• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Problematic internet use

Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Hal ini pula yang menarik minat para ahli untuk mendalami serta meniliti lebih lanjut tentang permasalahan yang timbul dari penggunaan internet ini, salah satunya adalah problematic internet use.

Terdapat beberapa ahli yang meyakini bahwa problematic internet use sangat erat kaitannya dengan internet addiction atau kecanduan internet. Penggunaan istilah problematic internet use diberlakukan untuk menggantikan kecanduan agar tidak menimbulkan kontroversial (Saphira dalam Rey, 2012). Adapun beberapa definisi problematic internet use atau PIU adalah sebagai berikut

a. Sebuah keasyikan yang maladaptif dengan penggunaan internet, dialami sebagai pengalaman yang menarik, dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang sudah direncanakan sebelumnya.

b. Sebuah kerusakan atau keburukan yang signifikan yang diakibatkan oleh penggunaan internet.

c. Adanya patologi psikiatris yang mungkin dapat menjelaskan penggunaan internet berlebih, seperti mania atau hypomania.

Jika pada teori sebelumnya problematic internet use dikatakan setara dengan ciri-ciri kecanduan, seorang ahli bernama Davis (dalam Caplan, 2003) memiliki model cognitive-behavioral dari PIU yang memiliki hipotesa bahwa patologi psikologi atau distress (seperti loneliness, depression) memiliki kecenderungan seseorang untuk mengalami PIU.

(2)

Problematic internet use atau yang seringkali disingkat menjadi PIU ini merupakan sebuah sindrom multidimensional yang terdiri dari tanda-tanda kognitif maladaptif dan perilaku yang menghasilkan hal negatif dalam sosial, akademis, atau konsekuensi profesional (Caplan, 2003).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PIU merupakan suatu keadaan kognitif individu yang maladaptif terhadap penggunaan Internet, sehingga seringkali menghasilkan hal-hal negatif dari berbagai macam aspek kehidupan.

Baru-baru ini, Caplan (dalam Caplan, 2003) mengidentifikasikan sejumlah tanda kognitif dan perilaku dari PIU, yakni: perubahan mood (menggunakan internet untuk memfasilitasi beberapa perubahan pada hal-hal negatif), persepsi dari keuntungan online sosial (merasakan keuntungan sosial dari penggunaan internet), penggunaan kompulsif (kurangnya kontrol seseorang untuk aktifitas online dengan perasaan gelisah akan kurangnya kontrol tersebut), penggunaan berlebihan (penggunaan yang berlebihan dari jam normal atau biasanya atau yang sudah direncanakan sebelumnya, bahkan sampai kehilangan kontrol waktu ketika menggunakan internet), pengulangan kembali (kesulitan untuk jauh dari internet), dan merasakan kontrol sosial (persepsi akan kontrol sosial yang lebih baik ketika berinteraksi dengan orang lain secara online dibandingkan dengan tatap wajah).

Caplan (2003) juga melaporkan bahwa setiap dari tanda kognitif dan perilaku ini secara signifikan memiliki hubungan negatif dari penggunaan internet seseorang. Caplan meyakini bahwa dua tanda kognitif (merasakan keuntungan online sosial dan merasakan kontrol online sosial) ini akan membantu secara teoritis menjelaskan bagaimana hasil negatif memiliki hubungan dengan penggunaan internet akan terhubung dengan preferensi virtual seseorang, dibandingan dengan hubungan tatap wajah.

(3)

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui skor problematic internet use adalah dengan menggunakan Generelized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS2). Sebelumnya terdapat GPIUS untuk mengetahui skor problematic internet use seseorang. Namun sejak publikasinya di tahun 2002, GPIUS mendapatkan banyak informasi baru yang membantu perkembangan GPIUS selanjutnya. Sebelumnya, GPIUS memiliki tujuh dimensi yaitu perubahan perasaan, keuntungan sosial, kontrol sosial, terlalu tenggelam dalam penggunaan internet, penggunaan internet secara kompulsif, penggunaan waktu berlebih untuk berinternet, dan dampak negatif dari sisi sosial atau segi profesional karena penggunaan internet (Caplan, 2002, dalam Caplan, 2010). Setelah melakukan banyak pertimbangan dengan para ahli lainnya, akhirnya dilakukan revisi pada GPIUS, menjadi GPIUS2.

GPIUS2 memiliki empat buah konstruk dengan dua buah konstruk baru yaitu preference for online social interaction (POSI) dan deficient self-regulation. Pada pengukuran sebelumnya, keuntungan sosial dan kontrol sosial merupakan faktor yang terpisah, namun kini pada GPIUS2 item-itemnya telah ditulis sebagai konstruk singel, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Caplan (2003, dalam Caplan, 2010).

Pada akhirnya setelah melalui proses revisi dari GPIUS, GPIUS2 kemudian ditulis dalam empat buah konstruk yaitu (Caplan, 2010) :

a. Preference for online social interaction (POSI)

Merupakan sebuah perbedaan karakteristik kognitif individual yang ada karena kepercayaan akan mana yang lebih aman, yang lebih bisa dipercaya, dan mana yang lebih nyaman dengan interaksi interpersonal secara online dan hubungan daripada aktifitas tatap muka secara tradisional.

(4)

b. Mood Regulation

Regulasi perasaan merupakan salah satu gejala kognitif pada generelized problematic internet use. Pada penelitian sebelumnya, Caplan (2002, dalam Caplan, 2010) menemukan bahwa regulasi perasaan merupakan sebuah patokan prediksi dari hasil negatif yang diasosiasikan pada penggunaan Internet. Namun pada penelitian selanjutnya, Caplan (2007, dalam Caplan, 2010) menyatakan bahwa secara sosial individu yang mengalami kecemasan akan memilih interaksi melalui internet untuk mengurangi kecemasan tentang presentasi diri mereka sendiri dalam situasi interpersonal.

c. Deficient self-regulation

Model yang diadopsi oleh La Rose dan para ahli lainnya menyatakan bahwa pengurangan regulasi diri dari penggunaan internet merupakan sebuah keadaan dimana kesadaran kontrol diri secara relatif berkurang. Namun menurut Bandura (1986, 1991, dalam Caplan, 2010) secara spesifik mengatakan bahwa pengurangan regulasi diri mengacu pada sebuah kegagalan untuk memonitor penggunaan seseorang, menilai perilaku penggunaan seseorang dan menentukan pola seseorang dalam penggunaan. Sebagai konsekuensinya, pengurangan regulasi diri ini akan menyebabkan kesulitan pada hubungan personal seseorang di tempat kerja maupun di sekolah (Kubey., dkk, 2001, dalam Caplan, 2010).

Deficient self-regulation pada GPIUS2 ini dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu

1. Cognitive Preoccupation

Cognitive preoccupation ini mengacu kepada pola pemikiran yang obsesif mencakup penggunaan internet, seperti pemikiran bahwa seseorang tidak bisa berhenti untuk berinternet atau ketika sedang tidak berinternet seseorang tidak bisa berhenti memikirkan apa saja yang terjadi pada internet (Caplan, 2010).

(5)

2. Compulsive Internet Use

Compulsive Internet use merupakan keinginan seseorang untuk terus berinternet bahkan ketika dirinya tidak sedang keperluan berinternet. Individu juga mengalami kesulitan untuk mengontrol waktu yang dihabiskan untuk berinternet, serta kesulitan untuk mengontrol pemakaian Internet (Caplan, 2010).

d. Negative Outcome

Negative outcome merupakan dampak negatif yang dirasakan oleh pengguna Internet seperti kesulitan dalam mengatur hidup, gangguan kehidupan sosial serta permasalahan-permasalahan lainnya (Caplan, 2010).

2.2 Happiness

Happiness digunakan dalam berbagai macam arti dan seringkali disalah artikan karena konsep kebahagiaan banyak dikenal melalui banyak perspektif. Happiness merupakan status emosional yang secara subjektif dievaluasi oleh faktor yang dapat berubah-ubah, tidak berkelanjutan dan dapat berubah sesuai dengan lingkungan sekitar kapan saja (Eeh-un, 2006). Kata happiness memiliki arti serupa dari ‘kualitas hidup’ atau ‘well-being’. Dalam arti ini diungkapkan bahwa hidup memang baik, namun tidak dispesifikan apa yang baik untuk hidup (Veenhoven, 2006). Happiness dan well-being ini keduanya mengacu kepada perasaan positif, seperti kesenangan atau ketenangan, dan keadaan positif yang mengikuti alur atau penyerapan. Dari sudut pandang para ahli, psikologi positif berfokus kepada pengertian dan penjelasan happiness dan subjective well-being dan secara akurat memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut. Namun jika dilihat dari sisi

(6)

klinis, psikologi positif memiliki fokus pada mempertajam subjective well-being dan happiness (Carr, 2005)

Menurut Buss (dalam Carr, 2005) kenikmatan dan pengejaran kenikmatan tersebut terkadang, namun tidak selalu menuntun ke arah happiness. Contohnya, kenikmatan berulang yang bersifat jangka pendek seperti merokok atau pemakaian obat-obatan terlarang akan mengarahkan kepada unhappiness jangka panjang yang diasosiasikan pada kesakitan.

Sedangkan Veenhoven (2006) mengklarifikasi kata happiness atau well-being ini dengan bantuan klasifikasi dari kualitas hidup yang digambarkan pada sebuah tabel.

Tabel 2.1 Life Satisfaction

Outer qualities Inner qualities

Life-chances Livability of environment Life-ability of the person Life-results Utility of life Satisfaction

Sumber: Veenhoven, 2000

Klasifikasi dari empat kualitas hidup di atas tergantung pada dua perbedaan. Secara vertikal terdapat perbedaan antara kesempatan untuk sebuah hidup yang baik dan hasil yang didapatkan dalam hidup. Secara horizontal terdapat sebuah perbedaan antara kualitas eksternal dan internal. Jika digabungkan, perbedaan-perbedaan ini menandai empat kualitas dalam hidup yang mana dapat disamakan artinya dengan kata happiness (Veenhoven, 2006). Ada juga ahli yang mengukur sebuah happiness seseorang dari pengalaman emosi positif dan emosi negatif yang pernah dirasakan.

Seligman (dalam Carr, 2004) mengklasifikasikan emosi positif kepada tiga kategori yang diasosiasikan dengan masa lalu, masa kini dan masa depan. Kepuasan, kesenangan, pemenuhan, harga diri, dan ketenangan merupakan emosi postif utama yang diasosiasikan

(7)

dengan masa lalu. Terdapat dua kelas berbeda dari emosi positif yang difokuskan dengan masa kini, yaitu kesenangan saat ini dan menerima puji-pujian. Sedangkan untuk emosi positif yang diasosiasikan kepada masa depan, termasuk optimisme, harapan, keyakinan, keimanan dan kepercayaan. Terdapat antara 550 dan 600 kata pengalaman emosional dalam bahasa Inggris (Averill, 1997 dalam Carr, 2004). Setelah melakukan beberapa penelitian Watson (2000,2002 dalam Carr, 2004) menemukan bahwa terdapat dua jenis emosi yang penting yaitu positive affectivity (emosi positif) dan negative affectivity (emosi negatif). Positive affectivity dalam hal ini dijadikan salah satu aspek dari happiness itu sendiri. Dapat disimpulkan disini bahwa seseorang yang memiliki positive affectivity lebih tinggi merasa lebih bahagia, serta memiliki nilai happiness lebih tinggi.

2.3 Positive Affectivity dan Negative Affectivity

Positive dan negative affectivity menggambarkan komponen pengalaman dari sistem neurobiologis yang telah berubah menjadi hal-hal yang evolusioner (Watson dkk., 1995 dalam Carr, 2004). Positive affectivity diasosiasikan dengan aktifitas fisik reguler, seperti tidur yang cukup, sosialisasi reguler dengan teman dekat, dan berjuang untuk tujuan. Positve affectivity memungkinkan untuk dipertajam dengan menhubungkannya kepada latihan fisik reguler, seperti mengatur tidur yang cukup, membuat dan memelihara pertemanan yang kuat dan bersosialisasi secara berkala dengan teman yang suportif, dan lewat bekerja menuju tujuan personal yang diinginkan (Watson, 2002 dalam Carr, 2004).

Hubungan antara kedua variabel ini mungkin kompleks dan memiliki dua arah, dengan positive affectivity yang memengaruhi orang untuk lebih menikmati pekerjaannya dan hubungan yang dimiliki dan lebih bahagia dalam bekerja dan kasih sayang meningkatkan positive affectivity. Sementara positive affectivity yang rendah diasosiasikan dengan tingkat

(8)

gangguan psikologis yang sangat luas (Carr, 2004). Positive affectivity mendorong organisme untuk lebih dekat pada situasi yang menyenangkan dan bermanfaat seperti makanan, tempat berlindung, serta mencari pasangan (Watson dkk, 1995 dalam Carr, 2004). Aktifitas fisik sehari-hari seperti tidur yang cukup, bersosialisasi dengan teman dekat dan bekerja keras untuk mencapai tujuan yang bernilai dinyatakan dapat meningkatkan positive affectivity (Carr, 2004)

Positive affectivity seringkali dikorelasikan dengan ciri kepribadian extraversi. Afektivitas positif ini mencakup subdimensi sebagai berikut (Carr, 2005):

a. Joviality atau keriangan, bahagia, semangat

b. Self-assurance atau keyakinan, kekuatan serta keberanian

c. Attentiveness atau kewaspadaan, konsentrasi, serta ketekunan

Negative affectivity merupakan sebuah indikator dimana terdapat perasaan yang tidak nyaman dengan intensitas yang beragam. Positive affectivity dan negative affectivity mencermikan sistem neurobiologis yang telah berevolusi untuk kepentingan tugas-tugas evolusinya. Negative affectivity memiliki ciri kepribadian dan neuroticism yang merupakan sebuah aspek dari avoidance-oriented behavioral inhibition system. Fungsi dari sistem ini adalah untuk mendorong avoidance-behavior dan mencegah approach-behavior untuk tetap jauh dari situasi yang memungkinkan untuk meninmbulkan bahaya, sakit, atau paksaan (Carr, 2004).

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur positive affectivity dan negative affectivity seseorang dengan Positive Affectivity and Negative Affectivity Scale atau yang biasa disingkat menjadi PANAS. PANAS memiliki 20 item yang mengukur positive affectivity dan negative affectivity.

(9)

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Happiness

Tidak mudah mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang berkontribusi pada happiness, namun Diener telah menyatakan beberapa faktor yang ditemukan yaitu (Diener dalam Carr, 2004)

a. Ciri kepribadian

Diener et al. (dalam Carr, 2005) menyatakan sebuah penelitian kepribadian dari happiness menunjukan bahwa orang yang bahagia dan tidak bahagia memiliki profil kepribadian yang berbeda-beda. Pada budaya Barat, orang yang bahagia adalah orang yang ekstrovert, optimis dan memiliki self-esteem yang tinggi serta memiliki locus of control internal. Sedangkan secara kontras orang yang tidak bahagia memiliki kecenderungan untuk memiliki neuroticism yang tinggi.

b. Genetik dan basis lingkungan untuk ciri kepribadian

Bukti menunjukan bahwa 50 persen dari variasi ciri kepribadian inti seperti ekstraversi dan neuroticism dapat dihitung sebagai faktor genetik (Paris, 1996; Riemann et al., 1997 dalam Carr, 2005).

c. Heritabilita dari set-poin happiness

Penelitian di Minnesota Study of Twins Reared Apart oleh Professor David Lykken (dalam Carrr, 2005) membuktikan bahwa hampir setengah dari varian happiness atau subjective well-being merupakan faktor genetik.

(10)

2.5 Facebook

Keanggotaan Facebook pada awalnya terbatas hanya untuk mahasiswa Universitas Harvard saja sejak diciptakan oleh Mark Zuckerberg pada tanggal 4 Febuari 2004. Namun melihat kesuksesan situs ini di Universitas Harvard, mulai tahun 2006 Facebook memulai perjalanannya sehingga siapapun yang berusia 13 tahun ke atas serta memiliki alamat email yang jelas dapat menjadi anggota. Hingga kini Facebook telah mencapai 500 juta anggota yang menghabiskan waktu lebih dari 700 milyar menit setiap bulan pada situs ini (Facebook, 2011 dalam O’Brien, 2012). Facebook kemudian menjadi jejaring sosial yang paling populer diantara mahasiswa (Lenhart dkk., 2010 dalam O’Brien, 2012). Facebook juga kurang lebih diakses 28 menit sehari oleh anak-anak dengan usia kuliah, hal ini dapat dilihat bahwa Facebook sangat dekat dengan kehidupan mereka (Kim. J & Lee. J. R, 2011).

Sama seperti jejaring sosial lainnya, Facebook menyediakan fitur menarik bagi penggunanya seperti pembuatan profile diri, penambahan teman, mengunggah foto, gambar dan video, mengirim dan menerima pesan, membuat komentar, bergabung dalam kelompok dan jaringan, dan mengiklankan acara tertentu. Fitur lainnya yang ditawarkan oleh Facebook adalah halaman berita, the wall, permainan, tempat berdagang, berbincang, dan aplikasi pihak ketiga. Komunikasi pengguna Facebook juga dimanjakan dengan pencarian kerabat dengan hanya menuliskan namanya saja, lokasi, tempat kerja, atau sekolah dan mengirimkan mereka undangan untuk menjadi teman di Facebook, yang seringkali dikenal dengan “friend request”. Facebook juga sangat menjaga privasi dari penggunanya. Facebook memiliki berbagai macam dari setting privasi sehingga pengguna Facebook dapat memilih sendiri tipe dari pengguna Facebook yang dapat melihat. Intinya, pengguna Facebook dapat memilih orang-orang yang tidak bisa melihat profile pribadi mereka atau hanya mengizinkan beberapa orang saja untuk melihat profile yang terbatas (O’ Brien, 2012).

(11)

2.6 Dewasa Muda

Dewasa muda merupakan jenjang usia dimana tahap perkembangan seseorang sedang berada pada puncaknya. Peningkatan yang terjadi diaplikasikan kepada banyak hal, seperti sosialisasi, penelitian karir, semangat hidup yang tinggi, perencanaan hidup, dan lainnya (Papalia & Olds, 1998 dalam Ninawati, 2005)

Menurut Hurlock (dalam Djamaludin., Simanjuntak., Rochimah, 2012) kategori dewasa muda mencakup umur 18-40 tahun. Dalam tahapannya, Erikson (1963 dalam Lahey, 2007) mahasiswa termasuk dalam perkembangan dewasa muda. Menurut Lahey (2007) dewasa dalam hal ini merupakan saat-saat dimana seseorang mengambil tanggung jawab dalam pekerjaan dan hubungan sosial. Dewasa tidak dinilai sebagai satu fase kehidupan, namun lebih kepada saat ketika tantangan cinta, bekerja, dan bermain mengalami perubahan yang jauh selama masa dewasa.

Perkembangan dewasa dibagi menjadi tiga bagian, antara lain dewasa muda (young adulthood), yang mencakup usia 20-40 tahun, dewasa menengah (middle adulthood), yang mencakup usia 40-65 tahun, dan dewasa akhir (late adulthood), yang mencakup usia diatas 65 tahun (Papalia., Olds., dan Fieldman, 2007). Menurut Arnett (dalam Santrock, 2002), kedewasaan muncul pada proses transisi remaja ke dewasa yaitu sekitar umur 18-25 tahun yang melibatkan eksperimen dan eksplorasi. Pada masa ini juga seseorang pada umumnya sudah mampu bertanggung jawab untuk membuat keputusannya sendiri, namun belum sepenuhnya mandiri secara keuangan serta masih mencari-cari jalur karir yang cocok (Santrock, 2002). Pada tahap perkembangannya, mahasiswa digolongkan dalam kategori dewasa awal atau dewasa muda. Dalam perkembangannya, individu ditandai dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh dari lingkungan, serta sudah mulai membuat keputusan terhadap pemilihan pekerjaan atau karirnya (Papalia., Olds., dan Fieldman, 2007)

(12)

2.7 Mahasiswa

Mahasiswa merupakan individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana ketika menjalani serangkaian kegiatan kuliah itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari mahasiswa itu sendiri, sebab pada kenyataannya diantara mahasiswa sudah ada yang bekerja atau disibukkan oleh kegiatan organisasi kemahasiswaan (Ganda, 2004).

Mahasiswa juga dapat dikategorikan sebagai sebuah golongan dari masyarakat yang memiliki dua sifat yaitu manusia muda dan calon intelektual, dan sebagai calon intelektual, mahasiswa harus mampu untuk berpikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan sebagai manusia muda, mahasiswa seringkali tidak bisa mengukur resiko yang dapat menimpa dirinya (Djojodibroto, 2004). Dalam penelitian ini mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa dengan umur yang masuk ke dalam kategori dewasa muda yaitu dalam rentan usia 18-25 tahun.

2.8 Kerangka Berpikir

Pada skema di atas menunjukan bahwa penelitian ini mencakup subjek dewasa muda yang masih menempuh dunia perkuliahan berusia 18-25 tahun. Mahasiswa di masa sekarang ini sangat dekat dengan teknologi dikarenakan kebutuhan perkuliahan serta kehidupan

Dewasa Muda (18-40 tahun) Facebook Kemajuan teknologi Mahasiswa (18-25 tahun)

Happiness Permasalahan yang terjadi pada

(13)

lainnya. Facebook merupakan salah satu jenis media sosial yang dibawakan oleh Internet kepada dunia mahasiswa. Pemakaian Facebook oleh mahasiswa memungkinkan menimbulkan permasalahan tersendiri yang bisa saja membuat happiness pada mahasiswa menjadi menurun, atau mahasiswa yang menggunakan Facebook malah memiliki happiness yang lebih dibandingkan dengan yang tidak.

Referensi

Dokumen terkait

Bila dibandingkan, black spot pada gambar B yang merupakan visualisasi morfologi permukaan material A179 tampak lebih luas daripada black spot pada gambar A (material A516

Proses pengumpulan dan pengujian bukti harus dilakukan dengan maksimal untuk mendukung kesimpulan, temuan audit serta rekomendasi yang terkait Dalam melaksanakan pemeriksaan,

Penelitian berjudul Tindak Tutur Ilokusi Direktif Pada Tuturan Raffi dan Gigi dalam Tayangan Reality Show “Janji Suci Raffi Dan Gigi” Periode Februari 2017 bertujuan

Dari hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji heteroskedastisitas tersebut menunjukkan bahwa

Jika Orang yang diinsuranskan didiagnosis menghidap kanser seperti yang dinyatakan di bawah, Syarikat akan membayar balik Bayaran Munasabah dan Biasa Diamalkan

Dengan demikian , dapat ditarik kesimpulan koefisien arah regresi berganda pada taraf signifikan 0.05 yang artinya Kualitas produk dan harga sama-sama berpengaruh

Pendederan adalah suatu kegiatan pemeliharaan benih gurame setelah priode larva sampai dihasilkan ukuran benih tertentu yang siap didederkan kembali atau siap ditebarkan

sterilisasi dan pertumbuhan mikroorganisme pada makanan kaleng agar dapat diselesaikan secara numerik dengan metode beda