Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang salah satu tradisi Pakpak, yaitu Tangis Berru Sijahe yang dianalisis berdasarkan kajian multimodal, selanjutnya dalam usaha memperkaya khasanah tradisi etnis terutama etnis Pakpak. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua bagian pokok yakni: 1) manfaat teoretis dan 2) manfaat praktis seperti dipaparkan di bawah ini:
1. Manfaat Teoretis
1.1 Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama bidang kajian multimodal.
1.2 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dokumentasi tradisi Tangis Berru Sijahe yang ada dalam masyarakat Pakpak.
1.3 Menambah kekayaan ilmu linguistik dalam kajian multimodal.
2. Manfaat Praktis
2.1 Penelitian ini diharapkan dapat memperkenalkan tradisi Tangis Berru Sijahe kepada masyarakat luas pada umumnya dan khususnya kepada masyarakat Pakpak.
2.2 Sebagai bahan pengajaran tradisi daerah terutama pada penerapan kajian multimodal. Hasil penelitian ini akan menambah referensi bagi kajian selanjutnya.
2.3 Menghindari kepunahan tradisi etnis dan sekaligus sebagai usaha pembinaan dan pengembangan tradisi etnis yaitu tradisi etnis Pakpak.
1.5 Definisi Istilah
Istilah-istilah dalam penelitian ini memiliki makna yang berbeda dengan ilmu di luar lingusitik oleh karena itu, penggunaan istilah dalam penelitian ini ditinjau dari konsep linguistik. Adapun istilah tersebut adalah:
1. Tangis Berru Sijahe merupakan salah satu tradisi yang ada dalam masyarakat suku Pakpak yang dilaksanakan ketika gadis suku Pakpak akan menikah.
Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang mengungkapkan kesedihan selama seorang perempuan masih gadis yang disertai dengan posisi dan tata cara berhadapan tertentu yang ditandai dengan gender. Posisi pada setiap saudara yang didatangi tentunya berbeda yang menandai adanya sistem tutur pada masyarakat Pakpak.
2. Masyarakat Pakpak merupakan salah satu suku yang mendiami salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Utara yang masih banyak menyimpan tradisi dan menjadi pedoman hidup sebelum masuknya agama.
3. Multimodal merupakan salah satu bidang kajian Linguistik Sistemik Fungsional yang menggabungkan beberapa kajian semiotik sosial yang bertujuan untuk mengkomunikasikan yang terjadi disekitar pengguna komunikasi tersebut dengan memanfaatkan sumber semiotik verbal dan semiotik visual. Dengan kata lain, multimodal merupakan usaha untuk memaknai visual dan verbal yang terjadi ketika berkomunikasi. Aspek-aspek yang terdapat multimodal seperti aspek verbal (teks), visual, gestural, audio, dan spasial.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjaun Pustaka
2.1.1 Kajian-Kajian Relevan
Kajian multimodal merupakan kajian baru yang masih jarang diteliti di Indonesia. Walaupun masih jarang diteliti, sudah ada beberapa penelitian yang mengkaji multimodal ini. Beberapa penelitian telah dilakukan oleh Nasution (2010) dalam tesis yang berjudul “Konstruksi Tekstual Gender Dalam teks Iklan Cetak: Analisis Multimodal Terhadap Teks Iklan Cetak”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa teks verbal dan teks visual dalam suatu teks iklan cetak menkonstruksi citra gender melalui berbagai komponen metafungsi yang membentuknya.
Melalui deskripsi dan analisis data temuan menyimpulkan bahwa ideologi yang mendasari pencitraan gender dalam teks iklan cetak, yaitu (1) ideologi seksis yang memandang laki-laki lebih tinggi derajatnya dari perempuan dan (2) ideologi yang memandang adanya persamaan peran-peran gender antara laki-laki dan perempuan. Penelitian Nasution ini memberikan kontribusi bagi penelitian ini dari perspektif teori dan metode analisis.
Teori dan metode analisis multimodal menerapkan bahwa teks visual dan teks verbal dapat dikaji secara metafungsi bahasa. Keduan penelitian ini melakukan analisis metafungsi yang mencakup komponen ideasional, komponen interpersonal, dan komponen tekstual. Perbedaannya adalah data yang digunakan sebagai bahan analisis berbeda. Nasution menggunakan teks iklan cetak
sedangkan penelitian ini mengambil data teks budaya, yaitu teks tradisi tangis berru sijahe yang terdapat pada masyarakat Pakpak.
Pujadiharja (2013) menghasilkan penelitian “Kajian Multimodal Teks Tubuh Perempuan Dalam Film Dokumenter Nona Nyonya? Karya Lucky Kuswandi”. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap film ini, disimpulkan bahwa film dokumenter Nona Nyonya? tidak dapat dipisahkan dari interpretasi kreatif dan ideologi sang pembuat film. Selain itu film Nona Nyonya?
Belum merepresentasikan aktualita wacana tubuh perempuan di dalam realitas sosial masyarakat Indonesia secara menyeluruh karena sifatnya yang memberikan informasi secara terbatas.
Hermawan (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Multimodality:
Menafsir Verbal, membaca Gambar dan Memhami Teks” menyatakan pentingnya teks multimodal karena dunia masa kini mengandalkan penguasaan dan pemahaman untuk memahami pesan yang disampaikan teks harus dilakukan secara menyeluruh. Temuan menunjukkan cara membaca gambar yang selama ini dianggap tidak perlu menjadi penting dalam analisis multimodal karena dengan manguasai dan memahami sarana komunikasi multimodal dapat mendeskripsikan gambar, ilustrasi, lukisan, dan desain dengan baik tanpa harus bergantung pada penjelasan para kurator lukisan, pembuat ilustrasi, atau designer. Kemampuan untuk menggambarkan sebuah fenomena gambar memberikan kontribusi nyata untuk perbaikan pemahaman pembaca atau penyaksi teks yang berasal dari bermacam-macam teks social dalam masyarakat. Temuan penelitian Hermawan ini memberikan kontribusi kepada penelitian dalam kaitannya dengan analisis gambar yang menggunakan komposisi centred (terpusat) dan komposisi polarized
(tidak terpusat) yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi menggunakan analisis multimodal.
Ayuwardhani (2009) dalam penelitian “Representasi Sepak Bola Dalam Mice Cartoon Edisi Komentator Sepak Bola: Analisis Multimodalitas Terhadap Komik Kartun”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa metafungsi representasi yang mengkaji hubungan antara partisipan yang direpresentasi dalam gambar naratif dan konseptual sebanyak 14 data. 1) Pemilihan struktur gambar narasi menunjukkan bahwa tindakan, reaksi, dan keterangan dalam gambar dihubungkan melalui vektor mata. Vektor tindakan melalui pergerakan tangan. 2) Pemilihan struktur konseptual dalam Mice Cartoon dapat menunjukkan partisipan utama dan atribut-atribut simbolis untuk menampilkan dirinya dalam gambar. Mice Cartoon yang berjenis offer pictures yang berarti pengamatlah yang menentukan makna keseluruhan gambar.
Dari perspektif komposisi gambar Mice Cartoon edisi komentator sepak bola ini bersifat menyebar atau polarisasi yang tidak terpusat di tengah. Penelitian Ayuwardhani memberikan kontribusi teoretis dan metodologis dari aspek analisis metafungsi visual, yang paling dominan adalah aspek visual (warna).
Selanjutnya, Sinar (2013) dengan judul penelitian “Analisis Teks Iklan Cetak: Suatu Perspektif Multimodal“ membahas metafungsi bahasa visual yang mencakup; fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual berdasarkan pada teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) Halliday (1985) dengan analisis multimodal pada visual dari kedua teks iklan konsep Kress dan Van Leeuwen (2006) dan Cheong (2004).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan feminimitas perempuan divisualisasikan dengan bentuk yang cantik dan mempesona serta seksi, kemudian maskulinitas laki-laki divisualisasikan dengan tampilan tubuh yang kekar serta berotot. Sedangkan berdasarkan ideologi iklan cetak Marie dan L-Men yang merepresentasikan feminimitas dan maskulinitas merupakan hasil konstruksi sosial tradisi oleh masyarakat yang akhirnya mengakibatkan bias dalam peran sosial perempuan yang berbeda dengan laki-laki berdasarkan bahasa iklan cetak. Ungkapan klausa dalam iklan cetak sebagai teks dalam konteksnya berpotensi melahirkan nilai dan tatanan sosial masyarakat.
2.1.2 Tangis Berru Sijahe
Tangis beru sijahe merupakan nyanyian ratapan seorang gadis yang akan dipinang dan dinyanyikan menjelang pernikahannya. Nyanyian ini berisi tentang ungkapan kesedihan karena harus berpisah dengan anggota keluarganya dengan tujuan agar anggota keluarga yang mendengarkan merasa iba dan terharu kemudian mereka akan memberikan nasehat-nasehat dan bantuan berupa materi kepada si gadis yang akan menikah tersebut. Secara umum nyanyian ini banyak menggunakan bahasa-bahasa simbolis yang mengandung makna-makna tertentu sebagai gambaran dari sesuatu hal ataupun representasi dari situasi sosial masyarakatan pemilik tradisi ini. Digarap dengan nuansa kesedihan (Pakpak: lolo ate) yaitu mengutamakan pesan melalui teks. Namun dalam perkembangannya beberapa tahun belakangan ini tangis beru si jahe bukan lagi disajikan untuk upacara adat namun menjadi salah satu bentuk hiburan dan telah difestivalkan.
Tangis beru sijahe hanya dinyanyikan oleh perempuan. Tangis beru sijahe disajikan dan ditujukan kepada orangtua beru si jahe (pengantin perempuan),
kerabat terdekat dengan cara mendatangi rumah mereka masing-masing. Selain itu, orang-orang yang didatangi oleh beru si jahe tersebut memberi makan (nakan pengindo tangis) dimana tinggi rendahnya status sosial adat beru si jahe tersebut ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah materi yang nantinya akan dibawa menuju tempat mertuanya. Semakin banyak materi yang diterima oleh beru si jahe, maka akan semakin tinggi pula status sosial adatnya dihadapan keluarga suaminya.
Teks dari tangis beru sijahe berisikan tentang kiasan dan perumpamaan yang dinyanyikan pada umumnya kebalikan dari kenyataan karena si gadis merasa bahwa seolah-olah orang tuanya sudah tidak perduli bahkan mencampakkan dia.
Selain itu dia nantinya tidak dapat merasakan kebahagiaan seperti apa yang dirasakan selama ini di lingkungan keluarganya. Namun, pada zaman sekarang ini, penggunaan tradisi ini telah mengalami pergerseran. Tangis Berru Sijahe telah berubah menjadi kesenian yang difestivalkan pada acara-acara kesenian.
Pada pelaksanaan tradisi tangis berru sijahe ini, berru sijahe menggunakan pakaian adat Pakpak lengkap dengan attributnya seperti tudung, ucang, borgot, rabi munduk. Salah satu attribute yang paling penting adalah rabi muduk (parang) yang sudah diisi dengan kekuatan mistik yang berguna untuk penjagaan berru sijahe selama melaksanakan tradisi tangis berru sijahe. Selain itu, berru sijahe juga ditemani oleh seorang sahabat selama melaksanakan tradisi tersebut. Jadi, berru sijahe tidak boleh sendiri melangsungkan tradisi ini. Disamping itu, masyarakat Pakpak masih mempercayai bahwa rabi munduk yang digunakan berru sijahe mempunyai kekuatan mistik yang dipergunakan ketika menghadapai ancaman.
Pelaksanaan tradisi ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari karna waktu pagi
adalah waktu yang paling baik untuk memulai suatu pekerjaan yang dipercayai oleh masyarakat Pakpak. (Mansehat Manik, Hasil Wawancara)
2.2 Landasan Teori
Merupakan kajian tentang teori yang menjelaskan setiap variable penelitian.
Dalam panelitian ini Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), Metafungsi Bahasa, dan Metafungsi Visual Multimodal merupakan variable penelitian yang harus dijelaskan berdasarkan konsep dan teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini.
2.2.1 Linguistik Sistemik Fungsional
Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) adalah salah satu aliran dalam disiplin linguistik yang memperkenalkan suatu teori yang disebut dengan teori sistemik melingkupi fungsi, system, makna, semiotika social dan konteks. Teori sistemik bahasa memandang bahasa sebagai bagian dari fenomena sosial yang berhubungan dengan konteks sosial pemakaian bahasa.
Bahasa sebagai fungsi berkaitan dengan penggunaan bahasa bagi interaksi sosial. Bahasa diorganisir sedemikian rupa untuk melaksanakan suatu fungsi interaksionis, yakni bagaimana ide-ide dalam wujud bahasa dapat dipahami oleh pihak lain dalam suatu lingkungan sosial (Sinar, 2008:19).
Fungsi bahasa adalah untuk menciptakan makna, karena itu komponen terpenting dari suatu bahasa adalah komponen-komponen yang fungsional dalam menciptakan makna. Terdapat tiga komponen utama dalam menciptakan makna, yakni komponen ideasional, interpersonal, dan tekstual. Komponen ideasional berhubungan dengan bagaimana pengguna bahasa memahami lingkungan sosial.
Komponen interpersonal berhubungan dengan bagaimana bahasa digunakan dalam interaksi sosial. Komponen tekstual berhubungan dengan interpretasi bahasa dalam fungsinya sebagai pesan (Sinar, 2008: 20).
Sebagai sistem, bahasa bersama-sama dengan sistem sosial lainnya bekerja dalam menciptakan makna (Halliday dan Hasan, 1992: 5). Sistem makna bahasa atau sistem semantik dipahami bukan semata-mata sebagai makna kata-kata, tetapi merupakan sistem bahasa secara keseluruhan. Sistem semantik menyediakan pilihan-pilihan semantik yang dapat digunakan oleh pemakai bahasa dalam berinteraksi dengan pihak lain, di mana sistem semantik ini berhubungan langsung dengan sistemsistem lainnya yang berada di sekitar ide interaksi tersebut (Sinar, 2008: 19).
Sistem semantik diwujudkan melalui kata-kata dan tatabahasa dalam suatu proses penyusunan ide dalam pikiran manusia. Dalam proses ini, kata-kata dan tatabahasa berhubungan secara alamiah dengan makna yang dirujuknya yang kemudian menghasilkan ujaran dan tulisan, sehingga proses interaksi dapat berjalan (Sinar, 2008: 19).
Bahasa sebagai semiotika sosial adalah bahasa sebagai sistem makna (Halliday dan Hasan, 1992: 4). Semiotika sosial melihat tanda dalam arti yang lebih luas, yakni sebagai suatu sistem tanda yang merupakan bagian tatanan-tatanan yang saling berhubungan sebagai pembawa makna dalam tradisi.
Sehingga, bahasa dalam semiotika sosial mendapatkan maknanya melalui interaksi sosial, dengan perantara sosial, dan untuk tujuan sosial pula (Halliday dan Hasan, 1992: 4-6).
Bahasa sebagai semiotika sosial berhubungan dengan penggunaan bahasa bersama-sama dengan sistem makna lainnya dalam menciptakan ketradisian (Halliday dan Hasan, 1992: 5). Pengalaman-pengalaman manusia sebagai bagian dari dimensi sosial merupakan awal dari munculnya gejala bahasa, oleh karena itu penting untuk melihat bahasa dari sudut pandang dimensi sosial yang melingkupinya.
Lingkungan sosial merupakan tempat terjadinya pertukaran makna. Oleh sebab itu, proses pertukaran makna adalah sesuatu yang bersifat kontekstual, artinya penggunaan bahasa sebagai alat interaksi sosial untuk menciptakan makna dari sederetan sistem makna yang tersedia secara keseluruhan berhubungan dengan konteks yang melatarbelakangi interaksi tersebut (Halliday dan Hasan, 1992: 6). Terdapat tiga konteks sosial yang melatarbelakangi penggunaan bahasa dalam suatu proses interaksi, yakni konteks situasi, tradisi, dan ideologi (Sinar, 2008: 23-24).
2.2.2 Metafungsi Bahasa
Metafungsi bahasa oleh Halliday mempunyai tiga (3) komponen yaitu ideasional, interpersonal, dan tekstual. Sumber ideasional berhubungan dengan pemahaman dari pengalaman: apa yang telah terjadi, termasuk apa yang di lakukan seseorang terhadap siapa, dimana, kapan, kenapa, dan bagaimana hubungan logika terjadi antara satu dengan yang lainnya. Sumber interpersonal membahas hubungan sosial: bagaimana masyarakat berinteraksi, termasuk perasaan saling berbagi di antara mereka dan sumber tekstual membahas alir informasi: cara makna ideasional dan interpersonal disebarkan pada semiosis,
termasuk interkoneksi antara aktivitas dan bahasa (tindakan, gambar, musik.dll) (Sinar, 2012).
Sistem transitivitas, taksis, modus dan tema direalisasikan dalam hubungan sistem fungsi ideasional, tekstual dan interpersonal. Fungsi ideasional terdiri dari fungsi eksperensial dan logis direalisasikan oleh sistem klausa transitivitas dan fungsi logis direalisasikan oleh sistem klausa kompleks yaitu sistem taksis. Sementara itu fungsi tekstual direalisasikan dengan sistem tema-rema dan fungsi interpersonal direalisasikan dengan sistem modus.
Setiap klausa mempunyai fungsi dan membawa arti yaitu fungsi atau makna ideasional, fungsi atau makna interpersonal dan fungsi atau makna tekstual.
Fungsi ideasional terbagi atas dua (2) fungsi yaitu eksperensial dan logis.
Fungsi eksperiensial terjadi pada tingkat klausa sebagai representasi pengalaman-pengalaman manusia, baik realitas luaran maupun realitas dalaman diri manusia itu sendiri, dan ini bermakna satu fungsi klausa adalah sebagai representasi pengalaman dari dua realitas, yaitu realitas dari luaran dan dari dalaman seseorang. Klausa transitivitas sebagai unit tata bahasa mempunyai tiga komponen yaitu (1) proses, (2) partisipan, dan (3) sirkumstan. ‘Proses yang sedang terjadi’
terbagi dalam proses-proses yang bervariasi.
Halliday (1985, 1994) mengidentifikasi proses-proses realitas yang terekam, dan secara linguistik dan tata bahasa mengklasifikasikan proses-proses yang bervariasi ini ke dalam jenis-jenis proses, khasnya jenis proses dalam sistem transitivitas bahasa Inggris. Di dalam bahasa ini proses dikategorikan ke dalam tiga proses utama: (1) material, (2) mental, dan (3) relasional; dan
mengklasifikasikan lagi ke dalam tiga proses tambahan, yakni (1) tingkah laku, (2) verbal, dan (3) wujud (existential).
Dalam tatabahasa proses yang sedang terjadi mempunyai tiga komponen yang terdiri dari (1) proses itu sendiri, menurut cirinya direalisasikan oleh satu kata kerja atau frasa kata kerja (2) partisipan-partisipan di dalam proses, menurut cirinya direalisasikan oleh kata benda atau frasa kata benda, dan (3) sirkumstan-sirkumstan yang berkaitan dengan proses, khususnya direalisasikan oleh frase ajektif atau frase preposisi.
Halliday, 1985, 1994 dalam Sinar, 2012 memperkenalkan komponen fungsi sebagai makna di dalam hubungan semantik fungsional di antara klausa-klausa yang membentuk logika bahasa alamiah direalisasikan oleh kompleksitas klausa dalam sistem bahasa, yang terdiri dari semantik-logis dan hubungan-hubungan ketergantungan (taksis).
Klausa kompleks adalah struktur yang terdiri atas dua atau lebih klausa dihubungkan secara logika, atau suatu urutan proses–proses yang secara logika dihubungkan.
Semantik logis dan hubungan ketergantungan antara klausa kompleks diukur menurut jenis-jenis hubungan ketergantungan yang dikenal sebagai taksis, terdiri dari hubungan parataksis dan hipotaksis. Di dalam sistem klausa parataksis hubungan ketergantungan adalah hubungan antara dua klausa atau lebih yang tidak saling bergantung satu sama lain atau mempunyai status yang setara.
Pada tingkat interpretasi gramatika dalam hal fungsi klausa, klausa diorganisasikan sebagai sebuah kejadian interaktif yang membabitkan pembicara, penulis dan pendengar atau pembaca. Klausa-klausa dengan makna interpersonal
berfungsi sebagai klausa pertukaran, yang merepresentasikan hubungan peran pertuturan. Apabila dua penutur menggunakan bahasa untuk berinteraksi, satu hal yang dilakukan mereka adalah menjalin hubungan sosial di antara mereka. Disini mereka mulai menyusun dua jenis peran atau fungsi pertuturan yang fundamental:
(1) memberi, dan (2) meminta Informasi (Halliday 1994 dalam Sinar, 2012).
Makna interpersonal bahasa (klausa) dalam fungsinya sebagai alat pertukaran maklumat juga merepresentasikan hubungan peran-peran pertuturan yang direalisasikan melaui sistem bahasa (klausa) modus. Sistem klausa direpresentasikan melalui struktur moda klausa yang terdiri dari dua unsur utama:
(1) modus, dan (2) residu. Dalam hal ini, bahagian dari keseluruhan fungsional yang terbabit di dalam pertukaran maklumat dinamakan struktur moda-residu.
Unsur modus dalam klausa bahasa Inggris terdiri dari sebuah subjek dan sebuah finit, sedangkan unsur sebuah residu terdiri dari sebuah predikator, satu atau lebih komplemen, dan beberapa jenis adjung yang berbeda. Diskusi lebih lengkap mengenai makna interpersonal dapat anda lihat misalnya dalam Halliday (1994:68-105).
Fungsi tekstual bahasa adalah sebuah interpretasi bahasa dalam fungsinya sebagai pesan, yaitu berfungsi sebagai pembentuk-teks dalam bahasa atau menunjuk cara sebuah teks diorganisir atau dibentuk. Hal ini diinterpretasikan sebagai sebuah fungsi intrinsik kepada bahasa itu sendiri, dalam arti bahwa bahasa berhubungkait dengan aspek situasional bahasa (teks). Dengan kata lain, titik temu membuat bahasa (teks) relevan secara internal (di dalam strukturnya) dan secara eksternal kepada konteks atau situasi tempat bahasa itu digunakan.
2.2.3 Kerangka Metafungsi Multimodal
Tata bahasa desain visual, seperti semua modus semiotik lain, memenuhi tiga fungsi dalam metafungsi bahasa visual. Fungsi Ideasional (fungsi eksperensial dan logical ), fungsi Interpersonal (memberlakukan interaksi sosial sebagai hubungan sosial). Dan fungsi tekstual sebagai komposisi teks yang mengikat koherensi dan kohesi.
Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam teks verbal dan teks visual. Liu Y dan O’Halloran (2009: 32), merumuskan hubungan logis tersebut sebagai Inter-semiotic Logical Relations.
Kerangka konsep multimodal berbasis pada model komunikasi yang terdiri atas tanda, makna dan peraturan-peraturan yang melekat pada tanda dan makna tersebut (Kress:2001). Seperangkat tanda dan makna ini memberikan penganalisisan untuk mengkonfigurasikan sarana komunikatif dalam analisis.
Sarana komunikatif artinya unit heuristic dengan menekankan pada tensi dan kontradiksi antara sarana komunikatif yang menjadi representasi sebuah system dan aksi-aksi social yang terlepas secaraa dinamis. Karena itu, ketika melakukan interaksi sebagai unit hueristik unsur yang mengindikasi representasi sebuah system dapat menggunakan teori-teori dan aksi secara teoritis.
Istilah Multimodal digunakan untuk merujuk pada cara orang berkomunikasi dengan menggunakan sarana yang berbeda pada saat bersamaan yang dapat didefinisikan sebagai penggunaan beberapa sarana semiotik dalam desain produk, atau peristiwa semiotik secara bersamaan dalam suatu teks, dan
dengan cara tertentu, sarana ini digabungkan untuk memperkuat, melengkapi, atau berada dalam susunan tertentu (Kress and van Leeuwen, 2001:21).
Teks multimodal dibentuk oleh lebih dari satu sistem semiotik (Kress dan van Leeuwen, 2006: 18) yang terdiri atas tulisan dan gambar. Melalui gambar dapat merepresentasikan berbagai pengalaman-pengalaman sosial (Kress dan van Leeuwen, 2006: 18).
Kress dan van Leeuwen (2006: 40-41) mengembangkan tiga komponen metafungsi Halliday di atas untuk sistem semiotik dalam suatu teks multimodal.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sistem semiotik dalam teks multimodal berarti tidak secara khusus berhubungan dengan bahasa saja sebagai sistem semiotik, tetapi juga sistem lain seperti visual. Ketiga metafungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
(1) Komponen Ideasional: setiap sistem semiotik memiliki kemampuan untuk merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia di luar sistem tanda baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, sistem semiotik harus mampu untuk merepresentasikan objek dan hubungannya dengan dunia di luar system representasi tersebut. Dunia ini mungkin dan seringkali adalah sistem tanda yang lain. Dalam hal ini, sistem semiotik memberikan pilihan-pilihan untuk merepresentasikan objek dengan cara yang berbeda, dimana cara-cara ini dapat saling berhubungan satu sama lain.
(2) Komponen interpersonal: setiap sistem semiotik harus mampu untuk memproyeksikan hubungan-hubungan antara pencipta/produser yang menciptakan tanda atau kompleks tanda dengan penerima/reproducer tanda tersebut. Oleh sebab itu, sistem semiotik harus mampu memproyeksikan sebuah hubungan sosial
diantara pencipta, pemirsa (yang menerima tanda), dan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut. Seperti halnya komponen metafungsi ideasional, sistem semiotik menawarkan hubungan interpersonal yang berbeda, beberapa diantaranya didukung oleh satu bentuk dari reperesentasi visual, misalnya lukisan naturalistik dan diagram. Seseorang yang difoto mungkin berbicara tentang sesuatu dengan cara melihat ke kamera. Hal ini merupakan
diantara pencipta, pemirsa (yang menerima tanda), dan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut. Seperti halnya komponen metafungsi ideasional, sistem semiotik menawarkan hubungan interpersonal yang berbeda, beberapa diantaranya didukung oleh satu bentuk dari reperesentasi visual, misalnya lukisan naturalistik dan diagram. Seseorang yang difoto mungkin berbicara tentang sesuatu dengan cara melihat ke kamera. Hal ini merupakan