• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DASAR TEORI. Digital Watermarking. Sejarah Watermarking. Penyisipan Tanda Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. DASAR TEORI. Digital Watermarking. Sejarah Watermarking. Penyisipan Tanda Air"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori dan sejarah watermarking, mulai dari digital watermarking sampai ke audio watermarking, konsep suara digital dan cara konversi suara analog ke digital dan sebaliknya, teknik phase vocoder yang dipakai dalam proses penyisipan tanda air, format audio WAV, dan sedikit tentang Short-time Fourier transform (STFT) dan Fast Fourier Transform (FFT).

II.1 Digital Watermarking

Teknik watermarking adalah proses penambahkan kode identifikasi secara permanen ke dalam data digital. Kode identifikasi tersebut dapat berupa teks, gambar, suara, atau video. Selain tidak merusak data digital produk yang akan dilindungi, kode yang disisipkan seharusnya memiliki ketahanan (robustness) dari berbagai pemrosesan lanjutan seperti pengubahan, transformasi geometri, kompresi, enkripsi dan sebagainya. Sifat robustness berarti data tanda air tidak rusak akibat pemrosesan lebih lanjut [MUN04].

II.1.1 Sejarah Watermarking

Sejarah watermarking dimulai sejak tujuh ratus tahun yang lalu. Pada akhir abad ke tiga belas, pabrik kertas di Fabriano, Italia, membuat kertas yang diberi tanda air dengan cara menekan bentuk cetakan gambar atau tulisan pada kertas yang baru setengah jadi. Ketika kertas dikeringkan akan terbentuk suatu kertas yang bertanda air. Kertas ini biasanya digunakan oleh seniman atau sastrawan untuk menulis karyanya. Kertas yang sudah dibubuhi tanda air tersebut sekaligus dijadikan identifikasi bahwa karya seni di atasnya adalah milik seniman atau sastrawan tersebut.

Ide pemberian tanda air (watermarking) pada data digital dikembangkan di Jepang pada tahun 1990 dan di Swiss tahun 1993. Digital watermarking semakin berkembang seiring meluasnya penggunaan internet, karena dengan internet konten digital dapat dengan mudah dikonversi, disalin/digandakan dan disebarluaskan.

II.1.2 Penyisipan Tanda Air

Proses penyisipan tanda air ke dalam produk digital disebut juga proses encoding, skema dasar proses ini dapat dilihat pada Gambar II-1.

(2)

Proses encoding pada Gambar II-1 membutuhkan masukan data digital yang akan disisipi dan tanda air yang akan disisipkan, proses ini akan menghasilkan data digital bertanda air. Proses encoding dapat disertai dengan pemberian kunci. Kunci diperlukan jika tanda air yang disisipkan tidak diinginkan dapat diekstrak atau dihapus oleh sembarang pihak.

II.1.3 Ekstraksi Tanda Air

Proses ekstraksi tanda air disebut juga proses decoding. Pada dasarnya proses decoding adalah kebalikan dari proses encoding. Skema dasar proses ini dapat dilihat pada Gambar II-2.

Proses ekstraksi pada Gambar II-2 membutuhkan masukan data digital asal dan data digital bertanda air untuk diperbandingkan sehingga menghasilkan tanda air yang disisipkan. Proses ekstraksi dapat diikuti oleh proses pembandingan tanda air hasil ekstraksi dengan tanda air asli. Gabungan proses ekstraksi dan proses pembandingan disebut juga proses verifikasi tanda air. Verifikasi biasanya dilakukan untuk membuktikan hak kepemilikan dari data digital yang bertanda air tersebut.

II.1.4 Tipe Digital Watermarking

Berdasarkan media atau tipe data digital yang akan diberi tanda air, digital watermarking dapat dibedakan menjadi:

Gambar II-1: Penyisipan tanda air pada data digital Encoding Data digital Kunci Tanda air Data digital bertanda air

Gambar II-2: Ekstraksi tanda air dari data digital Decoding Data digital bertanda air Kunci Data digital asal tanda air hasil ekstrasi

(3)

1. Text watermarking

Pemberian tanda air terhadap file bertipe teks. Tanda air biasanya diberikan pada dokumen-dokumen yang diterbitkan secara elektronik.

2. Image watermarking

Pemberian tanda air pada citra digital saat ini telah umum digunakan. Biasanya tanda air sebelum disisipkan diubah menjadi sinyal pseudorandom dengan amplitudo lebih rendah dibanding amplitudo citra yang akan disisipi, dan distribusi atau penyebaran bit tanda air juga sangat kecil dibandingkan dengan pixel dari citra tersebut.

3. Audio watermarking

Dibandingkan dengan media citra digital, maka informasi yang bisa disisipkan pada tipe media audio lebih kecil karena jumlah sampel per selang waktunya juga lebih kecil dibandingkan dengan citra digital.

4. Video watermarking

Sistem pemberian tanda air pada media bertipe video memiliki kompleksitas yang cukup besar karena video mengandung gambar bergerak berukuran sama dan dalam urutan tertentu, sehingga pemberian tanda air pada gambar tidak boleh membuat perubahan yang signifikan agar peralihan gambar dari satu bingkai ke bingkai lain harus tetap baik dan modifikasi yang dilakukan tidak terlihat oleh pengguna.

II.2 Audio Watermarking

Seperti sudah dijelaskan secara singkat pada bab I, Audio watermarking adalah proses penyisipan tanda air ke dalam data digital bertipe audio. Penyisipan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga informasi yang disisipkan (tanda air) sangat sulit dihilangkan. Tujuan dari proses ini biasanya adalah untuk menyatakan hak kepemilikan dari data audio digital tersebut. Tetapi selain itu proses ini bisa juga untuk menyisipkan data tentang hak cipta, hak salin (copyright) dan informasi-informasi tambahan lain yang berkaitan dengan data audio tersebut. Perbedaannya dengan tag seperti ID TAG pada file berformat MP3 adalah, tanda air yang disisipkan tidak dimaksudkan untuk dapat diubah dan atau diperlihatkan ke sembarang pihak. Selain itu diharapkan pula bahwa perubahan data yang telah disisipi dengan data asli tidak signifikan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengguna.

(4)

II.2.1 Kebutuhan Sistem Audio Watermarking

Sebuah sistem audio watermarking yang baik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria berikut: 1. Komputasi yang dibutuhkan untuk proses penyisipan dan ekstraksi tanda air harus

rendah.

2. Tanda air yang disisipkan tidak boleh menimbulkan artifak, derau atau distorsi lain yang mengganggu kualitas suara dari audio asli.

3. Tahan terhadap berbagai pemrosesan sinyal lebih lanjut seperti konversi D/A A/D, perubahan sample rate, mixing, kompresi dan sebagainya.

4. Tahan terhadap serangan penghilangan tanda air.

II.2.2 Teknik Audio Watermarking Saat Ini

Teknik audio watermarking yang ada saat ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar berdasarkan metode yang dipakai untuk menyisipkan tanda air:

1. Domain frekuensi

Metode ini bekerja dengan cara memodifikasi konten spektral dari suatu sinyal dan juga termasuk teknik frequency band modification, spread-spectrum, dan phase coding. 2. Domain data

Metode pada domain ini bekerja langsung pada data audio dan juga termasuk perubahan pada LSB (least significant bit), dan echo hiding.

Selain melihat dari metode yang dipakai untuk penyisipan teknik audio watermarking dapat juga dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara Ekstraksi tanda air:

1. Blind watermarking

Teknik ini tidak membutuhkan data audio asli yang belum disisipi untuk mendapatkan kembali tanda air yang telah disisipi.

2. Non-blind watermarking

Teknik ini membutuhkan data audio asli yang belum disisipi untuk dibandingkan dengan data audio yang telah disisipi agar tanda air dapat diekstrak.

II.3 Time Base Modulation

Teknik time base modulation adalah teknik watermarking yang diusulkan oleh Jonathan Foote, John Adcock dan Andreas Girgensohn pada tulisan mereka yang berjudul “Time Base Modulation: A New Approach to Watermarking Audio and Images”. Teknik ini bekerja dalam domain waktu.

(5)

Informasi tanda air disembunyikan dalam segmen-segmen waktu sinyal audio dengan perubahan skala waktu (pemanjangan atau pemendekan) dari segmen-segmen tersebut (Gambar II-3).

Pada Gambar II-3, berkas Reference dibagi menjadi beberapa segmen berurut yang sama besar. Pada segmen-segmen tersebut kemudian dilakukan proses pemanjangan (pemuluran) atau pemendekkan. Setelah dilakukan pemendekan skala waktu maka segmen-segmen tersebut digabungkan kembali dengan urutan yang sama. Berkas Watermarked dibentuk dari segmen-segmen yang telah digabungkan tersebut.

II.3.1 Proses Penyisipan Tanda Air

Misalkan sinyal xt  diekspresikan sebagai gabungan dari K buah blok yang tidak bertindihan ( x1...k ), dengan penggabungannya dilambangkan dengan C [FOO02]:

xt = C

k=1 K

xk (2.1)

Sinyal yang telah diberi tanda air ( xwt  ) dihasilkan dari pemanjangan atau pemendekan skala

waktu dari tiap blok ( xk ) sebesar Ek, lalu blok-blok yang telah dimodifikasi digabungkan

kembali [FOO02]: xwt = C

k=1 K

TSM xk, Ek (2.2)

dengan TSM xk, Ek menyatakan modifikasi skala waktu terhadap blok xk sebesar Ek.

Urutan pemendekan dan pemanjangan skala waktu pada blok-blok merepresentasikan tanda air yang ingin disisipkan.

II.3.2 Proses Ekstraksi Tanda Air

Tanda air dapat diperolehkan kembali dengan cara sinyal yang telah disisipi tanda air dibandingkan dengan sinyal asli yang belum diubah.

(6)

II.4 Phase Vocoder

Phase vocoder adalah pengembangan lebih lanjut terhadap "channel vocoder" (voice coder) yang diperkenalkan pertama kali oleh Homer Dudley pada tahun 1939. Prinsip kerja channel vocoder adalah dengan membeda-bedakan kode suara untuk menciptakan ulang suara yang sedang dianalisa. Channel vocoder ini bekerja dalam dua tahap, yaitu tahap analisis dan sintesis [HAM01].

Model ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Flanagan dan Golden dengan mempertimbangkan short-time magnitude dan phase spectra dari sinyal yang dianalisa. Sejak saat itu model ini lebih dikenal dengan nama "phase vocoder" dan telah dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai cara. Skema dasar cara kerja phase vocoder dapat dilihat di Gambar II-4.

II.4.1 Analisis

Pada tahap analisis (Gambar II-5), analysis time-instant tau diset sepanjang sinyal asal untuk

nilai integer u yang berurutan, tau mungkin seragam: tau=uRa , dengan Ra disebut juga

faktor lompat tahap analisis. Pada setiap analysis time-instant ini dilakukan perhitungan transformasi Forrier pada bagian-bagian kecil (window) dari sinyal asal, dengan terpusat di tau .

Hasilnya adalah representasi STFT dari sinyal asal, dilambangkan dengan Xtau,k [HAM01]:

Xta u,k=

n=−∞hn x ta u ne− j kn (2.3)

Dengan x adalah sinyal asal, hn adalah analysis window, k=

2k

N adalah frekuensi pusat dari “kanal” vocoder ke- k dan N adalah besar dari Discrete Fourier Transform. Dalam prakteknya, hn mempunyai panjang waktu yang terbatas (biasanya N sampel) dan penjumlahan di atas mempunyai jumlah term yang terhingga. Xtau,k Adalah fungsi dari

waktu (melalui variabel u ) dan juga fungsi dari frekuensi (melalui k ).

Gambar II-4: Skema dasar cara kerja phase vocoder STFT = Analysis Stage

Modification

STFT = Synstesis Stage

Input Sound Parameters

(7)

II.4.2 Sintesis (atau Resintesis)

Pada tahap sintesis (Gambar II-6) dilakukan pengesetan synthesis time-instants ts u

, yang biasanya seragam sehingga tsu=Rsu , dimana R adalah faktor loncat sintesis. Pada setiap

synthesis time-instants ini didapatkan sebuah sinyal short-time yu n dengan cara melakukan

transformasi invers terhadap STFT Yts u,

k. Setiap sinyal short-time ini kemudian

dimultiplikasi dengan sebuah window sintesis opsional wn , kemudian hasil-hasilnya ditambahkan sehingga dihasilkan sinyal keluaran yn [HAM01]:

yn=

u=−∞wn−ts u  yu n−ts u  (2.4) dengan yu n= 1 N

k=0 N−1 Yts u ,ke jkn

Jika tidak dilakukan perubahan ( Ra=RsdanYts u,

k= X ts u,

k ), maka sinyal keluaran

identik dengan sinyal asal x .

Gambar II-5: Skema tahap analisis Windowing

FFT

Magnitude & Phase spectra Input Sound

Gambar II-6: Skema tahap sintesis Moodified Magnitude &

Phase spectra

Output Sound Windowing

(8)

II.5 Suara Digital

Telinga manusia peka terhadap suara yang secara fisik merupakan variasi cepat daam tekanan udara. Suara dapat direpresentasikan sebagai fungsi

Suara: Waktu → Tekanan

dengan Tekanan adalah nilai yang merepresentasikan tekanan udara, dan Waktu adalah kumpulan nilai yang merepresentasikan interval waktu antarsinyal. Secara umum sinyal suara dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sinyal analog, sinyal diskrit dan sinyal digital (Gambar II-7).

Sinyal analog (Gambar II-7 (a)) adalah sinyal yang nilainya terdefinisi pada setiap titik interval waktu secara kontinyu. Karakteristik data sinyal masih utuh karena belum mengalami perubahan.

Sinyal diskrit (Gambar II-7 (b)) merupakan hasil proses pencuplikan dari sinyal analog. Parameter yang berpengaruh dalam proses pencuplikan adalah sampling rate, yaitu jumlah sampel per unit waktu, disebut juga sampling period. Sinyal digital (Gambar II-7 (c)) adalah sinyal diskrit yang telah melalui proses kuantisasi.

Gambar II-7: Sinyal Analog (a), Sinyal Diskrit (b), Sinyal Digital (c)

(a) (b)

(9)

II.5.1 Prinsip Pengubahan Sinyal Analog ke Digital

Proses pengubahan sinyal analog ke sinyal digital terdiri atas prefiltering, sampling, quantizition dan encoding [TJO05] (Gambar II-8).

Analog prefilter berfungsi membatasi bandwidth frekuensi sinyal analog (prefiltering). S/H (Sampling and Hold) berfungsi untuk mencuplik sinyal analog dan menyimpan harganya sampai ADC (Analog to Digital Converter) selesai mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital.

Sampling (pencuplikan sinyal) dilakukan pada laju tertentu yang disebut dengan sampling rate. Penentuan waktu sampling ( Ts ) yang salah dapat menyebabkan sinyal yang dicuplik mengalami

distorsi. Suatu sinyal analog mempunyai frekuensi tertnggi fh dan dicuplik dengan frekuensi

pencuplikan f s=1/Ts .

Proses selanjutnya adalah quantizition (kuantisasi). Jumlah tingkat kuantisasi berkaitan dengan resolusi sistem pengukuran. Misal kita ingin mengukur sinyal dengan amplitudo 1, dengan sebuah ADC beresolusi 4 bit, maka terdapat 24=16 tingkat kuantisasi, dengan besar tingkat kuantisasi masing-masing 1/16=0,0625. Artinya setiap perubahan 1 tingkat (dari 16 tingkat) maka terjadi perubahan 0,00625. Encoding adalah proses pengubahan sinyal diskrit hasil kuantisasi menjadi sinyal digital.

II.5.2 Prinsip Pengubahan Sinyal Digital ke Analog

Sinyal digital dari komputer dapat diubah menjadi sinyal dengan DAC (Digital to Analog Converter). DAC mengubah sinyal-sinyal digital menjadi sinyal sinyal analog yang masih merupakan gabungan step. Sinyal tersebut kemudian dilewatkan pada analog postfilter sehingga terbentuk sinyal analog yang kontinyu [TJO05] (Gambar II-9).

Gambar II-8: Proses Analog ke Digital Sinyal

Analog Analog Prefilter

Sample and Hold

(S/H) Quantizition Encoding

Analog to Digital Convention

Sinyal Digital

(10)

II.6 Format WAV

Fomat berkas WAV (WAVE) adalah berkas format standar untuk penyimpan data audio digital dalam Windows. Format ini dikembangkan bersama oleh Microsoft dan IBM dan telah menjadi salah satu format berkas audio digital yang sangat luas dukungannya untuk PC, hal ini disebabkan oleh popularitas dari Windows dan sangat banyaknya program yang ditulis untuk bekerja di platform Windows. Hampir setiap program pemutar atau pengolah audio menyediakan dukungan untuk membuka dan/atau menyimpan ke dalam format ini.

II.6.1 Format Data

Karena format ini adalah format dasar penyimpanan audio pada Windows dan karenanya berhubungan erat dengan prosesor Intel, maka semua nilai data disimpan dalam format Little-Endian.

Berkas WAVE dapat mengandung string karakter. String ini disimpan dalam format dimana byte pertama menyatakan jumlah karakter dari string dan kemudian diikuti oleh isi string dalam representasi ASCII.

II.6.2 Struktur File

Format WAVE menggunakan struktur standar RIFF (Resource Interchange File Format) atau dapat juga dikatakan varian atau subset dari format RIFF. RIFF dikembangkan sebagai penyimpan berbagai tipe multimedia (video, audio). Format ini mengelompokkan bagian-bagian dari file menjadi kelompok-kelompok terpisah yang kemudian disimpan dalam chunk yang terpisah. Chunk header menyatakan tipe dan ukuran (byte) dari data yang disimpan dalam chunk tersebut. Metode pengorganisasian ini memungkinkan program yang tidak membutuhkan atau mengenali sebuah tipe chunk tertentu untuk melompati chunk tersebut dan memproses chunk selanjutnya. Chunk tipe tertentu dimungkinkan untuk mengandung sub(-sub) chunk [SON06]. Sebagai contoh pada Gambar II-10 dapat dilihat bahwa chunk “fmt” dan “data” sebenarnya adalah sub chunk dari chunk “RIFF”.

Gambar II-10 menampilkan struktur format WAV paling sederhana. Struktur WAV paling sederhana adalah chunk RIFF yang mengandung sebuah sub chunk “fmt” yang menyimpan data atau info tentang format sampel audio dan sebuah sub chunk “data” yang berisi sampel audio

Gambar II-9: Proses Digital ke Analog Analog Postfilter Digital to Analog Converter Sinyal Analog Sinyal Digital

(11)

sebenarnya. Penjelasan lebih lanjut tentang format data pada berkas WAV dapat dilihat pada Lampiran A.

II.7 Short-time Fourier Transform

II.7.1 Definisi

Short-time Fourier transform (STFT) atau disebut juga short-term Fourier transform adalah transformasi yang berhubungan dengan transformasi Fourier. Biasa digunakan untuk menentukan frekuensi sinusloidal dan phase content dari suatu seksi lokal dari sebuah sinyal seiring sinyal tersebut berubah berdasarkan waktu.

Dalam kasus kontinyu, fungsi yang akan ditransformasikan dikalikan dengan fungsi window yang bernilai tidak nol untuk suatu jangka waktu yang pendek. Seiring dengan window bergerak dalam domain waktu maka dilakukan transformasi Fourier (fungsi satu dimensi) terhadap hasil perkalian sinyal asal dengan fungsi window. Hasilnya adalah representasi sinyal dalam dua dimensi.

Secara matematis, dapat ditulis menjadi [WIK06]:

STFT{x}≡ X  ,=

−∞ xt wt −e− jwtdt (2.5) dengan wt adalah fungsi window, umumnya digunakan Han window atau Gaussian, yang “bukit”nya terpusat di sekitar nol, dan xt  adalah sinyal yang akan ditransformasikan. X,  Sebenarnya adalah transformasi Fourier dari xt w t−. Phase unwrapping sering diterapkan baik pada sumbu waktu  dan sumbu frekuensi  , hal ini dilakukan untuk mencegah atau meminimalisasi loncatan ketakterhubungan antar-phase pada phase hasil dari STFT. Indeks waktu  biasanya dalam ukuran kecil dan tidak dalam resolusi tinggi seperti waktu t.

Gambar II-10: Skema dasar struktur format WAV Chunk ID “RIFF”

Chunk Data Size RIFF Type ID “WAVE”

Chunk ID “fmt” Chunk Data Size Sample Format Info Chunk ID “data” Chunk Data Size Digital Audio Samples

Chunk Header Chunk Data Bytes

(12)

Dalam kasus waktu diskrit, data yang akan ditransformasikan dapat dipecah menjadi beberapa blok atau bingkai, yang biasanya saling bertindihan. Kemudian pada setiap blok dilakukan transformasi Fourier dan hasilnya disimpan dalam matriks. Matriks ini merekam magnitude dan phase dari setiap titik dalam waktu dan frekuensi. Dapat ditulis secara matematis sebagai [WIK06]:

STFT{x }≡ X m ,=

n=−∞

x[n]w [n−m]e− jwt

(2.6) dengan s[n] adalah sinyal dan w[n] adalah window. m diskrit dan w kontinyu, tetapi dalam penerapan STFT dilakukan dengan Fast Fourier Transform sehingga kedua variabel adalah diskrit dan dikuantisasi. Indeks waktu m biasanya dalam ukuran kecil dan tidak dalam resolusi tinggi seperti waktu n. STFT dapat diinverskan.

II.7.2 Fast Fourier Transform

Fast Fourier transform (FFT) adalah algoritma yang efisien untuk menghitung STFT. FFT adalah salah satu operasi yang paling banyak digunakan dalam pemrosesan sinyal digital untuk menyediakan analisis spektrum frekuensi.

Invers FFT (IFFT) bekerja berlawanan dengan FFT, yaitu mengubah sinyal domain frekuensi menjadi domain waktu. Algoritma dan penjelasan lebih lanjut mengenai FFT dapat dilihat pada lampiran B.

II.8 Peak Signal-to-Noise Ratio (PSNR)

Istilah peak sinyal-to-noise ratio (PSNR) adalah sebuah istilah dalam bidang teknik yang menyatakan perbandingan antara kekuatan sinyal maksimum yang mungkin dari suatu sinyal diital dengan kekuatan derau yang mempengaruhi kebenaran sinyal tersebut. Oleh karena banyak sinyal memiliki rentang dinamis yang luas, maka PSNR biasanya diekspresikan dalam skala logarithmic decibel.

PSNR didefinisikan melalui sinyal-to-noise ratio (SNR). SNR digunakan untuk mengukur tingkat kualitas sinyal. Nilai ini dihitung berdasarkan perbandingan antara sinyal dengan nilai kebisingan (derau). Kualitas sinyal berbanding lurus dengan nilai SNR. Semakin besar nilai SNR semakin baik kualitas sinyal yang dihasilkan.

SNR dari kumpulan nilai cuplikan adalah jumlah dari kuadrat nilai kuantisasi dibagi dengan jumlah nilai kuantisasi derau. Pernyataan tesebut dapat dirumuskan melalui persamaan 2.7 [RUM06].

(13)

SNR=

i−1 N x2i 

i−1 N e2 i (2.7)

Dengan N menyatakan banyaknya sinyal suara yang dicuplik, xi menyatakan nilai cuplikan ke-i, dan ei menyatakan kesalahan cuplikan ke-i. SNR dapat pula dinyatakan sebagai perbandingan kuadrat kekuatan sinyal rata-rata berkas WAV setelah disisipi tanda air dengan kuadrat selisih kekuatan sinyal sebelum dan setelah disisipi tanda air [RUM06]. Pernyataan ini secara matematis ditulis menjadi persamaan 2.8.

SNR=

t=0 N xw2 t 

t=0 N  x t −xwt  2 (2.8)

Berdasarkan persamaan 2.8, maka nilai PSNR dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.9. Nilai PSNR direpresentasikan dalam skala desibel (dB) [RUM06].

PNSR=10×10

Gambar

Gambar II-1: Penyisipan tanda air pada data digitalEncodingData digitalKunci Tanda air Data  digital  bertanda air
Gambar II-3: Cara kerja penyisipan tanda air pada time base modulation
Gambar II-4: Skema dasar cara kerja phase vocoder
Gambar II-5: Skema tahap analisis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bira Timur Sokobana h Kab. Riyanto

Pada 2010, penduduk berumur 15 tahun dan lebih yang belum pernah berkahwin adalah 35.1 peratus manakala yang berkahwin 59.6 peratus.. Perkadaran lelaki yang belum

Hasil dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali, setelah dilakukan perawatan luka jahitan perineum selama 6 hari, didapatkan bahwa luka jahitan

Ditinjau dari uraian tentang penggunaan media gambar maka hipotesis penelitian ini adalah dengan penggunaan media gambar dapat meningkatkan minat belajar PKn siswa

Salah satu aspek dari faktor pengelolaansebagai salah satu faktor penyebab belum menguasai SK/KD adalah berkaitan dengan belum efektifnya pelaksanaan program

Dari hasil uji statistik menggunakan chi square ,faktor yang berhubungan ( p < 0,05) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di RSUD Lakipadada adalah keluarga dan

Dalam penelitian terapan yang berjudul “Rancang Bangun M esin Screw extrusion Molding Untuk Membuat Panel Pelapis Dinding Berbahanbaku Komposit Limbah Kayu Dan

Arzetta Diva Bruari Malixa (08) Cindy Haqim Rahmat (15) Heldy Wafi Muhammad Iqhsal (22). Naufal Faris