Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling di Sekolah Sri Rahayu
Universitas Negeri Padang 19329136
[email protected] Abstrak
Guidance and counseling service activities in schools have not been well and clearly patterned. In this regard, Prayitno proposed that guidance and counseling services in schools be packaged in a pattern called BK pattern 17 which consists of four areas of guidance, seventeen services, and five supporting activities which will be discussed in this paper.
Pendahuluan
Pada awalnya, kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah- sekolah belum terpola dengan baik dan jelas. Hal ini dikarenakan tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa. Berkaitan dengan hal ini, Prayitno mengusulkan agar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dikemas dalam suatu pola yang dinamakan BK pola 17 yang terdiri atas empat bidang bimbingan, tujuh belas layanan, serta lima kegiatan pendukung yang akan dibahas pada tulisan ini.
Pada perkembangannya, BK pola 17 tersebut digunakan secara nasional sebagai acuan dalam penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di sekolah di seluruh tanah air. Evaluasi terhadap keberhasilan guru pembimbing/ konselor tergantung pada seberapa jauh program atau kegiatan yang dilaksanakan. Artinya kegiatan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik karena perencanaan yang matang sesuai dengan kebutuhan dan manfaatnya oleh siswa.
Metode Penelitian
Metodologi penelitian artikel ilmiah hendaknya disusun dengan metode dan langkah-langkah yang sistematis untuk memudahkan melakukan penelitian. Pada artikel ini, peneliti menggunakan mengumpulkan berbagai bahan-bahan atau beberapa materi yang bersumber dari buku, jurnal, internet dan berbagai sumber lainnya. Menurut Zechmester, penelitian kuantitatif menggambarkan suatu
pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi diantara variabel yang muncul secara alami. Penelitian kuantitatif juga kadang- kadang diperlukan sebagai penelitian deskriptif, karena mendeskripsikan kondisi yang telah ada. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data untuk menentukan apakah dan untuk tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dikuantitatifkan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.
Pembahasan
Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan yang profesional. Hal ini perlu disadari oleh semua pihak khususnya siswa di sekolah bahwa bimbingan dan konseling berguna bagi mereka dalam mengembangkan kehidupan siswa sehari- hari. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi banyak hal dalam membantu siswa dan juga mengembangkan potensi dirinya.
Konseling adalah pelayanan bantuan oleh tenaga profesional kepada seseorang atau sekelompok individu untuk pengembangan
dan penanganan kehidupan efektif sehari- hari yang terganggu dengan fokus pribadi mandiri yang mampu mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung dalam proses pembelajaran.
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya.
Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan dosen lebih mudah memahami potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini diharapkan akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien.
Menurut Prayitno, fungsi dari kegiatan pendukung adalah membantu atau mendukung penyelenggaraan berbagai layanan bimbingan dan konseling.
Kegiatan pendukung memiliki tahapan- tahapan yang dijadikan sebagai acuan bagi konselor dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan pendukung dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kegiatan pendukung diperlukan untuk memperoleh berbagai data, keterangan dan informasi terutama tentang peserta didik dan lingkungannya.
Kinerja konselor dalam melaksanakan kegiatan pendukung adalah pencapaian hasil kerja konselor yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Kinerja konselor harus sesuai dengan standar operasional pelaksanaan dalam realisasi kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
1. Aplikasi Instrumentasi BK
Aplikasi instrumentasi adalah perolehan data hasil pengukuran terhadap kondisi klien. Aplikasi instrumentasi dalam bimbingan dan konseling memuat topik pembahasan, jenis fungsi dan uraian instrumen yang digunakan.
Aplikasi instrumentasi harus direncanakan terlebih dahulu dengan memperhatikan objek yang menjadi pengukuran yaitu fisik dan kondisi dasar psikologis siswa. Subjek dalam perencanaan aplikasi instrumentasi adalah siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes dan non tes.
Instrumen tes berupa tes psikologi dan instrumen non tes berupa angket sosiometri, angket pribadi, angket pengembangan diri dan angket penjurusan.
Setelah penyusunan instrumen yang digunakan, konselor membuat prosedur pengungkapan seperti menyiapkan instrumen yang telah
disusun, menyiapkan responden, mengadministrasikan instrumen, melaksanakan pengelolaan jawaban responden, menyampaikan jawaban responden dan menggunakan hasil aplikasi instrumentasi.
Yang perlu diperhatikan dalam aplikasi instrumentasi ini adalah materi yang hendak diungkapkan, bentuk instrument yang hendak digunakan.
Dan juga dibantu dengan responden yang bertugas untuk mengerjakan instrument baik tes maupun non tes melalui administrasi yang diadakan oleh konselor.
2. Himpunan Data
Himpunan data adalah menyediakan data dalam kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan klien dan individu lain yang menjadi tanggung jawab konselor. Pada kegiatan himpunan data, dilakukan evaluasi penggunaan fasilitas yang digunakan dan memeriksa keakuratan, kelengkapan, kefaktualan serta kemanfaatan data. Konselor di sekolah harus dapat menilai kemanfaatan fasilitas yang digunakan dalam himpunan data dengan baik.
3. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih rinci dan akurat berhubungan dengan masalah klien singkat terbentuknya komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam rangka pengentasan masalah klien.
Pada kegiatan pendukung bimbingan dan konseling kunjungan rumah, sebelumnya dilakukan perencanaan dengan menetapkan kasus yang memerlukan kunjungan rumah dan materi kunjungan rumah.
kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami klien terkait dengan faktor-faktor keluarga.
Dalam menetapkan materi kunjungan rumah, konselor sebaiknya mempersiapkan berbagai informasi umum dan data tentang klien yang layak diketahui oleh orang tua dan anggota keluarga dengan catatan tidak melanggar asas kerahasiaan klien.
Dalam pelaksanaan kunjungan rumah terdapat dokumen berupa pedoman wawancara kunjungan rumah, agar terlaksana dengan baik.
Dalam pelaksanaannya juga harus ada surat tugas dari kepala sekolah dan konselor membuat surat pemberitahuan akan diadakan kunjungan rumah (Putri, dkk, 2014).
4. Konferensi Kasus
Konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan lebih akurat serta menggalang komitmen dari pihak- pihak yang terkait dengan permasalahan tertentu dalam rangka penanganan masalah. Pada kegiatan konferensi kasus, perencanaan yang dilakukan adalah memuat masalah yang dibahas, tujuan, subjek, tempat atau alamat yang akan dikunjungi, waktu, petugas yang mengunjungi, anggota yang dikunjungi dan apa yang diharapkan dari masing-masing anggota serta bahan dan keterangan yang dibawa dalam kunjungan rumah.
Kinerja konselor pada evaluasi valensi kasus yang baik adalah dengan melaksanakan evaluasi kelengkapan data yang dibutuhkan dan manfaat hasil konferensi kasus dalam mengatasi masalah siswa serta komitmen peserta dalam penanganan konferensi kasus dan mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus. Tujuan dari konferensi kasus secara umum adalah untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan akurat (Prayitno, 2004).
5. Tampilan Kepustakaan
Pemanfaatan tampilan kepustakaan dapat diarahkan konselor guna pelaksanaan layanan agar klien secara mandiri mengunjungi
perpustakaan untuk mencari dan menggunakan sendiri bahan yang ada sesuai keperluan. Pada kegiatan tampilan kepustakaan, dilakukan monitoring yang pelaksanaannya secara tidak langsung atau secara mandiri oleh individu. Monitoring pelaksanaan tampilan kepustakaan pada umumnya dilakukan secara mandiri di tempat dan waktu yang berbeda-beda, bentuk dan cara kegiatannya ditentukan sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Monitoring tampilan kepustakaan dalam kaitannya dengan teknik kontra antara peserta layanan dan konselor.
6. Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus adalah pelayanan untuk mengantarkan klien ke ahli yang benar-benar memiliki kemampuan dan kewenangan terhadap pengentasan masalah klien. Dalam kegiatan alih tangan kasus kinerja konselor di sekolah ditunjukkan dengan hasil alih tangan kasus bersama klien. Konselor memperoleh laporan dari ahli yang menjadi arah alih tangan kasus dan juga menganalisis alih tangan kasus terhadap permasalahan klien. Konselor harus meningkatkan kinerja dalam menganalisis tangan kasus dan meminta laporan mengenai
hasil dari ahli yang menjadi arah alih tangan kasus.
Kesimpulan
Kegiatan pendukung berfungsi untuk membantu atau mendukung penyelenggaraan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan pendukung memiliki tahapan-tahapan yang dijadikan sebagai acuan bagi konselor dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan pendukung dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kegiatan pendukung diperlukan untuk memperoleh berbagai data, keterangan dan informasi terutama tentang peserta didik dan lingkungannya.
Kegiatan pendukung berupa aplikasi instrumentasi BK, himpunan data, kunjungan rumah, konferensi kasus, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus.
Saran
Hendaknya dalam kegiatan pendukung bimbingan dan konseling di sekolah antara konselor dan klien harus sungguh-sungguh dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapai klien, demi kepentingan pribadi klien dan konselor tersebut. Setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui.
Referensi
Arsini, Y. (2019). Konsep Dasar Pelaksanaan Bimbingan Konseling Di Sekolah. Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling, 7(1).
Jumiarti, D. (2020). PEMAHAMAN
SISWA TERHADAP
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH. PROCEEDING IAIN Batusangkar, 1(3), 69-72.
Putri, P. D., Nusantoro, E., & Saraswati, S.
(2014). Analisis Kinerja Konselor dalam Melaksanakan Kegiatan Pendukung BK SMA Negeri se- Kabupaten Banyumas. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application, 3(4).
Prayitno. 2004. Konferensi Kasus (P4).
Padang: UNP
Drs. Dewa Ketut Sukardi, D., W. 2004.
Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Wahyuni, M., Ilyas, A., & Yusri, Y.
(2013). Pelaksanaan Kunjungan Rumah Oleh Guru Bk/ Konselor Di
SMA Negeri Kota
Padang. Konselor, 2(2).