[ARTIKEL REVIEW]
GOUT AND HYPERURICEMIA
Nur Amalina DianatiFaculty of Medicine, University of Lampung
Abstract
Gout is a term used to describe the disease state associated with hyperuricemia , while hyperuricemia is a serum uric acid levels more than 7 mg / dl in men and more than 6 mg / dl in women . Stages of gout consists of four phases asymptomatic , acute gout , and chronic intercritikal . Factors affecting hyperuricemia are nutrients , drugs , obesity , family history , age . The management of gout is composed of uric acid lowering drugs , drug profilaxis , and medications to reduce pain .
Keyword: factor affecting, gout, hyperuricemia, urid acid Abstrak
Gout merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit yang berkaitan dengan hiperurisemia, sedangkan hiperurisemia adalah kadar asam urat serum lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dl pada wanita. Tahapan gout terdiri dari 4 fase yaitu tanpa gejala, gout akut, interkritikal dan kronis. Faktor yang mempengaruhi hiperurisemia diantaranya nutrisi, obat-obatan, obesitas, riwayat keluarga, usia. Penatalaksanaan gout terdiri dari obat penurun asam urat, obat profilaxis, dan obat untuk mengurangi nyeri. Kata kunci: asam urat, faktor yang mempengaruhi, gout, hiperurisemia
. . .
Korespondensi: Nur Amalina Dianati| nuramalina093@gmail.com
Pendahuluan
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum di atas normal. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi, disebut sebagai hiperurisemia jika kadar asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl dan lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan.1
Hiperurisemia yang lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia bisa juga tidak
menampakkan gejala klinis/
asimptomatis. Dua pertiga dari
hiperurisemia tidak menampakkan
gejala klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena diet tinggi purin atau penurunan ekskresi karena pemecahaan asam nukleat yang berlebihan atau sering merupakan kombinasi keduanya.1
Sedangkan gout (pirai) adalah
penyakit yang sering ditemukan,
merupakan kelompok penyakit
heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolism berupa hiperurisemia. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi artritis gout, akumulasi kristal di jaringan yang merusak tulang (tofus), batu urat, dan nefropati gout.1,2
DISKUSI Prevalensi
Satu survei epidemiologik yang di lakukan di Bandungan, Jawa Tengah
atas kerjasama WHO-COPCORD
terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun di dapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3%
pada laki-laki dan 11,7% pada wanita. Secara keseluruhan prevalensi kedua jenis kelamin adalah 17,6%.5 Penyakit ini dapat di kelompokkan menjadi bentuk gout primer yang umumnya terjadi (90% kasus) penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, tapi di perkirakan akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh, tapi yang
pasti ada hubungannya dengan
obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus. Gout umumnya di alami oleh laki – laki berusia lebih dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder (10% kasus) di alami oleh wanita setelah menopause karena gangguan hormon.3
Penyebab Hiperurisemia
Hiperurisemia di sebabkan oleh dua faktor utama yaitu meningkatnya produksi asam urat dalam tubuh, hal ini di sebabkan karena sintesis atau
pembentukan asam urat yang
berlebihan. Produksi asam urat yang berlebihan dapat di sebabkan karena leukimia atau kanker darah yang mendapat terapi sitostatika. Faktor yang kedua adalah pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal), gout renal primer di sebabkan karena ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal yang sehat, dan gout renal sekunder di sebabkan ginjal yang rusak, misalnya
pada glomerulonefritis kronis,
kerusakan ginjal kronis (chronic renal failure).3,4
Tahapan gout ada 4 fase yaitu: a. Tanpa gejala
Pada tahap ini terjadi kelebihan
asam urat tetapi tidak
menimbulkan gejala klinik.
Penderitan hiperurisemia ini
harus di upayakan untuk
menurunkan kelebihan urat
tersebut dengan mengubah pola makan atau gaya hidup.
b. Gout akut
Pada tahap ini gejalanya muncul
tiba– tiba dan biasanya
menyerang satu atau beberapa persendian. Sakit yang di rasakan penderita sering di mulai di
malam hari, dan rasanya
berdenyut-denyut atau nyeri
seperti di tusuk jarum.
Persendian yang terserang
meradang, merah, terasa panas dan bengkak. Rasa sakit pada persendian tersebut mungkin dapat berkurang dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali
pada interval yang tidak
menentu. Serangan susulan
biasanya berlangsung lebih lama,
pada beberapa penderita
berlanjut menjadi artritis gout yang kronis, sedang di lain pihak banyak pula yang tidak akan mengalaminya lagi.
c. Interkritikal
Pada tahap ini penderita
mengalami serangan asam urat
yang berulang–ulang tapi
waktunya tidak menentu. d. Kronis.
Pada tahap ini masa kristal asam urat (tofi) menumpuk di berbagai wilayah jaringan lunak tubuh penderitanya. Penumpukan asam urat yang berakibat peradangan sendi tersebut bisa juga di cetuskan oleh cidera ringan akibat memakai sepatu yang tidak sesuai ukuran kaki, selain terlalu banyak makan yang mengandung senyawa purin (misal jeroan), konsumsi alkohol, tekanan batin
(stress), karena infeksi atau efek samping penggunaan obat–obat tertentu (diuretik).3,4
Struktur
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, asam urat membentuk ion urat dua kali lebih banyak daripada pH asam.5
Gambar 1. Struktur Asam Urat6
Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet diubah menjadi asam urat secara lansung. Pemecahan nukleotida purin terjadi di semua sel, tetapi asam urat hanya
dihasilkan oleh jaringan yang
mengandung xhantine oxidaseterutama di hepar dan usus kecil. Rerata sintesis asam urat endogen setiap harinya adalah 300-600mg per hari, dari diet 600 mg per hari lalu dieksresikan ke urin rerata 600 mg per hari dan ke usus sekitar 200 mg per hari.6,7
Metabolisme asam urat
Dua pertiga total urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen, hanya sepertiga yang berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH netral asam urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk
monosodium urat), banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal kurang dari 420 μmol/L (7,0 md/dL). Kadar urat tergantung jenis kelamin, umur, berat badan, tekanan darah, fungsi ginjal, status peminum alkohol dan kebiasaan memakan makanan yang mengandung diet purin yang tinggi. Kadar Asam Urat mulai meninggi selama pubertas pada laki-laki tetapi
wanita tetap rendah sampai
menopause akibat efek urikosurik
estrogen. Dalam tubuh manusia
terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi
urikase pada manusiaakan
mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di darah
tergantung pada keseimbangan
produksi dan ekskresinya.15
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus
ribosa, yaitu
5-phosphoribosyl-1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5fosfat yang disintesis dengan
ATP (Adenosinetriphosphate) dan
merupakan sumber gugus ribosa. Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida inosinemonophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine
monophosphat (GMP). Ketiga
nukleotida ini juga menghambat
sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP.16
Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama
yang dibentuk dari gugus glisin dan
mengandung basa hipoxanthine.
Inosinemonophosphat berfungsi
sebagai titik cabang dari nukleotida
adenin dan guanin.
Adenosinemonophospat (AMP) berasal dari IMP melalui penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang
memerlukan GTP (Guanosine
triphosphate).
Guanosinemonophosphat (GMP)
berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP.16
Adenosine monophosphate
mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin akan
mengalami deaminasi untuk
menghasilkan xhantine juga. Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat.16
Gambar 2. Metabolisme Asam Urat5
Faktor-faktor yang mempengaruhi hiperurisemia antaralain:
a. Nutrisi.
Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat atau asam inti dari
sel dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Makanan dengan kadar purin tinggi (150 – 180 mg/100 gram) antara lain jeroan, daging baik daging sapi, babi, kambing atau makanan dari hasil laut (sea food),
kembang kol, sarden, kerang, minuman beralkohol.
Pada pria yang memakan daging baik daging sapi atau kambing bisa meningkatkan risiko asam urat 21%.9 Namun makanan tinggi purin darisumber nabati
seperti asparagus, polong–
polongan, kembang kol
danbayam tidak meningkatkan faktor risiko.13
b. Obat- obatan
Obat-obatan diuretika (furosemid dan hidroklorotiazida), obat
kanker, vitamin B12 dapat
meningkatkan absorbsi asam urat
di ginjal sebaliknya dapat
menurunkan ekskresi asam urat urin.14
c. Obesitas.
Kelebihan berat badan (IMT ≥ 25kg/m²) dapat meningkatkan kadar asam urat dan juga memberikan beban menahan yang berat pada penopang sendi
tubuh. Sebaiknya berpuasa
dengan memilih makanan rendah
kalori tanpa mengurangi
konsumsi daging (tetap memakan daging berlemak) juga dapat menaikkan kadar asam urat. Diet makanan rendah kalori dapat menyebabka kelaparan sehingga menyebabkanhiperurisemia.7,10 d. Usia.
Meskipun kejadian hiperurisemia bisa terjadi pada semua tingkat
usianamun kejadian ini
meningkat pada laki – laki dewasa berusia ≥ 30 tahun dan wanita setelah menopause atau berusia ≥ 50 tahun, karena pada usia ini
wanita mengalami gangguan
produksi hormon estrogen.8
Tanda dan Gejala Artritis Gout
a. Akut
Serangan awal gout berupa nyeri
yang berat, bengkak dan
berlangsung cepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki. Ada kalanya serangannyeri di sertai kelelahan, sakit kepala dan demam.
b. Interkritikal
Stadium ini merupakan
kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang akut.
c. Kronis
Pada gout kronis terjadi
penumpukan tofi (monosodium urat) dalamjaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.11
Diagnosis
Kriteria diagnosis gout
berdasarkan Asosiasi Rematik Amerika 1997 adalah sebagai berikut :8
1. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi
2. Adanya tofus yang berisi kristal urat
3. Di dapatkan kristal urat yang khas dalam cairan sendi atau topusberdasarkan pemeriksaan
kimiawi, dan mikroskopik
dengan sinarterpolarisasi, atau terdapat 6 dari 12 kriteria di bawah ini :
a. Lebih dari sekali mengalami serangan akut artritis.
b. Inflamasi maksimal terjadi pada hari pertama
c. Terjadi peradangan secara maksimal dalam sehari.
d. Oligoartritis (jumlah sendi yang meradang 2 -4)
e. Kemerahan pada sendi yang meradang.
f. Sendi metatarsopalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak. g. Serangan unilateral (satu
sisi) pada sendi
metatarsopalangealpertam. h. Serangan unilateral pada
sendi tarsal (jari kaki).
i. Topus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartigokartikular (tulang rawan) dan kapsula sendi.
j. Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl).
k. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
l. Serangan artritis akut
berhenti secara menyeluruh.
Penatalaksanaan
Terapi untuk serangan gout yaitu: 1. Kolkisin
Dosis : 0,5 – 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan diikuti 0,5 – 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai timbul gejala saluran cerna,
misalnya muntah dan
diare. Dapat diberikan dosis maksimum sampai 7 – 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1,0 mg sehari.
2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Contohnya: indometasin,
fenilbutazon
3. Obat urikosurik/ anti
hiperurisemia
Contohnya: alopurinol,
probenesid, sulfinpirazon, dan febuxostat
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout akut dan akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat berguna bagi pasien yang dikontraindikasikan terhadap golongan NSAID. Jika goutnya monarticular, pemberian antra-articular yang paling efektif.
Contohnmya: dexametason,
hidrokortison, prednisone. 12,13
Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat arthritis pirai antara lain:
a. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang
ditimbulkan karena
hiperurisemia. terjadi akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk
mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.
c. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukan massa
keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri,
pendarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit
(campuran magnesium,
ammonium, fosfat).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.10,11
SIMPULAN
Gout (pirai) adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan
keadaan penyakit yang berkaitan
dengan hiperurisemia, sedangkan
Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar Asam Urat serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Penderita Gout biasanya mengeluhkan gejala nyeri
yang berat, bengkak dan
berlangsungcepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki untuk stadium akut dan untuk kronik didapatkan gejala ditemukannya tofi dalamjaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari
kaki. Faktor-faktor yang yang
mempengaruhi hiperurisemia yaitu nutrisi, obat-obatan, obesitas, riwayat keluarga, usia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Misnadiarly. Mengenal Penyakit Artritis. [internet]. 2008 [disitansi 2014 Desember 18]. Tersedia di: http:jurnal.unej.ac.id.index/php/articl e/view/2606/2434
2. Kurniari PK. Dkk. Hubungan Hiperurisemia dan Fraction Uric Acid
Clearance di Desa Tenganan Pegringsingan Karangasem Bali. [internet]. 2011 [disitansi 2014
Desember 18]. Tersedia
di:http://indonesia.digitaljournals.org/ index.php/tes/article/download/66/71 3. Kaparang K, Penyakit Kaum
Bangsawan, Jakarta, PT Etika Media Utama, 2007.
4. Firestein GS, Budd RC, Harris ED, Rudy S, Sergen JS. (eds) Kelley’s Textbook of Rheumatology, 8th ed. W.B Saunders, Philadelphia. 2009.
5. Widi RR. Dkk. Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Derajat Nyeri pada Penderita Artritis Gout Fase Akut. [internet]. 2011 [disitansi 2014 Desember 18]. Tersedia di:
http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/vi ew/3418/2966
6. Signh V. Gomez VV. Swamy SG. Approach to a Case of Hyperuricemia. in Indian J Aerospace Med. 2010 7. Erlian. Gout dan Hiperurisemia.
[internet]. 2012 [disitansi 2014 Desember 19]. Tersedia di: http://erlianff07.web.unair.ac.id/php/ artikel_detail-44983
8. Misnadiarly. Mengenal Penyakit Artritis. [internet]. 2008 [disitansi 2014 Desember 18]. Tersedia di: http:jurnal.unej.ac.id.index/php/articl e/view/2606/2434
9. Hochberg MC, Silman AJ, Smolen JS, Weinblatt ME, Weisman MH. (eds). Rheumatology. 3rd ed. Elsevier, Edinburg. 2003.
10. Afif A. Artritis Gout. [internet]. 2008 [disitansi 2014Desember 19]. Tersedia di:http://fajrucmedicine.blogspot.com /2013/07/apa-itu-artritis-gout.html 11. Junaidi I. Rematik dan Asam Urat.
Jakarta PT Buana Ilmu Populer. 2006. 12. Purwaningsih T. Faktor-faktor Risiko
Hiperurisemia. [internet]. 2009.
Tersedia di:
http://eprints.undip.ac.id/24334/1/TI NAH_PURWANINGSIH.pdf
13. Setyoningsih R. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperurisemia Pada Pasien Rawat Jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang. [internet].
2009. Tersedia di:
http://eprints.undip.ac.id/25234/1/23 7_Rini_Setyoningsih_G2C005301.pdf
14. Claire Rayner. Bertanyalah Dokter Anda Menjawab. alih bahasa Tetty Y dari judul aslinya Everything Your Doctor would Tell if he had the time. Jakarta. Gaya Favorit Press. 1990. 15. Spieker EL, Ruschitzka TF, Lűscher FT
dan Noll G. The management of Hyperuricemia and Gout in Patient with Heart Failure. The European Journal of Heart Failure. 2002.
16. Nazrull E, Sofitri. Hiperurisemia pada Pra Diabetes. [internet]. 2012 [disitasi 2015 Desember 12]. Tersedia di: http://download.portalgaruda.org/arti cle.php?article=135090&val=5645