• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Analisis Situasional Sentul City merupakan kota mandiri yang di dalamnya terdapat kawasan permukiman dan aspek pendukung lainnya dengan total

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.1 Analisis Situasional Sentul City merupakan kota mandiri yang di dalamnya terdapat kawasan permukiman dan aspek pendukung lainnya dengan total"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

IV HASIL

4.1 Analisis Situasional

Sentul City merupakan kota mandiri yang di dalamnya terdapat kawasan permukiman dan aspek pendukung lainnya dengan total luas wilayah mencapai 2.465 ha pada batasan kawasan seluas 3.001,4 ha (Amdal Sentul City 2009), secara geografis terletak pada 06º33’55” - 06º37’45” LS dan 106º50’20” - 106º57”10” BT. Sebelah utara kawasan ini berbatasan dengan Desa Cipambuan dan Desa Kadumangu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadasngampar. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Hambalang dan Desa karang Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ngarak. Sentul City yang diapit oleh beberapa desa dan beberapa wilayah yaitu, Bogor, Jakarta, dan Jonggol ini memudahkan pencapaian ke kawasan tersebut. Akses dari kota Bogor menuju Sentul City dapat ditempuh melalui Tol Bogor Ring Road dan Tol Jagorawi yang juga menjadi akses dari Jakarta, sedangkan akses dari kota Jonggol dapat ditempuh melalui Karang Tengah.

Pembangunan perumahan Sentul City berada di dalam kawasan yang mencakup 2 kecamatan dan 8 desa yaitu Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan Sukaraja terdiri dari Desa Cipambuan, Desa Babakan Madang, Desa Citaringgul, Desa Bojong Koneng, Desa Sumur Batu, Desa Cijayanti, Desa Kadumanggu dan Desa Cadas Ngampar (Tabel 13). Kawasan ini dikelilingi oleh beberapa gunung, yaitu Gunung Pancar, Gunung Paniisan, dan Gunung Salak.

Rencana pengembangan kawasan permukiman Sentul City telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor tahun 1997. Kawasan tersebut yang mulanya berfungsi sebagai lahan budidaya telah diusulkan dan ditetapkan menjadi kawasan permukiman. Masterplan kawasan permukiman Sentul City dapat (Gambar Lampiran 3).

(2)

Tabel 13. Perincian Penggunaan Lahan Masing-Masing Desa untuk Pembangunan Kawasan Sentul City

No Nama Desa/Kecamatan Luas (m²)

Kecamatan Babakan Madang

1 Cipambuan 683.222 2 Babakan Madang 2.035.756 3 Citaringgul 2.923.644 4 Bojong Koneng 10.049.679 5 Sumur Batu 3655.291 6 Cijayanti 3.621.643 7 Kadumanggu 11.424 Kecamatan Sukaraja 1 Cadasngampar 365.871 Total 23.346.530

Sumber: (Sentul City, 2009)

Berdasarkan Rencana Induk Tata Ruang Kawasan Permukiman Sentul City, rencana peruntukkan lahan Sentul City sebagai kota mandiri yang did alamnya mencakup permukiman, pembangunannya direncanakan dengan berbagai macam sarana dan prasarana guna memenuhi kebutuhan penghuni (Tabel 14 dan Tabel 15). Semua fasilitas pada kawasan ini ada yang bersifat memberikan pelayanan pusat kawasan dan pelayanan pusat lingkungan. Pusat kawasan berada di jalan utama sedangkan pusat lingkungan tersebar pada cluster yang ada. Hal ini sesuai dengan proyek yang terbagi atas daerah pusat kawasan dan cluster. Peruntukkan lahan yang efektif yaitu seluas 2.465 ha yang dimanfaatkan untuk permukiman dan fasilitas pendukungnya. Luas lahan yang efektif berada pada kemiringan lereng lebih dari 40% dimanfaatkan untuk konservasi.

Wilayah terbangun dengan proporsi terhadap luas area 2.465 ha yaitu sekitar 29,95 %. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada pasal 29 ayat 2 adalah proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 % dari wilayah kota, maka permukiman Sentul City sudah memenuhi persyaratan tersebut.

(3)

Tabel 14. Rencana Peruntukkan Lahan Efektif

Peruntukan

Areal Komersial Areal non komersial Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi

(%)

Perumahan 1.091,15 44,39 510,20 20,70

Perdagangan, Perkantoran,

Industri Ringan 189,50 7,69 34,30 1,39

Fasilitas khusus komersial 195,30 7,92

Fasilitas khusus non komersial 31,40 1,27

Sarana dan prasarana 410,20 16,64

Total 1.478,95 60,00 986,10 40,00

Sumber: (Sentul City, 2009)

Tabel 15. Rencana Peruntukkan Lahan Terbangun

Peruntukan

Areal Komersial Areal non

komersial Wilayah terbangun Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi (%) Perumahan 382,51 15,52 150,90 6,12 533,41 21,64 Perdagangan, Perkantoran, Industri Ringan 107,43 4,36 13,11 0,53 120,54 4,89 Fasilitas khusus komersial 24,08 0,98 24,08 0,98 Fasilitas khusus non komersial 2,35 0,10 2,35 0,10

Sarana dan prasarana 58,00 2,35 58,00 2,35

Total 514,02 20,85 224,36 9,10 738,38 29,95 Sumber: (Sentul City, 2009)

Kawasan Sentul City dalam perencanaan pembangunannya memiliki konsep utama yaitu Eco City, dalam memperkuat konsep tersebut maka masing-masing aspek berbeda memiliki konsep tersendiri. Konsep dari berbagai aspek tersebut yaitu konsep tata ruang, konsep permukiman, konsep tata hijau, konsep sirkulasi, dan konsep utilitas. Kawasan permukiman Sentul City memiliki konsep tata ruang dengan proporsi hijauan lebih banyak yang dialokasikan tersebar di seluruh wilayah tersebut. Konsep tata ruang ini menunjukkan perencanaan kota mandiri yang terarah dengan segala pendukung didalamnya. Penataan ruang kawasan Sentul City dengan membagi kawasan tersebut menjadi tiga bagian utama yaitu area penerimaan, area koridor, dan area permukiman. Area penerimaan merupakan area dengan jalan utama tanpa kavling di sekitarnya dan aspek pendukung lainnya yang memberikan identitas dari kawasan tersebut.

(4)

Sedangkan Area koridor sebagai penghubung area penerimaan dan area permukiman dengan kondisi topografi yang relatif datar sehingga diberikan penataan lanskap yang dapat menghilangkan kesan menjenuhkan. Di dalam area ini dikembangkan menjadi area umum dengan ditunjang fasilitas-fasilitas umum, seperti sekolah, central bussiness distric, dan lain-lain. Area permukiman merupakan area dengan kondisi topografi yang beragam, sehingga dalam perencanaannya lebih menonjolkan pemandangan di sekitarnya dengan membuka daerah yang memiliki potensi alam yang baik. Antara area koridor dengan area permukiman dipisahkan oleh sebuah pintu gerbang.

Konsep permukiman yang ditawarkan oleh Sentul City ialah hunian yang menyatu dengan alam. Hal ini didukung dengan lokasi dikelilingi alam yang indah sehingga konsep yang diusung semakin kuat. Selain hal tersebut, sarana dan prasarana yang aman dan nyaman menjadi aspek pendukung keberlanjutan permukiman tersebut. Sarana permukiman pada kawasan Sentul City ini dilengkapi dengan fasilitas untuk melayani penghuni maupun penduduk di sekitar kawasan. Fasilitas yang terdapat pada kawasan ini meliputi fasilitas perdagangan seperti Mall, fasilitas untuk perdagangan, perkantoran, dan industri ringan seperti Plaza Amsterdam, Plaza Niaga 1, dan Plaza Niaga 2. Pada permukiman Sentul City ini juga terdapat dua fasilitas khusus yaitu fasilitas khusus “Salable” dan fasilitas khusus “Non-Salable”. Fasilitas khusus “Salable” adalah fasilitas khusus dengan tujuan komersial seperti sekolah Pelita Harapan, fasilitas rekreasi,

Maintenance, Golf Maintenance Building, kantor pengelola, lapangan golf, Golf Club House, fasilitas base ball, pelatihan bola voli, hotel, ecoart park, taman

budaya, helypad, reservoir, WTP, dan Citeureup Water Pump Station. Sedangkan fasilitas khusus “Non- Salable” adalah fasilitas khusus dengan tujuan non-komersial seperti terminal bus internal, Telkom, pospol, fasilitas pemerintahan, danau buatan, pengolahan sampah hijau, dan fasilitas ibadah. Namun ada yang dirasakan kurang oleh penghuni untuk fasilitas yang disediakan oleh pihak Sentul City yaitu tempat pemakaman bagi penghuni dan warga sekitar.

Konsep tata hijau di kawasan Sentul City yaitu menata kawasan tersebut agar menyatu dengan karakter alam di sekitarnya. Kawasan Sentul City ini berada

(5)

di daerah perbukitan yang dikelilingi lereng-lereng gunung yang hijau baik binaan maupun alami. Penyesuaian tanaman pendukung dengan karakter pengunungan banyak diimplementasikan sehingga menguatkan konsep yang ingin ditonjolkan oleh Sentul City. Kawasan permukiman Sentul City pada dasarnya mempertahankan ketinggian permukaan lahan atau karakter perbukitan yang menjadi potensi alam kawasan tersebut. Pembentukan tanah (cut and fill) yang dapat mengubah karakter bentang alam seminimalisir mungkin dihindari. Jalan dan rumah dibangun mengikuti kontur sehingga menghasilkan jalan lingkungan yang berbelok-belok dan rumah di atas jalan (up slope) dan di bawah jalan (down

slope). Permukiman Sentul City berada di daerah perbukitan sehingga view ke

arah Gunung Pancar tidak terhalang oleh penutupan bangunan maupun vegetasi. Jenis tanah di wilayah Sentul City didominasi oleh tanah cadas yang sulit ditanami karena kondisi tanah yang miskin hara. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah biasanya dengan pelapisan jenis tanah lokasi lain yang lebih subur. Vegetasi penyusun tata hijau di wilayah Sentul City memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai pembentuk ruang, pengontrol kebisingan, pengontrol visual, pengarah, estetika, habitat satwa, serta fungsi pendukung lainnya. Berdasarkan fungsi tersebut maka peletakkannya disesuaikan dengan kebutuhan pada tiap lokasi.

Perencanaan tata hijau di kawasan Sentul City ini diatur dengan proporsi 60% dari total wilayah keseluruhan. Proporsi tata hijau yang cukup besar merupakan refleksi konsep awal dari Sentul City, tata hijau tersebut diimplementasikan menyebar di seluruh kawasan. Pada saat ini kondisi hijauan yang berada di kawasan ini sudah mencapai kurang lebih sekitar 40%. Tata hijau pada lanskap jalan mempunyai bentuk-bentuk tanaman vertikal, menjuntai, bulat, dan jenis-jenis palem dipadukan dengan pola penanaman berkelompok. Tanaman sebagai pengontrol kebisingan di tempatkan pada lokasi dekat perkantoran, permukiman, dan bangunan lainnya. Tanaman pengontrol kebisingan diantaranya tanjung (Mimusops elengi), kerai payung (Fellicium decipiens), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), bugenvil (Bougenvillea spectabilis), dan oleander (Nerium oleander).

(6)

Pada jalan lokal 2 dan lokal 3, tanaman lebih banyak difungsikan sebagai pengontrol visual, karena kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan rendah dan intensitas relatif sedikit. Tanaman yang ditampilkan lebih bersifat artistik, misalnya kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), palem merah (Cyrtostachys

lakka), palem sadeng (Livistonia rotundifolia), pohon kamboja (Plumeria acuminate), palem raja (Roystonia regia), palem putri (Veitchia meriilii), dan

sebagainya. Pada taman gerbang, taman intersection, dan taman lingkungan digunakan tanaman berdaun cerah baik ditanam secara individual maupun berkelompok untuk menambah nilai estetika

Jenis tanaman yang ada di jalan utama memiliki beberapa fungsi dasar selain memberikan nilai estetika yaitu meredam suara, menahan angin, dan menyerap polutan, serta tanaman yang tidak membutuhan pemeliharaan intensif. Penataan tanaman menggunakan prinsip-prinsip perancangan yang dapat menghilangkan kesan menjenuhkan. Sedangkan jenis tanaman yang berada di

cluster disesuaikan dengan tema cluster tersebut. Pada cluster bertema Bali

seperti Taman Legian, Taman Udayana, Taman Besakih, Tampak Siring terdapat pohon kamboja dan jenis-jenis pandan yang mencirikan karakter taman Bali. Selain tema, jenis tanah juga mempengaruhi pemilihan tanaman. Karena jenis tanah di Sentul City terkadang sulit ditanami oleh tanaman tertentu, selain itu biaya penggalian tanahnya lebih besar dari biaya tanamannya, sehingga penyesuaian tanaman dengan tanah menjadi hal utama.

Konsep sirkulasi pada kawasan Sentul City secara umum memiliki tiga jenis jalan sebagai berikut:

1. jalan lokal 1 adalah sepanjang jalan utama. Terdiri dari dua tipe sebagai berikut.

a. Jalan lokal dua jalur, masing-masing memiliki lebar 9 m dengan median jalur hijau 12 m dan bahu jalan masing-masing 4 m.

b. Jalan lokal satu jalur dengan dua arah yang berlawan selebar 6 m dengan bahu jalan 4 m.

2. jalan lokal 2 adalah jalan yang menghubungkan antara jalan utama dengan jalan masuk ke lingkungan permukiman. Lebar badan jalan 10 m dengan dua

(7)

arah yang berlawanan tanpa median dan bahu jalan 1,5 m. Namun ada beberapa cluster besar yang memiliki median jalan pada tipe jalan ini. Batas jalan antara kolektor dan jalan utama ditandai dengan taman gerbang dan taman intersection;

3. jalan lokal 3 adalah jalan yang melintasi setiap cluster di lingkungan permukiman. Lebar jalan 10 m dengan dua arah berlawanan tanpa median dan bahu jalan 1,5 m.

Jalan Lokal 1 (jalan utama) dan Jalan Lokal 2 dihubungkan dengan daerah persimpangan (intersectional) berupa pertigaan jalan, perempatan jalan, bundaran jalan, dan pulau lalu lintas. Adanya persimpangan di setiap pertemuan kedua jalan ini memberikan orientasi kepada pengguna jalan. Persimpangan ditata sesuai aspek fungsional maupun estetika sehingga memberikan rasa aman, menunjukkan identitas, dan menarik perhatian pengguna jalan.

Jalan lokal 2 menghubungkan fasilitas penunjang jalan utama di dalam

cluster dan areal komersial, termasuk jalan akses ke cluster. Jalan lokal 2 ini

dilengkapi dengan sistem utilitas misalnya jaringan air bersih, air limbah, aliran air hujan, sistem penerangan jalan, dan telekomunikasi. Jalan lokal 3 menghubungkan blok antara rumah di dalam satu cluster.

Jalan utama merupakan jalan yang menghubungkan seluruh wilayah permukiman (cluster, areal komersial, fasilitas umum) dan jalan lingkungan yang terdapat dalam cluster atau areal komersial. Jalan yang berada di kawasan Sentul City mengikuti kontur sehingga menghasilkan jalan yang berkelok-kelok. Jalan utama di Sentul City relatif panjang sekitar 6,5 km terbagi menjadi tiga yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan Siliwangi, dan Jalan Bali Raya. Sirkulasi jalan utama dibagi dua jalur untuk menjamin keamanan pengguna jalan, mengingat kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas relatif tinggi sekitar 70 km/jam.

Sistem utilitas pada wilayah Sentul City meliputi jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, dan jaringan drainase. Jaringan listrik menggunakan sistem jaringan bawah tanah dengan tujuan membebaskan pandangan dari kabel-kabel yang terkesan tidak rapi, namun sistem jaringan listrik bawah tanah ini tidak diterapkan di seluruh wilayah dikarenakan biaya yang cukup tinggi. Sedangkan

(8)

jaringan telekomunikasi ditunjang dengan dibangunnya STO Telkom. Jaringan listrik dan telekomunikasi di wilayah ini khusus dikelola oleh Unit Pemeliharaan Infrastruktur dibawah naungan Departemen Pemeliharaan Kota (Town

Maintenance Departement).

Jaringan drainase pada kawasan Sentul City menggunakan sistem jaringan tertutup dan terbuka. Diameter gorong-gorong yang digunakan pada jaringan tertutup adalah 2 m dengan tempat pertemuan saluran gabungan (perpotongan antar saluran) berukuran 2,5m x 2,5 m dan kedalaman sekitar 3 m sesuai topografi lahan. Sistem saluran drainase yang digunakan pada jalan utama yaitu sistem drainase terbuka berupa saluran air di bagian tepi jalan dan bagian tengah median jalan. Jarak antara saluran air di bagian tepi dengan badan jalan ± 1,25 m. Untuk air kotor limbah rumah tangga akan dialirkan oleh jaringan pipa ke suatu bak penampungan (STP) kemudian diolah, disaring, dan diendapkan bakteri guna mematikan bakteri pengganggu dan selanjutnya dialirkan ke sungai. Sebelum masuk ke badan air penerima, air diolah terlebih dahulu di instalasi pengolahan air limbah. Hal ini dilakukan pada sistem drainase yang lengkap.

4.2 Aspek Ekologis

Sentul City merupakan kawasan yang dikelilingi oleh pegunungan dan bukit dengan kontur serta kemiringan lahan telah diberi perlakukan cut and fill. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan perumahan dan fasilitas komersial lainnya, namun banyak juga yang kondisi kontur dan kemiringan lahannya dipertahankan. Kondisi ini menjadi potensi untuk menonjolkan kawasan Sentul City yang mengusung konsep Eco City. Sentul City memiliki kondisi iklim tropis yang menunjang perkembangan berbagai macam vegetasi. Dengan adanya keragaman vegetasi ini dapat menjadi habitat yang baik bagi satwa yang ada di sekitar lingkungan Sentul City. Namun, perkembangan vegetasi tidak hanya difaktori oleh iklim tetapi ditunjang juga dengan kondisi tanah yang baik. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak Sentul City, kondisi tanah di kawasan ini kurang baik karena berbatu hal ini menyulitkan saat penanaman.

(9)

Sehingga untuk jenis tanaman tertentu tidak bisa berkembang dengan baik di kawasan ini.

Kawasan Sentul City dilalui oleh oleh aliran sungai Citeureup dan Cikeas. Sungai ini dimanfaatkan oleh pihak pengelola untuk diolah menjadi air bersih yang disalurkan ke penghuni kawasan tersebut.

4.2.1 Topografi

Sentul City merupakan kawasan dengan kondisi topografi datar hingga bergunung-gunung dan berada pada ketinggian 200 m - 750 m di atas permukaan air laut. Kawasan ini memiliki kemiringan lereng 0% - ≥ 25%, maka pada saat proses pematangan lahan dilakukan grading 30% (17º) guna menjaga stabilitas lereng untuk menghindari longsoran dan beban erosi.

4.2.2 Tanah

Berdasarkan penilaian studi AMDAL yang telah dilakukan oleh pihak Sentul City menunjukkan bahwa kawasan Sentul City tergolong kedalam lima klasifikasi tanah, yaitu Typic Hapludult, Typic Dystropept, Typic Hemipropept,

Oxic Dystropept, dan Aquic Dystropept (Bukit Sentul, 2000). Berikut ini

merupakan penilaian status kesuburan tanah yang berada di permukiman Sentul City (Tabel 16).

Tabel 16. Status Kesuburan Tanah di Permukiman Sentul City

No Klasifikasi KTK KB P₂O₅ Kandungan Organik Status Kesuburan 1 Typic Hapludult S R SR-R S R 2 Typic Dystropept S SR-R SR-R S R 3 Oxic Dystropept R-S SR-R SR-R R-S R 4 Typic Humitropept R SR-R SR-R S-T R 5 Aquic Dystropept S SR-R S S S

Sumber: (Bukit Sentul, 2000)

KTK = Kapasitas Tukar Kation KB = Kejenuhan Basa SR = Sangat Rendah R = Rendah

S = Sedang T = Tinggi

Kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa hal yakni kandungan unsur hara, tindakan pengolahan yang tepat, dan pengembalian bahan organik.

(10)

Kandungan unsur hara ini yang terkait dengan tingkat KTK, KB, dan P₂O₅ yang ada di dalam tanah. Jenis tanah yang berada di Sentul City rata-rata memiliki solum tanah dengan kedalaman < 90 cm, maka pada bagian lapisan atas (olah) dimanfaatkan dengan pengembangan tata hijau karena kandungan bahan organiknya lebih banyak.

4.2.3 Iklim

Berdasarkan data yang diperoleh dari stasiun pengukur iklim Badan Metereologi dan Geofisika Dramaga Bogor, kelembaban rata-rata bulanan periode tahun 2002 hingga 2012 berkisar antara 76,75% - 86,25%. Kelembaban minimum terjadi pada bulan Agustus dan kelembaban maksimum terjadi pada bulan Februari (Tabel 17). Sementara itu, data temperatur menunjukkan suhu rata-rata bulanan periode tahun 2002 hingga 2012 tercatat suhu terendah 24,64 ̊C pada bulan Januari dan suhu tertinggi 26,76 ̊C pada bulan Oktober (Tabel 18).

Curah hujan tahunan rata-rata kawasan Sentul City lebih dari 4000 mm. Rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 175,45 mm/bulan - 474,57 mm/bulan. Bulan basah tertinggi terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Mei dengan jumlah hari hujan rata-rata sebanyak 13 hari/bulan.

Tabel 17 . Kelembaban Udara Kawasan Sentul City

Bulan Tahun

Rata-Rata 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Januari 74,4 79,4 88,3 88,3 86,6 77,9 81,9 88,0 88,0 83,0 86,0 83,80 Februari 86,9 80,8 88,1 87,8 86,9 89,2 90,1 88,0 85,0 79,0 87,0 86,25 Maret 83,9 83,7 82,9 88,3 83,4 84,2 83,8 82,0 86,0 82,0 80,0 83,65 April 83,6 83,8 82,0 83,4 82,0 87,2 83,3 82,0 77,0 84,0 n.a 82,83 Mei 80,5 80,0 83,8 81,5 79,5 82,7 79,7 85,0 84,0 84,0 n.a 82,07 Juni 79,9 78,0 76,9 84,9 77,2 82,0 79,1 81,0 86,0 77,0 n.a 80,20 Juli 82,4 72,4 83,8 82,4 78,4 77,3 73,6 77,0 84,0 80,0 n.a 79,13 Agustus 76,1 73,9 74,2 81,0 70,9 76,3 81,1 75,0 84,0 75,0 n.a 76,75 September 75,1 81,1 82,4 80,8 64,5 76,3 78,6 75,0 84,0 73,0 n.a 77,08 Oktober 72,0 83,1 80,5 82,5 71,8 81,2 80,1 82,0 86,0 75,0 n.a 79,42 November 83,3 85,9 84,8 83,0 81,7 85,6 85,5 81,0 82,0 80,0 n.a 83,28 Desember 84,7 87,7 86,1 84,3 87,3 89,6 86,5 85,0 83,0 84,0 n.a 85,40 Rata-Rata 81,65

n.a: not available

(11)

Tabel 18. Suhu Udara Kawasan Sentul City

n.a: not available

Sumber: (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Dramaga Bogor, 2012) Hasil yang diperoleh dari kelembaban rata-rata dan suhu udara rata-rata menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan dari kawasan Sentul City tergolong nyaman dengan nilai THI sebesar 24,98.

4.2.4 Hidrologi

Permukiman Sentul City merupakan kawasan yang dibangun di daerah yang ketersediaan airnya minim, baik air permukaan maupun air tanahnya. Jenis air di kawasan ini dibagi berdasarkan sumbernya yaitu air sungai, air tanah, dan mata air. Kawasan ini dilewati oleh Sungai Citeureup dan Sungai Cikeas merupakan sungai permanen yang berair sepanjang tahun dan anak-anak sungainya yang berair hanya pada saat musim penghujan. Air tanah yang berada di kawasan ini hanya dalam bentuk air tanah dangkal dengan kedalaman muka air tanah berkisar antara 4 m - 12 m. Potensi air tanah bebas di kawasan ini kecil dan dipengaruhi oleh musim. Mata air merupakan sumber air yang mengalir langsung menjadi aliran permukaan pada sungai-sungai yang ada di kawasan tersebut dengan debit air yang umumnya kecil yaitu kurang lebih sebesar 0,5 liter/detik.

Bulan Tahun

Rata-Rata 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Januari 24,3 24,2 23,4 25,0 25,1 24,3 24,0 25,0 25,3 25,4 25,1 24,64 Februari 24,4 24,6 24,4 25,9 25,1 24,3 25,2 25,1 25,9 25,6 25,6 25,10 Maret 25,9 25,1 26,0 25,6 25,3 25,6 25,2 25,8 26,0 25,7 26,2 25,67 April 26,0 26,3 26,4 26,5 25,7 25,7 26,2 26,2 27,1 25,8 n.a 26,19 Mei 26,2 26,0 26,2 26,7 26,8 26,7 26,6 26,1 26,7 26,1 n.a 26,41 Juni 26,2 26,6 25,7 26,3 26,5 25,9 26,3 26,1 25,9 26,1 n.a 26,16 Juli 25,5 26,2 25,4 26,0 26,7 26,2 26,9 25,8 25,8 25,8 n.a 26,00 Agustus 25,8 27,1 26,3 26,0 26,6 26,7 26,6 26,3 25,8 25,7 n.a 26,29 September 26,4 26,4 26,5 26,1 27,7 26,8 27,0 26,6 25,3 25,1 n.a 26,40 Oktober 28,3 26,1 27,4 26,6 27,7 26,3 27,5 26,0 25,4 26,3 n.a 26,76 November 26,1 25,9 26,4 26,8 27,2 25,8 26,0 26,3 25,9 25,3 n.a 26,17 Desember 26,0 24,9 25,2 25,1 25,6 24,3 25,6 26,1 25,5 26,1 n.a 25,44 Rata-Rata 25,93

(12)

Kebutuhan air bersih untuk operasional permukiman Sentul City dan sarana penunjangnya bersumber dari layanan PDAM Kabupaten Bogor yang didistribusikan melalui reservoir yang berada di Cipambuan, kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan kawasan Sentul City. Selain itu, bersumber dari Sungai Citeureup dan Sungai Cikeas yang berfungsi sebagai cadangan (make

up water), pemasok kebutuhan air di kawasan Sentul City terutama ketika musim

kemarau, dan mengairi danau buatan yang berada di dalam kawasan. Pemanfaatan kedua sungai tersebut oleh pihak Sentul City telah disetujui oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk memanfaatkan air dari sungai-sungai tersebut, dengan dikeluarkannya SIPA (Surat Izin Pengambilan Air). Air yang diperoleh dari kedua sungai tersebut diolah terlebih dahulu pada Instalasi Pengolahan Air Minum di dalam kawasan yakni Water Treatment Plant (WTP) (Gambar 3). Selain dari PDAM dan kedua sungai tersebut, sumber air berasal juga dari tampungan air hujan. Air yang berasal dari ketiga sumber ini ditampung pada waduk (reservoir) dan kolam untuk memenuhi kebutuhan air minum, penyiraman tanaman dan pembersihan jalan, dan dijadikan sebagai sumber air baku (Sentul City, 2009).

Gambar 3. Pengolahan Air Bersih (WTP) 4.2.5 Vegetasi dan Satwa

Vegetasi yang berada di kawasan Sentul City memiliki tipe yang digolongkan menjadi vegetasi binaan dan vegetasi liar. Vegetasi yang berada di kawasan Sentul City memiliki jumlah 32.876 pohon namun yang teridentifikasi hanya 68 spesies. Spesies yang lebih mendominasi yaitu spesies tanaman introduksi dan hanya 27 spesies tanaman asli (Arifin dan Nakagoshi 2011). Tipe vegetasi binaan meliputi vegetasi hutan, vegetasi kebun campuran, vegetasi

(13)

tegalan, dan vegetasi sawah, sedangkan vegetasi liar yaitu vegetasi semak belukar. Tiga vegetasi pertama merupakan bentuk vegetasi yang mendominasi pada musim penghujan, vegetasi sawah mendominasi daerah pinggiran sungai, dan vegetasi semak belukar mendominasi saat musim kemarau (Bukit Sentul, 2000).

Vegetasi hutan berada di topografi yang berbukit terjal, spesifiknya di bagian puncak bukit, umumnya berupa hutan alami dan hutan binaan. Hutan alami di Sentul City didominasi oleh pohon Karet (Hevea brasillensis Willd.Ex. Juss M.A) yang merupakan jenis tanaman asli kawasan tersebut. Sedangkan hutan binaan didominasi oleh pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh) yang mencirikan suasana pegunungan sesuai dengan konsep Sentul City yang ingin menyatu dengan Gunung Pancar.

Vegetasi kebun campuran merupakan bentuk vegetasi yang memberikan karakteristik pada daerah yang dekat dengan permukiman, menyebar di daerah dengan topografi bergelombang sampai berbukit. Vegetasi ini terdiri dari tanaman produksi dan tanaman penghasil bunga. Jenis tanaman produksi diantaranya cengkih (Eugenia aromaticum), bambu (Bambusa sp.), kopi (Coffea Arabica), rambutan (Nephellium lappaceum), dan jahe (Zingiber officinale). Tanaman penghasil buah adalah pohon durian (Durio zibethinus), mangga (Mangivera

indica), kelapa (Coccos nucifera), dan manggis (Garsinia mangostana).

Vegetasi tegalan di kawasan ini diantaranya tanaman budidaya yaitu ketela/singkong (Manihot utilisma) dan pisang (Musa paradisiaca). Sedangkan vegetasi sawah yang terdapat selain padi (Oryza sativa L.) yaitu talas (Colocasia

esculenta), kacang tanah (Arachis hypogeal), dan tanaman budidaya lainnya.

Vegetasi semak belukar yang ada di kawasan ini, yaitu tanaman sulanjana (Hierochloa horsfieldii). Jenis-jenis lainnya terdiri dari harendong bulu (Melastorna malabthricum), seuseurehan (Smilax macrantha), jarong

(Stacytarpheta jamaicensis), sikejut (Mimosa pudica), dan jenis-jenis rumput-rumputan.

Secara umum jenis satwa di kawasan ini cukup beragam mulai dari jenis satwa terrestrial yaitu reptil, amphibi, burung dan mamalia, serta biota akuatik. Satwa yang sering ditemui diantaranya kupu-kupu dan lebah yang ada pada

(14)

tanaman berbunga. Spesies burung yang terdapat pada kawasan ini terdiri dari burung gereja hingga burung madu yang habitatnya di semak belukar. Satwa burung banyak dijumpai di areal penghijauan karena pada area ini terdapat pohon trembesi (Samanea saman) yang sering dijadikan sarangnya. Sedangkan satwa amphibi banyak dijumpai di pinggir sungai, kolam, dan danau. Biota akuatik pada kawasan ini meliputi ikan, plankton (Zooplankton, Phytoplankton) dan makrozoobentos, serta hewan permukaan air lainnya seperti berudu (Bukit Sentul, 2000).

4.2.6 Sirkulasi

Kawasan Sentul City memiliki jalur sirkulasi yang baik sehingga memudahkan aksesibilitas di dalam maupun dari luar kawasan. Akses dari luar kawasan menuju Sentul City dapat ditempuh melalui jalan Tol Jagorawi lalu keluar di Pintu Tol Sentul Selatan. Akses dari kota Bogor menuju Sentul City dapat melalui Tol Bogor Ring Road, sedangkan akses dari kota Jonggol melalui Karang Tengah. Secara umum Sentul City memiliki 3 jenis jalan, yaitu jalan arteri dua jalur, jalan kolektor dan sub kolektor. Jalan utama Sentul City memiliki panjang 6,2 Km dengan badan jalan antara 6-10 m dilapisi hotmix. Jalan arteri Sentul City dibagi menjadi dua, yaitu jalan Thamrin dan Jalan Siliwangi. Sepanjang jalan arteri terdapat komplek-komplek pemukiman yang biasa disebut dengan Cluster. Jalan arteri dan tiap Cluster dihubungkan dengan jalan kolektor. Jalan sub kolektor adalah jalan yang terdapat di lingkungan Cluster yang menghubungkan antar rumah ke rumah.

4.3 Aspek Sosial

Kawasan Sentul City memiliki keunggulan dengan kondisi alam baik di dalam dan di luar lingkungan Sentul City. Hal ini menjadi daya tarik bagi penghuni dalam memilih lokasi tempat tinggal. Penghuni yang tinggal di kawasan permukiman ini didominasi dari luar wilayah Sentul City yang termasuk dalam area Jabodetabek. Mereka memilih permukiman Sentul City untuk ditempati setiap hari atau hanya saat weekend saja. Penghuni membutuhkan permukiman

(15)

yang tidak terlalu jauh dari perkotaan, namun dapat memberikan kenyaman untuk bertempat tinggal. Kawasan permukiman ini yang dikelilingi oleh beberapa wilayah desa terkadang menimbulkan masalah dari aspek sosial, hal ini karena adanya kesenjangan sosial. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut maka dilakukan analisis karakteristik penghuni untuk menunjukkan asal daerah penghuni dan latar belakang menentukan lokasi bermukim. Kemudian analisis persepsi penghuni menunjukkan penilaian terhadap pemeliharaan, fasilitas, dan aksesibilitas di permukiman Sentul City yang telah berlangsung

Kawasan Sentul City mengalami perkembangan yang pesat sejak tahun 1995 dengan adanya pembangunan skala besar untuk berbagai kegiatan. Sentul City sendiri memiliki akses langsung dari jalan tol Jagorawi dan tol Bogor Ring Road sehingga suasana lingkungan industri tidak terasa. Pada kawasan ini juga dibangun sejumlah fasilitas komersial, perkantoran, olahraga dan rekreasi yang berorientasi pada kebutuhan penduduk di sebuah kota. Potensi ekonomi yang berkembang tidak hanya dirasakan di dalam kawasan saja, namun di sekitar Sentul City juga. Hal ini didasari oleh keberadaan Sentul City yang berlokasi di beberapa wilayah desa, sehingga sebagian besar tenaga kerja di Sentul City merupakan penduduk sekitar lokasi. Terserapnya tenaga kerja lokal seoptimal mungkin yang berasal dari penduduk sekitar lokasi kawasan merupakan tujuan awal dari pembangunan kawasan ini. Setidaknya lebih dari 25 % tenaga kerja di kawasan Sentul City merupakan penduduk lokal yang berada di sekitar kawasan. Rekrutmen tenaga keja tersebut disesuaikan dengan spesifikasi keahlian. Selain itu, pemberian peluang usaha sektor informal bagi warga sekitar menjadi kesempatan untuk perkembangan ekonominya. Hal ini bertujuan untuk memberikan manfaat dari keberadaan Sentul City bagi warga sekitar (Sentul City, 2011). Dalam hal ini, analisis kondisi sosial dilakukan untuk menunjukkan situasi sosial yang berlangsung dengan adanya keberadaan Sentul City. Berikut penjelasan analisis lebih terperinci.

4.3.1 Analisis Karakteristik Penghuni

Karakteristik penghuni permukiman Sentul City diperoleh dari penyebaran kuisioner secara acak. Responden yang mengisi ditetapkan sejumlah 30 orang

(16)

terdiri dari 10 orang perempuan dan 20 orang laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 70 % responden merupakan lulusan S1, kemudian disusul dengan lulusan D3 (16,70 %), lulusan S2 (10%), dan SMA (3,33%). Berdasarkan profesi, sebanyak 46,7% responden berprofesi pegawai swasta, disusul oleh wirausahawan (40%), lainnya (3,33%), dan ibu rumah tangga (3,33%). . Berdasarkan daerah asal, sebanyak 90% responden berasal dari daerah di luar Sentul yang masih termasuk ke dalam wilayah Jabodetabek, sedangkan responden yang berasal dari luar Jabodetabek terdapat 10 % (Gambar 4). Berdasarkan alasan memilih permukiman Sentul City, sebanyak 66,7% responden beralasan memilih karena kawasan ini nyaman dan aman dan disusul dengan letak yang strategis serta lainnya masing-masing sebanyak 16,7% (Gambar 5). .

Dari intensitas menghuni, sebanyak 86,7% setiap hari menempati tempat tinggal di permukiman ini dan sebanyak 13,3% responden setiap weekend baru menempati rumah yang berada di Sentul City.

Gambar 4. Karakteristik Penghuni Berdasarkan Asal Daerah

Gambar 5. Karakteristik Penghuni Berdasarkan Alasan bertempat Tinggal 4.3.2 Analisis Persepsi Penghuni

Analisis persepsi ini dibutuhkan untuk mengetahui pendapat penghuni tentang pengelolaan lanskap permukiman Sentul City dan pemenuhan kebutuhan penghuni. Aspek pengelolaan ini meliputi lanskap, kebersihan, fasilitas, keamanan, dan aksesibilitas. Sebanyak 53,33% responden menilai kelengkapan

(17)

fasilitas di permukiman Sentul City ini kurang lengkap, sebanyak 43,33% responden menilai sudah cukup lengkap, dan 3,33% menilai sudah lengkap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelengkapan dari segi fasilitas khususnya untuk kawasan permukiman di dalam kota baru masih kurang terutama fasilitas umum dan fasilitas sosial. Selain itu, moda transportasi umum di dalam kawasan sangat diperlukan oleh penghuni untuk memudahkan beraktivitas.

Persepsi penghuni tentang pengelolaan kawasan permukiman yang mendukung rasa nyaman dalam bertempat tinggal dapat dilihat dari 4 aspek yaitu kebersihan, pemeliharaan lanskap, fasilitas, keamanan, dan aksesibilitas (Gambar 6).

Gambar 6. Persepsi penghuni tentang Kebersihan, Pemeliharaan Lanskap, Fasilitas, Keamanan, dan Aksesibilitas

Gambar 6 menunjukkan bahwa dalam hal kebersihan sebanyak 70% responden menilai cukup baik, 13,33% responden menilai baik, 13,33 % responden juga menilai kurang baik, dan 3,33% responden yang menilai sangat baik. Dalam hal pemeliharaan lanskap, sebanyak 66,7% responden menilai baik, 20% responden yang menilai cukup baik, 10% responden menilai kurang baik, dan 3,33% yang menilai sangat baik. Aspek fasilitas, sebanyak 73,33% yang menilai cukup baik, 20% responden menilai kurang baik, dan 6,7% responden yang menilai baik. Dalam hal keamanan, sebesar 60% responden menilai cukup baik, 16,67% menilai baik, sebesar 13, 33% responden menilai kurang baik, dan sebesar 10% responden menilai baik. Selain itu dalam hal aksesibilitas, sebanyak

(18)

73,33% responden menilai cukup baik, 16,7% responden menilai kurang baik, dan 10% yang menilai baik.

4.3.3 Analisis Kondisi Sosial

Pembangunan Sentul City tentunya memberikan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat di luar lingkungan Sentul City. Kawasan Sentul City memiliki peluang ekonomi cukup besar yang dapat dimanfaatkan juga oleh warga sekitar. Namun, di sisi lain dengan adanya pembangunan kawasan tersebut menggeser lahan pertanian yang pada mulanya merupakan sektor mata pencaharian penduduk sekitar. Kondisi tersebut berdampak terhadap menurunnya nilai ekonomis komoditi pertanian.

Mata pencaharian penduduk sekitar didominasi pada sektor pertanian namun hal tersebut mengalami penurunan, karena adanya perubahan pemanfaatan lahan pertanian menjadi kegiatan non-pertanian (terutama kegiatan properti perumahan) dan akibat menurunnya nilai ekonomis komoditi pertanian. Untuk warga yang dulunya bekerja di sektor pertanian maupun perkebunan sebagian besar direkrut menjadi pekerja di pengelola Sentul City, khususnya di bidang pemeliharaan lanskap. Menghilangnya peluang pekerjaan di sektor pertanian dapat digantikan oleh peluang kerja non-pertanian, apabila dilihat dari jenis pekerjaan penduduk banyak yang merupakan sektor informal seperti buruh serabutan, ojeg sepeda motor, dan buruh bongkar muat. Menghilangnya peluang pekerjaan di sektor pertanian digantikan dengan peluang kerja non-pertanian. Terkadang ketidakmampuan untuk meraih peluang di luar pekerjaan sektor pertanian melahirkan kecenderungan premanisme (Sentul City, 2009).

4.4 Aspek Pengelolaan

Sentul City merupakan sebuah kawasan kota mandiri yang pada mulanya bernama Bukit Sentul, diprakarsai pada tahun 1993 oleh suatu perseroan bernama PT. Bukit Sentul Tbk. PT. Bukit Sentul Tbk memperoleh izin lokasi di Kabupaten Bogor pada tahun 1995 dengan No. 460.2/149/IL-PRW/KPN/1995 pada lahan seluas 2.465 ha untuk peruntukan Pembangunan Perumahan, Perhotelan, Pusat Perdagangan, Kawasan Wisata, serta Fasilitas Pendukung lainnya. PT. Bukit

(19)

Sentul Tbk mengalami perubahan nama menjadi PT. Sentul City Tbk sejak 19 Juli 2006, seiring perubahan nama tersebut maka pembangunan perumahan Bukit Sentul mengalami penyesuaian nama menjadi Sentul City.

PT. Sentul City Tbk bergerak sebagai pengembang perkotaan, dimana kegiatannya mencakup aktivitas pembangunan infrastruktur dengan fasilitas pendukungnya, disertai dengan pengadaan Ruang Terbuka Hijau sebagai bentuk komitmen terhadap salah satu konsepnya yaitu Eco City. Pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan pihak luar atau kontraktor yang mempunyai kredibilitas baik.

Pembangunan yang telah berlangsung di Sentul City tentunya membutuhkan pengelolaan yang baik demi keberlanjutannya. Pengelolaan tersebut dinaungi oleh suatu perseroan bernama PT. Sukaputra Graha Cemerlang (PT. SGC) dan PT. Gunung Geulis Elok Abadi, kedua perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari PT. Sentul City Tbk. PT. Sukaputra Graha Cemerlang didirikan pada tanggal 19 Januari 1996, perusahaan ini bergerak dalam bidang pengelolaan kota seperti lingkungan, listrik, jalan, telekomunikasi, dan fasilitas penunjang lainnya. PT Gunung Geulis Elok Abadi didirikan pada tanggal 03 Maret 1994 dan bergerak dalam pengelolaan bangunan-bangunan komersial distrik.

4.4.1 Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Sukaputera Graha Cemerlang merupakan suatu perseroan yang bergerak dibidang pengelolaan kota mencakup mengelola kota, mengoperasikan, dan memelihara seluruh fasilitas umum di kawasan permukiman Sentul City seperti jalur hijau, taman lingkungan, kebersihan lingkungan dan sampah, jalan, drainase, jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, dan fasilitas pendukung lainnya. PT. Sukaputera Graha Cemerlang terbagi menjadi beberapa departemen antara lain, Departemen Pemasaran dan Pelayanan Konsumen (Marketing and Costumer Service), Departemen Pengelolaan Air (Water

Treatment Plan), Departemen Pemeliharaan Kota, Departemen Penegak Tata

Tertib, dan Departemen Keamanan (Security).

Departemen Pemasaran dan Pelayanan Konsumen bertugas mengurus penagihan Biaya Pengelolaan Lingkungan (BPL), melayani permintaan, dan

(20)

menerima complaint penghuni. Seluruh permintaan dan complaint penghuni diterima dan diinformasikan kepada departemen terkait. Complaint tidak bisa dilakukan oleh penghuni tidak tetap (sifatnya mengontrak). Departemen Pengelolaan Air bertanggung jawab dalam pengolahan dan penyuplaian kebutuhan air penghuni. Departemen Pemeliharaan Kota bertanggung jawab dalam perbaikan infrastruktur, pemeliharaan lanskap, dan kebersihan lingkungan kawasan permukiman. Departemen Penegak Tata Tertib bertanggung jawab dalam mengawasi prosedur yang berlangsung. Departemen Keamanan bertugas dalam menjaga keamanan baik fisik maupun material di lingkungan permukiman Sentul City.

Pemeliharaan lanskap dalam pelaksanaannya merupakan tanggung jawab Unit Lanskap dan Kebersihan di bawah pimpinan Departemen Pemeliharaan Kota. Selain Unit Lanskap dan Kebersihan, Departemen Pemeliharaan Kota juga menaungi dua unit lainnya yaitu Unit Pemeliharaan Infrastruktur dan Unit Pergudangan dan Administrasi. Unit Pemeliharaan Infrastruktur mencakup Unit Pemeliharaan Jalan dan Drainase RTW (maintenance road and drainage RTW) dan Unit Mekanik dan Listrik (mechanical electrical) (Gambar 7). Unit pergudangan dan administrasi ini menangani persediaan peralatan penunjang kegiatan lapang dan mengkoordinir complaint dan request.

Departemen Pemeliharaan Kota ini bertugas mengkoordinasikan pekerjaan unit-unit yang dinaunginya, menjalankan mekanisme kerja pemeliharaan, melaksanakan checklist kerja dan serah terima pekerjaan dari divisi proyek, merencanakan dan mengevaluasi program kerja bulanan pada masing-masing unit, menerima dan memeriksa laporan mingguan hasil kerja setiap unit, mengontrol pekerjaan lapang, mengecek segala fasilitas umum (mencatat segala kerusakan dan kekurangan di lapang), dan sebagainya. Bagian administrasi selain mengkoordinir complaint dan request juga bertugas mengawasi status ekspedisi dokumen departemen ini termasuk diantaranya pembuatan Surat Perintah Kerja (SPK) dan tagihan kontraktor.

Bagian infastruktur memiliki tugas dalam pengawasan, penentuan anggaran, mengatur penjadwalan sampai realisasi untuk kegiatan pemeliharaan fisik dan

(21)

Lanskap

infrastruktur. Pemeliharaan fisik yang dilakukan pada fasilitas sosial dan umum seperti PJU, shelter bus, pos jaga security, lapangan basket, pemeliharaan jalan, dan perbaikan pagar pembatas. Bagian infrastruktur berkoordinasi dengan bagian pergudangan untuk pengadaan material. Bagian pergudangan ini bertanggung jawab dalam administrasi khusus pergudangan, penyimpanan barang, mengontrol persediaan barang, pemesanan barang yang telah diajukan dari masing-masing unit, dan penentuan anggaran untuk pengajuan pembelian barang.

Unit tempat magang

Gambar 7. Bagan Struktur Organisasi Departemen Pemeliharaan Kota Bagian lanskap bertugas melakukan pengawasan sistem kerja dan penentuan anggaran dari kontraktor lanskap, melakukan checklist dua mingguan untuk memantau progress pekerjaan lapang yang dilakukan kontraktor, melakukan pengawasan untuk pengangkutan sampah hijau, menindaklanjuti complaint dan

request terkait dengan lanskap yang kemudian dikoordinasikan dengan pihak

kontraktor untuk teknik pengerjaan dan biayanya, serta melaporkan hasil temuan lapang. Sedangkan untuk bagian kebersihan lingkungan bertanggung jawab dalam pengangkutan sampah rumah tangga, sampah hijau, dan sampah puing.

Kontraktor lanskap memiliki struktur organisasi yang sederhana terdiri dari satu orang direktur, satu orang wakil direktur, satu orang administrasi, satu orang

Pemeliharaan Infrastruktur Lanskap dan Kebersihan Pergudangan Jalan dan Drainase RTW Mekanik dan Listrik Kebersihan Peralatan Pengawas Lapang Operator Pemeliharaan Administrasi Departemen Pemeliharaan Kota

(22)

penjaga gudang, dan empat orang pengawas lapang serta sisanya adalah tenaga kerja harian. Pengawas tersebut dibagi setiap area yang telah ditentukan oleh masing-masing kontraktor.

4.4.2 Pengelolaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada pemeliharaan lanskap ini dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja yang berasal dari PT. Sukaputera Graha Cemerlang (in house) dan tenaga kerja yang berasal dari pihak kontraktor lanskap. Tenaga kerja yang berasal dari PT. Sukaputera Graha Cemerlang terdiri dari bagian lanskap dan koordinator kebersihan yang bertugas mengontrol pekerjaan pemeliharaan di lapang. Bagian lanskap ini terdiri dari koordinator lanskap yang bertanggung jawab atas pekerjaan pemeliharaan lanskap yang berlangsung, pengawas lapang yang bertugas mengontrol pekerjaan di lapang dan melaporkan temuan lapang, dan operator pemeliharaan bertugas melakukan pemeliharaan lanskap berdasarkan

complaint atau request (pangkas rumput), namun selain itu membantu juga

kegiatan pemeliharaan lainnya yang terkadang membutuhkan tenaga kerja. PT. Sukaputera Graha Cemerlang dalam pemeliharaan lanskap memiliki mitra kerja yaitu pihak kontraktor CV. Gelar Jaya, CV. Cipta Anugrah Maulita, dan PT. Makna Prakarsa Utama. Pada mulanya pembentukan kontraktor ini sebagai sebuah lembaga berbadan hukum dibentuk secara sengaja oleh pihak Sentul City, yang sebelumnya tenaga kerja semua dikelola langsung oleh Sentul City. CV. Gelar Jaya hingga saat ini memiliki tenaga kerja sebanyak 87 orang, kontaktor CV. Cipta Anugrah Maulita sebanyak 89 orang, dan kontraktor PT. Makna Prakarsa Utama sebanyak 61 orang (Tabel 17).

Tenaga kerja untuk untuk perawatan meliputi tenaga penyapuan, tenaga pangkas semak, tenaga pengendalian hama dan penyakit, tenaga penyiangan, tenaga pemupukan, tenaga pangkas pohon, dan tenaga penyetikan berm. Pembagian tenaga kerja perawatan dalam melakukan pekerjaan pemeliharaannya tidak hanya memegang satu pekerjaan. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang mengalami pengurangan di tahun sebelumnya. Selain itu ada pekerjaan pemeliharaan yang bersifat insidental sehingga tenaga kerja yang menangani pemeliharan tersebut biasanya diambil dari tenaga kerja pemeliharaan rutin.

(23)

Misalnya, ketika ada penyemprotan hama maka sementara menggunakan tenaga kerja penyapuan atau penyiangan.

Tabel 17. Jumlah Tenaga Kerja dari Masing-Masing Kontraktor

Tugas Pemeliharaan Jumlah Tenaga Kerja (orang)

Kawasan 1 Kawasan 2 Kawasan 3

Administrasi 1 3 1

Pengawas lapang 4 4 4

Tenaga pangkas rumput 15 14 13

Tenaga perawatan dan kebersihan 63 63 39

Supir tangki dan operator 1 2 1

Supir pick up dan operator 3 3 3

Total 87 89 61

4.4.2.1 Perekrutan Tenaga Kerja

Perekrutan tenaga kerja di Departemen Pemeliharaan Lingkungan melalui proses penyeleksian yang dilakukan oleh bagian Recruitment and

Development Departement (HRD) dari PT. Sukaputera Graha Cemerlang.

Sedangkan tenaga kerja dari kontraktor meliputi pengawas, administrasi, pergudangan, dan tenaga kerja harian seluruhnya dominan direkrut dari masyarakat sekitar oleh pihak kontraktor.

4.4.2.2 Waktu Kerja

Karyawan yang bekerja di PT. Sentul City khususnya PT. Sukaputera Graha Cemerlang ketentuan waktu kerjanya dimulai pada pukul 08.30 wib hingga 17.30 wib. Waktu istirahat yang diberikan pada pukul 12.00 wib sampai 13.00 wib dan pengisian absen dilakukan di Plaza Niaga I (Kantor PT. SGC) dan di Posko Maung (Security) Sebanyak dua kali yaitu pada pukul 08.30 wib dan 17.30 wib.

Tenaga kerja kontraktor yaitu pengawas dan tenaga harian bekerja pada hari Senin-Minggu pada pukul 08.00 wib sampai 16.00 wib dengan waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai 13.00. Namun, untuk tenaga harian dari kontraktor CV. CAM waktu kerjanya dimulai pada pukul 07.30 wib sampai 16.00, dengan waktu istirahat pada pukul 11.30 wib sampai 13.00 wib. Pengisian absen dilakukan dua kali pada saat pukul 07.30 dan 13.00 hal ini dilakukan untuk memantau tenaga kerja yang bekerja paruh waktu. Pengontrolan absen ini menjadi

(24)

tanggung jawab dari pengawas lapang dari pihak kontraktor. Selain itu, pengawas dari bagian lanskap mengontrol juga tenaga harian yang masuk dan bekerja di lapang. Hal ini merupakan salah satu bentuk koordinasi dari pihak pengelola dan kontraktor terkait kedisplinan pekerja.

Permasalahan yang sering ditemui di lapang mengenai waktu kerja tenaga harian yaitu ketidakdisiplinan pekerja yang tidak mematuhi prosedur jam kerja yang telah dibuat kontraktor. Banyak para pekerja yang istirahat mendahului waktu yang ditentukan dan kembali bekerja terlambat dari waktu yang sudah disepakati.

4.4.2.3 Kesejahteraan Tenaga Harian

Tenaga kerja harian konraktor diberikan upah tiap dua minggu sekali oleh pengawas sebesar Rp. 35.000/hari bagi tenaga pemeliharaan hal ini berlaku hanya pada CV. Gelar Jaya. Sedangkan untuk kontraktor CV. CAM berlaku upah Rp. 30.000/hari dengan ketentuan waktu pembayaran sama dengan kontraktor CV. Gelar Jaya. PT. MPU memberikan upah kepada tenaga hariannya sebesar Rp. 28.000/hari oleh pengawas dengan periode waktu yang sama dengan kontraktor lainnya. Seiring dengan penyesuaian UMR dan pertimbangan faktor lainnya upah tenaga kerja harian masing-masing kontraktor mengalami peningkatan menjadi Rp. 41.000/hari untuk tenaga perawatan taman kecuali pemangkasan rumput dan pohon. Pemangkasan rumput dan pohon serta pembersihan sampah tenaga kerja harian diberi upah sebesar Rp. 44.000/hari.

4.4.3 Koordinasi antara Pengelola dengan Kontraktor

Kelancaran segala kegiatan ini bermula dari koordinasi dengan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan ataupun sebaliknya. Dalam hal ini, koordinasi antara pengelola dengan kontraktor di Sentul City cukup efektif (Lampiran 11). Adanya instruksi yang jelas dari pengelola dan inisiatif dari pihak kontraktor membangun kerjasama yang sinergis diantara keduanya. Berdasarkan kesepakatan bersama, pihak kontraktor datang ke kantor departemen pemeliharaan setiap hari yang diwakili oleh direktur atau pengawas untuk menerima instruksi kegiatan pemeliharaan tambahan dari complaint maupun

(25)

request. Selain itu, membahas progress pekerjaan dan permasalahan yang

dihadapi berkenaan dengan kegiatan pemeliharaan. 4.4.4 Jadwal Pemeliharaan

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan lanskap menyesuaikan dengan jadwal pemeliharaan yang dibuat oleh pengelola dan disepakati bersama dengan pihak kontraktor. Pelaksanaan jadwal tersebut berdasarkan rencana kerja dan checklist lapangan yang mengacu pada spesifikasi pekerjaan perawatan taman dan kebersihan lingkungan Sentul City. Kegiatan pemeliharaan dilakukan setiap hari dimulai pada pukul 08.00 wib sampai 16.00 wib dengan waktu istirahat pukul 12.00 wib sampai 13.00 wib. Pada hari minggu kegiatan pemeliharaan yang berlangsung hanya penyapuan saja. Kegiatan pemeliharaan ada yang bersifat rutin, mingguan, bulanan, tahunan, dan insidental. Hal tersebut didasari oleh kebutuhan yang ada di lapang. Pemeliharaan ini meliputi, penyapuan, penyiangan gulma, penggemburan tanah, penyiraman, penyulaman, pemangkasan rumput (RTH, kavling, berm), pemangkasan semak, pemangkasan pohon, penyetikan, penyemprotan hama dan penyakit, dan pemupukan (Tabel 18).

Berdasarkan pengamatan lapang kegiatan pemeliharaan terkadang tidak sesuai dengan rencana kerja dan checklist lapangan yang telah disepakati. Hal ini terlihat ketika pekerjaan sudah masuk periode B tetapi masih mengerjakan pekerjaan periode A, sehingga terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang berdampak pada periode selanjutnya. Mengingat ketidakdisplinan yang dilakukan kontraktor tersebut, pengelola menerapkan tindakan tegas dengan pemotongan pembayaran kepada kontraktor yang tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pihak kontraktor tidak sepenuhnya mengikuti spesifikasi pekerjaan (Tabel Lampiran 9), kontraktor lebih terfokus pada standar penampilan pekerjaan perawatan dan pengaturan prestasi kerja. Kondisi ini terlihat pada pengamatan di lapang, pihak kontraktor melakukan pemangkasan rumput RTH setiap dua bulan sekali, namun pada kenyataannya rumput RTH tersebut perlu dipangkas setiap satu bulan sekali. Keadaan ini menjadi bahan evaluasi pengelola sehingga pengelola melakukan penyesuaian jadwal pemeliharaan tersebut dengan kondisi lapang.

(26)

Tabel 18. Kegiatan Pemeliharaan Lanskap di Sentul City No Kegiatan Pemeliharaan Frekuensi Pemeliharaan

(Lapang)

Frekuensi Pemeliharaan (Spesifikasi Pekerjaan) 1 Penyapuan Setiap hari Setiap hari

2 Penyiraman 2 kali/hari Setiap hari 3 Penyiangan gulma dan penyetikan 1 kali/bulan 1 kali/bulan 4 Pemangkasan rumput

Rumput berm, taman gerbang, taman Spine Road, dan taman lingkungan

1 kali/bulan 1 kali/15 hari (taman gerbang, taman spine road), 1 kali/20 hari (rumput berm, dan 1 kali/bulan (taman lingkungan) Rumput halaman depan, rumput

kavling, dan rumput RTH

1 kali/bulan 1 kali/bulan

5 Pemangkasan pohon Insidental 1 kali/6 bulan (pohon jalan) dan 1 kali/tahun (pohon penghijauan) 6 Pemangkasan semak 1 kali/bulan - 7 Penggemburan tanah

Taman gerbang, taman lingkungan, taman spine road

1 kali/bulan 1 kali/bulan

Pohon jalan 1 kali/4 bulan 1 kali/4 bulan Pohon penghijauan 1 kali/tahun 1 kali/tahun

8 Pemupukan

Pohon jalan 1 kali/6 bulan 1 kali/4 bulan Taman gerbang dan taman spine

road

1 kali/4 bulan 1 kali/4 bulan

Taman lingkungan 1 kali/6 bulan 1 kali/6 bulan Pohon penghijauan 1 kali/tahun 1 kali/tahun

9 Pengendalian hama dan penyakit Insidental 1 kali/6 bulan (pohon jalan) dan 1 kali/tahun (taman gerbang, taman lingkungan, taman spine road dan pohon penghijauan)

10 Pengangkutan sampah hijau Setiap hari Sesuai dengan jadwal pemangkasan dan penyapuan

11 Perawatan saluran 1 kali/bulan 1 kali/3 bulan Sumber: Hasil Pengamatan, Wawancara, dan Data Perusahaan

(27)

4.4.5 Alat dan Bahan

Kegiatan pemeliharaan dalam praktek di lapang membutuhkan alat dan bahan yang memadai. Alat dan bahan untuk pemeliharaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak kontraktor. Namun, tidak hanya kontraktor pihak pengelola pun menyediakan alat dan bahan untuk pekerja pemeliharaan in house seperti mobil tangki penyiraman, mobil amrol, mesin pangkas rumput gendong, gacok, golok, sapu lidi, gunting stek, dan cangkul. Alat dan bahan yang dimiliki oleh kontraktor yaitu kendaraan pengangkut sampah, mobil tangki penyiraman, mesin potong rumput gendong, cangkul, golok, sapu, parang, arit, gunting pangkas galah, gergaji tangan, garpu, gunting stek, dan bahan bakar mesin untuk kendaraan pemeliharaan. Bahan yang menjadi tanggung jawab pihak kontraktor yaitu pupuk dan pestisida. Pihak pengelola juga menyediakan pupuk olahan dari sampah hijau yang bisa digunakan dalam kegiatan pemeliharaan. Pihak pengelola menyediakan mobil tangki yang dapat disewa oleh pihak kontraktor yang penyimpanannya menjadi tanggung jawab pihak pengelola. Pemeliharaan alat dan bahan yang dilakukan kontraktor lebih khusus kepada kendaraan operasional dengan service berkala sedangkan pemeliharaan untuk alatnya bersifat insidental ketika kerusakan terjadi baru dilakukan pergantian secepatnya. Selain itu, adapula kontraktor yang mempercayakan perawatan alat kepada operator pemeliharaannya.

Alat dan bahan yang menjadi inventaris kontraktor disimpan di gudang penyimpanan yang dikelola oleh satu orang pengawas. Gudang ini bertujuan untuk mempermudah dalam penyimpanan alat. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa perawatan alat oleh operator pemeliharaan taman terkadang kurang diperhatikan. Misalnya alat tidak dibersihkan kembali, keadaan ini dapat menyebabkan alat menjadi mudah rusak. Hal ini mengakibatkan masa efektif peralatan menjadi berkurang, karena masa efektif peralatan bergantung pada aspek perawatan dan penyimpanan.

(28)

4.4.6 Keselamatan Pekerja

Kegiatan pemeliharaan lanskap tidak sedikit yang membutuhkan pekerja dengan keterampilan atau teknik khusus dalam pelaksanaanya. Dalam menunjang kelancaran kegiatan tersebut, maka pihak kontraktor dan pengelola harus memperhatikan keselamatan tenaga kerjanya dengan penyediaan alat pelindung di lapang. Hal ini guna meminimalisir adanya kejadian yang tidak diinginkan seperti kecelakaan di lapang. Alat pelindung yang disediakan oleh pihak pengelola untuk keselamatan pekerjanya antara lain sepatu boot, helm proyek, dan sarung tangan. Sedangkan yang disediakan oleh pihak kontraktor yaitu sepatu boot, helm proyek, sabuk pengaman, kacamata pelindung, dan sarung tangan. Prosedur yang diberikan untuk pekerjaan di lapang terkadang tidak dilaksanakan oleh tenaga kerja misalnya kegiatan penebangan pohon tetapi tidak menggunakan sepatu boot, helm proyek, sarung tangan disertai dengan merokok. Selain itu, untuk menjamin keselamatan pekerja di lapang tenaga kerja mendapatkan jamsostek .

4.4.7 Anggaran Biaya

Biaya pemeliharaan lanskap Sentul City meliputi biaya perawatan taman (perawatan taman, perawatan rumput, perawatan pohon, perawatan jogging track, perawatan saluran) dan kebersihan lingkungan. Biaya pemeliharaan ini dihitung berdasarkan luasan area perawatan setiap unit pemeliharaan dan setiap bulan. Area perawatan yang dimaksud misalnya perawatan taman gerbang atau perawatan rumput berm bahu jalan. Biaya pemeliharaan ini diperoleh dari kesepakatan antara pengelola dan kontraktor dengan pertimbangan kemampuan tenaga kerja, upah tenaga kerja (UMR), harga bahan dan peralatan yang digunakan, serta frekuensi pekerjaan. Persentase biaya pemeliharaan kontraktor lebih terperinci mencakup upah tenaga kerja harian tetap, upah tenaga kerja musiman, kebutuhan operasional, pembelian dan perbaikan peralatan, pupuk dan pestisida, administrasi, dan lain-lain (Tabel 19 ).

Periode pekerjaan pemeliharaan di Sentul City adalah satu bulan yaitu dimulai dari tanggal 16 bulan sebelumnya sampai tanggal 16 bulan berikutnya. Pembayaran disepakati dilakukan pada tanggal 1 sesuai bobot yang dicapai

(29)

selama 2 minggu dengan progress 50 % dan tanggal 16 dengan progress total 100 %. Biaya yang dikeluarkan oleh pengelola untuk pembayaran kontraktor tertera pada Surat Perjanjian Pekerjaan (SPK) yaitu kawasan I sebesar Rp. 1.517.508.423,-, kawasan II sebesar Rp. 1.493.724.457,-, dan kawasan III sebesar Rp. 801.335.667,- (Lampiran 7). Biaya tersebut merupakan biaya pemeliharaan dalam kurun waktu satu tahun dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan sesuai dalam tabel Pengaturan Frekuensi Pekerjaan yang telah disepakati . Biaya akan dihitung berdasarkan tabel kemajuan pekerjaan dengan mengacu pada luas area perawatan, rencana kerja dan checklist lapangan, dan pengaturan prestasi kerja. Namun, apabila pekerjaan tidak sesuai dengan progress yang disepakati maka akan diberi peringatan tertulis dan biaya dihitung berdasarkan progress pekerjaan yang dicapai.

Tabel 19. Persentase Anggaran Biaya Pemeliharaan Kontraktor Lanskap Sentul City

No Pengeluaran Persentase Biaya (%)

1 Upah tenaga kerja harian tetap 60

2 Upah tenaga kerja musiman 5

3 Kebutuhan operasional di lapang (bahan bakar) 15

4 Pembelian dan perbaikan peralatan 5

5 Pembelian pupuk, pestisida 5

6 Administrasi dan lain-lain 10

Total 100

Sumber: Wawancara

Dana untuk pemeliharaan ini bersumber dari pembayaran Biaya Pengelolaan Lingkungan (BPL) yang dikeluarkan oleh penghuni atau pemilik kavling setiap bulan disesuaikan dengan luas hunian. BPL mencakup biaya pemeliharaan taman, penerangan jalan umum (PJU), pemeliharaan infrastruktur, saluran air dan listrik, serta keamanan.

(30)

4.4.8 Pemeliharaan Lanskap

Pemeliharaan lanskap permukiman meliputi pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula. Pemeliharaan ini berkaitan dengan mempertahankan konsep dasar Sentul City yaitu menyatu dengan karakter alam sekitar, dalam hal ini Gunung Pancar. Kawasan permukiman Sentul City terdiri dari cluster-cluster dengan tema yang berbeda. Cluster yang bernuansa Bali seperti Taman Besakih, Taman Tampak Siring, Taman Udayana, Taman Legian menonjolkan karakter lanskap Bali yang memperkuat tema tersebut. Cluster Bukit Golf Hijau ini area yang berbatasan dengan lapangan golf dan memiliki bentukan lahan yang berbukit yang mempertegas tema cluster tersebut. Cluster mountain view residence dengan bentukan lahan yang berbukit dan bernuansa pegunungan diperkuat dengan view luas ke Gunung Pancar dengan karakter tanaman jenis-jenis cemara. Penyesuaian

cluster dengan tema yang diharapkan tidak sepenuhnya terwujud. Tema dalam

sebuah hunian memang penting, namun hendaknya dipertimbangkan kembali untuk menyesuaikan dengan konsep dasar serta karakter alamnya, sehingga mempermudah dalam pemeliharaan

Pemeliharaan fisik di Sentul City mencakup pemeliharaan soft material dan

hard material. Pemeliharaan soft material terdiri dari pembersihan, pemangkasan,

penyiraman, pemupukan, pendangiran, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan penyulaman. Pemeliharaan hard material terdiri dari pemeliharaan patung, pot tanaman, saluran, jogging track, dan pedestrian track. Pemeliharaan fisik ini direncanakan sesuai jadwal yang dibuat oleh pengelola dan disepakati oleh pihak kontraktor sebagai pelaksana. Pelaksanaan pemeliharaan ini diutamakan pada daerah intensif seperti jalan utama, sarana dan prasarana pendukung permukiman , dan gerbang utama tiap cluster kemudian area semi intensif pada tiap kawasan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan fisik yang telah diamati di kawasan permukiman Sentul City sebagai berikut.

a. Pembersihan

Kegiatan pembersihan ini berkaitan dengan kebersihan kawasan permukiman Sentul City. Kegiatan ini meliputi penyapuan, pengangkutan sampah

(31)

hijau, pembersihan jalan, pengangkutan puing, dan pengangkutan sampah rumah tangga (Gambar 8). Kegiatan penyapuan, pengangkutan sampah hijau pemeliharaan dan penghuni, dan pembersihan jalan menjadi tanggung jawab kontraktor, sedangkan kegiatan pengangkutan sampah hijau penghuni dan puing menjadi tanggung jawab pihak pengelola. Pihak pengelola bekerja sama dengan pemerintah daerah (Pemda) untuk pengangkutan sampah rumah tangga. Pengangkutan sampah hijau penghuni, pemeliharaan, puing, dan penyapuan dilakukan setiap hari, sedangkan pengangkutan sampah rumah tangga dilakukan setiap dua hari sekali. Pembersihan jalan dilakukan pada kondisi tertentu (insidental) (Gambar 8d).

Penyapuan dilakukan di seluruh kawasan permukiman Sentul City beserta sarana dan prasarananya. Penyapuan jalan ini membersihkan seluruh jenis sampah, baik rontokan daun, sampah plastik, dan sampah lainnya yang mengotori (Gambar 8a). Kegiatan ini berlangsung sesuai dengan jam kerjanya yaitu pukul 08.00 - 16.00 wib khusus kontraktor CAM pekerjaan ini dimulai pukul 07.30 - 08.30 wib. Berdasarkan pengamatan di lapang, masih banyak pekerja yang tidak disiplin dengan tidak mengikuti prosedur pekerjaan, seperti menggunakan rompi, menggunakan karung untuk mengumpulkan sampah, dan istirahat mendahului waktu yang telah ditentukan. Selain itu, kendala dalam kegiatan pemeliharaan ini yaitu tidak ada tenaga kerja pengganti ketika tenaga kerja harian yang biasa bekerja tidak masuk. Hal ini menyebabkan kegiatan pemeliharaan tidak terlaksana sesuai jadwal sehingga banyak sampah yang menumpuk.

Pengangkutan sampah hijau yang dilakukan oleh pihak kontraktor terdiri dari sampah hijau sisa kegiatan pemeliharaan dan sampah penyapuan. Sampah penghuni dan puing diangkut oleh pihak pengelola menggunakan dua truk amrol dengan jumlah tenaga kerja 6 orang (pengemudi 2 orang dan operator pengangkut sampah 4 orang) (Gambar 8b). Sampah hijau penghuni, puing, dan sisa kegiatan pemeliharaan yang telah diangkut dikumpulkan ke suata area yang telah ditentukan sebagai tempat pembuangan sampah sementara. Hasil sampah hijau diolah menjadi pupuk kompos yang dapat digunakan untuk kegiatan pemeliharaan

(32)

lanskap di Sentul City, pengolahan sampah hijau ini sudah berlangsung sejak tahun 2007.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 8. Kegiatan Pembersihan: (a). Penyapuan Cluster;(b). Pengangkutan sampah;(c). Pembersihan saluran;(d). Pembersihan jalan

b. Pemangkasan

Kegiatan pemangkasan di kawasan Sentul City meliputi pemangkasan rumput yang secara umum terdiri dari rumput berm, rumput RTH, dan rumput kavling, pemangkasan pohon terdiri dari pohon penghijauan, pohon jalan, dan pohon penghuni, dan pemangkasan semak, perdu, penutup tanah, dan tanaman pot. Pemangkasan semak, perdu, dan penutup tanah termasuk ke dalam perawatan taman (taman lingkungan, taman spine road, taman gerbang). Waktu kegiatan pemangkasan ini berbeda-beda, untuk pemangkasan rumput berm dan rumput pada taman dilakukan sebulan sekali,sedangkan rumput RTH dan rumput kavling dilakukan setiap 2 bulan sekali. Namun, menanggapi keluhan yang ada rumput RTH dan rumput kavling pada kondisi tertentu dipangkas setiap sebulan sekali terutama saat musim penghujan. Pemangkasan penutup tanah berdasarkan pengamatan dilapang berlangsung tiap sebulan sekali, sedangkan perdu dan tanaman pot disesuaikan dengan rencana kerja. Pemangkasan pohon terutama yang percabangannya mengganggu dilakukan secara insidental.

Kegiatan pemangkasan rumput dilakukan setiap sebulan sekali, dua bulan sekali, dan sesuai dengan permintaan penghuni (complaint dan request).

(33)

Pemangkasan rumput berdasarkan permintaan penghuni dilakukan oleh pihak kontraktor dan pekerja in house. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemangkasan ini yaitu mesin pangkas rumput gendong (Gambar 9a). Pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor lebih dominan berdasarkan standar penampilan dibandingkan dengan spesifikasi pekerjaan.. Kendala yang dihadapi saat pemangkasan rumput biasanya pada alat yang sudah lewat masa efektifnya sehingga terkadang mengalami masalah teknik seperti mesin yang sering mati dan bensin yang mudah cepat habis. Selain itu kondisi tanah yang berbatu dapat membahayakan keselamatan kerja operator taman dan menghambat target pekerjaan yang diharapkan.

Kegiatan pemangkasan juga diterapkan pada semak dan tanaman pot dengan menggunakan gunting pangkas dan gunting stek (Gambar 9b). Kegiatan ini dilakukan oleh dua orang tenaga kerja, dalam pekerjaan ini jumlah tenaga kerja tersebut sudah cukup karena tanaman yang dipangkas dipilih berdasarkan kebutuhan perawatan. Pemangkasan juga dilakukan pada pohon yang bergantung pada bentuk dan fungsi pemangkasannya. Kegiatan pemangkasan pohon ini terdapat dalam spesifikasi pekerjaan dan telah terjadwal, namun pelaksanaanya tergantung kondisi pohon tersebut. Pemangkasan pohon menggunakan gergaji galah, gergaji tangan, golok, gergaji mesin, gunting pangkas, dan tali sebagai alat bantu. Pemangkasan pohon yang mengganggu percabangan dilakukan secara insidental. Pemangkasan mempunyai tiga tujuan yaitu pemangkasan untuk kesehatan pohon, pemangkasan untuk keamanan, dan pemangkasan untuk penampilan (Arifin dan Arifin, 2005). Pemangkasan pohon yang dilakukan apabila percabangannya telah mengganggu contohnya pemangkasan pada pohon salam (Syzygium polyanthum) yang terletak pada berm menggunakan gergaji galah (Gambar 9c). Pemangkasan untuk penampilan contohnya pengurangan pelepah pohon palm phoenix (Phoenix roebilini) menggunakan golok (Gambar 6d). Sisa hasil pemangkasan diangkut oleh mobil pengangkut sampah kontraktor dan dikumpulkan pada tempat penampungan sampah sementara.

(34)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 9. Kegiatan Pemangkasan: (a). Pemangkasan rumput (in house);(b). Pemangkasan semak;(c). Pemangkasan pohon salam;(d). Pemangkasan pohon

palm phoenix c. Penyiraman

Kegiatan penyiraman ini menjadi tanggung jawab pihak kontraktor, dilakukan setiap hari kecuali pada hari hujan. Penyiraman ini dilakukan menggunakan mobil tangki dengan kapasitas 5000 liter dari pihak kontraktor Gelar Jaya dan mobil tangki 4500 liter dari pihak kontraktor CAM. Mobil tangki dari kontraktor memiliki ritase rata-rata 3 rit/hari. Pekerjaan penyiraman ini dilakukan pada pohon, semak, penutup tanah, dan pengisian air pada pot tanaman air (Gambar 10a). Penyiraman intensif dilakukan pada tanaman yang membutuhkan air yag lebih banyak dan tanaman yang baru disulam (Gambar 10b). Jumlah areal yang harus disiram dengan asumsi kebutuhan semak dan rumput 5 liter/m² dan pohon sekitar 10 liter/pohon. Jika dibandingkan dengan luasan areal pemeliharaan, kebutuhan air untuk penyiraman masih kurang terutama pada musim kemarau.

(35)

Sumber air untuk pengisian tangki berasal dari Torn R21 dengan sistem pengisian menggunakan kran, sedangkan pihak kontraktor CAM melakukan pengisian dengan penyedotan di Danau Taman Parahyangan. Pengisian air tersebut berdasarkan area pemeliharaan yang memperhitungkan jarak dari tempat pengisian ke area pemeliharaan. Hal ini berkaitan dengan efisiensi penggunaan solar untuk kendaraan tersebut.

Kegiatan penyiraman ini memiliki waktu yang berbeda dari masing-masing kontraktor. Kontraktor CAM melakukan kegiatan penyiraman dimulai pukul 05.30 hingga 10.00 wib dan dilanjutkan pada pukul 15.00 hingga 18.00 wib. Kontraktor Gelar Jaya dan MPU melakukan kegiatan penyiraman dimulai dari pukul 08.00 hingga 10.00 wib dan dilanjutkan pada pukul 13.30 hingga 16.00 wib. Penyiraman yang baik dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Kawasan Sentul City yang memiliki kelembaban udara relatif tinggi lebih baik dilakukan kegiatan penyiraman sore hari, hal ini menghindari berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan (Arifin dan Arifin, 2005). Kendala yang dihadapi berkaitan dengan kegiatan ini yaitu saat musim kemarau. Tanaman membutuhkan lebih banyak air namun ketersediaan air minim, selain itu pekerja harus lembur hingga jam 10 malam karena tangki penyiraman yang kurang.

(a) (b)

Gambar 7. Kegiatan Penyiraman: (a). Penyiraman penutup tanah:(b). Penyiraman setelah penyulaman

d. Pemupukan

Pemupukan tanaman mempunyai prinsip menyuplai hara tambahan yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman tidak kekurangan nutrisi. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik dan pupuk anorganik (Arifin dan Arifin, 2005). Kegiatan pemupukan dilaksanakan berdasarkan spesifikasi pekerjaan dan jadwal yang disepakati yaitu 3 bulan sekali untuk pola taman, 6 bulan sekali untuk

(36)

taman lingkungan, dan setahun sekali untuk pohon penghijauan. Kegiatan pemupukan juga dilakukan ketika tanaman mengalami gejala kekurangan hara seperti daun menguning, layu, atau tidak berbunga. Metode pemupukan yang diterapkan yaitu pada semak dilakukan dengan cara disebar pada permukaan tanah, rumput dengan cara disemprot menggunakan tangki penyiraman, dan pohon dengan metode bokoran dengan menggunakan kored, pupuk diberikan secara melingkar di sekitar permukaan tanah (Gambar 11).

Kegiatan pemupukan ini menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK dan urea). Pemberian dosis pupuk pada tanaman semak sekitar 2 kg/m² dengan menggunakan pupuk kandang. Penggunaan pupuk anorganik NPK dengan komposisi urea sebesar 25% diberikan pada semak sekitar 20 gr/m² dan pohon kecil sekitar 50 gr/m². Untuk pupuk urea diberikan pada rumput di seluruh kawasan sebesar 100 kg urea dalam 4500 liter air. Kegiatan pemupukan ini dilakukan pada pagi hari menghindari penguapan yang berlebihan ketika siang hari. Berdasarkan pengamatan lapang, pemberian dosis pupuk anorganik pada semak ini dilakukan dengan perkiraan tanpa perhitungan yang akurat.

(a) (b)

Gambar 11. Kegiatan Pemupukan: (a). Pemupukan dengan metode disebar;(b). Pemupukan dengan metode bokoran

e. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemeliharaan fisik yang bertujuan untuk mengatasi tanaman penganggu yang mengurangi nilai estetika. Kegiatan ini berlangsung setiap bulan pada taman gerbang, taman lingkungan, taman spine

(37)

penyiangan yang terkadang bersamaan dengan pendangiran. Kegiatan pengendalian gulma ini dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan atau kape (Gambar 12a). Gulma yang biasa tumbuh adalah putri malu, rumput liar, dan alang-alang.

Pengendalian gulma selain dengan pendangiran dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyetikan (Gambar 12b). Kegiatan penyetikan dilakukan pada tanaman penutup tanah seperti kacang hias (Arachis pintoi) dan rumput yang telah melewati batas kanstin jalan atau di sela-sela paving block. Kegiatan penyetikan dilakukan secara manual dengan tangan dan menggunakan kape. Tenaga penyiangan dan penyetikan ini merupakan bagian dari tenaga perawatan taman dan kebersihan. Tenaga penyiang mulanya memiliki jumlah yang tetap tetapi karena adanya pengurangan tenaga kerja, pekerjaan penyiang ini dilakukan juga oleh tenaga kebersihan atau tenaga perawatan taman lainnya sehingga jumlahnya tidak pasti. Tenaga penyiang ini dibagi berdasarkan kebutuhan di lapang dan luas area pemeliharaannya.

(a) (b)

Gambar 12. Kegiatan Pengendalian Gulma: (a). Penyiangan;(b). Penyetikan f. Pendangiran

Pendangiran merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk memberikan pertumbuhan yang optimal pada tanaman. Hal ini dilakukan pada tanaman, baik penutup tanah, perdu, dan pohon yang kondisi permukaan tanahnya sudah memadat. Kegiatan pendangiran ini dilakukan setiap bulan bersamaan dengan pengendalian gulma namun untuk pohon jalan disesuaikan dengan spesifikasi pekerjaan. Pelaksanaan kegiatan ini mengacu pada rencana kerja dan

Gambar

Tabel 14. Rencana Peruntukkan Lahan Efektif
Tabel 16. Status Kesuburan Tanah di Permukiman Sentul City
Tabel 18. Suhu Udara Kawasan Sentul City
Gambar 3. Pengolahan Air Bersih (WTP)  4.2.5 Vegetasi dan Satwa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan banyaknya warga masyarakat Kampung Padajaya yang masuk kedalam tangga kehidupan sedang dan tangga kehidupan miskin, yang menyebabkan mereka

Sebaliknya jika potensial semikonduktor semakin besar (semakin positif) maka laju transfer muatan akan semakin besar, bahkan terjadi peningkatan yang signifikan

Sementara pada kenyataannya, secara ekonomi masyarakat India Punjabi di kota Medan lebih mapan dibandingkan masyarakat Tamil, hal ini dapat terlihat dengan bertahannya toko-toko

Abdullah dan Firiah. Pengaruh Akuntansi Konservatisme terhadap Relevansi Nilai Laporan Keuangan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ekonomi,

Kondisi topografi dan geologi/geoteknik berpengaruh terhadap pemilihan letak pelimpah dan rencana jalur saluran peluncur , selanjutnya jenis material dasar sungai -

Untuk penelitian selanjutnya, dicoba untuk mencari nilai perpindahan kalor maksimal dari alat penukar kalor yang memiliki variasi kemiringan baffle tersebut, dengan memvariasikan

Pertama adalah penulisan hukum yang ditulis oleh Sitti Novianti pada tahun 2013 dari Universitas Mulawarman, dengan judul: “Tinjauan tentang Perlindungan Hukum Hak

Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan dua jenis parasit