• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVER LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVER LEARNING"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah

Vol. 11, No. 1, Januari - April 2021

ISSN 0854-2172

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVER LEARNING PADA MATERI

AJAR SMART RELAY MAPEL INSTALASI MOTOR LISTRIK

Sobirin

SMK Negeri 1 Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah sobirin.gurusmk@gmail.com

Abstrak

Competence of class students in the lesson of Electrical Motor Installation (IML) on Smart Relay material is still low. This happens because the learning model is less innovative. This study aims to improve the competence of students in the PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVER LEARNING PADA MATERI AJAR SMART RELAY MAPEL INSTALASI MOTOR LISTRIK Smart Relay material through the Guided Discovery learning model. This research is a classroom action research (CAR). Data collection techniques used tests to determine the increase in the cognitive aspects of students, observations for affective aspects, and student activity sheets (LKPD) for psychomotor aspects. Data analysis techniques were carried out both quantitatively and qualitatively. As a result, the cognitive aspects of students increased. This can be seen from the pre-cycle average value of 64 which increased to 74 in the first cycle and 81 in the second cycle. The average psychomotor score also increased from 74 in the pre-cycle to 75 in the first cycle and 79.5 in the second cycle. The affective aspect has also increased. Students pay more attention to the teacher's explanations, actively ask questions with the teacher, are active in expressing opinions, actively discuss and work together in groups, actively ask friends, and are more independent in doing tests given by the teacher. In conclusion, the Guided Discovery model can increase students' competence in the Smart Relay material.

Keyword: IML Competence, Smart Relay Material, Guided Discovery

Abstrak

Kompetensi peserta didik kelas dalam pelajaran Instalasi Motor Listrik (IML) pada materi Smart Relay masih rendah. Hal ini terjadi dikarenakan model pembelajarannya kurang inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik pada materi Smart Relay melalui model pembelajaran Guided Discovery. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk mengetahui peningkatan aspek kognitif peserta didik, observasi untuk aspek afektif, dan lembar kegiatan peserta didik (LKPD) untuk aspek psikomotorik. Teknik analisis data dilakukan dengan kuantitatif dan kualitatif.. Hasilnya, pada aspek kognitif peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pra siklus sebesar 64 meningkat menjadi 74 pada siklus I dan 81 pada siklus II. Nilai rata-rata psikomotorik juga mengalami peningkatan dari 74 pada pra siklus meningkat menjadi 75 pada siklus I dan 79,5 pada siklus II. Pada aspek afektif pun mengalami peningkatan. Peserta didik menjadi lebih memperhatikan penjelasan guru, aktif bertanya jawab dengan guru, aktif dalam mengemukakan pendapat, aktif berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok, aktif bertanya kepada teman, serta lebih mandiri dalam mengerjakan tes yang diberikan oleh guru. Kesimpulan, model Guided Discovery dapat meningkatan kompetensi peserta didik pada materi Smart Relay.

© 2021 Dinamika

Kata Kunci: model Guided Discovery dapat meningkatan kompetensi peserta didik pada materi Smart Relay.

(2)

PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal tingkat menengah di Indonesia. SMK mempersiapkan lulusan agar mengetahui perkembangan ilmu dan teknologi serta mampu bersaing di dunia industri. SMK sebagai lembaga formal menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan yang dikelompokkan dalam bidang, program, dan Kompetensi keahlian yang berbeda-beda menyesuaikan lapangan kerja yang ada di dunia industri. Peserta didik SMK dilatih keterampilan dan dididik agar profesional di bidang keahlian masing-masing. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Bpk. Mustagfirin Amin di Jakarta, Jumat (1/3/2013) menyampaikan bahwa kebutuhan industri terhadap teknisi kelas menengah sangat tinggi sehingga menjadi peluang besar bagi lulusan SMK untuk mendapatkan pekerjaan di sektor industry (Kompas, 2013).

SMK diharapkan menghasilkan lulusan berkarakter, mampu mengembangkan keunggulan lokal, dan dapat bersaing di dunia industri. Keberhasilan SMK untuk menghasilkan lulusan yang terampil juga dipengaruhi oleh guru. Guru harus mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan baik. Namun pada kenyataannya, kualitas guru di Indonesia masih rendah. Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Retno Listyarti seperti yang diberitakan Tempo (2013) menyatakan, tahun 2011 World Bank mengeluarkan riset bahwa guru Indonesia kualitasnya terendah di Asia. Beliau juga menambahkan jika guru tidak berkualitas, peserta didiknya juga tidak akan berkualitas.

Hal tersebut sangat memprihatinkan khususnya bagi guru SMK. Seharusnya guru mampu menyampaikan materi secara menarik terhadap peserta didik sehingga lulusan SMK dapat terampil dan mampu bersaing di dunia industri menurut kompetensi keahlian masing-masing.

Kompetensi merupakan hasil proses pembelajaran berupa kemampuan yang dimiliki Peserta didik (Bermawy Munthe, 2014: 28). Burke (E. Mulyasa, 2013: 66) mengatakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, yang diperoleh seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik, termasuk perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sejalan dengan hal itu, Martinis Yamin (2007: 1) menjelaskan bahwa kompetensi merupakan kemampuan peserta didik mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Salah satu SMK di Provinsi Jawa Tengah adalah SMK Negeri 1 Bulakamba. Salah satu Kompetensi keahliannya adalah Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Mata pelajaran kejuruan Instalasi Motor Listrik merupakan mata pelajaran yang diberikan pada peserta didik kelas XII TITL-2 Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK N1 Bulakamba. Mata pelajaran ini terdiri dari teori sekaligus praktik. Berdasarkan hasil observasi ternyata ditemukan masalah dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan masih dominan menggunakan metode ceramah. Metode ini kurang menarik perhatian peserta didik. Kebanyakan peserta didik sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Hal ini berakibat terhadap belum maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran karena masih banyak peserta didik yang kurang aktif .

Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran kejuruan Instalasi Motor Listrik dapat dikatakan belum maksimal. Kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sebesar 75. Namun nilai rata-rata peserta didik pada kompetensi psikomotorik hanya 73,6 dan 64 pada kompetensi kognitif. Hasil tersebut tentu belum mencapai kriteria yang ditetapkan.

Oleh karena itu, guru perlu berinovasi dalam mengelola pembelajaran di kelas agar tidak terkesan monoton. Model pembelajaran Guided Discovery (penemuan terbimbing) merupakan model yang dirasa tepat diterapkan dalam pembelajaran Instalasi Motor Listrik di SMK Negeri 1 Bulakamba. Menurut Priansa (2015), Guided Discovery Learning merupakan metode pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep, pemahaman, dan pemecahan masalah. Guided Discovery melibatkan guru untuk membimbing peserta didik dalam kegiatan yang berkaitan dengan konsep dan pembentukan pemahaman peserta didik (Sunal & Haas, 2011). Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing

(3)

peserta didik agar dapat lebih aktif dan mampu berpikir kreatif guna memecahkan persoalan-persoalan yang diberikan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Sunal & Haas (2011) menjelaskan bahwa Guided Discovery memiliki empat karakter, yaitu: 1) Peserta didik diberikan waktu dan kesempatan untuk belajar hubungan dan membentuk ide baru; 2) Peserta didik menggunakan beberapa kegiatan berfokus pada satu konsep, generalisasi, nilai, atau keterampilan; 3) Peserta didik memiliki peran utama menyelidiki dan menemukan jawaban pertanyaan yang diajukan, membahas, dan menampilkan data; 4) Peserta didik memulai kegiatan pembelajaran dengan sumber belajar yang ditentukan.

Adapun pelaksanaan model Guided Discovery Learning mengikuti model pengajaran langsung. Berikut langkah-langkah pelaksanaan model Guided Discovery menurut Jacobsen, Egen, & Kauchak (2009: 210): 1) Pengenalan dan review: guru memulai dengan media pembelajaran guna melakukan pengenalan materi baru dan menghidupkan pengetahuan sebelumnya; 2) Tahap terbuka: guru memberikan contoh kepada Peserta didik. Peserta didik diminta melakukan pengamatan dan perbandingan; 3) Tahap konvergen: guru memandu peserta didik menemukan konsep dalam contoh dan studi kasus yang diberikan; 4) Penutup: mendeskripsikan hubungan-hubungan yang ditemukan dalam contoh dan studi kasus yang ada.

Dengan dilaksanakannya pembelajaran Instalasi Motor Listrik (IML) materi Smart Relay melalui model Guided Discovery diharapkan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pelajaran melalui model pembelajaran Guided Discovery. Adapun manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu dapat meningkatkan kompetensi peserta didik yang meliputi kompetensi afektif, Kognitif, dan Psikomotor. Bagi guru, dapat digunakan sebagai acuan untuk mengajar Instalasi Motor Listrik (IML) materi Smart Relay. Bagi sekolah, manfaat penelitian ini yaitu dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan guna meningkatkan kompetensi Instalasi Motor Listrik peserta didik melalui penggunaan model pembelajaran Guided Discovery.

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu peserta didik kelas XII TITL-2 Kompetensi Keahlian Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK Negeri 1 Bulakamba Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 34 peserta didik.

2. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XII Kompetensi Keahlian Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 1 Bulakamba, Brebes pada bulan Januari-Maret 2020.

3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk melihat peningkatan kompetensi peserta didik pada mata pelajaran Instalasi Motor Listrik menggunakan model pembelajaran Guided Discovery.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat fase dalam setiap siklusnya, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Masing-masing siklus dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Berikut adalah penjelasan tahapan pada siklus I.

Tahap Perencanaan (Planning), meliputi: 1) Mempersiapkan bahan pembelajaran dan menentukan pokok bahasan materi yang akan disampaikan; 2) Mempersiapkan lembar kerja peserta didik; 3) Mempersiapkan alat penilaian; 4) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); 5)Membuat lembar observasi aktivitas Peserta didik.

(4)

Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting), meliputi: 1) Presensi dan apersepsi; 2) Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai meliputi pengenalan dan review materi; 3) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga timbul semangat untuk mengikuti pembelajaran di kelas; 4) Pemberian tes awal (pre–test) kepada peserta didik; 5) Membentuk kelompok d imana setiap kelompok beranggotakan 4-5 peserta didik; 6) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja peserta didik yang harus diselesaikan secara berkelompok. Guru memberikan contoh dan peserta didik diminta melakukan pengamatan dan perbandingan; 7) Guru memandu peserta didik menemukan konsep melalui contoh dan studi kasus; 8) Kelompok peserta didik secara bergantian mendeskripsikan dan mempresentasikan hasil hubungan yang ditemukan dari studi kasus di depan kelas, kelompok yang lain memberi tanggapan terhadap hasil pekerjaan yang dipresentasikan di depan kelas; 9) Guru memberikan evaluasi berupa tes; 10) Guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.

Tahap observasi dilakukan dengan cara mengamati, mencatat, dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran Guided Discovery dalam pembelajaran Instalasi Motor Listrik sehingga diperoleh data yang diperlukan. Pengamatan dilakukan dengan mengisi lembar observasi aspek afektif Peserta didik di mana pada lembar observasi terdapat rubric penilaian sesuai kriteria yang diamati. Proses pengamatan lebih difokuskan kepada aktivitas Peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu oleh kolaborator di mana masing-masing mendapat tanggung jawab untuk mengamati dua sampai tiga kelompok.

Refleksi dilakukan secara keseluruhan terhadap hasil-hasil yang diperoleh selama observasi atau pengamatan. Refleksi dilakukan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilaksanakan. Data hasil observasi selanjutnya dianalisis dan disimpulkan seberapa besar peningkatan kompetensi peserta didik yang terjadi. Apabila kompetensi peserta didik belum memenuhi kriteria yang diharapkan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya, dan apabila kompetensi sudah sesuai dengan rencana maka penelitian dianggap selesai dan perlu dipertahankan.

Setiap siklus lanjutan direncanakan berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya sehingga masing-masing siklus saling berkaitan. Siklus berikutnya merupakan modifikasi dari siklus sebelumnya untuk mencapai hasil yang lebih baik.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes dan non tes. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan Peserta didik pada aspek afektif maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta didik pada aspek psikomotorik maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan praktik. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta didik pada aspek kognitif maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar kerja peserta didik (LKPD), soal tes. Dalam lembar observasi landasan yang digunakan dalam menyusun instrumen aspek afektif peserta didik adalah domain afektif menurut Karthwohl dan kawan-kawan seperti dikutip Borich (2007) yang membagi menjadi lima kelompok, yaitu penerimaan (receiving), merespons (responding), menilai (valuing), mengorganisasi (organization), dan karakterisasi nilai. Lembar Kerja peserta didik (LKPD), yaitu dengan mengisi lembar penilaian yang terdapat pada setiap lembar kerja peserta didik sesuai dengan rubrik penilaian yang ada. Untuk bentuk tes tertulis berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dengan lima pilihan jawaban

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes kognitif dan psikomotorik dalam bentuk deskripsi angka, sedangkan data kualitatif

(5)

diperoleh dari hasil observasi. Data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis, untuk kemudian dikaitkan dengan data kuantitatif sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

7. Indikator Kinerja

Dengan menerapkan model pembelajaran Guided Discovery diharapkan seluruh peserta didik dinyatakan lulus dalam semua kompetensi yang diujikan. Adapun kriteria keberhasilan sebagai berikut: 1) Pada aspek afektif penelitian ini berhasil ditandai dengan peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru, aktif bertanya jawab dengan guru, aktif dalam mengemukakan pendapat, aktif berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok, dan aktif bertanya kepada teman; 2) Pada aspek psikomotorik peserta didik sekurang-kurangnya 75% peserta didik dinyatakan lulus dan nilai rata-rata kelas minimal 75; 3) Pada aspek kognitif sekurang-kurangnya 75% Peserta didik dinyatakan lulus dan nilai rata-rata kelas minimal 75.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Siklus 1

1) Rencana Tindakan

Tahap perencanaan tindakan untuk Siklus I peneliti mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran Guided Discovery. Beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan tindakan antara lain: menyusun RPP, mempersiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD), menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik, dan menyusun soal pre-test dan post-test.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan di mana durasi setiap pertemuan selama 6 x 45 menit (270 Menit). Pelaksanaan tindakan Siklus I pertemuan pertama, dan kedua hamper sama, yang berbeda adalah materi yang disampaikan. Materi yang disampaikan pada Siklus I pertemuan pertama yaitu menjelaskan konsep dasar Variabel Speed Drive, pada pertemuan kedua materi yang disampaikan yaitu karakteristik Variable Speed Drive, sedangkan pada pertemuan ketiga yaitu jenis dan karakteristik Variable Speed Drive dalam rangkaian instalasi motor listrik..

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada Siklus I sesuai dengan model pembelajaran Guided Discovery, antara lain: apersepsi, mengadakan tes awal (pre-test), menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, pemberian motivasi, membentuk kelompok secara heterogen, menyajikan materi pelajaran, memberikan tugas kelompok; presentasi; memberikan kesimpulan materi yang disampaikan, guru memberikan penguatan kembali dengan menyampaikan materi yang dianggap penting yang harus dikuasai dengan harapan peserta didik. Pada pertemuan ketiga setelah presentasi guru memberikan tes akhir (post-test) guna mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik mengenai mata pelajaran Instalasi Motor Listrik setelah dilaksanakan tindakan. Berikut hasil belajar peserta didik pada siklus I.

Penilaian kompetensi peserta didik pada aspek psikomotorik dilakukan dengan melakukan penilaian LKPD I dan LKPD II. Hasil penilaian LKPD I dan II pada siklus I dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 1. Nilai LKPD I dan II Semua Kelompok

Kelompok (34 siswa) Nilai LKPD 1 Nilai LKPD 2 1 75 80 2 78 83 3 75 80 4 75 80

(6)

5 70 75 6 75 80 7 70 75 8 70 75 Rata-rata setiap LKPD 73,6 76,4 Rata-rata siklus I 75

Pada pembelajaran materi Smart Relay dengan menggunakan Guided Discovery peserta didik yang berjumlah 34 dibagi menjadi 8 kelompok. Dari hasil LKPD I dan II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata LKPD I hanya 73,6 dan meningkat menjadi 76,4 pada LKPD II sehingga dihasilkan nilai rata-rata kompetensi psikomotorik peserta didik pada siklus I sebesar 75. Kelompok 2 selalu mendapat nilai tertinggi. Pada tahap ini nilai rata-rata peserta didik dalam aspek psikomotorik sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditentukan. Namun pada LKPD I masih ada 3 kelompok yang belum lulus. Artinya, pada tahap ini tidak semua peserta didik sudah memahami materi dan penerapannya.

Selain mengerjakan LKPD, peserta didik juga mengerjakan tes tertulis yang digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif peserta didik. Tes ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu pretest dan posttest. Pre test dilaksanakan sebelum pembelajaran menggunakan Guided Discovery. Hasil tes awal (pre-test) siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Nilai Tes Awal (Pre-test) Peserta didik Siklus I

Nilai Jumlah Peserta didik Persentase Keterangan

< 75 24 70,59% Belum lulus

≥ 75 10 29,41% Lulus

Rata-rata Kelas 64 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terendah 35

Dari data tabel 2 dapat dilihat bahwa peserta didik yang dinyatakan lulus hanya sebanyak 10 peserta didik atau 29,41% dan 24 peserta didik atau 70,59% dinyatakan tidak lulus. Rata-rata nilai tes awal (pre-test) adalah 64 dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 35.

Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran Guided Discovery, selanjutnya dilakukan tes akhir (post-test). Hal ini, bertujuan mengetahui tingkat pemahaman Peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari Bersama. Hasil tes akhir (post-test) Siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Nilai Tes Akhir (Post-test) Peserta didik Siklus I

Nilai Jumlah Peserta didik Persentase Keterangan

< 75 12 35,29% Belum Tuntas

≥ 75 22 64,71% Tuntas

Rata-rata Kelas 74 Nilai Tertinggi 85 Nilai Terendah 50

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa peserta didik yang dinyatakan lulus hanya sebanyak 22 orang atau 64,71% dan 12 peserta didik atau 35,29% dinyatakan tidak lulus karena memperoleh nilai di bawah 75. Rata-rata nilai tes akhir (post test) adalah 74,56. Sebanyak. Data peningkatan kompetensi peserta didik aspek kognitif Siklus I disajikan dalam Tabel berikut ini.

3) Observasi

Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama terlihat peserta didik belum dapat menyesuaikan model pembelajaran Guided Discovery. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap peserta didik yang kurang senang untuk berdiskusi dengan pengelompokan yang dipilih secara acak. Hal lain yang menunjukkan ketidaksenangan peserta didik yaitu pada saat setiap kelompok diberi

(7)

LKPD, dalam satu kelompok hanya satu atau dua peserta didik saja yang terlihat antusias terhadap pembelajaran, anggota kelompok yang lain masih terkesan pasif.

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua sudah terlihat perkembangan ke arah yang lebih baik. Terlihat Peserta didik sudah mulai terbiasa mengikuti model pembelajaran Guided Discovery, meskipun masih ada beberapa Peserta didik kurang antusias mengikuti pembelajaran. Hal itu terlihat saat Peserta didik diberi LKPD kedua, Peserta didik sebelumnya hanya pasif sebagai anggota kelompok mulai berani menyampaikan ide-ide membantu anggota kelompok lain menyelesaikan tugas kelompok.

Pembelajaran Siklus I pertemuan ketiga terlihat Peserta didik sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih baik, tetapi masih ada beberapa Peserta didik yang masih menjadi anggota pasif dalam kelompok. Dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya di pertemuan ketiga Peserta didik terlihat lebih antusias mengikuti pembelajaran. Peneliti memberikan soal post-test Siklus I, selama mengerjakan soal post-test masih ada Peserta didik yang mencuri kesempatan untuk bekerja sama dengan peserta didik lain.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka penelitian ini dirasa perlu dilanjutkan ke Siklus II, dengan tujuan: 1) meningkatkan antusiasme peserta didik saat pembelajaran menggunakan model pembelajaran Guided Discovery, 2) meningkatkan kemampuan Peserta didik memilih spesifikasi variable speed drive 3) meningkatkan kemampuan Peserta didik memahami spesifikasi variable speed drive.

4) Refleksi

Kegiatan yang dilakukan setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Guided Discovery adalah melakukan refleksi terhadap pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah diuraikan sebelumnya maka penelitian ini akan dilanjutkan pada Siklus II. Berdasarkan hasil analisis atas tindakan yang sudah dilakukan, diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: (1) Saat pembelajaran peserta didik dalam kelompok cenderung pasif karena merasa tidak nyaman dengan anggota kelompoknya. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran dalam satu kelompok hanya satu atau dua Peserta didik saja yang benar-benar mengerjakan tugas yang diberikan dalam LKPD; (2) Terdapat peserta didik yang sama sekali tidak bekerja dan bahkan terlihat bermain-main dengan alat komunikasi yang dimiliki karena mereka hanya mengandalkan teman satu kelompok yang memang sudah mengerti; (3) Peserta didik masih cenderung pasif saat dilakukan diskusi. Terlihat saat beberapa Peserta didik yang dipanggil untuk mewakili kelompok menyampaikan hasil diskusi di depan kelas hanya terdiam; (4) Melihat hasil observasi aktivitas Peserta didik saat kegiatan belajar kelompok, aktivitas Peserta didik masih perlu ditingkatkan; (5) Hasil tes kompetensi psikomorik dan kognitif belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.

Hasil refleksi Sikus I di atas dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan perbaikan dan perubahan pada Siklus II agar mencapai hasil yang diharapkan. Pelaksanaan pembelajaran Siklus II dipersiapkan dengan skenario pembelajaran untuk langkah-langkah model pembelajaran Guided Discovery, serta mengetahui kompetensi masing-masing Peserta didik pada tiap-tiap aspek kompetensi. Pembelajaran pada Siklus II dirancang dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a) Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari langkah-langkah penelitian Siklus I yaitu peningkatan kompetensi Instalasi Motor Listrik peserta didik melalui model pembelajaran Guided Discovery. Fokus pada langkah ini adalah peserta didik dilatih untuk mengamati dan meniru gambar kerja instalasi variable speed drive.

b) Guru dan peneliti memberikan pengarahan dan motivasi agar Peserta didik lebih terdorong untuk lebih aktif dalam pembelajaran kelompoknya.

(8)

c) Guru, peneliti, serta kolaborator selama pembelajaran lebih aktif berkeliling dalam memantau Peserta didik. Tujuannya tidak lain agar peserta didik tidak bermain-main dengan tanggung jawabnya mengerjakan tugas.

d) Guru dan peneliti mewajibkan setiap anggota kelompok secara bergantian menyelesaikan tugas yang ada dalam LKPD, dengan maksud agar peserta didik lebih merasa memiliki rasa tanggung jawab sebagai anggota kelompok.

e) Penyusunan kelompok ulang diharapkan mampu membuat peserta didik merasa lebih nyaman dengan kelompok yang baru sehingga suasana pembelajaran dapat berjalan secara maksimal. f) Proses pembelajaran harus lebih fokus pada pendalaman aspek-aspek kemampuan menyajikan gambar kerja instalasi variable speed drive.

g) Proses diskusi kelompok lebih diperdalam agar peserta didik semakin terbiasa menemukan konsep dan mengolah informasi dari sumber-sumber belajar yang dipakai sehingga semakin terlatih membangun pemikiran kritis melalui penyampaian pertanyaan atau pendapat terhadap masalah yang didiskusikan di dalam kelas.

(h) proses presentasi kelompok dibuat lebih menarik.

Siklus II

1) Rencana Tindakan

Tahap perencanaan tindakan untuk Siklus II peneliti mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran Guided Discovery dengan memperhatikan refleksi pada siklus I.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan siklus I. Yang menjadi pembeda adalah: (1) Guru lebih memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa dengan mempelajari mata pelajaran Instalasi Motor Listrik Peserta didik dapat membuat peralatan elektronika yang dapat bermanfaat di kehidupan sehari-hari dan dunia industri; (2) Dalam menyusun kelompok dipilih secara acak agar dalam satu kelompok memiliki anggota kelompok yang beragam dalam hal kemampuan, jenis kelamin, etnis, dan sebagainya; (3) Guru memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi sehingga peserta didik lebih antusias dalam pembelajaran. (4) Presentasi kelompok dalam memaparkan hasil diskusi menggunakan media power point supaya kelompok lain lebih tertarik menyimak. Berikut hasil belajar peserta didik setelah dilakukan perbaikan.

Penilaian kompetensi Peserta didik aspek psikomotorik dilakukan dengan melakukan penilaian LKPD III dan LKPD IV. Hasil penilaian LKPD III dan IV dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Nilai LKPD III dan IV Semua Kelompok

Kelompok (34 siswa) Nilai LKPD 1 Nilai LKPD 2

1 85 88 2 83 86 3 80 83 4 78 81 5 80 83 6 75 78 7 75 78 8 75 78 Rata-rata setiap LKPD 78 81 Rata-rata siklus II 79,5

Secara umum terlihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata kompetensi Peserta didik aspek psikomotorik pada LKPD III dan LKPD IV dengan nilai rata-rata LKPD III hanya 78 meningkat

(9)

menjadi 81 pada LKPD IV. Dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai rata-rata aspek psikomotorik Siklus II sebesar 79,5. Pada siklus ini nilai semua kelompok dinyatakan lulus dengan nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok 1. Artinya, pada tahap ini seluruh peserta didik sudah memahami mata pelajaran Instalasi Motor Listrik dan mampu mengoperasikan instalasi variable speed drive.

Hasil penilaian aspek kognitif pada Siklus II terbagi menjadi dua, penilaian tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Hasil tes awal (pre-test) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Nilai Tes Awal (Pre-test) Peserta didik Siklus II

Nilai Jumlah Peserta didik Persentase Keterangan

< 75 18 52,94% Belum Tuntas

≥ 75 16 47,06% Tuntas

Rata-rata Kelas 71 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 60

Tabel di atas dapat dilihat bahwa peserta didik yang dinyatakan lulus sebanyak 16 peserta didik atau 47,06% dan 18 peserta didik atau 52,94. Nilai rata-rata tes awal (pre-test) siklus II adalah 71 dengan nilai tertinggi 90 dan terendah 60.

Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Guided Discovery, selanjutnya dilakukan tes akhir (post-test). Tes akhir (posttest) dilaksanakan di akhir pertemuan pada pertemuan ketiga. Hasil tes akhir (post-test) Siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Nilai Tes Akhir (Post-test) Peserta didik Siklus II

Nilai Jumlah Peserta didik Persentase Keterangan

< 75 4 12% Belum Tuntas

≥ 75 30 88% Tuntas

Rata-rata Kelas 81 Nilai Tertinggi 95 Nilai Terendah 70

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa peserta didik yang dinyatakan lulus sebanyak 30 peserta didik atau 88,00 % dan 4 peserta didik atau 12% dinyatakan tidak lulus. Rata-rata nilai tes akhir (post-test) siklus II adalah 81,03 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 70.

3) Observasi

Pelaksanaan pembelajaran Siklus II pertemuan pertama terlihat Peserta didik sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran Guided Discovery yang diterapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap Peserta didik yang mulai berani menemukan konsep dan memberikan ide-ide kepada kelompok selama proses penyelesaian tugas kelompok berlangsung.

Proses pembelajaran pertemuan kedua sudah terlihat perkembangan ke arah yang lebih baik. Terlihat peserta didik sudah mulai menikmati pembelajaran Guided Discovery. Meskipun masih ada beberapa Peserta didik dalam kelompok yang kurang antusias mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran Siklus II pertemuan ketiga terlihat peserta didik sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih baik. Dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya di pertemuan ketiga peserta didik terlihat lebih aktif mengikuti pembelajaran. Peneliti memberikan soal post-test Siklus II, selama mengerjakan soal post-test peserta didik sudah dapat mengerjakan soal secara mandiri.

(10)

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah diuraikan di atas, penelitian dianggap sudah selesai karena penggunaan model pembelajaran Guided Discovery sudah memenuhi indikator keberhasilan dan mampu meningkatkan kompetensi peserta didik pada aspek afektif, aspek psikomotorik, dan aspek kognitif dengan baik.

2. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian dengan dua kali siklus menunjukkan terjadi peningkatan kompetensi peserta didik pada materi Smart Relay melalui model pembelajaran Guided Discovery. Peningkatan aspek psikomotorik dan kognitif peserta didik setiap siklus dapat dilihat pada grafik berikut. 0 20 40 60 80 100 Psikomotorik Kognitif 73,6 64 7579,5 7481 Prasiklus Siklus I Siklus II

Grafik 1. Peningkatan nilai setiap siklus

Peningkatan kompetensi Peserta didik aspek psikomotorik diperoleh dari hasil penilaian lembar kerja Peserta didik. Penilaian yang dilakukan sesuai ketentuan penilaian yang telah disusun, dengan jumlah skor maksimal adalah 100. Peningkatan kemampuan Peserta didik aspek psikomotorik ditunjukkan oleh adanya peningkatan nilai rata-rata setiap LKPD. Siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 75 meningkat menjadi 79,5 pada Siklus II.

Aspek kognitif juga mengalami peningkatan. peningkatan pada aspek kognitif peserta didik secara keseluruhan dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata mata pelajaran Instalasi Motor Listrik dari hasil post-test setiap siklus. Nilai rata-rata peserta didik pada siklus I yaitu 74,56 meningkat menjadi 81 pada siklus II.

Pada aspek afektif terjadi perubahan perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik dalam mengikuti pembelajaran. Awalnya peserta didik tidak tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru dan kebanyakan peserta didik sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Setelah pembelajaran dilaksanakan dengan model Guided Discovery peserta didik menjadi memperhatikan penjelasan dari guru, aktif bertanya jawab dengan guru, aktif dalam mengemukakan pendapat, aktif berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok, dan aktif bertanya kepada teman, serta lebih mandiri dalam mengerjakan tes yang diberikan oleh guru.

Melihat hasil penelitian ini maka, penelitian yang dilakukan dapat memberikan dampak positif bagi beberapa pihak. Pembelajaran model Guided Discovery memberikan pengalaman kepada guru untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Guru yang masih cenderung menggunakan metode ceramah bisa menerapkan model pembelajaran ini untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Selain itu, penggunaan model pembelajaran Guided Discovery dimungkinkan dapat diterapkan oleh sekolah guna meningkatkan kompetensi Peserta didik pada mata pelajaran lain, sehingga dapat meningkatkan kompetensi Peserta didik yang dirasa masih kurang.

(11)

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran Guided Discovery dapat meningkatkan kompetensi peserta didik pada materi Spesifikasi Variabel Speed Drive mata pelajaran Instalasi Motor Listrik Peserta didik kelas XII TITL-2 Kompetensi keahlian Instalasi Tenaga Listrik di SMK N1 Bulakamba. Kompetensi Peserta didik meliputi tiga aspek yaitu: aspek afektif, psikomotorik, dan kognitif Peserta didik. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kholik. Abdul Kholik (2013) menjelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika Peserta didik kelas VIII A di SMP Negeri 3 Kalasan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian, maka Peserta didik disarankan untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Di sisi lain, guru juga disarankan menerapkan model pembelajaran Guided Discovery pada proses pembelajaran Instalasi Motor Listrik. Hal ini dilakukan agar kompetensi Peserta didik yang sudah tercapai bisa dipertahankan.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data penelitian maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Guided Discovery dapat meningkatkan kompetensi psikomotorik dan kognitif peserta didik kelas XII TITL-2 SMK Negeri 1 Bulakamba dalam pelajaran Instalasi Motor Listrik (IML) materi Smart Relay. Pembelajaran dengan model Guided Discovery juga dapat meningkatkan kompetensi afektif peserta didik. Peserta didik menjadi lebih memperhatikan penjelasan dari guru, aktif bertanya jawab dengan guru, aktif dalam mengemukakan pendapat, aktif berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok, dan aktif bertanya kepada teman, serta lebih mandiri dalam mengerjakan tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan penerapan model Guided Discovery ini didukung beberapa faktor, salah satunya adalah presentasi hasil diskusi menggunakan media power point supaya kelompok lain lebih tertarik menyimak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kholik. 2013. Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Topik Lingkaran di Kelas VII SMP Negeri 3 Kalasan. Skripsi. FMIPA UNY.

Bermawy Munthe. 2014. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.

Borich, Gary. 2007. Effective Teaching Methods Research Based Practice. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia.

E. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jacobsen, D.A., dkk. 2009. Methods for Teaching: Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa

TK-SMA. K-SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kompas. 2013. SMK Pilihan Hidup Generasi Muda Diakses dari http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/14/1547221/SMK Pilihan Hidup Generasi Muda.

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Peserta didik. Jakarta: Gaung Persada Press.

Priansa, Donni Juni. 2015. Manajemen Peserta didik dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sunal, Cynthia Szymansky & Haas, Marry Elizabeth. 2011. Social Studies for the Elementary and Middle Grades. 4th. ed. United State of America: Pearson Education.

Syaerozi., Eko Supraptono., Sutarno. (2015).”Penerapan Metode Pembelajaran Drill Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengolah Data Menggunakan XLS 2007” https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edukom/article/view/7860

Tempo. 2013. Kurikulum 2013, Metode Mengajar Guru Diawasi. Diakses dari http://www.tempo.co/read/news/2013/02/18/079462038/Kurikulum-2013-Metode-Mengajar-Guru-Diawasi.

Gambar

Tabel 1. Nilai LKPD I dan II Semua Kelompok  Kelompok   (34 siswa)  Nilai   LKPD 1  Nilai   LKPD 2  1  75  80  2  78  83  3  75  80  4  75  80
Tabel 3. Nilai Tes Akhir (Post-test) Peserta didik Siklus I
Tabel 4. Nilai LKPD III dan IV Semua Kelompok
Tabel    di  atas  dapat  dilihat  bahwa  peserta  didik  yang  dinyatakan  lulus  sebanyak  16  peserta  didik atau 47,06% dan 18 peserta didik atau 52,94
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3.1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Strata Pendidikan Tabel 3.2 Jumlah Karyawan Berdasarkan Fungsi Tabel 3.3 Jumlah Karyawan Berdasarkan Sub Unit Organisasi Tabel 3.4 Sarana

Selanjutnya, terdapat ketentuan yang mengatur tentang; Asas, Tujuan, dan Larangan partai politik lokal harus sejalan dengan bunyi Pasal 77 UUPA, yaitu: 1) Asas partai politik

Pada ketel dengan suhu 140 o C terdapat tekanan 4 bar, namun ternyata berpengaruh pada proses penyulingan dengan pola yang sama pada suhu 100 o C tekanan 1,5 bar,

Dari hasil penelitian sitotoksisitas fraksi protein daun mimba hasil pengendapan dengan amonium sulfat 30%, 60%, dan 100% jenuh terhadap kultur sel myeloma (Hariadi, 2006),

Atas kehendakNya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, DAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Konsep model pembelajaran akidah menurut perspektif Alquran adalah konsep desain atau deskripsi singkat proses pembelajaran akidah

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis normatif,berdasarkan ketentuan hukum yaitu dengan melakukan penelaahan dan pengkajian secara mendalam terhadap

[r]