• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA MALANG DI KECAMATAN SUKUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA MALANG DI KECAMATAN SUKUN"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP)

PDAM KOTA MALANG DI KECAMATAN SUKUN

Nama Mahasiswa

: Fahir Hassan

NRP

: 3310 100 004

Jurusan

: Teknik Lingkungan FTSP-ITS

Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST,. MT

ABSTRAK

Berbagai upaya pemenuhan kondisi sanitasi di upayakan

terus meningkat. Hal ini memicu timbul nya inovasi dalam

peningkatan kualitas sistem distribusi air minum. Zona air minum

prima (ZAMP) merupakan salahsatu bentuk inofasi dalam

meningkatkan kualitas menjadi air yang bisa langsung di minum

tanpa harus di masak terlebih dahulu. Dalam hal ini PDAM Kota

Malang telah membuat daerah yag telah dilayani ZAMP sebagai

model atau percontohan.

Data yang di gunakan dalam perencanaan ini terdiri dari

data primer dan data sekunder. Dimana untuk pengolahan

jaringan menggunakan program EPANET. Untuk data kontur

lahan didapatkan melalui survey lapangan dengan GPS.Sistem

Distribusi Air siap minum ini di pecah dari satu zona menjadi

beberapa Distrik Meter Area (DMA) untuk mempermudah dalam

melakukan analisa kebocoran. DMA ini merupakan system yang

benar-benar terisolasi sehingga tidak dipengaruhi kondisi pada

DMA lainnya. Penjagaan kualitas air siap minum ini dilakukan

dengan pemantauan terhadap sisa chlor dan pembersihan yang

terjadual secara rutin di setiap DMA. Apabila terdapat pipa yang

melewati batas DMA harus dilakukan isolasi mengginakan Blind

Flange.

Dari hasil analisa menggunakan program EPANET sistem

DMA yang direncanakan masih memenuhi parameter minimum

sisa chlor sebesar 0.2 mg/l. Agar penambahan DMA tidak

(2)

mengganggu sistem yang sudah ada, maka diperlukan

penggantian sebagian pipa primer.

(3)

DESIGN OF ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM

OF MALANG CITY, SUKUN DISTRICT

Student Name : Fahir Hassan

NRP

: 3310 100 004

Department

: Environmental Engineering FTSP-ITS

Lecturer

: Dr. Ali Masduqi, ST,. MT

ABSTRACT

Various efforts to comply with the sanitary conditions at

strived constantly increasing. This triggers its innovation arises in

improving the quality of drinking water distribution systems.

Zona Air Minum Prima (ZAMP) is one of the main forms of

inofasi in improving the quality of water that can be directly in

the drink without having to cook it first. In this case PDAM

Malang has made the area ZAMP Yag has served as a model or

pilot.

Data used in this plan consists of primary data and

secondary data. Where to processing network using EPANET

program. For land contour data obtained through field surveys

with GPS.Drinkable water distribution system is split into several

zones of the District Meter Areas (DMA) to facilitate the analysis

of leakage. DMA is a system that is completely isolated so not

affected by the condition in the other DMA. Guard the quality of

potable water is done by monitoring the residual chlorine and

cleaning regularly scheduled in each DMA. If there is a pipe that

crosses the line must be isolated mengginakan DMA Blind

Flange.

From the analysis using EPANET program planned DMA

system still meets the minimum parameters chlorine residual of

0.2 mg / l. In order for the addition of DMA does not interfere

with the existing system, it would require the replacement of most

of the primary pipes.

(4)
(5)

BAB 2

GAMBARAN WILAYAH PERENCANAAN

2.1.

Gambaran Umum Wilayah Perencanaan

Dalam gambaran umum ini akan dijelaskan terkait batas

administratif Kecamatan Sukun dan topografi, hidrologi,

kependudukan, dan tataguna lahan.

2.1.1 Wilayah Administratif dan Topografi

Kecamatan Sukun merupakan salah satu Kecamatan yang

ada di Kota Malang. Kecamatan Sukun secara geografis terletak

di 112,61

o

sampai 112,63

o

Bujur Timur, 7,96

o

sampai 8,00

o

Lintang Selatan dan beradapa pada ketinggian 440-450 m di atas

permukaan air laut.

Kecamatan Sukun berada di Selatan Kota Malang, batas

wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Loeokwaru

dan Kecamatan Klojen; sebelah Timur berbatasan dengan

Kecamatan Kedung kandang; sebelah Selatan dan Barat

berbatasan dengan wilayah Kabupaten Malang

Luas wilayah Kecamatan Sukun sebesar 20,97 km2 yang terbagi

dalam 11 Kelurahan sesuai pada Gambar 2.1dan memiliki jumlah

penduduk sebanyak 181.513 jiwa berdasarkan hasil sensus

penduduk tahun 2010 dengan laju pertumbuhan 1,14% pertahun.

Untuk lokasi Kecamatan Sukun secara keseluruhan di Kota

Malang dapat dilihat pada Gambar 2.2 A, sedangkan secara

administrative dapat dilihat pada gambar 2.2 B. Sedangkan lokasi

perencanaan Nampak pada gambar 2.2 C.

2.1.1 Hidrologui

Pada Kecamatan Sukun kota malang ini terdapat sungai

sukun yang mengalir menuju sungai berantas. Sungai Sukun ini

mengalirkan air dari saluran drainase yang membawa air dari

DAS brantas dan limbah domestik msyarakat yang dikeluarkan

pada saluran drainase. Pada kecamatan Sukun kedalaman air

tanah minimal adalah 10m -15 m dari permukaan tanah.

(6)

Gambar 2. 1 Letak administratif kelurahan di Kecamatan

Sukun Kota Malang.

(7)

A

B

C

Gambar 2. 2 Peta Kota Malang secara keseluruhan (A), Gambar Kecamatan Sukun (B) dan Gambar wilayah yang akan direncanakan (C).

(8)
(9)

2.1.2 Kependudukan

Pada tahun 2013 penduduk Kecamatan Sukun Kota Malang

tercatat sejumlah 191.229 jiwa. Jumlah penduduk ini meningkat

dari tahun 2012 sejumlah 185.501 jiwa dan pada tahun 2011

sejumlah 183.496 (BPS Kota Malang 2011). Secara keseluruhan

penduduk kecamatan sukun merpakan kecamatan dengan jumlah

penduduk terbesar ke dua di kota malang. Penduduk Kecamatan

Sukun tahun 2012 yang di rinci berdasarkan kelurahan dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Jumlah penduduk Kecamatan

Sukun berdasarkan Kelurahan

No Kelurahan 2012 Jumlah (jiwa) 1 Cipto Mulyo 16560 2 Gadang 18826 3 Bandung Rejosari 27801 4 Sukun 18658 5 Tanjung Rejo 25730 6 Pisang Candi 18364 7 Bandulan 13886 8 Karang Besuki 17948 9 Mulyorejo 13224 10 Bakalan Krajan 7600 11 Kebonsari 8717 Jumlah 187,314

9

(10)

2.2.

Kondisi Eksisting Wilayah Perencanaan

Kondisi eksisting wilayah perencanaan ini menjelaskan

kondisi yang saat ini terkadi di pdam kota malang. Dalam sub

bsb ini akan dibaha terkait sumber air baku, pelayanan air

minum saat ini.

2.2.1

Sumber Air Baku

Pada saat ini berapa wilayah di kecamatan sukun telah

dilayani oleh PDAM. Pelayanan PDAM ini mendapatkan air yang

didapat dari sumber wendit. Sumber wendit. Dari pengujian

kualitas air pada sumber wendit didapat kualitas air pada sumber

wendit pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Hasil uji kualitas air minum pada

sumber wendit.

NO Parameter

Wajib Satuan Metode

Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Limit

Deteksi Hasil Keterangan I. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Kimia an-organik 1 Fluorida mg/L SNI 06.6989.29.2005 1,5 0,01 0,26 2 Kromium total mg/L SNI 06.6989.53.2005 0,05 0,003 < LD 3 Kadmium mg/L SNI 06.6989.16.2004 0,003 0,001 < LD 4 Nitrit (sebagai NO2-) mg/L SNI 06.6989.9.2004 3 0,0021 0,0042 5 Nitrat (sebagai NO3-) mg/L APHA 2005.45000-NO3-B 50 0,0019 17,32 6 Sianida mg/L SNI 19.6964.6.2003 0,07 0,001 < LD II. Parameter yang berhubungan tidak langsung dengan kesehatan

a. Fisik

1 Bau - IK KFA 31 tidak berbau Tidak berbau

(11)

11

NO Parameter

Wajib Satuan Metode

Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Limit

Deteksi Hasil Keterangan 2 Warna TCU SNI

06.6989.24.2005 15 1 1 TCU : True colour unit 3 Total padatan terlarut (TDS) mg/L IK KFA 30 500 1 214 4 Kekeruhan NTU 06.6989.25.2005 SNI 5 0,06 0,47

NTU : Nephelo Turbidity

Unit 5 Rasa - IK KFA 32 Tidak

berasa Tidak berasa 6 Suhu Laboratorium oC SNI 06.6989.23.2005 Suhu Udara ± 3oC 0,1 28 b. Kimiawi 1 Alumunium mg/L SNI 06.6989.35.2005 0,2 0,001 < LD 2 Besi mg/L SNI 6989.4.2009 0,3 0,0037 < LD Total 3 Kesadahan mg/L SNI 06.6989.12.2004 500 2 154,4 Sebagai CaCO3 4 Klorida mg/L SNI 6989.19.2009 250 0,986 23,82 5 Mangan mg/L SNI 6989.5.2009 0,4 0,0491 < LD 6 pH Laboratorium - SNI 06.6989.11.2004 6,5-8,5 0,01 7 Merupakan batas minimum dan maksimum, khusus air hujan pH min, 5,5 7 Seng mg/L SNI 6989.7.2009 3 0,0075 < LD 8 Sulfat mg/L SNI 6989.20.2009 250 0,0693 13,117 9 Tembaga mg/L SNI 06.6989.6.2004 2 0,0153 < LD 10 Amoniak mg/L SNI 06.6989.30.2005 1,5 0,0135 < LD NH3-N (total)

Sumber: BBTKLPP Surabaya 2013

Lanjutan Tabel 2.2

(12)

2.2.2

Pelayanan Air Minum Saat Ini

Dalam Kecamatan Sukun Kota Malang terdapat dua HIPAM

yang melayani sebagian masyarakat di kecamatan sukun selain

dari pipa PDAM. Namun beberapa wilayah yang telah dilayani

oleh pihak PDAM tetap dalam pemantauan secara berkala seperti

yang tertera pada tabel

Pihak PDAM selalu mengkondisikan kualitas air yang

sampai pada pelanggan adalah kualitas air siap minum. Hal ini

dapat dilihat dari setiap pengujian baik yang dilakukan internal

PDAM maupun pihak luar selalu berpatokan pada kualitas air

siap minum sesuai Tabel 2.3. Namun Kecamatan Sukun belum

dipatok menjadi Zona Airminum Prima (ZAMP) karena kondisi

perpipaan dan instalasi yang masih kurang memadahi untuk

ditetapkan menjadi ZAMP.

Tabel 2. 3 Hasil Uji kualitas air minum pada pelanggan.

NO PARAMETER SATUAN HASIL UJI BATAS SYARAT

AIR MINUM KETERANGAN

A. FISIKA

1 Bau -

Tidak

berbau Tidak berbau 2

Total Zat Padat Terlarut

(TDS) mg/L 197 500

3

Daya Hantar Listrik

(DHL) µ.mho 245 - 4 Kekeruhan NTU 0 5 5 Suhu oC 25 Suhu Udara ± 3oC B. KIMIA

1 Nitrat (sebagai NO3-) mg/L 14,39 50 2 Nitrit (sebagai NO2-) mg/L 0,0002 3 3 Besi (Fe) mg/L 0,0016 0,3 4 Mangan (Mn) mg/L 0,0001 0,4

(13)

13

NO PARAMETER SATUAN HASIL UJI BATAS SYARAT

AIR MINUM KETERANGAN 5 Kesadahan (CaCO3) mg/L 126 500

6 Klorida mg/L 9,976 250

7 pH - 6,9 6,5-8,5

8 Sisa Klor mg/L 0,3 5

Sumber: UPT Laboratorium Kesehatan Malang 2013

Dalam konsep penerapan ZAMP di PDAM Kota Malang,

penerapan zona air munum prima dan pemantauannya

menggunakan sistem Distrik Meter Area (DMA). DMA ini lebih

sering digunakan sebagai metode untuk menanggulangi

kebocoran. Namun dikarenakan adanya kebocoran menjadi

salahsatu faktor penyebab menurunnya kualitas air, maka sistem

DMA ini juga digunakan dalam pengembangan ZAMP.

DMA merupakan pembagian blok-blok pelayanan yang

melayani 2500-5000 pelanggan. Dalam satu DMA ini terdapat

satu meter air yang digunakan untuk mengontrol debit aliran dan

mempermudah mengidentifikasi terjadinya suatu kebocoran.

Gambaran suatu DMA memiliki posisi di dalam satu sub zona,

dimana satu sub zona ini terdiri dari banyak DMA. Diatas sub

zona terdapat zona pelayanan yang terdiri dari beberapa sub zona.

Posisi DMA dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini

Gambar 2. 3 Ilustrasi sistem DMA

(14)

Selain penanggulangan kebocoran ZAMP juga harus

terlindungi dari sisi mikrobiologi nya. Dimana dalam permenkes

492 batas untuk total bakteri koliform adalah 0 MPN/100 ml, hal

ini dapat dicapai dengan adanya sisa klhor dengan rentang

0.2-0.5 ppm.

(15)

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1.

Sumber Air Baku

Secara umum air baku dalam industri air minum digolongkan

menjadi empat bagian, yaitu: air atmosfir atau air hujan, air laut,

air permukaan dan air tanah yang masing-masing memiliki

karakteristik yang berbeda-beda ditinjau dari segi kualitas dan

kuantitasnya (Sutrisno dkk, 2004).

a. Air laut

Air laut memiliki sifat asin yang disebabkan nutrient yang

berlebih serta mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl

dalam air laut 3%, dengan kondisi ini air laut menjadi pilihan

terakhir sebagai air baku industri air minum.

b. Air atmosfir atau air hujan

Dalam kondisi terbaik air hujan memiliki kemurnian yang

tinggi, karena dengan adanya pencemaran udara yang disebabkan

oleh emisi industri/debu dan lain sebagainya menjadika air hujan

membutuhkan pengolahan lanjutan. Air hujan mempunyai sifat

agresif terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir

karena pada umumnya air hujan mempunyai pH rendah, sehingga

dapat mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai

sifat lunak (soft water) karena kurang mengandung larutan garam

dan zat mineral, sehingga akan boros dalam pemakaian sabun dan

terasa kurang segar.

c. Air permukaan

Air permukaan merupakan air yang mengalir di permukaan

bumi kecuali air laut. Pada umumnya air permukaan ini akan

mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya lumpur

dari aliran air yang menuju air permukaan, batang-batang kayu,

daun-daun, sisa industri kota, limbah domestik rumah tangga, dan

sebagainya. Komponen pengotorannya merupakan komponen

15

(16)

fisik, kimia dan bakteriologi. Air permukaan merupakan sumber

air yang relatif cukup besar, akan tetapi karena kualitasnya kurang

baik maka perlu pengolahan. Terdapat dua macam air permukaan

yaitu :

1. Air sungai

Penggunaan air sungai sebagai air baku memerlukan proses

pengolahan hingga air sungai yang akan di manfaatkan memenuhi

kualitas air minum. Kondisi ini di akibatkan banyaknya senyawa

kimia maupun biologi yang mengalir menuju badan air dan

membawa banyak nutrien.

2. Air rawa atau danau

Kebanyakan air rawa berwarna disebabkan adanya zat-zat

organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut

dalam air sehingga menyebabkan warna kuning coklat. Dengan

adanya pembusukan, kadar zat organis tinggi maka kadar Fe dan

Mn akan tinggi dan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob). Oleh

karena itu unsur Fe dan Mn akan larut, sehingga untuk

pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu di

tengah-tengah agar endapan – endapan Fe dan Mn tidak terbawa.

3. Air Tanah

Pada umumnya air tanah mempunyai kualitas yang cukup

baik, dan apabila dilakukan pengambilan yang baik dan bebas

dari pengotoran dapat dipergunakan langsung. Untuk melindungi

pemakaian air dari bahaya terkontaminasi melalui air diperlukan

proses klorinasi.

Menurut Sutrisno, air tanah terbagi atas tiga bagian besar,

yaitu :

1. Air tanah dangkal

2. Air tanah dalam

3. Mata air

(17)

17

3.2.

Proyeksi Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang dapat

dilakukan menggunakan tiga metode yaitu :

a. Metode Aritmatik

Jumlah perkembangan penduduk dengan menggunakan

metode ini dirumuskan sebagai berikut (Muliakusumah,

1998)

Pn = Po ( 1 + r.n) ...(1)

Dimana :

Pn =jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)

Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)

r

= angka pertambahan penduduk per tahun (%)

n

= jumlah tahun proyeksi (tahun)

b.

Metode Geometrik

Jumlah perkembangan penduduk dengan menggunakan

metode Geometrik dirumuskan sebagai berikut (Rusli, 1996 :

115).

Pn = Po (1 + r)n ...(2)

Dimana :

Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)

Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)

r

= angka pertambahan penduduk tiap tahun (%)

n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

c.

Metode Least Square

Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yang

berarti data perkembangan penduduk masa lampau

menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun

perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Untuk

metode ini, digunakan persamaan:

( )

b

x

a

(18)

(

)

(

)

(

)(

)

(

2

)

(

)

2 2

=

x

x

n

xy

x

x

y

a

(

) (

)(

)

(

2

) (

)

2

=

x

x

n

y

x

xy

n

b

dimana:

Pn

= jumlah penduduk tahun ke-n

a dan b = konstanta

x

= urutan data

Dalam pengggunaan metode perhitungan yang akan

digunakan, maka dibagi berdasarkan harga koefisien yang

paling mendekati satu. Sesuai atau tidaknya analisis yang

akan dipilih ditentukan dengan nilai koefisien korelasi yang

berkisar antara 0 sampai 1. Persamaan koefisien korelasinya

adalah:

... (4)

3.3.

Jaringan Pipa Distribusi

Jaringan pipa dalam sistem distribusi terbagi atas beberapa

jenis pipa yaitu pipa primer,pipa sekunder, dan pipa tersier yang

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pipa primer (Supply Main Pipe)

Pipa primer atau juga di sebut pipa induk merupakan pipa

utama sistem distribusi air minum yang berfungsi

mengalirkan air minum dari stasiun pemompaan menuju

reservoir dan kemudian menuju berbagai zona. Pipa ini

membentang berupa loop yang terkunci dari dalam dengan

panjang tidak lebih dari 1 km. sistem looping pipa induk ini

)]

(

)

(

].[

)

(

)

(

[

)

)(

(

)

.

(

2 2 2 2

x

x

n

y

y

n

y

x

y

x

n

r

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

=

(19)

19

beroprasi secara terus menerus/ kontinyu meskipun ada

sebagian sistem perpipaanyang di tutupuntuk perbaikanatau

penggunaan air untuk pemadam kebakaran. Pemasangan

valve pada sistem perpipaan induk intervalnya tidak lebih

dari 1.5 km dan semua jaringan pipa tersier yang tersambung

pada pipa induk ini juga harus menggunakan valve ,

sehingga apabila terjadi kerusakan pada pipa tersier tidak

perlu menghentikan aliran pada pipa yang lebih besar.

2. Pipa Sekunder

Pipa sekunder yang memiliki diameter sama atau kurang

dari diameter pipa primer yang disambungkanlangsung

dengan pipa primer.Pipa ini terletak diantara dua atau empat

blok di area pelayanan. Dan mengalirkan air ke pemadam

kebakaran tanpa terjadi kehilangan tekanan

3. Pipa Tersier

Pipa tersier ini merupakan pipa yang disambungkan

langsung dengan pipa sekunder atau perimer yang melayani

pipa servis. Pipa tersier ini merupakan pipa pelayanan yang

tersambung langsung dengan konsumen dan juga di pakai

untuk kebutuhan pemadam kebakaran. Diameter

4. Pipa Servis

Pipa ini merupakan pipa yang terhubung langsung dengan

sambungan rumah dengan diameter relative kecil. Dan

terhubung pula dengan pipa sekunder dan pipa tersier dan

terhubung pula dengan pipa sekunder dan pipa tersier. Pipa

servis ini mempunyai diameter relative lebih kecil dari

pipa-pipa sebelumnya yang telah disebutkan di atas.

3.4.

Kualitas Air Minum

Kualitas air minum mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 pada pasal 3

nomor 1 menyebutkan bahwa air minum yang aman bagi

kesehatan harus memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis,

(20)

kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan

parameter tambahan. Parameter-parameter tersebut dapat dilihat

pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2. Untuk parameter tambahan

digunakan sesuai dengan kondisi kualitas lingkungan daerah.

Apabila terdapat parameter yang melebihi maka air yang

dihasilkan bukan termasuk air minum dan harus melalui proses

pengolahan.

Tabel 3. 1Parameter Wajib Kualitas Air Minum

No

Jenis Parameter

Satuan

Kadar

Maksimum

yang

Diperbolehk

an

1

Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1) E. Coli

Jumlah per 100 ml

sampel

0

2) Total Bakteri Koliform

Jumlah per 100 ml

sampel

0

b. Kimia an-organik

1) Arsen

mg/L

0,01

2) Fluorida

mg/L

1,5

3) Total Kromium

mg/L

0,05

4) Kadmium

mg/L

0,003

5) Nitrit, (sebagai NO

2

-)

mg/L

3

6) Nitrat, (sebagai NO

3

-)

mg/L

50

7) Sianida

mg/L

0,07

8) Selenium

mg/L

0,01

2

Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

(21)

21

No

Jenis Parameter

Satuan

Kadar

Maksimum

yang

Diperbolehk

an

2) Warna

TCU

15

3) Total Zat Padat Terlarut

(TDS)

mg/L

500

4) Kekeruhan

NTU

5

5) Rasa

Tidak ada

6) Suhu

o

C

Suhu ± 3

b. Parameter Kimiawi

1) Alumunium

mg/L

0,2

2) Besi

mg/L

0,3

3) Kesadahaan

mg/L

500

4) Khlorida

mg/L

250

5) Mangan

mg/L

0,4

6) pH

mg/L

6,5-8,5

7) Seng

mg/L

3

8) Sulfat

mg/L

250

9) Tembaga

mg/L

2

10) Amonia

mg/L

1,5

Sumber : PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

(22)

No

Jenis Parameter

Satuan

Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

1

Kimiawi

a.

Bahan Anorganik

Air Raksa

mg/L

0,001

Antimon

mg/L

0,02

Barium

mg/L

0,7

Boron

mg/L

0,5

Molybdenum

mg/L

0,07

Nikel

mg/L

0,07

Sodium

mg/L

200

Timbal

mg/L

0,01

Uranium

mg/L

0,015

b

.

Bahan Organik

Zat Organik (KMnO

4

)

mg/L

10

Detergen

mg/L

0,05

Chlorinated Alkanes

Carbon tetrachloride

mg/L

0,004

Dichloromethane

mg/L

0,02

1,2-Dichloroethane

mg/L

0,05

Chlorinated ethenes

1,2-Dichloroethane

mg/L

0,05

Trichloroethene

mg/L

0,02

Tetrachloroethene

mg/L

0,04

Aromatic Hydrocarbons

(23)

23

No

Jenis Parameter

Satuan

Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Benzene

mg/L

0,01

Toluene

mg/L

0,7

Xylenes

mg/L

0,5

Ethylbenzene

mg/L

0,3

Styrene

mg/L

0,02

Chlorinated Benzenes

1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB)

mg/L

1

1,4-Dichlorobenzene (1,4-DBC)

mg/L

0,3

Lain-lain

Di(2-ethylhexyl)phthalate

mg/L

0,008

Acrylamide

mg/L

0,0005

Epichlorobutadiene

mg/L

0,0004

Hexachlorobutadiene

mg/L

0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid

(EDTA)

mg/L

0,6

Nitrilotriacetic acid (NTA)

mg/L

0,2

c.

Pestisida

Alachlor

mg/L

0,02

Aldicarb

mg/L

0,01

aldrin dan dieldrin

mg/L

0,00003

Atrazine

mg/L

0,002

Carbofuran

mg/L

0,007

Chlordane

mg/L

0,0002

Clhorotoluron

mg/L

0,03

DDT

mg/L

0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane

mg/L

0,001

Lanjutan Tabel 3.2

(24)

No

Jenis Parameter

Satuan

Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

(DBCP)

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid

(2,4-D)

mg/L

0,03

1,2-Dichloropropane

mg/L

0,04

Isoproturon

mg/L

0,009

Lindane

mg/L

0,002

MCPA

mg/L

0,002

Methoxychlor

mg/L

0,02

Metolachlor

mg/L

0,01

Molinate

mg/L

0,006

Pendimethalin

mg/L

0,02

Pentachalorophenol (PCP)

mg/L

0,009

Permethrin

mg/L

0,3

Simazine

mg/L

0,002

Trifluralin

mg/L

0,02

Chlorophenoxy herbicides selain

2,4-D dan MCPA

2,4-DB

mg/L

0,09

Dichlorprop

mg/L

0,1

Fenoprop

mg/L

0,009

Mecoprop

mg/L

0,001

2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid

mg/L

0,009

d

.

Desinfektan dan Hasil Sampingnya Desinfektan

Chlorine

mg/L

5

Hasil Sampingan

(25)

25

No

Jenis Parameter

Satuan

Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Chlorate

mg/L

0,7

Chlorite

mg/L

0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6_TPC)

mg/L

0,2

Bromoform

mg/L

0,1

Dibromochloromethane (DBCM)

mg/L

0,1

Bromodichloromethane (BDCM)

mg/L

0,06

Chloroform

mg/L

0,3

Chlorinated acetic acids

Dichloroacetic acid

mg/L

0,05

Trichloroacetic acid

mg/L

0,02

Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile

mg/L

0,02

Dibromoacetonitrile

mg/L

0,07

Cyanogen chloride (sebagai CN)

mg/L

0,07

2

Radioaktifitas

Gross alpha activity

Bq/L

0,1

Gross beta activity

Bq/L

1

Sumber : PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

3.5. Kebutuhan Air

Dalam melakukan perencanaan sistem distribusi air

minum, perlu diketahui kebutuhan air dali wilayah yang

akan di rencanakan. Menurut Safii (2012) , kebutuhan

Lanjutan Tabel 3.2

(26)

air baku dalam suatu kota diklasifikasikan menjadi

kebutuhan domestic dan kebutuhan non domestik.

3.5.1

Kebutuhan Domestik

Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih

untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau rumah

tangga seperti untuk minum, memasak, kesehatan

individu (mandi, cuci dan sebagainya), menyiram

tanaman, halaman dan pengangkutan air buangan

(buangan dapur dan toilet). Besarnya kebutuhan air untuk

keperluan domestik dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Kriteria kebutuhan Air menurut Ukuran Kota

No

Kategori

Ukuran Kota

Jumlah Penduduk

Kebutuhan Air

(Jiwa)

(L/orang/hari)

1

I

Metropolitan

> 1.000.000

190

2

II

Besar

500.000 s/d 1.000.000

170

3

III

Sedang

100.000 s/d 500.000

150

4

IV

Kecil

20.000 s/d 100.000

130

5

V

Pedesaan

< 20.000

30

Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya 1998

3.5.2

Kebutuhan Non Domestik

Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku

yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti untuk

kebutuhan nasional, komersial, industry dan fasilitas umum.

Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air

bersih diluar keperluan rumah tangga. Standar kebutuhan air

bersih non domestik dapat dilihat pada Tabel 3.4.

(27)

27

Tabel 3. 4 Standar Kebutuhan Air Non Domestik

No

Sektor

Besaran

Satuan

1

Sekolah

10

L/murid/hari

2

Rumah Sakit

200

L/tempat tidur/hari

3

Puskesmas

2000

L/hari

4

Masjid

2000

L/hari

5

Kantor

10

L/pegawai/hari

6

Pasar

12000

L/hektar/hari

7

Hotel

150

L/tempat tidur/hari

8

Rumah Makan

100

L/tempat duduk/hari

9

Kompleks Militer

60

L/orang/hari

10

Kawasan Industri

0,2-0,8

L/detik/ha

11

Kawasan Pariwisata

0,1-0,3

L/detik/ha

Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya 1998

3.6.

Fluktuasi Kebutuhan Air

Fluktuasi adalah prosentase pemakaian air pada tiap

jam yang tergantung dari aktivitas penduduk, adat istiadat

atau kebiasaan penduduk serta pola tata kota. Sehingga

kebutuhan air tiap waktu menjadi berubah/berfluktuasi.

Untuk mendapatkan pelayanan kepada konsumen secara

maksimal, hal ini perlu diperhitungkan. Flukuasi kebutuhan

air didasarkan kepada kebutuhan air harian maksimum

(Qmax) serta kebutuhan air jam maksimum (Qpeak) dengan

referensi kebutuhan air rata-rata (Joko, 2010).

(28)

3.6.1

Kebutuhan Air Rata-Rata Harian

Kebutuhan air rata-rata harian (Qav) adalah

jumlah air per hari yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan domestic dan non domestik.

3.6.2

Kebutuhan Air Harian Maksimum

Kebutuhan air harian maksimum (Qmax)

merupakan jumlah air terbanyak yang diperlukan pada

satu hari dalam waktu satu tahun berdasarkan nilai Q

rata-rata harian. Untuk menghitungnya diperlukan

factor fluktuasi kebutuhan harian maksimum

Qmax= fmax . Qav ... (5)

Dimana :

Qmax = Kebutuhan air harian maksimum (ltr/det)

fmax = Faktor harian maksimum (1<fmax.hour<1,5 )

Qav

= Kebutuhan air rata-rata harian (ltr/det)

3.6.3

Kebutuhan Air Jam Puncak

Kebutuhan air jam maksimum (Qpeak) adalah

jumlah air terbanyak yang diperlukan pada jam-jam

tertentu. Untuk menghitungnya diperlukan faktor

fluktuasi kebutuhan jam maksimum (fpeak).

Qpeak= fpeak . Qmax ... (6)

Dimana :

Qpeak = Kebutuhan air jam maksimum (ltr/det)

f peak = Faktor fluktuasi jam maksimum ( 1 ,5 - 2,5 )

Qmax = Kebutuhan air harian maksimum (ltr/det)

(29)

29

3.7.

Pipa dan Perlengkapannya

Didalam suatu sistem distribusi air minum, pekerjaan

perpipaan merupakan suatu komponen penting yang mendapatkan

perhatian khusus, baik dalam hal pemilihan, pengadaan maupun

pemasangannya. Biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan

perpipaan biasanya berkisar antara 60 – 80% dari total biaya

keseluruhan dari sistem distribusi air minum. Kesalahan yang

terjadi pada pekerjaan perpipaan akan dapat menimbulkan

kerugian yang tidak sedikit atau dapat pula mengganggu sistem

air minum secara keseluruhan.

Hal penting yang harus diperhatikan didalam pekerjaan

perpipaan adalah menentukan kriteria untuk pemilihan jenis pipa

yang akan dipergunakan. Penentuan kriteria ini diperlukan untuk

membantu pada designer sistem air minum baik untuk proyek

baru maupun proyek rehabilitasi dan pengembangan.

Secara umum kriteria pemilihan pipa untuk suatu proyek

air minum yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

• Ketersediaan jenis pipa sesuai dengan tekanan kerja yang

disyaratkan

• Evaluasi teknis untuk jenis pipa yang tersedia

• Pertimbangan operasional dan peralatan

• Pertimbangan struktural

• Pertimbangan biaya

• Pertimbangan kebijakan

Jenis pipa yang akan dipergunakan seharusnya telah

memenuhi ke 6 (enam) kriteria diatas.

Jenis pipa dengan diameter besar yang diproduksi adalah

sebagai berikut:

Tabel 3. 5 Jenis Diameter Pipa Yang Diproduksi

Jenis Pipa

Diameter Pipa (mm)

PVC

GIP

Steel

Fiber Glass

16 – 630

16 – 200

100 – 3.600

250 – 2.500

(30)

Jenis Pipa

Diameter Pipa (mm)

ACP

PSC

HDPE/MDPE

80 – 600

300 – 3.500

16 – 125

Untuk pipa HDPE memiliki daya tahan terhadap beban

(fatigue) dan keretakan perlahan-lahan (Slow crack growth)

bersamaan dengan daya tahan rapid crack. Oleh karena itu pipa

ini dapat bertahan kuranglebih selama 50 tahun. Beberapa

keunggulan penggunaan pipa HDPE yang memiliki kondisi

fleksibel yaitu memberi kemudahan dalam pemasangan di

lapangan dan tahan ketika berada pada lokasi dengan kondisi

tanah yang labil. Dengan adanya sifat crack resistance yang tinggi

menjadikan pipa HDPE tahan terhadap retakan. Dalam kontak

dengan bahan kimia pipa HDPE juga memiliki kekuatan yang

tinggi ketika kontak dengan bahan kimia baik kondisi asam kuat

ataupun basakuat serta tidak dapat berkarat karena terbuat dari

bahan polyetilene serta bersifat food grade. Pipa HDPE ini juga

memiliki titik rapuh (brittleness) jauh di bawah 0

o

C, karena itu

tidak ada masalah dalam transportasi, pemasangan ataupun

pengoprasian di suhu yang rendah. Kondisi bagian dalam pipa

HDPE yang licin meminimalkan terjadinya abrasi dan

sedimentasi.

Tabel 3. 6 Aksesoris dan fungsi pada pipa

No Nama Gambar Keterangan

1 Clamp Saddle

Sebagai pemasangan percabangan dan tapping . Tujuan tapping adalah membuat cabang baru. Ada

juga yang menggunakan Tee Reduce sebagai pengganti tapping atau sebaliknya. Jika dilihat dari

pengerjaannya memang jauh lebih mudah memasang tapping arau clamp saddle ketimbang memasang Tee Reduce. Fungsinya adalah sama.

(31)

31

No Nama Gambar Keterangan

2 Tee Reduce

Digunakan dalam percabangan. Biasanya digunakan pada pipa berukuran kecil dan terdapat

perubahan ukuran.

3 Reduction fitting Digunakan dalam penyambungan dan perubahan ukuran pipa secara sekaligus

4 Tee coupling Digunakan dalam percabangan dengan sambungan non permanen

5 Male fittings Sambungan soket dengan pipa ber ulir

6 Elbow 900 Belokan, biasanya digunakan pada instalasi HDPE

ber diameter kecil

3.8.

Reservoir

Jenis reservoir dapat dibagi berdasarkan bentuk, fungsi

maupun tinggi reservoir terhadap permukaan tanah sekitarnya.

Terdapat dua metode dalam menentukan volume reservoir yaitu

cara analitis dan grafik. Dipilih metode analitis sebagai metode

perencanaan dikarenakan metode ini dirasa lebih akurat. Persen

pemakaian digunaka saat berada di daerah lain atau melalui

pemakaian air pada umum nya. Hal tersebut dapat dituliskan

dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑗𝑗𝐽𝐽𝐽𝐽 𝑝𝑝𝑝𝑝𝐽𝐽𝐽𝐽𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝 𝑝𝑝𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝐽𝐽100%

Lanjutan Tabel 3.6

(32)

Prosen selisih debit = prosen suplai – prosen pemakaian

Prosen volume reservoir = prosen selisih debit kumulatif

Prosen kapasitas reservoir = prosen volume terbesar –

prosen volume terkecil

Volume reservoir = prosen kapasitas reservoir x Q

HM

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa

Berdasarkan tinggi relatif reservoir ter hadap permukaan

tanah sekitarnya, maka jenis reservoir dapat dibagi menjadi

(Anonim, 2010).

1.

Reservoir Permukaan (Ground Reservoir)

Yang dimaksud dengan reservoir permukaan adalah

reservoir yang sebagian besar atau seluruh reservoir

tersebut terletak di bawah permukaan tanah.

Direncanakan volume elevated reservoir adalah 1/3

dari volume total reservoir. Sedangkan sisanya

ditampung dalam ground reservoir. Hal ini untuk

menghindari dimensi elevated reservoir yang terlalu

besar (Anonim, 2010)

Volume elevated reservoir = 1/3 x volume

reservoir

(33)

33

2.

Reservoir Menara (Elevated Reservoir)

Yang dimaksud dengan reservoir menara adalah

reservoir yang seluruh bagian penampungan dari

reservoir tersebut terletak lebih tinggi dari permukaan

tanah sekitarnya. Direncanakan volume elevated

reservoir adalah 1/3 dari volume total reservoir.

Sedangkan sisanya ditampung dalam ground

reservoir. Hal ini untuk menghindari dimensi elevated

reservoir yang terlalu besar (Anonim, 2010).

Volume elevated reservoir = 1/3 x volume

reservoir

Gambar 3. 2 Elevated Reservoir

3.9.

Distribusi Air Siap Minum

A. Kriteria Pemilihan Area Pelayanan

Menurut Allen (2004), kriteria pemilihan area pelayanan

dapat ditentukan sebagai berikut:

• Jaringan pipa distribusi relatif baru, kondisi sangat baik

dan terpisah ( terisolasi ) dari jaringan pipa lain sehingga

mempermudah pengawasan. Pengaliran 24 jam, ada

alternatif suplai dan tekanan cukup baik

(34)

• Air baku yang diolah memenuhi kriteria kualitas air yang

lebih sehat dan aman

• Terdapat proses sterilisasi lanjutan pada sistem distribusi

yang mampu diterima oleh pelanggan

B. Jaminan Kualitas Air Siap Minum

Menurut Allen (2004), dalam program air siap minum

dikatakan terjamin kualitasnya karena :

Sumber air berasal dari air yang terlindungi dari

pencemaran.

Telah melalui proses pengolahan desinfeksi untuk

menghilangkan bakteri dan kuman penyakit sesuai

dengan standar kualitas air minum. Dan diperiksa secara

teratur oleh pihak laboratorium.

Jaringan pipa distribusi menggunakan jaringan pipa air

bersih yang sudah ada dan relatif masih baru. Terdiri dari

pipa berkualitas yang tidak mudah bocor dan berkarat.

Jaringan distribusi dipisahkan dari distribusi air bersih

lainnya, sehingga mudah diawasi dan terhindar dari

pencemaran.

Jaringan pipa distribusi dibersihkan secara rutin.

Tekanan air terjaga kestabilannya.

3.10.

EPANET

EPANET adalah program computer yang keluarkan oleh EPA

(Enviromental Protection Agency) yang menggambarkan simulasi

hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam

jaringan pipa. Jaringan pipa yang di maksud meliputi pipa, node

(titik koneksi pipa), pompa, katub, dan tangki air atau reservoir.

Epanet meliputi pembahasan aliran air di tiap pipa, kondisi

tekanan air di tiap titik dan kondisi konsentrasi bahan kimia yang

mengalir

Epanet di luncurkan untuk mencapai dan mewujudkan

pemahaman tentang pergerakan dan nasip kandungan air minum

dalam jaringan distribusi. Serta dapat digunakan dalam berbagai

(35)

35

analisa pada jaringan distribusi dan manjadi contoh pembuatan

model hidrolis, analisa klhor, bahkan analisa pelanggan.

Dalam melakukan pemodelan di bidang kualitas air terutama

sisa klhor, epanet memiliki pengolahan data akurat yang secara

otomatis menghitung penurunan sisa klor yang terjadi dengan

mempertimbangkan kecepatan, jarak dan turbulensi aliran pada

pipa (Lewwis, 2000).

Menurut User Manual EPANET (2000), EPANET 2.0

dapat digunakan untuk menganalisis kualitas air tentang

penurunan sisa klor pada sistem jaringan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pilih Option-Quality untuk diedit dari Data Browser.

Pada field Parameter Property Editor ketiklah

Chlorine.

b. Pindah ke Option-Reactions pada Browser. Untuk

Global Bulk Coeffcient masukkan nilai –1.0. Angka

ini merefleksikan laju khlorin yang akan meluruh pada

saat reaksi pada aliran bulk sepanjang waktu. Laju

tersebut akan diaplikasikan pada seluruh pipa pada

jaringan. Anda dapat mengedit nilai ini untuk pipa

tunggal jika dibutuhkan.

c. Kik pada node Reservoir dan atur Initial Quality pada

1.0. Ini adalah konsentrasi dari khlorin yang secara

kontinue masuk ke dalam jaringan. (Atur kembali

initial quality pada Tank ini menjadi 0 jika akan

mengubahnya)

3.11.

Sisa Klor Dalam Jaringan Distribusi

Selama perjalanan ke konsumen, konsentrasi sisa klor

menurun sesuai/sebanding dengan bertambahnya waktu tempuh

dari sisa klor tersebut, sampai pada titik terjauh kemungkinan sisa

klor tersebut akan habis.

Penurunan konsentrasi sisa klor dalam pipa distribusi

sesuai dengan persamaan reaksi orde satu, dimana terdapat tiga

(36)

variable yang mempengaruhi penurunan tersebut, yaitu

konsentrasi sisa klor, jarak tempuh dan waktu tempuh (Roberts,

1980)

Seperti pada persamaan berikut:

− 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑝𝑝𝑑𝑑

=

𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑣𝑣

...(7)

Dimana:

v = kecepatan fluida

x = jarak tempuh

k = konstanta penurunan

Bila persamaan diatas di integral kan:

− �

𝑑𝑑𝑑𝑑

𝑝𝑝𝑑𝑑

𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑝𝑝

= �

𝑑𝑑𝑑𝑑

𝑣𝑣

𝐿𝐿 0

1

𝑝𝑝 ln �

𝑑𝑑

0

𝑑𝑑𝑝𝑝

� =

𝐿𝐿

𝑣𝑣

ln 𝑑𝑑

𝑝𝑝

= ln 𝑑𝑑

0

− �

𝑝𝑝𝑣𝑣

� 𝐿𝐿 ...(8)

Dimana:

C

e

= Konsentrasi sisa klor pada jarak tertentu

C

0

= Konsentrasi sisa klor pada t=0

K = Konstanta penurunan

L= Jarak aliran

Konstanta penurunan sisa klor pada jaringan distribusi (k)

dipengaruhi oleh faktor turbulensi aliran dalam pipa, penguapan

sisa klor, photolysis, dan suhu (Droste, 1997) dimana nilai K

mengikuti persamaan berikut.

K

t

= Konstanta penurunan klhor pada suhu tertentu

F

TB

= Faktor turbulen

K

EV

= Konstanta evaporasi

K

s

= Konstanta photolysis

K

OX

= Konstanta oksidasi oleh klhor

Ø = Konstanta arhenius

T= Suhu

0

C

(37)

37

Dari penelitian yang pernah dilakukan, telah didapatkan bahwa

nilai dari konstanta-konstanta di atas adalah:

K

t

= Konstanta penurunan klhor pada suhu tertentu

F

TB

= 2,05

K

EV

= 0,01/H/hari, dimana H = Kedalaman air/diameter

pipa (m)

K

s

= 0,03/hari

K

OX

= 0,065/hari

Ø = 1,08

Adanya kontaminan-kontaminan yang masuk pada pipa distribusi

dapat mempercepat penurunan sisa klor dab berubahnya menjadi

sisa klor terikat yang mempunyai daya desinfektan lebih rendah

dari sisa klor bebas sehingga memungkinkan untuk

berkembangnya bakteri coliform yang masuk dalam pipa

distribusi yang mempunyai tekanan rendah sehingga

memungkinkan masuknya kontaminan dari luar pipa (Simpson,

1998).

3.12.

Kebocoran

Pemakaian air bersih lainnya yang secara langsung

bersifat konsumtif adalah kehilangan air (uncounted water)

yang di akibatkan karena adanya kesalahan teknis seperti

kebocoran pipa, pencurian air oleh penduduk, pemasangan pipa

illegal, dan atau kesalahan dalam pencatatan meter oleh

petugas.

Kehilangan air adalah selisih antara distribusi air dengan

konsumsi atau pemakaian air yang dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Kehilangan air rencana

Kehilangan air yang dialokasikan untuk kelancaran

oprasional dan pemeliharaan air bersih. Kehilangan air ini

di perhitungkan dalam pepenetapan harga air yang

dibebankan pada pelanggan. Contoh kehilangan air rencana

adalah pada unit unit pengolahan air bersih terutama pada

unit filter (Wahyono hadi, 1989)

(38)

2.

Kehilangan air percuma

Menyangkut penggunaan fasilitas distribusi air bersih dan

pengelolaannya, dibagi menjadi:

a. Leakage merupakan kehilangan air pada komponen

fasilitas yang tidak dikendalikan oleh pengelola.

b. Wastage merupakan kehilangan air pada saat pemakaian

oleh konsumen.

Kebocoran termasuk dalam kehilangan air percuma ,

dimana sulit untuk membuat kebocoran sebesar 0% terutama di

Indonesia yang kondisi alam dan tanahnya sangat

mempengaruhi. Menurut kriteria kebutuhan air bersih P3KT

Jawa timur, besarnya kebocoran di asumsikan sebesar 30% dari

kebutuhan air bersih domestic dan non domestic sehingga:

𝑄𝑄 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑘𝑘𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑘𝑘𝐽𝐽𝑝𝑝 = 30% 𝑑𝑑 ( 𝑄𝑄 𝑑𝑑𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑄𝑄 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝)

𝑄𝑄𝑘𝑘ℎ = 𝑄𝑄𝑑𝑑𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑄𝑄 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑄𝑄 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑘𝑘𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑘𝑘𝐽𝐽𝑝𝑝

... (9)

Dan untuk kebutuhan air harian maksimum (Qhm) dan

jam maksimum (Qjm) dipilih:

Faktor harian maksimum (Fhm)

= 1,15

Faktor jam maksimum (Fjm)

= 1,5

(sumber : Data fluktuasi pemakaian air kabupaten

sidoarjo)

Sehingga: Qhm= 1.15 x Qrh

Qjm= 1.5 x qhm (Sumber : Data fluktuasi pemakaian air

kabupaten sidoarjo)

3. Kehilangan air incidental

Merupakan kehilangan air pada saat atau diluar kekuasaan

manusia seperti bencana alam gempa bumi

(39)

BAB 4

METODE PERENCANAAN

Metode perencanaan ini bertujuan untuk memudahkan

pelaksanaan dan menunjukan langkah-langkah dalam penyusunan

tugas akhir.

4.1.

Kerangka Perencanaan

Penyusunan kerangka perencanaan ini berupa rangkaian

kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan tugas akhir ini.

Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan ide tugas akhir

yang kemudian dilakukan pengumpulan data-data primer dan

sekunder. Kerangka perencanaan selengkapnya dapat dilihat pada

Gambar 4.1 di bawah ini:

Gambar 4. 1 Kerangka Perencanaan Penyusunan Tugas

Akhir

(40)

4.2.

Metode Pelaksanaan Perencanaan

Berdasarkan kerangka perencanaan di atas, dapat

dirincikan sebagai berikut.

4.2.1 Perijinan

. Perijinan ini dilakukan untuk keperluan pengambilan

atau pengumpulan data. Perijinan ini ditujukan ke

instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan PDAM Kota

Malang.

4.2.2 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam perencanaan ini merupakan

data-data primer yang didapatkan melalui survey dan sampling

lapangan serta data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi

berkaitan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang dan

PDAM Kota Malang. Data-data yang diperlukan dalam tugas

akhir ini antara lain :

A. Primer

• Sampling kualitas air siap minum di jaringan

perpipaan yang sudah terbentuk.

Sampling yang di lakukan ditujukan untuk

mengetahui konsentrasi sisa khlor dengan tujuan

melakukan pemodelan pada program EPANET.

Pengujian dilakukan di lapangan dengan

mengambil sampel pada dua titik yang berbeda,

untuk kecepatan dan jarak pipa pada dua titik harus di

ketahui untuk mengetahui penurunan sisa klor

seakurat mungkin. Proses pengujian bisa dilakukan

minimal 3 kali pada titik yang berbeda. Data yang

didapatkan selanjutnya di masukan pada kolom

survey sesuai Tabel 4.1.

(41)

41

Tabel 4. 1 Form survey sisa klor pada jaringan distribusi

eksisting.

• Sampling Kualitas air di rumah penduduk

Proses sampling di rumah penduduk dilakukan pada

kran pertama di dekat meter air. Apabila kran pada

meter air ditutup oleh pelanggan, dilakukan sampling

pada kran terdekat. Sebagai batasan, tidak dilakukan

sampling pada warga yang mencampur air PDAM

dengan air sumur atau warga yang menggunakan

reservoir atau tendon untuk menampung air terlebih

dahulu.

• Survey lapangan menggunakan GPS untuk

mengetahui ordinat dan elevasi seperti yang tertera

pada Tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Form survey GPS

No

Node

Ordinat

Elevasi

Ketrangan

X

Y

1

2

3

Node disini tidak hanya sebagai percabangan, tetapi

ketika ada belokan pada pipa atau ada perubahan

Diameter pipa Debit Kecepatan Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2 (m) (m3/s) (m/s) 1 2 3 1 2 3 No

Lokasi Konsentrasi sisa klor Panjang pipa Tandon Wendit

(42)

elevasi yang signifikan perlu diberi node agar data

yang didapatkan lebih akurat. Ordinat yang tertera

pada layar GPS digunakan sebagai data node di

epanet dengan panamaan node yang sama.

B. Sekunder:

• Peta jaringan jalan

Peta jaringan digunakan sebagai acuan dalam

pemasangan jaringan distribusi air siap minum yang

akan direncanakan. Peta jaringan jalan didapatkan

dari data PDAM Kota Malang. Dalam melakukan

surfey menggunakan GPS nantinya, peta yang di ikuti

merupakan peta jaringan jalan yang sudah

didapatkan.

• Peta jaringan distribusi

Peta jaringan distribusi digunakan untuk mengetahui

instalasi yang telah dimiliki PDAM Kota Malang dan

menentukan rencana pengembangan zona air minum

prima yang akan direncanakan.

• Peta RTRW

Dalam perencanaan ZAMP perlu diketahui terkait

rencana tataguna lahan yang akan direncanakan. Hal

ini berkaitan erat dengan kebutuhan air serta sistem

pengaliran yang dilakukan

• Peta administrasi

Sebagai penunjang dalam perencanaan serta survei

yang dilakukan dibutuhkan peta administrasi untuk

mempermuda pengelompokan yang dilakukan serta

perhitungan penduduk terlayani.

• Data penduduk kecamatan sukun

Data penduduk sangat penting untuk menentukan

proyeksi kebutuhan air kedepannya. Data bisa di

dapatkan di BPS (Biro Pusat Statistik) Kota Malang

• Data fasilitas umum

Dalam pemasangan kran umum dan

mempertimbangkan aspek fungsi di masyarakat,

(43)

43

diperlukan data fasilitas sosial sebagai penunjang di

kecamatan Sukun

• Data sumber air

Data sumber air diperlukan untuk menentukan sistem

pengaliran serta penggunaan reservoir dan pompa.

• Data pembagian rencana pengembangan

Dalam penentuan zona yang akan direncanakan

diperlukan rencana pengembangan ZAMP PDAM

Kota Malang kedepannya sehingga perencanaan ini

benar-benar dapat menjadi pertimbangan untuk

PDAM Kota Malang

4.2.3 Analisis Data

Setelah diperoleh data sekunder, selanjutnya dilakukan

analisa pada data-data yang didapatkan tersebut. Hal ini dilakukan

untuk menyeleksi data yang diperoleh apakah telah sesuai dengan

kebutuhan perencanaan yang akan dilakukan.

4.2.4 Perencanaan

Setelah diperoleh data-data yang diperlukan, selanjutnya

dilakukan perencanaan \ jaringan sistem distribusi zona air minum

prima (air siap minum). Langkah-langkah yang dilakukan dalam

perencanaan pengembangan atara lain:

• Menghitung proyeksi penduduk

• Menghtung proyeksi fasilitas

• Menghitung kebutuhan air

• Perencanaan jaringan

• Pemodelan kualitas air pada jaringan

• Proses desinfeksi

• Perencanaan proses pemantauan dan perawatan jaringan

• Gambar teknis

(44)

4.2.5 Pembahasan

Dilakukan pembahasan atas analisa model jaringan

perpipaan dan sistem pengaliran yang telah dilakukan dengan

menggunakan Program EPANET Pembahasan ini mengacu pula

pada kondisi eksisting jaringan pipa yang saat ini ada dan

evaluasinya sehingga proses distribusi dapat berjalan dengan

baik.Selain itu juga dilakukan pembahasan terkait kelengkapan

perlindungan air baik pada sistem distribusi dan pengelolaan

ZAMP.

4.2.6 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan mulai tahap pengumpulan data

hingga penarikan kesimpulan. Studi literatur yang digunakan

adalah teori-teori yang mendasari perencanaan sistem distribusi

air minum diantaranya proyeksi fasilitas, kebutuhan air, fluktuasi

kebutuhan air, hidrolika pengaliran air minum bertekanan,

pedoman teknis distribusi air minum, pompa distribusi, reservoir,

proses desinfeksi dalam pipa, pengelolaan distribusi air siap

minum dan pengolahan data dengan program EPANET Literatur

yang digunakan pada tugas akhir ini berupa text book,

peraturan-peraturan yang terkait, HSPK Kota Malang, dan referensi dari

tugas akhir perencanaan atau penelitian sebelumnya. Setiap

dilakukan proses perencanaan selalu merujuk pada literatur di

atas.

4.2.7 Kesimpulaan dan Saran

Dari pembahasan yang telah dilakukan maka diambil

kesimpulan yang merupakan hasil perencanaan yang menjawab

rumusan masalah perencanaan sistem jaringan distribusi ini.

Saran diberikan sebagai hasil evaluasi yang dapat digunakan

untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan perencanaan

pengembangan sistem jaringan distribusi lebih lanjut.

(45)

BAB 5

ANALISIS dan PEMBAHASAN

5.1. Proyeksi Penduduk

Jumlah penduduk pada parencanaan ZAMP dlingkup i

Kecamatan Sukun Kota Malang diproyeksikan untuk 15 tahun

kedepan yaitu dimulai pada tahun 2015 hingga tahun 2030.

Dalam perhitungan proyeksi penduduk, terdapat tiga metode yang

dapat digunakan, yaitu metode aritmatika, geometri dan least

square. Dari ketiga metode tersebut kemudian dicari koefisien

korelasinya terlebih dahulu untuk mencari metode mana yang

akan digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk. Koefisien

korelasi dari ketiga metode tersebut dipilih yang mendekati 1

(grafik linier) sehingga dapat ditentukan metode mana yang akan

digunakan menghitung proyeksi penduduk Kecamatan Sukun

Kota Malang. Dalam menghitung nilai korelasi (r) digunakan

rumus sebagai berikut:

Jumlah penduduk Kecamatan Sukun Kota Malang dari tahun

2006 sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5. 1 Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sukun Kota

Malang

No

Tahun

Penduduk

Petumbuhan

Penduduk

Persentase

pertumbuhan

1

2006

178,063

0

0

2

2007

179,374

1,311

0.73

3

2008

180,785

1,411

0.78

4

2009

182,208

1,423

0.78

5

2010

185,043

2,835

1.53

6

2011

187,314

2,271

1.21

7

2012

188,737

1,423

0.75

45

(46)

No

Tahun

Penduduk

Petumbuhan

Penduduk

Persentase

pertumbuhan

8

2013

191,020

2,283

1.20

Jumlah

1,472,544

12,957

6.99

Sumber: BPS Kecamatan Sukun Kota Malang dan Hasil

Perhitungan

Contoh perhitungan pada kolom pada nomor 2 sebagai berikut:

Pertumbuhan penduduk = Jumlah penduduk (2007-2006)

= (179,374-178,063) Jiwa

=1,311Jiwa

Persentase pertumbuhan = (pertumbuhan penduduk / jumlah

penduduk) x 100

= (1,311/179,374)Jiwa x 100

=0.73%

Untuk perhitungan rata – rata pertumbuhan dan r dapat dilihat di

bawah ini:

Rata – rata pertumbuhan =Jumlah Persentase Pertumbuhan / (8-1)

= 6.99 / 7

= 0,998 =1

r = rata – rata pertumbuhan / 100 = 1/100

= 0,01

5.1.1

Pemilihan Metode Proyeksi

a.

Metode Aritmatik

Daerah dengan pertumbuhan penduduk yang selalu naik

secara konstan dan dalam kurun waktu yang pendek, sesuai

dengan metode ini. Untuk perhitungan koefisien korelasi (r)

dengan metode aritmatik dapat dilihat pada Tabel 5.2.

(47)

47

Tabel 5. 2 Perhitungan Nilai Korelasi dengan Metode

Aritmatik

Tahun

Jumlah Penduduk

X

Y

X.Y

X^2

Y^2

2006

178,063

1

0

0

1

0

2007

179,374

2

1,311

2,622

4

1,718,721

2008

180,785

3

1,411

4,233

9

1,990,921

2009

182,208

4

1,423

5,692

16

2,024,929

2010

185,043

5

2,835

14,175

25

8,037,225

2011

187,314

6

2,271

13,626

36

5,157,441

2012

188,737

7

1,423

9,961

49

2,024,929

2013

191,020

8

2,283

18,264

64

5,212,089

Jumlah

36

12,957

68,573

204

26,166,255

R

0.83015

b.

Metode Geometri

Proyeksi dengan metoda ini menganggap bahwa

perkembangan penduduk secara otomatis berganda, dengan

pertambahan penduduk. Metoda ini tidak memperhatikan adanya

suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap,

disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum.

Perhitungan nilai korelasi menggunakan metode geometri seperti

yang terlihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5. 3 Perhitungan Nilai Koefisien Korelasi dengan

Metode Geometri

Tahun

Jumlah Penduduk

X

Y

X.Y

X^2

Y^2

2006

178,063

1

12,090

12,090

1

146,166

2007

179,374

2

12,097

24,194

4

146,343

(48)

Tahun

Jumlah Penduduk

X

Y

X.Y

X^2

Y^2

2008

180,785

3

12,105

36,315

9

146,533

2009

182,208

4

12,113

48,452

16

146,722

2010

185,043

5

12,128

60,642

25

147,097

2011

187,314

6

12,141

72,843

36

147,393

2012

188,737

7

12,148

85,037

49

147,577

2013

191,020

8

12,160

97,281

64

147,869

Jumlah

36

96,982

436,854

204

1,175,698

R

0,99504

Sumber: Hasil Perhitungan

c.

Metode Least Square

Metoda ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti

bahwa data perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan

kecenderungan garis linier, meskipun perkembangan penduduk

tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data yang dipakai

jumlahnya harus ganjil. Perhitungan koefisien korelasi (r) dengan

metode least square terlihat pada Tabel 5.4 berikut:

Tabel 5. 4 Perhitungan Nilai Koefisien Korelasi Metode Least

Square

Tahun

Jumlah

Penduduk

X

Y

X.Y

X2

Y2

2006

178,063

1

178,063

178,063

1

31,706,431,969

2007

179,374

2

179,374

358,748

4

32,175,031,876

2008

180,785

3

180,785

542,355

9

32,683,216,225

2009

182,208

4

182,208

728,832

16

33,199,755,264

(49)

49

Tahun

Jumlah

Penduduk

X

Y

X.Y

X2

Y2

2010

185,043

5

185,043

925,215

25

34,240,911,849

2011

187,314

6

187,314

1,123,884

36

35,086,534,596

2012

188,737

7

188,737

1,321,159

49

35,621,655,169

2013

191,020

8

191,020

1,528,160

64

36,488,640,400

Jumlah

36

1,472,544

6,706,416

204

2.71202E+11

R

0.99450

Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dengan metode-metode

yang ada, maka nilai koefisien korelasi yang dipilih dalam

perencanaan ini adalah nilai koefisien korelasi pada metode

geometrik yaitu r = 0.99504, dikarenakan nilai korelasi mendekati

angka 1. Sehingga untuk perhitungan proyeksi penduduknya

menggunakan metode geometrik. Rumus metode geometrik dapat

dilihat di bawah ini:

Pn = Po (1 + r)n

dimana :

Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)

Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)

r

= angka pertambahan penduduk tiap tahun (%)

n

= jumlah tahun proyeksi (tahun)

dan salah satu contoh perhitungan proyeksi penduduk Kecamatan

Sukun Kota Malang adalah sebagi berikut:

Pn = Po (1 + r)n

P2 = 187314 ( 1 + 0,01)2

P2 = 191071

Untuk hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan

5.6 di bawah ini:

Gambar

Tabel 2. 2 Hasil uji kualitas air minum pada  sumber wendit.
Tabel 3. 4 Standar Kebutuhan Air Non Domestik
Gambar 4. 1 Kerangka Perencanaan Penyusunan Tugas  Akhir
Tabel 5. 3 Perhitungan Nilai Koefisien Korelasi dengan  Metode Geometri
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Pelayanan pada populasi pasien dengan resiko kekerasan adalah pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang mempunyai resiko mendapat kekerasan fisik, yaitu

Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan karena di dalam membangun motivasi kerja karyawan dengan cara pemenuhan kebutuhannya, sangat

Ft., M.Fis., selaku Kepala program studi fisioterapi fakultas ilmu kesehatan universitas Muhammadiyah malang, serta sebagai dosen Pembimbing 1 saya yang

Tujuan dari kajian ini (1) mengetahui kelayakan bisnis industri kecil tanaman hias akuarium dari sisi keuangan untuk pengem- bangan usahanya, (2) merumuskan strategi

Apakah perlindungan hak ekonomi pencipta buku terhadap Budaya Hukum Right To Copy dengan mesin fotokopi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 TentangHak Cipta

Admin dapat melihat data peminjaman dan pemesanan buku atau koleksi perpustakaan, membalas pesan dari mahasiswa, serta dapat membuat berita yang akan dipublikasikan di

Dari 6 faktor yang diteliti seperti usia, masa kerja, riwayat atopi, merokok, paparan debu gandum, dan pemakaian APD, setelah dilakukan analisis regresi logistik hanya paparan

Sistem insentif dengan cara ini langsung mengkaitkan besarnya insentif dengan kinerja yang telah ditunjukkan oleh pegawai yang bersangkutan. Berarti besarnya