PARTISIPASI PUBLIK DALAM
PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK
Oleh
Dr. H. Mahi M. Hikmat,M.Si
.
mmhikmat@yahoo.co.id
Perpektif Kebijakan
• Kebijakan publik
adalah kebijakan-kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat
kebijakan
untuk
mencapai
tujuan-tujuan
tertentu di masyarakat di mana dalam
penyusunannya melalui berbagai tahapan.
PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK ?
1.ISU MASALAH
PUBLIK
2.PERUMUSAN
KEBIJAKANPUBLIK
3.PENERAPAN
KEBIJAKAN PUBLIK
4. EVALUASI KEBIJAKAN
PUBLIK
PUSANEV_BPHN
PERPEKTIF PARTISIPASI
• Partisipasi
adalah proses anggota masyarakat
sebagai individu maupun kelompok sosial dan
organisasi,
mengambil
peran
serta
ikut
mempengaruhi
proses
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pemantauan
kebijakan-kebijakan
yang
langsung
mempengaruhi
kehidupan mereka.
4
PARTISIPASI SEBAGAI
HAK KONSTITUSIONAL
UUD 1945
• Pasal 1
(2)
Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang;
Mohammad Hatta
sebagai Wakil Presiden pertama RI
demokrasi sebagai
sebuah
pergeseran dan
pergantian
kedaulatan raja
menjadi
kedaulatan
rakyat .
PUSANEV_BPHN
ABRAHAM LINCOLN
(presiden Amerika ke-16)
Demokrasi
adalah
pemerintahan
dari rakyat ,
oleh rakyat ,
dan untuk
rakyat .
PUSANEV_BPHN
PARTISIPASI=DEMOKRASI
Public Participation
• Bukan
Sekedar Hak,
tetapi
Kewajiban
• Dalam proses pembangunan tidak
boleh ada satu pun warga negara
yang boleh puas hanya berperan
selalu “penonton” pasif dan pasrah
terhadap keadaan, tetapi harus turut
aktif
menjadi
“pemain”
yang
bertanggung jawab sesuai dengan
kapasitas dan proporsinya.
Awy,2011
UUD 1945
• Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan Undang-undang.
• Pasal 28 E
(3)
Setiap
orang
berhak
atas
kebebasan
berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
• Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
IMPLEMENTASI PARTISIPASI
Dilakukan Secara
Langsung
(Diperintahkan
Langsung oleh UUD 1945)
Dilakukan Secara
Tidak Langsung
/ Perwakilan
(Dilakukan oleh Pemerintah & DPR/DPRD):
Kebijakan Publik
Disertakan Langsung
(Ikutserta dalam
Kebijakan Publik) : Substansi UU Menyertakan
Partisipasi
PUSANEV_BPHN
DILAKUKAN LANGSUNG
• Memilih
Presiden
(Pasal 6A,UUD 1945)
• Memilih Anggota
DPR
(Pasal 19,UUD 1945)
• Memilih Anggota
DPD
(Pasal 22C, UUD 1945)
• Memilih Anggota
DPRD
(Pasal 18, UUD 1945)
• Memilih
Kepala Daerah
(Pasal 18, UUD 1945)
Masalah
1. Tingginya
Golput
(Rata-rata 32%- 41,5%)
2. Pragmatisme
Pemilih
(Money Politics)
3. Tingginya Angka
Sengketa
Pemilu
4. Pemimpin
Tidak Sesuai
Harapan Rakyat
5. Kebijakan Tidak
Berpihak
DILAKUKAN SECARA TIDAK LANGSUNG
Sejumlah Pasal dalam UUD 1945
• ….
diatur
dalam Undang-Undang
• ….
mendapat persetujuan
DPR/DPRD
• ….
persetujuan bersama
DPR dan Pemerintah
Masalah
• Tidak Semua Pasal Dapat Dilaksanakan (Perbedaan
Kenyataan dengan Bayangan Pembuat UU)
1. UU Penyiaran : Pasal 6 Ayat (3)
• Dalam sistem penyiaran dibentuk stasiun jaringan &
stasiun lokal;
2. UU ITE Pasal 18 ayat (4)
• Forum
pengadilan,
arbitrase,
atau
lembaga
penyelesaian sengketa alternatif
3. UU KIP Pasal 38 & Pasal 60
• Kewenangan Mediasi dan Ajudikasi
• Komisi Informasi provinsi harus sudah dibentuk paling
lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkannya UU KIP.
Masalah
• Sebagian Pasal Berdampak Negatif (Pembuat
Tidak Tahu Arena Kepentingan )
1. UU Penyiaran Pasal 21 (2) & Pasal 37
• Lembaga Penyiaran Komunitas diselenggarakan
tidak mencari laba atau keuntungan
• Bahasa pengantar program siaran harus Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2. UU KIP Pasal 51-56
• Pemidanaan UU KIP
Masalah
• Sebagian Pasal Tidak Sesuai Kebutuhan
(Tidak Dilibatkannya Lembaga Pelaksana UU)
1. UU Penyiaran Pasal Pasal 34
• Izin
penyelenggaraan
penyiaran
dilarang
dipindahtangankan kepada pihak lain.
2. UU KIP Pasal 18 ayat (3) & 4
• Dalam hal kepentingan pemeriksaan perkara pidana di
pengadilan, Kapolri, Jaksa Agung, Ketua MA, Ketua
KPKi, dan/atau Pimpinan Lembaga Negara Penegak
Hukum dapat membuka informasi yang dikecualikan
dengan cara mengajukan permintaan izin kepada
Presiden.
Masalah
• UU Produk Politik & Kompromistik :
1. Kekosongan Hukum :
Pengaturan Kewenangan KPI-Dewan Pers-LSF. Hukum Cara KPI
1. Kontradiktif
UU Pers Pasal 4: (2)
Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,
pembredelan atau pelarangan penyiaran.
1. Tafsir Ganda
UU Penyiaran Pasal 31 ayat (3)
Lembaga Penyiaran Swasta dapat menyelenggarakan siaran
melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah
terbatas.
Masalah Lainnya
• Pembentukan UU Masih
Konservatif
• Keterlibatan Rakyat
Rendah
• Dominasi
Kepentingan Lembaga Negara
• Cenderung Perwujudan
Visi & Misi Penguasa
DISERTAKAN LANGSUNG
• Sejumlah UU Menyuratkan
Kesertaan Rakyat
dalam Pengambilan Kebijakan Publik :
Mendukung Partisipasi Publik
• Sejumlah UU
Tidak Menyuratkan Kesertaan
Rakyat
dalam Pengambilan Kebijakan Publik :
Kurang Mendukung Partisipasi Publik
UU Menyuratkan Partisipasi
• UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN • UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 – 2025
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA • UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN
UNTUK KEPENTINGAN UMUM
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM • UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK • UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
Pasal Partisipasi
• UU Pers No. 40 Tahun 1999
• Pasal 17
• 1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk
mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak
memperoleh informasi yang diperlukan.
• Kegiatan dapat berupa:
a. memantau
dan
melaporkan
analisis
mengenai
pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan teknis
pemberitahuan yang dilakukan oleh pers;
b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers
dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas
pers nasional
Pasal Partisipasi
UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002
• Pasal 52
1) Setiap
warga
negara
Indonesia
memiliki
hak,
kewajiban, dan tanggung jawab dalam berperan serta
mengembangkan
penyelenggaraan
penyiaran
nasional
.
2) Organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat,
perguruan tinggi, dan kalangan pendidikan, dapat
mengembangkan
kegiatan
literasi
dan/atau
pemantauan Lembaga Penyiaran.
3) Masyarakat dapat mengajukan
keberatan terhadap
program dan/atau isi siaran
yang merugikan.
Pasal Partisipasi
UU ITE No. 11 Tahun 2011
• Pasal 41
1) Masyarakat
dapat
berperan
meningkatkan
pemanfaatan
Teknologi
Informasi
melalui
penggunaan
dan
Penyelenggaraan
Sistem
Elektronik dan Transaksi Elektronik sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang.
2) Peran masyarakat dapat diselenggarakan melalui
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat.
3) Lembaga dapat memiliki fungsi konsultasi dan
mediasi.
• Pasal 3 UU KIP
• Tujuan
• b. mendorong partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan kebijakan publik;
• c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pengambilan kebijakan publik dan
Kondisi Faktual
Masyarakat tidak tahu hak partisipasi;
Masyarakat tahu hak partisipasi, tetapi tidak tahu cara
penggunaannya;
Masyarakat
tahu
hak
partisipasi,
tahu
cara
penggunaannya, tetapi tidak punya kemampuan;
Masyarakat tahu partisipasi, tahu cara penggunaannya,
memiliki kemampuan, tetapi trauma;
Masyarakat tahu partisipasi, tahu cara penggunaannya,
memiliki kemampuan, tidak trauma, tetapi berhadapan
dengan sistem yang buruk.
PUSANEV_BPHN
AKIBATNYA
1. Perumusan kebijakan publik tidak akan memenuhi
hak-hak rakyat secara menyeluruh
2. Kebijakan publik bisa jadi tidak sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat
3. Kebijakan publik tidak sejalan, bahkan
bertentangan dengan nilai-nilai budaya
masyarakat
Kekuatan dan Kelemahan
Perencanaan Partisipatif
Kekuatan (Adams, 2004; Layzer, 2002) :
• Berperan memelihara sistem demokrasi lokal
• Menunjukkan dukungan
• Mengkritisi isu kebijakan
• Menyusun agenda kebijakan
• Menunda pengesahan/pemberlakuan suatu kebijakan
• Mengembangkan jaringan antar dan antara warga dengan pejabat terpilih
• Menghasilkan solusi lestari dan peduli lingkungan
Kelemahan (Irvin & Stansbury, 2004) :
• Pemborosan sumber daya dalam pembuatan kebijakan (dalam masyarakat
kurang ideal)
• Tidak efektif sebagai persuasi rasional (dalam kondisi tertentu)
• Tergantung karakter/sifat stakeholders
PUSANEV_BPHN
PILAR PARTISIPASI
• Access to Information
1. Hak rakyat utk memperoleh informasi
2. Kewajiban pejabat publik utk menyediakan
informasi
• Public Participation in decision making
(pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan,
pengawasan, evaluasi, penerimaan manfaat)
• Access to Justice
(sistem hukum)
The Aarthus Convention PBB,1998
ACCESS TON INFORMATION=TRANSPARANSI
• Efektivitas
Kontrol
terhadap Perumus
Kebijakan;
• Berfungsinya Sistem
checks and balances;
• Mengurangi
Korupsi;
• Efektivitas
Layanan Publik.
Kristiansen,2006