• Tidak ada hasil yang ditemukan

A s p e k P a s a r P e r m i n t a a n... 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A s p e k P a s a r P e r m i n t a a n... 9"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH

(PPUK-SYARIAH)

(2)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH

(PPUK-SYARIAH)

USAHA KERUPUK IKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Cetakan Syariah

Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 76 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga).

Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini.

Dari 76 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, Bank Indonesia mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 15 judul buku pada tahun 2006 dan 4 judul buku pada tahun 2007. Satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah usaha kerupuk ikan. Sedangkan produk pola pembiayaan yang digunakan adalah murabahah (jual beli)

Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM-DKBU) menyampaikan terimakasih.

Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM-DKBU) menyampaikan terimakasih.

Gedung Tipikal (TP), Lt. V

Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110

Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 – 8951 Email: Bteknis_PUKM@bi.go.id

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah.

Jakarta, Desember 2007

(4)

USAHA KERUPUK IKAN

No UNSUR PEMBIAYAAN URAIAN

1 Jenis Usaha Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan

2 Lokasi usaha Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

3 Dana yang Diperlukan - Investasi = Rp299.339.000,- - Modal Kerja = Rp74.873.568,- - Total = Rp374.212.568,-

4 Sumber Dana Lembaga Keuangan Syariah dan modal

sendiri

5 Plafon Pembiayaan Pembiayaan LKS untuk:

- Pembiayaan Investasi : Rp103.500.000,- - Pembiayaan Modal Kerja : Rp44.400.000,- - Total Pembiayaan : Rp147.900.000,- 6 Jangka Waktu Pembiayaan Pembiayaan investasi 3 tahun, tanpa masa

tenggang (grace period) dan pembiayaan modal kerja 1 tahun

7 Tingkat Margin Murabahah 9% (setara flat per tahun pada bank konvensional)

8 Periode Pembayaran Pembiayaan Angsuran pembiayaan pokok dan margin dibayarkan setiap bulan

9 Kelayakan Usaha a. Periode proyek b. Skala usaha c. Tingkat Teknologi d. Produk yang dihasilkan e. Pemasaran produk

5 tahun

176.700 kg per tahun (Rp.1.060.200.000 per tahun)

Teknologi menengah Kerupuk siap goreng

Dijual kepada pedagang atau pengumpul

10 Kelayakan Usaha a. Total margin yang diperoleh dari

pembiayaan investasi dan modal kerja adalah Rp.31.941.000,-

b. Usaha pengolahan kerupuk ikan mampu menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS.

c. Dengan demikian, pengolahan kerupuk ikan layak untuk diusahakan.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ………...………...… i RINGKASAN EKSEKUTIF ……… ii DAFTAR ISI ………... iii DAFTAR TABEL ………..……. v DAFTAR GAMBAR ………... vi BAB I PENDAHULUAN ...……….…………... 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ...

5

2.1 Profil Usaha Kerupuk Udang ... 5

2.2 Pola Pembiayaan ... 6

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ... 9 3.1 Aspek Pasar ……….………... 9

3.1.1 Permintaan ... 9

3.1.2 Penawaran ... 10

3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Usaha ... 11

3.2 Aspek Pemasaran ………... 11

3.2.1 Harga ... 11

3.2.2 Rantai Pemasaran ... 12

3.2.3 Kendala Pemasaran ... 14

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI ..………... 15 4.1 Lokasi Usaha ………... 15

4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ………... 15

4.3 Bahan Baku Produksi ………... 18

4.4 Tenaga Kerja ………... 19

4.5 Teknologi...………... 19

4.6 Proses Produksi ………... 20

4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ………... 26

4.8 Produksi Optimum ………... 26

4.9 Kendala Produksi ………... 27

BAB V ASPEK KEUANGAN ..………... 29 5.1 Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ………... 29

(6)

5.7 Proyeksi Rugi Laba ………... 37

5.8 Proyeksi Arus Kas ………... 38

5.9 Perolehan Margin ………... 38

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN ………... 41

6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ……….………... 41

6.2 Aspek Dampak Lingkungan ………... 42

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……… 43

7.1 Kesimpulan ……….………... 43

7.2 Saran ………... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 5.4 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ... 33

5.4.1 Biaya Investasi ... 33

5.4.2 Biay Operasional ... 34

5.5 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ... 35

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan ... 1

Tabel 1.2 Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (per 100 gram) ... 2

Tabel 1.3 Sentra Industri Kerupuk Ikan di Sidiarjo ... 3

Tabel 3.1 Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah ... ... 9 Tabel 3.2 Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan ... 10 Tabel 3.3 Volume Ekspor Kerupuk Indonesia menurut Jenisnya (ton) ... 10

Tabel 3.4 Jenis Kerupuk dan Harganya di Sidiarjo ... 14

Tabel 4.1 Ciri-ciri Utama Ikan Segar dan Ikan yang Mulai Membusuk ... 20

Tabel 4.2 Standar Mutu Kerupuk ………... 26

Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ….…... 32

Tabel 5.2 Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan per Tahun ……… 34

Tabel 5.3 Biaya Operasional UsahaKerupuk Ikan per Tahun ………... 35

Tabel 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ………. 36

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerupuk Ikan Siap Dikirim ke Pedagang,2004 ... 13

Gambar 3.2 Diagram Alir Rantai Pemasaran Kerupuk Ikan ... 13

Gambar 4.1 Kerupuk yang Disimpan di Gudang Siap Dipasarkan,2004 ... 16

Gambar 4.2 Dandang untuk Mengukus Adonan Kerupuk Ikan,2004 ... 17

Gambar 4.3 Oven untuk Pengeringan Kerupuk Pada Musim Hujan,2004 ... 18

Gambar 4.4 Proses Pencetakan Adonan Kerupuk Ikan sebelum Dikukus,2004 ... 22

Gambar 4.5 Proses Penjemuran Kerupuk Ikan dengan Sinar Matahari,2004 ... 23

Gambar 4.6 Pengepakan Kerupuk Ikan yang Dikerjakan oleh Tenaga Kerja Wanita, 2004 ... 24

(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya merupakan perairan. Ikan merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mudah didapat dengan harga yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.

Tabel 1.1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan

KOMPONEN KADAR (%) Kandungan air

Protein Lemak

Mineral dan Vitamin

76,00 17,00 4,50 2,52-4,50 Sumber: www.ristek.go.id

Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi ikan baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang merupakan hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari.

Ikan merupakan produk yang banyak dihasilkan oleh alam dan diperoleh dalam jumlah melimpah. Akan tetapi ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses pembusukan dikarenakan kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi adalah kondisi yang memberikan kesempatan bagi perkembangbiakan bakteri secara cepat. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki ikan dirasakan menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Karena itulah sejak dahulu masyarakat telah berusaha melakukan berbagai cara pengawetan ikan agar dapat dimanfaatkan lebih lama. Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan bagian penting dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya proses tersebut, usaha peningkatan produksi perikanan akan menjadi sia-sia karena tidak bisa dimanfaatkan dengan baik.

Pada dasarnya usaha pengawetan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang tinggi di tubuh ikan. Terdapat bermacam-macam usaha pengawetan ikan dari usaha tradisional sampai

(11)

Pendahuluan

usaha modern. Usaha pengawetan ikan dilakukan melalui penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan. Hasil dari usaha-usaha pengawetan tersebut sangat tergantung pada proses pengawetannya. Untuk mendapatkan mutu terbaik dari proses pengawetan ikan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, termasuk ikan yang benar-benar masih segar dan garam yang bersih. Usaha pengawetan ikan tidak hanya sebatas pada pengolahan menjadi produk yang masih berbentuk ikan tetapi juga pengolahan menjadi bentuk lain setelah dicampur dengan bahan-bahan lain.

Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh masyarakat karena produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni perubahan sifat-sifat daging seperti bau (odour), rasa (flavour), bentuk (appearance) dan tekstur.

Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan kering dengan bahan baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini sangat digemari masyarakat. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini menjadi kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-zat kimia yang diperlukan oleh tubuh manusia. Komposisi zat-zat kimia dalam kerupuk disajikan dalam Tabel 1.2. berikut:

Tabel 1.2. Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (per 100 gram) Komponen Kerupuk Ikan Kerupuk Udang Karbohidrat (%) 65,6 68,0 Air (%) 16,6 12,0 Protein (%) 16 17,2 Lemak (%) 0,4 0,6 Kalsium (mg/100 gram) 2,0 332,0 Fosfor (mg/100 gram) 20,0 337,0 Besi (mg/100 gram) 0,1 1,7 Vitamin A (mg) 0 50,0 Vitamin B1 (mg) - 0,04 Sumber: www.ristek.go.id

Dari Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kandungan protein ikan segar dan kerupuk ikan tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah mengalami pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang, kandungan vitamin dan mineral pada kerupuk ikan lebih rendah.

(12)

Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah diusahakan. Industri ini banyak berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan produksi ikan tinggi. Di samping dapat diusahakan dengan peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan dengan peralatan tradisional. Oleh sebab itulah usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh rumah tangga yang merupakan industri mikro.

Dari segi skala perusahaan, usaha kerupuk ikan dilakukan oleh perusahaan besar-menengah dan juga perusahaan kecil rumah tangga. Perbedaan utama dari skala usaha tersebut adalah pada teknologi dan pangsa pasarnya. Perusahaan besar-menengah dalam proses produksinya menggunakan peralatan dengan teknologi modern dengan pangsa pasar tersebar baik di daerah lokal maupun daerah lain bahkan ekspor. Berbeda dengan perusahaan skala besar-menengah, usaha pengolahan kerupuk kecil rumah tangga sebagian besar menggunakan peralatan dengan teknologi yang sederhana dan pangsa pasar yang masih terbatas pada pasar lokal.

Usaha kerupuk ikan banyak tersebar di wilayah Indonesia diantaranya adalah Kepulauan Belitung, Jawa Timur dan Kalimantan. Di Jawa Timur sendiri, hasil olahan perikanan merupakan salah satu produk andalan dengan salah satu wilayah sentra produksinya di Kabupaten Sidoarjo. Sebagai salah satu daerah dengan hasil perikanan yang cukup tinggi, Sidoarjo memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan usaha-usaha pengolahan produk perikanan. Hasil olahan produk perikanan yang terkenal dari Sidoarjo diantaranya adalah kerupuk udang, kerupuk ikan, petis serta bandeng presto. Meskipun industri pengolahan hasil perikanan tersebar di wilayah Sidoarjo, pada kecamatan tertentu memiliki sentra industri yang menghasilkan produk spesifik. Industri kerupuk misalnya banyak berkembang di kecamatan Candi, Tulangan, Jabon dan Prambon.

Tabel 1.3. Sentra Industri Kerupuk Ikan di Sidoarjo Kecamatan Lokasi Pemasaran

Tulangan Desa Selasih Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Jabon Desa Kedung Rejo Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan

Desa Kedung Pandan USA, Jepang, Taiwan, Hongkong, Arab Saudi Prambon Desa Jati Kalang -

Sumber: www.sidoarjo.go.id

Penyusunan pola pembiayaan usaha kerupuk ikan ini didasarkan pada informasi dari studi lapangan yang dilakukan di wilayah kabupaten Sidoarjo. Survey dilakukan pada industri pengolahan kerupuk ikan yang merupakan industri kecil rumah tangga. Industri-industri ini pada

(13)

Pendahuluan

dasarnya tidak hanya memproduksi kerupuk ikan saja tetapi juga kerupuk jenis lain seperti kerupuk udang dan kerupuk dengan bahan baku tepung lainnya.

Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk komoditi ini masih sangat terbuka. Hal ini dikarenakan kerupuk ikan merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat sehingga permintaan untuk kerupuk ikan relatif stabil bahkan cenderung mengalami kenaikan. Selain mampu meningkatkan pendapatan bagi pengusaha, usaha ini juga mampu membantu meningkatkan pendapatan penduduk sekitar yang akhirnya berpengaruh pada perekonomian daerah.

Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai dampak sosial yang positif. Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Secara tidak langsung ini merupakan upaya penciptaan lapangan kerja yang mengurangi jumlah pengangguran di suatu wilayah. Dilihat dari sisi dampak lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa pembersihan yang tidak mengandung zat-zat kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.

(14)

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha Kerupuk Ikan

Usaha kerupuk ikan dapat dilakukan oleh industri besar-menengah bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah. Jenis usaha kerupuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu usaha kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka dan ikan/udang dan usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik tepung tapioka, tepung gaplek atau tepung lain tanpa campuran ikan/udang). Jenis kerupuk dengan bahan baku tepung diantaranya adalah kerupuk Kasandra dengan bahan baku hanya tepung tapioka, kerupuk puli dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung terigu dan kerupuk impala dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung gaplek.

Setiap pengusaha tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja. Alasan dari memproduksi lebih dari jenis kerupuk ini adalah bahwa pada prinsipnya proses pembuatan kerupuk hampir sama sehingga mesin-mesin yang sama bisa digunakan juga untuk memproduksi jenis yang lain. Mesin yang perlu ditambahkan adalah mesin pencetak yang sesuai dengan bentuk kerupuk yang diproses. Usaha dengan jenis produksi lebih dari satu juga akan membantu produsen dalam variasi produksi sehingga kerugian bisa diminimalisir. Salah satu sampel pengusaha misalnya, memproduksi kerupuk ikan setiap harinya. Selain itu dia juga memproduksi kerupuk jenis lain yaitu kerupuk puli. Jumlah produksi kerupuk puli ini disesuaikan dengan pesanan yang ada dan juga dipengaruhi oleh pasar kerupuk ikan. Pada saat harga kerupuk puli naik ataupun saat harga kerupuk ikan kurang menguntungkan pengusaha akan meningkatkan jumlah produksi kerupuk puli.

Di wilayah Sidoarjo, usaha pembuatan kerupuk ikan terdiri atas usaha perorangan dan usaha kelompok. Usaha perorangan banyak tersebar di seluruh wilayah di luar kecamatan sentra industri, sedangkan usaha kelompok banyak terdapat di wilayah-wilayah sentra industri. Jumlah produksi usaha perorangan relatif lebih rendah dengan wilayah pemasaran di dalam negeri, sementara, usaha kelompok mempunyai skala usaha yang lebih besar karena merupakan gabungan dari beberapa usaha individu dengan jumlah produksi lebih banyak dan wilayah pemasaran lebih luas sampai ke luar negeri terutama wilayah Asia, Amerika dan Arab.

(15)

Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

2.2. Pola Pembiayaan

Dari segi pembiayaan, usaha pembuatan kerupuk ikan memerlukan biaya yang relatif sedikit. Untuk memulai usaha dengan 1 (satu) unit peralatan teknologi menengah diperlukan dana kurang lebih Rp500.000.000,-. Kebutuhan modal ini dapat dicukupi dengan modal sendiri ataupun sebagian dapat dipenuhi dengan pembiayaan dari bank baik bank konvensional maupun bank syariah. Kebutuhan biaya untuk investasi dan modal kerja usaha kerupuk ikan dapat dipenuhi dengan pembiayaan bank, yang umumnya dari bank konvesional.

Pinjaman dari bank (konvensional) tersebut dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja. Dari survey di Sidoarjo, pengusaha kerupuk ikan yang merupakan industri kecil memperoleh kredit dari PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI). Kebanyakan dari usaha kerupuk ikan yang memperoleh kredit ini merupakan usaha perorangan.

Pada umumnya pengusaha yang mendapatkan kredit adalah nasabah yang telah lama berhubungan dengan Bank BRI sebagai nasabah. Dari ketiga pengusaha yang mendapatkan kredit dari Bank BRI, dua nasabah memperoleh kredit sebesar Rp500.000.000,- dan satu nasabah memperoleh kredit sebesar Rp350.000.000,-. Salah satu nasabah dengan kredit Rp500.000.000,- telah mendapat kredit dari Bank BRI sebanyak 2 kali dengan jumlah kredit sebelumnya sebesar Rp300.000.000,-. Untuk nasabah dengan kredit Rp500.000.000,- yang lainnya baru memperoleh kredit dari Bank BRI 1 (satu) kali. Nasabah dengan kredit Rp350.000.000,- telah mendapatkan kredit dari Bank BRI sebanyak 3 (tiga) kali. Masing-masing nasabah tersebut memiliki jangka waktu kredit selama 1 tahun yang dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuannya.

Pembiayaan selain dari bank konvesional di atas juga dapat berasal dari perbankan syariah. Merujuk pada perkembangan perbankan syariah, maka pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan syariah. Salah satu contoh alternatif produk syariah yang digunakan untuk pembiayaan usaha kerupuk ikan adalah murabahah (jual beli).

Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis pembiayaan kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi).

Analisis pembiayaan dengan prinsip 5C menekankan pada aspek karakter calon nasabah. Namun mengingat karakter sulit dinilai, biasanya didasarkan pada aspek jaminan. Disamping itu prospek pemasaran dan sistem pembayaran dalam usaha juga tetap menjadi perhatian penting karena aspek pemasaran diakui merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut.

(16)

Selain itu, karena usaha kerupuk ikan merupakan industri pengolahan makanan, maka ia harus mendapat ijin dari instansi terkait seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta Departemen Kesehatan. Perijinan tersebut diantaranya adalah tanda daftar industri, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO).

(17)

Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

(18)

BAB III

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Pada bab ini akan dibahas aspek pasar dan pemasaran dari usaha kerupuk ikan. Aspek pasar menyangkut hal permintaan dan penawaran dari kerupuk ikan sedangkan aspek pemasaran meliputi masalah harga, rantai pemasaran, peluang pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemasaran kerupuk ikan.

3.1. Aspek Pasar 3.1.1. Permintaan

Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan.

Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok.

Tabel 3.1 berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Tabel 3.1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah

Wilayah Banyaknya (ons) Nilai (Rp) Perkotaan (Urban) 0.193 154

Pedesaan (Rural) 0.147 99

Perkotaan + Pedesaan 0.166 122 Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

(19)

Aspek Pasar dan Pemasaran

Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari tabel 3.2. berikut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.

Tabel 3.2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan

Golongan Pengeluaran (Rp) Konsumsi (ons) Kurang dari 40.000 - 40.000-59.999 0.075 60.000-79.999 0.087 80.000-99.999 0.085 100.000-149.999 0.128 150.000-199.999 0.140 200.000-299.999 0.196 300.000-499.999 0.250 500.000 dan lebih 0.305 Rata-rata konsumsi per kapita 0.166

Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk ikan juga telah diekspor ke luar negeri antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan Belgia. Adapun jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton) Tahun Kerupuk Udang Kerupuk Lainnya

1993 5.484.933 2.268.430 1994 4.436.580 2.184.394 1995 4.798.040 1.499.143 1996 6.056.580 2.293.738 1997 3.719.562 1.169.470 1998 1.532.735 1.113.172 Sumber: HTTP://www.investasi.belitungisland.com 3.1.2. Penawaran

Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang banyak menghasilkan ikan terutama daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun beberapa daerah telah memproduksi kerupuk ikan, data mengenai jumlah produksi kerupuk ikan baik di

(20)

tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun nasional.

Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada musim. Hanya saja kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan karena produksinya menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses produksi masih bisa dilakukan meskipun tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena jumlah usaha pembuatan kerupuk relatif banyak dan jenis kerupuk yang sangat bervariasi. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat diperoleh dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih enak dan warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai jenis kerupuk yang ada di pasaran membuat konsumen semakin mempunyai banyak pilihan.

Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan adalah segmen pasar yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai masyarakat penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk ikan akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari.

3.2. Aspek Pemasaran 3.2.1. Harga

Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran menurun maka harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam masalah harga, produsen tidak bisa menentukan harga seperti pada pasar persaingan sempurna. Pihak yang dapat mempengaruhi harga adalah pedagang. Banyaknya jenis kerupuk di pasar membuat konsumen bebas memilih produk sesuai selera, sehingga produk yang laku tersebut akan naik harganya dan dapat menurunkan harga kerupuk jenis lain.

(21)

Aspek Pasar dan Pemasaran

Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004 di Sidoarjo mencapai Rp30.000,- sampai Rp32.500,- per bal isi 5 kg kerupuk siap goreng atau Rp6.000,- sampai Rp6.500,- tiap kg. Harga kerupuk ikan ini cukup fluktuatif. Perubahan harga tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran 10 persen. Kenaikan harga terjadi pada saat jumlah produksi menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan penurunan produksi terutama pada musim penghujan.

3.2.2. Rantai Pemasaran

Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai kepada konsumen. Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah siap goreng.

Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen akhir (rumah tangga) melalui 3 cara yaitu:

1. Usaha penggorengan

Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas kemudian dijual ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen akhir.

2. Agen/toko

Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk kerupuk siap goreng pada penjual eceran atau langsung kepada konsumen akhir.

3. Pedagang

Pedagang merupakan penjual eceran.

Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap konsumsi.

Dalam hal pengiriman produk dari produsen ke konsumen ada dua cara yaitu: 1. Diambil langsung ke produsen

(22)

Gambar 3.1. Kerupuk Ikan Siap Dikirim ke Pedagang,2004

Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

Gambar 3.2. Diagram Alir Rantai Pemasaran Kerupuk Ikan

Produsen Kerupuk Ikan Usaha Penggorengan Agen /toko Pedagang Konsumen akhir

(23)

Aspek Pasar dan Pemasaran

3.2.3. Kendala Pemasaran

Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga. Harga kerupuk ikan maupun udang per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis kerupuk lain yang tidak memakai ikan dan udang sebagai campuran. Mahalnya harga kerupuk ikan/udang ini menyebabkan pembeli untuk produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas mungkin akan membeli kerupuk ikan/udang sebagai kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan yang masih rendah, konsumsi untuk kerupuk ikan/udang ini masih terbatas pada acara-acara tertentu yang dianggap istimewa. Sementara, untuk konsumsi sehari-hari masyarakat golongan ini lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih murah. Berikut perbandingan harga beberapa jenis kerupuk di tingkat produsen di Sidoarjo untuk jenis kerupuk dengan kualitas medium dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Jenis Kerupuk dan Harganya di Sidoarjo Jenis Kerupuk Harga per kg

Kerupuk Ikan 6.000,-

Kerupuk Udang 8.000,-

Kerupuk Puli 3.000,-

Kerupuk Kasandra 2.900,- Kerupuk Impala 3.000,- Sumber: Data primer

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tingkat produsen, harga kerupuk ikan/udang mencapai dua kali lipat dari harga jenis kerupuk dari tepung saja (tanpa ikan dan udang). Terlihat harga kerupuk udang mempunyai harga yang paling tinggi, sebab bahan baku berupa udang harganya lebih mahal diantara bahan baku jenis kerupuk lain. Dengan komposisi harga yang demikian tidak mengherankan jika permintaan kerupuk ikan relatif masih rendah terutama pada masyarakat berpenghasilan rendah.

(24)

BAB IV

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai teknis pembuatan kerupuk ikan. Secara teknis pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan karena bahan-bahan yang mudah didapat dan alat-alat yang digunakan relatif sederhana.

4.1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-daerah yang dekat dengan wilayah perairan baik wilayah dekat pantai ataupun sungai-sungai besar agar dapat memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk ikan tidak memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya dapat melakukan usaha ini sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup terutama untuk proses penjemuran. Pada lokasi usaha yang hanya memiliki tanah sempit dapat melakukan penyesuaian dengan membuat tempat penjemuran pada bagian atas bangunan yang dibuat bertingkat.

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan 4.2.1. Fasilitas Produksi

a. Bangunan untuk proses produksi

Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan baku, pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan, pendinginan, pemotongan, pengeringan/ penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis dan banyaknya fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala usaha yang dimiliki.

Lay out pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal ini memudahkan untuk proses pemindahan barang dari masing-masing tahap. Ruangan untuk tempat pemotongan misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke lahan penjemuran untuk memudahkan proses pengangkutan kerupuk setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan output disesuaikan dengan jumlah produksi.

(25)

Aspek Teknis Produksi

Gambar 4.1. Kerupuk yang Disimpan di Gudang Siap Dipasarkan,2004 Sumber : Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

b. Lahan penjemuran

Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas dibandingkan bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah yang dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap untuk penyimpanan sementara kerupuk yang belum kering pada waktu malam hari atau saat hujan.

4.2.2. Peralatan

Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau dengan peralatan dengan teknologi modern. Untuk industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual dengan skala yang masih kecil dapat menggunakan alat-alat yang sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan yaitu:

1. Baskom 2. Dandang

3. Alat penghancur bumbu (cobek) 4. Pisau

5. Tampah (Nyiru) 6. Kompor 7. Loyang 8. Sendok.

(26)

Usaha pembuatan kerupuk ikan dengan skala yang besar menggunakan alat-alat dengan teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang singkat. Adapun peralatan modern yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk ikan antara lain: 1. Alat penghancur ikan

Digunakan untuk melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala dan sisiknya sehingga diperoleh daging ikan yang telah ditumbuk halus dan siap dicampur dengan bahan lain. 2. Alat pelembut bahan (mulen)

Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang telah dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu) orang tenaga kerja.

3. Bak pencampur bahan

Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1 meter yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan yang diinginkan.

4. Pencetak

Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan berbentuk silinder sebelum dimasukkan ke cetakan sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang tercetak menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1 (orang) tenaga kerja untuk menjalankannya.

5. Alat pengukus (dandang)

Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium.

Gambar 4.2. Dandang untuk Mengukus Adonan Kerupuk Ikan,2004 Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

(27)

Aspek Teknis Produksi

6. Mesin pemotong

Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang telah didinginkan selama 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja.

7. Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat sinar matahari kurang atau pada saat musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang terbuat dari cor-coran semen dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk yang akan dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk mengalirkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.

Gambar 4.3. Oven untuk Pengeringan Kerupuk Pada Musim Hujan,2004 Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

4.3. Bahan Baku Produksi

Terdapat bermacam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya menggunakan bahan baku yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk ikan merupakan kerupuk yang berbahan baku ikan. Berbagai jenis ikan dapat digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan, namun tidak semua jenis ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering dibuat kerupuk antara lain ikan tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan lainnya. Selain ikan, usaha ini menggunakan bahan baku lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur. Bumbu juga digunakan dalam pembuatan kerupuk ikan untuk menambah rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering digunakan sebagai bahan tambahan untuk memberikan warna agar lebih menarik.

(28)

4.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan keahlian khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses penyiapan bahan, pencetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga kerja wanita banyak digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Selain tenaga kerja tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana proses produksi meningkat.

4.5. Teknologi

Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi tradisional ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi.

a. Teknologi tradisional

Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab merupakan peralatan yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan faktor utama dalam hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses dari produksi ini mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Dengan hanya menggunakan teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat kecil dengan mutu yang kurang baik.

b. Teknologi modern

Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern adalah proses dengan menggunakan peralatan yang lebih modern seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih variatif, mesin pemotong yang lebih cepat dan penggunaan oven. Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya operasional.

c. Teknologi menengah

Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah ini menggunakan peralatan yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah.

(29)

Aspek Teknis Produksi

4.6. Proses Produksi

Usaha pembuatan kerupuk ikan hanya melakukan pengolahan dari bahan mentah sampai pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai berikut: 1. Proses penyiapan bahan baku

Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan daging ikan yang akan digunakan, tepung serta bumbu-bumbu yang digunakan beserta perhitungan komposisi masing-masing bahan untuk setiap adonan. Dalam mempersiapkan bahan baku pembuatan kerupuk ikan yang perlu mendapat perhatian utama adalah penyiapan ikan yang akan dijadikan bahan utama. Mutu ikan yang digunakan akan mempengaruhi mutu produksi kerupuk ikan, oleh karena itu perlu dipilih ikan yang masih segar. Dengan demikian diperlukan pengetahuan untuk mengetahui tanda-tanda ikan dengan mutu yang baik (masih segar).

Sebelum dihaluskan, ikan dibersihkan dahulu dengan cara menghilangkan sisik, insang, maupun isi perutnya kemudian dicuci sampai bersih. Bagian tubuh yang keras, seperti duri maupun tulang dibuang karena dapat menurunkan mutu kerupuk yang dihasilkan. Selanjutnya ikan tersebut digiling sampai halus. Di samping itu bahan baku berupa tepung dan telur serta bumbu disiapkan untuk proses adonan.

Tabel 4.1. Ciri-ciri Utama Ikan Segar dan Ikan yang Mulai Membusuk Ikan Segar Ikan yang Mulai Membusuk Kulit

- Warna kulit terang dan jernih - Kulit masih kuat membungkus

tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut - Warna-warna khusus yang ada

masih terlihat jelas

- Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak

- Kulit mulai terlihat mengendur di beberapa tempat tertentu

- Kulit mudah robek dan warna-warna khusus sudah hilang Sisik

- Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas

- Sisik mudah terlepas dari tubuh

Mata

- Mata tampak terang, jernih, menonjol dan cembung

- Mata tampak suram, tenggelam dan berkerut

Insang

- Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah

- Insang berwarna coklat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan

(30)

Ikan Segar Ikan yang Mulai Membusuk - Insang tertutup oleh lendir

berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan

- Lendir insang keruh dan berbau asam, menusuk hidung

Daging

- Daging kenyal, menandakan rigor mortis masih berlangsung - Daging dan bagian tubuh lain

berbau segar

- Bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan - Daging melekat kuat pada tulang - Daging perut utuh dan kenyal - Warna daging putih

- Daging lunak, menandakan rigor mortis telah selesai

- Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk

- Bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan

- Daging mudah lepas dari tulang - Daging lembek dan isi perut sering

keluar

- Daging berwarna kuning kemerah-merahan terutama di sekitar tulang punggung

Bila ditaruh dalam air

- Ikan segar akan tenggelam - Ikan yang sudah membusuk akan terapung di permukaan air

Sumber: Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius, Yogyakarta, 1989.

2. Proses pembentukan adonan

Adonan dibuat dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu-bumbu yang digunakan. Tepung diberi air dingin hingga menjadi adonan yang kental. Bumbu dan ikan yang telah digiling halus dimasukkan ke dalam adonan dan diaduk/diremas hingga lumat dan rata. Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam mulen untuk pelembutan, dan akan diperoleh adonan yang kenyal dengan campuran bahan merata.

3. Pencetakan

Pencetakan adonan dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dengan menggunakan tangan adonan dibentuk silinder dengan panjang kurang lebih 30 cm dan diameter 5 cm. Dengan bantuan alat cetak adonan ini dapat dibuat dalam bentuk serupa. Kemudian adonan berbentuk silinder ini di “press” untuk mendapatkan adonan yang lebih padat. Selanjutnya adonan ini dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder yang terbuat dari aluminium.

(31)

Aspek Teknis Produksi

Gambar 4.4. Proses Pencetakan Adonan Kerupuk Ikan sebelum Dikukus,2004 Sumber : Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

4. Pengukusan

Adonan berbentuk silinder kemudian dikukus dalam dandang selama kurang lebih 2 jam sampai masak. Untuk mengetahui apakah adonan kerupuk telah masak atau belum adalah dengan cara menusukkan lidi ke dalamnya. Bila adonan tidak melekat pada lidi berarti adonan telah masak. Cara lain untuk menentukan masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat dilakukan dengan menekan adonan tersebut. Bila permukaan silinder kembali seperti semula, artinya adonan telah masak.

5. Pendinginan

Adonan kerupuk yang telah masak segera diangkat dan didinginkan. Untuk melepaskan dari cetakan, biasanya adonan tersebut diguyur dengan air. Adonan tersebut kemudian didinginkan di udara terbuka kurang lebih 1 (satu) hari atau kurang lebih 24 jam hingga adonan menjadi keras dan mudah diiris.

6. Pemotongan

Tahap selanjutnya adalah pemotongan adonan kerupuk yang telah dingin. Sebuah mesin pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini juga dapat dilakukan secara sederhana yaitu mengiris adonan dengan pisau yang tajam. Pengirisan dilakukan setipis mungkin dengan tebal kira-kira 2 mm, agar hasilnya baik ketika digoreng. Untuk memudahkan pengirisan, pisau dilumuri dahulu dengan minyak goreng.

(32)

7. Penjemuran/pengovenan

Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari kurang lebih 4 jam. Pada saat musim hujan untuk pengeringan kerupuk yang masih basah ini dapat dilakukan dengan oven (dryer) selama kurang lebih 2 jam. Tetapi kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari hasilnya akan lebih bagus dibandingkan jika menggunakan oven. Kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari jika digoreng akan lebih mengembang. Hal ini akan lebih menguntungkan para pengusaha penggorengan kerupuk dan akan mempengaruhi harga kerupuk. Karena itulah pengeringan menggunakan sinar matahari lebih disukai dibandingkan dengan menggunakan oven.

Gambar 4.5. Proses Penjemuran Kerupuk Ikan dengan Sinar Matahari,2004 Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

8. Pengepakan

Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah kering ini dapat segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap goreng ini dikemas dalam plastik sejumlah berat tertentu. Kemasan kerupuk dalam plastik tersebut disebut bal, dimana per bal dapat berisi 5 kg atau 10 kg kerupuk.

(33)

Aspek Teknis Produksi

Gambar 4.6. Pengepakan Kerupuk Ikan yang Dikerjakan oleh Tenaga Kerja Wanita, 2004 Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM

(34)

Jika digambarkan dalam bentuk diagram alir, pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.7. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk IKan

Gula, garam dan telur dicampur

Ikan dibersihkan, dibuang tulang dan durinya, dicuci

kemudian dihaluskan Pengepakan Penjemuran Pemotongan Pendinginan Pengukusan Pencetakan

Adonan tepung tapioka (tepung tapioka yang

diberi air dingin) Ikan dan bumbu dicampur hingga bumbu

(35)

Aspek Teknis Produksi

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Dengan menggunakan teknologi sederhana, jumlah produksi kerupuk per hari yang dihasilkan sedikit. Dengan peralatan yang masih sederhana dan kapasitas produksi yang masih rendah, serta mengandalkan jumlah tenaga kerja manusia, pembuatan kerupuk ikan memerlukan waktu yang lebih lama sehingga dalam sehari terkadang hanya dapat melakukan 1 (satu) kali adonan dengan jumlah produksi rata-rata 3 kuintal. Dibandingkan dengan proses teknologi modern dalam satu hari dapat dilakukan 2-3 kali adonan dengan jumlah produksi per adonan bisa lebih dari 1 ton.

Dalam usaha kerupuk ikan biasanya tidak hanya mengusahakan satu jenis kerupuk ikan saja. Usaha ini juga menghasilkan jenis kerupuk lain seperti kerupuk udang atau kerupuk tepung sebagai diversifikasi usaha. Usaha tersebut dijalankan tidak hanya memenuhi pesanan dari konsumen tetapi juga mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan komposisi ikan yang digunakan.

Dari berbagai jenis kerupuk ikan dan komposisinya, produk tersebut harus memenuhi standar mutu produk kerupuk ikan yang ditetapkan. Selain itu kerupuk ikan harus bebas dari bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Adapun standar mutu kerupuk disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel.4.2. Standar Mutu Kerupuk

KARAKTERISTIK

STANDAR MUTU

I II

Udang Ikan Udang Ikan Kadar air (%) maksimum 12,0 12,0 12,0 12,0 Kadar protein (%) minimum 4,0 5,0 2,0 5,0 Kadar abu tidak larut dalam asam (%) maksimum 1,0 1,0 1,0 1,0 Benda asing (%) maksimum 1,0 1,0 1,0 1,0 Bau (mg) Khas Khas Khas Khas

Sumber: www.ristek.go.id

4.8. Produksi Optimum

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi lapangan, komposisi adonan tepung tapioka dan bumbu yang digunakan memiliki perbandingan sebagai berikut: Ikan 50 kg, tepung tapioka 300 kg, garam 10 kg, gula 12,5 kg, telur 10 kg serta penyedap dan pewarna secukupnya.

(36)

Komposisi ini dapat menghasilkan kerupuk dengan kualitas yang baik yaitu jika digoreng akan mengembang dengan baik. Apabila proses pembuatan kerupuk ikan berjalan optimal maka dari 1 adonan tepung tapioka yang dicampur dengan bahan-bahan lainnya tersebut dapat dihasilkan 300-330 kg kerupuk (rendemen 76-85 persen)

4.9. Kendala Produksi

Dilihat dari sisi tenaga kerja, usaha kerupuk ikan ini tidak menemui kesulitan. Setiap proses produksi dapat dikerjakan oleh tenaga kerja tanpa memerlukan keahlian khusus. Kesulitan yang sering dijumpai dalam usaha ini adalah ketika terjadi kelangkaan bahan baku ikan dan penurunan produksi pada saat musim hujan.

Kesulitan bahan baku terjadi ketika pasokan ikan menurun sehingga menyebabkan harga ikan naik. Pada kondisi ini pengusaha kerupuk mengalami penurunan pasokan ikan karena jumlah produksi ikan yang menurun tersebut lebih banyak dialihkan untuk konsumsi sehari-hari secara langsung. Di pihak lain pengusaha tidak dapat menaikkan harga sesuai dengan kenaikan harga bahan bakunya karena tidak dapat mempengaruhi harga kerupuk ikan di pasar. Hal inilah yang menyebabkan pengusaha mengurangi jumlah produksinya.

Pada musim hujan terjadi penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produk. Penurunan jumlah produksi dikarenakan kurangnya sinar matahari yang menghambat proses penjemuran. Meskipun pengeringan kerupuk dapat dilakukan dengan oven (dryer), tetapi jumlah produk yang dihasilkan juga sedikit sebab mutunya tidak sebagus dengan pengeringan dengan sinar matahari. Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan juga menurunkan mutu kerupuk karena harus dijemur berhari-hari.

Kendala produksi di atas biasanya diantisipasi oleh pengusaha dengan memproduksi dalam jumlah yang besar pada musim kemarau untuk stok musim hujan, karena pada musim hujan terjadi kenaikan harga kerupuk yang diakibatkan oleh jumlah permintaan yang tidak bisa dipenuhi oleh produsen seperti hari-hari biasanya.

(37)

Aspek Teknis Produksi

(38)

BAB V

ASPEK KEUANGAN

Analisa aspek keuangan membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah/LKS untuk memperoleh gambaran tentang prospek usaha yang akan dibiayai. Aspek keuangan juga dapat membantu pihak pengusaha dalam mengelola dana pembiayaan untuk usaha bersangkutan.

5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah

Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pada pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel.

Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk.

Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitung -kan setelah dikurangi seluruh biaya (keuntungan bersih). Sementara revenue sharing perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.

Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha untuk memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat resiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda.

(39)

Aspek Keuangan

5.2. Pemilihan Pola Usaha

5.2.1. Karakteristik Usaha kerupuk ikan

Usaha kerupuk ikan didukung oleh ketersedian bahan baku ikan. Sejauh ini, bahan baku tidak terlalu sulit untuk dipenuhi, hanya kuantitasnya yang berfluktuasi diperngaruhi oleh musim penangkapan ikan. Dengan demikian mengacu pada ketersedian bahan baku, keberlanjutan usaha kerupuk ikan relatif dapat dijalankan. Selain itu, usaha kerupuk ikan dapat dilakukan baik dengan peralatan sederhana maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, usaha kerupuk ikan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga maupun industri.

Sedangkan untuk pasar kerupuk ikan masih terbuka lebar, hal ini mengingat kerupuk merupakan makanan pelengkap yang sangat digemari oleh masyarakat. Kegemaran akan kerupuk ini tidak hanya dari kalangan masyarakat domestik tetapi juga di luar negeri. Berdasarkan potensi pasarnya, maka usaha pengolajan kerupuk ikan memiliki prospek untuk dikembangkan.

5.2.2. Pola Pembiayaan

Pada umumnya seorang pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja, tetapi juga memproduksi kerupuk jenis yang lain. Pada dasarnya ini merupakan salah satu strategi untuk memperkecil resiko sekaligus pengembangan usaha yang lebih luas.

Untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha kerupuk ikan sebenarnya dipengaruhi juga oleh jenis kerupuk lain yang diproduksi, akan tetapi dalam analisis ini hanya akan menganalisis aspek keuangan dari usaha yang hanya memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi adalah teknologi menengah dengan kapasitas produksi optimal 310 kg kerupuk setiap satu kali adonan.

Perhitungan analisis keuangan didasarkan pada kelayakan usaha kerupuk ikan. Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha kerupuk ikan yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha di wilayah lain.

Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk pembiayaan, maka pada aspek keuangan ini akan disajikan contoh produk pembiayaan dengan cara murabahah (jual beli) baik untuk pembiayaan investasi maupun untuk pembiayaan modal kerja. Pertimbangannya adalah karena produk murabahah ini sudah banyak diterapkan dalam praktek LKS) dan masyarakat pemakai pun sudah mengenal serta mengakses pola pembiayaan tersebut.

(40)

Produk murabahah juga sebagai upaya untuk mitigasi resiko baik terhadap usaha maupun nasabah, karena pada produk pembiayaan ini margin secara pasti ditentukan diawal akad. Di samping itu, pembiayaan murabahah juga memberi pilihan pada bank maupun nasabah/pengusaha apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen usaha (biaya investasi dan modal kerja) atau hanya untuk komponen-komponen tertentu saja.

Pada contoh perhitungan, akan disampaikan pembiayaan untuk membeli komponen-komponen tertentu. Contoh yang disajikan diasumsikan untuk usaha baru atau peremajaan usaha. Pembiayaan investasi untuk pengadaan mesin molen, mesin cetak, mesin potong, jrebeng dan dryer/oven dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. Sedangkan pembiayaan modal kerja dipergunakan untuk membeli bahan baku (tepung tapioka dan ikan) dalam jangka waktu satu tahun.

5.2.3. Produk Murabahah

Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak dimanfaatkan baik oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) maupun oleh nasabah. Untuk mengenal produk murabahah lebih jauh, berikut disampaikan penjelasan tentang produk murabahah yang diambil dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah harus memenuhi rukun yaitu ada penjual (bai’), ada pembeli (musytari), obyek barang yang diperjual belikan jelas, harga (tsaman) dan ijab qabul (sighat).

Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain:

1. Harga yang disepakati adalah harga jual, sedangkan harga beli harus diberitahukan.

2. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak berubah selama periode akad.

3. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah ke bank /Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berdasarkan kesepakatan.

4. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

5. Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

(41)

Aspek Keuangan

7. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka (urbun) saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. Dalam hal bank meminta nasabah untuk membayar uang muka maka berlaku ketentuan:

a. Jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang ditanggung oleh bank, maka bank dapat meminta pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah,

b. Jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut. Jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

5.3. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan

Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum dalam tabel 5.1. Periode proyek 5 (lima) tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha mampu memproduksi 310 kg kerupuk. Angka rendemen sebesar 79%. Harga kerupuk di pasar lokal sebesar Rp6.000,-. Hari kerja selama setahun sebanyak 285 hari. Tenaga kerja borongan bekerja selama 200 hari.

Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai Keterangan

1 Periode proyek tahun 5 Periode 5 tahun 2 Luas tanah m2 2.000

- Luas bangunan m2 500

- Luas tanah penjemuran m2 1.500

3 Sarana Transportasi unit 1 Mobil box 4 Hari kerja selama 1 tahun

- tenaga kerja tetap hari 285 - tenaga borongan hari 200 5 Produksi dan Harga

- Produksi per hari kg 620 2 adonan per hari. produksi @310 kg kerupuk

(42)

No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai Keterangan - Tenaga Manajerial orang 2

- Tenaga kerja tetap orang 14 - Tenaga kerja borongan orang 4 7 Upah tenaga kerja - Tenaga Manajerial Rp/hr 36.000 - Tenaga kerja tetap Rp/hr 18.000 - Tenaga kerja borongan Rp/hr 22.000

8 Penggunaan bahan baku Untuk satu kali adonan - Tepung tapioka kg 300 - Ikan kg 50 - Garam kg 10 - Gula kg 12,5 - Telur kg 10 - Penyedap kg 2 - Pewarna kg 0,25 Sumber: Lampiran 2

5.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha kerupuk ikan dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha. Sedangkan, biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi.

5.4.1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari beberapa komponen diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau peralatan produksi, peralatan pendukung dan sarana transportasi.

Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya Rp600.000,- dan masa berlaku selama 3 tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah Rp299.339.000,-.

(43)

Aspek Keuangan

Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan

No Jenis Biaya Nilai Penyusutan

1 Perijinan 600.000 0

2 Sewa Tanah dan Bangunan 150.000.000 0

3 Mesin/Peralatan Produksi 107.030.000 43.994.750

4 Peralatan lain 1.709.000 221.800

5 Mobil box 40.000.000 4.000.000

Jumlah Biaya Investasi 299.339.000 48.216.550 Sumber: Lampiran 3

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang mencapai 50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian mesin/peralatan produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan 14,15% sisa biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian peralatan lainnya, mobil angkutan dan perijinan.

5.4.2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan pembantu, peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja.

Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi kerupuk. Jumlah hari kerja dalam setahun sebanyak 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1 tahun=365 hari, dikurangi hari libur minggu dan libur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi selama 16 hari).

Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp711.298.900,-. Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun. Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai 15,45% dari total biaya operasional tiap tahunnya. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasal dari anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali lipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan pada saat terjadi kenaikan permintaan.

(44)

Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Kerupuk Ikan per Tahun

No Jenis Biaya Nilai (Rp)

1 Bahan Baku 520.125.000 2 Bahan Pembantu 16.200.000 3 Peralatan Operasional 11.700.000 4 Biaya Transportasi 14.400.000 5 Biaya Listrik 7.200.000 6 Biaya telepon 1.800.000 7 Tenaga Kerja 109.940.000 8 Biaya Pemeliharaan 29.933.900

Jumlah Biaya Operasional Per Tahun 711.298.900 Sumber: Lampiran 4

5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari kebutuhan investasi dan modal kerja. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana milik sendiri.

Kebutuhan dana investasi, pada contoh untuk usaha baru (start up) atau peremajaan usaha, komponen biaya investasi yang memperoleh pembiayaan LKS hanya untuk pengadaan mesin mulen, mesin cetak, mesin pemotong, jrebeng dan dryer/oven. Sedangkan komponen yang lain diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha yang bersangkutan sebagai bagian dari kontribusinya dalam usaha.

Besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha kerupuk ikan mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 30 hari atau 1 bulan. Sehingga jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah:

Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x biaya operasional selama 1 tahun

= (30/285) x Rp711.298.900 = Rp74.873.568,-

(45)

Aspek Keuangan

Kebutuhan modal kerja yang dibiayai dari LKS hanya untuk pembeliaan bahan baku (ikan dan tepung tapioka) yaitu sebesar Rp. 44.400.000,-.. Kebutuhan komponen-komponen biaya modal kerja yang lainnya juga diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang bersangkutan.

Pengadaan mesin dan peralatan investasi serta pengadaan bahan baku yang dimaksud pada pembiayaan tersebut di atas, dalam hal ini diasumsikan sudah tersedia dan telah dimiliki oleh pihak LKS. Untuk mengadakan barang dan bahan ini pihak LKS dapat menggunakan pihak lain dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini.

Keperluan dana investasi dan modal kerja merujuk pada asumsi dari contoh pembiayaan syariah ditampilkan pada tabel 5.4 (lampiran 9)

Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)

I Kebutuhan Modal Investasi 299.339.000

a. Pembiayaan 103.500.000

b. Dana sendiri 195.839.000

II Kebutuhan Modal Kerja (1 bulan) 74.873.568

a. Pembiayaan 44.400.000

b. Dana sendiri 30.473.568

III Total dana proyek yang bersumber dari 374.212.568

a. Pembiayaan 147.900.000

b. Dana sendiri 226.312.568

Sumber: Lampiran 9

Jangka waktu pembiayaan untuk investasi selama tiga tahun tanpa grace period, sedangkan pembiayaan modal kerja yang digunakan dalam analisis ini berjangka waktu satu tahun. Pembiayaan modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jatuh temponya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayarnya. Tingkat margin pembiayaan yang digunakan untuk usaha baru (start up) adalah 9% (konvensional setara dengan suku bunga flat p.a)

Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan secara tetap dengan cara jumlah pembiayaan dibagi jangka waktu pembiayaan dengan mempertimbangkan siklus produksinya.

(46)

5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini diperoleh dari jumlah adonan per tahun dikalikan dengan jumlah produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan adonan sebanyak 570 kali dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp6.000,- tiap kg, sehingga pendapatan dari produksi kerupuk per tahun sebesar Rp1.060.200.000,-. Pendapatan sampingan diperoleh dari penjualan kantong bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp1.368.000,-. Tabel penerimaan kotor dalam setahun disajikan dalam tabel 5.5. berikut:

Tabel 5.5. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun

No Uraian Satuan Jumlah

Harga

satuan Nilai (Rp)

1 Produksi per tahun Kg 176.700

2 Penjualan per tahun Kg 176.700 6.000 1.060.200.000

3 Penjualan sak per tahun Sak 3.420 400 1.368.000

4 Pendapatan kotor 1.061.568.000

Sumber: Lampiran 5

Dari Tabel 5.5. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pengolajan kerupuk ikan adalah Rp1.061.568.000 per tahun.

5.7. Proyeksi Rugi Laba

Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya ditampilkan pada lampiran 6, menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek.

Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama setelah dikurangi pajak (15%), usaha ini telah menghasilkan keuntungan sebesar Rp245.430.318-. dengan tingkat profit margin sebesar 23,12%. Laba dan profit margin ini akan meningkat untuk tahun-tahun berikutnya karena komponen biaya angsuran margin pembiayaan yang semakin berkurang. Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan kerupuk ikan, dari hasil analisis diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp146.130.922,- atau dengan jumlah produksi sebesar 24.355 kg per tahunnya dengan harga kerupuk ikan per kg sebesar Rp6.000,-. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7

Gambar

Tabel 1.1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan
Tabel 1.2. Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (per 100 gram)
Tabel 1.3. Sentra Industri Kerupuk Ikan di Sidoarjo
Tabel  3.1  berikut  menunjukkan  jumlah  konsumsi  kerupuk  oleh  penduduk  di  wilayah  perkotaan dan pedesaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 10 karya yang telah dibuat menggunakan teknik digital painting yang kemudian digabungkan dengan kain organdi sebagai gaun yang digunakan pada karakter wanita

Dalam membina hubungan baik antar perusahaan dan konsumen, salah satunya adalah melalui layanan, sehingga penting untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap layanan yang

Pilihlah jawaban yang saudara anggap paling benar dengan cara menghitamkan salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban dari kalimat pernyataan dibawah ini.. Berat senjata

3 Siswa dengan bimbingan guru baik dalam membuat kesimpulan tentang gabungan bangun datar yang membentuk balok.. 4 Siswa dengan bimbingan guru membuat sangat baik

Hal ini diduga disebabkan mikroba perombak pada kotoran sapi lebih banyak aktif dalam suasana aerobik, sedang­ kan pada kotoran kerbau dan kambing mikroba

Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan kerjasama Tim Dosen pada mata kuliah geometri analit. 2) meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dan 3)

Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disebut biaya jasa, adalah iuran pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan prasarana pengairan yang dipungut dari

Sebagai multimedia interaktif yang diharapkan akan menjadi bagian dari proses pembelajaran, pembelajaran interaktif berbasis komputer harus mampumemberi dukungan