PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR
PENGETAHUAN IPS TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IV
DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERTANYAAN GURU
DI SD GUGUS MAYOR METRA DENPASAR UTARA
Ni Kadek Lisna Dewi
1, I Wayan Sujana
2, Ni Wayan Suniasih
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: lisna_pgsd@yahoo.com
1, wayan _sujana59@yahoo.com
2,
wyn _suniasih@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera siswa kelas IV tema Cita-citaku di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan rancangan The Static Group
Prestest-Postest Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD
Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 345 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 orang yang ditentukan menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes. Tes yang digunakan yaitu adalah tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan jawaban. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis uji-t. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung = 1,30 < ttabel = 2,000 pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 66 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera. Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar pengetahuan IPS tema Cita-citaku siswa kelas IV ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: pendekatan saintifik, pertanyaan jawaban tertunda, pertanyaan jawaban
segera, hasil belajar pengetahuan IPS.
Abstract
This study aimed to know the significant different of students’ social science achievement between the student’s group which was taught by using scientific approach with postponed answer question and the class which was taught by using scientific approach with immediately answer question at fourth grade students on theme “Cita-citaku” at SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara academic year 2014/2015. This study was the pre experimental study with The Static Group Prestest-Postest Design. The population of this study are the fourth grade students at SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara academic year 2014/2015 which were 345 students. The samples were 68 students which were chosen by using random sampling technique and the data collection process was done by using test. The test which was used was objective test type usual multiple choice with four options. Then, the data which had been collected were analyzed using
t-test analysis. Based on the result of the data analysis found that thitung = 1,30 < ttabel = 2,000 on significance level 5% and degrees of freedom = 66, so that H0 accepted and Ha refused. It means that there was no significant different between the student’s group which was taught by using scientific approach with postponed answer question and the student’s group which was taught by using scientific approach with immediately answer question. So, it could be concluded that there was no effect of scientific approach to the fourth grade students’ social science achievement on theme “Cita-citaku” seen from the teacher’s questions characteristic at SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara academic year 2014/2015.
Keywords : scientific approach, postponed answer question, immediately answer
question, students’ social science achievement.
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan seseorang dalam proses belajarnya. Dalam pembelajaran tidak hanya terdapat interaksi guru dan siswa, namun juga meliputi sumber belajar dan kegiatan belajar siswa. Pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya suatu pedoman serta rencana kegiatan yang akan dilakukan.
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah
acuan yang digunakan dalam
pelaksananan pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniasih (2014:6) yang menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu perangkat yang dijadikan acuan dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan siswa yang akan dapat diusahakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan secara umum.
Kurikulum akan secara terus menerus mengalami perubahan agar kurikulum mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan siswa yang mampu bersaing di masa depan
dengan segala kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum 2013 merupakan
rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Pengembangan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 sesungguhnya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah (Kurniasih, 2014:7). Pembelajaran kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan saintifik (scientific). Pada kurikulum 2013, siswa tidak lagi menjadi objek dari pendidikan, tetapi justru menjadi subjek dengan ikut mengembangkan tema dan materi yang ada.
Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa adanya perubahan kurikulum mengharapkan sistem pembelajaran di sekolah yang selama ini dinilai kurang efektif untuk membuat siswa menjadi aktif dan kreatif, akan dapat menjadikan siswa memiliki pengetahuan, sikap, serta keterampilan yang siswa bangun sendiri melalui proses belajarnya. Siswa diharapkan mampu secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses yang disebutkan dalam kurikulum 2013 yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.
Meskipun kurikulum telah
berkembang, pada kenyataannya di lapangan masih banyak guru yang belum dapat mengembangkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran seperti yang dituntut dalam kurikulum. Siswa masih kurang dilibatkan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi kurang berkesan bagi siswa yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa itu
sendiri. Guru jarang membuat
pembelajaran itu bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hal tersebut kurang membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Perkembangan kurikulum tidak serta merta membuat siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar. Hal ini
bergantung pada teknik guru dalam mengajar. Bagaimanapun kurikulum diubah dan dikembangkan, namun jika guru dalam proses pembelajaran masih tetap dengan cara mengajarnya yang lama dan monoton, serta masih
mendominasi pembelajaran maka
pengetahuan siswa tidak akan mampu berkembang secara optimal. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Setiap pembelajaran menghendaki siswanya untuk aktif dalam mendapatkan pengetahuannya sendiri. Salah satu muatan materi pelajaran yang juga sangat mengharapkan agar siswa aktif, kreatif, serta mampu untuk berpikir secara kritis mengenai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya adalah muatan materi pelajaran IPS.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan antropologi. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (Susanto, 2014:6). Hal ini sejalan dengan pendapat Gunawan (2013:3) yang menyatakan, bahwa untuk membekali pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mengambil
keputusan, dibutuhkan program
pendidikan IPS. Melalui pendididkan IPS di sekolah, diharapkan dapat membekali pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya serta mampu memecahkan masalah sosial dengan baik, yang pada akhirnya siswa yang belajar IPS dapat terbina menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
Namun pada kenyataannya, materi IPS dianggap sebagai hal yang tidak menarik dan membosankan. Pelajaran IPS dianggap tidak bisa mengaplikasikan pengetahuan untuk mengetahui secara lebih jauh apa yang dipelajari, sehingga pelajaran IPS juga dianggap hanya
sekedar kepentingan sesaat, tanpa ada manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena terbatasnya aktivitas belajar siswa dan sangat mendominasinya peran guru dalam
proses pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan lemahnya proses dan pengalaman belajar serta rendahnya hasil belajar siswa.
Sebagai pendidik, guru seharusnya mampu membuat siswa untuk lebih aktif di dalam pembelajaran dan menjadikannya sebagai subjek pembelajaran dengan memfasilitasi siswa dengan berbagai sumber belajar. Guru harus membiarkan siswa sendiri yang mendapatkan pengetahuannya dengan peran guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam kurikulum 2013 ini diarahkan menggunakan pendekatan saintifik di dalam pembelajaran agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui berbagai proses ilmiah. Menurut Daryanto (2014:51) pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran masih belum cukup untuk merancang pembelajaran yang berkesan dan bermakna, pengajuan pertanyaan dari guru juga sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan pertanyaan akan dapat memancing atau memotivasi siswa untuk berpikir mengenai permasalahan yang diajukan oleh guru. Hal ini juga disampaikan oleh Sardiman (2012:214) yang menyatakan bahwa pertanyaan dalam interaksi belajar mengajar adalah penting karena dapat menjadi perangsang yang mendorong siswa untuk giat berpikir dan belajar dan membangkitkan pengertian baru. Guru
dapat menyelidiki penguasaan siswa, mendorong pengetahuan dalam situasi lain, mengarahkan dan menarik perhatian siswa, mengubah pendirian, kepercayaan, atau prasangka yang keliru.
Berbagai jenis pertanyaan dapat
digunakan dalam pembelajaran,
diantaranya yaitu pertanyaan jawaban tertunda dan pertanyaan jawaban segera. Pertanyaan jawaban tertunda merupakan pertanyaan yang memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan guru. Pertanyaan jawaban tertunda mengacu pada pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut pemikiran keras sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk berpikir dan menjawab. Pertanyaan jawaban
segera yaitu pertanyaan yang
menghendaki jawaban dengan segera setelah pertanyaan disampaikan oleh guru. Pertanyaan jawaban segera mengacu pada pertanyaan yang bersifat hafalan atau ingatan sehingga tidak memerlukan waktu banyak untuk berpikir. Dengan bantuan pertanyaan dari guru, kemampuan berpikir siswa dapat lebih dikembangkan sehingga dapat berdampak pada keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu, apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera siswa kelas IV tema Cita-Citaku di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2014/2015?
Proses pembelajaran dalam
kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan saintifik yang mengarahkan siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Lampiran IV menjelaskan bahwa kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Untuk itu
pembelajaran berkenaan dengan
kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada pendekatan ilmiah dimana pengetahuan dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui berbagai proses pembelajaran yang didalamnya meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
Sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran, saintifik memiliki beberapa karakteristik. Kurniasih (2014:33) mengemukakan pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik yaitu (a) berpusat pada siswa; (b) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip; (c) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan (d) dapat mengembangkan karakter siswa.
Pendekatan saintifik memiliki kegiatan pokok dalam pembelajaran yang menggambarkan keseluruhan alur yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian pembelajaran. Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu (1)
mengamati; (2) menanya; (3)
mengumpulkan informasi; (4)
mengasosiasi; (5) mengkomunikasikan. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Dalam kegiatan mengumpulkan informasi, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Informasi yang dikumpulkan menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya. Kegiatan berikutnya
adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Proses pembelajaran akan lebih efektif dan bermakna apabila disertai dengan pengajuan pertanyaan. Sardiman
(2012:214) menjelaskan bahwa
pertanyaan dalam interaksi belajar mengajar adalah penting karena dapat menjadi perangsang yang mendorong siswa untuk giat berpikir dan belajar, serta membangkitkan pengertian baru. Guru dapat menyelidiki penguasaan siswa, mendorong pengetahuan dalam situasi lain, mengarahkan dan menarik perhatian siswa, mengubah pendirian, kepercayaan, atau prasangka yang keliru. Pertanyaan merupakan suatu pernyataan yang membutuhkan suatu respon atau jawaban. Pertanyaan dapat membantu guru dalam membangkitkan keaktifan dan motivasi siswa di dalam pembelajaran, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Dalam pembelajaran di kelas, guru dapat menggunakan berbagai jenis pertanyaan. Pertanyaan yang dapat digunakan guru diantaranya adalah pertanyaan jawaban tertunda dan pertanyaan jawaban segera. Pertanyaan jawaban tertunda adalah sebuah pertanyaan yang diajukan guru dengan memberikan waktu kepada siswa untuk
berpikir sebelum menyampaikan
jawabannya. Sementara pertanyaan jawaban segera adalah pertanyaan yang diajukan oleh guru yang menghendaki siswa untuk segera menjawab pertanyaan tersebut.
Pemberian waktu berpikir kepada siswa tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Anitah (2008:712) yang menyatakan bahwa jika guru hanya mengajukan pertanyaan yang bersifat ingatan, maka proses mental yang terjadi dalam diri siswa rendah karena siswa tidak perlu berpikir. Namun jika guru mengajukan pertanyaan tingkat tinggi siswa akan berpikir keras sehingga menuntut terjadinya proses mental tingkat tinggi.
Dengan demikian, pertanyaan jawaban segera yang mengacu pada pertanyaan tingkat rendah tidak memerlukan waktu untuk berpikir karena pada dasarnya siswa tidak perlu berpikir keras untuk menjawabnya. Sedangkan pertanyaan jawaban tertunda yang mengacu pada pertanyaan tingkat tinggi memerlukan waktu lebih banyak untuk
berpikir dan menjawab karena
memerlukan pemikiran yang sistematis dalam menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera siswa kelas IV tema Cita-Citaku di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2014/2015.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pra eksperimen dengan desain Prates-Pascates Kelompok Statis (The Static
Group Prestest-Postest Design).
Penelitian pra eksperimen digunakan karena dalam penelitian ini memberikan perlakuan kepada kedua kelompok. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pembelajaran yang manakah yang berpengaruh terhadap hasil belajar pengetahuan IPS. Penelitian dengan desain ini menggunakan pretest dan
posttest. Pretest atau prates digunakan
dalam penelitian hanya untuk
menyetarakan kelompok.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 345 orang yang terdiri dari SD N 29 Pemecutan, SD
N 18 Pemecutan, SDP N Tulangampiang, dan SD N 21 Pemecutan. Sampel penelitian ditentukan menggunakan teknik
random sampling. Menurut Zuriah
(2009:123) random sampling adalah pengambilan sampling secara random atau acak. Cara pengambilan sampel dengan teknik random sampling ini, dilakukan dengan mengundi masing-masing kelas setiap sekolah. Dari hasil
random tersebut, diperoleh dua kelas yaitu
kelas IVA SD N 18 Pemecutan sebagai kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dan kelas IVB SD N 29 Pemecutan sebagai kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera. Kedua kelas tersebut disetarakan menggunakan teknik
matching.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa hasil belajar pengetahuan IPS dilakukan dengan menggunakan metode tes. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data berupa hasil belajar pengetahuan IPS adalah soal-soal tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan jawaban. Tes objektif bentuk pilihan ganda biasa adalah bentuk tes yang memiliki beberapa pilihan jawaban dan hanya ada satu jawaban yang paling benar. Sebelum tes tersebut digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan validasi untuk mengetahui layak tidaknya sebagai alat ukur. Validasi instrumen meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, serta uji tingkat kesukaran.
Sebelum menggunakan suatu tes, hendaknya tes tersebut diukur terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Darmadi (2011:87), “validitas adalah tingkat dimana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur”.
Uji reliabilitas merupakan pengujian terhadap instrumen yang digunakan dalam penelitian. Reliabilitas menurut Arifin (2011:258) adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan
pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Tes yang baik yaitu salah satunya memiliki daya beda atau daya pembeda. Menurut Uno (2012:157), analisis daya pembeda suatu tes dimaksudkan untuk mengkaji kemampuan suatu tes dalam membedakan antara siswa yang memiliki prestasi tinggi dan yang memiliki prestasi rendah.
Uji tingkat kesukaran sangat penting dilakukan dalam pengujian sebuah tes. Uno (2012:156) mengemukakan, analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengkaji soal yang mudah, sedang, dan sukar sehingga dapat menyeimbangkan proporsi soal yang mudah, sedang, dan sukar dalam tes.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Menurut Zuriah (2009:201) uji normalitas dimaksudkan untuk menguji normal tidaknya sampel. Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansnya (Usman, 2008:133). Jika dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas diketahui bahwa data hasil belajar pengetahuan IPS berdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis.
Menurut Usman (2008:119), untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian hipotesis atau pengetesan hipotesis (testing hypothesis). Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, diberi notasi H0, yaitu pernyataan yang
menunjukkan kesamaan atau tidak berbeda. Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis dari penelitian ini maka digunakan uji-t dengan rumus separated
varian sebagai berikut.
(Sugiyono, 2012:273) Keterangan:
= nilai rata-rata
= jumlah anggota sampel dan = varians sampel
Kriteria pengujian H0, jika |thitung| <
ttabel maka H0 diterima (gagal ditolak),
sebaliknya jika |thitung| > ttabel maka H0
ditolak. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS siswa untuk kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda yaitu = 80,53 dengan varian S2 = 147,84 dan standar devasi S = 12,16. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS siswa untuk kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera yaitu = 76,82 dengan varian S2 = 129,42 dan standar deviasi S = 11,38. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda memiliki nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera, yaitu = 80,53 > = 76,82.
Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda diperoleh nilai X2hitung = 1,74. Sementara nilai X2tabel
pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = k 1 = 6 1 = 5 diperoleh nilai X2tabel = 11,07. Jadi X2hitung
= 1,74 < X2tabel = 11,07 sehingga H0
diterima (gagal ditolak). Ini berarti bahwa sebaran data kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda berdistribusi normal. Sedangkan
hasil uji normalitas kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera diperoleh X2hitung = 3,40. Sementara nilai
X2tabel pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05)
dan derajat kebebasan (dk) = k 1 = 6 1 = 5 diperoleh X2tabel = 11,07. Jadi X2hitung
= 3,40 < X2tabel = 11,07 sehingga H0
diterima (gagal ditolak). Ini berarti bahwa sebaran data kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera dihitung dengan rumus uji F yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Dari hasil perhitungan, diperoleh Fhitung = 1,14
dan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5%
dengan dk pembilang (34 1 = 33) dan dk penyebut (34 1 = 33) diperoleh 1,82. Ini berarti bahwa Fhitung = 1,14 < Ftabel = 1,82
sehingga data hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera memiliki varians yang homogen.
Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians dapat diketahui bahwa data dari kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian, uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan.
Dari hasil perhitungan uji-t tersebut, diperoleh thitung = 1,30. Untuk mengetahui
signifikansi hasil perhitungan uji-t tersebut, maka perlu dibandingkan dengan nilai ttabel
dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 -
2 = 34 + 34 - 2 = 66 dan taraf signifikansi adalah 5% sehingga diperoleh ttabel =
2,000. Dengan demikian nilai thitung = 1,30
< ttabel = 2,000 sehingga H0 diterima dan
Ha ditolak. Ini berarti tidak terdapat
pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan
jawaban segera siswa kelas IV tema Cita-citaku di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015. Data hasil uji-t dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis
Sampel Varians n Mean dk thitung ttabel Simpulan
Kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda 147,84 34 80,53 66 1,30 2,000 H0 diterima Kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera 129,42 34 76,82
Hasil analisis data penelitian ini, diperoleh perbedaan yang tidak signifikan. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda = 80,53 dan nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera yaitu = 76,82. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera yaitu = 80,53 > = 76,82.
Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok memiliki hasil belahar pengetahuan IPS yang berbeda. Namun, perbedaan hasil belajar pengetahuan IPS yang terjadi antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban tertunda dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis yang membandingkan nilai thitung
dengan ttabel yang menyatakan bahwa thitung
= 1,30 < ttabel = 2,000 yang berarti bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera.
Hal ini disebabkan karena perlakuan atau treatment yang diberikan kepada kedua kelompok hampir sama dan tidak jauh berbeda, hanya dibedakan dari jenis pertanyaan guru saja. Kedua kelompok sama-sama menggunakan pendekatan saintifik. Perbedaan perlakuan hanya dari jenis pertanyaan yang diberikan dimana satu kelompok menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dan satu kelompok lainnya menggunakan pertanyaan jawaban segera.
Pada kegiatan pembelajaran di kelas, dalam proses bertanya tidak memungkinkan untuk mengelompokkan pertanyaan. Pertanyaan jawaban tertunda dan pertanyaan jawaban segera tidak dapat dipisahkan dan dikelompokkan karena kedua jenis pertanyaan tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Perbedaan kedua jenis pertanyaan ini hanya terletak pada pemberian waktu berpikir. Pertanyaan jawaban tertunda membutuhkan waktu berpikir lebih banyak daripada pertanyaan jawaban segera, karena pertanyaan jawaban tertunda bersifat tingkat tinggi yang memerlukan pemikiran yang sistematis dan lebih menuntut siswa untuk berpendapat, sedangkan pertanyaan jawaban segera bersifat ingatan atau hafalan. Namun dalam penelitian, siswa cenderung menjawab pertanyaan yang diajukan dengan cepat baik di kelompok siswa yang mendapatkan pertanyaan jawaban tertunda maupun pada kelompok siswa yang mendapatkan pertanyaan jawaban segera. Hal ini dikarenakan antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifk menggunakan pertanyaan jawaban segera memiliki disiplin dan kebiasaan belajar yang hampir sama, sehingga sebagian besar siswa di kedua kelompok mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan benar serta tidak memerlukan waktu berpikir yang terlalu lama.
Selain itu, pada saat penelitian kedua kelompok juga terlihat aktif dan sebagian besar dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan pendekatan saintifik mengarahkan siswa untuk aktif di dalam pembelajaran. Kebiasaan belajar
siswa dan kebiasaan menjawab
pertanyaan yang didahului dengan mengacungkan tangan juga menjadi faktor tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Walaupun kelompok yang dibelajarkan menggunakan pertanyaan jawaban segera diberikan pertanyaan yang bersifat ingatan atau tingkat rendah, namun siswa tetap
mengacungkan tangan dan memberikan pendapatnya dengan kalimat mereka sendiri. Begitu pula pada kelompok yang diberikan pertanyaan jawaban tertunda yang bersifat tingkat tinggi dan menuntut pendapat, siswa cenderung menjawab pertanyaan dengan cepat dan tidak membutuhkan waktu lama untuk berpikir.
Pertanyaan guru merupakan
sebagian kecil dari desain pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga jika perlakuan yang diberikan hanya dibedakan dari jenis pertanyaan, maka hasil belajar siswa diantara kedua kelompok tidak akan berbeda jauh. Hasil belajar siswa telah terbentuk sendiri melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik karena pengetahuan dikonstruksi atau dibangun sendiri oleh siswa sehingga pertanyaan guru tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada kedua kelompok tidak jauh berbeda karena kedua kelompok menggunakan pendekatan saintifik.
Berdasarkan faktor tersebut, perbedaan hasil belajar pengetahuan IPS siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada siswa kelas IV tema Cita-citaku di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015 dinyatakan tidak signifikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar pengetahuan IPS tema Cita-citaku siswa kelas IV ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan analisis data menggunakan uji-t yang menyatakan bahwa thitung = 1,30 < ttabel = 2,000 pada
taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 = 66 yang
signifikan hasil belajar pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera siswa kelas IV tema Cita-citaku di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2014/2015. Adapun perolehan nilai rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda yaitu = 80,53 dan nilai rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera yaitu = 76,82 sehingga nilai ratarata pada kedua kelompok termasuk dalam kategori baik.
Adapun saran yang dapat
disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil penelitian kepada berbagai pihak sebagai berikut.
Dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran saintifik disertai penggunaan berbagai jenis pertanyaan dari guru, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan membuat siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Siswa juga harus lebih aktif untuk menyampaikan pendapatnya sendiri berkaitan dengan pertanyaan dan materi yang dibelajarkan.
Guru diharapkan dapat
menggunakan berbagai jenis pertanyaan
dalam pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Selain itu guru harus
lebih memperhatikan kegiatan
pembelajaran di kelas.
Dengan hasil penelitian ini, kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dengan
menciptakan kondisi yang mampu
mendorong guru untuk mencoba
menerapkan strategi, metode, desain, serta media pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk melaksanakan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di
SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi
Pembelajaran, Prinsip, Teknik,
Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Daryanto. 2014. Pendekatan
Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media
Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS,
Filosofi, Konsep, dan Aplikasi.
Bandung: Alfabeta
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Lampiran IV Pedoman
Umum Pembelajaran. Jakarta:
Kemendikbud
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.
Implementasi Kurikulum 2013,
Konsep dan Penerapan. Surabaya:
Kata Pena
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia Group
Uno, Hamzah B. dan Satria Koni. 2012.
Assesment Pembelajaran.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara
Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian
Sosial dan Pendidikan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara