2.2 Landasan Teori
2.2.3 Kerangka Metafungsi Multimodal
Tata bahasa desain visual, seperti semua modus semiotik lain, memenuhi tiga fungsi dalam metafungsi bahasa visual. Fungsi Ideasional (fungsi eksperensial dan logical ), fungsi Interpersonal (memberlakukan interaksi sosial sebagai hubungan sosial). Dan fungsi tekstual sebagai komposisi teks yang mengikat koherensi dan kohesi.
Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam teks verbal dan teks visual. Liu Y dan O’Halloran (2009: 32), merumuskan hubungan logis tersebut sebagai Inter-semiotic Logical Relations.
Kerangka konsep multimodal berbasis pada model komunikasi yang terdiri atas tanda, makna dan peraturan-peraturan yang melekat pada tanda dan makna tersebut (Kress:2001). Seperangkat tanda dan makna ini memberikan penganalisisan untuk mengkonfigurasikan sarana komunikatif dalam analisis.
Sarana komunikatif artinya unit heuristic dengan menekankan pada tensi dan kontradiksi antara sarana komunikatif yang menjadi representasi sebuah system dan aksi-aksi social yang terlepas secaraa dinamis. Karena itu, ketika melakukan interaksi sebagai unit hueristik unsur yang mengindikasi representasi sebuah system dapat menggunakan teori-teori dan aksi secara teoritis.
Istilah Multimodal digunakan untuk merujuk pada cara orang berkomunikasi dengan menggunakan sarana yang berbeda pada saat bersamaan yang dapat didefinisikan sebagai penggunaan beberapa sarana semiotik dalam desain produk, atau peristiwa semiotik secara bersamaan dalam suatu teks, dan
dengan cara tertentu, sarana ini digabungkan untuk memperkuat, melengkapi, atau berada dalam susunan tertentu (Kress and van Leeuwen, 2001:21).
Teks multimodal dibentuk oleh lebih dari satu sistem semiotik (Kress dan van Leeuwen, 2006: 18) yang terdiri atas tulisan dan gambar. Melalui gambar dapat merepresentasikan berbagai pengalaman-pengalaman sosial (Kress dan van Leeuwen, 2006: 18).
Kress dan van Leeuwen (2006: 40-41) mengembangkan tiga komponen metafungsi Halliday di atas untuk sistem semiotik dalam suatu teks multimodal.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sistem semiotik dalam teks multimodal berarti tidak secara khusus berhubungan dengan bahasa saja sebagai sistem semiotik, tetapi juga sistem lain seperti visual. Ketiga metafungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
(1) Komponen Ideasional: setiap sistem semiotik memiliki kemampuan untuk merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia di luar sistem tanda baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, sistem semiotik harus mampu untuk merepresentasikan objek dan hubungannya dengan dunia di luar system representasi tersebut. Dunia ini mungkin dan seringkali adalah sistem tanda yang lain. Dalam hal ini, sistem semiotik memberikan pilihan-pilihan untuk merepresentasikan objek dengan cara yang berbeda, dimana cara-cara ini dapat saling berhubungan satu sama lain.
(2) Komponen interpersonal: setiap sistem semiotik harus mampu untuk memproyeksikan hubungan-hubungan antara pencipta/produser yang menciptakan tanda atau kompleks tanda dengan penerima/reproducer tanda tersebut. Oleh sebab itu, sistem semiotik harus mampu memproyeksikan sebuah hubungan sosial
diantara pencipta, pemirsa (yang menerima tanda), dan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut. Seperti halnya komponen metafungsi ideasional, sistem semiotik menawarkan hubungan interpersonal yang berbeda, beberapa diantaranya didukung oleh satu bentuk dari reperesentasi visual, misalnya lukisan naturalistik dan diagram. Seseorang yang difoto mungkin berbicara tentang sesuatu dengan cara melihat ke kamera. Hal ini merupakan suatu proses interaksi antara orang yang difoto dengan orang-orang yang nantinya melihat fotonya. Tetapi mungkin juga tidak ada interaksi dalam proses tersebut, sehingga yang ada hanyalah ‘cermin’ bagi orang-orang yang melihat foto tersebut sebagai bayangan diri mereka sendiri.
(3) Komponen tekstual: setiap sistem semiotik harus memiliki kemampuan untuk membentuk teks, kompleks tanda yang saling melekat satu dengan yang lain, baik secara internal maupun dengan konteks di dalamnya dan untuk apa tanda-tanda tersebut diproduksi. Di sini tatabahasa visual juga menciptakan suatu jarak dalam hal: pengaturan komposisi yang berbeda untuk merealisasikan makna tekstual yang berbeda pula.
Dalam Reading Images (2006), Kress dan van Leeuwen memperkenalkan realisasi atas ketiga metafungsi di atas untuk bahasa visual seperti yang terlihat dalam Tabel 2 di bawah ini. Realisasi atas ketiga metafungsi ini kemudian dijadikan sebagai kerangka kerja dalam menganalisis makna visual sebuah teks multimodal.
Table 2.1 Realisasi Komponen Metafungsi Visual No Komponen Metafungsi Realisasi
1 Eksperensial Struktur Naratif 2 Interpersonal Makna Interaktif
3 Tekstual Komposisi
4 Logical Struktur Analitik
(Sumber: Reading Images: Krees dan Van Leeuwen (2006))
Oleh karena itu, pendekatan analisis visual multimodal yang dipakai adalah pendekatan analisis visual Kress dan Leeuwen (2006) untuk menjelaskan aspek multimodal secara rinci.
Berdasarkan komponen metafungsi ideasional, metafungsi interpersonal, dan komponen metafungsi tekstual kemudian analisis visual Kress dan Leeuwen.
Kajian dalam teks tangis berru sijahe.
Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam teks verbal dan teks visual.
Adapun tiga komponen metafungsi bahasa visual Kress dan Van Leeuwen dalam buku Reading Images (2006) adalah sebagai berikut:
1. Komponen Ideasional
Participant I Process Partisipan II
Aktor Material Process Gol
Sayer Verbal Process Verbiage
Senser Mental Process Phenemenom
Carrier Relational Process Attribut Existential Existential Process Cirkumtan Behaver Behavioral Procee cirkumtan, Range
2. Komponen Interpersonal
2.1 Hubungan (hubungan antara partisipan dengan khalayak)
2.1.2 Demand (ada hubungan antara partisipan dengan khalayak) 2.1.2 Offer (tidak ada hubungan antara partisipan dengan khalayak) 2.2 Jarak (Jarak pengambilan gambar)
2.2.1 Intimate/personal (dekat dengan khalayak) 2.2.2 Social (tidak terlalu dekat dengan khalayak) 2.2.3 Impersonal (jauh dari khalayak)
2.3 Sikap
2.3.1 Subjectivity 2.3.2 Objectivity
3. Komponen Tekstual
3.1 Information Value (Nilai informasi) 3.1.1 Centred (terpusat)
3.1.2 Polarized (menyabar) 3.2 Salience (Tonjolan)
3.2.1 Maximum salience 3.2.2 Minimum Salience 3.3 Framing (Bingkai)
3.3.1 Maximum Disconnetion 3.3.2 Maximum Disconnection
TEKS TANGIS BERRU SIJAHE
Metafungi Bahasa Halliday Metafungsi Visual Multimodal
Kress dan Van Leeuwen: 2006
Hubungan Logis Teks Verbal dan Teks Visual Bagan 2.1 Kerangka Kerja Penelitian
ANALISIS TEKS MULTIMODAL TANGIS BERRU SIJAHE
Metafungsi Ideasional:
Participant I Process
Aktor Material Process Sayer Verbal Process Senser Mental Process Carrier Relational Process
Existential Existential Process Behaver Behavioral Procee
Particpan II
1. Information Value:
a. Centred b. Polarized 2. Salience
a. Maximum Salience b. Minimum Salience 3. Framing
a. Maximum Disconection b. Maximum Connection Metafungsi
Interpersonal:
1. Contact a. Demand b. Offer
2. Solience Distance a. Intimate/persona
TEKS VERBAL TEKS VISUAL
26 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Kabupaten Pakpak Bharat sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi terletak pada garis 20 15’00”-3032’00” Lintang Utara dan 900-980,31’ Bujur Timur, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah timur dengan Kabupaten Toba Samosir, sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Humbang Hasundutan dan sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Singkil. Berikut peta wilayah kabupaten Pakpak Bharat yang didapat dari Peta Administrasi Kabupaten Pakpak Bharat:
Gambar 3.1: Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat (Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010)
Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km2, yang terdiri dari delapan Kecamatan yakni, Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe (STTU Jehe), Kecamatan Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu (STTU Julu), Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, dan Kecamatan Pagindar. (sumber:http://dippekade-pakpakbharatkab.blogspot.com/2011/11/kabupaten-pakpak-bharat-selayang.html Adapun perincian kecamatan Di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:
Table 3.1:
Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat
No Kecamatan Jumlah
Sitellu Tali Urang jehe Pagindar
Sitellu Tali Urang Julu Pergetteng-getteng Sengkut
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2014) Dari tabel di atas dilihat bahwa luas daerah menurut kecamatan tergolong kecil. Kecamatan yang paling luas terdapat pada Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe yaitu 473,62 km dan kecamatan terkecil adalah Sitellu Tali Urang Julu 53,02 km. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan budidaya seluruh wilayah di luar kawasan lindung untuk pemanfaatan adalah seluas 77.893,39 ha, sedangkan kawasan hutan lindung seluas 43.936,61 ha, karena terletak dekat garis khatulistiwa, Kabupaten Pakpak Bharat tergolong ke daerah beriklim tropis
dengan ketinggian antara 700-1500 M di atas permukaan laut dengan kondisi geografis berbukit-bukit.
Dalam penelitian ini, Kecamatan Salak merupakan tempat atau wilayah penelitian yang akan dilakukan. Kecamatan tersebut merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat yang memiliki jumlah penduduk yang masih asli suku Pakpak sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data. Di samping itu kecamatan ini juga masih mengenal dan melakukan tradisi ini. Sebab, Kecamatan Salak merupakan penduduk asli suku Pakpak yang telah ada sejak puluhan tahun silam. Untuk lebih jelas mengenai wilayah Kecamatan Salak akan dilampirkan Peta Wilayah Kecamatan Salak.
Gambar 3.2 : Peta Wilayah Kecamatan Salak
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010)
3.2 Metode dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul Tangis Berru Sijahe dalam Masyarakat Pakpak: Kajian Multimodal, merupakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:4), menjelaskan bahwa metode kualitatif merupakan
sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang maupun perilaku yang dapat diamati.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif sebagai pendekatan penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menjadi instrumen penelitian karena pada penelitian kualitatif mengharuskan peneliti terjun langsung sebagai instrumen dalam penelitian. Dengan demikian, jelas diketahui bahwa penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif.
3.3 Instrumen Penelitian
Sebagai penelitian kualitatif, kedudukan peneliti dalam penelitian ini menjadikan peneliti sebagai key instrument atau instrumen kunci yang mengumpulkan data berdasarkan kriteria-kriteria yang dipahami. Kriteria tersebut berdasarkan aspek multimodal yang harus dipahami oleh peneliti yang terdapat dalam tradisi Tangis Berru Sijahe dalam Masyarakat Pakpak. Oleh karena itu peneliti secara langsung berperan aktif dalam proses penelitian. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Selanjutnya Nasution (1988) dalam Sugiono (2013) menyatakan bahwa:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidata dapat ditentukan secara pasti dan jelass sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”
Dari kedua pernyataan ahli di atas tentang instrumen penelitian kualitatif, jelaslah bahwa peneliti menjadi alat utama dalam melakukan penelitian kualitatif.
Kemudian, instrumen penelitian pendukung pada penelitian ini adalah menggunakan alat perekam suara (MP3 player), kamera digital, serta alat tulis.
MP3 player digunakan untuk merekam data lisan saat wawancara, kamera digital untuk mengambil gambar atau foto. Alat tulis digunakan untuk mencatat, cacatan tersebut berupa catatan lapangan.
3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang telah dikutip oleh Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Data dalam penelitian deskriptif merupakan data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka (Moleong, 2010: 11). Data deskriptif diperoleh dalam sebuah penelitian kualitatif yang hasilnya dideskripsikan berdasarkan pada tujuan penelitian. Data ini biasa ditemukan dalam struktur internal bahasa, yaitu struktur bunyi (fonologi), struktur kata (morfologi), struktur kalimat (sintaksis), struktur wacana dan struktur semantik (Chaer, 2007: 9).
Sejalan dengan pernyataan Moleong, data utama dalam penelitian ini adalah klausa verbal dan gambar visual yang berasal dari rekaman tradisi tangis berru sijahe. Untuk lebih rinci, data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu data teks verbal (klausa) yang terdapat dalam tradisi tangis berru sijahe dan data teks visual (gambar) yang terdapat dalam tradisi tangis berru sijahe.
3.4.2 Sumber Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas 2 bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah dari para subjek penelitian.
Subjek penelitian merupakan dari mana data tersebut diperoleh. Dalam penelitian ini, data primer penelitian merupakan rekaman tradisi tangis berru sijahe yang akan dilakukan oleh Sorti br Tumangger. Rekaman berlangsung selama 9 menit 23 detik yang terdiri atas beberapa adegan beserta kluasa yang diucapkan selama proses tradisi tangis berru sijahe. Rekaman tersebut merupakan dokumentasi pribadi dari Bapak Mansehat Manik, merupakan salah satu budayawan Pakpak yang masih menjaga serta melestarikan budaya Pakpak. Secara alamiah, tradisi tangis berru sijahe sudah sulit untuk diperoleh oleh karena itu penelitian ini menggunakana data rekaman dokumentasi pribadi Bapak Mansehat Manik.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan wawancara melalui proses pengumpulan data yang diperoleh dari beberapa informan. Dalam pemilihan informan, peneliti harus memperhatikan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh para informan. Maka perlu dipaparkan kriteria informan yang harus dipenuhi dalam proses wawancara. Kriteria informan dalam wawancara adalah sebagai berikut:
1. Berjenis kelamin wanita atau pria 2. Bersedia dijadikan sebagai informan.
3. Berusia diatas 60 tahun
4. Berdomisili di daerah kabupaten Pakpak Bharat dan belum pernah mengalami perpindahan domisili.
5. Memahami dan mengerti tentang tradisi Tangis Berru Sijahe 6. Sehat jasmani dan rohani
Selain itu, penelitian ini juga memiliki data sekunder, data sekunder pada penelitian ini ini merupakan sumber tertulis yang sudah ada. Sumber tertulis
tersebut merupakan buku-buku ilmiah tentang suku Pakpak yang ditulis oleh Bapak Lister Berutu yang merupakan budayawan Pakpak.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2013:4) menyatakan pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (setting alamiah) dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Oleh karena itu, peneliti mengartikan teknik pengumpulan data sebagai suatu cara untuk memperoleh data melalui beberapa langkah atau tahapan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah-langkah tersebut berfungsi untuk mempermudah peneliti dalam proses pemerolehan data. Berikut adalah bagan teknik pengumpulan data.
Bagan 3.2: Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan interview serta dokumentasi. Observasi dilakukan terhadap sejumlah fenomena yang dapat dijadikan sebagai data konkrit dalam penelitian ini. Fenomena yang dimaksud adalah tradisi tangis berru sijahe yang terdapat pada masyarakat Pakpak. Kemudian interview juga dilakukan terhadap sejumlah informan yang akan dilibatkan dalam penelitian ini, untuk memudahkan proses
Teknik Pengumpulan Data
Observation (Observasi) Interview (wawancara) Documentation
(Dokumentasi)
interview, maka disusunlah sejumlah pertanyaan yang akan diberikan kepada informan. Baik itu informan pangkal maupun informan kunci. Dari hasil wawancara diperoleh sejumlah data yang dapat menjelaskan tradisi tangis berru sijahe dari segi visual. Selain itu teknik dokumentasi juga dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh dari lapangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan rekaman tradisi tangis berru sijahe. Rekaman tersebut dibagi ke dalam dua bentuk data, yaitu data verbal dan data visual.
Selanjutnya, dokumen juga merupakan cara untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2013:9). Dokumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah dokumen ilmiah tentang masyarakat Pakpak yang ditulis oleh Bapak Lister Berutu.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-menerus sampai data tersebut mengalami titik jenuh. Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data yang tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif walaupun tidak menolak data kuantitatif. Oleh karena itu, analisis data kualitatif dapat dilakukan dengan analisis deskriptif bukan dengan analisis statistik seperti pada analisis data kuantitatif dengan menggunakan sistem berfikir sistematik.
Untuk menguatkan analisis deskriptif yang telah dipaparkan sebelumnya, Sudaryanto (1993:19) nenawarkan dua metode dalam menganalisis data kualitatif.
Kedua metode tersebut metode Padan dan metode Agih. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan metode padan sebab dalam penelitian ini alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pilah unsure Penentu (PUP) yang mana alat analisis datanya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993:21). Dengan demikian, langkah-langkah analisis data penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Data penelitian berbentuk rekaman tangis berru sijahe dan dialog dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen yang bersumber dari para informan dan dokumen-dokumen terkait yang dapat menjelaskan tradisi Tangis Berru Sijahe tersebut.
2. Mendeskripsikan komponen multimodal yang terdapat dalam tradisi Tangis Berru Sijahe tersebut. Deskripsi komponen tersebut dilakukan secara alamiah tanpa ada menambah atau mengurang runtunan tradisi tersebut. Sebab pada waktu sekarang ini, tradisi tersebut hanya sebatas kegiatan yang hanya dilakukan bagi masyarakat yang masih melakukannya dan bahkan tidak semua runtunan tersebut dilakukan. Oleh sebab itu, fenomena ini harus di teliti secara alamiah mengingat konsep penelitian kualitatif bersifat alamiah. Tidak dibenarkan menghadirkan aspek yang pada kenyataaannya tidak terdapat di dalam tradisi Tangis Berru Sijahe tersebut.
3. Menganalisis komponen multimodal berdasarkan analisis metafungsi visual dan verbal yang ada dalam tradisi tersebut. Teks verbal dianalisis berdasarkan
komponen metafungsi ideasional (partipan I: aktor/ senser/ sayer, proses:
material/ mental/ verbal, dan partisipan II: gol/sirkumtan/vokatif) dan metafungsi visual dianalisis berdasarkan komponen interpsersonal (jarak, interaksi, tonjolan, dan klasifikasi multimodal) dan komponen tekstual (letak gambar, hubungan antar partisipan, bingkai).
4. Menyimpulkan komponen multimodal yang terdapat di dalam tradisi Tangis Berru Sijahe tersebut.
Adapun langkah-langkah analisis data dapat dilakukan sebagai berikut:
Bagan 3.3: Teknik Analisis Data
Untuk lebih jelas dipaparkan beberapa contoh analisis data tradisi tangis berru sijahe di bawah ini:
1. Contact (hubungan) yang terdiri atas offer (ketidak keterlibatan partisipan yang terdapat pada gambar dengan khalayak) dan deman (keterlibatan partisipan dengan khalayak yang terlihat pada gambar).
Data Penelitian
Menganalisis mengklasifikasi kan
menyimpulkan
Hasil
Penelitian
2. Social Distance, pengambilan jarak gambar yang meliputi pengambilan gambar jauh atau dekat.
3. Salience, tonjolan yang terdapat pada gambar dan yang mendominasi dari gambar tersebut
4. Information Value yang terdiri atas centred (posisi partisipan yang terlihat pada gambar berada terpusat) atau polarized (tidak terpusat).
5. Framing, keterhubungan antara partisipan yang terdapat pada gambar.
6. Teks Verbal, analisis teks verbal dalam klausa yang terdapat dalam tradisi tangis berru sijahe menggunakan analisis komponen Ideasional. Berikut beberapa contoh analisis terhadapa teks verbal.
Data 1
Ulang Ko tergampar-gampar i ladang ni kalak da berru Jangan Kamu Tersesat di ladang orang wahai anakku
‘janganlah kamu tersesat di ladang orang wahai anakku’
Aktor proses material Gol Vokatif
Data 2
laus lebbe Aku mi ladang ni kalak da pa
Pergi Aku ke ladang orang wahai ayahku
‘aku pergi ke ladang orang wahai ayah’
Proses Material Aktor Gol Vokatif
Data 3
nggo mo kepeken karinana memurpurken daging si melala inang ni permenna Semuanya memercikkan orang yang hina wahai bibi
‘rupanya kalian semua sudah seperti memercikkan air kepada aku yang hina bibiku’
Aktor proses material gol Vokatif
Dari hasil analisis data nantinya akan hadir kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian ini secara menyeluruh tentang kajian yang telah diteliti, dalam kesempatan ini hasil penelitian tentang kajian multimodal yang
diapplikasikan ke dalam tradisi Tangis Berru Sijahe pada masyarakat Suku Pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan kriteria kredibilitas. Untuk mendapatkan data yang relevan, maka peneliti melakukan pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara:
1. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber digunakan untuk pengecekan data tentang keabsahannya, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen dengan memanfaatkan berbagai sumber data informasi sebagai bahan pertimbangan. Dalam hal ini penulis membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara, dan juga membandingkan hasil wawancara dengan wawancara lainnya.
2. Perpanjangan Pengamatan
Peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Perpanjangan pengamatan peneliti akan memungkinan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Dalam hal pengecekan data ini
akan dilakukan terhadap pelaku adat, tokoh adat, pemuka adat setempat yang tau dan mengerti tentang tangis berru sijahe. Kemudian dalam penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan pengamatan, dengan kembali lagi ke lapangan untuk memastikan apakah data yang telah penulis peroleh sudah benar atau masih ada yang salah. Namun, pada penelitian ini perpanjangan pengamatan tidak diperlukan sebab validasi data dilakukan terhadap salah satu dosen pembimbing peneliti yaitu
akan dilakukan terhadap pelaku adat, tokoh adat, pemuka adat setempat yang tau dan mengerti tentang tangis berru sijahe. Kemudian dalam penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan pengamatan, dengan kembali lagi ke lapangan untuk memastikan apakah data yang telah penulis peroleh sudah benar atau masih ada yang salah. Namun, pada penelitian ini perpanjangan pengamatan tidak diperlukan sebab validasi data dilakukan terhadap salah satu dosen pembimbing peneliti yaitu