• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tangis berru sijahe dilaksanakan pada pagi hari. Bagi masyarakat Pakpak, waktu pagi merupakan waktu yang paling baik untuk memulai suatu rencana atau pekerjaan. Sorti br Tumangger, (nama perempuan yang maelakukan tangis berru sijahe) telah membuat kesepakatan dalam hal penetapan waktu pelaksanaan terlebih dahulu agar sanak saudaranya dapat mengkondisikan waktu mereka dengan Sorti yang akan melakukan tradisi tersebut agar tidak terbentur dengan waktu lain sebab pada umumnya masyarakat pakpak menghabiskan waktunya di ladang sebagai profesi utama masyarakat Pakpak yaitu Petani.

Setelah disepakati waktu untuk melakukan tangis berru sijahe. Maka terjadilah tradisi tangis berru sijahe ini. Sorti telah siap dengan segala perlengkapan yang akan digunakan untuk melakukan tangis berru sijahe. Pakaian adat Pakpak merupakan icon yang ditampilkan dalam pelaksaan tradisi ini. Di samping itu, berbagai perlengkapan juga telah disediakan seperti rabi munduk

‘golok’, napuren ‘sirih’, dan ucang ‘tas yang terbuat dari anyaman pandan’

merupakan perlengkapan wajib yang harus dibawa setiap kali berhadapan ketika meminta izin. Kemudian dalam pelaksaan tradisi ini, Sorti selalu ditemani oleh sahabat yang selalu ikut serta kemana pun Sorti pergi. Gambar di bawah merupakan tampilan Sorti yang sudah lengkap dengan segala propertinya ketika akan pergi melakukan tangis berru sijahe:

Gambar 4.1

Sorti ketika akan melakukan tangis berru sijahe

Sorti meminta izin untuk menikah akan menghadap ibunya dalam keadaan duduk berhadapan dengan sang ibu sambil melipat kedua kakinya dengan memakai pakaian adat lengkap dengan semua perlengkapan yang biasa dipakai seperti tudung penutup kepala, ucang yang berisi napuren, dan rabi munduk.

Gambar 4.2

Sorti melakukan tradisi tangis berru sijahe Kepada Inang

Dalam posisi seperti yang terlihat pada gambar, maka Sorti menyampaikan kalimat-kalimat yang diucapkan ketika meminta izin untuk menikah. Adapun kalimat-kalimat yang diucapkan Sorti adalah sebagai berikut:

1. tading mo ko le nang ni beruna.

‘tinggallah engkau disini wahai ibuku’

2. nggo mo ko peahen kono menuman berumu le nang niberuna.

‘kamu sudah memataskan anak gadismu wahai ibuku’

3. padan mo ko kepeken mengayak oles deba metem engket emas nggersing asa berumu i penuman numan kono inang ni beruna.

‘lebih baik kamu menerima pakaian dari orang lain serta emas yang kuning agar aku anakmu seperti orang lain’

4. molo padinken enda tah terjampa-jampa mo berumu i ladang ni kalak le nang ni beruna.

‘rupanya anakmu ini terjatuh di ladang orang wahai ibuku’

5. mela kalak menuman berumu tah tertingkah lae nciho si cegen, tertingkah lae meletuk molo cibon berumu i ladang ni kalak le inang ni beruna.

‘rupanya engkau telah memantaskan anakmu kalaupun’

6. mela kono menuman berumu pateari sada pe pateari dua bekas berumu, ulang ko sondat mermari mangan taba berumu le nang ni beruna.

‘apabila kamu telah memantaskan anakmu untuk menempati dua tempat, maka janganlah kamu terhalang mencari nafkah untuk anakmu ibuku’

7. mela kalak menuman berumu tah bage pilian mencalit sora ni kalak bage renggur mesora.

‘apabila kamu memantasskan anakmu seperti mendengar petir yang menyambar ketika berbicara dengan orang’

8. mela podinken enda berumu, tah terjampa-jampa berumu mengkuso kusoi bage manuk medemken berumu i ladang ni kalak le nang ni beruna.

‘rupanya anakmu ini ini bersusah payah mencari cari seperti ayam yang mengerami telurnya di ladang orang lain wahai ibuku’

9. tah mengkuso kusoi mo berumu dalan mi juma, tah dalan mi lae mo berumu podinken enda ladang ni kalak inang ni beruna.

‘bertanya-tanya anakmu jalan ke ladang atau jalan ke sungai rupanya jalan yang di tanya adalah jalan ke ladang orang lain’

10. menadingken page ntasak mendapatken page tuhur mo berumu menadingken si nggo ramah mendapatken lako ki tutur berumu le nang ni beruna.

‘seperti meninggalkan padi yang sudah masak dan meninggalkan apa yang sudah didapat untuk memulai pertuturan kepada orang lain wahai ibuku’

11. mela berumu podinken enda tah bage biah merdokar mo i ladang ni kalak ibaen deba berumu le nang ni beruna.

‘kalau anakmu lebih baik seperti anjing di ladang orang ibuku’

12. padin mo ko kepeken mengayaki emas deba nggersing, oles deba metem asa berumu i penuman numan ko le nang ni beruna.

‘sepertinya engkau lebih baik menerima emass yang kuning, kain yang bagus agar engkau dapat menyamakan aku seperti orang lain agar layak di mata calon suamiku wahai ibuku’

13. tah bage biahat merdokar me sora ni kalak ndahi berumu le nang ni beruna.

‘seperti anjing yang menggoggong untuk memanggil orang wahai ibuku’

Setelah Sorti selesai mengucapkan semua kalimat-kalimat meminta izin tersebut. Maka ibu sang membalas kalimat tersebut dengan kalimat-kalimat seperti di bawah ini:

14. ulang ko tergampar-gampar i ladang ni kalak da berru.

‘janganlah kamu seperti orang linglung di dalam keluarga orang wahai anakku’

15. ulang ko giam magin-magin i ladang ni kalak da berru.

‘janganlah engkau selalu sakit di dalam keluarga orang wahai anakku’

16. mela naing meridi ulang ko terkuso-kuso dalan mi lae da berru.

‘apabila engkau ingin mandi, maka janganlah engkau bingung jalan menuju sungai wahai anakku’

17. ulang ko lupa berre inangmu

‘jangan lah kamu lupa kepada ibumu ini’

Setelah selesai meminta izin kepada sang ibu, maka dilanjutkan kepada ayah.

Posisi ketika berhadapan dengan ayah sedikit berbeda dengan ketika berhadapan dengan ibu. Posisi ketika berhadapan dengan ayah hanya diwujudkan dengan menjabat kedua tangan sang ayah. Namum, wajah yang menunduk dan tatapan yang cendrung melihat ke bawah tetap ditampilkan ketika berhadapan dengan ayah. Perbedaan gender memberikan perbedaan perlakuan pada tangis berru sijahe ini. Adapun tampilan ketika berhadapan dengan ayah dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.3

Sorti melakukan Tangis Berru Sijahe Kepada Bapa

Adapun kalimat-kalimat yang diucapkan ketika berhadapan dengan ayah adalah sebagai berikut:

18. laus lebbe aku da pa

‘aku pergi ya ayah’

19. ulang ko magin-magin

‘janganlah kau sakit’

20. laus lebbe aku mi ladang ni kalak pa

‘aku pergi ke rumah calon suamiku’

21. nggo dapet aku pana jodoh ku pa

‘rupanya aku sudah bertemu dengan jodohku’

22. asa Laus aku, tading mo ke

‘aku pergi, tinggallah engkau’

Kemudian ayah pun membalas permintaan izin untuk menikah dari anaknya dengan kalimat-kalimat di bawah ini:

23. ue, pidonku pe mende-mende mo ke

‘iya, permintaanku baik-baiklah engkau’

24. nggo belgah ke i pejaheken

‘karena kamu sudah dewasa, oleh sebab itu menikah’

25. mella oda deng belgah oda i pejaheken

‘kalau belum dewasa, maka tidak menikah’

26. en pe, mende-mende ke deket simatua mu

‘oleh karena itu, baiklah kepada mertuamu’

27. deket kalak kela i

‘juga kepada menantuku itu’

28. i mo ranangku mendahi ke

‘itulah pesanku kepadamu’

Setelah kepada kedua orang tua selesai, maka dilanjutkan kepada sanak saudara yang dikehendaki oleh Sorti. Pelaksanaan tangis berru sijahe kepada sanak saudara dilanjutkan pada hari kedua. Dalam tradisi tangis berru sijahe yang dilakukan oleh Sorti br Tumannger ini, dia memilih meminta izin kepada mbulu (bibi). Pemilihan terhadap bibi ini didasari oleh perspektif suku batak pada umumnya yang sedikit mewajibkan menikah dengan pariban (anak laki-laki bibi) untuk memelihara hubungan keluarga. Karena Sorti tidak menikah dengan paribannya, maka ia meminta maaf kepada bibinya.

Posisi ketika berhadapan dengan bibi sama halnya ketika berhadapan dengan ibu. Sorti datang meminta izin kepada bibinya dengan bahu yang sedikit membungkuk juga dengan tatapan wajah yang cenderung melihat kebawah. Posisi

Sorti ketika berhadapan meminta izin untuk menikah kepada bibinya diperlihatkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4.4

Sorti ketika berhadapan dengan Bibi

Adapun kalimat-kalimat yang diucapkan ketika berhadapan dengan mbulu adalah sebagai berikut:

29. tading mo ko le nang ni permenna.

‘tinggallah engkau wahai bibikku’

30. nggo mo kepeken inang ni permenna menuman daging si melala.

‘rupanya aku sudah seperti daging hancur yang tidak berguna lagi’

31. tading mo ko kepeken inang ni permenna menuman kalak asa beremu i penuman numan kono inangni bere berena.

‘kamu lebih baik menyerupai orang agar aku panta untuk orang lain’

32. mela kono menuman permenmu, nggo kepe peahen kono menuman beremu inang ni permenna.

‘apabila kamu memantaskan keponakanmu, berarti sudah pantaslah keponakanmu ini’

33. nggo mo kepeken karinana memurpurken daging si melala inang ni beruna dekket inangni permenna.

‘rupany semua seperti telah menentramkan orang yang hina ini bibiku’

34. bage memurpurken lae mbergoh mo ko kepeken menuman daging si melala inang ni permenna.

‘kamu seperti memercikkan air yang sejuk kepada orang yang hina ini bibiku’

35. karinana ke kepeken nggo peahen menuman daging si melala sa memurpurken lae mbergoh mo kepeken kene tabah daging si melala inang ni permenna.

‘rupanya semua sudah meyerupai aku yang hina ini seperti memercikkan air yang sejuk’

Setelah Sorti selesai meminta izin kepada bibinya, maka sang bibi pun membalas dengan kalimat-kalimat sebagai berikut:

36. nggo mi, sip ko.

‘sudahlah, diamlah engkau wahai ponakanku’

37. ko ngo, nggo i tading ko keppe anakku i.

‘kamu yang sudah meninggalkan anakku itu’

38. kalak keppe menjalo-jala geggohmu permenku.

‘orang lain yang yang mendapatkanmu wahai anakku’

39. onjem dalan mi lae aku, onjem dalan mi juma.

‘aku terjatuh di jalan menuju ke ladang’

40. ko kin ngo ku harapken bai impalmi.

‘kamu yang saya harapkan untuk mendampingi anakku’

41. hanjar-hanjar ko rading ni permaenna

‘hati-hati lah wahai anakku’

42. nggo i tadingken ko pana namberrumu.

‘kamu sudah meninggalkan bibimu’

43. nggo ku si pagar ko keppe si lausna

‘aku sudah menjagamu’

Maka ketika berhadapan untuk meminta izin kepada bibi selesai, selesai jugalah acara tangis berru sijahe tersebut. Sorti pulang ke rumah orang tuanya dan kemudian dilanjutkan dengan acara resepri pernikah sebagai acara puncak dalam upacara adat perkawninan suku Pakpak.

4.2 Analisis Data Multimodal Tangis Berru Sijahe

Penelitian ini memaparkan hubungan antara teks verbal dan teks visual multimodal yang terdapat dalam tradisi tangis berru sijahe. Penelitian ini menggunakan kerangka kerja analisis multimodal untuk menjelaskan bagaimana konstruksi teks verbal dan teks visual yang membangun tradisi Tangis berru sijahe tersebut beserta aspek-aspek yang terdapat di dalamnya.

Analisis multimodal dalam penelitian ini merupakan analisis menyeluruh terhadap kompenen aspek teks verbal dan teks visual. Analisis terhadap teks verbal menggunakan komponen Ideasional Kress dan Van Leeuwen dalam Reading Images (2006) yang meliputi Partisipan I, jenis proses dan Partisipan II.

Sedangkan pada analisis Visual Tangis Berru Sijahe dilakukan dengan menggunakan komponen Interpersonal dan komponen Tekstual.

Deskripsi data dalam penelitian ini dimulai dengan pengklasifikasian aspek multimodal yang terdapat dalam tangis Berru Sijahe kemudian analisis teks verbal. Berikut ini adalah deskripsi data dan analisis yang diberikan berdasarkan kerangka kerja analisis multimodal.

4.2.1 Analisis Multimodal Tangis Berru Sijahe 4.2.1.1 Komponen Metafungsi Ideasional

Gol, Vokatif Aktor, Senser

Setting Accompaniment

Gambar 4.2.1.1 Komponen Metangfungsi Ideasional

Data 1

tading (mo) ko (le) nang ni beruna

Tinggallah Kamu wahai ibuku

‘tinggalah kamu wahai ibuku’

Proses Material Aktor

Vokatif

Proses dalam teks verbal tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh tading ‘tinggal’ Visual Sorti yang memeluk ibunya sebagai Aktor serta (le) nang ni beruna dianalisis sebagai Vokatif. Sorti memeluk (le) nang ni beruna ketika berpamitan hendak meminta izin untuk menikah berfungsi sebagai Aktor dan Ibunya Sorti berperan sebagai Gol. Setting yang

Proses Material Proses Verbal 1. Tading 13. Mengkuso-kusoi

‘tinggal’ ‘bertanya’

terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar. Tampak di dalam gambar rabi munduk ‘parang’ yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta’. Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 2

nggo mo Ko peahen (kono) menuman berumu (le) nang ni beruna sudah kamu Susah menyerupai anakmu wahai ibuku

‘kamu sudah susah untuk menyamakan (dengan orang lain) anakmu wahai ibuku’

Aktor Aktor Proses Material Gol

Vokatif Proses dalam teks verbal tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh ko ‘kamu’ yang merujuk kepada (le) nang ni beruna berperan sebagai Aktor serta (le) nang ni beruna dianalisis sebagai Vokatif.

Berumu ‘anakmu’ yang merujuk kepada Sorti dianalisis sebagai Gol. Visual Sorti memeluk ibunya dianalisis sebagai Aktor dan ibunya Sorti dianalisis sebagaai Gol. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar. Tampak di dalam gambar rabi munduk ’parang’ yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta’. Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 3

padan mo kepeken mengayak oles deba metem engket emas nggersing lebih baik rupanya menerima kain dari orang dan emas kuning

‘lebih baik menerima kain orang dan emas kuning’

Proses material Gol Modalitas

Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh oles deba metem engket emas nggersing ‘kain dari orang dan emas kuning’ berperan sebagai Gol. Aktor ditandai dengan le nang ni

beruna ‘ibu’ namun pada klausa ini implicit. Visual Sorti memeluk ibunya dianalisis sebagai Aktor dan ibunya Sorti dianalisis sebagai Gol. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar. Tampak di dalam gambar rabi munduk ‘parang’ yang dianalisis sebagai Accompaniment Penyerta. Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 4

Asa berumu i penuman numan kono inang ni beruna

agar anakmu disamakan kamu wahai ibuku

‘supaya anakmu disamakan (dengan orang lain) wahai ibuku’

Modalitas Gol Proses Material Aktor

Vokatif

Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh kono ‘kamu’ yang merujuk kepada inang ni beruna sebagai Aktor serta (le) nang ni beruna ‘ibu’ dianalisis sebagai Vokatif. Berumu

‘anakmu’ yang merujuk kepada Sorti dianalisis sebagai Gol. Visual Sorti memeluk (le) nang ni beruna ‘ibu’ ketika berpamitan hendak meminta izin untuk menikah berfungsi sebagai Aktor dan ibunya Sorti dianalisis sebagai Gol. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar. Tampak di dalam gambar rabi munduk ‘parang’

yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta’ Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 5

molo padinken enda tah terjampah-jampah mo

berumu i ladang ni kalak (le) nang ni beruna lebih baik terjatuh anakmu di ladang orang wahai ibuku

‘lebih baik anakmu terjatuh di ladang orang ibuku’

Proses Mental Senser Sirkumtan

Vokatif

Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh berumu ‘anakmu’ yang merujuk kepada Sorti dianalisis sebagai Gol. I ladang ni kalak ‘di ladang orang’ dianalisis sebagai sirkumtan serta (le) nang ni beruna dianalisis sebagai Vokatif. Visual Sorti memeluk (le) nang ni beruna ketika berpamitan hendak meminta izin untuk menikah berfungsi sebagai Aktor. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar.

Tampak di dalam gambar rabi munduk ‘parang’ yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta’ Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 6

mela Kalak menuman berumu tah tertingkah lae nciho si cegen apabila Orang menyerupai anakmu seperti air keruh besok

‘apabila besok anakmu menyerupai seperti air keruh’

Aktor Proses Material Gol Sirkumtan Sirkumtan Modalitas

Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh Kalak ‘orang’ dianalisis sebagai Aktor. Berumu

‘anakmu’ yang merujuk kepada Sorti dianalisis sebagai Gol serta tah tertingkah lae nciho si cegen ‘seperti air keruh’ dianalisisis sebagai Sirkumtan. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar. Tampak di dalam gambar rabi munduk ‘parang’ yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta’ Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 7

tertingkah lae meletuk molo cibon berumu i ladang kalak (le) nang ni beruna air membanjiri kalo besok anakmu diladang orang wahai ibuku

‘apabila besok anakmu seperti air yang membanjiri di ladang orang ibuku’

Gol Proses Mat. Sirkumtan Aktor Sirkumtan

Vokatif Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh berumu ‘anakmu’ yang merujuk kepada Sorti dianalisis sebagai Gol. I ladang ni kalah ‘di ladang orang’ dianalisis sebagai Sirkumtan serta (le) nang ni beruna ‘ibu’ yang merujuk kepada ibu dianalisis sebagai Vokatif. Visual Sorti yang memeluk ibunya sebagai Aktor serta (le) nang ni beruna dianalisis sebagai Vokatif. Visual Sorti memeluk (le) nang ni beruna ketika berpamitan hendak meminta izin untuk menikah berfungsi sebagai Aktor.

Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar. Tampak di dalam gambar rabi munduk

‘parang’ yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta’ Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 8

mela Kono menuman berumu pateari sada pe peteari dua bekas berumu apabila Kamu Menyamakan anakmu dalam satu hari dua tempat anakmu

‘sepertinya kamu sudah menyamakan (dengan orang lain) anakmu pada dua tempat’

Aktor Proses Mat. Gol Sirkumtan Gol

Modalitas

Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh kono ‘kamu’ yang merujuk kepada ibunya Sorti dianalisis sebagai Aktor. Berumu ‘anakmu’ yang merujuk kepada Sorti dianalisis sebagai Gol serta pateari sada pe peteari dua bekas ‘dalam satu hari dua tempat’

dianalisis sebagai Sirkumtan.Visual Sorti yang memeluk ibunya ketika

berpamitan hendak meminta izin untuk menikah berfungsi sebagai Aktor. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar. Tampak di dalam gambar rabi munduk ‘parang’

yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 9

ulang ko sondat mermari mangan taba berumu nang ni beruna jangan Kamu terhalang mencari makan anakmu wahai ibuku

‘janganlah kamu terhalang untuk mencari nafkah anakmu wahai ibuku’

Aktor Proses material Gol

Vokatif Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh ko ‘kamu’ yang merujuk kepada ibunya Sorti dianalisis sebagai Aktor dan berumu ‘anakmu’ yang merujuk kepada Sorti dianalisis sebagai Gol. Nang ni beruna ‘ibu’ yang merujuk kepada ibunya Sorti dianalisis sebagai Vokatif. Visual Sorti yang memeluk ibunya sebagai Aktor serta Sorti memeluk nang ni beruna ketika berpamitan hendak meminta izin untuk menikah berfungsi sebagai Aktor. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar.

Tampak di dalam gambar rabi munduk ‘parang’ yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta’ Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 10

mela Kalak menuman berumu tah bage pilian mencalit sora ni kalak bage renggur mersora kalau Orang Menyamakan anakmu entah seperti suara petir yang

menyambar

‘seperti orang yang menyamakan anakmu dengan petir yang menyambar’

Aktor Proses material Gol Sirkumtan

Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses material yang ditandai oleh kalak ‘orang’ dianalisis sebagai Aktor dan berumu

‘anakmu’ yang merujuk kepada Sorti dianalisis sebagai Gol. Tah bage pilian mencalit sora ni kalak bage renggur mersora ‘seperti suara petir yang menyambar’ dianalisis sebagai Sirkumtan. Visual Sorti yang memeluk ibunya berperan sebagai Aktor. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah ruangan dengan posisi duduk partisipan di atas tikar. Tampak di dalam gambar rabi munduk ‘parang’ yang dianalisis sebagai Accompaniment ‘Penyerta’

Secara Kultural menandai pelaksaan tradisi tangis berru sijahe.

Data 11

mela podinken enda berumu

lebih baik Ini anakmu

‘lebih baik anakmu ini’

Predicator Gol

Proses dalam teks visual tangis berru sijahe di atas merupakan proses relasional yang ditandai oleh berumu ‘anakmu’ dianalisis sebagai attribute.

Carrier pada proses relasional merupakan Ibunya Sorti namun bersifat implicit.

Visual Sorti yang memeluk ibunya sebagai Aktor dan ibunya Sorti berfungsi sebagai Gol. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah

Visual Sorti yang memeluk ibunya sebagai Aktor dan ibunya Sorti berfungsi sebagai Gol. Setting yang terlihat dalam gambar diatas adalah di dalam sebuah