengerti tentang tradisi Tangis Berru Sijahe 6. Sehat jasmani dan rohani

Selain itu, penelitian ini juga memiliki data sekunder, data sekunder pada penelitian ini ini merupakan sumber tertulis yang sudah ada. Sumber tertulis

(50)

tersebut merupakan buku-buku ilmiah tentang suku Pakpak yang ditulis oleh Bapak Lister Berutu yang merupakan budayawan Pakpak.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013:4) menyatakan pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (setting alamiah) dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Oleh karena itu, peneliti mengartikan teknik pengumpulan data sebagai suatu cara untuk memperoleh data melalui beberapa langkah atau tahapan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah-langkah tersebut berfungsi untuk mempermudah peneliti dalam proses pemerolehan data. Berikut adalah bagan teknik pengumpulan data.

Bagan 3.2: Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan interview serta dokumentasi. Observasi dilakukan terhadap sejumlah fenomena yang dapat dijadikan sebagai data konkrit dalam penelitian ini. Fenomena yang dimaksud adalah tradisi tangis berru sijahe yang terdapat pada masyarakat Pakpak. Kemudian interview juga dilakukan terhadap sejumlah informan yang akan dilibatkan dalam penelitian ini, untuk memudahkan proses

Teknik Pengumpulan Data

Observation (Observasi) Interview (wawancara) Documentation

(Dokumentasi)

(51)

interview, maka disusunlah sejumlah pertanyaan yang akan diberikan kepada informan. Baik itu informan pangkal maupun informan kunci. Dari hasil wawancara diperoleh sejumlah data yang dapat menjelaskan tradisi tangis berru sijahe dari segi visual. Selain itu teknik dokumentasi juga dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh dari lapangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan rekaman tradisi tangis berru sijahe. Rekaman tersebut dibagi ke dalam dua bentuk data, yaitu data verbal dan data visual.

Selanjutnya, dokumen juga merupakan cara untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2013:9). Dokumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah dokumen ilmiah tentang masyarakat Pakpak yang ditulis oleh Bapak Lister Berutu.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-menerus sampai data tersebut mengalami titik jenuh. Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data yang tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif walaupun tidak menolak data kuantitatif. Oleh karena itu, analisis data kualitatif dapat dilakukan dengan analisis deskriptif bukan dengan analisis statistik seperti pada analisis data kuantitatif dengan menggunakan sistem berfikir sistematik.

(52)

Untuk menguatkan analisis deskriptif yang telah dipaparkan sebelumnya, Sudaryanto (1993:19) nenawarkan dua metode dalam menganalisis data kualitatif.

Kedua metode tersebut metode Padan dan metode Agih. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan metode padan sebab dalam penelitian ini alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pilah unsure Penentu (PUP) yang mana alat analisis datanya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993:21). Dengan demikian, langkah-langkah analisis data penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data penelitian berbentuk rekaman tangis berru sijahe dan dialog dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen yang bersumber dari para informan dan dokumen-dokumen terkait yang dapat menjelaskan tradisi Tangis Berru Sijahe tersebut.

2. Mendeskripsikan komponen multimodal yang terdapat dalam tradisi Tangis Berru Sijahe tersebut. Deskripsi komponen tersebut dilakukan secara alamiah tanpa ada menambah atau mengurang runtunan tradisi tersebut. Sebab pada waktu sekarang ini, tradisi tersebut hanya sebatas kegiatan yang hanya dilakukan bagi masyarakat yang masih melakukannya dan bahkan tidak semua runtunan tersebut dilakukan. Oleh sebab itu, fenomena ini harus di teliti secara alamiah mengingat konsep penelitian kualitatif bersifat alamiah. Tidak dibenarkan menghadirkan aspek yang pada kenyataaannya tidak terdapat di dalam tradisi Tangis Berru Sijahe tersebut.

3. Menganalisis komponen multimodal berdasarkan analisis metafungsi visual dan verbal yang ada dalam tradisi tersebut. Teks verbal dianalisis berdasarkan

Gambar

Gambar 3.1: Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat  (Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010)
Gambar 3.2 : Peta Wilayah Kecamatan Salak
Gambar 4.2.1.1 Komponen Metangfungsi Ideasional
Gambar 4.2.1.4 Komponen Metafungsi Ideasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur antara bayi yang

Fungsi lainnya adalah bahasa indonesia sebagai identitas bangsa dan sebagai alat pemersatu dan penghubung antar daerah, hal tersebut dikarenakan

Deskriptor diambil berdasar- kan jumlah panelis yang menyatakan bahwa suatu soal diperkirakan mampu dijawab benar oleh siswa minimal lebih dari separoh (1/2) dari

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul : “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN (PENYULUHAN) TERHADAP PERILAKU IBU DALAM MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA NIFAS di

Tenaga teknis bersertifikat yang dibutuhkan disini adalah tenaga teknis bersertifikat yang dimiliki oleh distributor/dialer dari pada produk yang ditawarkan dan

Hal tersebut terjadi karena peserta didik mendapatkan bantuan dalam kesulitan-kesulitan dengan unggah-ungguh bahasa Jawa lebih banyak, karena orang tua yang

diminta menandatangani atau cap sidik jari surat pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian bagi yang bersedia berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. 3)

Evaluasi Metode Iqra’ pada Ekstrakurikuler Baca Al-Qur’an di SDNegeri 1 Karangsari Bantur Malang Dalam konteks penelitian ini, peneliti melihat bahwa evaluasi menjadi bagian