PENERBIT:
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
ALAMAT PENERBIT/REDAKSI:
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. +62-271-663375; +62-271-646994 Psw. 387, Fax.: +62-271-646655.
E-mail: [email protected]. Online: www.biology.uns.ac.id.
TERBIT PERTAMA TAHUN:
2000
ISSN:
1412-033X
TERAKREDITASI BERDASARKAN KEPUTUSAN
DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS RI No. 52/DIKTI/Kep/2002
PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNGJAWAB:
S u t a r n o
SEKRETARIS REDAKSI:
Ahmad Dwi Setyawan
Purin Candra Purnama
PENYUNTING PELAKSANA:
Marsusi, Solichatun (Botani), Edwi Mahajoeno, Agung Budiharjo (Zoologi),
Wiryanto, Kusumo Winarno (Biologi Lingkungan)
PENYUNTING AHLI:
Prof. Ir. Djoko Marsono, Ph.D.
(UGM Yogyakarta)
Prof. Dr. Hadi S. Alikodra, M.Sc.
(IPB Bogor)
Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si.
(UNS Surakarta)
Prof. J.M. Cummins, M.Sc., Ph.D.
(Murdoch University Australia)
Prof. Dr. Jusup Subagja, M.Sc.
(UGM Yogyakarta)
Prof. Dr. R.E. Soeriaatmadja, M.Sc.
(ITB Bandung)
Dr. Setijati Sastrapradja
(Yayasan KEHATI Jakarta)
Dr. Dedi Darnaedi
(Kebun Raya Bogor)
Dr. Elizabeth A. Wijaya
(Herbarium Bogoriense Bogor)
Dr. Yayuk R. Suhardjono
(Museum Zoologi Bogor)
BIODIVERSITAS, Journal of Biological Diversity mempublikasikan tulisan ilmiah, baik hasil penelitian asli maupun telaah pustaka (review) dalam lingkup keanekaragaman hayati (biodiversitas) pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem. Setiap
naskah yang dikirimkan akan ditelaah oleh redaktur pelaksana, redaktur ahli, dan redaktur tamu yang diundang secara khusus sesuai bidangnya. Dalam rangka menyongsong pasar bebas, penulis sangat dianjurkan menuliskan karyanya dalam Bahasa Inggris, meskipun tulisan dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap sangat dihargai. Hingga nomor
ini, jurnal dikirimkan kepada institusi-institusi yang meminta tanpa biaya pengganti, sebagai bentuk pertukaran pustaka demi mendorong penelitian, perlindungan dan pemanfaatan lestari keanekaragaman hayati. Jurnal ini terbit dua kali
setahun, setiap bulan Januari dan Juli.
Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta juga menerbitkan BioSMART, Journal of Biological Science untuk mempublikasikan tulisan ilmiah, baik hasil penelitian asli maupun telaah pustaka (review) dalam lingkup biologi murni dan
PEDOMAN UNTUK PENULIS
Format penulisan pada nomor ini merupakan acuan utama bagipara penulis, adapun pedoman ini hanya merupakan ringkasannya. Setiap naskah harus disertai surat pengantar yang menyatakan bahwa tulisan merupakan hasil karya penulis atau para penulis dan belum pernah dipublikasikan. Penulis diminta mengirimkan dua kopi naskah dan satu disket ukuran 3 ½”, kecuali naskah yang dikirim melalui e-mail. Pada koreksi terakhir kembali diminta satu disket untuk pencetakan.
Tulisan diketik pada satu sisi kertas putih, ukuran A4 (210x297 mm2), dalam satu kolom, menggunakan spasi ganda, jenis huruf
Times New Roman, ukuran 12 point, dengan jarak tepi 2 cm di semua
sisi. Program pengolah kata atau jenis huruf tambahan dapat digunakan, namun harus PC compatible dan berbasis Microsoft Word. Nama ilmiah (genus, spesies, author), dan kultivar atau strain disebutkan secara lengkap pada penyebutan pertama kali. Nama genus dapat disingkat setelahnya penyebutan yang pertama, kecuali menimbulkan kerancuan. Nama author dapat dihilangkan setelah penyebutan pertama. Misalnya pertama kali ditulis Rhizopus oryzae L. UICC 524, selanjutnya ditulis R. oryzae UICC 524. Nama daerah dapat dicantumkan apabila tidak menimbulkan makna ganda. Penyebutan nama ilmiah secara lengkap dapat diulang pada bagian Bahan dan Metode. Tatanama kimia dan biokimia mengikuti aturan IUPAC-IUB. Simbol-simbol kimia standar dan penyingkatan untuk nama kimia dapat dilakukan apabila jelas dan umum digunakan, misalnya pertama kali ditulis lengkap butilat hidroksitoluen (BHT) selanjutnya ditulis BHT. Ukuran metrik menggunakan satuan SI, penggunaan satuan lain harus diikuti nilai ekuivalen dengan satuan SI pada penyebutan pertama. Penyingkatan satuan, seperti g, mg, ml, dan sebagainya tidak diikuti titik. Indek minus (m-2, l-1, h-1) disarankan untuk digunakan, kecuali dalam hal-hal seperti “per-tanaman” atau “per-plot”. Persamaan matematika tidak selalu dapat dituliskan dalam satu kolom dengan teks, untuk itu dapat ditulis secara terpisah. Angka satu hingga sepuluh dinyatakan dengan kata-kata, kecuali apabila berhubungan dengan pengukuran, sedangkan nilai di atasnya dituliskan dalam angka, kecuali di awal kalimat. Pecahan sebaiknya dinyatakan dalam desimal. Dalam teks digunakan “%” bukannya “persen”. Pengungkapan ide dengan kalimat yang rumit dan bertele-tele perlu dihindari, sebaiknya digunakan kalimat yang efektif dan efisien. Naskah hasil penelitian diharapkan tidak lebih dari 25 halaman (termasuk gambar dan tabel), naskah telaah pustaka menyesuaikan, masing-masing halaman berisi 700-800 kata, atau sebanding dengan naskah dalam nomor penerbitan ini.
Judul ditulis secara padat, jelas, dan informatif, maksimum 20 kata. Judul ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris untuk naskah dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris saja untuk naskah dalam bahasa Inggris. Naskah yang terlalu panjang dapat dibuat berseri, tetapi naskah demikian jarang diterbitkan jurnal ini. Judul pelari (running title) sekitar 5 kata. Nama penulis atau para penulis pada naskah kelompok ditulis secara lengkap dan tidak disingkat. Nama dan alamat institusi ditulis lengkap dengan nama dan nomor jalan (lokasi), kode pos, nomor telepon, nomor faksimili, alamat e-mail dan website. Pada naskah kelompok perlu ditunjukkan penulis untuk korespondensi beserta alamat dengan urutan seperti di atas. Abstract sebaiknya tidak lebih dari 200 kata, ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris untuk naskah dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris saja untuk naskah dalam bahasa Inggris. Kata kunci (Keywords) sekitar 5 kata, meliputi nama ilmiah dan daerah (apabila ada), topik penelitian dan metode-metode khusus yang digunakan. Pendahuluan (Introduction) sekitar 400-600 kata, meliputi latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian. Bahan dan Metode (Materials and Methods) sebaiknya ditekankan pada cara kerja dan cara analisis data. Hasil dan Pembahasan (Results and Discussion) ditulis sebagai satu rangkaian, pada tulisan yang cukup panjang sebaiknya dibuat beberapa sub judul. Pembahasan merupakan jawaban pertanyaan mengapa dan bagaimana hasil penelitian dapat terjadi, bukan sekedar mengungkapkan kembali hasil penelitian dalam bentuk kalimat. Pembahasan yang lengkap dan menyeluruh lebih disukai dari pada pembahasan yang tidak tuntas. Naskah telaah pustaka tanpa sub judul Bahan dan Metode, serta Hasil dan Pembahasan. Kesimpulan (Conclusion) sebaiknya tetap diberikan, meskipun biasanya sudah terungkap pada Hasil dan Pembahasan. Ucapan terima kasih (Acknowledgments) apabila diperlukan ditulis secara singkat. Gambar dan Tabel maksimum 3 halaman, dapat dibuat dengan tinta cina atau printer laser. Judul gambar ditulis di bawah gambar, sedangkan judul table ditulis di atas tabel. Foto dicetak pada kertas glossy dan diberi keterangan. Gambar berwarna dapat diterima apabila informasi ilmiah dalam naskah dapat hilang tanpa gambar tersebut. Setiap gambar dan foto sebaiknya menyertakan file digital. Penulis dianjurkan menyertakan foto atau gambar untuk sampul depan, meskipun tidak dimuat dalam naskah
sendiri.Tidak ada lampiran, semua data atau analisis data dimasukkan dalam Hasil dan Pembahasan.
Pustaka dalam naskah ditulis dalam bentuk nama belakang penulis dan tahun. Pada kalimat yang diacu dari beberapa penulis, maka nama penulis diurutkan berdasarkan kebaharuan pustaka. Naskah yang ditulis oleh dua penulis, maka nama keduanya disebutkan, sedang naskah yang ditulis oleh tiga penulis atau lebih, maka hanya nama penulis pertama ditulis diikuti et al. atau dkk., misalnya: Sprent dan Sprent (1990) atau (Suranto et al., 1998; Baker and Manwell, 1991; Smith 1982a, b). Pada sitasi bertingkat digunakan kata cit atau dalam, misalnya (Gyorgy, 1991 cit Coward, 1999) atau Gyorgy (1991, dalam Coward, 1999).
Daftar Pustaka diketik dengan spasi ganda. Sitasi mengikuti CBE-ELSE-Vancouver style dengan modifikasi sebagai berikut: Jurnal:
Suranto, S., K.H. Gough, D.D. Shukla, and C.K. Pallaghy. 1998. Coat protein sequence of Krish-infecting strain of Johnson-grass mosaic potyvirus. Archives of Virology 143: 1015-1020.
Buku:
Sprent, J.l., and P. Sprent. 1990. Nitrogen Fixing Organisms: Pure
and Applied Aspects. London: Chapman and Hall.
Bab dalam buku:
Baker, C.M.A. and C. Manwell. 1991. Population genetics, molecular markers and gene conservation of bovine breeds. In: Hickman, C.G. (ed.). Cattle Genetic Resources. Amsterdam: Elsevier Science Publishers B.V.
Abstrak:
Liu, Q., S. Salih, J. Ingersoll, R. Meng, L. Owens, and F. Hammerschlag. 2000. Response of transgenic ‘Royal Gala’ apple (Malus x domestica Borkh.) shoots, containing the modified cecropin MB39 gene to Erwinia amylovora [084]. Abstracts of
97th Annual International Conference of the American Society for Horticultural Science. Lake Buena Vista, Florida, 23-26 July 2000.
Prosiding:
Alikodra, H.S. 2000. Keanekaragaman hayati bagi pembangunan dae-rah otonom. Dalam: Setyawan, A.D. dan Sutarno (ed.). Menuju
Taman Nasional Gunung Lawu, Prosiding Semiloka Nasional Konservasi Biodiversitas untuk Perlindungan dan Penyelamatan Plasma Nutfah di Pulau Jawa. Surakarta, 17-20 Juli 2000.
Skripsi, Tesis, Disertasi:
Purwoko, T. 2001. Biotransformasi Isoflavon oleh Rhizopus oryzae
UICC 524 dan Aktivitas Antioksidan Isoflavon Aglikon dari Tempe terhadap Oksidasi Minyak Kedelai. [Tesis]. Jakarta: Universitas
Indonesia. Informasi dari Internet:
Rosauer, D. 1998. Forest Disturbance and Succession. http:// www.anu.edu.au/ Forestry/silvinative/ daniel/chapter1/1.1.html Naskah publikasi “in press” dapat disitasi dan dicantumkan dalam daftar pustaka. “Komunikasi pribadi” dapat disitasi, tetapi tidak dapat dicantumkan dalam daftar pustaka. Penelitian yang tidak dipublikasi-kan atau sedang dalam tahap pengajuan publikasi tidak dapat disitasi. Beberapa catatan tambahan. Naskah diketik tanpa tanda hubung (-), kecuali kata ulang. Penggunaan huruf “l” (el) untuk “1” (satu) atau “O” (oh) untuk “0” (nol) perlu dihindari. Simbol α, β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, bukan mengubah jenis huruf. Kata-kata dan tanda baca sesudahnya tidak diberi spasi.
Kemajuan Naskah. Pemberitahuan naskah dapat diterima atau ditolak akan diberitahukan sekitar satu bulan setelah pengiriman. Naskah dapat ditolak apabila materi yang dikemukakan tidak sesuai dengan misi jurnal, kualitas materi rendah, format tidak sesuai, gaya bahasa terlalu rumit, terjadi ketidakjujuran keaslian penelitian, dan korespondensi tidak ditanggapi. Penulis atau penulis pertama pada naskah kelompok akan mendapatkan satu eksemplar jurnal yang memuat tulisannya selambat-lambatnya sebulan setelah naskah diterbitkan. Penulis akan kembali mendapatkan satu eksemplar jurnal nomor penerbitan berikutnya.
PENTING: Penulis atau para penulis dalam naskah kelompok setuju memindahkan hak cipta (copyright) naskah yang diterbitkan
BIODIVERSITAS, Journal of Biological Diversity kepada Jurusan
Biologi FMIPA UNS Surakarta. Penulis tidak lagi diperkenankan menerbitkan naskah secara utuh tanpa ijin penerbit. Penulis atau pihak lain diperkenankan memperbanyak naskah dalam jurnal ini selama tidak untuk tujuan komersial. Untuk penemuan baru, penulis disarankan mengurus hak patennya sebelum mempublikasikan dalam jurnal ini.
B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X
Volume 5, Nomor 1 Januari 2004
Halaman: 1-6
Kloning Gen Penisilin V Asilase dari Bacillus sp BAC4
Melalui
Pembuatan Pustaka Genom
Gene Cloning of Penicillin V Acylase from Bacillus sp BAC4 by Genomic Library
ELFI SUSANTI VH
♥, SRI RETNO DWI ARIANI
Program Studi Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126 Diterima: 12 Agustus 2002. Disetujui: 3 Nopember 2003
ABSTRACT
This research was aimed to clone and identify penicillin V acylase (PVA) gene of Bacillus sp. BAC4 by genomic library. Chromosome DNA of Bacillus sp. BAC4 was isolated by Wang method. pHB201 of E. coli was isolated by alkali lyses method. Recombinant DNA of Bacillus sp. BAC4 chromosome fragment and pHB201 was made by ligase process using T4 DNA ligase. Transformation of E. coli using this recombinant plasmid was carried out according to Mandel-Higa method. The results indicated that chromosome DNA fragment of Bacillus sp. BAC4 was bigger 23 kb with purity 1,3. Plasmid DNA fragment of E coli was 6,5 kb. Transformants laboring pHB201 recombinant plasmid was screen as blue-white colonies in a medium containing IPTG/X-gal and chloramphenicol.
© 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Key words: genomic library, penicillin acylase, transformation, plasmid, chromosome.
PENDAHULUAN
Antibiotik merupakan senyawa kimia yang
diguna-kan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuh-an mikroorgpertumbuh-anisme penyebab infeksi. Kelompok pertumbuh-
anti-biotik β-laktam sangat penting dalam terapi
pengobat-an. Salah satu antibiotik kelompok ini adalah penisilin,
yang ditemukan Alexander Fleming pada tahun 1929
(Crueger dan Crueger, 1982). Antibiotik ini spesifik
menghambat sintesis dinding sel bakteri dan telah
banyak digunakan untuk terapi pengobatan penyakit
infeksi.
Antibiotik penisilin pada awalnya digunakan untuk
mengobati penyakit infeksi yang banyak terjadi pada
saat perang dunia kedua. Namun beberapa tahun
kemudian, pengobatan penyakit infeksi dengan
anti-biotik ini tidak efisien lagi, karena banyak
mikroorga-nisme telah menjadi resisten. Oleh karena itu, dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, dikembangkan
antibiotik-antibiotik baru melalui modifikasi struktur
penisilin agar efektifitas antibiotik ini dapat diperoleh
kembali (Wilson, 1982)
Berbagai turunan penisilin telah dibuat dan
digunakan. Dalam proses pembuatan turunan
antibiotik, banyak dilibatkan gen pengkode
enzim-enzim tertentu, contohnya gen penisilin V asilase
(PVA) yang banyak ditemukan pada bakteri dan
jamur. Enzim ini merupakan kunci dalam pembuatan
antibiotik
β-laktam semisintetik karena dapat
meng-hidrolisis penisilin V untuk menghasilkan senyawa
antara yaitu asam 6-amino penisilanat (6-APA), suatu
senyawa antara untuk memproduksi penisilin
semi-sintetik, diantaranya metilsilin, kloksasilin, ampisilin
dan karbenisilin (Hammond, 1978). Senyawa 6-APA
yang diperoleh melalui proses hidrolisis enzimatis ini,
ikatan amida pada rantai sampingnya terputus.
Peningkatan produksi enzim PVA
banyak
dilakukan melalui pendekatan genetik, yaitu dengan
memindahkan gen pengkode PVA ke dalam suatu sel
inang yang dapat mengekspresikan gen tersebut
dengan aktivitas tinggi (Priest, 1984). Kloning gen
PVA telah banyak dilakukan. Kloning gen yang
mengkode PVA dari Bacillus sphaericus dan
ekspresinya dalam Escherichia coli dan Bacillus
subtilis telah diteliti (Olson, et al., 1985). Strain lokal
Bacillus sp. BAC4 selain memproduksi penisilin G
asilase (PGA) juga menghasilkan PVA.
Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa
genetika merupakan suatu metode yang dilakukan
untuk memanipulasi DNA suatu makhluk hidup
tertentu guna memperoleh sifat-sifat tertentu dalam
organisme tersebut. Pada umumnya dalam teknologi
♥ Alamat korespondensi:Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126.
Tel.: +62-271-648939. Fax.: +62-271-648939 e-mail: [email protected]
B I O D I V E R S I T AS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. 1-6
2
DNA rekombinan, peneliti berusaha menambahkan
sifat-sifat unggul ke dalam suatu organisme, sehingga
diharapkan menjadi organisme yang menguntungkan
kehidupan manusia (Glick dan Pasternack, 1994).
Pustaka genom (genomic library) adalah
kumpulan klon rekombinan dalam bentuk plasmid,
phage atau kosmid yang membawa fragmen molekul
DNA tertentu secara independen, berukuran tertentu
dan merupakan kumpulan keseluruhan informasi
genetik suatu organisme (Winnaker et al., 1987).
Kebolehjadian suatu gen spesifik dalam kumpulan
klon rekombinan dipengaruhi oleh panjang fragmen
DNA dan tingkat kompleksitas genom. Semakin tinggi
tingkat suatu spesies, maka semakin kompleks
genomnya. Beberapa tahap penting yang dapat
menentukan keberhasilan pembuatan pustaka genom
adalah penyiapan fragmen DNA, penyiapan vektor,
reaksi ligasi, dan perbanyakan DNA dalam sel inang.
Pustaka genom dapat dibuat dengan memurnikan
DNA kromosom dan memotong DNA tersebut secara
parsial dengan enzim restriksi tertentu, baik melalui
variasi konsentrasi enzim maupun variasi waktu
inkubasi. Fragmen tersebut diharapkan mewakili
keseluruhan gen pada suatu organisme. Selanjutnya
fragmen DNA diinsersikan ke vektor yang sesua,i
sehingga dihasilkan vektor rekombinan. Hasil
pengemasan (packing) dapat ditransfeksi ke dalam
sel inang yang sesuai, sedangkan bila menggunakan
vektor plasmid, hanya dilakukan transformasi dengan
metode kejutan panas (heat shock) ke dalam sel
inang (Boulnois et al., 1987)
Spesies Bacillus sangat cocok untuk produksi
enzim, kecuali B. cerus dan B. anthracis. Mikroba
jenis Bacillus tidak menghasilkan toksin, mudah
ditumbuhkan, dan tidak memerlukan substrat yang
mahal. Kemampuan Bacillus untuk bertahan pada
temperatur tinggi, tidak adanya hasil samping
meta-bolisme, dan kemampuannya untuk menghasilkan
sejumlah besar protein ekstra seluler membuat
Bacillus merupakan organisme favorit untuk industri.
Saat ini Bacillus subtilis dipakai sebagai organisme
inang untuk studi DNA-rekombinan (Doi et al., 1992).
Dalam penelitian ini, gen PVA dari Bacillus sp.
BAC4 akan diklon ke dalam vektor plasmid
meng-gunakan pustaka genom. Pustaka genom dibuat
dengan memurnikan DNA kromosom Bacillus sp.
BAC4 dan memotong DNA tersebut secara parsial
dengan enzim restriksi tertentu melalui variasi
konsentrasi enzim. Fragmen tersebut diharapkan
mewakili seluruh gen yang terdapat pada suatu
organisme. Selanjutnya fragmen DNA diinsersikan ke
vektor yang sesuai sehingga menghasilkan vektor
rekombinan. Hasil pengemasan (packing) ditransfeksi
ke dalam sel inang yaitu E. coli. Ekspresi skrining
dilakukan untuk melihat aktivitas PVA klon
rekombinan. Pengukuran aktivitas enzim PVA
didasarkan pada jumlah 6-APA yang dibebaskan
pada reaksi hidrolisis enzimatik penisilin V.
Dari uraian di atas ingin diketahui apakah kloning
gen PVA dari Bacillus sp. BAC4 dapat dilakukan
dengan menggunakan pembuatan pustaka genom.
Jika telah didapatkan klon yang positif terhadap uji
aktivitas PVA, akan dilihat bagaimana ekspesi serta
aktivitas PVA dalam E. coli.
Penelitian ini bertujuan untuk mengklon dan
meng-identifikasi gen PVA dari Bacillus sp. BAC4. Studi
perbandingan gen PVA dan aktivitas enzim PVA dari
beberapa spesies akan memberikan pengertian yang
lebih mendalam mengenai hubungan antara struktur
dan fungsi enzim dari beberapa bakteri.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Mikroorganisme, yaitu Bacillus sp. BAC4 dan
E.coli JM109 diperoleh dari Laboratorium Rekayasa
Genetika, Pusat Penelitian Antar Universitas, Institut
Teknologi Bandung. Diperlukan pula enzim restriksi
HindIII, enzim T
4ligase, enzim RNAse, protenase-K,
dan DNA standar. Bahan untuk ekstraksi DNA, yaitu
gliserol, media LB (Luria Bertani medium) padat,
medium LB cair, bufer lisis terdiri dari 0,15 M NaCl,
0,1 M EDTA pH 8 dan 10 mg lizosim, SDS 10%,
NaClO
45 M, kloroform:isoamil alkohol (24:1), etanol
95%, etanol 70 %, bufer TEN terdiri dari 10 mM Tris
HCl pH 8, 1 mM EDTA pH 8, dan 100 mM NaCl,
RNAse, proteinasi K, fenol:kloroform:isoamilalkohol
(25:24:1 v/v/v), dan ddH
2O.
Cara kerja
Penentuan aktivitas enzim PVA. Uji
pendahulu-an dilakukpendahulu-an dengpendahulu-an mengukur aktivitas enzim PVA
dalam Bacillus sp. BAC4 menggunakan metode
Konferld (1978). Aktivitas PVA diukur berdasarkan
jumlah 6-APA yang dibebaskan. Satu unit aktivitas
didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 μmol 6-APA permenit pada
suhu 37
0C.
Isolasi DNA kromosom Bacillus sp. BAC4.
Isolasi DNA kromosom Bacillus sp. BAC4 dilakukan
dengan metode Wang (Doi dan McGloughlin, 1992).
Tingkat kemurnian DNA ditentukan dengan
spektro-fotometer sinar UV pada panjang gelombang 260 dan
280 nm. Karakterisasi DNA dilakukan menggunakan
elektroforesis gel agarosa dengan konsentrasi gel
0,8%. Konsentrasi larutan DNA kromosom hasil
isolasi dapat diperkirakan dengan membandingkan
intensitas warna pitanya dalam gel agarosa dengan
intensitas pita standar yang telah diketahui ukuran
dan konsentrasinya.
Isolasi DNA plasmid pHB201 dari E. coli. Isolasi
ini dilakukan dengan metode lisis alkali. Lisis sel
bakteri dilakukan secara kimia menggunakan
kombinasi larutan EDTA dan lisozim, suatu senyawa
yang merusak protein tanpa merusak molekul DNA
maupun RNA. Proses lisis sel ini dipercepat dengan
penambahan SDS, yang akan menghilangkan
mole-kul lipid sehingga membran sel dapat terbuka secara
perlahan. Pada metode ini, sebagian besar protein
SUSANTI VH dan ARIANI – Kloning gen PVA dari Bacillus
3
dan RNA tidak larut. Penambahan fenol:kloroform:
isoamilalkohol (25:24:1) diharapkan dapat
meng-ekstrak protein, sedangkan molekul RNA didegradasi
dengan menggunakan RNase.
Tingkat kemurnian DNA diukur menggunakan
spektrofotometer sinar UV pada panjang gelombang
260 dan 280 nm. Karakterisasi DNA plasmid
dilakukan dengan elektroforesis gel agarosa dengan
konsentrasi gel 0,8%. Konsentrasi larutan DNA
plasmid hasil isolasi dapat diperkirakan dengan
membandingkan intensitas warna pitanya dalam gel
agarosa dengan intensitas pita standar yang telah
diketahui ukuran dan konsentrasinya.
Pemotongan DNA kromosom dan DNA plasmid.
Pemotongan DNA plasmid, DNA asing, dan DNA
rekombinan dilakukan menggunakan enzim restriksi
tertentu dengan kondisi tertentu (Sambrook et al.,
1989). Enzim restriksi yang dipergunakan adalah
enzim HindIII untuk memotong DNA plasmid dan
DNA asing. Hasil pemotongan DNA dengan enzim
restriksi diamati dengan elektroforesis gel agarosa.
Ligasi DNA kromosom ke dalam DNA vektor
(pHB201). Ligasi fragmen DNA asing ke dalam vektor
plasmid PHB201 dilakukan menggunakan enzim T
4ligase. Hasil ligasi ini merupakan DNA plasmid
rekombinan yang siap untuk ditransformasikan ke
dalam E coli JM 109.
Transformasi ke E.coli JM109 dengan DNA
rekombinan. Terdapat dua tahap penting dalam
prosedur transformasi, yaitu penyiapan sel kompeten
dan pemasukkan DNA ke dalam sel inangnya.
Pembuatan sel kompeten E.coli JM 109 dilakukan
menurut metode Mendel dan Higa yang telah
dimodifikasi (Sambrook et al., 1989).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji aktivitas PVA dalam kultur Bacillus sp. BAC4
dilakukan untuk membuktikan bahwa bakteri tersebut
benar-benar menghasilkan enzim PVA secara
ekstra-seluler. Hasil uji menunjukkan bahwa Bacillus sp.
BAC4 menghasilkan enzim PVA, diperlihatkan
dengan adanya aktivitas PVA dari bakteri tersebut.
Aktivitas PVA tertinggi dicapai pada jam ke-12. Pada
grafik hubungan antara aktivitas PVA dengan waktu
(Gambar 1), terlihat adanya pola naik dan turun. Hal
ini diduga karena enzim PVA yang dihasilkan bersifat
ektraseluler, sehingga kestabilannya tidak
dikendali-kan lagi oleh sel, melaindikendali-kan oleh lingkungannya.
Isolasi DNA kromosom Bacillus sp. BAC4
dilaku-kan dengan metode Wang (Doi dan McGloughlin,
1992). Metode ini dilakukan dalam beberapa tahap
meliputi pembiakan bakteri, pemecahan dinding sel,
dan pemurnian DNA kromosom. Pembiakan bakteri
dilakukan pada suhu 37
0C dan sel dipanen pada fasa
logaritma. Pemanenan pada saat ini dipilih karena
pada fasa ini sel bakteri relatif masih muda, sehingga
memudahkan pemecahan dinding sel. Pemecahan
dinding sel dilakukan secara enzimatik menggunakan
lisozim dan SDS. DNA dipisahkan dari debris sel dan
protein melalui ekstraksi menggunakan campuran
kloroform:isoamilalkohol (24:1 v/v). Kloroform dapat
mendenaturasi protein dan melarutkan lipid serta
dapat memisahkan fasa organik dan fasa air,
se-dangkan isoamilalkohol akan membantu pemisahan
kedua fasa ini agar lebih sempurna. Pemurnian DNA
dilakukan menggunakan campuran fenol:kloroform:
isoamilalkohol (25:24:1 v/v/v). Penggunaan campuran
ini menyebabkan terjadinya presipitasi protein tetapi
DNA dan RNA tetap berada dalam fasa air.
Penghilangan RNA dilakukan dengan penambahan
RNase.
0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 4 5 5 0 0 5 1 0 1 5 W a k tu In k u b a s i (ja m )Aktivitas PVA (U/ml)
Gambar 1. Hubungan antara aktivitas PVA dengan waktu inkubasi kultur Bacillus sp. BAC4.
Kemurnian dan konsentrasi DNA hasil isolasi
dihi-tung secara kuantitatif dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Dari hasil
pengukuran diperoleh bahwa konsentrasi DNA
Bacillus sp. BAC4 adalah 0,6 μg/μl dengan tingkat
kemurnian 1,3. Hasil ini menunjukkan bahwa DNA
hasil isolasi masih kurang murni, diduga masih
meng-andung protein atau sisa-sisa fenol. Visualisasi DNA
genom Bacillus sp. BAC4 dalam 0,8% gel agarosa
tampak sebagai satu larik dengan ukuran lebih dari
23 kb dengan marker DNA λ/HindIII (Gambar 2).
DNA plasmid pHB201 diisolasi dari E. coli dengan
metode lisis alkali skala kecil. Isolasi diawali dengan
penanaman satu koloni tunggal bakteri E.coli yang
mengandung plasmid pHB201 pada medium LB cair
yang mengandung antibiotik kloramfenikol. Hal ini
dilakukan karena plasmid pHB201 memiliki gen
resisten kloramfenikol, sehingga diharapkan koloni
yang tumbuh dalam medium adalah koloni bakteri
yang mengandung plasmid pHB201. DNA plasmid
yang diperoleh dianalisis menggunakan elektroforesis
gel agarosa (0,8%). Hasil analisis elektroforesis
disajikan pada Gambar 3. Terlihat ahwa molekul DNA
plasmid pHB201 memberikan 2 larik. Kedua larik
tersebut menunjukkan adanya berbagai bentuk
konformasi DNA plasmid. Larik yang berada paling
bawah adalah super coiled monomer DNA,
sedangkan pita paling atas merupakan DNA plasmid
dengan konformasi rilex open circular.
B I O D I V E R S I T AS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. 1-6
4
Ukuran DNA plasmid tersebut tidak dapat
diban-dingkan dengan standar I karena konformasi
molekul-nya berbeda. DNA λ/HindIII memiliki konformasi linier,
sedangkan DNA plasmid memiliki konformasi
covalently closed circular (ccc). Oleh karena itu DNA
plasmid perlu dipotong menggunakan enzim restriksi
tertentu sehingga konformasinya menjadi linier dan
dapat dibandingkan dengan marker DNA λ/HindIII.
Pemotongan DNA kromosom dan DNA plasmid
pHB201 hasil isolasi dilakukan dengan enzim restriksi
HindIII. Enzim ini disolasi dari Haemophilus influenze
Rd dan mempunyai urutan pengenal AAGCTT.
Pemotongan DNA kromosom dan DNA plasmid
dengan enzim HindIII akan menghasilkan ujung
lengket AGCT (Brown, 1991). Analisis elektroforesis
gel agarose (0,8%) terhadap hasil pemotongan DNA
kromosom dan DNA plasmid disajikan pada Gambar
4. Hasil pemotongan DNA plasmid dengan enzim
HindIII memberikan satu pita berukuran 6,5 kb.
Ligasi antara fragmen DNA kromosom dengan
plasmid pHB201 dilakukan dengan enzim T4 DNA
ligase secara acak. Hasil ligasi dapat dianalisis
dengan elektroforesis gel agarose (0,8%) karena
mempunyai komposisi yang berbeda dibandingkan
molekul sebelumnya (Gambar 5). Campuran reaksi
ligasi kemungkinan mengandung molekul DNA
rekombinan yang dikehendaki, molekul vektor yang
tidak mengalami ligasi, fragmen DNA kromosom yang
tidak mengalami ligasi, dan molekul vektor yang telah
melingkar kembali tanpa adanya insersi DNA.
a
b
Gambar 4. Elekroferogram DNA kromosom dan DNA plasmid pHB201 yang telah dipotong dengan enzim HindIII (1a = marker DNA λ/HindIII, 2a, 3a, 4a = DNA kromosom yang telah dipotong. 1b = marker DNA λ/HindIII, 2b,5b = plasmid pHB201 yang belum dipotong, 4b= DNA plasmid pHB201 yang telah dipotong).
Gambar 2. Elektroferogram Hasil Isolasi DNA Kromosom Bacillus sp. BAC4 (1 = marker DNA λ/HindIII; 2, 3 = DNA kromosom hasil isolasi).
Gambar 3. Elektroforegram hasil isolasi DNA plasmid pHB201 (isi kesemua sumur merupakan pHB201 dari berbagai tabung).
SUSANTI VH dan ARIANI – Kloning gen PVA dari Bacillus
5
Gambar 5. Elektroferogram hasil ligasi fragmen DNA kromosom dengan plasmid pHB201.
Plasmid rekombinan hasil ligasi digunakan untuk
mentransformasi sel inang E. coli JM109.
Transfor-man yang diperoleh ditumbuhkan pada media LB
padat yang mengandung kloramfenikol, X-gal, dan
IPTG. Vektor pHB201 membawa gen kloramfenikol
menyebabkan koloni yang tumbuh bersifat resisten
terhadap antibiotik kloramfenikol. Penyisipan DNA
pada daerah gen lacZ dapat diseleksi berdasarkan
warna koloni yang dihasilkan dengan adanya X-gal
dan IPTG.
Hasil transformasi ditandai dengan tumbuhnya
koloni biru dan putih (Gambar 6.). Koloni warna putih
menandakan adanya vektor dengan DNA sisipan,
sedangkan koloni warna biru menandakan tidak
terdapatnya DNA sisipan pada vektor pHB201.
Adanya koloni biru dan putih disebabkan DNA sisipan
dimasukkan pada daerah pengkode gen lacZ. Gen
lacZ tersebut merupakan daerah pengkode enzim β
galaktosidase. Enzim ini dapat menguraikan senyawa
mirip laktosa yaitu X-gal, dan adanya IPTG sebagai
penginduksi dihasilkan senyawa galaktosa dan
5-bromo-4-kloroindigo yang berwarna biru. DNA sisipan
yang masuk pada daerah pengkode gen lacZ
menyebabkan gen tersebut akan rusak dan sebagai
hasilnya tidak ada aktivitas enzim yang dikode oleh
gen lacZ. Enzim β galaktosidase tidak diproduksi dan
koloni warna putih dihasilkan (Brown et al., 1991).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa DNA
kromosom Bacillus sp BAC4 dan pemotongan DNA
kromosom hasil isolasi dengan enzim restriksi HindIII
menghasilkan fragmen yang berukuran lebih besar
dari 23 kb dengan tingkat kemurnian 1,3. DNA
plasmid yang diisolasi dari bakteri E. coli dan
pemotongan DNA plasmid hasil isolasi dengan enzim
restriksi HindIII menghasilkan fragmen berukuran 6,5
kb. Plasmid rekombinan hasil ligasi digunakan untuk
mentransformasi sel inang E. coli JM109. Hasil
transformasi ditandai dengan tumbuhnya koloni biru
dan putih. Disarankan untuk dilakukan kloning
dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
dan dilakukan transformasi menggunakan inang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Boulnois, G.J. 1987. Genomic Library Cloning, Genom Cloning and
analysis A Laboratory Guide. Oxford: Blacwaell Scientific
Publication.
Brown, T.A. 1991. Pengantar Kloning Gen. Penerjemah: Sumiati, A.M dan Praseno. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica. Glick,B., and J.J. Pasternack. 1994. Molecular Biotechnology:
principle and Applications of Recombinant DNA. Washington,
D.C.: American Society for Microbiology.
Hammond, S.M. and P.A. Lambert. 1978. Antibiotics and
Antimicrobial Action. New York: Edward Arnold.
Kieser, T. 1984. Factor affecting the isolation of ccc DNA from Streptomyces lividans and Escherichia coli. Plasmid 12: 19-36.
Korfeld, J.M. 1978. A new colorimetric method for the determination of 6-aminopenicillanic acid. Analytical Biochemistry 86:
B I O D I V E R S I T AS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. 1-6
6
128.
Morrison, D.A., 1979. Transformation and preservation of competent bacterial cells by freezing. Methods in Enzymology 68: 326-331.
Olsson, A., H. Thomas, N. Bjorn, U. Mathias, and G. Sten. 1985. Molecular cloning of Bacillus sphaericus penicillin V amidase gene and its expression in Escherichia coli and Bacillus subtilis. Applied and Environmental Microbiology 49: 1084-1089.
Priest, F.G. 1984. Extracellular Enzymes. London: Van Nostrand Reinhold Co. Ltd.
Sambrook, J., T. Maniatis, and E.F. Fritsch. 1989. Molecular
Cloning: A Laboratory Manual. New York: Cold Spring Harbor
Laboratory.
Vandamne, E.J. and J.P. Voets. 1974. Microbial penicillin acylases.
Advance Applied Microbiology 17: 311-369
Wilson, L. and L. Gisvold. 1982. Textbook of Organic Medicinal and
Pharmaceutical Chemistry. Philadelphia: Harper and Row
Publishers, Inc.
Winnacker, E.L. 1987. From Gene to Clones Genomic Libraries. New York: VHC Verlagsgesellschaft mbHi.
B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X
Volume 5, Nomor 1 Januari 2004
Halaman: 7-12
Analisis Kualitas Produk Fermentasi Beras (Red Fermented Rice)
dengan Monascus purpureus 3090
The analysis of the quality of red fermented rice (RFR) product with Monascus
purpureus 3090
DJUMHAWAN R. PERMANA
♥, SUNNATI MARZUKI, D. TISNADJAJA
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Cibinong - Bogor 16911Diterima: 31 Agustus 2003. Disetujui: 15 Desember 2003.
ABSTRACT
Analysis of red fermented rice product with Monascus purpureus 3090 was conducted on monascus floor product (MFP-264), MFP-244 and rice monascus product (RMP). Evaluation of microbiological, pigment intensity and lovastatine content analysis result was aimed to see quality differences on each production of 5 kg rice raw material. Of both product types (MFP-264, RMP) which only oven dried compare to MFP-244 which is sterilized in autoclave showed a significantly difference of population level on total microorganism colonies, that is mould 26x106 propagule/ml, bacteria 13x106 cell/ml (MFP-264), mould 85x106 propagule/ml, bacteria 265x106 cell/ml (RMP). The MFP-244 produced highest absorption spectra 0.3513-0.4050 compare to MFP-264 0.3110-0.3324, rice monascus product (RMP) 0.3343-0.3663. Pigment biosynthesis seems occurred at sexual developmental stage or conidia formation of M. purpureus 3090, which is produced color changes of yellow pigment, orange pigment, and red pigment. Lovastatine content of MFP-264 has Rf value 0.84 MFP-244 Rf 0.83 and RMP Rf 0.82 showed higher value compare to Rf 0.81 of the lovastatine standard solution.
© 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Key words: quality analysis, rice fermented product, Monascus purpureus 3090.
PENDAHULUAN
Red Fermented Rice (RFR) dikenal juga dengan
nama angkak merupakan hasil fermentasi beras yang
menggunakan kapang Monascus purpureus. Angkak
berasal dari Cina yang dikenal pula dengan nama
angquac, red rice, Chinese red rice, beni koji, dan
aga koji (Church dalam Palo et al., 1960). Di Taiwan
pembuatan angkak menggunakan M. anka nakagawa
dan M. anka sato. Jenis lain yang sering digunakan
adalah M. ruber, Monascus F-2, M. bropunctatus dan
M. rubiginous. Dari beberapa strain kapang
monascus yang paling banyak digunakan adalah M.
purpureus NRRL 2897 karena menghasilkan kadar
pigmen yang tinggi (Broder et al., 1980). Monascus
mampu memproduksi pigmen kuning dari monascin
dan ankaflavin, pigmen jingga dan merah dari
rubropungtamine dan monascorubin, pigmen
rubropunctatin dan monascorubramin (Sherperd,
1977). Selain memproduksi pigmen, Monascus juga
menghasilkan enzim α dan β–amilase, glukoamilase,
protease, dan lipase (Lin, 1973; Steinkraus, 1983).
Sedangkan adanya senyawa statin berkhasiat bagi
kesehatan tubuh. Monascus dalam bentuk tepung
dapat dijadikan campuran makanan dan minuman
suplemen sebagai penurun kadar kolesterol.
Kegunaan monascus dapat mengobati berbagai
penyakit termasuk infeksi, gangguan pencernaan
termasuk diare, dan meningkatkan sirkulasi darah.
Berdasarkan resep obat-obatan Cina, angkak
menyembuhkan penyakit asma dan kelainan urinasi
(Steinkraus, 1998). Di Cina, Taiwan, dan Filipina
angkak telah digunakan sebagai pewarna makanan
maupun minuman seperti chinese cheese dan
bagoong makanan khas Filipina dan anggur merah
(Susanti, 1998). Pembuatan RFR dilakukan dengan
menggunakan bahan dasar beras sebagai substrat
media tumbuh kapang M. purpureus. Di Thailand
salah satu jenis beras khao-mali menghasilkan
angkak yang berwarna gelap keungu-unguan dengan
pigmen menembus ke seluruh bagian dalam beras.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil
produksi tepung monascus pada skala 5 kg bahan
baku beras meliputi, uji mikrobiologi, uji pigmen, dan
kandungan lovastatin.
♥ Alamat korespondensi:
Jl. Raya Bogor Km. 46, Cibinong-Bogor 16911. Tel.: +62-21-8754587. Fax.: +62-21-8754588.
BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. 7-12
8
BAHAN DAN METODE
Proses pengolahan bahan
ba-ku beras menjadi produk tepung
monascus disajikan pada Gambar
1.
Bahan
Mikroorganisme.
Mikroorganisme yang digunakan
pada penelitian ini adalah M.
purpureus
3090 dari koleksi
biakan Pusat Penelitian
Bioteknologi-LIPI Cibinong-Bogor.
Beras. Beras yang digunakan
adalah beras putih dengan
kualitas cukup baik dan tidak
terlalu lengket.
Media. Biakan persediaan
(stock culture) ditumbuhkan pada
medium agar kentang dektrose
(PDA) miring (Difco, USA) dan
secara rutin diremajakan se-tiap
2-3 bulan. Pengembangan
inokulum dilakukan dengan
menggunakan labu erlenmeyer
250 ml yang berisi medium cair
terdiri dari: 0,5 g KH
2PO4, 0,3 g
NaNO
3, 0,2 g MgSO
4.7H
2O, 0,2 g
MSG, dan 0,002 g CaCl
22H
2O.
Semua bahan tersebut dilarutkan
dalam 200 ml akuades dan
dikocok sampai homogen dengan
menggunakan shaker. Setelah itu diinokulasi dengan
5 ml suspensi spora M. purpureus dari PDA miring
yang berumur 5 hari. Inkubasi dilakukan dengan
menggunakan rotary shaker pada suhu 30
0C selama
5 hari.
Inokulum 2 ml dimasukkan ke dalam media beras
dalam botol yang telah disiapkan sebelumnya.
Botol-botol beras diletakkan dalam rak berada pada ruang
inkubasi. Pengamatan secara visual dilakukan setiap
hari serta setiap 2 hari botol-botol tersebut harus
dikocok agar pertumbuhannya merata. Proses
inkubasi atau fermentasi dilakukan selama 14 hari
yang selanjutnya dilakukan pemanenan.
Analisis mikrobiologi
Perhitungan koloni untuk menghitung jumlah total
pertumbuhan mikroorganisme kapang dan bakteri
dilakukan dengan cara pengenceran. Pengertian
istilah propagul diberikan bagi kapang sebagai
struktur reproduksi dalam bentuk potongan populasi
hifa atau miselium. Sedangkan pengertian koloni
diberikan untuk bakteri yang diartikan sebagai bagian
dari populasi individu mikroorganisme dari jenis yang
sama setelah dipisahkan (Parker, 1986).
Sampel yang dianalisis terdiri dari 1 contoh produk
tepung monascus tidak disterilkan, 1 contoh produk
monascus beras tidak disterilkan dan 1 contoh produk
tepung monascus yang disterilkan. Sampel sebanyak
1 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi 99 ml
akuades steril, lalu dikocok dengan shaker hingga
homogen selama 5 menit, sehingga diperoleh
pengenceran 10
-2. Dari pengenceran 10
-2ini diambil 1
ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml
akuades steril, sehingga diperoleh pengenceran 10
-3dan seterusnya dilakukan perlakuan sama sampai
pengenceran 10
-6. Masing-masing pengenceran 10
-6dari kapang dan bakteri dipipet 0,1 ml dan
diinokulasikan ke dalam media agar PDA pada cawan
petri untuk kapang, sedangkan bakteri digunakan
media nutrien agar (NA). Kedua kultur diinkubasi
pada suhu 28
0C untuk kapang dan 32
0C untuk
bakteri, masing-masing selama 48 jam.
Analisis intensitas pigmen
Kandungan pigmen yang terdapat dalam RFR
diukur berdasarkan absorbannya dengan
spektrofoto-meter UV-Visible pada panjang gelombang 354 nm,
388 nm, dan 401 nm. Sebanyak 0,1 g masing-masing
contoh produk monascus (RFR) ditimbang
dimasuk-kan ke dalam tabung reaksi, lalu diekstrak dengan 7,5
ml etanol 40%, dikocok menggunakan vortex selama
1 menit lalu dibiarkan mengendap. Larutan diekstrasi
kembali sebanyak 3 kali, disentrifugasi selama 15
menit pada kecepatan 10.000 rpm. Larutan jernih
dipipet 1 ml, lalu diencerkan 10 kali dengan akuades.
Beras
Perendaman dalam air (1 : 1) selama semalam
Sterilisasi dengan pengukusan selama 2 jam
Inokulasi dengan 2 ml inokulum untuk 100 g beras
Inkubasi s.d. 14 hari
Pengeringan dalam oven untuk menurun kadar air selama 1-2 hari, suhu 700C
Penggilingan
Sterilisasi, suhu 1600C selama 2 jam
Pengemasan Uji mikrobiologi, kandungan pigmen, dan lovastatin Inokulum (bibit) Monascus purpures umur 5 hari (1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (4)
PERMANA dkk. – Kualitas angkak Monascus purpureus
9
Analisis kualitatif lovastatin
Lovastatin dapat dipisahkan dengan ekstraksi
kloroform. Pemisahan hasil ekstraksi diuji secara
kualitatif menggunakan metode kromatografi lapisan
tipis (thin layer chromatography; TLC) pada plate 25
DC-Alufollin 20x20 cm, 25 TLC alumunium sheet
20x20 cm, Silica gel (60 F24). Kandungan lovastatin
dilihat berdasarkan perbedaan migrasi eluen (CHCl
3:
CH
3OH = 5 : 1 ) (v/v). Perhitungan Rf ditentukan
sesuai yang dilakukan Moestofa (2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji mikrobiologi ketiga macam produk
monascus dengan cara pengenceran (dilution
method) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata jumlah propagul kapang dan koloni bakteri dari 3 produk monascus setelah diinkubasi 48 jam.
Kapang Bakteri
Produk Nx106
propagul/ml
Nx106 sel/ml Produk monascus tepung
(PTM-264)
26 13
Produk monascus tepung steril (PTM-244)*
tt tt
Produk monascus beras (PMB) 85 56 Keterangan: *) disterilkan pada autoklaf (suhu 121 oC : waktu 15 menit ), tt = tidak tumbuh.
PTM-264 mengandung jumlah total propagul
kapang sebanyak 26x10
6propagul/ml dan koloni
bakteri sebanyak 13x10
6sel/ml. Sementara jumlah
total propagul kapang maupun koloni sel bakteri pada
PTM-244 yang melalui proses sterilisasi tidak
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme.
Pertumbuhan kapang maupun bakteri ditemukan
relatif lebih banyak pada sampel PMB (Tabel 1.)
kemungkinan hal ini disebabkan oleh kadar air yang
lebih tinggi dalam partikel beras dibandingkan dengan
bentuk tepung monascus.
Hasil permurnian dan identifikasi kapang secara
morfologi diperoleh isolat kapang, yaitu: Trichoderma
sp. sebagai kontaminan dan M. purpureus. Kedua
jenis kapang itu diperoleh dari PTM-264 yang tidak
mengalami sterilisasi autoklaf. Produk tepung
monascus steril (PTM-244) tidak menunjukkan
pertumbuhan kapang. Hal itu disebabkan PTM-244
sebelum dianalisis dilakukan sterilisasi terlebih dahulu
dibandingkan PTM-264 yang hanya mengalami
proses pemanasan dengan suhu oven. Pada produk
monascus beras (PMB) jumlah total pertumbuhan
kapang maupun bakteri lebih tinggi dibandingkan
PTM-264.
Pada Gambar 2. ditunjukkan bentuk pertumbuhan
kapang Trichoderma sp. Kapang ini dipertelakan
sebagai salah satu kapang kontaminan pada produk
tepung monascus yang diakibatkan proses sterilisasi
kurang efektif.
a
b
c
Gambar 2. A. Pertumbuhan spora kapang Trichoderma sp., B. Pertumbuhan isolat murni pada media PDA di cawan petri umur 2 hari, C. Bagian hifa dari morfologi Trichoderma sp. Pembesaran 1000 x. Garis = 5 μm.
BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. 7-12
10
Kandungan pigmen pada berbagai produk RFR
dapat terekstraksi alkohol 40% dan terukur intensitas
warna berdasarkan absorbannya dengan
spekrofotometer pada panjang gelombang 354 nm,
388 nm, dan 401 nm. Pengukuran serapan terhadap
ketiga perlakuan contoh ditunjukkan dari nilai
maksimumnya, dimana absorban dari senyawa
tersebut sudah mendekati daerah tampak UV.
Penginderaan ketiga panjang gelombang tersebut
sesungguhnya hanya menunjukkan warna bening,
tidak menunjukkan warna apapun. Mungkin hal ini
disebabkan oleh penggunaan sinar tampak di bawah
panjang gelombang 402 nm.
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 354 388 401 Panjang gelombang (nm) A b so rb an si A B CGambar 3. Intensitas warna pada berbagai produk yang difermentasi oleh M. purpureus. A. produk tepung monascus (PTM-264); B. produk tepung monascus steril (PTM-244); C. produk monascus beras.
Gambar 4. Struktur kimia biosintesis pigmen dari Monascus sp (Sherperd, 1977).
a
b
c
Gambar 5. Morfologi M. purpureus 3090 dilihat dengan foto mikroskop fase-kontras (x 1000). A. Bagian morfologi menghasilkan pigmen kuning (garis = 1,5 μm); B. Bagian ascomata menghasilkan pigmen jingga (orange) (garis = 2,5 μm); dan C. Bagian ascomata dewasa menghasilkan pigmen merah (garis = 4 μm).
PERMANA dkk. – Kualitas angkak Monascus purpureus
11
Gambar 6. TLC senyawa lovastatin. S, standar; A, PTM-264; B, PTM-244; dan C, PMB.
a
b
Gambar 7. A. produk monascus beras belum digiling, B. produk tepung monascus steril (PTM-244).
Hasil analisis serapan absorbansi spektrum
terendah diperoleh dari contoh PTM-264
dibandingkan kedua perlakuan tersebut. Sedangkan
hasil serapan spektrum rata-rata tertinggi adalah
0,3513-0,4050 yang diperoleh PTM-244. Sementara
serapan spektrum yang dihasilkan produk monascus
beras adalah 0,3443-0,3540. Pengaruh pengunaan
ketiga panjang gelombang tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada berbagai contoh produk.
Dilaporkan bahwa pigmen kuning memiliki serapan
maksimum relatif rendah dibandingkan pigmen jingga
dan merah yang dihasilkan dalam medium kultur
terendam maupun kultur padat, pigmen kuning
menunjukkan serapan spektrum yang lebih tinggi (Lin
dan Suen 1973; Carels dan Sherpherd; Wong et al.,
1981; Lin dan Lizuka 1982; dalam Youngsmith, et al.,
1993). Beberapa pigmen yang dihasilkan kapang M.
rubropunctatus adalah pigmen kuning (monascin) dan
pigmen jingga (rubropunctatin), sedangkan M.
purpureus
menghasilkan pigmen jingga
(monascorubrin) dan pigmen kuning (monascin).
Biosintesis pigmen ini dilihat dari struktur kimia untuk
setiap warna akan berbeda (Broder et al., 1980).
Biosintesis pigmen ditentukan juga oleh jenis
medium (Susanti, 1998). Produksi pigmen M.
purpureus akan dipengaruhi rasio C/N dalam medium
(Lin, 1973; Wong 1981). Kandungan nitrogen nitrat
dan nitrogen ammonia dapat meningkatkan produksi
pigmen karena secara efektif mampu mendorong
metabolisme ammonium nitrat (Hawker, 1950 dalam
Sukandar, 2003). Perkembangbiakan seksual dan
pembentukan konidia akan dipacu oleh kandungan
nitrogen organik yang optimum. Karena secara
kuantitatif jumlah pigmen yang dihasilkan signifikan
dengan pembentukan konidia (Carels et al., 1977).
Perbedaan morfologi M. purpureus 3090
menunjukkan tingkat biosintesis pigmen pada
perkembangbiakan seksual (Gambar 5.).
Pada Gambar 6. memperlihatkan reaksi produk
dengan eluen (CHCl
3:CH
3OH = 5:1) pada
kromatografi lapisan tipis (TLC). Nilai Rf
masing-masing produk, yaitu PTM 264, PTM 244, dan PMB
adalah 0,84, Rf 0,83, dan Rf 0,83. Sedangkan nilai Rf
standar lovastatin adalah (Rf 0,81).
Kandungan lovastatin paling tinggi diperoleh dari
contoh produk kapang monascus (PTM-264) yang
memiliki nilai Rf 0,84 lebih tinggi dibandingkan nilai
standar lovastatin. Sedangkan contoh produk
monascus beras (PMB) menghasilkan nilai Rf
terendah (0,82). Perbedaan hasil produksi monascus
dalam bentuk beras dan tepung disajikan pada
Gambar 7.
KESIMPULAN
Kapang M. purpureus 3090 yang diisolasi dari
produk tepung monascus (PTM-264) pada kondisi
populasi mikroorganisme campuran (26x10
6propagul/ml) masih menunjukkan daya viabilitas.
Proses sterilisasi menggunakan autoklaf terhadap
PTM-244 menunjukkan efektifitas cukup tinggi untuk
mematikan mikroorganisme, sehingga produk
tersebut aman dikonsumsi.
Biosintesis pigmen oleh M. purpureus 3090 pada
fase perkembangbiakan menghasilkan berbagai
tingkatan pigmen: kuning (monascin), jingga
(rubropunctatin), dan merah (monascorubramin).
Hasil analisis intensitas serapan warna tertinggi
diperoleh PTM-264 0,3513-0,4050. Kandungan
pigmen dari ketiga perlakuan produk tidak
BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. 7-12
12
menunjukkan adanya pengaruh suhu pemanasan
terhadap kestabilan pigmen. Produksi pigmen sangat
dipengaruhi oleh komposisi dan pembentukan
konidia, yang secara kualitatif menambah pigmen.
Nilai Rf 0,84 adalah kandungan lovaslatin tertinggi
yang diperoleh dari contoh PTM-264. Sementara
contoh PMB memiliki kandungan lovastatin terendah
dengan nilai Rf 0,82. Namun demikian ketiga
perlakuan di atas menunjukkan kandungan lovastatin
lebih tinggi dibanding nilai Rf larutan standar
lovastatin (0,81).
DAFTAR PUSTAKA
Broder, C.U. and P.E. Kochler. 1980 Pigments by Monascus purpureus with regard quality and quantity. Food Science 576-569.
Carels, M. and D. Sherperd. 1977. The effect of different nitrogen source on pigment production and sporulation of Monascus species in submerged, shaken culture. Canadian Journal of
Microbiology 23: 1360-1372.
Hasseltine, C.W. 1965. A millenium of fungi, food and fermentation.
Mycologia 57: 149-197.
Lin, C.F. 1973. Isolation and cultural condition of Monascus sp. for the production of pigment in a submerged culture. Journal of
Fermentation Technology 51: 407-414.
Moestofa, H.A. dan H.E. Krisnandi. 2002. Dasar-dasar
Khromatografi dengan Instrumentasi. Bogor: Sekolah
Menengah Analis Kimia.
Palo, M.A., L.V. Adeva, and L.M. Maceda. 1960. A study on angkak and its production. The Philippine Journal of Science, 89 (1): 1-19.
Parker, S.P. 1986. Kamus Biologi. New York: Mc Graw-Hill Book, Company.
Steinkraus, H. 1983. Indigenous Fermented Food New York: Marcel Dekker.
Sukandar. 2003. Singkong sebagai subtrat yang potensial untuk produksi zat warna Monascus. Proseding Seminar Nasional
Teknologi Proses Kimia V. Jakarta: Program Studi Teknik
Kimia, Fakultas Teknik UI.
Susanti, M.T. 1998. Optimasi Kondisi Operasi Proses Produksi
Pigmen Angkak pada Fermentasi beras oleh Monascus
purpureus. Semarang: Universitas Diponegoro.
Wong, H.C., Y.C. Lim, and P.E. Kochler. 1981. Regulation of growth and pigmentation of Monascus purpureus by carbon and nitrogen consentration, Mycologia 73: 649-654.
Yongsmith, B., W. Tabloka, W. Yongmanitchai, and R. Bavavoda. 1993. Culture conditon for yellow pigment formation by Monascus sp. KB10 grown on cassava medium. World Journal
B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X
Volume 5, Nomor 1 Januari 2004
Halaman: 13-16
Populasi Bakteri dari Tanah di Desa Tudu-Aog, Kecamatan
Passi, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara
Population of bacteria from soil in Tudu-Aog village, Passi district, Bolaang
Mongondow, North Sulawesi
SRI PURWANINGSIH
1♥, RIANI HARDININGSIH
1, WARDAH
2, AGUS SUJADI
21
Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor 16122.
2
Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor 16002. Diterima: 21 Agustus 2003. Disetujui: 30 Oktober 2003.
ABSTRACT
An experiment was conducted in order to know the population of bacteria from soil in Tudu-Aog village, Passi district, Bolaang Mongondow, North Sulawesi, the purpose of the research was to study the population of bacteria from soil. Fourthy six soil samples were taken from two location, namelyTudu-Aog village and Bugis mountain. Isolation was done by dilution methods on YEMA medium (for Rhizobium bacteria), Winogradsky’s (for Azotobacter bacteria), Pycosvkaya (for Phosphat Solubilizing Bacteria), and selective Difco Pseudomonas (for Pseudomonas bacteria). Incubation at room temperature (27-280C) until 15 days, and the enumeration with plate count method. The highest enumeration of Rhizobium bacteria with plant rhizosphere of Alocasia esculenta (27x105 CFU/g soil), Theobroma cacao (29x105 CFU/g soil),and Euphorbia paniculata (26x105 CFU/g soil), Azotobacter bacteria with plant rhizosphere of Lycopersicum esculantum (38x105 CFU/g soil), Eugenia aromaticum (43x105 CFU/g soil), Andropogon sp. (34x105 CFU/g soil), Phosphat Solubilizing bacteria with plant rhizosphere of Sechium edule (27x105 CFU/g soil), Cinnamomum sp. (48x105 CFU/g soil), Cyathea sp. (72x105 CFU/g soil), and Pseudomonas bacteria with plant rhizosphere of Oryza sativa (18x105 CFU/g soil), Vanilla sp. (12x105 CFU/g soil), dan Saurauia sp.(19x105 CFU/g soil).
© 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Key words: population, soil, bacteria.
PENDAHULUAN
Desa Tudu-Aog terletak di kawasan hutan lindung
gunung Bugis, Sulawesi Utara, merupakan kawasan
hutan lindung yang memiliki keanekaragaman hayati
cukup tinggi. Usaha penggalian sumber daya hayati
belum banyak dilakukan dan dilaporkan, terutama
mikrobia dari tanah. Salah satu mikrobia tanah adalah
bakteri tanah. Bakteri tanah mempunyai banyak
sekali manfaatnya antara lain penyedia unsur hara,
terutama unsur nitrogen, penghasil zat pengatur
tumbuh seperti sitokinin, giberelin dan indol asam
asetat (IAA), dan mampu melarutkan unsur fosfat
yang dalam bentuk terikat menjadi tersedia, serta
sebagai agen biokontrol dan lain-lain (Alexander,
1977), sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesuburan tanah.
Untuk meningkatkan tingkat kesuburan tanah dan
produktivitas hutan, perlu didukung data dan
informasi tentang bakteri tanah. Bakteri tanah banyak
sekali jenisnya dan fungsinya, antara lain bakteri
Rhizobium mempunyai kemampuan mengikat
nitrogen bebas yang berada di udara menjadi amonia
(NH
3) yang akan diubah menjadi asam amino yang
selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang
diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan
berkembang (Allen dan Allen, 1981). Bakteri
Azotobacter berfungsi sebagai penambat N
2yang
melimpah di atmosfer dan menyediakan nitrogen bagi
tanaman, bakteri itu tergolong sebagai bakteri
pemacu tumbuh (plant growth promoting
rhizobacteria atau yield increasing bacteria) yang
mengandung vitamin dan zat pengatur tumbuh
seperti IAA, kinetin dan giberelin (Tang et al., 1983:
Glick, 1995). Bakteri pelarut fosfat berfungsi dalam
melarutkan fosfat yang dalam bentuk terikat menjadi
tersedia, meningkatkan fosfat tersedia, memperbaiki
♥ Alamat korespondensi:Jl. Ir. H. Juanda 18, Bogor 16122.
Tel.: +62-251-324006. Faks.: +62-251-325854
BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. 13-16
14
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan efisiensi
pemupukan fosfat (Subba-Rao, 1994), dan memiliki
kemampuan melarutkan mineral-mineral fosfat
melalui sekresi asam organik (Kucey, 1987) dan atau
enzim fosfatase (Illmer dan Schiner, 1992).
Penggunaan inokulan bakteri pelarut fosfat mampu
meningkatkan produksi padi antara 10 sampai 70%
dengan peningkatan produksi rata-rata sekitar 28%
(Datta et al., 1982). Sedangkan bakteri Pseudomonas
berpotensi ekonomis sebagai agen biokontrol (Dupler
dan Baker, 1984). Jumlah, jenis, dan aktivitas
mikrobia dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain tersedianya energi dan sumber
hara, kondisi fisik, kimia, serta biologi tanah.
Sebaliknya aktivitas mikrobia tanah sangat membantu
tersedianya unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman.
Sebagai upaya untuk mengetahui keberadaan
bakteri dari tanah tersebut diatas, maka dilakukan
inventarisasi dan isolasi bakteri dari tanah tersebut
dengan tujuan untuk mengetahui populasi bakteri dari
tanah dari berbagai lokasi dan pada perakaran
tanaman ladang dan hutan, dengan harapan
didapatkan koleksi bakteri dari tanah yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai inokulan (pupuk
hayati) pada daerah tersebut.
BAHAN DAN METODE
Pengambilan tanah. Sebanyak 500 g contoh
tanah diambil dari kedalaman 0-15 cm secara random
pada daerah perakaran suatu tanaman, dimasukkan
dalam polybag, kemudian dibawa ke laboratoriun dan
disimpan pada suhu 4-8
oC. Sebanyak 16 contoh
tanah diambil dari daerah perakaran tanaman ladang
desa Tudu-Aog pada ketinggian 720 m dpl (di atas
permukaan laut), 13 sampel tanah pada daerah
perakaran tanaman komersial desa Tudu-Aog pada
ketinggian 710 m dpl, dan 17 sampel tanah pada
daerah perakaran tanaman obat dari desa Tudu-Aog
dan gunung Bugis pada berbagai ketinggian.
Isolasi bakteri dari tanah. Isolasi bakteri dengan
cara pengenceran dengan menggunakan pelarut
NaCl 0,85% dengan seri pengenceran 10
-1-10
-7.
Sampel (100 μl) dituang ke petridish yang telah berisi
media YEMA (Yeast Extract Mannitol Agar) (Vincent,
1970) untuk bakteri Rhizobium, Winogradsky
,s salt
agar (Winogrdsky
,s, 1949, dalam Thompson dan
Skerman, 1979) untuk bakteri Azotobacter,
Picovskaya agar (Sundara-Rao dan Sinha, 1963)
untuk bakteri pelarut fosfat, dan selektif Difco
Pseudomonas Isolation Agar untuk bakteri
Pseudomonas. Sampel diratakan dengan spatula,
dan diinkubasikan pada suhu kamar (27-28
oC), setiap
hari diamati pertumbuhannya dan dihitung jumlah
koloninya. Penghitungan jumlah koloni dilakukan
dengan metode cawan hitung (plate count) (Lay,
1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil isolasi menunjukkan bahwa populasi bakteri
Rhizobium, Azotobacter, bakteri pelarut fosfat dan
Pseudomonas bervariasi pada masing-masing contoh
tanah yang diamati (Tabel 1., 2. dan 3.). Hasil isolasi
bakteri dari tanah di desa Tudu-Aog pada ketinggian
720 m dpl menunjukkan bahwa populasi bakteri
Rhizobium tertinggi pada contoh tanah dari perakaran
tanaman Alocasia esculenta (27x10
5CFU/g tanah)
dan terendah pada contoh tanah yang tanpa tanaman
(3x10
5CFU/g tanah). Populasi bakteri Azotobacter
tertinggi pada contoh tanah dari perakaran tanaman
Lycopersicum esculantum (38x10
5CFU/g tanah) dan
terendah pada contoh tanah tanpa tanaman (2x10
5CFU/g tanah). Populasi bakteri pelarut fosfat tertinggi
dari perakaran tanaman Sechium edule (27x10
5CFU/g tanah) dan terendah pada contoh tanah tanpa
tanaman (4x10
5CFU/g tanah), sedangkan populasi
bakteri Pseudomonas tertinggi dari contoh tanah dari
perakaran tanaman Oryza sativa (18x10
5CFU/g
tanah) dan terendah pada contoh tanah tanpa
tanaman (1x10
5CFU/g tanah) (Tabel 1.).
Hasil isolasi bakteri dari tanah di desa Tudu-Aog
pada ketinggian 710 m dpl menunjukkan bahwa
populasi bakteri Rhizobium tertinggi pada contoh
tanah dari perakaran tanaman Theobroma cacao
(29x10
5CFU/g tanah) dan yang terendah pada
contoh tanah yang tanpa tanaman (3x10
5CFU/g
tanah). Populasi bakteri Azotobacter tertinggi pada
contoh tanah dari perakaran tanaman Eugenia
aromaticum (43x10
5CFU/g tanah) dan terendah pada
contoh tanah tanpa tanaman (5x10
5CFU/g tanah).
Populasi bakteri pelarut fosfat tertinggi pada contoh
tanah dari perakaran tanaman Cinnamomum sp.
(48x10
5CFU/g tanah) dan yang terendah pada
contoh tanah tanpa tanaman (2x10
5CFU/g tanah),
sedangkan populasi bakteri Pseudomonas tertinggi
pada contoh tanah dari perakaran tanaman Vanilla
sp. (12x10
5CFU/g tanah) dan terendah pada contoh
tanah tanpa tanaman (2x10
5CFU/g tanah) (Tabel 2.).
Hasil isolasi bakteri dari tanah di desa Tudu-Aog
dan gunung Bugis menunjukkan bahwa populasi
bakteri Rhizobium tertinggi pada contoh tanah dari
perakaran tanaman Euphorbia paniculata (26x10
5CFU/g tanah) dan yang terendah pada contoh tanah
yang tanpa tanaman (5x10
5CFU/g tanah). untuk
populasi bakteri Azotobacter tertinggi pada contoh
tanah dari perakaran tanaman Andropogon sp.
(34x10
5CFU/g tanah) dan terendah pada contoh
tanah tanpa tanaman (2x10
5CFU/g tanah). Populasi
bakteri pelarut fosfat tertinggi pada contoh tanah dari
perakaran tanaman Cyathea sp. (72x10
5CFU/g
tanah) dan terendah pada contoh tanah tanpa
tanaman (4x10
5CFU/g tanah), sedangkan populasi
bakteri Pseudomonas tertinggi pada contoh tanah
dari perakaran tanaman Saurauia sp. (19x10
5CFU/g
tanah) dan terendah pada contoh tanah tanpa
tanaman (2x10
5CFU/g tanah) (Tabel 3.).
PURWANINGSIHdkk. – Bakteri di Tudu-Aog, Sulawesi Utara
15
Tabel 1. Populasi bakteri dari tanah pada perakaran tanaman ladang di desa Tudu-Aog, pada ketinggian 720 m dpl. Populasi bakteri dari tanah (x105 CFU/g tanah)
No. Perakaran tanaman
Rhizobium Azotobacter Bakteri pelarut fosfat Pseudomonas
1. Vigna unguiculata 12 11 12 3 2. Arachis hypogaea 7 5 9 5 3. Glycine max 11 12 17 6 4. Vigna sinensis 9 13 13 8 5. Oryza sativa 4 9 5 18 6. Solanum melongena 5 4 7 9 7. Manihot utilissima 9 5 4 6 8. Capsicum frutescen 6 13 11 13 9. Zea mays 11 25 7 11 10. Ipomea batatas 16 11 21 9 11. Sechium edule 14 10 27 7 12. Alocasia esculenta 27 31 21 16 13. Lycopersicum esculantum 22 38 26 2 14. Monordica charantia 24 5 24 4 15. Carica papaya 12 17 10 5 16. Tanpa tanaman 3 2 4 1
Tabel 2. Populasi bakteri dari tanah pada perakaran tanaman komersial di desa Tudu-Aog, pada ketinggian 710 m dpl. Populasi bakteri dari tanah (x105 CFU/g tanah)
No. Perakaran tanaman
Rhizobium Azotobacter Bakteri pelarut fosfat Pseudomonas
1. Pometia pinnata 6 22 19 5 2. Aleurites molucana 7 42 41 6 3. Coffea arabica 4 21 11 3 4. Theobroma cacao 29 17 8 9 5. Eugenia arimaticum 5 43 44 10 6. Garcinia mangostana 7 6 19 3 7. Cinnamomum sp. 9 23 48 7 8. Nephelium lappaceum 11 14 27 4 9. Vanilla sp. 21 7 16 12 10. Lansium domesticum 8 10 27 8 11. Ananas comosus 16 9 13 9 12. Myristica fragan 8 11 3 6 13. Tanpa tanaman 3 5 2 2
Tabel 3. Populasi bakteri dari tanah pada perakaran tanaman obat dari gunung Bugis dan desa Tudu-Aog. Populasi bakteri dari tanah (x105 CFU/g tanah) No. Perakaran tanaman
Rhizobium Azotobacter Bakteri pelarut fosfat Pseudomonas
1. Magnolia sp. 12 8 26 4 2. Cyathea sp. 9 9 72 9 3. Quercus sp. 8 5 14 6 4. Cempaka kuning 10 5 28 5 5. Suku Liliaceae 14 11 63 10 6. Agathis celebica 16 4 5 7 7. Caryota sp. 8 3 13 8 8. Saurauia sp. 9 7 14 19 9. Magnolia sp. 6 9 8 11 10. Suku Clusiaceae 7 11 9 15 11. Suku Euphorbiaceae 7 19 12 5 12. Mallotus sp. 8 34 7 7 13. Andropogon sp. 26 21 5 11 14. Coleus aromaticus 8 11 16 16 15. Euphorbia paniculata 12 9 13 4 16. Crotalaria sp. 12 4 6 2 17. Tanpa tanaman 5 2 4 1