• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

“KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING”

OLEH KELOMPOK 9 NAMA ANGGOTA :

PEGI DESVIKA DARMA PINTA (15029015) SHERLY FATIKA AULIA (15029117)

SITI UTARI YULIANI (15029048) YOLANDA GUSSELVIAN (15029125)

DOSEN : Prof. Dr. MUDJIRAN, M.S.Kons.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segenap kekuatan dan kesanggupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.

Penulis menyadari baik isi maupun penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat dipergunakan demi kemajuan ilmu pengetahuan kita bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Padang, 1 September 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. i DAFTAR ISI ……… ii BAB I PENDAHULUAN ……… 1 A. Latar belakang ………... 1 B. Rumusan masalah...………. 1 C. Tujuan ...………... 2 BAB II PEMBAHASAN ………...……...………. 3 A. Aplikasi Instrumentasi... 3 1. Pengertian ... 3 2. Tujuan ………... 3 3. Komponen ……… 4 4. Asas ……….. 5

5. Pendekatan dan Teknik ……… 5

6. Operasionalisasi Kegiatan ………... 6 B.Himpunan Data ……... 7 1. Pengertian ... 7 2. Tujuan ………... 8 3. Komponen ……… 8 4. Asas ……….. 11

5. Pendekatan dan Teknik ……… 11

6. Operasionalisasi Kegiatan ………... 11 C. Konferensi Kasus …... 12 1. Pengertian ... 12 2. Tujuan ………... 13 3. Komponen ……… 14 4. Asas ……….. 14

5. Pendekatan dan Teknik ……… 15

(4)

D. Kunjungan Rumah …... 17

1. Pengertian ... 17

2. Tujuan ………... 17

3. Komponen ……… 18

4. Asas ……….. 19

5. Pendekatan dan Teknik ……… 19

6. Operasionalisasi Kegiatan ………... 21 E. Tampilan Kepustakaan ... 22 1. Pengertian ... 22 2. Tujuan ………... 23 3. Komponen ……… 23 4. Asas ……….. 24

5. Pendekatan dan Teknik ……… 24

6. Operasionalisasi Kegiatan ………... 24

G. Alih Tangan Kasus …... 25

1. Pengertian ... 25

2. Tujuan ………... 25

3. Komponen ……… 25

4. Asas ……….. 27

5. Pendekatan dan Teknik ……… 27

6. Operasionalisasi Kegiatan ………... 27

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 29

B. Saran ... 29

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik dan terarah atau berencana, agar benar-benar berdaya dan berhasil guna bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.

Dalam pemberian kegiatan pendukung bimbingan konseling bahwa kegiatan pendukung bimbingan konseling meliputi aplikasi instrumen bimbingan konseling, penyelenggaraan himpunan data, dan kegiatan khusus. Dalam ketiga kegiatan pendukung bimbingan konseling tersebut dilakukan agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diselesaikan sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Berdasar latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas tentang kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan penjelasan tentang aplikasi instrumentasi dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

2. Apa pengertian dan penjelasan tentang himpunan data dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

3. Apa pengertian dan penjelasan tentang kunjungan rumah dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

4. Apa pengertian dan penjelasan tentang konferensi kasus dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

5. Apa pengertian dan penjelasan tentang tampilan kepustakaan dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

(6)

6. Apa pengertian dan penjelasan tentang alih tangan kasus dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang aplikasi instrumentasi BK dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

2. Untuk mengetahui tentang himpunan data dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

3. Untuk mengetahui tentang kunjungan rumah dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

4. Untuk mengetahui tentang konferensi kasus dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

5. Untuk mengetahui tentang tampilan kepustakaan dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

6. Untuk mengetahui tentang alih tangan kasus dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Aplikasi Instrumentasi BK 1. Pengertian

Aplikasi Instrumentasi berarti upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling. Sedangkan aplikasi instrumentasi bimbingan dankonseling yaitu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik. Keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes. Aplikasi instrumentasi Bimbingn dan Konseling bermaksud mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (baik secara individual maupun kelompok).

2. Tujuan

a) Tujuan Umum

Tujuan umum Aplikasi Instrumentasi (AI) adalah diperolehnya data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentu klien. Data ini kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan layanan konseling. Dengan menggunakan data tersebut, penyelenggaraan layanan konseling terhadap klien akan lebih efektif dan efisien.

b) Tujuan Khusus

Dikaitkan dengan fungsi-sungsi konseling, kegiatan AI didominasi oleh fungsi pemahaman. Data hasil aplikasi instrumentasi digunakan untuk memahami kondisis klien seperti potensi dasar, bakat dan minat, kondisis diri dan lingkungan, masalah yang dialami, dan sebagainya. Pemahaman yang diperoleh melalui data yang dimaksudkan itu digunakan oleh konselor sebagai bahan pertimbangan dalam upaya membantu klien sesuai dengan kebutuhan dan kemungkinan masalah-masalah yang dialaminya. Dalam hal ini fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan jelas terlihat.

Jadi, tujuan dari aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling tersebut adalah untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik dan lingkungannya. Untuk pengumpulan data dan keterangan dapat dilakukan dengan cara berbagai instrument baik tes maupun non tes. Hasil pengumpulan data tersebut dapat digunakan dalam setiap kegiatan layanan bimbingan dan konseling.

(8)

3. Komponen

Kegiatan aplikasi instrumentasi mensinergikan tiga komponen pokok, yaitu: a) Instrumen

Dalam instrumen ada hal yang harus diperhatikan, yaitu 1) Materi yang diungkapkan

Materi yang diungkapkan melalui instrument atau alat ukur tertentu jenisnya bermacam-macam. Khususnya untuk keperluan konseling, materi tersebut pada umumnya menyangkut diri individu , yaitu seperti:

(a) Kondisi fisik individu, meliputi keadaan dan kesehatan jasmani (b) Kondisi dasar psikologis, meliputi potensi dasar, bakat, minat, sikap (c) Kondisi dinamik-fungsional psikologis

(d) Kondisi kegiatan dan hasil belajar (khusus untuk pelajar) (e) Kondisi hubungan sosial

(f) Kondisi keluarga dan lingkungan

(g) Kondisi arah pengembangan dan kenyataan karir (h) Permasalahan yang potensial dan atau sedang terjadi

2) Bentuk instrument

Bentuk instrument pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu instrument tes dan non-tes. Disebut instrumen tes jika jawaban responden atas soal-soal yang ada diperiksa berdasarkan benar salahnya jawaban tersebut. Jawaban benar bernilai positif, sedangkan jawaban salah bernilai negatif. Skor-skor positif dan negatif itu digabungkan untuk memperoleh gambaran tentang kualitas jawaban secara keseluruhan. Yang tergolong dalam instrumen tes psikologis (tes inteligensi, tes bakat dan minat), dan tes hasil belajar (soal ulangan, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester).

Berbeda dari jawaban instrument tes, jawaban instrument non-tes diperiksa bukan atas benar salahnya, melainkan untuk melihat gambaran tentang kondisi responden tanpa menekankan apakah kondisi itu mutunya tinggi atau rendah, benar atau salah. Instrumen non-tes digunakan untuk mengetahui kondisi responden apa adanya. Berbagai bentuk alat ukur dapat digolongkan ke dalam instrument non-tes seperti angket, inventori, wawancara, sosiometri, dan sebagainya. Seperti instrument tes, instrument non-tes juga ada yang diselenggarakan melalui tulisan atau lisan, secara individual atau kelompok.

Berkenaan dengan isi dan bentuknya, konselor harus benar-benar cermat memilih instrument mana yang akan dipakai yang sesuai dengan apa yang akan diungkap dari responden dan kondesi pribadi responden atau konseling itu.

(9)

b) Responden

Responden adalah orang yang mengerjakan instrument, baik tes maupun non-tes. Kondisi responden terbentang dalam rentangan semua karakteristik individu seperti umur,jenis kelamin, kondisis fisik dan psikologis, indivial atau kelompok, yang memungkinkan diselenggarakannya administrasi instrument yang dimaksudkan.

Tentu saja tidak semua instrument cocok dan perlu digunakan untuk semua responden, bahkan sering kali suatu instrument hanya dapat digunakan untuk kelompok responden dengan kondisi tertentu.

c) Pengguna Instrumen

Konselor sebagai pengguna hasil instrument digunakan dalam melaksanakan layanan konseling. Untuk tes psikologis Konselor dapat bekerjasama dengan psikolog (kolaborasi professional). Dalam hal ini, konselor dapat menyelenggarakan tes psikologis yang lebih sederhana, seperti tes integensi dan tes bakat setelah menjalani pelatihan khusus dan memperoleh sertifikat kewenangan yang di maksud. Kewenangan menyelenggarakan administrasi instrumen non tes pada umumnya lebih terbuka, dengan catatan si (calon) penyelenggar itu harus terlebih dahulu berlatih diri sehingga benar-benar mampu menyelenggarakan sesuai dengan syarat-syarat yang baik.

4. Asas

Layanan ini didominasi oleh asas kerahasiaan, yang sebelumnya diharapkan terlaksananya asas kesukarelaan klien untuk menjalani instrument yang diikuti juga dengan asas keterbukaan dalam menjawab item-item instrument agar hasilnya benar-benar mencerminkan kondisi responden sebagaimana adanya.

5. Pendekatan dan Teknik

a) Penyiapan instrument dan responden Konselor hendaknya:

1) Mempelajari manual instrument

2) Mengindentifikasi karakteristik instrument

3) Melihat kesesuaian antara instrument dengan responden 4) Menyiapkan diri untuk mengadministrasikan instrument 5) Menyiapkan aspek teknik dan administratif

(10)

b) Pengadministrasian instrument

Dilaksanakan sesuai dengan petunjuk manual instrument, berupa: 1) Pokok, isi, bentuk, tujuan dan kegunaan intrumen bagi responden 2) Bagaimana menjawab dan bekerja dengan instrument

3) Bagaimana jawaban responden diolah

4) Bagaimana hasil pengolahan disampaikan kepada responden

5) Bagaimana hasil instrumen tersebut dipakai dan apa yang akan dilakukan responden dengan hasil pengolahan itu

c) Pegolahan dan pemaknaan jawaban responden

Hasil pengolahan intrumen ditafsirkan dengan menggunakan kriteria atau norma yang terdapat dalam manual instrumen.

d) Penyampaian hasil instrument

Asas kerahasiaan hendaknya diterapkan dan Konselor dapat memanggil responden untuk menyampaikan hasil pengolahan instrumen.

e) Penggunaan hasil instrument

Hasil instrument digunakan untuk : 1) Perencanaan program konseling 2) Penetapan peserta layanan 3) Perencanaan program konseling 4) Hasil instrumentasi sebagai isi layanan 5) Hasil instrumentasi dan tindak lanjut

6) Hasil instrumentasi dan upaya pengembangan

Aplikasi instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan pendukung mulai dari perencanaan program, penetapan inidividu, menetapkan materi layanan, sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program.

6. Operasionalisasi kegiatan

a) Perencanaan

Menetapkan objek yang akan diukur, menetapkan subjek, menyusun instrument, menetapkan prosedur, menetapkan fasilitas, menyiapkan kelengkapan administratif.

(11)

b) Pengorganisasian Unsur-unsur dan Sarana Kegiatan

Menetapkan fasilitas dan menyiapkan fasilitas, menyiapkan kelengkapan administrasi. c) Pelaksanaan

Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi, mengorganisasikan kegiatan instrument, pengadministrasi dengan diawali dengan LIMADMEN, mengolah jawaban responden, menafsirkan dan menetapkan arah penggunaan hasil instrumen.

d) Evaluasi/penilaian

Menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur, melaksanakan evaluasi dan mengolah serta menafsirkan hasil evaluasi.

e) Analisis hasil evaluasi

Menetapkan norma/standar analisis, melakukan asanalisis dan menafsirkan hasil analisis. f) Tindak lanjut

Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut aplikasi instrumentasi, mengkomunikasikan rencana tindak lanjut dan melaksanakan tindak lanjut.

g) Pelaporan

Menyusun laporan aplikasi instrumentasi, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.

B. Himpunan Data 1. Pengertian

Data adalah gambaran atau keterangan tentang ada atau keadaan tertentu. Layanan Himpunan Data adalah upaya Konselor untuk menghimpun, digolong-golongkan dan dikemas dalam betuk tertentu.

Himpunan data mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang siswa, menganalisis dan menafsirkan data, serta menyimpan data itu. (Winkel, 2005:253 ).Prayitno, dkk (1997) menyatakan, bahwa salah satu di antara tugas guru pembimbing adalah melaksanakan segenap program kegiatan pendukung, sedangkan himpunan data merupakan bagian dari kegiatan pendukung. Kegiatan penyelenggaraan himpunan data menurutPrayitno ( 2004:18 ) meliputi perencanaan, pelaksanaan , evaluasi dan laporan.

Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.

(12)

Jadi himpunan data merupakan kegiatan pendukung dalam kegiatan bimbingan konseling yang meliputi perencanaan, pelaksanaan , evaluasi dan laporan.

2. Tujuan

a) Umum

Menyediakan data dalam kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan sasaran layanan.

b) Khusus

Didominasi oleh fungsi pemahaman terhadap individu yang datanya dihimpun. Ini akan mewujudkan fungsi pencegahan dan dapat pula fungsi pengentasan terhadap masalah individu. Lebih jauh, himpunan data ini dapat dijadikan bahan dalam melaksanakan fungsi pengembangan dan pemeliharaan dan dapatjuga digunakan dalam melindungi hak-hak individu yang sedang mengalami masalah HAM.

3. Komponen

a) Jenis data

Pada dasarnya jenis data yang terhimpun di dalam HD tidak dibatasi. Oleh karena itu, jenisnya bermacam-macam sesuai dengan proyeksi variasi kebutuhan mereka yang dilayani melalui program pelayanan konseling. Dari sekian banyak data yang volume dan jenis dapat ters berkembang dikenal tiga pengelompokan data, yaitu :

1) Data Pribadi

Semua data yang bersangkut paut dengan pribadi seseorang disebut data pribadi, meliputi: (a) Identitas pribadi : nama, gelar, tempat dan tanggal lahir, alamat, kewarganegaraan, agama

(b) Kondisi fisik dan kesehatan

(c) Potensi diri : kemampuan dasar, bakat, minat dan kecenderungan pribadi, cita-cita (d) Hasil karya

(e) Status dan kondisi keluarga

(f) Status dan kondisi pekerjaan atau karir

(g) Kondisi kehidupan sehari-hari dan permasalahannya

Muatan data pribadi diatas ada yang bersifat statis (yaitu kenyataan atau kondisi yang relative tidak berubah) dan yang bersifat dinamis (yaitu kenyataan atau kondisi yang mudah berubah. sifat data yang statis dan dinamis itu sangat mempengaruhi dinamika

(13)

penyelenggaraan dan pengembangan HD. Data statis teru-menerus tetap dipertahankan, sedangkan data dinamis harus selalu disesuaikan dengan kondisi aktualnya.

2) Data Kelompok

Data kelompok, yaitu data yang mengenai sekelompok individu (dalam jumlah yang terbatas). Data ini menyangkut misalnya, hubungan sosial antar individu dalam kelompok, kondisi kebersamaan dan kerjasama mereka, hasil perhitungan statistik tentang diri mereka. Dari data kelompok, mungkin ada yang dapat dipetik sebagai data pribadi dan pindahkan ke kelompok data pribadi. Sebaliknya data pribadi yang sejalan dapat dikelompokkan dan diletakkan pada bagian data kelompok.

3) Data Umum

Data umum, yaitu data yang tidak mengenai diri seseorang dan tidak pula berkenaan dengan kelompok (terbatas) individu tertentu. Data umum berasal dari luar diri pribadi atau kelompok. Data ini berbicara tentang hal-hal yang bersifat umum, mengenai fakta atau keterangan tentang hal-hal yang bersifat umum, mengenai fakta atau keterangan tentang apa saja yang dapat diakses oleh siapa saja. Data umum ini dapat berbentuk buku, kumpulan leaflet, informasi karir dan pendidikan, data tentang lingkungan yang lebih luas. Bahan-bahan ensiklopedia, pedoman dan panduan umum atau khusus, sumber informasi dan latihan dan sebagainya.

b) Bentuk himpunan data

Semua data yang terhimpun di dalam HD berupa rekaman: tulisan, angka, gambar pada lembaran kertas, slide, film serta rekaman audio dan video. Semua rekaman itu dapat terhimpun secara menyeluruh dalam bentuk :

1) Buku data pribadi

2) Himpunan lembaran dengan format khusus 3) Kumpulan data kelompok dan laporan kegiatan 4) Program komputer

5) Kumpulan data umum

c) Penyelenggaran HD

Konselor sebagai penyelenggara Himpunan data memiliki fungsi: 1) Menghimpun data

(14)

Konselor menghimpun semua jenis data dari berbagai sumber :

(a) Data pribadi, terutama dari individu-individu yang menjadi tanggungjawab Konselor dalam pelayanan konseling. Dalam hal ini seluruh spektrum data pribadi pokok perlu dikumpulkan.

(b) Data kelompok, terutama dari kelompok-kelompok individu yang menjadi tanggungjawab konselor dalam pelayanan konseling. Dalam hal ini data hubungan sosial dan data dalam format-format statistic perlu dikumpulkan.

(d) Data umum, terutama dari berbagai sumber yang secara prospektif perlu diakses oleh individu yang menjadi tanggungjawab Konselor dalam layanan konseling. Dalam hal ini data berkenaan dengan pengembangan wawasan, ilmu pengetahuan, aspirasi dan sikap, serta pengubahan tingkahlaku perlu dikumpulkan.

Pengumpulan berbagai data tersebut di atas dilakukan melalui kegiatan AI (aplikasi instrumentasi) baik langsung oleh Konselor sendiri atau melalui kerjasama dengan pihak-pihak lain. Data yang diperoleh kemudian dihimpun dalam bentuk-bentuk yang sesuai.

2) Mengembangkan data

Data yang terhimpun dalam HD bersifat 5L : langsung, luas, lugas, luwes dan lancar.

3) Menggunakan data

Adalah mubadzir, membuang-buang waktu, tenaga, biaya dan fasilitas lainnya apabila HD diadakan, tetapi tidak digunakan. Isi HD merupakan kekayaan yang amat berguna untuk menyukseskan pelayanan konseling. Kegunaan itu terutama dalam:

(a) Perencanaan Pelayanan

Menetapkan klien atau peserta layanan, mengarahkan isi pokok layanan, mengarahkan jenis dan format layanan dan kegiatan pendukung layanan.

(b) Isi Layanan

Ketika layanan berlangsung data dari HD dapat dibuka dan dimanfaatkan dan data dari HD dapat memberikan pertimbangan ataupun arah untuk pelaksanaan tindak lanjut layanan yang telah dilaksanakan.

(c) Laporan Kegiatan Layanan

Pelayanan konseling yang komprehensif dan berkelanjutan dapat memanfaatkan berbagai kegiatan layanan yang pernah dilakukan terhadap individu tertentu atau kelompok-kalompok individu yang laporan kegiatannya terdapat dalam HD.

(15)

4. Asas

Asa kerahasiaan mendominasi penyelenggaraan HD, artinya terhadap segala data, khususnya data yang bersifat pribadi, harus diberlakukan kerahasiaan. Asas kesukarelaan diterapkan ketika data itu dipetik langsung dari sumbernya. Lebih jauh, dalam rangka pengembangan HD, asa kedinamisan dan keterpaduan perlu mendapat perhatian.

5. Pendekatan dan Teknik

a) Aplikasi intrumentasi

Aplikasi instrumensi diselenggarakan untuk memperoleh data dari sumber-sumber yang relevan, terutama dari individu-individu yang menjadi tanggung jawab konselor.

b) Penyusunan dan penyimpanan data

Data dikelompokkan dan disusun secara sistematik. “lokasi” masing-masing data dapat diidentifikasikan dengan jelas sehingga mudah diakses dalam rangka penggunaannya, pengembangannya, dan penghapusannya.

c) Penggunaan perangkat computer

Penggunaan perangkat komputer dalam HD selain sangat membantu dalam penyimpanan data, uga sekaligus penggunaan data tertentu dalam pelayanan konseling.

d) Tenaga administrasi

tenaga pembantuan atau tenaga administrasi harus diyakini benar-benar mampu menyelenggarakan asas kerahasiaan dan paham dalam mekanisme penyusunan, penyimpanan dan penggunaan data. Kegiatan program komputerlah yang dimaksudkan sebagai tenaga administrasi tersebut.

6. Operasionalisasi Kegiatan

Operasionalisasi kegiatan himpunan data meliputi a) Perencanaan

Menetapkan jenis dan klasifikasi data serta sumber-sumbernya, menetapkan bentuk himpunan data, menetapkan dan manata fasilitas, menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan dan penggunaan serta menyiapkan kelengkapan administrative.

b) Pelaksanaan

Memetik dan memasukkan ke dalam himpunan data sesuai dengan klasifikasi ,memanfaatkan data,memelihara dan mengembangkan himpunan data.

(16)

c) Evaluasi dan Analisis

Mengkaji evisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas yang digunakan, memerikasa kelengkapan, keakuratan, keaktualan dan kemanfaatan himpuana data, serta melaksanakan analisis terhadap hasil evaluasi berkenaan dengan kelengkapan, keakuratan, keaktualan, kemanfaatan dan efisiensi penyelenggaraannya.

d) Laporan, mencakup kegiatan:

Menyusun laporan kegiatan himpunan data, menyampaikan laporan kepada pihak terkait dan mendokumentasikan laporan.

e) Hambatan

Hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan kegiatan himpunan data dapat dibagi menjadi dua yaitu hambatan yang berasal dari konselor sekolah (hambatan internal) dan hambatan yang berasal selain dari konselor (hambatan eksternal).

1) Hambatan Internal

(a) Konselor yang bukan berasal dari jurusan BK (b) Kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh konselor (c) Kurangnya profesionalitas konselor

(d)Kurangnya waktu yang dimiliki konselor untuk menyelenggarakan kegiatan himpunan data

(e)Kurangnya materi yang dimiliki konselor untuk menyelenggarakan kegiatan himpunan data

2) Hambatan Eksternal

(a) Kurangnya penggunaan teknologi dalam penyelenggaraan himpunan data (b) Kurangnya dokumentasi laporan yang dilakukan oleh konselor

(c) Sarana dan prasarana yang kurang mendukung

C. Konferensi Kasus 1. Pengertian

Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang di lakukukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah pemecahannya. Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor, dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan upanya pemecahannya.pihak-pihak yang terkait diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus secara baik dan tuntas. Sesuai dengan

(17)

sifatnya yang kasus, pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan formal, dalam arti berdasarkan surat keputusan tertentu, penyelenggaraan kasus tidak terkait pada jumlah peserta tertentu, waktu dan jadwal pertemuan tertentu, serta keharusan membuat surat keputusan tertentu.

Konferensi kasus merupakan pertemuan terbuka dalam arti terbuka untuk kasus yang dibahas, terbuka dari segi pihak-pihak yang diundang, terbuka dalam waktu penyelenggaraan, terbuka dalam dinamika kegiatan, dan terbuka dalam hasil-hasilnya, namun tetap menjunjung tinggi norma-norma,kaidah-kaidah,prinsip-prinsip,dan asas-asas. Tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli) harus dilakukan konferensi kasus, tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan melalui konferensi kasus, proses penyelesaian masalah siswa (konseli) meelakukan tidak hanya mengandalkan pada konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap komponen dan memilki kepentingan dengan permasalahan yang dihadapi siswa (konseli).

2. Tujuan

Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah.secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan dan konseli.berkenaan dengan fungsi pemahaman, semakin lengkap degan akurat data tentang permasalahan yang dibahas, maka akan semakin dipahami secara mendalam permasalahan itu oleh konselor dan pihak-pihak lain yang hadir dalam konferensi kasus.pemahaman tersebut digunakan untuk menangani permasalahan baik dalam arah pencegahan kemungkinan-kemungkinan terjadi hal-hal yang lebih merugikan (fungsi pencegahan) maupun arah pengentasan masalah yang dialami oleh klien ( siswa).

Secara khusus konferensi kasus bertujuan untuk :

a) Mendapatkan konsistensi,kalau guru atau konselor teryata menemukan berbagai data informasi yang dipandang saling bertentangan atau kurang satu sama lain (cross Check data).

2) Mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi dalam menafsirkan data yang cukup komprehensif dan pihak yang menyagkut diri siswa (konseli) guna memudahkan pemgambilan keputusan.

(18)

3) Mendapatkan pengertian,penerimaan,persetujuan dari komitmen peran dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya.

3. Komponen

Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus yaiatu : kasus itu sendiri, peserta, dan pembimbing atau konselor.

a) Kasus-kasus yang dibahas dalam konferensi kasus dapat mencakup : 1) masalah klien yang sedang ditangani oleh konselor

2) masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum ditangani oleh konselor

3) kondisi lingkungan yang terindikasi atau berpotensi bermasalah 4) Laporan terjadinya masalah tertentu

5)Isu yang patut ditangani oleh memperoleh penanganan yang memadai. b) Peserta

Para peserta dalam konferensi kasus pada dasarnya adalah semua pihak yang terkait dengan kasus atau permasalahan yang dibahas. Secara lebih rinci, pihak-yang terkait dengan permasalahan (peaerta konferensi kasus) adalah:

1) Individu (seorang atau lebih) yang secara langsung mengalami masalah, 2) Individu (seorang atau lebih) yang terindikasi secara masalah,

3) Orang-orang yang berperan penting berkenaan dengan masalah yg di bahas, 4) Orang-orang yang dapat memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan

konferensi kasus,

5) Ahli berkenaan degan masalah byang dibahas.

c) Konselor (pembimbing) merupakan penyelenggara konferensi kasus mulai perencanaan, peleksanaan, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara menyeliruh.

4. Asas

Asas kerahasiaan, kesukarelaan dan keterbukaan mendominasi kegiatan konferensi kasus. Asas kerahasiaan ditekankan apabila kasus yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami klien tertentu. Dalam hal ini, konselor sebagai penyelenggara dan penanggung jawab atas kerahasiaan segala data dan keterangan pribadi klien, harus mampu meyakinkan dan menggalang komitmen peserta untuk bersam-sama menjalankan asas kerahasiaan itu. Asas kesukarelaan dan keterbukaan mengiringi asas kerahasiaan.

(19)

5. Pendekatan dan Teknik

Implementasi konferensi kasus dapat menerapkan beberapa teknik sebagai berikut: a) Kelompok informal.

Konferensi kasus yang menggunakan teknik ini bersifat tidak resmi, Artinya tidak menggunakan cara-cara tertentu yang bersifat instruksional. Atau tidak ada instruksi atau perintah dari siapa pun.

b) Pendekatan normatif. Penerapan teknik ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas kerahasiaan (apabila memungkinkan penyebutan nama dihindari)

2) Pengungkapan sesuatu dan pembahasannya harus didasarkan pada tujuan positif yang menguntungkan sumua pihak yang terkait. Dengan perkataan lain, apapun yang dibahas tidak merugikan pihak-pihak tertentu

3) Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa pamrih, dan tidak didasarkan atas kriteria kalah menang

4) Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima

5) Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas kenormatifan. c) Pembicaraan terfokus

Semua peserta konferensi kasus bebas menggembangkan yang diketahui, dipikirkan, dirasakan, dialami, dan dibanyagkan akan terjadi berkaitan dengan kasus yang dibicarakan,namun jangan samapi pembicaraan meluas dluar konteks,mengada-ada,apalagi samapi menyentuh daerah yang menyentuh daerah yang menyinggung pribadi-pribadi tertentu. Untuk itu, konselor harus mampu anatara lain :

1) Membangun suasana nyaman bagi seluruh peserta dalam mengukuti pembicaraan 2) Mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam pembahasan kasus

3) Mengambil inti pembicaraan dan menyimpulkan seluruh isi pembicaraan

6. Operasionalisasi kegiatan

Konferensi kasus dapat dilaksanakan dimana saja, di tempat konselor bertugas mempraktikan pelayanan profesional, di sekolah dan madrasah yang menyangkut siswa atau personil sekolah dan madrasah dan di tempat-tempat lainnya.atau dibuat kesepakatan anatara konselor dan peserta serta pihak yang bertanggung jawab atas tempat tertentu. Prinsipnya, tempat berlagsungnya konferensi kasus harus nyaman dan kondusif mendukung pelaksanaan konferensi kasus sesuai tuntutan asas-asas konseli

(20)

Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai berikut : a) Perencanaan

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :

1) Menetapkan kasus yang akan dibawa ke konferensi

2) Menyakinkan klien (siswa),tentang pentingnya konferensi kasus 3) Menetapakan peserta konferensi kasus

4) Menetapkan waktu atau tempat knoferensi kasus

5) Menyiapkan kelengkapan bahan atau materi untuk pembahasan dalam konferensi kasus

6) Menyiapkan kelengkapan administrasi b) Pelaksanaan

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :

1) Mengomunikasikan rencana konferensi kasus kepada para peserta 2) Menyelenggarakan knoferensi kasus, yang meliputi kegiatan :

(a) membuka pertemuan

(b) menyelenggarakan penstrukturan dengan asas kerahasiaan sebagai pokok kasus, meminta komitmen peserta untuk penanganan kasus

(c) membahas kasus

(d) menegaskan peran masing-masing peserta dalam penanganan kasus

(e) menyimpulkan hasil pembahasan,dan memantapkan komitmen peserta, dan (f) menutup pertemuan

c) Evaluasi

Pada tahap ini hal-hal yang yang di lakukan adalah :

1) mengevaluasi kelengkapan dan kemanfaatan hasil konferensi kasus sertan komitmen peserta dalam penanganan kasus

2) mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus

3) melakukan analisis (pembahasan) terhadap efektivitas hasil konferensi kasus terhadap penangan kasus

d) Tindak lanjut dan laporan

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :

1) menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan memperuat komitemn penanganan kasus

2) mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus lanjutan 3) menyusun laporan kegiatan konferensi kasus

(21)

4) mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak yang terkait dengan kasus yamg telah dibahas

5) mendokumentasikan laporan yang telah disusun

D. Kunjungan Rumah 1. Pengertian

Menurut Prayitno, kujungan rumah merupakan upaya untuk mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan anak atau individu yang menjadi tanggung jawab konselor dalam pelayanan konseling.

Kunjungan rumah di lakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Selain itu kunjungan rumah juga perlu di lakukan untuk melakukan cek silang berkenaan dengan data yang di peroleh melalui angket dan wawancara. Siswa yang bersangkutan dapat dilibatkan secara langsung dilibatkan dalam proses kunjungan rumah dan pembicaraan hasil-hasilnya untuk kepentingan pemecahan masalah siswa yang bersangkutan.

Kegiatan kunjungan rumah dapat diganti dengan pemanggilan orang tua ke sekolah. Namun demikian, kunjungan rumah secara langsung akan lebih menguntungkan, karena penerimaan orang tua terhadap guru di rumahnya sendiri akan lebih akrab sehingga lebih memungkinkan dijalinnya kerja sama.

2. Tujuan

Secara umum, kunungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang di hadapinya. Selain itu, juga bertujuan untuk menggalang komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak sekolah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien. Kunungan rumah bertujuan untuk mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.

Secara khusus tujuan kunjungan rumah berkenaan dengan fungsi-fungsi bimbingan. Dengan memahami siswa secara lebih luas dan komitmen orang tua serta anggota keluarga lainnya, maka pelayanan bimbingan dan konseling akan dapat terwujud secara Efektif dan evisien. Dan pada gilirannya dapat mengentaskan siswa dari kondisi bermasalah kepada kondisi yang lebih baik.

(22)

Kunjungan rumah dilakukan dalam rangka mengumpulkan data atau melengkapi data siswa yang terkait dengan keluarga. Dengan data yang lebih lengkap dan terbinanya komitmen orang tua maka upaya pencegahan masalah terutama yang disebabkan oleh faktor-faktor keluarga, lebih memungkinkan untuk data dilaksanakan. Dengan demikian, berkaitan dengan fungsi pencegahan, kunjungan rumah bertujuan untuk mencegah timbulnya atau atau memecahkan masalah siswa terutama yang disebabkan oleh faktor-faktor keluarga. Melalui kunjungan rumah, akan terbina kerjasama yang baik antar konselor dengan orang tua siswa, sehingga akan terwujud situasi yang kondusif bagi pengembangan dan pemeliharaan potensi siswa. Apabila tujuan-tujuan berkaitan dengan fungsi-fungsi diatas tercapai, maka berkenaan dengan fungsi advokasi, melalui kunjungan akan lebih memungkinkan tegaknya hak-hak siswa.

3. Komponen

Ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kunjungan rumah, yaitu kasus, keluarga dan konselor.

a) Kasus

Kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami oleh klien (siswa) yang terkait dengan faktor-faktor keluarga, kasus siswa terlebih dahulu dianalisis, dipahami, disikapi dan diberikan (dilaksanakan) perlakuan awal tertentu, dan selanjutnya diberikan pelayanan bimbingan konseling yang memadai. Perlakuan awal terhadap kasus dilakukan melalui kunjungan rumah. Hasil kunjungan rumah digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan rumah juga dapat merupakan bagian langsung atau tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling terlebih dahulu terhadap kasus yang dimaksud.

b) Keluarga

Keluarga yang menjadi fokus kunjungan rumah meliputi kondisi-kondisi yang menyangkut: 1) Orang tua atau wali siswa,

2) Anggota keluarga yang lain,

3) Orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang bersangkutan, 4) Kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya,

5) Kondisi ekonomi dan hubungan sosioemosional yang terjadi dalam keluarga. c) Konselor

Konselor atau pembimbing bertindak sebagai perencana, pelaksana dan sekaligus pengguna-pengguna hasil kunjungan rumah. Seluruh kegiatan kunjungan rumah dikaitkan

(23)

langsung dengan pelayanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling lainnya.

4. Asas

Pertama-tam asas kesukarelaan dan keterbukaan ditegakkan. Dalam hal ini, klien terlebih dahulu diminta persetujuannya untuk dilakukannya kunjungan rumah. Kemudian dibahas kegunaan kunjungan rumah, khususnya dalam kaitan dengan masalah yang dialami. Selanjutnya keluarga yang akan dikunjungi pun dimita persretujuannya, dilengkapi dengan informasi tentang waktu dan hal-hal teknis kedatangan konselor. Lebih jauh, asas keterpaduan, yaitu keterpaduan antara kunjungan rumah dengan berbagai aspek pelayanan konseling terhadap klien, perlu mendapat perhatian. Berkenaan dengan data yang diperoleh sebagai hasil kunjungan rumah asas kerahasiaan diberlakukan.

5. Pendekatan dan Teknik

a) Format

Kunjungan rumah dapat dilakukan mengikut format lapangan dan politik. Melalui kunjungan rumah konselor memasuki lapangan permasalahan klien yang menjangkau kehidupan keluarga klien. Dengan jangkauan yang lebih luas di harapkan penanganan masalah klien dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan intensif.

Strategi politik pun dapat dilakukan yaitu menghubungi pihak-pihak lain yang terkait dalam keluarga. peran positif pihak-pihak lain yang terkait dibangkitkan untuk penuntasan pengentasan (pemecahan masalah) klien serta optimalisasi pengembangan potensi-potensinya. Kunjungan rumah menjangkau lapangan permasalahan klien yang menjangkau kehidupan keluarga dan terlaksanakan politik yaitu menghubungi pihak-pihak terkait dengan keluarga.

b) Materi

Materi Yang perlu diperhatikan saat di hadapan keluarga : 1) Tidak melanggar asas kerahasiaan klien,

2) Semata-mata untuk memperdalam masalah klien,

3) Tidak merugikan klien dalam kaitannya dengan kedudukan hubungan kekeluargaan dalam keluarga yang bersangkutan, hubungan sosioemosional, pemberian kesempatan dan fasilitas serta keterkaitan kerja

4) Materi yang dibicarakan meliputi kondisi-kondisi : orang tua atau wali siswa, anggota keluarga lainnya, orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang dimaksud. Kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya, kondisi ekonomi dan

(24)

hubungan sosio-emosional yang terjadi dalam keluarga. Keseluruhan materi diatas, dirangkai secara sistematis baik dalam penggaliannya bersama anggota keluarga yang dikunjungi maupun dalam menyusun hasil kunjungan rumah nantinya.

c) Peran klien

Menyetujui Kunjungan Rumah yang akan dilakukan klien dan mempertimbangkan perlu tidaknya ia terlibat saat kunjungan rumah. Keterbukaan, objektifitas, kenyamanan, suasana kelancaran kegiatan, serta dampak positif bagi siswa dan keluarganya, menjadi pertimbangan dan kriteria keterlibatan siswa.

d) Kegiatan

Melakukan wawancara dan pengamatan dan memeriksa dokumen-dokumen yang dimiliki keluarga. Konselor tidak diperbolehkan memeriksa berbagai dokumen yang dimiliki keluarga, kecuali keluarga yang bersangkutan menghendakinya. Format atau teknik layanan kelompok dapat diselenggarakan oleh konselor dengan mengikutsertakan sejumlah anggota keluarga dalam pembicaraan tentang masalah siswa.

e) Undangan terhadap keluarga

Keluarga dapat diundang ke sekolah sesuai dengan permasalahan klien. Pelaksanaan undangan ini memperhatikan: izin dari klien, perlu dipersiapkan materi pembicaraan dan peran klien.

Undangan terhadap keluarga tidak boleh dilakukan oleh pembimbing atau konselor dengan tujuan untuk menyampaikan kepada anggota yang diundang keputusan tertentu yang isinya merugikan siswa. Orang tua diundang untuk di beritau atau hanya untuk menandatangani perjanjian bahwa anaknya diskors, tidak naik kelas dan lain sebagainya.

f) Waktu dan tempat

Kapan maupun berapa lama kunjungan rumah dilakukan tergantung kepada perkembangan proses pelayanan terhadap siswa. Kunjungan rumah dapa dilakukan di lakukan dari awal atau bahkan sebelum pelayanann, ketika proses pelayanan sedang berlangsung atau sebagai tindak lanjut dari pelayanan tertentu. Lamanya pembimbing atau konselor berkunjung berkunjung kerumah keluarga siswa juga tergantung materi yang dibicarakan dan kegiatan yang dilakukan dalam keluarga yang bersangkutan. Apabila kunjungan rumah diganti dengan kunjungan rumah diganti dengan undangan keluarga, maka tempat pertemuannya bisa dilakukan ditempat pembimbing atau konselor bekerja.

g) Evaluasi

Untuk mengetahui hasil dari kunjungan rumah, harus dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kunjungan rumah. Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling., dapat

(25)

mencakup proses dan hasil-hasilnya. Evaluasi terhadap unsur-unsur proses dilakukan secara berkelanjutan selama proses kunjungan rumah berlangsung. Penilaian terhadap hasil-hasil kunjungan rumah dapat diarahkan pada kelengkapan dan akurasi data yang diperoleh serta manfaat data tersebut dalam pelayanan terhadap siswa. Komitmen seluruh anggota keluarga juga perlu mendapat perhatian secara seksama untuk pemecahan masalah siswa.

6. Operasionalisasi Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah juga menempuh tahap-tahap kegiatan seperti: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan.

a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah

1) Menetapkan kasus dan klien yang mengalaminya yang memerlukan kunjungan rumah,

2) Meyakinkan klien tentang pentingnya kunjungan rumah,

3) Menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu dikomunikasikan kepada keluarga,

4) Menetapkan materi kunjungan rumah atau data yang perlu diungkapkan dan peranan masing-masing anggota keluarga yang akan ditemui,

5)Menyiapkan kelengkapan administrasi. b) Pelaksanaan

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah

1) Mengomunikasikan rencana kegiatan kunjungan rumah kepada berbagai pihak yang terkait,

2) Melakukan kunjungan rumah dengan melakukan kegiatan-kegiatan: (a) Bertemu orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya, (b) Membahas permasalahan siswa,

(c) Melengkapi data,

(d) Mengembangkan komitmen orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya,

(e) Menyelenggarakan konseling keluarga apabila memungkinkan, (f) Merekam dan menyimpulkan hasil kegiatan.

c) Evaluasi

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah:

(26)

2) Mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan rumah, serta komitmen orang tua/ wali/ anggota keluarga lain,

3) Mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah dalam pengentasan masalah klien,

4)Analisis terhadap efektifitas penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap penanganan kasus, khususnya pengentasan masalah klien.

d) Analisis hasil evaluasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan anlisis terhadap evektifitas penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap pemecahan kasus siswa.

e) Tindak lanjut

1) Mempertimbangkan apakah diperlukan kunjungan rumah ulang atau lanjutan 2) Mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan menggunakan data hasil kunjungan rumah yang lebih atau akurat.

f) Laporan

Pada tahap ini pembimbing atau konselor melakukan kegiatan 1) Menyusun laporan kegiatan kunjungan rumah,

2) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait, 3) Mendokumentasikan laporan.

E. Tampilan Kepustakaan 1. Pengertian

Tampilan kepustakaan berupa bantuan layanan untuk memperkaya diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami klien. Substansi layanan konseling, dan juga kegiatan pendukungnya sering kali perlu dilengkapi dan diperkuat oleh berbagai bahan yang dapat diambil dari tampilan kepustakaan. Uraian atau cerita yang dapat dibaca atau diikuti dari buku, tabloid atau film dapat memperjelas apa-apa yang dibahas di dalam layanan konseling yang dijalani klien. Contoh, ide dan rumus dapat memperkuat dan memantapkan atau menjadi bahan perbandingan dari apa-apa yang dibicarakan dalam layanan konseling. Bahan-bahan tersebut memperluas pemahaman dan wawasan klien, serta mempertajam analisis terhadap permasalahan klien.

Pemanfaatan tampilan kepustakaan dapat diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan pelayanan, dan/atau klien secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk

(27)

mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-bahan yang ada disana sesuai kebutuhan. Tampilan kepustakaan merupakan kondidsi yang sangat memungkinkan individu atau klien memperkuat atau memperkaya diri sendiri. Dengan atau tanpa konselor, terlebih-lebih pada tahap pasca-konseling, individu yang bersangkutan dapat terus menerus mengembangkan diri melalui pemanfaatan tampilan kepustakaan.

2. Tujuan

Tujuan umum dari tampilan kepustakaan yaitu:

a) Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan tertulis dan /atau rekaman lainnya yang ada dalam tampilan kepustakaan

b) Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalam tampilan kepustakaan untuk memperkuat pengentasan masalah dan pengembangan diri pihak-pihak yang bersangkutan

c) Mendorong klien untuk dapat memanfaatkan pelayanan konseling secaralebih langsung dan berdaya guna

Tampilan kepustakaan dapat didayagunkan untuk kepentingan pelayanan konseling baik dalam tahap pra-layanan, dalam layanan, maupun pasca-layanan.

3. Komponen

a) Konselor

Adalah tenaga profesi pelayanan konseling yang menyelenggarakan berbagai jenis layanan konseling dan kegiatan pendukungnya.

b) Peserta kegiatan

Individu (atau lebih) yang berkepentingan dalam mengakses terhadap bahan kepustakaan tertentu. Peserta layanan untuk tahap pra-konseling adalah mereka yang tanpa terikat dengan layanan konseling. Peserta pada dalam-konseling adalah mereka yang sedang menjalani konseling dan peserta pasca-konseling adalah mereka yang sebelumnya sudah menjalani layanan konseling. Peserta hendaknya paham membaca dan mampu mengaitkan materi dengan permasalahan dan pengembangan diri.

c) Bahan tampilan kepustakaan

1) Bahan pengembangan pribadi: menyangkut tugas-tugas perkembangan 2) Bahan pengembangan kehidupan social: cara berkomunikasi

3) Bahan pengembangan kegiatan belajar: bacaan cara belajar yang baik

4) Bahan perencanaan dan pengembangan karir: bacaan tentang keterkaitan minat, bakat dan pekerjaan

(28)

6) Bahan pengembangan hidup beragama: bacaan tentang pembinaan keimanan dan ketakwaan.

4. Asas

Asas Kegiatan mendominasi karena harus mencari referensi, memahami dan menyimpulkan yang diiringi dengan asas kesukarelaan. Kegiatan ini dilakukan dengan sukarela, apalagi dengan senang hati, akan membawakan hasil yang lebih baik.

5. Pendekatan dan Teknik

Format yang digunakan adalah dapat secara individual, kelompok, klasikal, lapangan dan kolaboratif.

Teknik yang dilaksanakan oleh peserta layanan: a) Mencari bahan yang digunakan

b) Mengajarkan klien membaca teknik cepat dan tepat melalui kemampuan 5M :

1) membaca apa yang tertulis dengan akurat 2) memehami maksud dan makna apa yang dibaca 3) meringkas intisari bacaan

4) mempertanyakan materi yang dibaca

5) memperkaya materi yang dibaca dangan bacaan atau bahan lain c) Arah aplikasi materi yang dibaca

bahan yang diambil dan baca dari kumpulan tampilan kepustakaan akan memperoleh makna yang lebih besar apabila dapat diterapkan.

6. Operasionalisasi Kegiatan

a) Persiapan

Menyampaikan perlunya tampilan kepustakaan, menetapkan bahan-bahan tampilan kepustakaan, menyiapkan klien untuk mengakses bahan-bahan yang dibutuhkan, menetapkan waktu kegiatan dan menetapkan pembicaraan terhadap hasil yang diperoleh dari tampilan kepustakaan.

b) Monitoring pelaksanaan

Dapat dilaksanakan secara tidak langsung (klien dimandirikan) dan secara langsung dimana peserta layanan ditugaskan menyiapkan diri dengan bahan atau topic tugas tertentu.

(29)

c) Evaluasi dan tindak lanjut

Terlaksana pada kegiatan layanan yang berlanjut, terutama layanan dengan kontrak sambil dilaksanakan evaluasi.

F. Alih Tangan Kasus 1. Pengertian

Alih tangan kasus (ATK) merupakan kegiatan untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan

penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.

2.Tujuan

a) Tujuan umum

Tujuan umum ATK adalah diperolehnya pelayanan yang optimal, setuntas mungkin atas masalah yang dialami klien.

b) Tujuan khusus

Tujuan khusus berkaitan dengan fungsi-fungsi konseling yaitu :

1) Fungsi pengentasan. Tenaga ahli yang menjadi arah ATK diminta

memberikan pelayanan yang secara spesifik lebih menuntaskan pengentasan masalah klien.

2) Fungsi pemahaman. Untuk memahami masalah yang sedang dihadapi klien guna pengentasan.

3) Fungsi pencegahan. Merupakan dampak positif yang diharapkan dari ATK untuk menghindari masalah yang lebih pelik lagi.

4) Fungsi pengembangan dan pemeliharaan. Dengan terentaskannya masalah berbagai potensi dapat terpelihara dan terkembang.

5) Fungsi advokasi. Berhubungan dengan masalah klien berkenaan dengan terhambatnya atau teraniayanya hak-hak klien.

3. Komponen

Penyelenggaraan ATK melibatkan tiga komponen pokok, yaitu : a) Klien dengan masalahnya

(30)

Tidak semua masalah dapat dialih tangankan, untuk itu perlu dikenali masalah-masalah apa saja yang menjadi kewenangan konselor. Seperti masalah-masalah-masalah-masalah berkenaan dengan :

1) Penyakit, baik penyakit fisik ataupun mental (kejiwaan) Kriminalitas, dengan segala bentuknya.

2) Psikotropika, yang didalamnya dapat terkait masalah kriminalitas dan penyakit.

3) Guna-guna, dalam segala bentuknya yaitu kondisi yang berada diluar akal sehat.

4) Keabnormalan akut, kondisi fisik dan mental yang bersifat luar biasa dalam arah dibawah normal.

Apabila konselor mengetahui bahwa klien secara substansial berkenaan dengan salah satu atau lebih dari tersebut diatas, konselor harus mengalih tangankannya ke ahli lain yang berwenang. Namun bila berkenaan dengan kekhawatiran takut terkena penyakit atau guna-guna, hal ini menjadi kewenangan konselor untuk menanganinya. Bila berkenaan dengan masalah kriminal, siapapun yang mengetahuinya harus segera melapor ke pihak yang berwenang. Dalam hal ini konselor hanya menangani klien yang masalah kriminalnya telah diproses oleh pihak yang berwajib dan yang lainnya.

b) Konselor

Dalam menangani klien, hal-hal yang perlu dikenali secara langsung oleh konselor, yaitu :

1) Keadaan keabnormalan diri klien. 2) Substansi masalah klien.

Hanya klien-klien yang normal saja yang ditangani konselor, diluar itu dialih tangankan kepada ahlinya. Untuk dapat mengalih tangankan klien dengan baik, konselor dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang para ahli yang dapat menjadi arah ATK beserta nama dan alamatnya hendak dimiliki konselor.

c) Ahli lain

Lima ahli lain perlu dipahami oleh konselor sebagai arah ATK, yaitu dokter, psikiater, psikolog, guru, dan ahli lain dalam bidang tertentu.

1) Dokter adalah ahli yang menangani berbagai penyakit jasmaniah. 2) Psikiater adalah ahli yang menangani penyakit psikis.

3) Psikolog adalah ahli yang mendeskripsikan kondisi psikis.

4) Guru termasuk dosen adalah ahli dalam mata pelajaran atau bidang keilmuan tertentu.

5) Ahli bidang tertentu adalah mereka yang menguasai bidang-bidang tertentu, seperti adat, agama, budaya tertentu, dan hukuman, serta ahli lain pengembangan pribadi

(31)

yang memerlukan kebutuhan khusus kepada ahli-ahli tersebut itulah klien dialih tangankan sesuai dengan permasalahannya.

4.Asas

Asas kesukarelaan, keterbukaan, dan kerahasiaan diutarakan. ATK diselenggarakan atas persetujuan klien. Klien perlu memahami alas an pentingnya ATK, serta kemana ATK ditujukan. Kepada ahli yang baru, klien diminta untuk terbuka berkenaan dengan

permasalahan dan apa-apa yang telah dibahas dalam pelayanan terdahulu. Konselor dapat menyertakan beberapa catatan tentang klien dlm ATK, semua catatan itu diketahui dan disetujui klien, dank lien memiliki hak untuk menyampaikan atau tidak catatan itu kepada ahli yang dituju dalam ATK.

5. Pendekatan dan Teknik

a) Pertimbangan:

1) karena masalah yang ada bukan lagi wewenang Konselor 2) Hubungan antara ko dan ki sudah dekat

b) Kontak

Konselor melakukan kontak awal dengan ahli lain, melalui cara yang cepat dan tepat. Jika ditanggapi positif oleh ahli lain yang dihubungi, maka klien bertemu dengan ahli lain tersebut dengan membawa surat pengantar jika diperlukan. c) Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah menghubungi pihak lainnya.

6. Operasionalisasi Kegiatan

a) Perencanaan

Menetapkan kasus yang akan di ATK, meyakinkan klien akan ATK, menghubung ahli lain yang menjadi arah ATK, menyiapkan materi ATK dan kelengkapan administratif.

b) Pelaksanaan

Mengkomunikasikan rencana ATK kepada pihak terkait dan mengalihtangankan klien kepada pihak terkait itu.

c) Evaluasi

Membahas hasil ATK melalui: Klien, laporan dari ahli lain dan analisis hasil ATK kemudian mengkaji hasil ATK terhadap pengentasan masalah klien.

d) Analisis hasil evaluasi

Melakukan analisis terhadap efektifitas ATK terhadap pengentsan masalah klien secara menyeluruh.

(32)

e) Tindak lanjut

Menyelenggarakan layanan lanjutan oleh konselor jika diperlukan atau klien memerlukan ATK ke ahli lain lagi.

f) Pelaporan

Menyusun laporan kegiatan ATK, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.

(33)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah yang kami buat dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan berbagai layanan perlu ditunjang oleh sejumlah kegiatan. Instrumentasi bimbingan dan konseling dengan mempergunakan berbagai komponen dan teknik pelaksanaannya. Kegiatan penunjang lain yang cukup penting adalah konferensi kasus, kunjungan ke rumah, dan penyelenggaraan alih tangan. Masing-masing kegiatan tersebut memiliki tujuan dan pola-pola pelaksanaannya sendiri yang kesemuanya tidak lain untuk meningkatkan penyelenggaraan dan keberhasilan segenap fungsi pelayanan bimbingan dan konseling.

B. Saran

Dari pembahasan makalah ini, penulis menyarankan sebaiknya dalam kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ini antara konselor dan klien harus sungguh-sungguh dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapai klien, demi kepentingan pribadi klien dan konselor tersebut. Sehingga setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui agar tujuan awal dari adanya bimbingan dan konseling ini bisa tercapai.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 2012. Jenis Layanan Konseling dan Kegiatan Pendukung. Jurusan BK FIP UNP (12).

Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT Rineka Cipta. http://fahmidamusyafaatul.blogspot.co.id/2016/03/makalah-kegiatan-pendukung-bimbingan.html. http://synaralwadudu.blogspot.co.id/2014/01/makalah-kunjungan-rumah.html. https://hendrikonselor91.wordpress.com/konseling/kegiatan-pendukung/tampilan-kepustakaan-p5.html.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks ini, tujuan pelayanan bimbingan konseling adalah membantu individu (siswa) agar mampu mewujudkan diri secara baik di tengah-tengah lingkungannnya. Setiap

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP antara yang memperoleh pembelajaran model

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat tentang kesesuaian Lembar Kerja Siswa dengan Kriteria Bahan Ajar BSNP dalam Mata Pelajaran Teknologi

Studi eksploratif merupakan langkah yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap, menyeluruh dan jelas berkenaan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu

Konseling rasional emotif digunakan untuk membantu siswa-siswa yang mengalami kecemasan dan pada siswa yang mengalami masalah-masalah pribadi. Dalam penerapannya konseling

Studi eksporatif merupakan langkah yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap, menyeluruh dan jelas berkenaan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu

Alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan

Masalah fisik biasanya berkaitan dengan kebiasaan perilaku hidup dan makan yang sehat serta kebutuhan untuk mendapatkan imunisasi secara lengkap, masalah kejiwaan