• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Generasi X sebagai audiens TV

2.1.1. Gelombang Generasi

Berbicara tentang generasi, terdapat empat jenis generasi yang ada dalam kehidupan diantaranya :

Menurut Kupperschmidt (2000) (dalam Putra, 2016) Generasi adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan tahun lahir, umur, lokasi dan juga pengalaman historis atau kejadian-kejadian dalam individu tersebut yang sama memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka. Generasi menurut KBBI adalah sekalian orang yang kira-kira sama waktu hidupnya., angkatan., turunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa generasi adalah beberaa individu yang memiliki peristiwa atau kebiasaan yang sama didalam waktu yang sama pula. Dalam beberapa tahun terakhir definisi generasi telah berkembang, salah satunya adalah definisi menurut Kupperschmidt’s (2000) yang mengatakan bahwa generasi adalah sekelompok individu yang mengidentifikasi kelompoknya berdasarkan kesamaan tahun kelahiran, umur, lokasi, dan kejadian – kejadian dalam kehidupan kelompok individu tersebut yang memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka. Dari beberapa definisi tersebut teori tetang perbedaan generasi dipopulerkan oleh Neil Howe dan William Strauss pada tahun 1991. Howe & Strauss (1991, 2000) membagi generasi berdasarkan kesamaan rentang waktu kelahiran dan kesamaan kejadian – kejadian historis. Pembagian generasi tersebut juga banyak dikemukakan oleh peneliti – peneliti lain dengan label yang berbeda – beda, tetapi secara umum memiliki makna yang sama. Sebagai contoh menurut Martin & Tulgan (2002) Generasi Y adalah generasi yang lahir pada kisaran tahun 1978, sementara menurut Howe & Strauss (2000) generasi Y adalah generasi yang lahir pada tahun 1982, hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan skema yang digunakan untuk mengelompokkan generasi tersebut, karena peneliti – peneliti tersebut berasal dari Negara yang berbeda. Beberapa pendapat tentang pebedaan generasi dapat dilihat pada tabel berikut :

(2)

Tabel 1 Pengelompokan Generasi

Sumber Label

Tapscott(1998) - Baby Boom Generation Generation X Digital Generation

(1946-1964) (1965-1975) (1976-2000)

Howe & Strauss Silent Generation Boom Generation 13th Generation Millenial Generation

(2000) (1925-1943) (1943-1960) (1961-1981) (1982-2000)

Zemke et al Veterans Baby Boomers Gen Xers Nexters

(2000) (1922-1943) (1943-1960) (1960-1980) (1980-1999)

Lancaster & Traditionalist Baby Boomers Generation Xers Generation Y

Stillman (1900-1945) (1946-1964) (1965-1980) (1981-1999)

(2002)

Martin & Silent Generation Baby Boomers Generation X Millenials

Tulgan (1925-1942) (1946-1964) (1965-1977) (1978-2000)

(2002)

Oblinger & Matures Baby Boomers Generation Xers Gen-Y/NetGen Post Millenials

Oblinger (<1946) (1947-1964) (1965-1980) (1981-1995) (1995-present

(2005)

Dari penjelasan tersebut ada 2 hal utama yang mendasari pengelompokan generasi, yaitu faktor demografi khususnya kesamaan tahun kelahiran dan yang kedua adalah faktor sosiologis khususnya adalah kejdian – kejadian yang historis, menurut Parry & Urwin (2010) faktor kedua lebih banyak dipakai sebagai dasar dalam studi maupun penelitian tentang perbedaan generasi. Para ahli berpendapat bahwa generasi terbentuk lebih disebabkan karena kejadian atau event yang bersejarah dibanding dengan tahun kelahiran, sebagai contoh dalam tabel 1 dapat dilihat bahwa generasi Baby Boom dimulai pada rentang waktu dari tahun 1943 sampai dengan 1946 dan berakhir pada rentang waktu 1960 sampai dengan 1969. Generasi X dimulai dari rentang waktu yang bervariasi, yaitu dari tahun 1961 sampai dengan tahun 1965 dan berakhir pada tahun 1975 sampai dengan 1981. Perbedaan generasi yang dimaksud yaitu:

(3)

Generasi sebelum 1945 disebut dengan generasi tradisionalis atau generasi senior. (Atmonobudi soebagio, 2016) Generasi tradisionalis atau generasi senior ini mengalami sejumlah kondisi yang cukup berat, antara lain: Perang Dunia II, Perang Korea, depresi berat, kebangkitan korporasi, abad ruang angkasa. Generasi ini dibesarkan oleh orangtua yang baru lepas dari depresi berat. Mereka mengalami waktu-waktu yang sulit dan disusul dengan dimulainya masa-masa yang menyejahterakan mereka. Generasi ini juga memperoleh sebutan generasi yang terlupakan.Generasi yang pertama ada pada masa sebelum 1945, dikenal dengan generasi senior. Umumnya minimal sama dengan hari kemerdekaan sekitar 66-70 tahun untuk saat ini. Mereka merupakan generasi yang masih belum tercemar lingkungan negatif akibat media. Karena pada saat itu media yang digunakan masih sangat minim dan terbatas. Generasi tradisionalis atau generasi senior (1922-1945). Generasi tradisionalis merupakan saksi kejadian-kejadian terbesar di muka bumi.

Generasi kedua adalah generasi Baby Boomers (1946-1964). Generasi ini lahir dengan di latarbelakangi oleh tingkat kelahiran yang tinggi pasca perang dunia kedua. Perkiraan jumlahnya adalah 30 persen dari total populasi. Dengan icon ‘kami’, generasi ini mempunyai karakter sebagai seorang pahlawan, berorientasi pada kenyamanan dan merespon terhadap petunjuk pencapaian. Namun generasi ini telah mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga telah mengalami musimnya rock and roll ala Elvis Presley, mengenal televisi, melakukan demonstrasi, dapat membedakan ras-nya masing-masing, dll. Acapkali generasi baby boomers disebut sebagai generasi penentu karena setiap individu telah mulai menentukan perubahan untuk masa depan walaupun masih dalam skala yang sangat kecil.

Generasi ketiga adalah generasi X (1965-1980). Dengan jumlah 17 persen dari keseluruhan populasi, generasi ini mampu survive diantara dua generasi sebelum dan sesudahnya yang berbeda karakter. Icon yang diusung generasi X adalah ‘saya’. Budaya yang dominan adalah budaya pop dan adanya ledakan informasi yang besar. ‘Kerja untuk hidup’ adalah falsafah yang dianut oleh generasi X dan timbulnya pertentangan dengan struktur yang bersifat tradisional menyebabkan generasi ini mulai mengenal dan membuat usaha mandiri. Gelombang informasi yang besar membuat perang imajinasi dan kreativitas mulai bermunculan di berbagai bidang. Tidak terkecuali dengan bisnis. Iklan yang kreatif bertebaran di televisi dan ini mendorong pencitraan terhadap merek selain peningkatan penjualan tentunya.

(4)

Generasi X adalah generasi yang lahir pada tahun – tahun awal dari perkembangan teknologi dan informasi seperti penggunaan PC (personal computer), video games, tv kabel, dan internet. Ciri – ciri dari generasi ini adalah: mampu beradaptasi, mampu menerima perubahan dengan baik dan disebut sebagai generasi yang tangguh, memiliki karakter mandiri dan loyal, sangat mengutamakan citra, ketenaran, dan uang, tipe pekerja keras, menghitung kontribusi yang telah diberikan perusahaan terhadap hasil kerjanya (Jurkiewicz, 2000).

Generasi x di Indonesia mempunyai kebiasaan menonton Televisi daripada berselancar di socialmedia. Indonesia menghadirkan media televisi sejak Indonesia terpilih menjadi tuan rumah pada penyelenggaran Asian Games IV yang dibuka pada 24 Agustus 1962. Satu tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1961, Seorang menteri Penerangan pada masa itu R. Maladi yang bertugas sebagai penggagas utama memiliki harapan, agar kehadiran dari media televisi di pesta olahraga tersebut dapat digunakan sebagai sebuah langkah awal dari pembangunan media televisi nasional. Presiden Soekarno memutuskan untuk memasukkanusulan tersebut dalam proyek pembangunan sarana Asian Games IV yang berada di bawah pimpinan Letnan Jendral TNI Suprayogi. Pada keputusan tersebut terwujudlah Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 20/SKM/1961/ tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T) PADA 25 Juli 1961. Setelah itu stasiun dan pemancar televisi pun akhirnya selesai dibangun pada tanggal 22 Agustus 1962, media televisi seperti Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang melakukan tugasnya untuk menayangkan Asian Games IV dari 24 Agustus 1962 sampai dengan 4 September 1962. Memilih melakukan siaran karena terbatasnya kondisi yang hanya dapat dilihat untuk Kota Jakarta Raya dan sekitarnya. Kepres No. 318/196 tentang pengintegrasian TVRI ke dalam Yayasan Gelora Bung Karno menjadi sebuah langkah awal bagi TVRI sebagai media televisi nasional. Studio TVRI dapat diresmikan pada 11 Oktober 1962 dengan Sus Salamun sebagai penyiar wanita pertama.

Televisi swasta yang pertama yaitu, Rajawali Citra Televisi (RCTI) milik Bambang Trihatmojo, melakukan siaran secara terbatas yang menggunakan decoder mulai tanggal 24 Agustus 1989. Pada satu satun berikutnya, Surya Citra Televisi (SCTV) milik Henry Pribadi (pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Soeharto) dan Sudwikatmono (adik tiri dari Soeharto) melakukan siaran pertamanya di Surabaya, Jawa Timur, mulai tanggal 24 Agustus 1990. Dalam perkembangannya, Halimah Trihatmodjo (menantu Soeharto) juga masuk dalam daftar pemegang saham SCTV (saat ini saham SCTV dikuasai oleh keluarga Sariaatmadja).

(5)

Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) milik Siti Hardiyanti Rukmana (putri Soeharto) beroperasi mulai Desember tahun 2000 dengan fasilitas transmisi milik TVRI, sekarang TPI berganti nama menjadi Media Nusantara Citra (MNC) setelah sahamnya dikuasai MNC Grup. Indosiar Visual Mandiri (Indosiar) milik Salim Group mulai beroperasi 1995 sampai sekarang menjadi milik keluarga Sariaatmadja yang sebelumnya telah dimiliki SCTV. Sedangkan Andalas Televisi (ANTV) milik keluarga Bakrie bersiaran mulai 1993 di Lampung.

Muncullah stasiun Indosiar pada saat itu (ketika masih dimiliki oleh Salim Grup) menjadi catatan khusus baginya. Tidak terasa, stasiun milik Salim Grup ini dapat menorekhkan begitu banyak warna ke atas kanvas pada dunia pertelevisian di tanah air. Pertama, dari sisi teknologi. Jika sebelumnya, pemirsa dimanjakan oleh stasiun swasta pertama RCTI dengan sajian gambar yang jernih dengan tata suara yang stereo, maka Indosiar langsung menggerebek dengan kualitas NICAM-nya (Near-Instantaneous Companded Audio Multiplex) artinya sebuah format audio digital untuk siaran televisi analog. Maka menjadi suatu terobosan baru dalam penyajian siaran secara teknikal, yang diwujudkan dengan video dan audio. Maka yang terasa, khalayak bukan cuma disuguhi sebuah alternatif saluran, tapi sebuah bahan perbandingan. Bahwa setiap televisi memiliki kualitas siaran yang berbeda-beda, yaitu berkaitan dengan technical field strength atau kekuatan secara teknis.

Muncullah Indosiar dengan NICAM-nya (Near-Instantaneous Companded Audio Multiplex), tentu saja membangkitkan kompetisi dari segi teknik. Setelah RCTI yang diikuti SCTV menyebarkan kehebatan tata suara stereo-nya dan menayangkan program secara bilingual (kata yang memiliki dua bahasa seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Arab dan lain sebagainya), maka RCTI terus membuat terobosan lain. Usai siaran tele-text (seperti juga TVRI dan juga segera hadir Indosiar-text) meramaikan khasanah frekuensi di tanah air, program tiga dimensi pun dipromosikan secara gencar. Meski saat itu cuma kartun animasi Remi yang menayangkan dengan kualitas 3-D, barangkali program 3-D disebutkan sebagai klimaks persaingan antar stasiun dari sisi teknologi pada tahun 1995.

Bagaimana dengan stasiun televisi lain? Inovasi dan penambahan kekuatan daya pemancar pun menjadi fokus utama para pengelola stasiun televisi lain, seiring dengan penambahan jumlah sistem yang menghubungkan antara pengirim dan penerima informasi di seluruh pelosok tanah air.

(6)

Hal ini terbukti, bahwa Indosiar sebagai stasiun terakhir, biar bagaimana pun telah membangun kesiagaan para pengelola stasiun televisi untuk memperbaiki kualitas teknik siarannya karena pada akhirnya, khalayak pun cenderung akan memilih stasiun dengan kualitas siaran terbaik. Tak jauh dari hardware, penuangan warna dari sisi software pun dilakukan stasiun milik Salim Grup itu melalui demam telecinele atau program-program Mandarin yang diawali sukses penayangan trilogy Chin Yung, The Return of Condor Heroes. Bukan itu saja, wabah serial silat ini pun ditandai sebuah sukses pola penayangan di prime time (jam utama antara pukul 06.00 sampai 21.30), yaitu stripping (ditayangkan setiap hari pada jam tayang yang sama). Begitu pedang Yoko dan golok Thio Bu Kie sukses diudarakan secara stripping, maka televisi lain pun berlomba-lomba membeli program serial atau lepas Mandarin. Bahkan, untuk sejumlah program serial, ANTV dan SCTV turut menyemarakkan slot prime time-nya secara stripping pula.

Berikutnya adalah generasi Y atau generasi milenial (1981-1994). Jumlahnya yang 30 persen dari total populasi, sukses mengusung icon ‘semua’. Dapat diakatakan generasi Y berhasil menciptakan Breaktrough dalam berbagai bidang. Generasi ini mengalami peningkatan dalam integritas, dibesarkan dalam era persatuan, optimis, serta era daur ulang. Selain itu respon terhadap ide baru yang dilatarbelakangi oleh filosofi, pengalaman, pesan multi generasi sangat cepat terjadi. Yang dapat dirasakan adalah begitu booming-nya era MTV. Dandanan, gaya hidup dan pergaulan begitu tersihir oleh endorser pembawa acara MTV. Tidak heran generasi ini terkadang meng-klaim dirinya sebagai ‘generasi MTV’. Hal ini sebenarnya tidak dapat dipungkiri karena pengaruh televisi terhadap perubahan karakter yang menuju kebebasan sangatlah besar.

Lahir generasi baru bernama generasi Z. Mereka lahir pada tahun (1995-2010) dan hadir lebih akrab dengan teknologi. Karakter mereka lebih tidak fokus dari milenial, tapi lebih serba bisa, lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja, dan lebih wirausahawan.

Setelah adanya generasi Z mereka yang lahir pada tahun (2011-sekarang), dunia di perkenalkan kembali dengan generasi baru yang muncul yaitu generasi Alpha yang memiliki tahun kelahiran dimulai dari 2010. Generasi merupakan generasi yang paling banyak di antara yang pernah ada. Yakni sekitar 2,5 juta generasi alpha lahir setiap minggu. Membuat jumlahnya akan bengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025.

(7)

2.1.2. Preferensi Khalayak

2.1.3. Pengertian Preferensi

Preferensi merupakan kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu.1 Preferensi juga diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk, barang atau jasa yang dikonsumsi. Menurut Andi Mappiare definisi preferensi adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.2

Preferensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pilihan, kecenderungan, minat atau kesukaan. 3Preferensi adalah pilihan-pilihan yang dibuat oleh para konsumen atas produk-produk apa yang mereka beli dan pendapatan mereka yang terbatas, dan juga permintaan untuk produk-produk. Preferensi yang berarti minat atau kesukaan, kata arti atau pengganti. Jadi, preferensi atau minat merupakan motivasi yang mendorong orang untuk melakukannya yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Setiap minat akan memuaskan suatu kebutuhan.

Dalam melakukan fungsinya kehendak itu berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan. Pikiran mempunyai kecenderungan bergerak dalam sektor rasional analis, sedangkan perasaan yang bersifat halus/tajam lebih mendambakan kebutuhan. Sedangkan akal berfungsi sebagai pengingat pikiran dan perasaan itu dalam koordinasi yang harmonis, agar kehendak bisa diatur sebaik-baiknya4. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa minat/preferensi adalah dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginan.

2.1.4. Teori Preferensi

Teori Preferensi dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi audiens, misalnya bila seseorang ingin menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa dengan sumber daya terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh mencapai optimal. Preference mempunyai makna pilihan atau memilih. Istilah preferensi digunakan untuk mengganti kata preference dengan arti yang sama atau minat

1Poerwadaminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Edisi III, 2006, hal. 769.

2 Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian Dan Pendidikan, Surabaya, Usana Offsetprinting, 1994, hal.62.

3Rakhmat, Pengertian Preferensi, http://kbbi.web.id/preferensi.html Diakses pada tanggal 9 Maret 2020 pukul 12.49 WIB

(8)

terhadap sesuatu. Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan untuk memilih. (Journal Planit: 2001). Menurut Doris Grober preferensi media umumnya meminta pengguna media untuk mengurutkan preferensi pengguna terhadap suatu media (Vivian, 2008:567).5

Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif (individu), yang diukur dengan utilitas, dari bundel berbagai barang atau jasa. Audiens dipersilahkan untuk melakukan ranking terhadap bundel barang atau jasa yang mereka berikan pada audiens. Yang perlu diperhatikan adalah preferensi itu bersifat independen. Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk atau jasa. Atribut yang ditampilkan suatu produk atau jasa dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat mempengaruhi audiens. Penilaian terhadap produk atau jasa menggambarkan sikap audiens terhadap produk atau jasa tersebut, sekaligus dapat mencerminkan perilaku audiens dalam menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa.

2.2. Media Massa

2.2.1. Pengertian Media Massa

Media massa adalah sebuah sarana yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat, menurut Bungin (2006:72) media massa memiliki arti sebagai media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara besar-besaran dan bisa diakses oleh masyarakat luas, dilihat dari berbagai macam segi antara lain makna, media massa merupakan alat atau sarana untuk menyebarluaskan isi berita, opini, komentar, hiburan, dan lain sebagainya. 6Teknologi saat ini juga memiliki perkembangan yang sangat mempengaruhi

peran media massa, kebebasan media massa dan dukungan dari teknologi yang dapat memunculkan dua kondisi, satu sisi memiliki akses informasi yang dapat diakses semakin mudah untuk masyarakat meningkatkan kesadaran untuk mengikut sertakan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dapat menciptakan kondisi demokratis, tapi di sisi lain kebebasan yang dimaksud tidak diiringi dengan tanggung jawab akan membuat kebebasan yang tidak terarah. Teknologi memberikan fasilitas untuk proses hubungan dalam skala yang lebih besar.

Media massa memiliki saluran atau alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, dan bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen dan juga menimbulkan efek tertentu. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia media massa memiliki sarana

5Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Kencana

(9)

dan saluran resmi sebagai alat untuk berkomunikasi dan menyebarkan berita maupun pesan kepada masyarakat luas.7 Sedangkan menurut Gerbner “mass Communication is the thecnologically and

institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies”, menggambarkan bahwa komunikasi massa dapat membuat suatu produk yang berupa pesan- pesan komunikasi dan dapat disebarkan serta didistribusikan pada khalayak luas secara terus menerus dan dalam jarak waktu yang tetap.8

Media massa merupakan bagian dari fungsi komunikasi dalam masyarakat, menurut Harold Lasswell “sebagai pemeliharaan lingkungan yang mendukung pengaitan berbagai komponen masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan pengalihan warisan sosial”. 9Dalam perkembangan masyarakat, sistem komunikasi dapat

memiliki fungsi strategis yakni bahwa masyarakat menggunakan sistem komunikasi tersebut sebagai guru yang menyampaikan warisan sosial berupa nilai-nilai dan norma-norma dari seseorang kepada orang lain, bahkan dari generasi ke generasi. 10Media massa dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :11

1. Media massa cetak, seperti surat kabar, majalah, tabloid, jurnal, dan buku. 2. Media massa eletronik, seperti televisi, radio, film dan online.

Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat diberbagai lapisan sosial, maka media massa sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media massa ke masyarakat atau mentransformasi informasi di antara masyarakat itu sendiri.12 Sebagaimana sifat media informasi, maka media massa selain mengandung nilai manfaat sebagai alat transformasi juga dapat menjadi media infomasi yang ampuh untuk menabur nilai-nilai baru yang tidak diharapkan masyarakat itu sendiri.13

2.2.2 Karakteristik Media Massa

7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.

8 Elvinaro, Ardianto dan Lukiati Komala E, 2005, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung;Simbiosa Rekatama Media. Hal

3-4

9 Dede Lilis, 2014, Media Anak Indonesia Representasi Idola Anak dalam Majalah Anak-Anak, Jakarta;Pustaka Obor Indonesia.

Hal 1

10 Ibid. Hal 2

(10)

Karakteristik atau ciri khas pada media massa intinya yaitu media yang ditujukan kepada khalayak umum sebagai sasarannya, hubungan antara komunikator dan komunikan hanya bersifat interpersonal tidak terdapat hubungan yang timbal balik, terjadi kontak yang keserempakan dengan banyak orang yang terpisah satu sama lain, memiliki struktur organisasi yang melembaga secara jelas dan isi yang disampaikan mengenai kepentingan umum. Namun dari kedua jenis media massa baik cetak maupun elektronik memiliki perbedaan dari sifat maupun bentuknya. Menurut Effendi (2005:145) kedua jenis media massa tersebut mempunyai perbedaan yang khas yaitu sebagai berikut:

“Pesan-pesan yang disiarkan media massa elektronik hanya sekilas sehingga khalayak harus selalu berada di depan pesawat, sedangkan pesan-pesan yang disiarkan melalui media cetak dapat diulang untuk dipelajari serta disimpan untuk dibaca pada setiap kesempatan”.12

Kedua jenis media massa tersebut baik cetak maupun elektronik memiliki karakteristik masing- masing. Media cetak/surat kabar memiliki karakteristik yang berbeda dengan televisi maupun media lainnya. Selain itu karakteristik media massa dapat dilihat sebagai berikut:

3. Publisitas, yaitu informasi disebarluaskan kepada masyarakat atau publik. 4. Universalitas, yaitu pesan yang disampaikan bersifat umum.

5. Kontinuitas, yaitu informasi yang diberikan memiliki kesinambungan, sesuai dengan periode atau jadwal terbitnya.

6. Aktualitas, yaitu informasi yang dberikan selalu hal-hal terbaru dan kecepatan menyampaikan informasi kepada masyarakat.

7. Periodisitas, yaitu informasi yang diberikan tetap ada atau berkala. Misalnya, diedarkan setiap hari, mingguan atau siaran beberapa jam untuk setiap harinya.

Menurut Cangara (2006), karaketristik media massa sebagai berikut:

1. Bersifat melembaga

Pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang dan melalui proses, mulai dari pengumpulan, penulisan, penyuntingan (editing), hingga publikasi atau penyajian.

2. Bersifat satu arah

(11)

Komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak

Dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis

Seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya. 5. Bersifat terbuka

Pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.13

Menurut Djafar H Assegaf (1991), karakteristik media massa adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah. Komunikan tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung kepada komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda (delay feedback).

2. Media massa menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi yang luas, bervariasi. Ini menunjukkan bahwa pesan yang ada dalam media massa berisi rangkaian dan aneka pilihan materi yang luas bagi khalayak atau para komunikannya.

3. Media mass dapat menjangkau sejumlah besar khalayak. Komunikan dalam media massa berjumlah besar dan menyebar di mana-mana, serta tidak pernah bertemu dan berhubungan secara personal.

4. Media massa menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek rata-rata. Pesan yang disajikan dengan bahasa yang umum sehingga dapat dipahami oleh seluruh lapisan intelektual baik komunikan dari kalangan bawah sampai kalangan atas.

5. Media massa diselenggarakan oleh lembaga masyarakat atau organisasi yang terstruktur. Penyelenggara atau pengelola media massa adalah lembaga masyarakat /organisasi yang teratur dan peka terhadap permasalahan kemsyarakatan.14

13 Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

14Assegaf, Djafar H. 1991. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(12)

2.2.3 Fungsi Media Massa

Media massa sebagai sarana kehidupan modern menjadi salah satu kebutuhan yang memang harus di penuhi, terlebih bagi orang yang mempunyai aktivitas yang tinggi dan berhubungan dengan banyak orang. Sekarang ini media massa menjadi salah satu arus utama sumber informasi bagi masyarakat dalam sehari-hari dan memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Kemajuan sosial ekonomi seseorang salah satunya juga ditentukan oleh faktor kecepatan mengakses berita dan informasi. Selain itu media massa juga dapat memiliki peran dalam pembentukan moral pada anak-anak ataupun remaja. Oleh sebab itu, mempelajari media massa dapat memberikan dampak positif yang besar bagi perkembangan wawasan serta kecerdasan sekaligus menyikapi berita-berita atau jenis-jenis media massa yang muncul.

Peran media massa juga tidak bisa terlepas dari fungsi media massa itu sendiri. Ketika menjalankan perannya, media massa harus memperhatikan dan mengingat fungsinya. Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers, media massa berfungsi untuk menginformasikan, mendidik, menghibur, dan pengawasan sosial (social control)-pengawas perilaku publik dan penguasa. Sumber pemasukan bagi pelestarian media massa

2.2.3.1 Sarana Hiburan

Media juga menyajikan hiburan seperti, cerita lucu dan acara-acara yang dapat menghibur sehingga orang yang menikmati dapat terhibur. Selain membawa dampak positif, media massa juga membawa dampak negatif. Berikut beberapa contoh dampak negatif yang terdapat dalam media massa sebagai sarana hiburan:

2.2.3.1.1 Membawa pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, misalnya tema yang bersifat negatif dan sebagainya.

2.2.3.1.2 Berbagai siaran atau tayangan iklan yang berlebihan sehingga menipu atau menyesatkan pemirsa.

2.2.3.1.3 Berbagai informasi yang kurang lengkap menyebabkan kesalahpahaman informasi dan sebagainya.

2.2.4.

Perkembangan Media Massa di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan media massa di Indonesia cukup menakjubkan. Data yang ada seperti dikutip Sendjaja (2000), menunjukkan kondisi sebagai berikut:15

15Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2000. “Paradigma Baru dalam Perkembangan Ilmu Komunikasi” disampaikan pada

(13)

2.2.3.2 Di bidang pertelevisian, selain jaringan TVRI saat terdapat 10 (sepuluh) stasiun televisi swasta, yaitu RCTI, TPI, SCTV, ANTEVE, INDOSIAR, METRO TV, TRANSTV, LATIVI, GLOBAL TV dan TV 7. Disamping itu kini telah beroperasi 7 televisi berlangganan satelit, 6 televisi berlangganan terrestrial, dan 17 televisi berlangganan kabel.

2.2.3.3 Dunia penyiaran radio pun mengalami kemajuan meskipun tidak sepesat televisi. Hingga akhir tahun 2002, terdapat 1188 Stasiun Siaran Radio di Indonesia. Jumlah itu terdiri atas 56 stasiun RRI dan 1132 buah Stasiun Telebisi Swasta.

2.2.3.4 Perkembangan industri dan bisnis penyiaran tampaknya telah mendorong tumbuh pesatnya bisnis “Rumah Produksi” (Production House/PH). Sebelum krisis ekonomi, tercatat ada 298 buah perusahaan PH yang beroperasi di mana sekitar 80% di antaranya berada di Jakarta. Pada saat krisis, khususnya antara 1997-1999, jumlah PH yang beroperasi menurun drastis sampai sekitar 60%. Dalam satu tahun terakhir (2003),

bisnis PH secara perlahan kembali bangkit antara lain didorong oleh peningkatan jumlah Televisi Swasta. Kebutuhan TV Swasta akan berbagai acara siaran, mulai acara hiburam sampai acara informasi dan pendidikan, banyak diproduksi oleh PH lokal. 2.2.3.5 Dunia bisnis media penerbitan, khususnya surat kabar dan majalah juga mengalami

penigkatan khususnya dalam hal kuantitas. Pada tahun 2000, menurut laporan MASINDO, terdapat 358 media penerbitan. Jumlah tersebut terdiri atas 104 surat kabar, 115 tabloid, dan 139 majalah. Hal menarik dalam penerbitan media massa cetak ini adalah semakin beragamnya pelayanan isi yang disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan segmen khalayak pembacanya. Dengan kata lain, “spesialisasi” telah ditempuh sebagai upaya menembus situasi kompetisi yang semakin erat.

(14)

Dengan perkembangan seperti yang telah disebutkan, baik dalam jumlah maupun jenisnya, mustahil semua media massa menguasai seluruh pasar yang ada. Sebaliknya, kecil sekali kemungkinan hanya satu media massa dapat menguasai seluruh pasar, dalam arti memenuhi segala macam tuntutan pasar, karena tuntutan pasar juga sangat bervariasi. Kompetisi telah menjadi kata kunci dalam kehidupan media massa saat ini. Keadaannya menjadi semakin kompleks, karena mencakup kompetisi tiga kelompok yaitu: Pertama, antara media cetak baik dari jenis yang sama maupun yang berbeda jenis; Kedua, antara media elektronik baik audio (radio) maupun audio-visual (televisi); serta Ketiga, antara media cetak di satu pihak dengan media elektronik di pihak lain. Dalam memperebutkan pangsa pasar, kompetisi media massa tidak hanya meliputi aspek isi, penyajian berita atau bentuk liputan lainnya, tetapi juga aspek periklanan. Hal tersebut dipersulit pula oleh perubahan dalam cara, gaya dan strategi kompetisi yang digunakan masing-masing media massa sebagai respons terhadap tuntutan pasar.

2.3. Media Televisi

Media televisi memiliki hakekatnya yang merupakan suatu sistem komunikasi dan menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dapat dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio. Namun, media televisi harus dibedakan dengan media film yang memiliki rangkaian gambar yang dapat diproyeksikan dengan kecepatan 24 bingkai per detik sehingga membuat gambar tampak seperti hidup. Gambar yang terdapat dari rangkaian tersebut dengan mudah dapat segera dikenali dengan menggunakan mata telanjang. Televisi memiliki kata istilah yaitu tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang

berarti “citra atau gambar” dalam bahasa latin. Televisi memiliki arti yaitu16 suatu sistem yang menggunakan peralatan dan dapat mengubah cahaya maupun suara ke dalam gelombang elektrik yang bisa mengubah dari satu sistem ke sistem lainnya dengan mengembalikan ke dalam cahaya yang dapat terlihat dan suara yang dapat terdengar17. Dalam menyampaikan isi pesan yang berbentuk audio visual gerak. Isi pesan audio visual gerak juga memiliki kekuatan yang sangat tinggi dalam mempengaruhi pola pikir pun tindak individu.

Saat ini, berkat dukungan teknologi satelit komunikasi dan serat optic, siaran televisi yang dibawa oleh gelombang elektromagnetik tidak mungkin lagi dihambat oleh ruang dan waktu. Bahkan khalayak (masyarakat) sasarannya tidak lagi bersifat lokal, nasional, dan regional tetapi sudah bersifat internasional atau global. 18Menurut E.B. Surbakti, televisi dalam

16Penulisan Skenario Televisi dan Video, (Jakarta: Grasindo, 1993), hal. 1.

17 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 51.

18 Askurifal Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), hal.16.

(15)

medium komunikasi massa adalah yang paling akrab berhubungan dengan masyarakat dikarenakan memiliki kemampuan untuk faktor jarak, ruang dan waktu. Begitu mudahnya pemirsa menerima pesan-pesan yang ditayangkan tanpa mempersyaratkan pemirsa agar harus bisa membaca membuat potensi dari pengaruhnya sebagai sumber informasi, hiburan maupun pendidikan yang sangat besar dan tidak dapat tertandingi oleh media lain. 19Televisi dapat membuat realita semu bagi para penontonnya karena menggambarkan adegan dalam tayangan yang seringkali muncul dan tidak sesuai pada realita yang sesungguhnya. terlebih apabila menggambarkan cuplikan yang dilakukan oleh:

a. Orang-orang yang seharusnya memberikan panutan bagi anak-anak seperti guru, orang tua, tokoh agama, atau tokoh-tokoh yang menjadi idola mereka.

b. Ketika penggambaran keunggulan dari yang lebih kuat, dan kewenangan didasari oleh kekuatan tersebut.

Ketika tayangan pada film kekerasan dianggap sebagai pemicu pada tindakan agresif, maka tayangan komersial juga memicu semangat konsumtif, dan tayangan film-film misteri atau sejenisnya juga berpotensi memicu rasa takut atau cemas yang dapat tetrjadi pada anak-anak. Banyak sekali cerita misteri yang sangat lama berkembang di masyarakat mengenai “sesuatu”, kemudian dihadirkan dalam bentuk audio dan visual.20

2.3.1. Perkembangan Industri Televisi di Indonesia

Televisi merupakan teknologi yang memiliki pengaruh dalam perkembangan teknologi informasi di seluruh dunia. Televisi merupakan gabungan dari teknologi optik mekanik dan elektronik untuk merekam, menampilkan dan menyiarkan gambar visual.21Televisi memiliki perkembangan yang cukup signifikan dari berbagai macam pihak terkait. Televisi merupakan karya yang berkembang dari tahun ke tahun mulai awal dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday 1831 yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik 1876. George Carey memiliki penemuan selenium camera yang digunakan untuk membuat gambar dari seseorang ”melihat gelombang listrik”. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan dari gelombang sinar yang ada didalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda. Perkembanganya:22

19E. B. Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda, (Jakarta: Gramedia, 2008), hal.78.

20 Ibid.

21Arief Budiman, https://www.academia.edu/9195683/industri_media_televisi, diakses tanggal 10 Juni 2020

22 Ibid.

(16)

1. George Carey (1876) dapat membuat selenium camera yang bisa membuat seseorang melihat gelombang listrik yaang disebut katoda. Gambar pertama yang berhasil dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin faksimile mekanik sederhana dan dikembangkan pada akhir abad ke-19.

2. Pada tahun 1878, konsep pertama pengiriman gambar bergerak yang menggunakan daya elektrik adalah konsep gabungan telepon dan gambar bergerak atau teleponskop, tidak lama setelah penemuan telepon.

3. Pada tahun 1881, pertama kali mengirim gambar menggunakan sistem pemindaian gambar, yaitu menggunakan pantelegraf, yang menggunakan mekanisme pemindaian pendulum. Penggagas pertama yang menggunakan istilah televisi adalah Constatin Perskyl dari Rusia (1900).

4. Pada 1907 dua orang yang bernama Campbell Swinton dan Boris Rosing melakukan percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim sebuah gambar.

5. Televisi warna diciptakan oleh Peter Goldmark pada 1940.

6. Sebuah lembaga RCA memperkenalkan LCD pertama pada 1968

7. Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru ”Organic Light Emitting Diode” (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED.

Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan ”thin film transfer” yang ringan. 1979

8. Proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita. 1995

9. Pada dekade 2000, masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.

(17)
(18)

Di Indonesia sendiri, industri televisi dimulai sejak 4 Agustus 1962, bertepatan dengan berlangsungnya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI hadir yang hingga kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari stasiun televisi lain, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi SCTV, TPI yang kemudian berubah menjadi MNCTV, dan ANTV hadir menghiasi layar kaca. Stasiun televisi terus berkembang hingga menjadi 11 stasiun televisi nasional saat ini di Indonesia. Dengan kehadiran televisi nasional tersebut maka dunia pertelevisian Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya.23 Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi untuk menonton beragam program yang disajikan. Menurut Peter Herford, setiap stasiun televisi dapat menayangkan beberapa acara hiburan seperti, film, musik, kuis, talk show, dan sebagainya.24 Beragam jenis acara hiburan tersebut dikenal sebagai genre program. Dalam bukunya, Andi Fachruddin (2014) menerangkan bahwa genre program televisi dapat dilihat dari berbagai sudut pantang yang berbeda. Jika dilihat dari sudut pandang jurnalistik dan artistik genre program, televisi terbagi menjadi dua yaitu program informasi yang berkaitan dengan aktual/faktual seperti hard news dan soft news dan program hiburan seperti drama, game, musik, dan pertunjukan. Secara umum saat ini televisi menayangkan berbagai genre program. Tetapi jika diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis televisi, diantaranya adalah:

1. Televisi Berita (News TV). Contohnya adalah TV One, Metro TV, Inews, dan Kompas TV.

2. Televisi Pendidikan (Education TV). Contohnya adalah TVRI, TV Edukasi.

3. Televisi Hiburan (General Entertainment TV). Contohnya adalah RCTI, MNCTV, GTV, SCTV, dan sebagainya.

23 Perkembangan Industri televisi diambil dari: http://digilib.uinsby.ac.id/15374/5/Bab%202.pdf diakses

tanggal 24 Januari 201

24 Morrison. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio Dan Televisi, (Tangerang: Ramdina Perkasa, 2005),

h.2

(19)

Selain itu ada juga jenis televisi berdasarkan cara penerimaannya, yaitu:

1. Terestrial TV: sistem free to air dimana masyarakat bisa menonton secara gratis program televisi.

2. Pay TV: siaran berbayar, dimana penonton harus berlangganan terlebih dahulu untuk menikmati program siaran televisi.

3. Mobile TV: sebuah teknologi digital broadcasting yang memungkinkan penerima menonton siaran televisi sambil bergerak (mobile).

2.3.2. Program Siaran Televisi

Dalam program siaran televisi banyak sekali memiliki nama yang mengandung arti atau merupakan nama lain bahkan maksud dari dibuatnya program tersebut.25 Selain terdapat pada nama yang biasanya dijadikan judul acara, serigkali ditemukan berbagai makna baru yang bisa menambah pengetahuan masyarakat tentang hal yang bahkan belum pernah diketahui sebelumnya.

a. Drama Serial

Sebuah drama serial sering juga dikatakan sebagai salah satu drama yang memiliki karakter yang sama di cerita yang bisa menghasilkan episode sampai berpuluh-puluh banyaknya. Dalam drama serial memiliki dua jenis tipe yang sudah seringkali ditemui di layar kaca Indonesia yaitu, drama serial harian dan drama serial mingguan.

1) Drama serial mingguan (weekly)

b. Drama serial yang memiliki jadwal tayang pada setiap minggu memiliki kelebihan karena hanya dengan satu ide cerita dapat diajadikan berpuluh-puluh episode dengan jadwal tayang yang cukup panjang. Sedangkan kekurangan dari drama serial mingguan dapat ditulis hanya dengan seorang penulis saja tanpa membutuhkan crew atau tim penulis untuk membantu membuat sebuah cerita.

25 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2003), hal. 7-8.

(20)

1) Drama serial harian (daily)

Dalam drama serial harian memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dengan drama serial mingguan. Hanya saja terdapat perbedaan jam tayang yang ada antara drama serial harian dan mingguan. Perbedaan dari kedua drama serial tersebut tidak terlalu signifikan karena konsep yang diusung kurang lebih sama tapi memiliki kepadatan konflik yang bisa dijadikan patokan untuk menjadi pembeda antara keduanya.

a. Sinetron Religius

Dalam sinetron religi mmiliki fungsi pemanfaaan antara alat dakwah dan mengejar keuntungan melalu ratting yang tinggi.26 Banyak sekali sinetron religi yang menayangkan tayangan berbau religi tetapi tidak berlandaskan prinsip yang terdapat dalam Al-Quran saat menggunakan komunikais yang akan diperankan dalam setiap adegan yang ada. Selain itu film yang bertemakan dakwah didalamnya juga ikut dikemas dengan sebagus mungkin untuk menarik perhatian para penonton. Karena melalui media tersebut pesan dakwah yang telah dikemas dengan baik dan menjadikan unsur yang memiliki kesan tidak membosankan di mata para penonton.27

b. Berita

Pada televisi terdapat berita berupa bulletin atau majalah yang didalamnya terdapat berbagai berita singkat hingga produksi network yang cukup lengkap. Dalam berita terdapat banyak sekali hasil karya yang telah dihasilkan oleh para jurnalistik maupun crew produksi, teknisi dan operator yang berada di studio dan terlibat didalamnya. Anggota dalam tim/kerabat kerja memiliki berbagai jenis jobdesk yang saling berkesinambungan antara satu dan yang lainnya. Diantaranya adalah news editor/ redaktur berita, assistant

news editor, news producer, dan assignment editor.

26 Yuswohady, dkk, Gen M: Generation Muslim, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2017), hal. 47.

27 Sa’diyah El Adawiyah, Sinetron dalam Sudut Pandang Komunikasi Islam, (Jakarta: Deepublish, 2014), hal.

25.

(21)

c. Reality Show

Reality show di Indonesia merupakan sebuah inovasi baru yang terjadi di industri pertelevisian. Dengan adanya ”reality show” pertelevisian Indonesia dapat memberikan opsi pilihan tayangan yang dapa dikonsumsi oleh para penonton. Tidak hanya muncul dengan satu topik tayangan saja, bahkan ada banyak sekali konsep yang diusung dalam setiap reality show dengan nama yang berbeda-beda pula. Dari berbagai macam topik yang ada, aspek yang terdapat didalamnya pun juga beraneka ragamnya. Mengingat ada keuntungan pasti ada kerugian yang dihasilkan. Dampak dari kemunculan reality show yang menimbulkan efek kurang baik seringkali tidak terpikirkan oleh pihak stasiun televisi dan para crew yang berada dibelakangnya. Jika seperti itu, maka dampak yang ditimbulkan akan semakin besar pengaruhnya terhadap masyarakat luas. Dampak tersebut akan menjadi semakin besar jika dibiarkan begiu saja dan harus dikonsumsi oleh para penonton dalam jangka waktu yang lama.28

d. Iklan

Iklan adalah sebuah bentuk komunikasi non personal yang ditayangkan dalam televisi, radio, majalah, surat kabar dan internet. Iklan adalah sebuah komponen kunci yang harus digunakan dalam program promosi. Iklan memiliki tujuan yaitu membuat kesadaran dari para konsumen terhadap suatu produk/merek, dan tentang keunggulan dari sebuah produk, serta menjadikan asosiasi antara produk dengan gaya hidup. Berbagai produk yang akan dimunculkan pada iklan memiliki ketergantungan dalam mengkomunikasikannya. Iklan berfungsi untuk menjangkau masyarakat luas dengan di tayangkannya melalui televisi bahkan surat kabar yang memiliki kemungkinan paling besar untuk disaksikan masyarakat luas. Kelemahan dalam aspek kredibilitas/kepercayaan juga dimiliki oleh iklan meskipun cenderung rendah.

Mengklaim iklan sering dianggap sepihak dan sekelompok konsumen cenderung memberikan counter argumentation/kontra argumentasi atas mengklaim iklan.29 e. Kuis

Kuis merupakan salah satu permainan yang terdiri dari peserta dan pemandu acara yang memilliki interaksi satu sama lain dalam memberikan dan menjawab

28 Heru Effendy, Industi Pertelevisian Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2001), hal. 7. 29 Serian Wijatno, Pengantar Enterpreneurship, (Jakarta: Grasindo, 2009), hal. 191.

(22)

pertanyaan yang ditujukan sebagai hiburan. Rules yang diberikan saat permainan berlangsung adalah dengan mendapatkan pertanyaan dari pemandu acara yang harus dijawab oleh peserta dari permainan tersebut. Dalam permainan ini sangat dibutuhkan banyak sekali pengetahuan dan cara berpikir yang cepat. Tidak hanya dibutuhkan kecepatan dalam setiap menjawab pertanyaan, tetapi juga dibutuhkan berbagai macam pengetahuan dan wawasan agar dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar. Karena pada setiap pertanyaan yang diberikan memiliki resiko pengurangan poin serta terlihat intelektualnya seorang peserta. Beberapa kuis yang dapat dijadikan acuan seperti “Berpacu dalam Melodi”, “Family 100”, “Who Wonts To Be Millionare”, dan lain-lain.30

2.4. Studi Khalayak (audiens) Televisi

Studi mengenai hubungan yang terjadi antara media dan khalayak (pembaca, pemirsa, audience televisi) menjadi perhatian utama antara industri televisi, akademisi, maupun pemerhati media dan masalah sosial. Media mampu menjadi stimuli individu untuk menikmati sajian pesan atau program yang ditampilkan. Isi media mampu menjadi wacana perbincangan (penerimaan khalayak) yang menarik apabila dikaitkan dengan konteks budaya, misalnya efek dramatisasi visual yang ditimbulkan, pemirsa mampu mengkontruksi makna sesuai dengan teks dan konteks. Televisi saat ini adalah sarana elektronik yang sangat digemari dan dicari semua orang. Untuk mendapatkan televisi tidaka lagi sesulit zaman dahulu. Saat ini televisi telah menjangkau lebih dari 90% penduduk di negara berkembang. Televisi yang dulu mungkin hanya menjadi konsumsi kalangan dan umur tertentu, saat ini bisa dinikmati dan sangat mudah dijangkau oleh semua kalangan tanpa batasan usia.

Siaran-siaran televisi yang akan memanjakan orang-orang pada saat luang seperti liburan, sehabis bekerja, bahkan dalam suasana sedang bekerja pun orang-orang masih menyempatkan diri untuk menonton televisi. Suguhan acara yang bervariasi dan menarik membuat orang tergerak untuk meluangkan waktunya duduk di depan televisi. Selain sebagai sarana untuk memperlancar hubungan dan komunikasi antar manusia, salah satu pengaruh positif televisi bagi khalayak adalah dapat menyebarkan berita dan

30 Andi Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hal. 74.

(23)

gagasan lebih cepat. Dengan adanya media televisi, dunia kelihatan semakin kecil dari sebelumnya. Khalayak bisa memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apapun yang terjadi di dunia. Beritaberita aktual bisa langsung disebarkan ke berbagai pelosok dunia secara langsung. Banjir, gempa bumi, penyakit, berita kriminalitas, berita olahraga yang terjadi di belahan bumi bisa disaksikan bersama oleh berjuta-juta orang. Dengan menonton tayangan televisi akan menambah wawasan khalayak. Industri pertelevisian di Indonesia banyak menayangkan informasi- informasi yang akurat tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Khalayak merupakan produk konteks sosial (yang mengarah pada kepentingan budaya, pemahaman, dan kebutuhan informasi yang sama) serta respons kepada pola pasokan media tertentu. Sering kali keduanya berada pada saat yang bersamaan, ketika sebuah media dirancang untuk menarik anggota kategori sosial tertentu atau penduduk di wilayah tertentu. Penggunaan mdia juga mencerminkan pola yang lebih luas dari penggunaan waktu, ketersediaan, gaya hidup dan rutinitas sehari-hari.31

2.4.1. Isu Khalayak

Sebagaimana yang kita lihat, perubahan dari pertanyaan yang langsung mengenai khalayak ke dalam ‘isu’ atau masalah sosial biasanya membutuhkan suntikan standar penilaian tertentu, sebagaimana yang digambarkan pada paragraph berikut.

a. Penggunaan media sebagai kecanduan

Penggunaan media yang ‘berlebihan’ sering kali dinilai sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak sehat (terutama bagi anak-anak), mendorong kecanduan, keterasingan dari realitas, mengurangi kontak sosial, pengalihan dari pendidikan, dan pergeseran aktivitas yang lebih berguna. Televisi telah menjadi tertuduh utama, tetapi film dan komik dahulu juga dianggap demikian, sementara video game, komputer dan internet telah menjadi perilaku criminal terakhir.

b. Perilaku Khalayak sebagai aktif atau pasif

Secara umum, aktif dianggap baik dan pasif dianggap buruk, baik untuk anak kecil maupun orang dewasa. Media dikritik karena menawarkan hiburan yang tidak ada artinya dan membosankan alih-alih orisinil dan memiliki konten yang merangsang. Hasilnya ditemukan, misalnya eskapisme dan pengalihan dari partisipasi sosial.

(24)

Selain itu, khalayak dikritik karena memilih jalan yang mudah. Meskipun penggunaan media secara definisi bersifat tidak aktif, hal ini dapat menunjukkan aktivitas dengan cara selektivitas, perhatian yang termotivasi, dan respons kritis. c. Implikasi teknologi media baru

Salah satu proposisi adalah bahwa khalayak (sekelompok pengguna) akan menjadi semakin terpecah-belah dan semakin terfragmentasi dan kehilangan identitas nasional, lokal, atau budaya. Di sisi lain, jenis baru integrasi berdasarkan interaktivitas mungkin akan mengganti hilangnya bentuk lama dari pengalaman bersama. Lebih banyak pilihan untuk pembentukan khalayak berdasarkan kesamaan kesukaan tersedia untuk lebih banyak orang, dan akan terdapat lebih banyak kebebasan dan pilihan.

2.4.2. Jenis-Jenis Khalayak

Khalayak berasal baik dari masyarakat maupun media dan kontennya: baik orang- oramg menstimulasi pasokan konten yang layak maupun media menarik orang terhadap konten yang mereka tawarkan. Jika mengambil pandangan yang pertama, mempertimbangkan media sebagai pihak yang merespons kebutuhan dari masyarakat nasional, komunitas lokal, kelompok sosial yang telah ada sebelumnya, atau beberapa kategori individual yang dipilih media sebagai ‘kelompok target’. Alternatifnya, jika mempertimbangkan khalayak sebagai pihak yang utamanya diciptakan oleh media, dapat dilihat bahwa sering kali dibentuk oleh teknologi-teknologi baru (misalnya penciptaan film, radio atau televisi) atau mereka ditarik oleh beberapa ‘saluran’ tambahan, misalnya majalah baru atau stasiun radio. Dalam hal ini, khalayak didefinisikan oleh sumber media (misalnya ‘khalayak televisi’ atau ‘pembaca surat kabar X’) alih-alih oleh kesamaan ciri yang mereka miliki.

Sumber

Masyarakat Media

Makro Kelompok atau Publik sosial Khalayak Media

Level

Mikro Perangkat kepuasan Khalayak saluran atau konten

(25)

Gambar Tipologi pembentukan khalayak media massa32

Media secara terus-menerus mencoba membangun dan mempertahankan khalayak baru, dan dengan melakukan hal tersebut mereka mengantisipasi apa yang mungkin sebaliknya menjadi tuntutan yang spontan, atau mengidentifikasi kebutuhan dan kepentingan potensial yang belum muncul. Dalam perubahan yang berkelanjutan dari pembentukan dan perubahan khalayak media, perbedaan tajam yang dibuat pada permulaan tidaklah mudah ditunjukkan. Seiring waktu, pasokan media kepada kelompok sosial yang ada telah menjadi sulit untuk dibedakan dari rekrutmen media atas kategori sosial pada konten yang ditawarkan. Kebutuhan yang diciptakan media telah menjadi sulit dibedakan dari kebutuhan ‘spontan’ atau keduanya telah menyatu dengan rumit. Meskipun demikian, perbedaan teoritis antara tuntutan yang dibuat oleh penerima dengan yang dibuat oleh pengirim merupakan salah satu yang berguna untuk memetakan jenis-jenis khalayak yang berbeda yang telah diperkenalkan. Perbedaan ini dijelaskan dalam gambar diatas, pertama- tama antara kebutuhan yang dibuat oleh masyarakat maupun yang dibuat media, dan yang kedua adalah antara tingkatan berbeda di mana proses berjalan yang dinamakan makro atau mikro.

2.4.3. Perangkat kepuasan sebagai Khalayak

Istilah ‘perangkat kepuasan’ (gratification set) dipilih untukmerujuk pada banyak kemungkinan bagi khalayak untuk membentuk dan membentuk ulang berdasarkan kesukaan, kebutuhan, atau pilihan yang terkait dengan media. Penggunaan kata ‘perangkat’ menyatakan bahwa khalayak semacam itu biasanya adalah kumpulan individu yang tersebar tanpa ikatan bersama. Meskipun khalayak sebagai ‘publik’ sering kali memiliki serangkaian kebutuhan dan kepentingan media yang luas, dan mendapatkan kesatuannya dari karakteristik sosial bersama, ‘perangkat kepuasan’ diidentifikasikan oleh kebutuhan tertentu atau jenis kebutuhan (yang meskipun demikian, didapatkan dari pengalaman sosial). Hingga tahap tertentu, jenis khalayak ini secara berangsur-angsur menggantikan jenis publik yang lama, hasil dari perbedaan produksi dan pasokan media untuk memenuhi tuntutan konsumen yang utama. Alih-alih dari masing-masing publik (baik berdasarkan tempat, kelas sosial, agama, atau partai) memiliki media sendiri yang berdedikasi, banyak kebutuhan yang dipahami sendiri telah menstimulasi pasokan sendiri secara konsisten.

32 Ibid.

(26)

Pada fenomena ini tidalah baru karena surat kabar populer, sebagaimana gosip, mode, dan majalah ‘keluarga’, telah lama menyediakan bagi serangkaian kepentingan khalayak yang spesifik namun tumpeng tindih. Baru-baru ini, serangkaian kepentingan yang dicakup semakin meluas, dengan masing-masing jenis media (film, buku, majalah, radio, fonogram, dan sebagainya) mengemas daya tarik khalayak potensial dengan beragam cara. Sekelompok pembaca/penonton/pendengar yang dihasilkan dari pasokan yang sangat beragam dan ‘disesuaikan’, sepertinya tidak memiliki perasaan identitas kolektif meskipun terdapat beberapa karakteristik sosial-demografi yang sama.

Hal yang relevan di sini adalah konsep ‘budaya selera’ (taste culture) yang diciptakan oleh Herbert Gans (1957) untuk menjelaskan sesuatu, seperti khalayak yang dibentuk berdasarkan media dalam konvergensi kepentingan, alih-alih berdasarkan persamaan kewilayahan atau latar belakang sosial. Ia mendefinisikan hal tersebut sebgaia sebuah ‘kumpulan konten serupa yang dipilih oleh orang-orang yang sama’ (dalam Lewis, 1981:204). Budaya selera adalah sekumpulan orang alih-alih seperangkat produk media yang serupa – hasil dari bentuk, gaya penyajian dan genre yang ditujukan untuk menyesuaikan gaya hidup dari segmen khalayak. Semakin sering hal ini terjadi, semakin ada kemungkinan untuk menjadi profil sosial demografis yang penting dari budaya selera.

2.4.4. Kalayak media

Masing-masing media, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, fonogram – telah harus membangun kelompok konsumen baru atau para pengabdi, dan proses tersebut dilanjutkan dengann penyebaran ‘media baru’, misalnya Internet atau multimedia. Saat ini, sebagian besar khalayak semacam itu sangat tumpang tindih, sehingga hanya terdapat sedikit perbedaan yang terlibat,kecuali dalam hal hubungan subjektif dan frekuensi atau intensitas penggunaan yang relatif. Khalayak dari media massa manapun sering kali identik dengan khalayak bagi yang lain.

Khalayak terus-menerus membedakan antarmedia menurut penggunaan sosial dan fungsi tertentu atau menurut anggapan keuntungan dan kerugian masing-masing. Dari perspektif ini, khalayak media sebagai target dipilih tidak hanya berdasarkan karakteristik sosial-ekonomi, tetapi dengan referensi terhadap konten tertentu yang dibawa dan asosiasi sosial budaya dan konteks dari perilaku media yang bersangkutan. Pembagian lansekap media yang akrab menurut jenis media merupakan korban dari munculnya Internet dan landasan multimedia lainnya. Sebetulnya, tidak ada ‘khalayak internet’ atau semacamnya

(27)

dalam artian yang sesungguhnya walaupun mungkin untuk mengidentifikasi pengguna yang kurang lebih intensif (bahkan kecanduan), dan untuk mengelompokkan penggunaan menurut jenis kepuasan tertentu yang didapatkan dan dengan cara lain.

2.4.5. Definisi Konsep dan Operasional

Preferensi adalah kecenderungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang lain. Preference mempunyai makna pilihan atau memilih. Istilah preferensi digunakan untuk mengganti kata preference dengan arti yang sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan sifat atau keinginan untuk memilih. Preferensi memiliki definisi sebagai selera subjektif (individu).

Dalam penelitian ini preferensi diukur dengan :

1. Minat masyarakat terhadap TV sebagai sumber berita 2. Minat masyarakat terhadap TV sebagai sumber hiburan 3. Minat masyarakat terhadap TV sebagai sumber pendidikan 4. Minat masyarakat terhadap TV sebagai sumber sosial kontrol

Gambar

Tabel 1  Pengelompokan Generasi
Gambar Tipologi pembentukan khalayak media massa 32

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Jasin (1992), karakter khusus yang dimiliki Chondrichthyes adalah seperti kulitnya yang tegar diliputi oleh sisik placoid dengan banyak kelenjar mukosa, pada kedua

(3) Ciri lingkungan usaha yang berhubungan dengan tingkat adopsi program Sapta Pesona pengelola usaha rumah makan tradisional kelas C di Jakarta Timur adalah

masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan likuid dalam bentuk giro. Yang dapat bertindak sebagai bank primer ini adalah bank umum.. Bank sekunder, yaitu bank-bank yang

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hasil belajar keterampilan menulis Bahasa Jerman peserta didik dengan penerapan model induktif kata

Sesuai dengan judul penelitian yaitu Peran Pusat Informasi dan Konseling Remaja Palapa dalam Melaksanakan Program Generasi Berencana adalah upaya menyiapkan

Judul : PENGARUH DISIPLIN KERJA, STRES KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN KENUMEN.. telah

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di RSUD Kota Bitung.. Jenis penelitian ini

Metode pengambilan sampel dari laut dalam dengan alat berupa jaring/pengeruk besar yang dioperasikan dari atas kapal oleh tali penghubung yang sangat panjang (diperlukan tali