• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

¾ Bank-bank yang dinilai mempunyai kinerja yang baik dari hasil pengukuran dengan menggunakan pemodelan DEA 1 dan 2 adalah bank-bank yang dimiliki oleh investor asing atau pemerintah serta memiliki jumlah aset yang besar.

¾ Bank-bank yang dinilai mempunyai kinerja kurang baik dari hasil pengukuran dalam karya akhir ini adalah bank-bank yang dimiliki oleh investor domestik dan memiliki jumlah aset yang kecil.

¾ Faktor kepemilikan oleh investor asing ternyata lebih mempunyai pengaruh terhadap baiknya kinerja perbankan dibandingkan ukuran perbankan, hal ini mengacu kepada tabel 5.19 dimana nilai efisiensi rata-rata bank asing yang berukuran lebih kecil dari 10 triliun adalah 0.902, lebih tinggi dibandingkan efisiensi rata-rata bank domestik yang berukuran lebih besar dari 10 triliun sebesar 0.737.

¾ Dorongan pemerintah supaya bank-bank di Indonesia melakukan konsolidasi baik dengan melakukan merger dengan bank lain dalam rangka memperkuat struktur modal mereka, ternyata merupakan langkah yang tepat. Dari analisis di bab V, diketahui bahwa bank-bank dengan modal yang kuat (besar), cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan bank dengan modal lemah (kecil).

¾ Dorongan pemerintah supaya bank-bank di Indonesia menarik investor asing dalam rangka memperkuat struktur modal mereka, ternyata merupakan langkah yang tepat. Dari analisis di bab V, diketahui bahwa bank-bank yang

(2)

struktur kepemilikannya terdiri dari investor asing atau pemerintah, cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan investor domestik.

¾ Selama periode pengamatan antara tahun 2005 – 2007, industri perbankan nasional secara umum dinilai mengalami kemajuan, baik diukur dari peranan bank-bank sebagai intermediator finansial maupun sebagai entitas penghasil profit. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6.3 di bawah ini:

Tabel 6.1 Nilai Efisiensi Rata-Rata Bank-Bank di Indonesia

DEA 1 DEA 2

Tahun 2005 0.794 0.866

Tahun 2006 0.809 0.860

Tahun 2007 0.848 0.877

sumber : Hasil perhitungan DEA Solver

Rata-Rata Efisiensi Tahun Pengamatan

Tabel 6.3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata efisiensi selama 3 tahun pengamatan, baik dengan pemodelan DEA 1 maupun DEA 2. Peningkatan rata-rata efisiensi menunjukkan peningkatan kinerja perbankan sejak tahun 2005 sampai 2007.

¾ Metode Data Envelopment Analysis ini bisa dijadikan metode pengukuran kinerja alternatif untuk mengukur kinerja perbankan nasional, karena hasil pengukuran dengan metode tersebut memberikan rekomendasi yang relatif sama dengan rasio-rasio tradisional dan dengan rating InfoBank.

¾ Salah satu keunggulan hasil pengukuran dengan pemodelan DEA adalah hasil pemodelan DEA memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang dapat diperbaiki untuk masing-masing bank yang mempunyai kinerja kurang baik dengan cara pengurangan input ataupun penambahan output. Rekomendasi yang diberikan sudah cukup jelas sehingga mempermudah manajemen untuk menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

(3)

6.2 Keterbatasan Penelitian

¾ Pengukuran kinerja dengan pemodelan data envelopment analysis dalam karya akhir ini, hanya melihat industri perbankan dari dua sisi saja yaitu intermediasi dan profitabilitas. Hasil penelitian ini hanya mengukur kinerja sebuah bank dari sisi intermediasi dan profitabilitas, sehingga penilaian baik buruknya kinerja sebuah bank hanya dilihat dari dua sisi tersebut. Hasil penelitian ini tidak bisa menilai kinerja sebuah bank dari sisi lainnya, misalnya dari sisi kepuasan konsumen atau inovasi produk baru, karena input dan output yang menjadi dasar pemodelan dalam karya akhir ini tidak memasukkan faktor-faktor tersebut.

¾ Hasil pemodelan DEA tidak bisa menguji apakah data input dan output bebas dari kesalahan pengukuran. Sehingga bila ternyata ada kesalahan dalam laporan keuangan perbankan yang dijadikan sumber input dan output, bisa membuat hasil pemodelan DEA menjadi bias dan tidak akurat.

¾ Semua sampel bank dalam karya akhir ini, diasumsikan homogen. Dasar asumsi kehomogenan ini adalah dari sisi operasional bank-bank tersebut yang fungsi yang sama yaitu menerima deposit dan menyalurkan kredit serta mampu melayani transaksi internasional (BUSN-Devisa, bank asing dan bank persero). Penentuan kehomogenan ini sangat subyektif dan rawan kesalahan. Bila pada kenyataannya terdapat bank-bank yang tidak homogen, bank tersebut seharusnya dikeluarkan dari sampel karena bisa mempengaruhi keakuratan dari hasil pemodelan DEA.

¾ Pada pemodelan BCC-Input, masing-masing DMU diberikan kebebasan untuk menentukan pembobotan variabel yang akan memberikan nilai efisiensi tertinggi. Hal ini terbukti menjadi kendala, karena dalam beberapa kasus yang sudah dibahas di Bab V, bebasnya pembobotan variabel menyebabkan terjadi pembobotan yang tidak proporsional menyebabkan biasnya hasil pemodelan dengan tujuan pengukuran.

(4)

6.3 Saran

6.3.1 Saran untuk Pemerintah dan Masyarakat

¾ Hasil pengukuran kinerja dengan pemodelan DEA memperlihatkan terjadinya peningkatan efisiensi bank-bank, sejak tahun 2005 sampai 2007, sehingga kepada masyarakat disarankan untuk menambah kepercayaan mereka terhadap perbankan nasional dengan lebih aktif menggunakan jasa perbankan. Dengan lebih aktifnya masyarakat dalam menggunakan jasa perbankan diharapkan mampu mempercepat “berputarnya roda” perekonomian di Indonesia.

¾ Hasil pengukuran kinerja dengan pemodelan DEA memberikan informasi mengenai bank-bank mana saja yang mempunyai kinerja kurang baik, sehingga masyarakat harus lebih waspada bila saat ini menggunakan jasa bank-bank dengan kinerja yang kurang baik ini.

¾ Pemerintah disarankan untuk lebih gencar dalam mendorong bank-bank untuk melakukan konsolidasi perbankan untuk memperbesar modal dan aset serta memperkuat struktur permodalan dengan mengundang investor asing.

6.3.2 Saran untuk Manajemen Bank dan Peneliti

¾ Bagi pihak-pihak yang ingin melakukan pengukuran kinerja perbankan pada area yang sangat spesifik yang sulit diukur dengan metode pengukuran tradisional. Metode pengukuran kinerja dengan pemodelan DEA bisa menjadi alternatif metode pengukuran. Dimisalkan manajemen sebuah bank ingin mengetahui efisiensi dari investasi mereka dalam bidang teknologi informasi, pengukuran kinerja dengan metode DEA ini dapat dipakai dengan cara menentukan input dan output yang tepat. Dalam hal ini, jumlah investasi yang dilakukan dapat dijadikan sebagai input dan nilai transaksi yang menggunakan mesin ATM dapat dijadikan sebagai output.

¾ 11 bank hasil pemodelan DEA 1 dan 15 bank hasil pemodelan DEA 2 yang dinilai berkinerja baik, bisa menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu acuan untuk tetap mempertahankan kinerjanya selama ini.

¾ Sedangkan bank-bank lainnya yang dinilai berkinerja kurang baik, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu acuan untuk memperbaiki

(5)

kinerja bank tersebut. Data-data referensi perbaikan untuk tiap bank-bank yang kurang baik dapat dilihat secara lengkap di lampiran 3 mengenai proyeksi perbaikan hasil pemodelan DEA.

¾ Kehomogenan dari DMU-DMU yang diukur sangat mempengaruhi hasil keakuratan pengukuran, sehingga para peneliti yang melakukan pengukuran dengan metode ini harus mempunyai perhatian dalam proses pemilihan unit-unit yang akan diukur.

6.4 Penelitian Lebih Lanjut.

Untuk memahami industri perbankan baik secara menyeluruh maupun secara lebih detail, diperlukan penelitian-penelitian lanjutan yang membahas industri perbankan dari sudut pandang selain dari sisi intermediasi dan profitabilitas.

Isu-isu perbankan yang berkembang saat ini antara lain adalah : pesatnya perkembangan teknologi informasi untuk mendukung operasional perbankan dan pergeseran sumber dana yang mahal (deposito) ke sumber dana yang murah (tabungan dan giro).

Dengan melakukan penelitian terhadap kedua topik ini, nantinya akan diketahui bank-bank mana saja yang mampu untuk memanfaatkan peluang dari majunya teknologi informasi dan yang paling baik dalam mencari sumber pendanaan. Adapula isu mengenai tingkat pendidikan karyawan perbankan terhadap profitabilitas dan kepuasan konsumen. Hal ini merupakan topik yang sangat penting untuk diteliti lebih lanjut. Namun penentuan input dan output dalam penelitian dengan topik-topik tersebut di atas serta pembobotannya menjadi hal kunci dalam keabsahan hasil pengukuran, sehingga diperlukan pihak-pihak yang ahli dalam bidang perbankan untuk menentukannya.

Seperti sudah dibahas dalam sub bab 6.2, mengenai keterbatasan penelitian, isu mengenai pembobotan terhadap masing-masing input dan output adalah sangat penting dan ditakutkan bisa menyebabkan biasnya hasil pemodelan. Masalah ini sebenarnya sudah mampu diatasi oleh Thompson, Singleton, Thrall and Smith (1986) yang mengembangkan pendekatan dengan nama "assurance region" serta Charnes, Cooper, Huang and Sun (1990) yang mengembangkan pendekatan

(6)

membatasi pemodelan DEA dalam menentukan pembobotan, sehingga bobot yang nantinya akan digunakan dalam pengukuran sesuai dengan tujuan pengukuran.

Bila sebuah penelitian yang menggunakan pemodelan DEA melakukan pembatasan pembobotan, besarnya batasan-batasan yang diberlakukan harus mendapatkan masukan-masukan dari ahli-ahli dan praktisi-praktisi perbankan. Dengan kata lain, harus dilakukan survey terhadap para ahli-ahli dan para praktisi perbankan mengenai besarnya pembobotan yang cocok.

Pengukuran dengan menggunakan pemodelan DEA assurance region sudah dilakukan oleh Richard S. Barr tahun 2002 ketika mengevaluasi kinerja bank-bank komersial di Amerika Serikat. Tabel 6.4 di bawah ini menunjukkan pembatasan pembobotan untuk tiap input dan output pada penelitiannya.

Tabel 6.2 Pembatasan Pembobotan pada Penelitian Richard S. Barr

Data Lower Bound Upper Bound

Inputs

Salary Expense 15.8% 35.9%

Premise/Fixed Assets 3.1% 15.7%

Other Noninterest Expense 15.8% 35.9%

Interest Expense 17.2% 42.8% Purchased Funds 12.1% 34.0% Outputs Earning Assets 40.9% 69.5% Interest Income 25.7% 46.9% Noninterest Income 10.2% 20.2%

sumber : Penelitian oleh Richard S. Barr tahun 2002

Penentuan upper bound (batas atas) dan lower bound (batas bawah) pada penelitian tersebut, ditentukan berdasarkan survei yang dilakukan terhadap para pengamat dan praktisi di perbankan yang sudah berpengalaman dalam bidangnya sehingga diharapkan akan mendapatkan batasan-batasan yang mampu menghasilkan hasil pengukuran sesuai dengan tujuan pengukuran.

Gambar

Tabel 6.1 Nilai Efisiensi Rata-Rata Bank-Bank di Indonesia
Tabel 6.2 Pembatasan Pembobotan pada Penelitian Richard S. Barr

Referensi

Dokumen terkait

Setelah tiga kali pertemuan guru melaksanakan ulangan harian I dengan memberikan tes hasil belajar untuk materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Tes

Melalui pendidikan formal maupun non formal, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat baik itu melalui kurikulum pendidikan, penelitian, pelatihan

(Ini tanda peringatan, Prabu Ratu almarhum, dilantik beliau memakai nama Prabu Guru Dewataprana, dilantik (lagi) dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di

Skenario : Jika admin ingin mengelola kritik dan saran dari pengunjung, maka admin membuka krtik dan saran lalu muncul daftar puskesmas yang ada di Jakarta

Penerapan metode Simple Additive Weighting (SAW) dapat membantu sekolah dalam pengambilan keputusan yang optimal dalam menentukan perwakilan olimpiade matematika,

Tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Suka Makmur Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat melalui kesehatan gigi dan mulut ini adalah: Mendorong timbulnya

Menurut Idin (2016), produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan per satuan waktunya. Dapat dilihat pada