• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Asuhan Keperawatan pada Pasien Ansietas/Cemas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Asuhan Keperawatan pada Pasien Ansietas/Cemas"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

“Asuhan Keperawatan pada Pasien Ansietas/Cemas”

Oleh kelompok 1:

1. Fatin Furoidah (7312002) 2. Iqromullah (7312005)

3. M. Aliafi Anhar (7312021) 4. Titis Eka Ratna Sari (7312022) 5. Atiqurrahman (7312027) 6. Amin Fitriani (7312024)

7. Husnul Khotimah (7312004) 8. Nur Hasnah (7311054)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia – Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini meskipun ada sedikit keterlambatan.

Makalah ini berisi tentang Asuhan Keperawatan pada

Pasien Ansietas. Diharapkan makalah ini dapat memberikan

informasi kepada kita semua tentang Asuhan Keperawatan pada

Pasien Ansietas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Jombang, 24 Oktober 2015

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii LP (LAPORAN PENDAHULUAN)...1 A. MASALAH UTAMA...1

B. PROSES TERJADINYA MASALAH...1

C. POHON MASALAH...11

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL...11

E. DATA YANG PERLU DIKAJI...11

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN...14

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN...16

H. IMPLEMENTASI...17

I. EVALUASI...19

SP (STRATEGI PELAKSANAAN)...22

A. PROSES KEPERAWATAN...22

B. STRATEGI KOMUNIKASI DAN PELAKSANAAN...23

(4)

LP (LAPORAN PENDAHULUAN)

A. MASALAH UTAMA Ansietas

B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian

Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifikk atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi yang berbahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nanda, 2010:281)

Ansietas atau kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok yang mengalami perasaan gelisah dan aktifasi sistem saraf autonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas (carpenito,2006:11)

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

2. Rentang Respon Ansietas

(5)

lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas.

Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

 Ketegangan otot ringan  Sadar akan lingkungan  Rileks atau sedikit gelisah  Penuh perhatian

 Rajin

b. Respon kognitif

 Lapang persepsi luas

 Terlihat tenang, percaya diri  Perasaan gagal sedikit

 Waspada dan memperhatikan banyak hal  Mempertimbangkan informasi

 Tingkat pembelajaran optimal c. Respons emosional

 Perilaku otomatis  Sedikit tidak sadar  Aktivitas menyendiri  Terstimulasi

 Tenang

2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.

(6)

a. Respon fisik :

 Ketegangan otot sedang  Tanda-tanda vital meningkat  Pupil dilatasi, mulai berkeringat

 Sering mondar-mandir, memukul tangan  Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi  Kewaspadaan dan ketegangan menigkat

 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

b. Respons kognitif

 Lapang persepsi menurun  Tidak perhatian secara selektif  Fokus terhadap stimulus meningkat  Rentang perhatian menurun

 Penyelesaian masalah menurun

 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan c. Respons emosional

 Tidak nyaman  Mudah tersinggung  Kepercayaan diri goyah  Tidak sabar

 Gembira

3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

 Ketegangan otot berat  Hiperventilasi

 Kontak mata buruk

 Pengeluaran keringat meningkat  Bicara cepat, nada suara tinggi

 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan  Rahang menegang, mengertakan gigi  Mondar-mandir, berteriak

 Meremas tangan, gemetar b. Respons kognitif

 Lapang persepsi terbatas

 Proses berpikir terpecah-pecah  Sulit berpikir

(7)

 Tidak mampu mempertimbangkan informasi  Hanya memerhatikan ancaman

 Preokupasi dengan pikiran sendiri  Egosentris c. Respons emosional  Sangat cemas  Agitasi  Takut  Bingung

 Merasa tidak adekuat  Menarik diri

 Penyangkalan  Ingin bebas

4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.

Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

 Flight, fight, atau freeze

 Ketegangan otot sangat berat  Agitasi motorik kasar

 Pupil dilatasi

 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun  Tidak dapat tidur

 Hormon stress dan neurotransmiter berkurang  Wajah menyeringai, mulut ternganga

b. Respons kognitif

 Persepsi sangat sempit

 Pikiran tidak logis, terganggu  Kepribadian kacau

 Tidak dapat menyelesaikan masalah  Fokus pada pikiran sendiri

 Tidak rasional

 Sulit memahami stimulus eksternal  Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi c. Respon emosional

 Merasa terbebani

 Merasa tidak mampu, tidak berdaya  Lepas kendali

(8)

 Marah, sangat takut

 Mengharapkan hasil yang buruk  Kaget, takut

 Lelah

Gambar rentang respon ansietas

3. Tanda dan GejalaAnsietas

Menurut (carpenito,2006:12) Secarah fisiologis gejalah-gejalah tersebut meliputi:

1) Peningkatan frekuensi jantung 2) Peningkatan tekanan darah

3) Peningkatan frekuensi pernafasan 4) Gelisah

5) Gemetar

6) Berdebar-debar 7) Sering berkemih 8) Insomnia

9) Keletihan dan kelemahan 10) Pucat atau kemerahan

11) Mulut kering, mual dan muntah 12) Sakit dan nyeri tubuh

13) Pusing

14) Ruam panas/dingin 15) Anoreksia

4. Kecemasan depression anxiety stress scale (DASS) Keterangan: 0: tidak ada / tidak pernah

1: kadang-kadang 2: sering

3: hampir setiap hari

ADAPTIF MALADAPTIF

(9)

Tabel Kecemasan depression anxiety stress scale (DASS) N

O

Aspek penilaian Skor

0 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Menjadi marah karena hal sepele. Mulut terasa kering

Tidak dapat melihat hal yang positif suatu kejadian

Merasakan gangguan dalam bernafas Merasa tidak kuat lagi melakukan kegiatan Cenderung bereaksi berlebihan dalam situasi Kelemahan anggota tubuh

Kesulitan untuk relaksasi

Cemas yang berlebihan dalam situasi namun legah jika hal itu berahir.

Pesimis

Mudah merasa kesal

Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas

Merasa sedih dan depresi Kelelahan

Kehilangan minat pada banyak hal misalnya makan

(10)

18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Merasa diri tidak layak Mudah tersinggung Berkeringat

Ketakutan tanpa alasan yang jelas Merasa hidup tidak bahagia

Sulit untuk beristirahat Kesulitan untuk menelan

Tidak dapat melakukan hal-hal yang saya lakukan

Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimulasi oleh latihan fisik

Merasa hilang harapan dan putus asa Mudah marah

Mudah panik

Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu mengganggu

Takut terlambat oleh tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan

Sulit untuk amtusias pada suatu hal

Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan

(11)

36 37 38 39 40 41

Merasa tidak berharga

Tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi anda untk menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan

Ketautan

Tidak ada harapan untuk masa depan Merasa hidup tidak berarti

Mudah gelisah

Khawatir dengan situasi saat diri anda mungkin menjadi panik

Gemetar

Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

Sumber : Nursalam (2011)

Skor penilaian berdasarkan DASS:

Normal : 0-29

Cemas ringan : 30-59

Cemas sedang : 60-89

Cemas berat :90-119

(12)

5. Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :

1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. 7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

6. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati,

(13)

2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

c. Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

d. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

7. Sumber Koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

8. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien

(14)

kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu:

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

(15)

a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.

b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.

c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.

d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

C. POHON MASALAH

HARGA DIRI RENDAH

GANGGUAN CITRA TUBUH

KURANG PENGETAHUAN ANSIETAS

KOPING INDIFIDU TIDAK EFEKTIF

KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF

(16)

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Harga Diri Rendah

2. Gangguan Citra Tubuh 3. Ansietas

4. Koping Individu Inefektif 5. Koping Keluarga Inefektif 6. Kurang Pengetahuan

E. DATA YANG PERLU DIKAJI  Faktor Predisposisi.

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas:

a. Teori Psikoanalitik.

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Teori Interpersonal.

(17)

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

c. Teori Perilaku.

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.

d. Kajian Keluarga.

Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

e. Kajian Biologis.

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas

(18)

 Faktor Presipitasi

Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

 Perilaku

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

 Respon Fisiologis terhadaf ansietas  Respon perilaku kognitif

 Sumber koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan

(19)

integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

 Mekanisme koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu:

a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

1. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

2. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

3. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,

(20)

sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

1. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.

2. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.

3. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.

4. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan. F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Ansietas

2 Gangguan rasa nyaman, 3 Harga diri rendah,

4 Isolasi sosial,

5 Gangguan proses piker

(21)

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN N o Diagnosa Keperawa tan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1 Ansietas NOC  Anxiety self control  Anxiety level  Coping Kriteria Hasil:  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejalah cemas.  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.

 Vital sign dalam batas normal  Postur tubuh,

ekspresi wajah,

NIC

Anxiety reduction (penurunan kecemasan)

 Gunakan pendekatan yang menenangkan.

 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien.

 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.

 Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres.  Temani pasien untuk

memberikan keamanan dan mengurangi takut.

 Lakukan back/neck rub  Dengarkan dengan penuh

perhatian

 Identifikasi tingkat kecemasan

(22)

dan tingkat aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

 Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.

 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

 Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

(23)

H. IMPLEMENTASI No. Diagnos a Tindak an Pertemuan 1 2 3 4

1. ANIETAS PASIEN 1. Membantu pasien mengenal ansietas(tanda, gejala,penyeba b,dan aibat) 2. Mengajaran tehnik pengalihan situasi/distrasi 3. Latihan melauan tehnik pengalihan situasi/distrasi 1. Evaluasi emampuan pasien mengenal ansietas 2. Evaluasi emampuan distrasi 3. Mengevaluasi relasasi nafas dala dalam 4. Latihan Relasasi nafas dalam 1. Evaluasi emampuan pasien mengenal masalah 2. Evaluasi distrasi

dan relaksasi nafas dalam

3. Melatih pasien untu relasasi otot 4. Latihan relasasi otot  Atur posisi senyaman mungin  Onsentrasi terhadap geraan otot seluruh tubuh 1. Evaluasi emampuan mengenal ansietas 2. Evaluasi empuan ditrasi, relasasi dan nafas dalam 3. Melatih hipnoti 5 jari 4. Latih sampai membudaya 5. Nilai emampuan mengenai ansietas 6. Nilai apaah

(24)

 Latihan otot wajah  Latihan otot leher  Latihan otot panggul  Latihan otot perut  Latihan otot panggul  Latihan otot

tangan dan kaki

ansietas teratasi KELU-ARGA 1. Mendiskusian masalah yang dirasaan eluarga dalam merawat pasien 2. Membantu eluarga 1. Evaluasi emampuan pasien mengenal ansietas 2. Evaluasi emampuan distrasi 1. Evaluasi emampuan eluarga mengenal masalah 2. Evaluasi

(25)

mengenal ansietas pasien(tanda, gejala, penyebab, dan akibat) 3. Mengajaran tehnik pengalihan situasi/distrasi 4. Latihan melauan tehni pengalihan situasi/distrasi 3. Mengevaluasi relasasi nafas dala dalam 4. Latihan Relasasi nafas dalam

(26)

I. EVALUASI

Implementasi Evaluasi

1 .

Tanggal : S : Tidak mengalami kecemasan,

mengerti tentang ansietas.

O : Dapat melakukan teknik relaksasi-distraksi, nafas dalam, dan teknik hipnosis 5 jari. Tidak terlihat gekisah, wajah rileks

A : Masalah ansietas teratasi P :

Pasien :

1. Evaluasi kemampuan mengenal ansietas

2. Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot

3. Latihan hipnotik 5 jari 4. Latih sampai membudaya 5. Nilai kemampuan mengatasi

anxietas

6. Nilai apakah anxietas teratasi Keluarga :

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam melatih rileksasi otot

2. Membimbing keluarga bagaimana cara hipnotik 5 jari

2 .

Data :

Pasien : Tidak mengalami kecemasan, mengerti tentang ansietas, dapat melakukan teknik relaksasi-distraksi, nafas dalam, dan teknik hipnosis 5 jari.

Keluarga : Mampu membimbing pasien untuk melakukan teknik relaksasi-distraksi, nafas dalam, dan teknik hipnosis 5 jari, mampu memberikan motivasi kepada pasien.

3 .

Diagnosa Keperawatan : Ansietas 4

.

Tindakan Keperawatan :

Pasien : BHSP, mengkaji kemampuan pasien tentang ansietas, memberikan informasi tentang ansietas, melatih melakukan teknik relaksasi-distraksi, nafas dalam, dan teknik hipnosis 5 jari untuk mengurangi ansietas.

Keluarga : membimbing keluarga untuk melakukan teknik relaksasi-distraksi, nafas dalam, dan teknik hipnosis 5 jari.

5 .

Rencana tindak lanjut Pasien :

Topik : Penilaian kemampuan mengatasi ansietas Waktu : Besok, pukul 10.00

(27)

3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.

4. Nilai kemampuan merawat pasien. 5. Nilai kemampuan keluarga

melakukan kontrol pada ansietas

Evaluasi SP No

.

Tgl Kemampun SP 1 P M B TB

1. Membina hubungan saling percaya

2. Mengenal ansietas

( tanda,gejala, penyebab dan akibat)

3. Melakukan teknik

pengalihan situasi/ distraksi 4. Latihan melakukan teknik

pengalihan situasi/distraksi No

.

Tgl Kemampun SP II P M B TB

1. Evaluasi kemampuan pasien mengenal ansietas

2. Evaluasi kemampuan distraksi

(28)

4. Latihan relaksasi nafas dalam No

.

Tgl Kemampun SP III P M B TB

1. Evaluasi kemampuan pasien mengenal masalah 2. Evaluasi kemampuan

distraksi dan relaksasi nafas dalam

3. Latihan pasien untuk relaksasi otot

4. Latihan relaksasi otot 5. Atur posisi senyaman

mungkin, santai

6. Konsentrasi thd gerakan otot seluruh tubuh 7. Latihan otot wajah 8. Latihan otot leher 9. Latihan otot punggung 10. Latihan otot perut 11. Latihan otot panggul 12. Latihan otot tangan dan

kaki No

.

(29)

mengenal ansietas

2. Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot

3. Memahami hipnotik lima jari 4. Latihan hipnotik 5 jari 5. Latih sampai membudaya 6. Mampuan mengatasi anxietas 7. Nilai apakah anxietas teratasi

(30)

SP (STRATEGI PELAKSANAAN)

Masalah : Ansietas Pertemuan :

A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien

Hasil Wawancara: Klien mengatakan khawatir bahwa setelah operasi matanya malah tidak bisa melihat sama sekali. Mengeluh jantung berderbar-debar, susahtidur, mulut kering, gelisah,tangan berkeringat dingin, fokus perhatian hanya pada setelah operasi, ransang luar tidak mampu diterima, dan lapangan pesepsi menyempit.

Hasil Observasi: Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit, perubahan tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah naik), tampak sering nafas pendek, gerakan tersentak – sentak, meremas- remas tangan dan tampak bicara banyak dan lebih cepat.

2. Diagnosis Cemas 3. Tujuan

a. Klien dapat mengenal ancietas.

b. Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi.

c. Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untukmengatasi ancietas.

(31)

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya. b. Kaji kebutuhan rasa aman klien. c. Sediakan waktu untuk ekspress feeling. d. Latihan Teknik Relaksasi dan reduksi Stress.

e. Membuat rencana latihan Teknik Relaksasi dan reduksi stress.

f. Mempraktikkan teknik relaksasi dan reduksi stress dalam kehidupan sehari-hari

B. STRATEGI KOMUNIKASI DAN PELAKSANAAN Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan pada Pasien Tindakan Keperawatan pada Keluarga Ansietas SP I P Identifikasi stressor cemas. Identifikasi koping maladaptif dan akibatnya.

Bantu perluas lapang persepsi.

Konfrontasi positif (jika perlu). SP I K  Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien  Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas

sedang yang

dialami pasien

beserta proses

terjadinya.

(32)

cara-nafas dalam. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan. cara merawat pasien cemas. SP II P

Validasi masalah dan latihan sebelumnya. Latih koping: beraktivitas. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan. SP II K  Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien cemas sedang.  Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien cemas sedang. SP III P

Validasi masalah dan latihan sebelumnya. Latih koping: olah

raga. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan. SP III K  Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat  Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga

(33)

SP I: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal ansietas, dan

membantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas Fase Orientasi:

“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya D, panggil saya D, saya perawat yang akan merawat bapak dan datang kerumah bapak seminggu dua kali, yaitu hari rabu dan Sabtu jam 10.00 pagi. “Nama bapak siapa, suka dipanggial apa?”

“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh, jadi bapak merasa tidak nyaman?”, “Baiklah pak, kita akan berbincang-bincang tentang perasaan yang bapak rasakan. “Berapa lama kita bincang-bincang? “Bagaimana kalau 20 menit”.”Dimana tempatnya pak? Bagaimana kalau disini saja?”

Fase Kerja:

“Apa yang bapak rasakan?, “Bagaimana perasaan itu bisa muncul?”. “Apa yang bapak

lakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?”. “Oh, jadi bapak mondar-mandir dan banyak

bicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu muncul”.”Ada peristiwa apa sebelum

ansietas itu muncul? “Atau adakah hal-hal yang bapak pikirkan sebelumnya?” “Jadi bapak

akan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum bisa bapak selesaikan. Bisa kita

diskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak tidak selesai? Oh, jadi bapak merasa beban

kerja yang diberikan diluar kesanggupan bapak untuk menyelesaikannya. . “Apakah

sebelumnya bapak pernah mendapatkan beban kerja yang tinggi pula? Apakah bapak bisa

menyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah, baik sekali, berarti dulu bapak mampu

(34)

waktu dulu?”. Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?”, “Coba bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak cemas?” apa perubahan yang bapak rasakan dengan kondisi kecemasan,”. “Dua hari lagi saya akan datang untuk mengajarkan latihan relaksasi, jam 10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang saya pamit dulu Assalamualaikum Wr Wb.”

SP 2: Mengontrol Kecemasan Dengan Relaksasi Nafas Dalam Fase Orientasi:

“Assalamualaikum Pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini?’ Apakah bapak sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan Bapak?’, “Sesuai janji kita dua hari yang lalu, hari ini saya datang kembali untuk mendiskusikan tentang latihan relaksasi dengan tehnik tarik napas dalam.” Berapa lama kita akan berlatih pak? “Bagaimana jika 20 menit?” Dimana kita diskusi? “Bagaimana jika di halaman samping?”

Fase Kerja:

Pak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya seluruh badan bapak tegang, baik fikiran maupun fisik, Nah, latihan relaksasi ini bermanfaat untuk membuat fisik bapak relak atau santai. Dalam latihan ini bapak harus memusatkan pikiran dan perhatian bapak pada pernapasan, gerakan mengembang dan mengempisnya otot dada bapak saat bernapas . Bisa kita mulai pak?” Sekarang bapak silahkan duduk tegap seperti saya. Pertama-tama: bapak tarik napas perlahan-lahan, dalam hitungan satu, bapak pikirkan bahwa adara memasuki bagian bawah paru-paru bapak, pada hitungan dua

(35)

dan pada hitungan tiga bapak bayangkan seluruh paru-paru bapak sudah terisi dengan udara, setelah itu tahan napas dalam hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang bapak lihat saya mempraktekkanya. “Sekarang coba bapak praktekkan! “Wah, bagus sekali bapak sudah mampu melakukannya. “ Bapak bisa latih kembali relaksasi nafas dalam.

Fase teminasi:

“bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik napas dalam ini?” Coba bapak ulangi satu kali lagi”” Bagus sekali.” Setiap kali bapak mulai merasa cemas, bapak bisa langsung praktekkan cara ini. “Lusa saya akan datang lagi untuk mengajarkan latihan yang lain yaitu dengan mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot bapak. Seperti biasa pak Jam 10.00 WIB.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall.2006.buku saku diagnosa keperawatan.Jakarta:EGC

Nanda Internasional.2010.diagnosa keperawatan.Jakarta:EGC

Nursalam.2011.konsep dan penerapan metodologi penelitihan ilmu keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Prabowo,Eko.2014.buku ajar keperawatan jiwa.Yogyakarta:Nuha Medika

Keliat,budi anna.2010.model praktik keperawatan profesional jiwa.Jakarta:EGC

Gambar

Gambar rentang respon ansietas
Tabel Kecemasan depression anxiety stress scale (DASS)

Referensi

Dokumen terkait

Kambing tergolong ke dalam family Bovidae, sub ordo Ruminantia, ordo Artiodactyla dan genus Capra (French, 1970). Kriteria kambing berdasarkan ciri-ciri morfologi,

[r]

belanja modal.. pendapatan umum daerah dengan belanja pegawai aparatur sipil negara. Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016 memiliki kemampuan keuangan daerah. sebesar

hedden Curriculum juga dapat mempengaruhi gaya belajar atau tujuan yang tidak dideskripsikan tetapi pencapaiannya dapat dilaksanakan oleh guru pada waktu

Peralatan yang dipergunakan meliputi: perangkat lunak (software) MS Excel, Crop Water Balance Evapotranspiration (CWB-ETO) yang dikeluarkan oleh CIRAD Perancis tahun 2001,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ yang lain melalui

Sampel yang diambil menggunakan teknik random sampling dan hasil pengujian kepatuhan terhadap 60 sampel kartu gudang tidak ditemukan adanya penyimpangan terhadap atribut yang