• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : MUH. SYAHRIR M. Nomor Induk Mahasiswa :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : MUH. SYAHRIR M. Nomor Induk Mahasiswa :"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KINERJA POLISI KHUSUS PEMASYARAKATAN DALAM PENGAWASAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN

KABUPATEN TAKALAR

(Studi Kasus LAPAS Kelas II B Kabupaten Takalar)

Oleh :

MUH. SYAHRIR M

Nomor Induk Mahasiswa : 1056 105259 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

KINERJA POLISI KHUSUS PEMASYARAKATAN DALAM PENGAWASAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN

KABUPATEN TAKALAR

(Studi Kasus LAPAS Kelas II B Kabupaten Takalar)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrsi Negara

Disusun dan Diusulkan Oleh :

MUH. SYAHRIR M Nomor Stambuk : 1056 105259 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi :

Nama Mahasiswa : Muh. Syahrir M Nomor Induk Mahasiswa : 1056 105259 15

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui,

Pembimbing I

Abdul Kadir Adys, S.H., MM

Pembimbing II

Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si

Mengetahui, Dekan

Fisipol Unismuh Makassar

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si NBM: 730727

Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Nasrul Haq, S.Sos., MPA NBM: 1067463

Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar (Studi Kasus LAPAS Kelas II B Takalar).

(4)

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan Menguji Ujian Skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor: 0134/FSP/A.4-II/XI/42/2020 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara di Makassar pada Hari Selasa, 01 Desember 2020.

TIM PENILAI TJkkkfn

Ketua

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si NBM: 730727

Sekretaris

Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si NBM: 1084366

PENGUJI:

1. Abdul Kadir Adys, SH., MM (Ketua) (……….)

2. Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si (……….)

3. Nurbiah Tahir, S.Sos., M.AP (……….)

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Muh. Syahrir M Nomor Stambuk : 1056 105259 15

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar,01 Desember 2020 Yang Menyatakan,

(6)

ABSTRAK

Muh. Syahrir M, 2020. Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar (Studi Kasus LAPAS Kelas II B Takalar). (Dibimbing oleh Abdul Kadir Adys dan Adnan Ma’ruf).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive samplig, serta keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan dalam Pengawasan Narapidana 1). Produktivitas dalam mengawasi warga binaan pemasyarakatan dapat dikatakan belum berhasil. Hal ini terlihat dari tidak adanya data yang konkrit antara jumlah warga binaan yang masuk dan keluar setiap hari/bulannya; 2). Kualitas Pelayanan belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan warga binaan baik berupa jenis keterampilan yang diberikan, tidak tersedianya tempat untuk memenuhi kebutuhan warga binaan, serta sarana dan prasarana yang belum memadai dalam kegiatan membina warga binaan. Sejauh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar sudah aktif dalam memberikan informasi, penyuluhan, serta pembinaan kepada warga binaan walaupun warga binaan tidak sepenuhnya berminat dan menerima apa yang diberikan; 3). Responsitivas dalam menanggapi keluhan dan laporan dari warga binaan terkait permasalahan yang terjadi pada dasarnya adalah menampung keluhan yang disampaikan warga binaan walaupun solusi yang diberikan tidak pada saat itu mengingat keluhan-keluhan yang ada bermacam-macam sehingga perlu didiskusikan kembali kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan; 4).Responsibilitas dapat dikatakan belum optimal. karena melakukan tindakan fisik dalam skala kecil jika menghadapi permasalahan atau keributan menghadapi warga binaan; 5).Akuntabilitas dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dikarenakan kesesuaian dalam memberikan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan dan pada umumnya telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman. Dengan keyakinan ini sehinga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan Dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar (Studi Kasus LAPAS Kelas II B Takalar).”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Abd. Kadir Adys, S.H.,MM selaku Pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos.,M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

3. Bapak Nasrulhaq, S.Sos.,MPA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Adminstrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

5. Pihak Lapas Kelas II B Kabupaten Takalar yang telah banyak memberikan informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

6. Saudara(i)ku anak Ilmu Administrasi Negara angkatan 2015 yang sama-sama berjuang dalam meraih cita-cita serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini..

7. Secara khusus dan istimewah penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya ayahanda Muhlis dan Ibunda Jumriah yang telah mendidik dan membimbing saya dari kecil hingga dewasa dan selalu memberikan pengajaran yang sangat berharga.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 01 Desember 2020 Peneliti,

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian. ... 6

D. Manfaat Penelitian. ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Kinerja ... 7

B. Tinjauan tentang Pengawasan Narapidana. ... 13

C. Tinjauan tentang Lembaga Permasyarakatan ... 16

D. Kerangka Pikir ... 20

E. Fokus Penelitian. ... 22

F. Deskripsi Fokus Penelitian. ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian... 24

B. Jenis Dan Tipe Penelitian. ... 24

C. Sumber Data. ... 25

D. Informan Penelitian . ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 26

F. Teknik Analisis Data. ... 26

(10)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 30

B. Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar ... 44

1. Produktivitas ... 45 2. Kualitas Pelayanan ... 49 3. Responsivitas ... 52 4. Responsibilitas ... 56 5. Akuntabilitas ... 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ………...68 LAMPIRAN

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia ternyata juga memiliki prestasi sebagai peringkat ke-54 dalam kategori tingkat kriminalitas tertinggi di dunia. Indonesia menduduki peringkat 54 dari 196 negara yang ada di dunia. Data kepolisian RI menunjukkan bahwa angka kriminalitas di Indonesia memang cukup tinggi dan semakin meningkat setiap tahunnya, tidak hanya itu saja variasi tindakan kriminalitas juga semakin berkembang tiap waktunya.

Data olahan World Prison Studies dan Crime Statistic dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menunjukkan adanya peningkatan signifikan dari jumlah tahanan dan narapidana serta angka kejahatan yang terjadi di Indonesia. Data lembaga studi penjara dunia bernama World Prison Studies menunjukkan jumlah perkembangan populasi tahanan dan narapidana di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana hal ini berbanding lurus dengan adanya peningkatan angka kejahatan di Indonesia. Sebagaimana diungkapkan oleh lembaga studi penjara dunia tersebut, jumlah narapidana dan tahanan di Indonesia pada tahun 2017 telah menembus angka 225.025 jiwa. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan angka kriminalitas di Indonesia. (BPS RI, 2017).

(12)

Bicara tentang kriminalitas, Indonesia menggunakan sistem pemasyarakatan yang memanfaatkan Lapas dan Rutan sebagai sarana penegakan hukum sekaligus pembinaan bagi pelaku tindakan kriminal. Namun sayang, jumlah pelaku kriminal yang tertangkap dan mendekam di jeruji besi nyatanya jauh melebihi daya tampung yang dimiliki Rutan dan Lapas itu sendiri. Kondisi ini disebut sebagai overkapasitas yang berdampak pada munculnya berbagai problem baru, terutama terkait dengan tata kelola Rutan dan Lapas. Sebagai contohnya adalah Berbagai kerusuhan antar penghuni, kerusuhan dengan petugas, usaha pelarian tahanan, pungutan liar hingga adanya berbagai pelanggaran tata tertib.

Narapidana merupakan seseorang yang melakukan tindak kejahatan dengan cara melanggar hukum, atau melanggar Undang-Undang, yang dapat merugikan masyarakat secara moril maupun secara materil, baik dilihat dari segi kesusilaan, kesopanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan yang dibuat setiap tahun tidak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat telah dihukum. Maka dari itu pidana penjara merupakan hal yang paling penting untuk menangani tindak kejahatan yang terjadi disekitar masyarakat.

Pidana penjara merupakan suatu pembatasan kebebasan bergerak terhadap seseorang yang terpidana didalam lembaga permasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu unit pelaksana tekhnis dari jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana.

(13)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dalam penjelasan umumnya memuat pernyataan bahwa tujuan pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan narapidana dan anak pidana untuk menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai. Sebagai sebuah lembaga pembinaan sekaligus institusi penegak hukum, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) menjadi bagian Integrated Criminal Justice

System. Selain peranannya sebagai penegak hukum, Lembaga Pemasyarakatan

memiliki peranan strategis dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mandiri, bertanggung jawab, berkualitas dan bermartabat. Selama menjalani proses pemasyarakatan narapidana diberikan pembinaan kepribadian dan kemandirian yang intinya adalah mengembalikan narapidana ke tengah masyarakat yang baik, percaya diri, mandiri, aktif dan produktif. Dengan demikian kegiatan pembinaan tersebut harus memperhatikan berbagai aspek penghidupan narapidana agar memiliki kemandirian dan kepercayaan diri yang kuat.

Seiring dengan kian banyaknya narapidana, peningkatan kinerja kepolisian dalam melakukan pengawasan merupakan hal sangat penting untuk ditingkatkan. Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

(14)

Fungsi pengawasan narapidana dalam LAPAS merupakan pondasi sekaligus alat ukur berhasilnya petugas pengaman. Parameter yang dijadikan ukuran pengawasan dalam LAPAS meliputi tingkat pelarian narapidana, perkelahian, unjuk rasa, pemberontakan, perjudian, perdagangan dan penyelundupan barang-barang terlarang (senjata, narkotika, dan obat terlarang lainnya). Namun fakta yang terjadi dilapangan masih banyak atau masi ditemukan beberapa narapidana yang tidak mematuhi peraturan yang ada didalam LAPAS, seperti yang disebutkan diatas sebagian narapidana melakukan pelanggaran seperti perkelahian, dan penyelundupan barang-barang terlarang didalam LAPAS.

Kinerja kepolisian pada dasarnya memang harus selalu ditingkatkan dalam melakukan pengawasan terhadap narapidana, guna untuk menghindari pelanggaran yang dilakukan narapidana didalam LAPAS, seperti halnya dalam LAPAS Kelas II B di Kabupaten Takalar, kinerja polsuspas didalam LAPAS tersebut sejauh ini masih dipertanyakan tingkat kinerjanya dalam melakukan pengawasan, karena masih ditemukannya beberapa masalah yang terjadi didalam LAPAS Kelas II B di Kabupaten Takalar, salah satunya masalah yang didapat adalah ada 3 narapidana yang kedapatan menyelundupkan barang-barang terlarang didalam LAPAS , yaitu napi kedapatan pesta sabu didalam sel tahanan.

(Sumber : www.kompas.com).

Anggota jaga pada LAPAS Kelas II B mengatakan pengamanan ataupun pengawasan yang dilakukan telah maksimal, namun hal tersebut menjadi pertanyaan besar karena masi ditemukannya narapidana yang pesta sabu didalam

(15)

LAPAS, selain barang bukti sabu polisi juga mengamankan dua buah telpon seluler milik pelaku. (Sumber : www.kompas.com).

Berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan dapat dijadikan dasar awal peneliti untuk menganalisis secara lebih mendalam akan kinerja polsuspas dalam melakukan pengawasan terhadap narapidana didalam LAPAS baik dari aspek internal maupun eksternal dalam meningkatkan ketertiban narapidana didalam LAPAS secara berkelanjutan.

Dalam penelitian ini kinerja polsuspas dalam melakukan pengawasan terhadap narapidana akan ditinjau dari aspek Ilmu Administrasi Negara, khususnya kajian manajemen kinerja, dengan manganalisis kinerja polsuspas dalam melakukan pengawasan narapidana didalam LAPAS. Melalui pemaparan latar belakang masalah penelitian yang telah peneliti kemukakan, maka judul penelitian ini adalah “Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan Dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar (Studi Kasus LAPAS Kelas II B Takalar)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah utama penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanaka kinerja polisi khusus pemasyarakatan dalam pengawasan narapidana di lembaga permasyarakatan Kabupaten Takalar?

(16)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja polisi khusus pemasyarakatan dalam pengawasan narapidana di lembaga permasyarakatan Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis :

Sebagai bentuk kontribusi akademik guna menambah khazanah keilmuan pengembangan Ilmu Administrasi Negara dalam mengkaji ilmu mentode penelitian kualitatif serta sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitia selanjutnya yang mempunyai kesamaan minat terhadap kajian ini.

2. Manfaat Praktis :

Sebagai bahan masukan bagi anggota kepolisian dalam meningkatkan kinerjanya agar lebih baik lagi dalam melakukan pengawasan terhadap narapidana didalam lapas, dan memberikan pembinaan yang baik terhadap narapidana, guna untuk memberikan perubahan yang lebih baik lagi terhadap narapidana.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan tingkat pencapaian atau prestasi yang bisa diraih oleh pegawai atau suatu organisasi berdasarkan indikator-indikator kinerja yang telah ditentukan. Mengukur keberhasilan kinerja, baik kinerja pegawai atau kinerja sebuah organisasi sangatlah diperlukan hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah diraih. Sehingga setelah diketahui bagaimana tingkat kinerja yang telah dicapai bisa dilakukan evaluasi.

Menurut Pasolong (2010: 175) konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (individu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa terlepas dari sumberdaya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut, dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah kinerja pegawai

Menurut Fahmi (2013: 127) kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu, sedangkan menurut Indra Bastian (Fahmi, 2013: 128) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat

(18)

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, fungsi, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema yang strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Anwar Prabu Mangkunegara, 2006:67).

Menurut Tika (2006:121), kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan dari pekerjaan seseorang guna mencapai tujuan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007:153), beliau mendefinisikan kinerja karyawan sebagai hasil dari proses pekerjaan yang terencana sesuai dengan waktu serta tempat berdasarkan karyawan dan organisasi yang bersangkutan.

Menurut Hasibuan (2002:160), Kinerja diartikan sebagai hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan kecerdasannya, usaha serta kesempatan yang dilakukannya. Menurut Handoko (2000: 50), kinerja diartikan sebagai proses dimana suatu organisasi menilai serta mengevaluasi prestasi dari kinerja pegawai atau karyawan.

Sedangkan menurut Amstrong dan Baron (Wibowo, 2008: 7), kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Bernardin dan Russel (Ruky, 2002: 15) memberikan pengertian kinerja sebagai berikut : “performance is defined as the record of outcomes produced on

(19)

a specified job function or activity during time period”. Prestasi atau kinerja

adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu, dalam definisi ini, aspek yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan tentang outcome atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu, dengan demikian kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.

2. Pengukuran Kinerja

Menurut Mahsun (2006: 26), pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja pegawai ataupun organisasi sangat penting dilakukan karena tanpa dilakukan pengukuran kinerja maka kita tidak akan tahu sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh pegawai maupun suatu organisasi..

Menurut Wibowo (2007: 229) pengukuran hanya berkepentingan untuk mengukur apa yang penting dan relevan, untuk itu perlu jelas tentang apa yang dikatakan penting dan relevan sebelum menemukan ukuran apa yang harus digunakan. Hal-hal yang diukur tergantung pada apa yang dianggap penting oleh

stakeholders dan pelanggan. Pengukuran mengatur keterkaitan antara strategi

(20)

Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:

a. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah terpenuhi; b. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan;

c. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja;

d. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menemukan apa yang perlu prioritas perhatian;

e. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas; f. Memertimbangkan penggunaan sumber daya;

g. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.

Dalam mengukur kinerja pegawai ataupun kinerja organisasi diperlukan indikator pengukuran kinerja, karena indikator merupakan acuan dan juga pedoman dalam melakukan pengukuran kinerja. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa indikator dalam mengukur kinerja.

3. Indikator Kinerja

Mengukur kinerja pegawai dapat dilakukan melalui indikator kinerja, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui optimal atau tidaknya suatu hasil yang dicapai. Menurut Dwiyanto (Pasolong, 2014: 178-179) indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja yaitu sebagai berikut :

1) Produktivitas, bahwa produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektifitas pelayanan dan pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dan output.

(21)

2) Kualitas layanan, cenderung menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik pada kualitas. 3) Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program–program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

4) Responsibilitas, yaitu menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan harus dilakukan sesuai dengan prinsip–prinsip administrasi yang benar dan kebijakan birokrasi baik yang eksplisit maupun yang implisit.

5) Akuntabilitas, maksudnya bahwa seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi tunduk kepada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, dimana para pejabat politik tersebut dengan sendirinya akan selalu memprioritaskan kepentingan rakyat.

Sementara menurut Kumorotomo (Pasolong, 2014: 180) indikator kinerja untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja birokrasi publik, antara lain: a) Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan

(22)

b) Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

c) Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai–nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan pada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

d) Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruahan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Armstrong dan Baron (Wibowo, 2011: 100), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu sebagai berikut:

a. Personal factor, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi dan komitmen individu.

(23)

b. Leadership factor, ditentukan oleh kualitas, dorongan, bimbingan dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

c. Team factor, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.

d. System factor, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi.

e. Contextual/situational factor, ditunjukan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

Dari pendapat ahli di atas dapat dilihat ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dari kinerja seorang pegawai adalah tingkat keterampilan dan kompetensi yang dimiliki. Apabila seorang pegawai memiliki tingkat keterampilan dan kompetensi yang tinggi maka kinerja dari pegawai juga akan baik. Begitu pula sebaliknya apabila tingkat keterampilan dan kompetensi pegawai rendah maka kinerjanya juga akan rendah.

B. Tinjauan tentang Pengawasan Narapidana

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang di rencanakan dengan instruksi yang telah diberikan dan dengan prinsip-prinsip yang telah digariskan. Pengawasan yang dijeRobert J. M Ockler berikut ini telah menjelaskan unsur-unsur esensial proses pengawasan yaitu suatu usaha sistematika untuk menetapkan standar pelaksanaan dan

(24)

tujuan-tujuan perencanaan merancang sistem informasi, umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Islilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah “awas”, sehingga pengawasan merupakan kegiatan mengawasi saja. Sarwoto memberikan definisi tentang pengawasan sebagai berikut : “Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki”.

1. Tipe- Tipe Pengawasan

Dilihat dari tipenya, pengawasan ini memiliki tiga tipe pengawasan, yaitu : a. Pengawasan pendahuluan (steering controls). Pengawasan ini direncanakan

untuk mengatasi masalah-masalah atau penyimpanganpenyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu kegiatan tertentu diselesaikan.

b. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan (Concurrent Contrls). Pengawasan ini dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu harus dipenuhi dahulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi semacam peralatan “double check” yang lebih menjamin ketetapan pelaksanaan suatu kegiatan.

c. Pengawasan umpan balik yaitu pengawasan yang megukur hasil-hasil dari kegiatan tertentu yang telah diselesaikan. Menurut Handayaningrat Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah

(25)

hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan

Melihat dari tipe-tipe pengawasan tersebut maka suatu pemerintah yang baik perlu melakukan pengawasan terhadap bawahanya dengan melihat proses pelaksanaan program atau hasil dari kegiatan yang telah diselesaikan.

2. Maksud dan Tujuan Pengawasan

Maksud dan tujuan pengawasan menurut Handayaningrat adalah :

a) Untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian penyelenggaraan yang lain-lain yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.

b) Agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

c) Pengawasan berorientasi paa tujuan organisasi

d) Pengawasan harus obejktif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum. e) Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

f) Pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan. g) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat. h) Pengawasan harus bersifat terus menerus

i) Hasil pengawasan, harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan serta kebijaksanaan waktu yang akan datang.

(26)

3. Prinsip- Prinsip Pengawasan

Handayaningrat mengemukakan bahwa : a) Pengawasan berorientasi paa tujuan organisasi

b) Pengawasan harus obejktif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum. c) Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

d) Pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan. e) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat. f) Pengawasan harus bersifat terus menerus

g) Hasil pengawasan, harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan serta kebijaksanaan waktu yang akan datang.

C. Tinjauan tentang Lembaga Permasyarakatan 1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan berasal dari dua kata yaitu lembaga dan pemasyarakatan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian Lembaga Pemasyarakatan adalah sebagai berikut:

a. Lembaga adalah organisasi atau badan yang melakukan suatu penyelidikan

atau usaha.

b. Pemasyarakatan adalah nama yang mencakup semua kegiatan yang

keseluruhannya dibawah pimpinan dan pemilikan Departemen Hukum dan HAM, yang berkaitan dengan pertolongan bantuan atau tuntutan kepada

(27)

hukuman/bekas tahanan, termasuk bekas terdakwa atau yang dalam tindak pidana diajukan kedepan pengadilan dan dinyatakan ikut terlibat, untuk kembali kemasyarakat.

Dari uraian di atas, yang dimaksud dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah suatu badan hukum yang menjadi wadah/menampung kegiatan pembinaan bagi narapidana, baik pembinaan secara fisik maupun pembinaan secara rohaniah agar dapat hidup normal kembali di tengah masyarakat. Lapas adalah suatu tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan atau anak didik Pemasyarakatan di Indonesia. Sebelum dikenal istilah Lapas di

Indonesia, tempat tersbut disebut dengan istilah penjara. Lembaga

Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawahDirektorat Jendral Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Penghuni LembagaPemasyarakatan bisa narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Konsep Pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada Tahun 1962, di mana disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakaan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Lembaga Pemasyarakatan lahir dari suatu realitas yang kedengarannya sangat angker yaitu penjara.

Menurut R.A Koesnan, berdasarkan asal-usul (etomologi) kata penjara berasal dari kata penjoro ( bahasa jawa) yang artinya tobat atau jera di penjara

(28)

dibuat tobat atau di buat jera. Sedangkan Suharjo Widiada, mengatakan bahwa Lembaga Pemasyarakatan adalah gagasan konsepsi sebagai kebjaksanaan yang bersifat mengayomi masyarakat dari gangguan kejahatan dan segaligus pula mengayomi warga binaan itu sendiri yang dianggap telah salah jalan hidupnya, sehingga telah menjalani masa pidananya ia akan mejadi anggota masyarakat yang dapat menyesuiaikan dirinya dalam lingkungan pergaulan sosialnya secara wajar.

Lembaga Pemasyarakatan sebenarnya ialah suatu lembaga, yang dahulu juga dikenal sebagai ruamh penjara, yakni tempat dimana orang-orang yang telah dijatuhi pidana dengan pidana-pidana tertentu oleh hakim itu harus menjalankan pidana mereka. Pemberian sebutan yang baru kepada rumah penjara sebagai lembaga pemasyarakatan, dapat diduga erat hubungannya dengan gagasan bliau untuk menjadikan lemabaga pemasyarakatan bukan saja sebagai tempat untuk semata-mata memidana orang, melainkan juga sebagai tempat untuk membina atau mendidik orang-orang terpidana, agar mereka setalah selsai menjalankan pidana, mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar lembaga pemasyarakatan sebagai warga Negara yang baik dan taat pada hukum yang berlaku. Walaupun telah ada gagasan untuk menjadikan tuuan dari pidana penjara itu suatu pemasyarakatan, dan walaupun sebutan dari rumah penjara itu telah diganti dengan sebutan Lembaga-Lembaga Pemasyarakatan, akan tetapi dalam prektik ternyata gagasan tersebut telah tidak didukung oleh suatu konsepsi yang jelas dan sarana-sarana yang memadai, bahkan peraturan-peraturan yang dewasa ini digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pemasyarakatan

(29)

itu, masih tetap merupakan peraturan-peraturan yang dahulu kala telah dipakai orang sebagai pedoman untuk melaksanakan hukuman-hukuman didalam penjara.

Sesuai dengan bunyinya pasal 4 Gestichtenreglement, penghuni suatu Lembaga Pemasyarakatan yang disebut gevangenen atau orang-orang tahanan itu terdiri atas:

1) Mereka yang menjalankan pidana penjara dan pidana kurungan, 2) Orang-orang yang dikenakan penahanan sementara,

3) Orang-orang yang disandera atau gegijzelden,dan

4) Lain-lain orang yang tidak menjalankan pidana penjara atau pidana kurungan, tetapi secara sah telah dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan.

Manual Pemasyarakatan golongan-golongan orang-orang yang dapat dimasukkan atau ditempatkan di dalam lembaga pemasyarakatan itu ialah :

a) Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak kejaksaan, b) Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak pengadilan,

c) Mereka yang telah dijatuhi pidana hilang kemerdekaan oleh pengadilan negeri setempat,

d) Mereka yang dikenakan pidana kurungan, dan

e) Mereka yang tidak menjalani pidana hilang kemerdekaan, tetapi dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan secara sah.

2. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan

Sistem pemasyarakatan merupakkan suatu rangkaian kesatuan penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Lembaga Pemasyarakatan

(30)

sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut malalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Sistem pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Tujuan dari sistem pemasyarakatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan adalah untuk membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi :

1) Seutuhnya;

2) Menyadari kesalahan; 3) Memperbaiki diri;

4) Tidak mengulangi tindak pidana;

5) Dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat; 6) Dapat aktif berperang dalampembangunan; dan

7) Dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

D. Kerangka Pikir

Kinerja merupakan tingkat pencapaian atau prestasi yang bisa diraih oleh pegawai atau suatu organisasi berdasarkan indikator-indikator kinerja yang telah ditentukan. Mengukur keberhasilan kinerja, baik kinerja pegawai atau kinerja sebuah organisasi sangatlah diperlukan hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah diraih. Sehingga setelah diketahui bagaimana tingkat

(31)

kinerja yang telah dicapai bisa dilakukan evaluasi. Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan Dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar untuk mengetahui optimal atau tidaknya suatu hasil yang dicapai digunakan indikator untuk mengukur kinerja yaitu Produktivitas, Kualitas layanan, Responsivitas, Responsibilitas, dan Akuntabilitas. (Pasolong, 2014).

Untuk memudahkan pemahaman dari penjelasan diatas maka penulis merumuskan dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan Kerangka Pikir

KINERJA POLISI KHUSUS PEMASYARAKATAN DALAM PENGAWASAN NARAPIDANA DI LEMBAGA

PERMASYARAKATAN KABUPATEN TAKALAR

Indikator Kinerja Menurut Dwiyanto (Pasolong, 2014) 1. Produktivitas, 2. Kualitas layanan, 3. Responsivitas, 4. Responsibilitas, dan 5. Akuntabilitas. Efektivitas Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan

(32)

E. Fokus Penelitian

Pembahasan fokus penelitian sangat penting dan berkaitan erat dengan masalah maupun data yang dikumpulkan, dimana fokus penelitian di sini mengenai Kinerja Polisi khusus pemasyarakatan Dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar, yang dimana fokus penelitian ini menggunakan 5 indikator penyelesaian yaitu : Produktivitas, Kualitas layanan, Responsivitas, Responsibilitas, dan Akuntabilitas.

F. Deskripsi Fokus penelitian

Dalam hal ini adapun yang menjadi deskripsi fokus penelitian yaitu :

1. Produktivitas, bahwa produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektifitas pelayanan dan pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dan output. Yang dimaksud dalam produktivitas dalam penelitian ini yaitu polisi khusus pemasyarakatan mampu memberikan pengawasan narapidana di Lembaga Permasyarakatan baik dari dalam maupun dari luar.

2. Kualitas layanan, cenderung menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik pada kualitas. Yang dimaksudkan dengan kualitas layanan dalam penelitian ini adalah polisi khusus pemasyarakatan mampu memberikan layanan yang baik tanpa membeda-bedakan terhadap narapidana begitupun keluarga narapidana yang datang menjengunguk Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Takalar.

(33)

3. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah polisi khusus pemasyarakatan mampu melihat kebutuhan narapida dan memberikan program-program yang bermanfaat bagi narapidana.

4. Responsibilitas, yaitu menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan harus dilakukan sesuai dengan prinsip–prinsip administrasi yang benar dan kebijakan birokrasi baik yang eksplisit maupun yang implisit. Yang dimakasud dalam penelitian ini Responsibilitas adalah polisi khusus pemasyarakatan harus bekerja sesuai aturan sehingga pengawasan narapidana menjadi baik.

5. Akuntabilitas, maksudnya bahwa seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi tunduk kepada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, dimana para pejabat politik tersebut dengan sendirinya akan selalu memprioritaskan kepentingan rakyat. Yang dimaksud dalam aktuntabilitas dalam penelitian ini polisi khusus pemasyarakatan kabuapaten takalar mampu menjalankan taguas sesuai aturan Lembaga dalam pengawasan Narapidana sehingga para pejabat juga patuh dan taat terhadapa aturan.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung mulai tanggal 30 November sampai dengan 30 Januari 2020. Adapun lokasi penelitian yaitu di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar, karena peneliti ingin melihat bagaimana kinerja polsuspas dalam pengawasan narapidana di lembaga permasyarakatan kabupaten takalar

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang menghasilkan deskripsi dari orang-orang atau perilaku dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif dimana data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambaran dan bukan angka. Metode penelitian kualitatif ini juga sering disebut metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(naturalsetting). Sugiyono, (2013:89). Data data tersebut lebih banyak bercerita

mengenai objek penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. 2. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan suatu metode atau sistem untuk mempelajari suatu kejadian atau memberikan gambaran mengenai objek penelitian.

(35)

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dijaring dari sumber data primer dan data sekunder dengan proposisi sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data primer, adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji. Hal ini dilakukan melalui metode wawancara dan observasi.

2. Data sekunder, adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objek yang dikaji, data sekunder terutama diperoleh melalui dokumentasi.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini informan memberikan informasi mengenai kinerja polsuspas dalam pengawasan narapidana di lembaga permasyarakatan kelas II B Takalar. Adapun informan penelitian berjumlah tujuh orang yang terdiri dari :

No Nama Jabatan

1. Darwis. H,A. Md.IP ,S.Sos, M.Si Kepala Lembaga Permasyarakatan 2. Alwaris, S.H., M.M Kasi Bimbingan Narapidana 3. Abd. Halid H., S.Pd Kasubsi Keamanan

4. Akbar Romo Regu Kesatuan Pengamanan Lapas

5. Abd. Rahman Regu Kesatuan Pengamanan Lapas

6. Muammil Narapidana kelas II B Takalar

(36)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi lapangan ini dimaksud sebagai pengumpulan data yang selektif. Selanjutnya peneliti mendalami dan mengkaji berbagai fenomena yang berhubungan dengan objek penelitian melalui berbagai situasi dan kondisi nyata yang terjadi di lapangan baik secara formal ataupun non formal.

2. Wawancara

Teknik ini dimaksud dengan mengadakan wawancara mendalam (indepth

interview) secara langsung terhadap informan yang dianggap dapat

memberikan keterangan-keterangan yang lebih lengkap serta mampu membahas dengan tuntas tentang permasalahan yang berkaitan dengan erat dengan penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dimana arsip-arsip yang dianggap menunjang dan penting dengan persoalan yang akan di teliti baik berupa buku-buku, laporan tahunan, jurnal, karya tulis ilmiah, dokumen peraturan pemerintah serta undang-undang yang telah ada pada organisasi yang terkait dipelajari, disusun dan dikaji sedemikian rupa sehingga diperoleh data guna membagikan informasi berkaitan dengan observasi yang akan dilakukan. F. Teknik Analisi Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sitematis yang didapat dari hasil wawancara, dokumentasi, catatan lapangan, dengan cara menyusun data kedalam kategori, menguraikan kedalam komponen-komponen,

(37)

melakukan penggabungan, menyusun kedalam struktur, memilih mana yang dianggap penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami baik untuk diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2013:244).

Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif Milles dan Huberman yaitu terdapat tiga proses yang berlangsung secara interaktif. Pertama, reduksi data, yaitu cara memilih, memfokuskan, dan menyederhanakan informasi dari berbagai sumber data misalnya dari catatan lapangan, dokumen, arsip dan sebagainya, sedangkan untuk proses mempertegas, mempersingkat, menghilangkan yang tidak perlu, memili fokus, dan menyusun data sehingga kesimpulan bisa dibuat. Kedua, penyajian data, seperti menyusun data dan mempersentasikan data dengan baik agar lebih mudah untuk dipahami. Penyajian bisa berupa matrik, gambar, skema, jaringan kerja, tabel dan seterusnya. Ketiga menarik kesimpulan atau melakukan verifikasi, proses penarikan kesimpulan awal masi belum kuat, terbuka dan skeptis. Kesimpulan akhir akan dilakukan setelah penghimpunan data berakhir. Sugiyono, (2013:246).

G. Keabsahan Data

Salah satu cara yang paling penting dan sederhana dalam tes keabsahan hasil penelitian ialah dengan menggunakan triagulasi. Teknik pengumpulan data triagulasi dapat juga diartikan sebagai teknik pengumpulan informasi yang bersifat memadukan berbagai metode pengumpulan data dan sumber yang telah ada.

(38)

1. Triagulasi Sumber

Tragulasi sumber berarti membandingkan dengan cara mengecek ulang derajat suatu kepercayaan informan yang di peroleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan dengan apa yang bersifat umum dengan yang bersifat pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang ada.

2. Triagulasi Teknik

Triagulasi teknik diartikan sebagai penguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara mengontrol data pada sumber yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dicocokkan dengan hasil observasi, dokumentasi, ataupun koesioner. Bila dengan teknik pengujian kreadibilitas data tersebut masi menimbulkan hasil data yang berbeda-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi yang lebih mendalam dengan sumber data yang berkaitan atau yang lain guna memastikan data yang dianggap benar atau mungkin semua benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triagulasi Waktu

Waktu juga seringkali mempengaruhi kreadibilitas data. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara di pagi hari pada saat narasumber masi segar, belum banyak masalah akan memberi data yang lebih valid sehingga kreadibilitas. Dalam rangka pengujian kreadibilitas data dapat dibuat dengan cara melakukan pemeriksaan dengan wawancara, observasi, atau cara lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji memunculkan data yang

(39)

berbeda, maka akan dilakukan tes secara berulang-ulang sehingga didaptkan kepastian datanya. Triagulasi juga dapat dilakukan dengan cara memeriksa hasil penelitian, dari tim peneliti yang diberi kepercayaan untuk melakukan pengumpulan data.

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar berdiri pertama kali pada zaman penjajahan Belanda tepatnya pada tahun 1954 yang terletak di Jalan poros Desa Cilallang Kelurahan Bontomanai Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar, di atas tanah seluas 2,603 m2. Pada tahun 1983 Lapas Kelas II B Takalar dipindahkan dari lokasi lama ke lokasi baru yang terletak di Jl. Ranggong Dg. Romo No.121 dengan kapasitas 250 Penghuni.

2. Periode Kepemimpinan

Berdasarkan sejarah berdirinya, urutan periode kepemimpinan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar adalah sebagai berikut :

Tahun 1965 s/d Tahun 1977 : TabawangDg.Nassa Tahun 1977 s/d Tahun 1984 : Mustafa Umar Tahun 1984 s/d Tahun1989 : Ibrahim Tahun 1989 s/d Tahun 1994 : Drs.Suddin

Tahun 1994 s/d Tahun 2004 : Drs.IWayanSukerta,Bc.IP,M.Si Tahun2004 s/d Tahun 2006 : Widodo Haruto Sumardi,Bc.IP Tahun 2006 s/d Tahun 2008 : SangakalaBaso,SH,MH

Tahun 2008 s/d Tahun 2012 : LukmanAmin,SH,MH Tahun 2012 s/d Tahun 2017 : Drs.M.Padli

(41)

3. Luas Lahan dan Lokasi

Berdasarkan Laporan Barang Milik Negara Semester II Tahun 2017, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar memiliki 3 lokasi tanah sebagai berikut :

a. Tanah dengan luas 1,000 m2

Bersertifikat Hak Pakai No. 3 an. Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Tanah ini adalah tanah bangunan untuk Rumah Dinas Type D sebanyak 2 (Dua) Unit yang terletak di Jl. Ranggong Dg. Romo Kel. Pappa Kec. Pattallassang Kab. Takalar.

b. Tanah dengan luas 2,603 m2

Bersertifikat Hak pakai No.03 an. Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Tanah ini adalah lokasi berdirinya Lapas Takalar yang lama sebelum pindah ke lokasi baru, dan merupakan tanah peninggalan zaman Belanda, Pada tanah ini berdiri gedung Lapas Takalar yang lama dengan kondisi rusak berat.

c. Tanah dengan luas 19,972 m2

Bersertifikat Hak MilikNo. 04 an. Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Tanah ini terletak di Jl. Ranggong Dg. Romo Kel. Pappa Kec. Pattallassang Kab. Takalar, Tanah seluas 2,800 m2, digunakan untuk bangunan tempat kerja, tanah seluas 1,000 m2 digunakan untuk halaman kantor, dan 16,172 m2 digunakan untuk bangunan kompleks rumah dinas sebagai berikut :

(42)

1) Type B sebanyak 1 (satu) Unit 2) Type D sebanyak8 (Delapan) Unit

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Takalar berlokasi di Jl. Ranggong Dg. Romo Kel. Pappa Kec. Pattallassang Kab.Takalar Propinsi Sulawesi Selatan. Memiliki jalur akses yang sangat baik sehingga memudahkan setiap orang khususnya warga masyarakat yang keluarga maupun kerabatnya berada dalam lapas. Batas-batas Lapas Kelas II B Takalar adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara : Jalan Raya - Sebelah selatan : Sungai

- Sebelah barat : Bekas Tanah Milik Indonesia - Sebelah timur : Bekas Tanah Milik Indonesia 4. Visi, Misi, dan Motto

Visi

Visi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar yaitu : Menjadi unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang akuntabel, transparan dan profesional di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Misi

Misi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar adalah sebagai berikut :

a. Pemenuhan hak-hak narapidana berlandasakan nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM)

b. Melaksanakan registrasi dan pembinaan narapidana sesuai dengan ketentuan yang berlaku

(43)

c. Meningkatkan kompetensi dan potensi sumber daya petugas secara konsisten dan berkesinambungan

d. Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder e. Melaksanakan tata kehidupan yang aman dan tertib f. Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat

g. Melaksanakan dan mengelola administrasi secara transparan dan akuntabel MOTTO :

Motto Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar adalah RAPI (Ramah,

Amanah, Profesional, Inovatif ) dengan penjelasan sebagai berikut :

- RAMAH, memiliki arti :

Ramah adalah sikap merasa senang saat melaksanakan tugas dikantor seperti pelayanan kunjungan dan Ramah dalam artian sikap bersahabat dalam membina Warga Binaan.

- AMANAH, memilikiarti :

Sikap yang selalu mengutamakan kepercayaan dan kejujuran dalam melaksanakan tugas.

- PROFESIONAL, memilikiarti :

Pegawai Lapas Takalar memiliki keahlian dan disiplin ilmu dalam bidang pekerjaan masing-masing

- INOVATIF, memilikiarti :

Selalu memberikan pemikiran dan tindakan yang melahirkan perbaikan / pembaharuan menuju Lapas Takalar yang terdepan.

(44)

5. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.01.PR.07.03 tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan, tugas pokok dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar adalah sebagai berikut :

a. Tugas Pokok

Melaksanakan pemasyarakatan narapidana dan anak didik b. Fungsi

- Melakukan pembinaan narapidana dan anak didik

- Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja - Melakukan bimbingan sosial/kerohanian narapidana dan anak didik - Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib LAPAS

(45)

6. Struktur Organisasi Dan Nama Pejabat Struktural Lapas Kelas IIB Takalar

7. Rincian Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar terdiri dari :

KALAPAS TAKALAR

Darwis.H, A.Md.IP,S.Sos,M.Si

NIP.196905101989031001 Kontak ( 081342252819)

KASUBBAG. TATA USAHA

H. SAMSUDDIN, S.Sos. M.M NIP.196712311990031008 Kontak ( 081241988444) KASI. KAMTIB AWALUDDIN, S.Sos., M.M. NIP.196512311986031004 Kontak ( 085255987887)

KASI. BIMNADIK & GIATJA

ALWARIS, S.H., M.M.

NIP.196712311990031008 Kontak (085230624482)

KA. KPLP

ABDILLAH AR, S.Pd., S.H., M.Si.

NIP.196806061994031002 Kontak (081355060668) KASUBSI. KEAMANAN ABD. HALID H., S.Pd. NIP.196809041991031002 Kontak (085342656855)

KASUBSI.REG & BIMKEMAS

SUPRIADI, S.H., M.H NIP.196508131991031001 Kontak ( 085255636863) KASUBSI.KEGIATAN KERJA JAHARUDDIN, S.H.I NIP.196403191986031002 Kontak (085242020530)

KASUBSI.PELAPORAN & TATIB

H. SAMSUDDIN, S.Sos. M.M NIP.198006032001121001 Kontak (085242063789) KASUBSI. PERAWATAN SYAHRUDDIN, S.H.I. NIP.196903081993031003

Kontak ( 081342677234) KAUR. KEPEG & KEU

HARTONO, S.H. NIP.197307061999031002 Kontak ( 081355995733) KAUR. UMUM MARZUKI, S.H. NIP.196102031985031001 Kontak ( 085342570765) REGU PENGAMANAN II REGU PENGAMANAN I

REGU PENGAMANAN III REGU PENGAMANAN IV

(46)

a. Sub Bagian Tata Usaha

Saat ini Sub Bagian Tata Usaha Lapas Kelas IIB Takalar dikepalai oleh SAMSUDDIN,S.Sos,M.M.

Tugas :

Sub bagian Tata Usaha menpunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Lapas Kelas IIB Takalar.

Fungsi :

- Melakukan urusan kepegawaian

- Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga

Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari :

1) Urusan Kepegawaian dan Keuangan

Urusan Kepegawaian dan Keuangan dikepalai oleh Hartono, S.H. Tugas :

Urusan Kepegawaian dan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.

2) Urusan Umum

Urusan Umum dikepalai oleh Marzuki, S.H. Tugas :

Urusan Umum mempunyai tugas melakukan urusan surat-menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

(47)

b. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP)

Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (ka. KPLP) Lapas Kelas IIB Takalar dikepalai oleh Abdillah AR, S.Pd., S.H., M.Si. Tugas :

Menjaga keamanan dan ketertiban Lapas Kelas IIB Takalar. Fungsi :

- Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana/anak didik

- Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban

- Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran narapidana/anak didik

- Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan

- Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan

c. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib

Seksi Keamanan dan Tata Tertib dikepalai oleh Awaluddin, S.Sos., M.M. Tugas :

Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pemberian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

Fungsi :

- Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan

(48)

- Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyiapkan laporan berkala di bidang keamanan dan menegakka tata tertib.

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata tertib terdiri dari :

1) Sub Seksi Keamanan

Sub Seksi Keamanan dikepalai oleh Abd. Halid, S.Pd., Tugas :

Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan.

2) Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib

Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib dikepalai olehAliswandi, S.H. Tugas :

Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

d. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik & Kegiatan Kerja

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik dikepalai oleh Alwaris. S.H., M.M.

Tugas :

Memberikan bimbingan pemasyarakatan narapidana/anak didik. Fungsi :

- Melakukan registrasi dan membuat statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana/anak didik

(49)

- Memberikan bimbingan pemasyarakatan, mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana/anak didik

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik, terdiri dari :

1) Sub Seksi Registrasi dan Bimbingan Kemasyarakatan

Sub Seksi registrasi dan Bimkemas dikepalai oleh Supriadi, S.H., M.H.

Tugas :

Melakukan pencatatan tugas, memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani serta membuat statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana/anak didik.

2) Sub Seksi PerawatanNapidan Anak Didik

Sub Seksi PerawatanNapidanAnakDidikdikepalai oleh Syahruddin, S.H.I.

Tugas :

Memberikan latihan olahraga, peningkatan pengetahuan, asimilasi dam memberikan perawatan bagi narapidana/anak didik.

3) Sub Seksi BimbinganKegiatan Kerja

Sub Seksi Kegiatan Kerja dikepalai oleh Jaharuddin, S.H.I. Tugas :

Memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja.

(50)

Fungsi :

- Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana/anak didik dan mengelola hasil kerja

- Mempersiapkan fasilitas sarana kerja

- Memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi narapidana/anak didik serta mengelola hasil kerja

- Menyiapkan fasilitas sarana kerja 8. Keadaan Pegawai

a. Berdasarkan Tingkat Jabatan

Keadaan pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar per 01April 2018 berjumlah 100 (Seratus) orang. Berdasarkan status kepegawaian, terdiri dari 68 orang PNS dan 32 CPNS sedangkan berdasarkan jabatan struktural sebanyak 12 pegawai.

NO. URAIAN JUMLAH

(ORANG) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Eselon III Eselon IV Eselon V

Staf Kepegawaian & Keuangan Pejabat Staf Urusan Umum

Staf Registrasi & Bimkemas Staf Perawatan Napi/Anak didik Staf Kegiatan kerja

Staf Keamanan

Staf Pelaporan & Tatib

Petugas Pengamanan ( Penjaga Tahanan/Narapidana) 1 4 7 5 1 8 4 2 1 1 66 Jumlah 100

(51)

b. Berdasarkan tingkat pendidikan

Keadaan Pegawai Lapas Takalar berdasarkan tingkat pendidikan Data per 01April 2018 adalah sebagai berikut.

NO. PENDIDIKAN JUMLAH

(ORANG) 1. 2. 3. 4. 5. 6. S2 S1 D3 SLTA SLTP SD 6 38 1 61 0 0 Jumlah 100

c. Berdasarkan pangkat dan golongan

Keadaan Pegawai Lapas Takalar Berdasarkan pangkat dan golongan per per 01 April 2018 adalah sebagai berikut.

NO. PANGKAT/GOLONGAN JUMLAH

(ORANG) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 IV/b (Pembina Tk. I) IV/a(Pembina) III/d(Penata Tk. I) III/c(Penata) III/b(Penata Muda Tk. I) III/a (Penata Muda) II/d (Pengatur Tk. I) II/c (Pengatur)

II/b (Pengatur Muda Tk. I) II/a (PengaturMuda) 0 3 11 18 9 15 2 4 7 31 Jumlah 100

9. Keadaan Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Laporan Barang Milik Negara Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar Periode Semester IITahun 2017 nilai aset tetap Lapas Kelas IIB

(52)

Takalara dalah sebesar Rp. 3.580.864.192,- (Tiga Milyar Lima Ratus

Delapan Puluh Juta Delapan Ratus Enam Puluh Empat Ribu eratus Sembilan Puluh Dua Rupiah).

Perincian Aset Tetap tersebut adalah sebagai berikut :

Tanah : Rp. 1.126.499.000,-

Peralatan dan Mesin : Rp. 989.849.477,- Gedung dan Bangunan : Rp. 2.855.800.000,- Aset Tetap Lainnya : Rp. 6.250.643,- a. Gedung dan Bangunan

Berdasarkan rincian kelompok barang, sarana gedung dan bangunan yang dimiliki oleh Lapas Kelas IIB Takalaradalah :

1) Bangunan gedung tempat kerja

Bangunan gedung tempat kerja meliputi :

- Bangunan kantor utama pada bagian depan lapas, yang penggunaannya sebagai berikut :

- Lantai 1, untuk Ruang Kalapas, Portir Ruang Penggeledahan, Ruangan Dan Jagadan Ruangan Ka. KPLP.

- Lantai 2, Ruangan Kaur Umum, Kaur Kepegawaian dan Keuangan, Ruangan Bendahara, dan Ruangan Kasubag TU.

- Bangunan Kantor tempat kerja terdiri atas Ruangan Kasi Bimnadik & Giat jasa turuangan dengan Kasubsi Registrasi dan Bimkemas, Poliklinik, Ruangan Kasubsi Perawatan, Kasubsi Keamanan yang satu Ruangan dengan Kasubsi Pelaporan & Tata Tertib, Ruangan

(53)

Kasi Kamtib, Ruangan Kasubsi BIMKER, Ruangan Dharma Wanita, dan Koperasi.

- Bangunan Dapur (Kondisi Rusak Ringan)

- Bangunan serba guna (Aula) Kondisi Rusak Ringan - Mesjid Kondisi Bagus

- Bangunan hunian, meliputi 10 Blok dan Sel sebanyak 4 (empat) Unit.

b. Aset Tetap yang Tidak Digunakan

Aset tetap yang tidak digunakan merupakan bangunan gedung lapas lama yang tidak digunakan lagi dalam operasi pemerintahan karena dalam kondisi rusak berat.

10. Jumlah Narapidana Lapas IIB Takalar

-NDL: Narapidana Dewasa Laki-laki -NAL: Narapidana Anak Laki-Laki -NDP: Narapidana Dewasa Perempuan -NAP: Narapidana Anak Perempuan

Narapidana DL DP Total Dewasa AL AP Total Anak 531 12 543 0 0 0

(54)

Kasus Jumlah Pencurian 68 Orang Perampokan 75 Orang Pembunuhan 82 Orang Narkoba 166 Orang Penganiayaan 49 Orang

Pemerkosaan atau kejahatan terhadap kesusilaan

73 Orang

Perjudian 30 Orang

Total 543 Orang

11. Jumlah Narapidana Yang kedapatan menyelundupkan Narkoba/Obat-obatan terlarang dan Narapidana yang kabur

Narapidana Penyelundupan Narkoba/ Pesta Sabu

Narapidana Kabur

3 Orang 1 Orang

B. Kinerja Polisi Khusus Pemasyarakatan dalam Pengawasan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Takalar.

LAPAS Kelas II B di Kabupaten Takalar Sebagai sebuah lembaga pembinaan sekaligus institusi penegak hukum, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) menjadi bagian Integrated Criminal Justice System. Selain peranannya sebagai penegak hukum, Lembaga Pemasyarakatan memiliki peranan strategis dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mandiri, bertanggung jawab, berkualitas dan bermartabat. Selama menjalani proses pemasyarakatan narapidana diberikan pembinaan kepribadian dan kemandirian yang intinya adalah mengembalikan narapidana ke tengah masyarakat yang baik, percaya diri, mandiri, aktif dan produktif. Dengan demikian kegiatan pembinaan tersebut harus memperhatikan berbagai aspek penghidupan narapidana agar memiliki kemandirian dan kepercayaan diri yang kuat.

Gambar

Gambar Daftar Isi Kamar Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Takalar
Gambar Alur PB, CB, CMB, ASIMILASI di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B  Takalar

Referensi

Dokumen terkait

Memperhatikan ketentuan Pasal 4 dan Pasal 74 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua, kemudian dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

4.19 Tanggapan Responden Terhadap Kemampuan Belajar Karyawan 102 4.20 Tanggapan Responden Terhadap Pemahaman Dalam Belajar

Proses pembebanan untuk membuat hak tanggungan di atur dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan, bahwa pemberian hak tanggungan didahului janji untuk

Variables determined for forage production were plant height, number of shoots and bundles respectively for the legumes and the Panicum grass, dry weight of

• Kateterisasi jantung (jantung kanan dan perikardium): peningkatan dan penyetaraan tekanan intraperiskardial dengan tekanan diastolik (RA, RV, PCWP) penurunan

 Akses menuju desa cihurip hanya bisa dilakukan dengan menggunakan kendaraan umum tertentu dan kendaraan roda dua dengan keadaan jalan yang berliku-liku, sempit, curam, dan

Kegiatan penelitian lontar ini be- gitu penting karena dapat menyelamatkan sebuah tradisi dari kepunahannya, yakni tradisi per- naskahan lontar (Sastra lontar) sebagai salah satu

Sapi Bali telah terbukti mampu beradaptasi dan berproduksi serta bereproduksi baik dalam pemeliharaan pada sistem integrasi Sapi – Sawit baik untuk penggemukan ataupun