• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

WHO mendefinisikan remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai umur 10 - 19 tahun.

Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa depan. Yang termasuk remaja adalah mereka yang berusia antara 10 - 20 tahun, yang mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk fisiologi tubuh, dan fungsi psikologis serta sosialnya. Dari segi usia, remaja dibagi menjadi 3 yaitu remaja awal (early adolescence) berusia 10 - 13 tahun, remaja tengah (middle adolescence) berusia 14 - 16 tahun, dan remaja akhir (late adolescence) berusia 17 - 20 tahun (Needlman, 1999).

Masa remaja, suatu waktu dengan onset dan lama yang bervariasi, adalah suatu periode antara masa anak-anak dan masa dewasa. Masa ini ditandai dengan perubahan perkembangan biologis, psikologis, dan sosial yang menonjol. Onset biologis dari masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan skeletal yang cepat dan permulaan perkembangan seks fisik. Onset psikologis ditandai dengan suatu percepatan perkembangan kognitif dan konsolidasi pembentukan kepribadian. Secara sosial, masa remaja adalah suatu periode peningkatan persiapan untuk datangnya peranan masa dewasa muda (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 1997).

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan (Pardede, 2002).

(2)

2.1.2 Transisi pada Masa Remaja

Masa remaja merupakan suatu bagian dari siklus tumbuh kembang sejak saat konsepsi sampai dewasa dan merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa ini, seseorang akan menghadapi beberapa transisi berupa (Soelaryo, Tanuwidjaya, dan Sukartini, 2002):

1. Transisi dalam emosional

Ciri utama remaja adalah peningkatan kehidupan emosinya, dimana remaja sangat peka dan mudah tersinggung perasaannya. Remaja dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi apabila mereka berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan keperluan dirinya. Selain itu, mereka juga dapat melihat secara objektif situasi yang dihadapi sehingga mereka tidak bereaksi secara emosional.

2. Transisi dalam sosialisasi

Pada masa remaja, hal terpenting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan teman sebaya, baik sejenis maupun berlawanan jenis. Dalam hubungan dengan teman sebaya ini sering terjadi pengelompokkan, antara lain sahabat karib yang mempunyai minat dan kemampuan berimbang. Pengaruh sahabat ini sangat besar terhadap perkembangan tingkah laku yang dapat diterima lingkungan sosialnya sehingga mereka akan memperoleh kepercayaan dirinya. 3. Transisi dalam agama

Sering kita lihat remaja kurang rajin melaksanakan ibadah, tidak seperti halnya pada waktu mereka masih kanak-kanak. Hal tersebut bukan karena lunturnya kepercayaan terhadap agama, akan tetapi timbul keraguan remaja terhadap agama yang dianutnya sebagai akibat perkembangan cara berpikir yang mulai kritis.

4. Transisi dalam hubungan keluarga

Bila dalam suatu keluarga terdapat anak remaja, biasanya sukar ditemukan adanya hubungan yang harmonis dalam keluarga tersebut. Keadaan ini disebabkan remaja biasanya banyak menentang orang tua dan biasanya cepat

(3)

menjadi marah, sedangkan orang tua biasanya kurang memahami ciri tersebut sebagai ciri yang wajar pada remaja.

5. Transisi dalam moralitas

Pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak ke moralitas remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan konsep moralnya sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah lakunya sendiri.

2.2 Menstruasi

2.2.1 Pengertian Menarche dan Menstruasi

Menarche berarti dimulainya menstruasi yang terjadi pada remaja antara usia 11 dan 16 tahun, rata-rata 13 tahun. Dalam beberapa buku, menstruasi sering juga disebut haid, mensis, atau datang bulan (Guyton, 1997).

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan

pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Ganong, 2002).

Menarche merupakan perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada

seorang wanita dan biasanya rata-rata terjadi pada usia 11 - 13 tahun. Tetapi semakin lama, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Hal ini mungkin disebabkan oleh semakin baiknya nutrisi dan kesehatan pada generasi sekarang (Jacoeb, 2007).

Menarche yaitu mulainya menstruasi, biasanya terjadi antara usia 12

hingga 13 tahun, dengan kisaran dari usia 9,1 tahun hingga 17,7 tahun. Biasanya jarak siklus menstruasi berkisar dari 15 sampai 45 hari dengan rata-rata 28 hari. Lamanya berbeda-beda antara 2 - 8 hari dengan rata-rata 4 - 6 hari (Price dan Wilson, 2005).

Menarche mengacu kepada menstruasi pertama hanyalah merupakan salah

satu tanda pubertas. Usia menarche semakin lama semakin menurun, dimana usia rata-rata menarche adalah antara 12 sampai 13 tahun, tetapi pada sebagian kecil anak perempuan yang tampaknya normal, menarche mungkin muncul pada usia sedini 10 tahun atau selambat 16 tahun (Cunningham, et al., 2005).

(4)

Onset menarche adalah salah satu perubahan pubertas pada anak perempuan. Sikap kultural anak perempuan mengenai menarche adalah bervariasi, dari memandang menarche sebagai kutukan di satu sisi sampai melihatnya sebagai penegasan yang menyenangkan mengenai kewanitaan pada sisi lainnya (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 1997).

Menurut KBBI (2008), menstruasi adalah peristiwa fisiologis dan siklus pada wanita dalam masa reproduksi dengan keluarnya darah dari rahim sebagai akibat pelepasan selaput lendir rahim.

Menstruasi merupakan siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, di bawah kendali hormonal, dan berulang secara normal. Interval menstruasi biasanya terjadi sekitar empat minggu tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif pada wanita (Dorland, 2002).

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan/deskuamasi endometrium (Hanafiah, 2007).

Menurut Andira (2010), menstruasi adalah kejadian alamiah yang terjadi pada wanita normal. Hal ini dapat terjadi karena terlepasnya lapisan endometrium uterus.

Menstruasi adalah perdarahan dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menjalankan fungsinya yang terjadi setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil (Achsin, et al., 2003).

Menstruasi juga merupakan sebuah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi pertama kali biasanya terjadi sekitar umur 10 - 12 tahun. Menstruasi akan berhenti pada umur sekitar 40 - 50 tahun yang disebut dengan menopause. Periode menstruasi yaitu merujuk pada waktu ketika seseorang mengalami menstruasi/pendarahan. Siklus menstruasi merupakan rangkaian dari peristiwa menstruasi satu sampai menstruasi berikutnya yang biasanya berlangsung 28 sampai 30 hari. Hari pertama dari siklus menstruasi adalah awal periode sedangkan hari kelima atau keenam merupakan akhir dari menstruasi (Winaris, 2010).

(5)

Menstruasi adalah pengeluaran darah dari alat kandungan wanita setiap bulan secara teratur pada wanita yang sehat dan tidak hamil. Siklus menstruasi yang klasik adalah 28 ± 2 hari sedangkan pola menstruasi dan lamanya perdarahan menstruasi bergantung pada tipe wanita, biasanya 3 - 8 hari (Mochtar, 1998).

2.2.2 Mekanisme Menstruasi

Menurut Hanafiah (2007), perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus menstruasi disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap

Follicle Stimulating Hormone (FSH) sedangkan terhadap Luteinizing Hormone

(LH), estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi.

Tidak lama setelah menstruasi dimulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat dan ini menekan produksi FSH. Folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel.

Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai menurun menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Estrogen awalnya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Dalam

(6)

waktu yang sama, suhu basal badan juga meningkat kira-kira 0,5o

Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi. Folikel hendaknya berada pada tingkat yang matang agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi kira-kira 16-24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia, biasanya hanya satu folikel yang matang.

C. Selama ovulasi, getah serviks encer dan bening, dan mulut serviks sedikit terbuka yang memungkinkan masuknya spermatozoa.

Pada fase luteal setelah ovulasi, sel-sel granulosa membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8 - 9 hari setelah ovulasi. Luteinized granulosa cells dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak dan luteinized theca cells membuat estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Peningkatan progesteron akan menghambat sekresi FSH dari hipofisis sehingga pertumbuhan korpus luteum terganggu pula.

Bilamana tidak terjadi nidasi, progesteron dan estrogen akan menghambat FSH dan LH sehingga korpus luteum tidak dapat berkembang lagi. Akibat pengaruh estrogen dan progesteron, terjadi penyempitan pembuluh-pembuluh darah endometrium yang berlanjut dengan iskemi sehingga endometrium terlepas dan timbul menstruasi.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kunci siklus menstruasi tergantung dari perubahan-perubahan kadar estrogen. Pada permulaan siklus menstruasi, meningkatnya FSH disebabkan oleh menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum juga tergantung pada kadar minimum LH yang terus menerus. Jadi, hubungan antara folikel dan hipotalamus tergantung pada fungsi estrogen yang menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif dan negatif. Segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus reproduksi yang normal.

(7)

Gambar 2.1 Perubahan hormonal pada siklus menstruasi Sumber: http://biohealthworld.com/ (2007)

2.2.3 Perubahan Histologik pada Endometrium dalam Siklus Menstruasi Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Menurut Hanafiah (2007), dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus menstruasi, yaitu:

1. Fase menstruasi atau deskuamasi

Pada fase ini, terjadi pelepasan endometrium dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 - 4 hari.

(8)

2. Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah dimulai sejak fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.

3. Fase intermenstrum atau fase proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke - 5 sampai hari ke - 14 dari siklus menstruasi. Fase proliferasi dibagi atas 3 tahap yaitu:

a. Fase proliferasi dini

Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke - 4 sampai hari ke - 7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek, dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas proliferasi/ sel-sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukka n suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit.

b. Fase proliferasi madya

Fase ini berlangsung antara hari ke - 8 sampai hari ke - 10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar berlekuk-lekuk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema. Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (naked nucleus).

c. Fase proliferasi akhir

Fase ini berlangsung pada hari ke - 11 sampai hari ke - 14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyaknya mitosis.

(9)

4. Fase pra menstruasi atau fase sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke - 14 sampai ke hari ke - 28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berlekuk-lekuk, dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas:

a. Fase sekresi dini

Dalam fase ini, endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Pasa saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yaitu: 1. Stratum basale yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan

dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif kecuali mitosis pada kelenjar.

2. Stratum spongiosum yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma diantaranya.

3. Stratum kompaktum yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran kelenjarnya sempit, lumennya berisi sekret, dan stromanya edema.

b. Fase sekresi lanjut

Endometrium pada fase ini tebalnya 5 - 6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berlekuk-lekuk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovarium. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel stroma berubah menjadi desidua apabila terjadi kehamilan.

(10)

Gambar 2.2 Fase pertumbuhan endometrium dan menstruasi selama setiap siklus bulanan seksual wanita Sumber: Guyton (1997)

2.2.4 Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi merupakan masalah yang umum terjadi pada masa remaja. Gangguan ini dapat menyebabkan kecemasan yang signifikan pada pasien maupun keluarganya. Faktor fisik dan psikologi berperan dalam masalah ini (Chandran, 2009).

Menurut Simanjuntak (2007), gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi: hipermenorea (menoragia) dan hipomenorea.

2. Kelainan siklus: polimenorea, oligomenorea, dan amenorea. 3. Perdarahan di luar menstruasi: metroragia.

4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi: premenstrual tension (ketegangan prahaid), Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi), dan dismenorea.

Hipermenorea (menoragia) adalah perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang

(11)

terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu menstruasi (irregular endometrial shedding), dan sebagainya.

Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.

Polimenorea adalah siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasa yaitu kurang dari 21 hari. Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari menstruasi biasa. Hal ini disebut polimenoragia atau epimenoragia. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal. Penyebab lainnya adalah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.

Oligomenorea adalah siklus menstruasi yang lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal tersebut sudah dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya.

Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Amenorea terdiri dari amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah menstruasi. Pada amenorea sekunder, penderita pernah menstruasi, tetapi kemudian tidak menstruasi lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai penyebab yang lebih berat dan sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan genetik. Amenorea sekunder biasanya disebabkan oleh gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.

Metroragia adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi. Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari menstruasi. Metroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau kelainan kongenital.

(12)

Premenstrual tension (ketegangan prahaid) merupakan keluhan-keluhan

yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah menstruasi datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai menstruasi berhenti. Keluhan-keluhan ini dapat terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran, rasa nyeri pada mammae, depresi, gangguan konsentrasi, rasa ketakutan, dan lain-lain.

Mittelschmerz atau nyeri antara menstruasi terjadi kira-kira sekitar

pertengahan siklus menstruasi, pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan ataupun berat. Lamanya mungkin hanya beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2 - 3 hari. Rasa nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, kadang-kadang sangat sedikit berupa getah berwarna coklat. Pada kasus lain, dapat merupakan perdarahan seperti menstruasi biasa.

Dismenorea atau nyeri haid dibagi atas 2, yaitu dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri adalah kejang biasanya terbatas pada perut bawah, dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan lain-lain. Sedangkan pada dismenorea sekunder, nyeri menstruasi disebabkan oleh kelainan ginekologik berupa salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servisis uteri, dan lain-lain.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut KBBI (2008), pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa, dan indera peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

(13)

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

a. Cara tradisional atau non-ilmiah

Cara kuno atau cara tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba-salah (trial and error), cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi, dan melalui jalan pikiran yang terdiri dari induksi dan deduksi.

b. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (scientific research method) atau metodologi penelitian (research

methodology).

2.3.3 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.

(14)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Gambar

Gambar 2.1  Perubahan hormonal pada siklus menstruasi  Sumber: http://biohealthworld.com/ (2007)
Gambar 2.2  Fase pertumbuhan endometrium dan menstruasi                       selama setiap siklus bulanan seksual wanita  Sumber: Guyton (1997)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah sebagian masyarakat Lampung Sai Batin yang ada di Desa Umbul Buah masih melakukan pernikahan adat Lampung Saibatin dan paham mengenai nilai dan

Salah satu faktor yang mempengaruhi etos kerja adalah persepsi terhadap iklim sekolah atau pondok.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi terhadap iklim

Adapun peralatan yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan percobaan adalah 12-bit capacitance to digital integrated circuit yang digunakan sebagai ADC converter dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pertumbuhan excess baggagee charge dengan pendapatan perusahaan pada Maskapai Garuda Indonesia rute

Laporan Penelitian: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.. “Yoga and Yantra: Their Interelation and Their

Faktor yang paling dominan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian beras organik di Kota Surakarta adalah faktor distribusi dengan variabel pembentuk terdiri dari

Penerapannya pada sistem web Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Sriwijaya akan memudahkan dosen dan mahasiswa untuk melakukan proses pembelajaran serta

Kesadaran beliau untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja tanpa pandang bulu yang didapatkanya dari ajaran sapta darmo membuatnya menjadi orang yang lebih baik dan