• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA, FILM DAN SISTEM ELEKTRONIK WEBSITE Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA, FILM DAN SISTEM ELEKTRONIK WEBSITE Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA, FILM DAN SISTEM ELEKTRONIK WEBSITE

2.1 Hak Cipta

2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta

Sejak tahun 1988, di kalangan negara-negara di kawasan barat Eropa telah diberlakukan Konvensi Bern 1886, yang ditujukan bagi perlindungan ciptaan-ciptaan dibidang sastra dan seni, dan dapat dikatakan bahwa Konvensi Bern ini adalah suatu pengaturan perlindungan hukum hak cipta yang dianggap modern untuk waktu itu. 1

Kecenderungan negara-negara Eropa Barat untuk menjadi peserta pada konversi ini, hal ini mendorong Belanda untuk memperbaharui undang-undang hak ciptanya yang sudah berlaku sejak 1881 dengan undang-undang hak cipta yang baru pada tanggal 1 November tahun 1912 yang dikenal dengan Auteurwet. Setelah itu pada tanggal 1 April 1914 pada konvensi Bern 1886. Indonesia sebagai negara jajahan Belanda diikutsertakan pada konvensi ini sebagaimana diumumkan dalam Staatsblad 1914 Nomor 797. Dengan demikian hukum positif tentang hak cipta yang diberlakukan secara formal pada saat penjajahan Belanda adalah Auteurwet yang mulai berlaku 23 September 1912. 2

Suyud Margono, 2010, Hukum Hak Cipta Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, h. 61.

1 Ibid. 2

(2)

Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan Pasal 11 Aturan Peralihan UUD maka “Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”, oleh sebab itu Auteurwet masih berlaku di Indonesia. Pada tanggal 12 April 1982 mengundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sekaligus mencabut Auteurwet. Undang-undang tentang Hak cipta ini mengalami beberapa kali perubahan kembali, yaitu menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, diubah menjadi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1992, yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, dan yang terakhir diubah menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 (UUHC).

Pembaharuan Undang-Undang Hak Cipta dilatarbelakangi karena keikutsertaan Indonesia dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Right (TRIPs) melalui UU No.7 Tahun 1994. Selain itu Indonesia juga meratifikasi Berne Convention of the Pritection of Artistic and Literary Works melalui Keppres No.18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Treaty (WIPO) melalui Keppres No.6 Tahun 1997. 3

Pada prinsipnya ide dasar dari hukum Hak Cipta ini adalah untuk melindungi wujud hasil karya manusia yang lahir karena kemampuan

Ibid, h. 69.

(3)

intelektualnya. Perlindungan hukum ini hanya berlaku pada ciptaan yang telah berwujud nyata yang khas dan dapat dilihat, didengar maupun dibaca. Karya yang masih belum terbentuk atau terjuwud nyata,

Elyta Ras Ginting berpendapat bahwa Hak Cipta adalah hak kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang pencipta atau penerima hak atas suatu karya atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. 4

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUHC, Hak Cipta adalah hak ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Merujuk pada ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUHC bahwa Pencipta memperoleh hak eksklusif atas ciptaannya. Yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang hanya diperuntukan bagi Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin Pencipta. Pemegang Hak Cipta yang bukan Pencipta hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif berupa hak ekonomi (penjelasan Pasal 4 UUHC). Tidak ada pihak manapun yang dapat menghilangkan hak ekslusif yang dimiliki oleh Pencipta ini. Sebagai hak eksklusif atau exclusive rights, Hak Cipta mengandung dua esensi hak, yaitu hak ekonomi atau economic right dan hak moral atau moral right.5

Elyta Ras Ginting, 2012, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisa Teori dan Praktik, Citra

4

Praditya Abadi, Bandung, h. 61.

Henry Soelistyo, 2011, Plagiarisne Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, PT Kanisius,

5

(4)

2.1.2 Subjek dan Objek Hak Cipta

Subjek Hak Cipta adalah Pencipta dan Pemegang Hak Cipta. Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UUHC Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Lebih lanjut dalam Pasal 31 yang dianggap sebagai Pencipta, yaitu orang yang namanya:

a. disebut dalam Ciptaan;

b. dinyatakan sebgaai Pencipta dalam suatu Ciptaan; c. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan; dan/atau d. tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta.

Pemegang Hak Cipta sebagai subjek Hak Cipta berdasarkan Pasal 1 ayat (4) adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. Pemegang Hak Cipta yang selain Pencipta, bisa mendapatkan Hak Cipta tersebut dari Pencipta dengan cara pengalihan hak cipta. Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagian karena (Pasal 16 ayat (2) UUHC):

a. pewarisan; b. hibah; c. wakaf; d. wasiat;

e. perjanjian tertulis; atau

f. sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain subjek Hak Cipta, dalam hak cipta juga dikenal objek hak cipta. Objek hak cipta yang dimaksudkan disini adalah karya cipta, dimana dalam UUHC dikenal dengan istilah Ciptaan. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUHC

(5)

ciptaan adalah hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

Adapun karya cipta yang dilindungi secara tegas diatur dalam Pasal 40 ayat (1) UUHC, meliputi :

a. buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) kerya tulis yang diterbitkan dan semua karya tulis lainnya;

b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, seni ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

g. karya seni terapan; h. karya arsitektur; i. peta;

j. karya seni batik atau seni motif lain; k. karya fotografi;

l. potret;

m. karya sinematografi;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

p. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;

q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;

r. permainan video; dan s. Program Komputer. 2.1.3 Sistem Pendaftaran Hak Cipta

Kollewijn berpendapat bahwa ada dua jenis cara atau stelsel pendaftaran hak cipta sebagaimana yang dikutip oleh H. Oka. Saidin dalam bukunya yang

(6)

berjudul Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual diantaranya, stelsel konstitutif dan stelsel deklaratif. Stelsel deklaratif berarti bahwa hak atas ciptaan baru beru terbit karena pendaftaran yang telah mempunyai kekuatan. Stelsel deklaratif adalah pendaftaran itu bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja menurut undang-undang bahwa orang yang hak ciptanya terdaftar itu adalah si berhak sebenarnya sebagai pencipta dari hak yang didaftarkannya. 6

Dalam stelsel konstitutif letak titik berat ada tidaknya hak cipta tergantung pada pendaftarannya. Jika didaftarkan (dengan sistem konstifutif) hak cipta itu diakui keberadaannya secara de facto dan de jure sedangkan pada stelsel deklaratif titik beratnya diletakkan pada anggapan sebagai pencipta terhadap hak yang didaftarkannya itu, sampai orang lain dapat membuktikan sebaliknya. Dengan rumusan lain, pada sistem deklaratif sekalipun hak cipta itu didaftarkan undang-undang hanya mengakui seolah-olah yang bersangkutan sebagai pemiliknya, secara de jure harus dibuktikan lagi, jika ada orang lain yang menyangkal hak tersebut, maka hak itu akan gugur. Itulah esensi dari sistem pendaftaran deklaratif. Terdapat 3 (tiga) pasal penting dalam UUHC yang menyiratkan bahwa sistem pendaftaran hak cipta yang dianut Indonesia hari ini adalah sistem deklaratif. Pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut : 7

H. OK. Saidin, 2015, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Rajawali Pers, Jakarta,

6

h. 242.

Ibid, h. 243

(7)

Pasal 31 UUHC menyatakan kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai Pencipta, yaitu orang yang namanya :

1. disebut dalam ciptaan;

2. dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan; 3. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan; dan/atau 4. tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta.

Frase “terbukti sebaliknya” membuktikan bahwa sekalipun hak cipta itu sudah didaftar, jika orang lain yang membuktikan sebaliknya, maka orang yang dianggap sebagai pencipta haknya akan gugur. Itulah prinsip pendaftaran deklaratif. 8

Ketentuan ini ditegaskan lagi dalam Pasal 69 ayat (4) UUHC yang menyatakan “Kecuali terbukti sebaliknya, surat pencatatan Ciptaan merupakan bukti awal kepemilikan suatu Ciptaan atau produk Hak Terkait”.

Dapat dipahami bahwa surat pencatatan ciptaan hanyalan merupakan bukti awal saja dari kepemilikan suatu ciptaan atau produk hak terkait. Itu bermakna bahwa orang yang namanya disebut dalam surat pencatatan ciptaan bukanlah sebagai pemilik yang sesungguhnya tetapi sebagai bukti awal saja. Artinya, jika ada orang lain yang dapat membuktikan sebaliknya dan dapat menyanggah bukti awal tersebut, maka hak itu akan gugur dengan sendirinya. Ketentuan ini kemudian dikuatkan lagi dalam Pasal 74 ayat (1) butir (c) UUHC yang menyatakan : “Kekuatan hukum pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait

Ibid.

(8)

hapus karna putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap mengenai pembatalan pencatatan Ciptaan atau produk Hak Terkait.

Ketiga pasal tersebut merupakan alasan-alasan kuat yang menempatkan bahwa Indonesia dalam sistem pendaftaran hak cipta menganut sistem pendaftaran deklaratif.

Dalam Pasal 1 angka (1) UUHC juga dengan jelas disebutkan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata. 9

Mengenai tata cara permohonan untuk pencatatan ciptaan, diatur dalam Pasal 66 UUHC sebagai berikut :

1. Pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait diajukan dengan Permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, Pemilik Hak Terkait, atau Kuasanya kepada Menteri.

2. Pemohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara elektronik dan/atau non elektronik dengan :

a. menyerahkan contoh Ciptaan, produk Hak terkait, atau penggantinya;

b. melampirkan surat pernyataan kepemilikan Ciptaan dan Hak Terkait; dan

c. membayar biaya.

2.1.4 Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta

Jangka waktu perlindungan hak cipta dibagi menjadi 2 (dua) yaitu masa berlaku hak moral dan hak ekonomi. Hak moral pencipta untuk: 1) tetap mencantumkan atau tidak mencatumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum; 2) menggunakan nama aliasnya atau

Ibid.

(9)

samarannya; 3) mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya, berlaku tanpa batas waktu (Pasal 57 ayat (1) UUHC). Sedangkan hak moral untuk: 2) mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; dan 2) mengubah judul dan anak judul ciptaan, berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan (Pasal 57 ayat (2) UUHC).

Kemudian untuk hak ekonomi atas ciptaan. Perlindungan sebagaimana diatur dalam Pasal 58 tersebut hanya berlaku bagi ciptaan berupa:

a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya; b. ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lain;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. karya arsitektur;

h. peta; dan

i. karya seni batik atau seni motif lain;

berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya (Pasal 58 ayat (1) UUHC). Sedangkan jika hak cipta tersebut dimiliki oleh badan hukum, maka berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.

Akan tetapi, bagi ciptaan berupa: a. karya fotografi;

(10)

b. potret;

c. karya sinematografi; d. permainan video; e. program komputer; f. perwajahan karya tulis;

g. terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi;

h. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

i. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program komputer atau media lainnya; dan

j. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;

berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. (Pasal 59 ayat (1) UUHC. Kemudian untuk ciptaan berupa karya seni terapan, perlindungan hak cipta berlaku selama 25 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman (Pasal 59 ayat (2) UUHC).

2.2 Film

2.2.1 Pengertian Film dan Dasar Hukum Film

Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari kata cinematho yang berarti cahaya dan graph yang berarti tulisan,gambar atau citra, jadi film adalah melukis gerak dengan cahaya. 10

Selain pengertian film secara harafiah diatas, berikut pengertian beberapa ahli mengenai film. Effendy berpendapat, film adalah gambaran teaterikal yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukkan atau dipertontonkan di gedung-gedung bioskop dan televisi, atau bisa berbentuk sinetron seri di televisi. Menurut Wibowo, film adalah suatu alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak umum melalui media cerita. Film juga diartikan sebagai media ekspresi

Muchlisin Riadi, 2012, “Pengertian Sejarah dan Unsur Film”, http://

10

kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-unsur-film Diakses pada tanggal 13 Januari 2017 Pukul 20.00 Wita

(11)

artistik bagi para seniman dan insan perfilman untuk mengungkapkan gagasan dan ide cerita yang dimilikinya. 11

Di Indonesia telah memiliki regulasi yang mengatur mengenai Perfilman, yaitu diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Udang Nomor 33 Tahun 2009 (UU Perfilman) film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.

2.2.2 Pihak Pencipta dalam Karya Film

Film merupakan hasil harya bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur atau profesi. Unsur-unsur yang dominan di dalam proses pembuatan film antaralain : Produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera (kameramen), penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan penata suara, arktor atau aktris (bintang film). Berikut adalah penjelasan singkat dari unsur-unsur dalam proses pembuatan film :

1. Produser

Unsur paling utama dalam suatu tim kerja produksi atau pembuatan film adalah produser. Karena produserlah yang menyandang atau mempersiapkan dana yang dipergunakan untuk pembiayaan produksi film. Produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau gagasan, produser juga harus menyediakan

Ibid.

(12)

naskah yang akan difilmkan, serta sejumlah hak lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi film.

2. Sutradara

Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film diluar hal-hal yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karna itu biasanya sutradara menempati posisi sebagai “orang penting kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Di dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah skenario ke dalam aktifitas produksi. 12

3. Penulis Skenario

Penulis skenario adalah seseorang yang menulis naskah cerita yang akan difilmkan. Naska skenario yang ditulis penulis skenario itulah yang kemudian digarap atau diwujudkan sutradara menjadi sebuah karya film.

4. Penata Kamera

Penata kamera atau yang dikenal dengan sebutan kameramen adalah seseorang yang bertanggungjawab dalam proses perekaman atau pengambilan gambar di dalam kerja pembuatan film.

5. Penata Artistik

Penata artistik adalah seseorang yang bertugas untuk menampilkan cita rasa artistik pada sebuah film yang diproduksi.

Ibid.

(13)

6. Penata Musik

Penata musik adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pengisian suara musik dalam film tersebut.

7. Editor

Editor adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar suatu film.

8. Pengisi dan Penata Suara

Pengisi suara adalah seseorang yang bertugas mengisi suara pemeran atau pemain film. Penata suara adalah seseorang atau pihak yang bertanggungjawab dalam menentukan baik atau tidaknya hasil suara yang direkam dalam sebuah film.

9. Bintang Film (Pemeran)

Bintang film atau pemeran dan biasa juga disebut aktor dan aktris adalah mereka yang memerankan atau membintangi sebua film ayng diprosuksi dengan memerankan tokoh yang ada di dalam cerita tersebut sesuai skenario yang ada. 13

Oleh karna film di ciptakan oleh beberapa pihak, muncul pertanyaan siapa yang disebut sebagai pencipta. Berdasarkan Pasal 33 angka 1 UUHC dalam hal Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersenditi yang diciptakan oleh 2 (dua) orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu Orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan.

Ibid. 13

(14)

Yang dianggap sebagai pencipta dalam karya film ini berdasar Pasal 33 angaka 1 tersebut adalah Produser. Karna produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau gagasan, produser juga harus menyediakan naskah yang akan difilmkan, serta sejumlah hak lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi film. 14

2.2.3 Film Sebagai Karya Cipta

Film adalah karya seni budaya dan media komunikasi yang dibuat berdasarkan imajinasi dan kreatifitas pencipta. Sebagai karya seni budaya yang dapat dipertunjukkan juga bermakna bahwa film merupakan media komunikasi yang membawa pesan kepada publik. Sehingga fungsi lain daripada film yang sebelumya hanya mempunyai fungsi hiburan semata ternyata film mempunyai film mempunyai fungsi lain yaitu fungsi pendidikan, informasi dan pendorong karya kreatif. Dengan demikian film telah menyentuh berbagai segi kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Mengingat karya film sebagai karya seni yang mempunyai peran strategis maka film termasuk dalam salah satu objek hak cipta yang dilindungi dalam UUHC.

Film serbagagai karya seni merupakan objek hak cipta yang dilindungi oleh undang-undang maka pencipta film selaku pemilik hak cipta atas karya film mempunyai hak ekslusif yaitu hak untuk memonopoli atas karya ciptanya dalam

Bernard Nainggolan, 2016, Komentar Undang-Undang Hak Cipta, Alumni,Bandung,

14

(15)

rangka melindungi karya cipta dari pihak lain seperti hak untuk mengumumkan dan memperbanyak karya ciptanya atau memberikan ijin kepada orang lain untuk mendapat keuntungan secara ekonomis yang sering disebut dengan hak ekonomi. Pemegang hak cipta film mempunyai hak untuk dapat melindungi kepentingan pribadi atas ciptaannya dalam hal yang bersifat merugikan kehormatan atas reputasinya walaupun hak cipta karya tersebut sesungguhnya telah diserahkan kepada pihak lain yang disebut dengan hak moral.

2.2.4 Hak-Hak Yang Terkandung dalam Karya Film

Film sebagai suatu karya cipta terkadung beberapa hak didalamnya. Pertama-tama dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu, hak moral dan hak ekonomi. Hak Moral adalah hak pencipta pribadi yang berlaku seumur hidup pencipta meskipun hak cipta telah dialihan kepada pihal lain. Dengan demikian hak moral dapat didefinisikan sebagai kehormatan yang melekat dengan ciptaannya meskiun ciptaan telah diaihkan kepemilikannya pada orang lain dan meskiun penciptanya telah meninggal dunia. Misalnya Film Harry Potter yang 15 diadaptasi dari novel karangan J.K. Rowlling, walapun pemegang Hak cipta dari film tersebut adalah Warner Bros sebagai produser, nama J.K. Rowlling tetap dicantumkan dalam film sebut.

Sedangkan hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Pasal 8 UUHC 16

Elyta Ras Ginting, Op Cit, h. 90.

15

Sophar Maru Hutagalung, 2012, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya Dalam

16

(16)

menegaskan dasar dan sekaligus tujuan adanya hak ekonomi bagi pencipta atau pemegang hak cipta mendapatkan manfaat ekonomi atas karyanya atau ciptaannya.

2.3 Sistem Elektronik Website

2.3.1 Pengertian Sistem Elektronik dan Dasar Hukumnya

Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran Penyelenggara Elektronik, Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.

Indonesia Sendiri telah memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai sistem Elektronik. Yaitu Diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran Penyelenggara Elektronik (Peraturan Menteri Kominfo No. 36 Tahun 2014).

2.3.2 Lembaga Penyelanggaraan Pendaftaran Website

Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah setiap orang, penyelenggara negara, Badan Usaha dan masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan Sistem Elektronik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada Pengguna Sistem Elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan

(17)

Informatika Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran Penyelenggara Elektronik, bahwa penyelenggara sistem elektronik harus melakukan pendaftaran terhadap sistem elektronik. Adapun bentuk-bentuk sistem elektronik yang wajib didaftarkan diatur dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Kominfo No. 36 Tahun 2014.

Website (situs web) merupakan salah satu bentuk dari sistem elektronik yang wajib didafarkan menurut Pasal 5 Peraturan Menteri Kominfo No. 36 Tahun 2014 (Permenkumfo). Website (situs web) adalah suatu kumpulan halaman yang menampilkan berbagai macam informasi teks, data, gambar yang bergerak ataupun tidak bergerak, data animasi, suara, video maupun gambaran dari semuanya, yang disediakan melalui jalur internet sehingga dapat diakses ke seluruh dunia dengan menggunakan media internet dalam pendistribusiannya.

Umumnya bentuk website dapat dikelompokan kedalam dua macam, yang pertama website yang menampilkan berbagai macam informasi teks, data, gambar yang bergerak ataupun tidak bergerak, data animasi, suara, video maupun gambaran dari semuanya dimana segala sesuatu yang ditampilkan dalam website tersebut merupakan karya atau pemikiran dari pemilik website tersebut, untuk website jenis ini pemilik website harus terleih dahulu melaporkan atau mendaftarkan websitenya yang dalam hal ini menampilkan karya ciptanya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, barulah kemudian didaftarkan ke Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk menilai apakah website tersebut layak atau tidak untuk ditayangkan.

(18)

Kedua, website yang menampilkan berbagai macam informasi teks, data, gambar yang bergerak ataupun tidak bergerak, data animasi, suara, video maupun gambaran dari semuanya dimana segala sesuatu yang ditampilkan dalam website tersebut merupakan karya cipta orang lain dalam hal ini pemilik website bukan merupakan pencipta dari hasil karya yang ditampilkan dalam website tersebut, maka lembaga yang memiliki kewenangan sebagai Penyelenggara Pendaftaran Website sebagai salah satu bentuk sistem elektronik adalah Direktur Jenderal c.q. direktur. Direktur Jenderal yang dimaksud disini adalah Direktur Jenderal yang membidangi aplikasi informatika. Direktorat Jenderal ini merupakan salah satu Direktorat Jenderal yang berada dibawah Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

2.3.3 Proses Pendaftaran Website

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran Penyelenggara Elektronik, bahwa penyelenggara sistem elektronik harus melakukan pendaftaran terhadap sistem elektronik. Berikut adalah proses atau tata cara pendaftaran Website (situs web) berdasarkan Pasal 8 Permenkominfo :

“(1) Pengajuan permohonan pendaftaran meliputi: a. pengisian form pendaftaran; dan b. Penyertaan kelengkapan dokumen pendaftaran. (2) Kelengkapan dokumen pendaftaran bagi pendaftar berbentuk Badan

Hukum adalah sebagai berikut: a. tanda terdaftar perusahaan terkhir; keterangan domisili perusahaan terakhir; identitas penanggung jawab; d. NPWP; e. profil Penyelenggara Sistem Elektronik; dan g. Nama Domain TIngkat Tinggi Indonesia Bagi Sistem Elekronik yang berbentuk situs.

(19)

Setelah melengkapi berkas pendaftaran Penanggung Jawab Sistem Elektronik mengajukan permohonan perdaftaran Website (situs web) terseut kepada Direktur Jenderal yang membidangi aplikasi informatika. Yang kemudian oleh Direktur dilakukan verifikasi terhadap permohonan pendaftaran paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pendaftaran diterima. Dalam hal kelengkapan dokumen pendaftaran tidak terpenuhi atau hasil verifikasi menunjukkan pengisian tidak lengkap, Direktur memberikan penolakan paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak tanggal pendaftaran diterima.

2.3.4 Situs Ilegal dalam Jaringan Internet

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa segala bentuk sistem elektronik harus didaftarkan kepada Direktur Jenderal yang membidangi aplikasi informatika. Hal ini bertujuan agar segala bentuk sistem elektronik yang ditampilkan dapat dipantau dan diawasi agar tidak mengandung konten yang bertentangan dengan kesusilaan maupun ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sehingga bilamana terdapat situs yang tidak didaftarkan sesuai dengan prosedur dalam Peraturan Menteri Kominfo No. 36 Tahun 2014 maka situs tersebut dapat dikategorikan sebagai situs yang tidak sah menurut hukum atau biasa disebut dengan istilah situs ilegal. Terhadap situs ilegal dapat dilakukan pemblokiran oleh pihak Kemkominfo karena situs tersebut tidak memenuhi prosedur pendaftaran.

(20)

Situs Ilegal yang di blokir umumnya tidak dapat diakses atau dibuka oleh masyarakat. Oleh karenanya bagi Penyelenggara situs wajib melakukan pendaftaran sesuai prosedur agar kemudian situsnya menjadi legal dan dapat diakses kembali oleh publik.

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Sumatera Utara adalah lulusan yang mempunyai kualitas yang baik. dan mampu bersaing di lapangan

Pada metode ini semua aliran kas dikonversikan menjadi nilai sekarang (PW), baik kas masuk atau kas keluar diperhitungkan terhadap titik waktu sekarang pada suatu tingkat bunga

Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan survai terhadap proyek-proyek konstruksi bangunan bertingkat untuk mengidentifikasi

Jenis masalah dalam penelitian ini adalah komparasional, untuk mengukur sejauh mana tingkat perbandingan atau rasio dari prestasi belajar siswa antara penerapan

Manfaat untuk tenaga kesehatan adalah memberi informasi kepada petugas kesehatan atau yang berkepentingan mengenai penggunaan metode/alat kontrasepsi serta meningkatkan

DPR yang tinggi akan mem- berikan sinyal yang baik bagi para investor karena para investor menganggap ketika DPR tinggi maka dividen tunai yang akan dibagikan juga

Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk

Program Siaran Srawung Praja RRI Surakarta, sebagai media komunikasi antara pemerintah kota Surakarta dengan masyarakat untuk berkomunikasi program-program pembangunan,