RESPONS PETANI TERHADAP BUDIDAYA KEDELAI
SISTEM LORONG
Subagiyo dan Sutardi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
Jl. Stadion Maguwoharjo, No. 22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk menganalisis respons petani terhadap budidaya sistem lorong (alley croping) dalam meningkatkan produktivitas kedelai di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2012 pada kelompok tani Ngudi Raharjo Dusun Sendowo Lor, Kedungkeris, Nglipar, Gunungkidul. Metode yang digunakan yaitu partisipasitif on farm research, sedangkan analisis dilakukan se-cara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons petani terhadap budidaya kedelai sistem lorong sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai PSK (pengetahuan, sikap dan keteram-pilan) yang tinggi yaitu pengetahuan 3,36, sikap 3,00 dan keterampilan 2,78. Secara umum petani responsif terhadap budidaya kedelai sistem lorong.
Kata kunci: respons, petani, budidaya, kedelai, sistem lorong.
ABSTRACT
The response of farmers to the alley croping cultivation. The study aims to analyze the response of farmers to the cultivation of the hall system (alley croping) in improving the productivity of soybean in Gunungkidul, Yogyakarta. The experiment was conducted in June until September 2012 at the farmer group Ngudi Raharjo Sendowo Lor village, Kedungkeris, Nglipar Gunungkidul. The method used is partisipasitif on-farm research, while analysis was done descriptively. The results showed that the response of farmers to soybean cultivation system is very good. This is indicated by the value PSK (knowledge, attitudes and skills) are as high as 3.36 knowledge, attitudes, and skills of 3.00 to 2.78. In general, farmers are responsive to soybean alley croping.
Keywords: response, farmers, farming, soybean, alley cropping system
PENDAHULUAN
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu sentra produksi kedelai di Daerah Isti-mewa Yogyakarta (DIY). Teknologi budidaya kedelai telah digunakan dan berkembang pada musim hujan dan musim kemarau, namun hasilnya masih rendah, berkisar antara 0,8–1,2 t/ha, dengan luas panen >16.000–28.000 ha/tahun, sehingga hanya mampu memenuhi sekitar 60% kebutuhan kedelai di DIY (BPS Provinsi DIY 2006).
Budidaya kedelai sistem lorong merupakan budidaya kedelai dengan mengintegrasikan tanaman legume dengan tujuan pengelolaan secara bersamaan yaitu produksi dan konser-vasi, sehingga karakter pola lorong ini adalah jarak baris tanam rapat pada pematang (teras) legume antarlorong satu dengan lorong yang lainnya lebih pendek dibandingkan dengan pola pohon pembatas. Hal ini terjadi karena pola lorong dipilih untuk lokasi yang mempunyai ragam kelerengan (tidak datar) dan pematang yang belum dimanfaatkan.
suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong (alley) di antara barisan tana-man pagar. Pangkasan dari tanatana-man pagar digunakan sebagai mulsa yang diharapkan dapat menyumbangkan hara terutama nitrogen dan hasil pangkasannya dapat dimanfaat-kan juga sebagai padimanfaat-kan ternak. Tanaman yang digunadimanfaat-kan untuk tanaman pagar antara lain adalah lamtoro (Leucaena leucocephala), gliricidia (Gliricidia sepium), kaliandra (Caliandra calothyrsus) atau flemingia (Flemingia congesta).
Sistem budidaya ini belum banyak dikenal di masyarakat khususnya di Dusun Sen-dowo Lor, Kedung Keris, dan Nglipar, sehingga permasalahan ini memerlukan solusi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan introduksi budidaya tanaman kedelai sistem lorong sekaligus untuk memperkenalkan kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan produktivitas kedelai. Untuk mengetahui respons petani terhadap introduksi budidaya kedelai sistem lorong, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons petani terhadap budidaya sistem lorong (alley croping) untuk meningkatkan produktivitas kedelai di kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode partisipatif on farms research, dengan lokasi penelitian dusun Sendowo Lor, Kedungkeris Nglipar Gunungkidul pada bulan Juni sampai September 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapang melalui wawancara terstruktur. Data yang terkumpul selanjutnya dita-bulasi dan dilakukan analisis secara deskriptif. Responden ditentukan secara purposif yaitu petani yang melakukan kegiatan budidaya kedelai sistem lorong yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Raharjo berjumlah 20 orang.
Untuk mengetahui respons petani terhadap kegiatan budidaya kedelai sistem lorong, maka pendekatan yang digunakan adalah perubahan sikap, pengetahuan dan keteram-pilan petani. Pengetahuan diukur dengan 14 aspek yaitu: 1) apa yang dimaksud dengan tanaman kedelai jenuh air; 2) apa model sistem tanam pada kedelai yang ditanam; 3) berapa model sistem legowo pada kedelai yang ditanam, 4) berapa varietas kedelai yang ditanam; 5) berapa jarak tanam kedelai yang di tanam; 6) berapa biji benih kedelai setiap lubangya; 7) berapa kali tanaman kedelai diairi; 8) berapa banyak tanaman kedelai dipupuk; 9) bagaimana posisi tanaman kedelai terhadap garis kontur; 10) bagaimana mengendalikan hama penyakit pada tanaman kedelai; 11) bagaimana mengendalikan gulma; 12) di mana menanam tanaman lorong; 13) berapa jenis tanaman lorong yang ditanam; 14) apa manfaat tanaman lorong. Sedangkan keterampilan diukur dengan delapan pertanyaan yaitu: 1) genangan air dalam parit; 2) sistem legowo 2 : 1; 3) benih unggul; 4) jarak tanam; 5) sistem legowo; 6) tanam jenuh air; 7) tanaman lorong; dan 8) memanfaatkan tanaman lorong. Untuk mengetahui respons petani terhadap budidaya kedelai sistem lorong dilakukan analisis terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan kete-rampilan petani.
Untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan menggunakan pengkla-sifikasian (Sugiyono 2002) sebagai berikut:
skor tertinggi – skor terendah Interval =
Dari nilai tersebut, selanjutnya interval dari masing-masing kategori jawaban dapat ditentukan dengan nilai skor seperti dalam Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan kategori jawaban responden.
No Interval skor klasifikasi Klasisifikasi 1 2 3 4 5 1,00 – 1,80 1,81 – 2,61 2,63 – 3,42 3,43 – 4,23 4,24 – 5,00 sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi Sumber: Sugiyono 2002.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Petani peserta dalam kegiatan ini adalah petani yang ikut dalam kegiatan budidaya kedelai sistem lorong berjumlah 20 orang yang tergabung dalam kelompok tani “Ngudi Raharjo” Dusun Sendowo Lor, Desa Kedung Keris, Kecamatan Nglipar. Identitas petani berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan, dan luas pemilikan lahan disajikan pada Gambar 1.
Umur berpengaruh langsung terhadap kemampuan fisik dan respons petani terhadap inovasi baru. Petani berumur muda relatif lebih baik kekuatan fisiknya dibandingkan dengan petani yang berusia lanjut (Hernanto 1979). Umur petani peserta kegiatan lebih didominasi (60%) oleh kelompok umur tidak produktif >60 tahun, sedangkan kelompok umur produktif sebesar 5% pada kisaran umur 31–40 tahun, 20% dalam kelompok umur 41–50 tahun, dan 15% umur 51–60 tahun. Pendidikan mempengaruhi pola pikir dan tindakan petani dalam mengelola usahataninya, semakin luas pengetahuan dan tingkat pendidikan petani, semakin baik dalam mengelola usahataninya. Pendidikan petani seba-nyak 50% petani berpendidikan SD, berpendidikan SMP 20%, berpendidikan SMA 20%, dan 10% berpendidikan diploma. Kondisi ini memberi gambaran bahwa tingkat pendi-dikan petani umumnya masih rendah. Luas pemilikan lahan dalam kategori sempit di bawah 1000 m2 sebesar20%, antara 1000–2000 m2 sebesar 35%, antara 2000–3000 m2
sebesar 10%, antara 3000–4000 m2 10%, dan diatas 4000 m2 sebesar 25%.
Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa, sebagian besar petani pada kategori kelom-pok umur tidak produktif (60%), tingkat pendidikan mayoritas responden adalah SD dan luas pemilikan lahan <1000–2000 m2 55% lebih dari separo responden mempunyai lahan
Gambar 1. Sebaran petani berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan, dan luas pemilikan lahan.
terhadap budidaya kedelai sistem lorong yang ditunjukkan dengan tiga pendekatan yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap adalah sebagai berikut:
Pengetahuan petani tentang budidaya kedelai sistem lorong
Berdasarkan analisis data terhadap penilaian 20 responden yang melaksanakan kegiat-an budidaya kedelai sistem lorong, aspek pengetahukegiat-an diperoleh nilai pada Gambar 2.
Tingkat pengetahuan petani terhadap pengenalan budidaya kedelai sistem lorong tergolong sedang (3,1– 3,9). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan petani dalam budidaya kedelai sistem lorong cukup baik dengan nilai rata-rata 3,63 dalam klasifikasi sedang. Dari 14 item pertanyaan terdapat dua item (dosis pupuk dan jenis tana-man lorong) yang dalam kategori sedang, sehingga diperlukan perhatian secara terus menerus dan lebih serius, karena kedua item tersebut merupakan bagian komponen pen-ting dalam meningkatkan produktivitas kedelai.
Gambar 2. Tingkat pengetahuan petani.
Sikap petani terhadap budidaya kedelai sistem lorong
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap suatu obyek yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada obyek tersebut (Berkowitz 1972 dalam Saifuddin Aswar 2002). Sikap petani budidaya kedelai sistem lorong ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Sikap petani terhadap budidaya kedelai sistem lorong
Sikap petani terhadap budidaya kedelai sistem lorong baik dari aspek kognitif, afektif, dan konatif, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata sedang (3,00). Sikap yang positif petani ini menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan budidaya kedelai sistem lorong di lapang.
Keterampilan
Keterampilan petani diukur dengan 8 aspek yaitu genangan air dalam parit, sistem legowo 2:1, benih unggul, jarak tanam, sistem logowo, tanaman jenuh air, tanaman lorong, dan manfaat tanaman lorong. Berdasarkan hasil analisis terhadap keterampilan petani menunjukkan bahwa secara umum petani telah terampil, hal ini ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4. Keterampilan petani dalam budidaya kedelai sistem lorong
Hasil analisis menunjukkan bahwa keterampilan petani dalam budidaya kedelai sistem lorong dalam klasifikasi sedang yaitu dengan nilai rata-rata 2,78. Hal ini bisa dimaklumi
terampil dalam pelaksanaan sehingga budidaya kedelai sistem lorong dapat dilaksanakan dengan baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap (PKS) secara umum respons petani terhadap budidaya kedelai sistem lorong di Kabupaten Gunungkidul dapat dikatakan bahwa petani merespons dengan positif, yang ditunjukkan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap pada klasifikasi sedang. Pembinaan terus dilakukan secara lebih komprehensif dari berbagai pihak untuk mening-katkan pengetahuan keterampilan dan sikap petani.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi D.I. Yogyakarta. 2006. Yogyakarta Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Yogyakarta.
Hernanto. F. 1979. Petani Kecil, Potensi dan Tantangan Pembangunan. PT. Ganesia. Jakarta Saifuddin Aswar, 2002. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Pustaka Pelajar. Sugiono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Penerbit CV Alfa Beta, Bandung.
Sutardi, Umi Haryati dan Teguh Prasetyo. 1993. Pengaruh Tanamam Lorong (Alley croping) terhadap pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pangan (Tumpang sari Jagung/Kacang Tanah) serta erosi tanah. Proc Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian P3HTA Das Jratunseluna. Ungaran, Badan Litabang Pertanian, hlm. 34–39.