• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN WLAN DENGAN MAPPING SSID DAN HOTSPOT AREA ACCESS POINT STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Suryaningsih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN WLAN DENGAN MAPPING SSID DAN HOTSPOT AREA ACCESS POINT STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Suryaningsih"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN WLAN DENGAN MAPPING SSID

DAN HOTSPOT AREA ACCESS POINT

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh

Suryaningsih

12.11.6533

kepada

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2016

(2)
(3)

1

MANAJEMEN WLAN DENGAN MAPPING SSID

DAN HOTSPOT AREA ACCESS POINT

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Suryaningsih1), Melwin Syafrizal2)

1, 2) Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta

Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283

Email : suryaningsih.s@students.amikom.ac.id1), melwin@amikom.ac.id2)

Abstract - STMIK AMIKOM Yogyakarta has a wired network and hotspots (Wireless LAN). Connected internet wireless network is built by placing and spreading access points at some point in all the building, on all floors including the basement. From the point of the hotspot hotspot that has the reach of a wide and strong signal but there is also the hotspot that has a limited range, because in some areas the signal is quite weak or even blank-spots.Using the method of visualization, the range of coverage and scope of the signal strength of the access point is installed and located in the area will be visible and produce different colours. Coverage results visualization in data by the method of random sampling to find out and display the signal strength of the access point is received from each point specified in these areas. The results of the observations found that some hotspot areas have a limited range and are not stable, through this research is expected to provide solutions and recommendations that can maximize the reach of hotspot areas and access point signal is received by the user through the awarding of ap in each classroom capable of serving min. 70 user and or reproduce the point the access point, the ssid there is set into a single management with uniform ssid , set the channel-channel which is mutually collision, replace existing ap with ap that have better quality and is able to serve the min. 230 users in each area. Keywords : access point, signal, coverage visualization,

random sampling 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

STMIK AMIKOM Yogyakarta mempunyai jaringan kabel dan hotspot (Wireless WAN). Jaringan wireless yang terkoneksi internet ini dibangun dengan memasang dan menyebar Access Point di beberapa titik di semua gedung, di semua lantai termasuk basement. Dari titik hotspot tersebut ada area hotspot yang mempunyai jangkaun sinyal yang luas dan kuat namun ada juga area hotspot yang mempunyai jangkauan terbatas, karena sinyalnya di beberapa area cukup lemah atau bahkan blank-spot.

Berdasarkan pengamatan peneliti, sinyal access point yang kuat hanya dapat diterima di area tertentu, seperti di gedung 5 lantai 3. Koneksi dan sinyal yang

diterima di tempat ini (di luar ruang kelas) memiliki kekuatan sinyal yang sangat baik dan stabil serta dalam pengaksesan internet memiliki kecepatan yang sangat baik dan lancar, ketika berada di dalam ruang kuliah, sinyal Access Point terdeteksi dan terkoneksi namun sangat sulit untuk mengakses internet (koneksi sering terputus/down).

Berdasarkan observasi tersebut, jangkauan sinyal dari access point belum mampu menyentuh ke semua area wilayah STMIK AMIKOM Yogyakarta. Sinyal Access point yang terdeteksi, banyak yang tidak stabil dan cenderung lemah. Mengatasi permasalahan diatas, sangatlah penting untuk memanajemen WLAN yang ada dan melakukan pemetaan ulang untuk menentukan SSID dan hotspot area yang sesuai. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengajukan penelitian tentang Manajemen WLAN dengan Mapping SSID dan Hotspot Area Access Point STMIK AMIKOM Yogyakarta. 1.2 Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian-penelitian sebelumnya sebagai bahan referensi sekaligus pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

Ikhsan (2014) meneliti tentang penentuan titik pemasangan access point sehingga memudahkan dalam proses peletakan access point dalam mendistribusikan gelombang radio (wireless). Proses pengujian menggunakan wireless wizard dimana aplikasi ini mempermudah dalam melakukan instalasi dan penentuan titik Access Point berdasarkan kuat lemahnya sinyal yang ditangkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan titik-titik pemasangan access point sehingga memudahkan dalam proses peletakan access point dalam mendistribusikan gelombang radio (wireless).[1]

Ramdhani dan Sunyoto (2014) meneliti tentang optimalisasi cakupan wireless Access Point menggunakan metode coverage visualization. Evaluasi jaringan menggunakan metode manual random sampling dan coverage visualization. Dari hasil evaluasi tersebut nantinya didapatkan hasil mengenai kekuatan sinyal yang dipancarkan dan luas jangkauan sinyal dari suatu Access Point.[2]

Irawan (2013) membuat strategi perancangan wireless LAN untuk penentuan signal access point.

(4)

2

Penelitian ini melakukan pengamatan secara langsung terhadap sinyal – sinyal wifi yang dipancarkan pada titik- titik access point. Penelitian ini menggunakan pendekatan model prototype dimulai dengan pengumpulan datakebutuhan. Mendefinisikan obyektif keseluruhan dari perangkat lunak dan perangkat keras ,mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui,dan area garis besar dimana definisi lebih jauh menjadi keharusan kemudian, dilakukanperancangan kilat.[3]

1.3 Landasan Teori 1.3.1 Jaringan Wireless

WLAN (Wireless Local Area Network)merupakan salah satu jaringan komputer yang memanfaatkan gelombang radio sebagai media transmisi data. Informasi data elektronik ditransfer dari satu komputer ke komputer lain melalui gelombang radio[4].

1.3.2 Standarisasi Jaringan WLAN 802.11 b, g dan n Standarisasi jaringan nirkabel yang dibuat oleh IEEE adalah 802.11, ada banyak standar protocol 802.11 dan tidak semua berhubungan langsung dengan protocol radio itu sendiri. Beberapa macam standar nirkabel yang saat ini sudah diimplementasikan yaitu: 1.3.2.1 802.11 b

Pada tanggal 16 September 1999, IEEE mengesahkan spesifikasi standar baru 802.11b. spesifikasi ini menggunakan modulasi yang dikenal Direct Squence Spread Spectrum (DSSS) bagian dari ISM band dari 2400 sampai 2.495 GHz. 802.11b mempunyai kecepatan maksimum 11 Mbps, dengan kecepatan sebenarnya yang bisa dipakai sampai 5 Mbps[4]

1.3.2.2 802.11 g

802.11g sekarang menjadi standar protocol jaringan nirkabel de facto karena dipakai di semua laptop dan kebanyakan alat-handheld lainnya. 802.11g menggunakan ISM band yang sama dengan 802.11b tetapi menggunakan modulasi yang bernama Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). 802.11g mempunyai kecepatan maksimum data 54 Mbps (dengan throughput yang bisa digunakan sebesar 22 Mbps), dan bisa turun menjadi 11 Mbps DSSS atau lebih lambat untukkecocokan dengan 802.11b yang sangat popular[5]

1.3.2.3 802.11n

Pada tahun 2006, 802.11n dikembangkan dengan menggabungkan teknologi 802.11b dan 802.11g. Teknologi ini dikenal dengan istilah Multiple Input Multiple Output (MIMO) yang merupakan teknologi Wi-Fi terbaru. MIMO ini menawarkan peningkatan transfer data, keunggulan reliabilitas serta peningkatan jumlah klien yang dapat terkoneksi. Daya tembus MIMO terhadap beberapa penghalang cukup baik dan jangkauannya lebih luas sehingga dapat menempatkan laptop sesuai keinginan. AP MIMO juga dapat mengenali gelombang radio yang dipancarkan oleh adapter Wi-Fi 802.11a/b/g dan dapat menghasilkan kecepatan transfer data sebesar 108 Mbps [6].

1.3.3 PPDIOO

Siklus hidup jaringan cisco atau disebut juga dengan metode PPDIOO Network Lifecycle adalah dirancang untuk mendukung jaringan yang sedang berkembang. Siklus hidup jaringan cisco adalah pendekatan dengan enam tahap. Tiap tahap mendefinisikan aktifitas yang dibutuhkan untuk keberhasilan menyebarkan dan mengoperasikan teknologi cisco.

Metode PPDIOO terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1.3.3.1 Prepare

Dalam model pengembangan system PPDIOO fase dimulai dari fase prepare. Pada fase ini dilakukan persiapan meliputi spesifikasi perangkat keras yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian dan spesifikasi perangkat lunak yang digunakan oleh peneliti guna mendukung penelitian.

1.3.3.2 Planning

Planning meliputi melakukan perencanaan dengan menganalisis kondisi lingkungan, mengidentifikasi masalah dengan menggunakan software.

1.3.3.3 Design

Design ini meliputi medesain rancangan topologi jaringan

1.3.3.4 Implement

Implementasi meliputi menerapkan hasil perencanaan dari identifikasi masalah yang ada serta focus pada evaluasi.

1.3.3.5 Operate

Dalam tahap ini diperlukan adanya pemantauan tentang ssid yang terdeteksi di suatu lokasi.

1.3.3.6 Optimize

Tahap ini meliputi solusi terbaik berupa saran penempatan dan penambahan perangkat access point.

Gambar 1. Metode PPDIOO 1.3.4 Software Pendukung Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan dua jenis software yaitu ekahau heatmapper dan inssider. Adapun penjelasan dari masing-masing software adalah sebagai berikut:

1.3.4.1 Ekahau HeatMapper

Ekahau heatmapper merupakan software yang digunakan untuk melakukan pemetaan area jangkauan dari sinyal access point berdasarkan denah gedung atau lokasi. Hasil pemetaan ini nantinya akan membentuk suatu coverage area dari access point yang terdeteksi,

(5)

3

ditandai dengan warna yang muncul pada denah atau lokasi tersebut.

1.3.4.2 InSSIDer

InSSIDer merupakan software untuk menguji atau mengetahui kekuatan sinyal access point dengan grafik.Inssider mempunyai kemampuan menampilkan spesifikasi Ap yang ada seperti SSID, Mac Address, Channel, Security, Max Rate, Network Type, 802.11 dan Vendor

2. Pembahasan 2.1 Metode Analisis

Metode Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kondisi lingkungan dan identifikasi masalah.

2.1.1 Analisis Kondisi Lingkungan

Analisa lingkungan ini dilakukan dengan mengamati kondisi lapangan yang meliputi hasil pemetaan access point dan kondisi denah penempatan access point.

2.1.1.1 Hasil Pemetaan Access Point

Hasil dari pemetaan access point di dapatkan peneliti berdasarkan data denah lantai per gedung dan observasi letak penempatan access point yang terpasang. Data pemetaan access point di gedung 6 lantai 2 yang ditemukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Pemetaan access point gedung 6 lantai 2 Peneliti dalam melakukan observasi di gedung 6 lantai 2 menemukan tiga access point yang terpasang di gedung 6 lantai 2 sebelah timur, di lobi dan di gedung 6 lantai 2 sebelah namun ketika sedang pemetaan hanya ada satu access point yang terdeteksi dengan SSID bcit-bcis barat dalam jalur ini.

Hasil pemetaan tersebut didapatkan bahwa sinyal dari access point belum mampu menjangkau semua area terlihat dari capture warna hijau yang menjangkau area tertentu dan sangat terbatas.

2.1.1.2 Denah Penempatan Access Point

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan, diketahui bahwa kondisi gedung dan penempatan access point di gedung 6 lantai 2 sebagai berikut:

Gambar 3. Penempatan Access Point gedung 6 Lantai 2 Observasi yang dilakukan oleh peneliti ditemukan ada tiga access point yang terpasang di area gedung 6 lantai 2 sebelah barat dengan SSID bcit-bcis barat, di koridor dengan SSID bcit-bcis dan sebelah timur dengan SSID bcis-bcit timur.

2.1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan beberapa masalah yang terjadi di gedung 6 lantai 2 yaitu:

a. Access point yang terdeteksi pada saat pemetaan hanya bcit-bcis barat

b. Kekuatan sinyal access point yang ada cenderung lemah dan tidak stabil serta jangkauan sinyalnya sangat terbatas.

c. Adanya free path lose sehingga access point tidak terdeteksi dan menjangkau di area lain. 2.2 Metode Perancangan

Metode perancangan meliputi tahapan prepare, planning, dan design.

2.2.1 Tahapan Prepare

Tahapan prepare ini meliputi kebutuhan spesifikasi hardware dan spesifikasi software yang akan digunakan peneliti. .

2.2.1.1 Spesifikasi Hardware

Hardware yang digunakan peneliti adalah sebuah laptop dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 1. Spesifikasi Hardware

Processor AMD E2 Harddisk 350 GB RAM 2 GB Network Adapter RealtekRTL8723AE 2.2.1.2 Spesifikasi Software

Software yang digunakan peneliti untuk penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Spesifikasi Software OS Windows 7 Ultimate 32 Bit Mapping Ekahau HeatMapper

Performa InSSIDer

2.2.2 Tahapan Planning

Tahapan planning ini meliputi analisis kondisi lingkungan dan indentifikasi masalah. Detail dari

(6)

4

planning ini sudah di jelaskan dalam metode analisis diatas.

2.2.3 Tahapan Design

Design merupakan tahap perancangan dimana peneliti merancang ataupun mendesain topologi jaringan yang ada dengan lebih detail per gedung. Adapun design topologi dari gedung 6 adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Design Topologi Gedung 6 Rancangan topologi gedung 6 terdiri dari tiga switch yaitu switch gedung 6 lantai 1, switch gedung 6 lantai 2, switch gedung 6 lantai 3. Switch gedung 6 lantai 2 dan switch gedung 6 lantai 3 terhubung ke switch gedung 6 lantai 1. Switch gedung 6 lantai 1 harus terhubung dengan switch gedung 5 lantai 1 agar dapat mengakses atau komunikasi ke router melalui hubungan core switch dan switch gedung 5 lantai 1.

Terdapat ap yang terpasang di lantai 2 dengan ssid bcit-bcis barat, bcit-bcis, bcis-bcit timur. Ketiga ap tersebut menggunakan vendor mikrotik dan terhubung dengan switch gedung 6 lantai 2. Jika terdapat penambahan device ap di lantai tersebut, maka dapat terhubung ke switch yang ada di lantai tersebut.

2.3 Metode Pengembangan

Metode pengembangan ini meliputi tahapan implement, operate dan optimize.

2.3.1 Tahapan Implement

Tahapan implementasi merupakan lanjutan dari tahapan desain lebih difokuskan pada evaluasi wlan mengenai keadaan dan penempatan AP yang terpasang di lapangan. Hasil evaluasi ini akan digunakan sebagai solusi dari permasalahan yang ada dengan memberikan rekomendasi perbaikan alternative. Evaluasi wlan ini menggunakan metode Coverage Visualization dan Manual Random Sampling

2.3.1.1 Coverage Visualization

Gambar 5. Visualization Gedung 6 lantai 2 Gedung 6 lantai 2 hanya terpasang 3 access point dengan SSID bcit-bcis barat, bcit-bcis, dan bcis-bcit timur dimana tiap access point mempunyai jangkauan sinyal terkuat di areanya masing-masing. Jangkauan sinyal ditandakan dengan warna-warna yang dihasilkan dan terlihat di area tersebut. Access point dengan SSID bcit-bcis barat, bcit-bcis dan bcis-bcit timur mempunyai sinyal paling kuat di areanya sendiri namun jangkauan areanya kecil, hal ini ditandakan dengan warna hijau di area Ap tersebut sedangkan di area lain jangkauan sinyalnya cenderung lemah bahkan nihil sampai tidak mampu terdeteksi.

Access point bcit-bcis barat mempunyai kekuatan sinyal yang sangat lemah bahkan nihil di area bcit-bcis dan tidak mampu terdeteksi di area bcis-bcit timur. Access point bcit-bcis mempunyai kekuatan sinyal yang sangat lemah bahkan nihil di area bcit-bcis barat dan di area bcis-bcit mempunyai kekuatan sinyal yang lemah bahkan nihil.

2.3.1.2 Manual Random Sampling

Gambar 6. Random Sampling Gedung 6 lantai 2

Bertujuan untuk mengetahui dan menampilkan kekuatan sinyal Ap yang diterima peneliti dengan cara mengambil tiga titik sample di area tersebut.

Berdasarkan hasil dari pengambilan RSSI, access point dengan SSID bcit-bcis barat mempunyai kekuatan sinyal paling kuat di titik A yaitu -52 dBm, dititik B mempunyai kekuatan sinyal yang sangat lemah bahkan

(7)

5

nihil yaitu -95 dBm dan dititik C tidak mampu terdeteksi.

Berdasarkan hasil dari pengambilan RSSI, access point dengan SSID bcit-bcis mempunyai kekuatan sinyal paling kuat di titik B yaitu -52 dBm, dititik A mempunyai kekuatan sinyal yang lemah yaitu -74 dBm dan dititik C mempunyai kekuatan sinyal yang sangat lemah.

Berdasarkan hasil dari pengambilan RSSI, access point dengan SSID bcis-bcit timur mempunyai kekuatan sinyal paling kuat di titik C yaitu -57 dBm, dititik A dan dititik B sinyal access point tidak mampu terdeteksi. 2.3.2 Tahapan Operate

Tahapan operate merupakan hasil dari obervasi dan evaluasi dimana teradapat banyak SSID yang terdeteksi di area tersebut. Tahapan operate ini hanya akan menampilkan data ssid dari amikom di setiap gedung dari masing-masing lantai. Adapun data ssid di gedung 6 lantai 2 tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Data SSID Amikom di Gedung 6 Lantai 2

NO SSID STANDARISASI IEE 1 Cinema_Wifi 802.11g 2 bcis-bcit timur 802.11g 3 MSV PICTURES STUDIO 802.11n 4 MSV PICTURES 802.11n 5 Free_hotpsot_mahasiswa 802.11g 6 Unit 5.2.Karyawan.Timur 802.11g 7 Unit 5.3.Karyawan.Timur 802.11g 8 Softdev 802.11g 9 USD-Dosen-Barat 802.11g 10 Labwifi 802.11g 11 free_hotspot_mahasiswa 802.11n 12 Bcit-bcis 802.11g 13 Unit 5.2.Karyawan.Barat 802.11g 14 International_office 802.11n 15 P3M 802.11g 16 bcit-bcis barat 802.11g 17 Panelstroom 802.11n 2.3.3 Tahapan Optimize

Tahapan optimize ini merupakan solusi alternative yang diberikan oleh peneliti dengan maksud untuk memaksimalkan, memperluas dan memperbaiki jangkauan sinyal access point yang ada, agar mampu mencakup seluruh wilayah di ruang lingkup tersebut. Tahapan optimize ini berupa saran penempatan Ap yang tepat melalui pemindahan Ap dari titik semula dan ataupun penambahan Ap baru dilokasi tersebut. Adapun solusi alternative untuk gedung 6 lantai 2 sebagai berikut:

a.Pemindahan access point bcit-bcis barat untuk memaksimalkan jangkauan sinyal.

b.Pemindahan access point bcis-bciit timur untuk memaksimalkan jangkauan sinyal

Gambar 7. Solusi Alternative Gedung 6 lantai 2 2.4 Pembahasan

.Penelitian ini menggunakan metode coverage visualization yang digunakan untuk mendapatkan hasil visual berupa cakupan dan jangkauan sinyal dari mapping di lokasi tersebut serta metodee manual random sampling yang digunakan untuk mengetahui lebh detail jangkuan sinyal berupa grafik dengan menentukan beberapa titik sample di lokasi tersebut. Hasil dari coverage visualization dan random sampling ini di jadikan pedoman atau acuan untuk merancang topologi, mengimplementasikan hasil dari evaluasi dan mengoptoimizekan letak access point , jangkauan dan kekuatan sinyal access point yang ada.

3. Penutup 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, memanajemen wlan dengan melakukan mapping ulang ssid dan hotspot area access point untuk menentukan penempatan access point yang baik dan benar di STMIK AMIKOM Yogyakarta, yang di mulai dari pengambilan data, observasi lapangan, mapping access point di unit gedung dan evaluasi dari hasil mapping maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Data access point yang diperoleh dari pihak IC tidak sama dengan data access point yang ada di lapangan. Ada beberapa access point yang terpasang namun tidak tercantum dalam data IC dan ada beberapa access point tercantum dalam data IC namun tidak terpasang.

2. Terdapat area-area yang belum mampu terjangkau dan terkoneksi sinyal access point seperti gedung 5 lantai 1, gedung 5 lantai 4, basement 4, dan ruang kelas.

3. Terjadinya interferensi sinyal access point di hampir seluruh area STMIK AMIKOM Yogyakarta dikarenakan access point yang berasal dari suatu unit gedung mampu terdeteksi di unit gedung lain

4. Jangkuan sinyal access point yang terpasang masih cenderung lemah, dikarenakan sinyal lemah menjangkau sekitar 60% area, sinyal sedang menjangkau sekitar 25% area dan sinyal kuat menjangkau sekitar 15% area dari gedung 1 sampai gedung 6.

(8)

6

5. Beberapa posisi access point yang ada belum tepat sehingga jangkauan dari access point tersebut tidak maksimal.

4.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya penambahan access point dan pergeseran atau pemindahan posisi access point seperti pada tahapan optimize

2. Guna memaksimalkan hostpot area dan wlan yang ada, perlu dilakukan manajemen ulang wlan dan hostpot area dengan menggunakan satu SSID misalkan Amikom, dimana semua access point yang ada hanya menggunakan satu SSID, tidak di broadcast dan diatur ke dalam satu manajemen sedangkan untuk memanfaatkan hotspot area, setiap pihak dari civitas akamedik dapat login menggunakan username dan password masing-masing.

3. Perlu adanya pengaturan ulang channel-channel yang saling collision dan pergantian access point dengan access point yang memiliki kualitas yang lebih baik, misal: Ubiquiti Nanostation loco M5. 4. karena kompleksnya jaringan di STMIK

AMIKOM Yogyakarta maka perlu menggunakan topologi Wireless Distribution System (WDS). 5. Jika suatu saat STMIK AMIKOM Yogyakarta

menyelenggarakan ujian on-line dengan pengawasan di masing-masing ruang kelas teori, sebagai contoh gedung unit 5, perkelas peserta ujian max 40 orang. Jumlah kelas tiap lantai ada 8 ruang, maka Ap di tiap lantai gedung unit 5 harus mampu melayani 40 * 8 = 320 peserta yang menggunakan perangkat wireless yang terkoneksi ke Ap di tiap lantai, maka dibutuhkan sekurangnya 3 Ap yang mampu mengkoneksikan minimum 320 device ke jaringan local atau internet. Untuk itu diperlukan manajemen jaringan yang baik dan professional, bandwidth yang memadai, alat Ap yang berkualitas sangat baik dan kesiapan atau kesadaran semua civitas akademik STMIK AMIKOM Yogyakarta untuk menggunakan fasilitas koneksi jaringan wireless local atau internet secara arif dan bertanggung jawab, tidak saling mengganggu atau merugikan user lain dalam jaringan yang sama, menyadari bahwa fasilitas tersebut untuk kepentingan bersama dan digunakan untuk menambah pengetahuan serta relasi atau untuk kepentingan yang membawa kemaslahatan bagi banyak pihak. Daftar Pustaka

[1] Ikhsan, 2014. Penentuan Titik Pemasangan Akses Point pada Gedung dengan Memanfaatkan Aplikasi Wireless Wizard dalam Mendukung Aktivitas dan Kinerja Jaringan Internet. Padang: AMIK Jaya Nusa Padang.

[2] Ramdani dan Sunyoto. 2014. Analisa Cakupan Wireless 802.11. Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta

[3] Irawan, Bambang. 2013. Stategi Perancangan Wireless LAN untuk Penentuan Signal Access Point. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

[4] Syafrizal, Melwin. 2005. Pengantar Jaringan Komputer. Yogyakarta: Penerbit Andi.

[5] Madcoms. 2013. Cepat dan Mudah Membangun Sistem Jaringan Komputer. Yogyakarta: Penerbit Andi.

[6] Mulyanta, Edi S. 2005. Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer. Yogyakarta: Penerbit Andi

Biodata Penulis

Suryaningsih, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Program Studi Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2016

Melwin Syafrizal, memperoleh gelar Ahli Madya (A.md), Jurusan Teknologi Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta., Lulus tahun 2002. Memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Jurusan Teknologi Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta, Lulus tahun 2004. Menjadi Asesor Keterampilan Komputer & Pengelolaan Informasi tahun 2007. Memperoleh gelar Master of Engineering (M.Eng) Program Studi Magister Teknologi Informasi Universitas Gajah Mada, lulus tahun 2008.

Gambar

Gambar 2.  Pemetaan access point gedung 6 lantai 2  Peneliti dalam melakukan observasi di gedung 6  lantai 2  menemukan tiga   access point    yang terpasang  di gedung 6 lantai 2 sebelah timur, di lobi dan di gedung  6 lantai 2 sebelah namun ketika sedang
Gambar 4. Design Topologi Gedung 6  Rancangan  topologi  gedung  6  terdiri  dari  tiga   switch  yaitu  switch  gedung  6  lantai  1,  switch  gedung  6  lantai  2,  switch  gedung  6  lantai  3
Gambar 7. Solusi Alternative Gedung 6 lantai 2  2.4 Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Pembakaran merupakan cara termurah yang digunakan oleh masyarakat setempat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan di lahan gambut, sementara alternatif lain yang lebih efektif

1.. Tersedianya sebuah dokumen perencanaan yang memuat program kerja dengan indikator yang terukur sesuai denga tugas pokok dan fungsi Kecamatan Sungai Beduk yang

1) Kuadran I (Prioritas Utama) menunjukkan tidak ada hasil atau tidak ada atribut yang masuk kedalam kuadran I. 2) Kuadran II (Pertahankan Kinerja) menunjukkan

(2) Kegiatan alih muat antar kapal (ship to ship) termasuk tongkang tanpa melalui dermaga di dalam Daerah Wilayah 4 (empat) mil laut dari garis pantai pelabuhan khusus terdekat atau

Strategi samudera biru diciptakan untuk mendorong perusahaan untuk membuat suatu produk atau jasa yang memiliki nilai tinggi bagi pembeli dan bersamaan dengan itu

menentukan keanekaragaman. Nusantara begitu luas, bertetangga dengan Australia dan Pasifik. Sebagai contoh Sumatera , lebih mudah mendapatkan pengaruh dari Asia Tenggara

Kejadian DRPs Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Umur di RSPRY Periode Januari – Desember 2017 Dari semua kasus kasu yang dievaluasi, outcome dapat dilihat dari tekanan darah

Tabel 4.2. Secara matematika ini sama dengan mencari akar real positif dari persamaan.. Oleh karena itu, maka akan mempunyai 2 penyelesaian yang berlawanan tanda tetapi besarnya